HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN

HALAMAN PENGESAHAN

ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN PERILAKU ANTE
NATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON TAHUN 2017

Disusun Oleh:
Sucia Nadila
D11.2013.01747

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan di Sistem Informasi Tugas Akhir
(SIADIN)

Pembimbing

Kismi Mubarokah, S. KM, M. Kes

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU HAMIL DENGAN PERILAKU ANTE NATAL
CARE (ANC) DI PUSKESMAS TLOGOSARI KULON TAHUN 2017


Sucia Nadila *), Kismi Mubarokah **))
*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
**) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Email: ciasucia0821@gmail.com

ABSTRAK
Kurangnya pengetahuan ibu terhadap pemeriksaan ANC (Ante Natal Care)
untuk melihat riwayat penyakit menular atau tidak menular sehingga menyebabkan
faktor risiko tinggi pada ibu hamil. Penyebab kematian ibu tertinggi yaitu karena
tumor otak, kanker tulang, kanker getah bening, penyakit jantung bawaan (PJB),
kanker mamae dan AIDS. Tujuan adanya penelitian ini untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku ante natal care pada ibu hamil.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan metode
kuantitatif dengan instrumen kuesioner dan wawancara yang digunakan untuk uji
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ante natal careI dengan jumlah
populasi 292 dan data yang diambil sejumlah 88 ibu hamil. Analisis data
menggunakan uji Fisher Exact Test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara umur (p=1,000), keguguran (p=1,000) dengan perilaku ante natal care
karena dan terdapat hubungan yang signifikan antara keadaan kesehatan (p=0,044
≤ 0,05). Kebanyakan ibu hamil sudah sesuai dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan dari trimester ke-1 sampai trimester ke-4. Ibu hamil melakukan
pemeriksaan setiap bulan agar menjaga kehamilan dan dapat mendeteksi risiko dini
terhadap kehamilan.
Bagi petugas kesehatan dapat memberikan materi atau memberikan
penyuluhan mengenai pemeriksaan kehamilan agar ibu hamil dapat melakukan
pemeriksaan secara rutin dan mendeteksi dini risiko terhadap kehamilan.
Kata Kunci
: Kematian Ibu, Perilaku, Ante Natal Care
Kepustakaan : 16, 2012-2017

1

FACTORS RELATED WITH UNDERMINE ANTE NATAL CARE (ANC) OF THE
MOTHER PREGNANT IN TLOGOSARI KULON PUBLIC HEALTH CENTER (PHC)
YEARS 2017
SUCIA NADILA
Faculty Of Health
Dian Nuswantoro University
ABSTRAK
Maternal Mortality is one of the greatest maternal health indicators in

Indonesia compared to other countries. The cause of the highest of the maternal
mortality is because of brain tumors, bone cancer, lymphatic cancer, congenital
heart disease (PJB), mamae cancer and AIDS. The purpose of this study to know
the factors associated with ante natal care behavior in pregnant women.
This study using Cross Sectional approach with quantitative method with
instruments questionnaires and interview used to factors test that associated with
ante natal care behavior which amounted 88 pregnant women. Management and
analysis using Chi Square test.
The results of this study indicate that there is no significant relationship
between age (p = 0,606), education (p = 1,000), number of children (p = 0,683), last
pregnancy event (p = 0,677), health condition (p = 0,759) , P = 1,000), perception (p
= 0,972) toward ante natal care behavior large vaue p (>0,05) which means H0 is
accepted. Most pregnant women are suitable for pregnancy checks from 1st
trimester to 4th trimester. Pregnant women perform monthly checks to maintain
pregnancy and can detect early risks of pregnancy.
For pregnant women were advised to keep pregnancy by doing pregnancy
check to know condition of mother and fetus health, and follow activity in puskesmas
to get information about pregnancy.
Keyword : Maternal mortality, behavior, Ante Natal Care
Literature : 16, 2013-2016


2

PENDAHULUAN
Indikator kesehatan ibu terbesar di Indonesia salah satunya yaitu AKI (Angka
Kematian Ibu) jika dibandingkan dengan negara lain dan menjadi salah satu tujuan
Sustainable Development Goals (SDGs). Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) Indonesia masuk ke dalam jajaran negara dengan AKI
tertinggi, yaitu menduduki peringkat ke-3 dalam negara anggota ASEAN. Penyebab
utama kematian ibu di Indonesia adalah hipoksia intrauterus,prematuritas, infection,
trauma persalinan dan cacat bawaan dan yang paling besar penyebabnya yaitu
plasenta previa dimana terlalu dekat kondisi plasenta yang menyebabkan
tertutupnya jalan lahir, dan jika terlambat diatasi dapat mengakibatkan perdarahan.
Indonesia termasuk urutan ke-2 terbesar dalam kasus kematian ibu yang
disebabkan oleh gizi buruk dan anemia. Faktor alam dan geografis Indonesia juga
dinilai membuat ibu hamil sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan, terutama
yang tinggal di daerah pedesaan.1
Indikator penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun 1991-2007 di
Indonesia yaitu dari 390 sampai 228. Tahun 2012 SDKI (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia) menunjukkan AKI meningkat yaitu 359 per 100 ribu kelahiran

hidup. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 Angka Kematian
Ibu (AKI) mengalami penurunan yaitu 305 kematian ibu per 100 ribu kelahiran
hidup.2
Tahun 2015 di Provinsi Jawa Tengah jumlah kematian ibu yaitu 619 kasus,
mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2014 dengan jumlah kematian
ibu sebesar 711 kasus. Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan AKI per
100 ribu kelahiran hidup yaitu 126,55 di tahun 2014 dan 111,16 di tahun 2015.3
Angka kematian ibu di Jawa tengah belum mencapai dengan target SDGs.
Walaupun dari tahun sebelumnya sudah mengalami penurunan hingga 15,39 per
100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan target SDGs mengenai angka kematian ibu
per 100 ribu kelahiran hidup yaitu hingga kurang dari 70 .4
Kematian ibu di kota Semarang pada tahun 2015 berjumlah 35 kasus yaitu
sekitar 128,05 per 100 ribu kelahiran hidup, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
kematian ibu mengalami peningkatan, di tahun 2013 sebanyak 107,95 per 100 ribu
kelahiran hidup, dan tahun 2014 sebanyak 33 kasus yaitu 122,25 per 100 ribu

3

kelahiran hidup.4 Kota Semarang juga belum memenuhi target dari SDGs sendiri
yang angka kematian ibu hingga kurang dari 70per 100 rubu kelahiran hidup.5

Penyebab kematian ibu tertinggi di kota Semarang tahun 2016 adalah karena
tumor otak, kanker tulang, kanker getah bening, Penyakit Jantung Bawaan (PJB),
Tuberkulosis, kanker mamae dan AIDS (51%), penyebab lainnya adalah karena
Pre-Eklamsia Berat (PEB) (21%), perdarahan (12%), lain-lain seperti syok,
neurogenic, unidentifile (9%), dan sepsis (6%).6
Faktor resiko ibu hamil yang berkaitan dengan masalah kesehatan seperti
terlalu tua, muda, sering dan banyak anak, adapun beberapa faktor biologis lainnya.
Penyebab lainnya juga karena ibu terlambat dalam pengambilan keputusan,
terlambat dibawa ke pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan
kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu misalnya perdarahan, eklampsia dan
infection.1
Pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care) sangat disarankan bagi ibu yang
sedang hamil. Ante Natal Care (ANC) dalam pemantauan kesehatan ibu dan janin
sangat penting sepanjang masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan ini dilakukan
secara rutin oleh dokter atau bidan. Sehingga bila terjadi sesuatu hal yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan janin serta ibunya, dapat segera
dilakukan/tindakan.7
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan metode
kuantitatif dengan instrumen kuesioner dan wawancara yang digunakan untuk uji

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ante natal careI.

HASIL DAN PEMBAHASAN
4

Hasil Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Kategori

Jumlah

Persen (%)

Berisiko

6

6,8


Tidak Berisiko

82

93,2

Dasar-Menengah
(SD-SMP)

11

12,5

Tinggi (SMA-PT)

77

87,5

≤ 2 anak


78

88,6

>2 anak

10

11,4

Tidak

79

89,8

Ya

9


10,2

Tidak Ada

68

77,3

Ada

20

22,7

Baik

72

81,8


Kurang Baik

16

18,2

Baik

46

52,3

Kurang Baik

42

47,7

Sesuai

81

92

Tidak Sesuai

7

8

Umur

Pendidikan

Jumlah Anak

Keguguran

Riwayat Penyakit

Saran Petugas Kesehatan

Persepsi

Perilaku ANC

5

Berdasarkan tabel 1 didapatkan frekuensi umur responden lebih banyak pada
umur yang Tidak Berisiko sekitar umur 20-35 tahun. Semakin bertambahnya umur
maka tingkat pemahaman seseorang akan lebih baik cara bekerja dan berfikir.
Sedangkan pada umur yang Berisiko sekitar umur ≤ 20 dan ≥ 35 tahun, pada usia ≤
20 tahun akan rentan terhadap terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia dan usia ≥ 35
tahun akan lebih rentan terhadap diabetes atau fibroid dan tekanan darah tinggi
didalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan.1
Pendidikan responden lebih banyak pada pendidikan tinggi (SMA-PT) yaitu
87,5%. Tingginya tingkat pendidikan berkaitan dengan pemahaman mengenai
masalah kesehatan dan kehamilan, sehingga menyebabkan ibu hamil lebih sering
melakukan pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Jumlah anak responden mempunyai anak ≤ 2 anak (88,6%) sedangkan yang
mempunyai anak > 2 anak (11,4%).
Ibu hamil banyak yang tidak mengalami keguguran (89,8%) adapun yang yang
mengalami keguguran (10,2%) dengan penyebab keguguran yaitu karena
perdarahan, flek, rahim lemah, dan jatuh.
Ibu hamil banyak yang tidak mempunyai riwayat penyakit saat kehamilan
adapun ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit seperti tipes, anemia, asma, alergi,
tensi rendah, hipertensi, dan infeksi.
Saran petugas kesehatan lebih tinggi pada baik (81,8%) dengan 72 responden
jika dibandingkan dengan yang Kurang Baik dengan 16 responden (18,2%).
Hasil penelitian yang diketahui bahwa terbesar adalah persepsi responden Baik
(52,3%) dengan 46 responden sedangkan Kurang Baik (47,7%) dengan 42
responden.
Frekuensi kunjungan dan perilaku Ante Natal Care (ANC) yang sesuai dengan
presentase 92% dibandingkan dengan tidak sesuai yaitu 8%.
Hasil Bivariat
Tabel 2
Distribusi Hubungan denga Perilaku Ante Natal Care

6

Perilaku Ante Natal Care
Variabel

Sesuai

Total

Tidak Sesuai

P

N

%

N

%

N

%

Berisiko

6

100

0

0

6

100

Tidak Berisiko

75

91,5

7

8,5

82

100

Tidak

72

91,1

7

8,9

79

100

Ya

9

100

0

0

9

100

Tidak Ada

65

95,6

3

4,4

68

100

Ada

16

80

4

20

20

100

Umur
1,000

Keguguran
1,000

Riwayat Penyakit
0,044

Hubungan antara Umur dengan Perilaku Ante Natal Care
Usia wanita dapat mempengaruhi risiko kehamilan, usia 20-35 tahun yaitu usia
yang baik bagi wanita untuk hamil karena usia tersebut adalah dimana reproduksi
wanita telah berfungsi dan berkembang dengan baik. Sedangkan pada usia ≤ 20
dan ≥ 35 yaitu usia yang sangat berisiko untuk hamil karena dapat mengakibatkan
kegagalan persalinan, keguguran dan kematian.
Umur ibu juga berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan dimana usia > 35
tahun kemungkinan lebih rendah dalam melakukan pemeriksaan dan dapat
terjadinya risiko tinggi seperti penyulitan kehamilan jika tidak melakukan
pemeriksaan.8
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
umur dengan perilaku Ante Natal Care yang ditunjukkan dengan hasil uji statistik
dengan Fisher Exact Test diperoleh nilai p value = 1,000 (p > α 0,05) yang berarti
(H0) diterima.
7

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyati
Mantang didapatkan hasil dengan nilai Chi Square p = 1,000 > α =0,05 yang
menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dengan kujungan ante natal care
pada ibu hamil.
Umur yang sesuai untuk melakukan pemeriksaaan ante natal care yaitu pada
usia 20-35 tahun hal ini dikarenakan bahwa pemeriksaan kehamilaan itu sangat
penting sedangkan usia > 35 tahun kurang merasa pentingnya pemeriksaan
kehamilan karena telah memiliki pengalaman kehamilan yang lebih baik.9 Umur
merupakan salah satu penentu bagi ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan.
Usia wanita dapat mempengaruhi risiko kehamilan dimana usia < 20 tahun
akan menyebabkan terjadinya pre-eklamsia & eklamsia. Sedangkan usia > 35 tahun
akan rentan terkena diabetes atau fibroid dan rentan terhadap gangguan persalinan
di dalam rahim.1
Hal ini berbeda dengan penelitian dari Kurnia Indriyanti dan Heny Vidia bahwa
nilai Chi Square α =0,05 dengan nilai signifikan sebesar 0,019 yang berarti usia
memiliki pengaruh terhadap kunjungan antenatal care pada ibu hamil.10
Hasil uji statistik dari penelitian Mutia Erlina Arisandi bahwa dengan adanya
pemanfaatan ANC dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi persalinan begitupun
dengan umur ibu yang berisiko yang artinya mempunyai risiko 2,7 kali dapat terjadi
komplikasi persalinan jika dibandingkan dengan umur ibu yang tidak berisiko.11
Hubungan antara Keguguran dengan Perilaku Ante Natal Care
Keguguran berturut-turut akan lebih terjadi pada wanita yang pernah
melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau
8

melahirkan bayi prematur. Perdarahan setelah usia kehamilan 28 minggu biasanya
lebih banyak dan berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.1
Abortus juga dapat meningkatkan kematian ibu karena adanya komplikasi.
Komplikasi yang berbahaya yaitu adanya infeksi dan perdarahan dan syok. Faktor
lainnya penyebab abortus adalah dengan hubungan seksual dan trauma
fisik/kelelahan.12
Hasil uji Fisher Exact Test nilai p value = 1,000 > α 0,05 berarti (H0) diterima
sehingga tidak terdapat hubungan antara peristiwa pada kehamilan lalu dengan
perilaku Ante Natal Care.
Ibu hamil yang sudah pernah mengalami keguguran atau riwayat abortus
mempunyai keinginan yang lebih besar dibandingkan dengan yang belum pernah
mengalami riwayat abortus. Hal ini karena ibu hamil memiliki rasa khawatir atau
cemas terhadap kesehatan janin dalam kandungan.
Ibu hamil yang sudah mengalami keguguran berturut-turut akan lebih terjadi
pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia
kehamilan 4-8 minggu atau sudah pernah melahirkan bayi prematur. Risiko
melahirkan bayi prematur memiliki risiko tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada
kehamilan berikutnya.1
Penelitian ini sejalan dengan Eka Vitriyani riwayat abortus dengan uji Chi
Square 1,000 > α 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan riwayat abortus terhadap
pemeriksaan K1 ibu hamil.13
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Aryanti Wardiyah tentang
hubungan anemia dengan kejadian abortus seperti ibu hamil yang memiliki anemia
mengalami kejadian abortus dibandingan dengan yang tidak mempunyai anemia.
9

Hasil uji chi square p = 0,000 ≤ 0,05 sehingga adanya hubungan antara anemia
dengan kejadia abortus di RSUD Abdul Moeleok.14
Hubungan antara Riwayat Penyakit dengan Perilaku Ante Natal Care
Adanya hipertensi pada ibu saat hamil akan rentan terhadap adanya penyulitan
saat kehamilan. Sehingga ibu hamil dianjurkan untuk menjaga tekanan darah untuk
tidak terjadi hipertensi. Anemia dapat mengakibatkan kematian ibu dan syok
walaupun tidak adanya perdarahan. Timbulnya anemia dapat menyebabkaan partus
lama, abortus, partus prematus, infeksi, syok dan perdarahan.15
Pengaruh terhadap kehamilan dapat menimbulkan asma yang tidak sama pada
setiap penderita, maupun yang sudah menderita asma. Asma akan timbul pada usia
kehamilan 24-36 minggu dan jarang terjadi serangan asma saat akhir kehamilan. 14
infeksi seperti virus dan bakteri dan membahayakan ibu hamil karena akan semakin
berisiko apabila dapat meyebabkan kematian pada janin yang dikandungnya oleh
ibu hamil.1
Hasil Fisher Exact Test diperoleh nilai p value = 0,044 ≤ α 0,05 sehingga
terdapat hubungan antara keadaan kesehatan dengan perilaku Ante Natal Care.
Kondisi kesehatan ibu hamil sangat penting selama masa kehamilan. Kondisi
kehamilan sangat berpengaruh dalam pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang
mengetahui adanya gangguan kesehatan, cenderung akan melakukan pemeriksaan
kehamilan. Pemeriksaan ini bertujuan agar kondisi kesehatan selama kehamilan
dapat kembali secara optimal.
Ibu hamil yang tidak memiliki gangguan kesehatan akan kurang dalam
melakukan pemeriksaan karena kondisi yang sudah sehat. Sehingga membutuhkan
peran dari petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
10

mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai salah satu cara untuk
mengecek kehamilan ibu dalam kondisi sehat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Kurnia Indriyanti dan Heny Vidia
hasil Chi Square 0,012 ≤ 0,05 yang berarti kondisi kesehatan ibu hamil selama
kehamilan memiliki pengaruh terhadap kunjungan antenatal care. Ibu hamil yang
memiliki gangguan akan melakukan pemeriksaan kehamilan sebagai kebutuhan
yang harus dalami.16
Penelitian ini tidak sejalan dengan Eka Vitriyani riwayat penyakit dengan uji Chi
Square 1,000 > α 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan riwayat penyakit terhadap
pemeriksaan K1 ibu hamil.13
SIMPULAN
Hasil penelitian didapatkan presentase umur responden lebih banyak pada
umur yang tidak berisiko (20-35 tahun) (93,2%), pendidikan Tinggi (SMA-PT) yaitu
87,5%, responden yang mempunyai jumlah ≤ 2 anak (88,6%), peristiwa pada
kehamilan lalu banyak ibu hamil yang tidak mengalami keguguran (89,8%), keadaan
kesehatan banyak responden tidak mempunyai riwayat penyakit (77,3%), saran
petugas kesehatan dengan Baik (81,8%), persepsi responden Baik (52,3%) dan
perilaku Ante Natal Care sesuai (92%).
Tidak ada hubungan antara umur (p value = 1,000 > 0,05), Keguguran (p value
= 1,000 > 0,05) dengan perilaku Ante Natal Care karena H0 diterima. Terdapat
hubungan antara keadaan kesehatan (p value = 0,044 > 0,05) dengan perilaku Ante
Natal Care karena H0 diterima.
SARAN

11

Ibu hamil lebih menjaga kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan. Melakukan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi dini risiko
kehamilan dan mengikuti kegiatan ibu hamil yang ada di Puskesmas untuk
meningkatkan pengetahuan terutama informasi tentang kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
1.

Maryunani, A. (2016). Buku Praktis dan Persalinan Patologis (Risiko Tinggi dan
Komplikasi) dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.

2.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015

3.

Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2015

4.

http://sdgsindonesia.or.id/index.php/sdgs/itemlist/category/29-sdgs?start=12
diakses pada 7 April 2016: pukul 14.20 WIB

5.

Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015

6.

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016, Profil Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2016, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang

7.

Endjun, J. J. (2017). Panduan Cerdas Pemeriksaan Kehamilan. Jakarta:
Pustaka Bunda

8.

Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bima
Pustaka

9.

Mantang, I. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kunjungan
Antenatal pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Motoboi Kecil Kota
Kotamobagu.

10. Sari, K. i. (2013). Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Kunjungan
Antenatal Care. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.

12

11. Arisandi, M. E. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Komplikasi Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Vol. VII, No. 2.
12. Prihandini, S. R. (2016). Usia Reproduksi Tidak Sehat dan Jarak Kehamilan
yang Terlalu Dekat Meningkatkan Kejadian Abortus di Rumah Sakit Tentara
Dokter Soedjono Magelang. Jurnal Kebidanan Vol. 5 No. 9.
13. Vitriani, E. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) K1 Ibu Hamil sDI Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Vol. 5 No. 2.
14. Wardiyah, Aryanti. (2016). Hubungan Anemia dengan Kejadian Abortus di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. e-jurnal umm Vol. 7, No. 1
15. Maliana, Andesia. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Abortus Inkomplit di Ruang Kebidanan RSUD Mayjend. HM. Ryacudu Kota
Bumi. Jurnal Kesehatan Vol. VII No. 1.
16. Sari, K. i. (2013). Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Kunjungan
Antenatal Care. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.

13