Asuhan Keperawatan HIV / AIDS

ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 2D

Disusun oleh
Kelompok 5
NO
1
2
3
4
5
6
7

NAMA
Revi Intansari
Fajar Pandu Bawono
Umi Umaidah
Dewi Cahyaning Ratri
Arry Wahyu Novitasari
Krisna Maskunti

Ridho Fahru R.

NIM
14612589
14612588
14612585
14612587
14612574
14612591
14612595

Program Studi D-III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
UniversitasMuhammadiyahPonorogo
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha kuasa. Atas limpahan rahmat dan
taufik-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini

ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 2D dibina oleh Filia Eca
S.Kep.,Ns M.Kep.
Penulis yakin bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan pihak lain.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut
ini:
1. Sulistyo Andarmoyo, S.Kep Ns, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilnmu
Kesehatan D-III Keperawatan
2. Yayuk Dwi Rahayu, S.Kep, M.Kes, selaku Kaprodi D-III Keperwatan.
3. Dosen Pembimbing
4. Pihak lain yang tidak disebut satu per satu.
Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.Semoga
karya sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Ponorogo, 03 Oktober 2016
Mengetahui,

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................
BAB 2 KONSEP TEORI DAN ASKEP
2.1 HIV AIDS
2.1.1 Definisi......................................................................................................
2.1.2 Etiologi......................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.4 Manifestasi Klinis......................................................................................
2.1.5 Patofisiologi...............................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................
2.1.7 Asuhan Keperawatan.................................................................................
2.2 Rhinitis Alergi
2.2.1 Definisi......................................................................................................
2.2.2 Etiologi......................................................................................................
2.2.3 Manifestasi.................................................................................................

2.2.4 Patofisiologi...............................................................................................
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................
2.2.6 Asuhan Keperawatan.................................................................................

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benarbenar bisa disembuhkan.
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit
dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan
menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Di
Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai 31 Desember

2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV
dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000-130.000.
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
Indis, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien
penderita HIV AIDS?
1.3 Tujuan
1.

Untuk mengetahui definisi AIDS

2.

Untuk mengetahui etiologi AIDS

3.

Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS

4.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 HIV AIDS
2.1.1 Definisi
HIV

(Human

Immunodeficiency

Virus)

adalah

virus

yang

dapat

menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang

memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
2.1.2 Etiologi
Penyebab

adalah

golongan

virus

retro

yang

disebut

human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO
Stadium Gambaran Klinis
I
1. Asimptomatik
II

2. Limfadenopati Generalisata
1. Berat badan menurutn 1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Tuberkulosis di luar paru

2.1.4 Manifestasi Klinis

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini:
1) Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV
AIDS diduga sebagai TBC.
2) Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan

makanan

pada


sistem

pencernaan

yang

mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4) System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
Lainnya

adalah

mengalami

infeksi

jaringan

rambut

pada

kulit

(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.
6) Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak
yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
2.1.5 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh

dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.

2.1.6 Pathweay

2.1.7

Pemeriksaan Penunjang
1)

Tes untuk diagnosa infeksi HIV:
-

ELISA

-

Western blot

-

P24 antigen test

-

Kultur HIV

2)

Tes untuk deteksi gangguan system imun.
-

Hematokrit.

-

LED

-

CD4 limfosit

-

Rasio CD4/CD limfosit

-

Serum mikroglobulin B2

-

Hemoglobulin

2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi
dan edukasi.
a) Pengobatan
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
1) Obat Retrovirus
5. Zidovudine (AZT)
Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat
ini

dapat

menguntungkan

diantaranya

yaitu

Dapat

memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi
dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,
memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan
perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan
spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea,
anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah
dan rasa tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang
dapat timbul miopati. Dosis yang se006Barang dipakai 200mg po
tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tandatanda toksik.
6. Didanosine ( ddl ), Videx
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap
AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada
kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda

infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk
menunda infeksi oportunistik pada ARC dan asimtomatik
hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati
perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare. Dosis: 200mg po bid
( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya
hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro
merupakan obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya
neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.
2) Obat-obat untuk infeksi oportunistik
1. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250 mm/
mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet,
atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone atau
fansidar.
2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien
anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau
rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.
3. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare),
bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila
pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.
4. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena
cepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal.
3) Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV.
Untuk Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS

multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan
penanganan limfoma paa pasien non HIV.
4) Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan
pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering
yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.

b) Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga
atau orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.
c) Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan
keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS,
kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung

jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga
diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan
yang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras.
Narkotik, dsb.
2.1.9 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir
b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obatobatan

c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
e. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
f. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
h. Neurologis

Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia
i. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
j. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness
k. Pernapasan
Dyspnea,

takipnea,

sianosis,

SOB,

menggunakan

otot

bantu

pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

l. GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning
m. Gu
Lesi atau eksudat pada genital,
n. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

imunosupresi,

malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi
HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic,
dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.

3. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Resiko
tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
imunosupresi,
malnutrisi
dan
pola hidup yang
beresiko.

Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Pasien akan bebas infeksi
oportunistik
dan
komplikasinya dengan
kriteria tak ada tandatanda infeksi baru, lab
tidak
ada
infeksi
oportunis, tanda vital
dalam batas normal,
tidak ada luka atau
eksudat.

Intervensi

Rasional

Monitor tanda-tanda infeksi
baru.
2.
gunakan teknik aseptik pada
setiap tindakan invasif. Cuci
tangan
sebelum
meberikan
tindakan.
3.
Anjurkan
pasien
metoda
mencegah
terpapar
terhadap
lingkungan yang patogen.

Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman
patogen yang diperoleh di rumah sakit.

1.

4.
5.

Resiko
tinggi
infeksi
(kontak
pasien)
berhubungan
dengan
infeksi
HIV,
adanya

Kumpulkan spesimen untuk
tes lab sesuai order.
Atur pemberian
sesuai order

Mencegah bertambahnya infeksi

Meyakinkan
pengobatan

diagnosis

Mempertahankan
antiinfeksi terapeutik

kadar

akurat

dan

darah

yang

Infeksi
HIV
tidak 1.
Anjurkan pasien atau orang Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
penting lainnya metode mencegah informasikan ini
ditransmisikan,
tim
transmisi HIV dan kuman patogen
kesehatan
lainnya.
memperhatikan universal
2.
Gunakan darah dan cairan
precautions
dengan
tubuh precaution bial merawat
kriteriaa kontak pasien

infeksi
nonopportunisitik
yang
dapat
ditransmisikan.

dan tim kesehatan tidak
terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen lain
seperti TBC.

pasien.
perlu.

Intolerans
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan,
pertukaran
oksigen,
malnutrisi,
kelelahan.

Pasien
berpartisipasi 1.
dalam kegiatan, dengan
kriteria bebas dyspnea
2.
dan takikardi selama
aktivitas.

Perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
intake
yang
kurang,
meningkatnya

Pasien
mempunyai
intake kalori dan protein
yang adekuat untuk
memenuhi
kebutuhan
metaboliknya
dengan
kriteria mual dan muntah
dikontrol, pasien makan

Gunakan

masker

Monitor respon
terhadap aktivitas

bila Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang
lain

fisiologis Respon bervariasi dari hari ke hari

Berikan bantuan perawatan
Mengurangi kebutuhan energi
yang pasien sendiri tidak mampu

3.

Jadwalkan perawatan pasien Ekstra istirahat perlu jika karena
sehingga tidak mengganggu meningkatkan kebutuhan metabolik
isitirahat.

1.

Monitor
kemampuan
mengunyah dan menelan.
Monitor BB, intake dan ouput
Atur antiemetik sesuai order
Rencanakan
diet
dengan
pasien dan orang penting lainnya.

2.
3.
4.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
tenggorokan dan mulut
Menentukan data dasar
Mengurangi muntah
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
keinginan pasien

kebutuhan
metabolic,
dan
menurunnya
absorbsi zat gizi.

TKTP, serum albumin
dan protein dalam batas
n ormal, BB mendekati
seperti sebelum sakit.

Diare
berhubungan
dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman 1.
dan mengnontrol diare,
komplikasi
minimal
2.
dengan kriteria perut
lunak, tidak tegang, feses 3.
lunak dan warna normal,
kram perut hilang,
4.

Tidak
efektif
koping keluarga
berhubungan
dengan
cemas
tentang keadaan
yang
orang
dicintai.

Kaji konsistensi dan frekuensi Mendeteksi adanya darah dalam feses
feses dan adanya darah.
Hipermotiliti mumnya dengan diare
Auskultasi bunyi usus
Atur agen antimotilitas dan Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
psilium (Metamucil) sesuai order emperburuk perforasi pada intestinal
Berikan ointment A dan D, Untuk menghilangkan distensi
vaselin atau zinc oside

Keluarga atau orang 1.
Kaji koping keluarga terhadap
sakit pasein dan perawatannya
penting
lain
mempertahankan suport
2.
Biarkan
keluarga
sistem dan adaptasi
mengungkapkana perasaan secara
terhadap perubahan akan
verbal
kebutuhannya
dengan
kriteria
pasien
dan 3.
Ajarkan kepada keluaraga
tentang penyakit dan transmisinya.
keluarga
berinteraksi
dengan
cara
yang

Memulai suatu hubungan dalam bekerja
secara konstruktif dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka
berbicara secara bebas
Menghilangkan
kecemasan
tentang
transmisi melalui kontak sederhana.

konstruktif

DAFTAR PUSTAKA

Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Jakarta: Puat Penerbitan IPD FAKUI.

Nasronudin. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang.
Surabaya: Airlangga.

Rampengan dan Laurentz. 1995. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua. EGC: Jakarta.

Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI

1 2 40

PERANGKAT RPP SMK MENJELASKAN CARA PENGKODEAN DOKUMEN KELAS X / SEMESTER I Standar Kompetensi : KEARSIPAN Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Media Berbasis TIK Yang dibina oleh Drs. Mohammad Arief, M.Si Penyusun: Nur Rahmahdaniar 150412603412 P

2 6 29

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD 3.3 MENGURAIKAN CARA MEMBUAT SURAT DINAS KELAS X / SEMESTER II Standar Kompetensi : Menjelaskan Cara Membuat Surat Dinas Penyusun: Fadhilah Rahmawati 150412604549 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

3 26 20

1. Satuan Pendidikan : MTs / SMP 5. Alokasi Waktu : 90 menit ( 2 jam Pelajaran ) - MTs – SMP

1 4 9

1. Satuan Pendidikan : MTs / SMP 5. Alokasi Waktu : 90 menit - MTs – SMP

0 5 8

1. Satuan Pendidikan : MTs / SMP 5. Alokasi Waktu :90 menit - MTs – SMP

0 4 7

Pengaruh persepsi dan kecemasan mahasiswa tentang pemilihan dosen Pembimbing KTI terhdapat hasil ujian KTI di Prodi Keperawatan Baturajia Tahun 2015.Sapriantopdf

1 3 7

PERBANDINGAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SETELAH MAKAN PAGI PADA ANAK KELAS II SD ISLAM AZ-ZAHRAH DENGAN ANAK SDN 167 PALEMBANG TAHUN 2010 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemnekes Palembang ABSTRAK - Perbandingan Kebiasaan Menyikat Gigi Se

0 0 7

GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI (PERFORMED TREATMENT INDEX) PADA SISWA SISWI SD N 94 PALEMBANG TAHUN 2012 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Gambaran DMF-T Dan Tingkat Pencapaian PTI (Performed Treat

2 2 18

Kinerja Dosen Jurusan Keperawatan Ditinjau Dari Usia, Lama Kerja, Status Sosial, Supervise, Motivasi, Kelengkapan Alat

0 1 8