SAKIT DAN MUSIBAH ADALAH PENGHAPUS DOSA

SAKIT DAN MUSIBAH ADALAH PENGHAPUS DOSA BAGI SEORANG MUSLIM
Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah merahmati kita semua- telah menjadi ketetapan
dari Allah Azza wa Jalla bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami sakit dan musibah
selama hidupnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna
lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS.
Al-Baqaroh : 155-157).
Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah yang merupakan
rahmat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah
Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah.
Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk
akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia
dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar
gambaran ini”. (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil hal 452).
Dalam menyikapi sakit dan musibah tersebut, berikut ini ada beberapa prinsip yang harus
menjadi pegangan seorang muslim :
1. Sakit dan Musibah adalah Takdir Allah Azza wa Jalla
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).
“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan dengan izin Allah” (QS.
At-Taghaabun : 11).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah
menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).
2. Sakit dan Musibah Adalah Penghapus Dosa
Ini adalah hikmah terpenting sebab diturunkannya sakit dan musibah. Dan hikmah ini
sayangnya tidak banyak diketahui oleh saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Acapkali
kita mendengar manusia ketika ditimpa sakit dan musibah malah mencaci maki, berkeluh
kesah, bahkan yang lebih parah meratapi nasib dan berburuk sangka dengan takdir
Allah.Nauzubillah, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan semacam itu. Padahal apabila
mereka mengetahui hikmah dibalik semua itu, maka –insya Allah– sakit dan musibah terasa
ringan disebabkan banyaknya rahmat dan kasih sayang dari Allah Ta’ala.
Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana
beliau bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan
mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.

(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan,
kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan
sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit,
dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan
dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).
“Bencana senantiasa menimpa orang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan
hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada
dirinya”.
(HR. Tirmidzi no. 2399, Ahmad II/450, Al-Hakim I/346 dan IV/314, Ibnu Hibban no. 697,
dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Mawaaridizh Zham-aan no. 576).
“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia
menghapuskan setiap dosa darinya”.
(HR. Al-Hakim I/348, dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Shohih Jami’is Shoghir no.1870).

“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya
dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya”. (HR. Muslim no.
2572).
“Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka”. (HR. Al-Bazzar,

dishohihkan Syeikh Albani dalam kitab Silsilah al Hadiits ash Shohihah no. 1821).
“Janganlah kamu mencaci-maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit
itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api
menghilangkan kotoran-kotoran besi”. (HR. Muslim no. 2575).
Walaupun demikian, apabila seorang mukmin ditimpa suatu penyakit tidaklah meniadakan
usaha (ikhtiar) untuk berobat. Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah tidak
menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya”. (HR. Bukhari no. 5678). Dan
yang perlu diperhatikan dalam berobat ini adalah menghindarkan dari cara-cara yang dilarang
agama seperti mendatangi dukun, paranormal, ‘orang pintar’, dan sebangsanya yang
acapkali dikemas dengan label ‘pengobatan alternatif’. Selain itu dalam berobat juga tidak
diperbolehkan memakai benda-benda yang haram seperti darah, khamr, bangkai dan
sebagainya karena telah ada larangannya dari Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam yang
bersabda :
“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah
berobat dengan yang haram”. (HR. Ad Daulabi dalam al-Kuna, dihasankan oleh Syeikh Albani
dalam kitab Silsilah al Hadiits ash- Shohihah no. 1633).
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada apa-apa yang haram”.
(HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban no. 1397. Dihasankan oleh Syeikh Albani dalam
kitabMawaaridizh Zham-aan no. 1172).
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan penyakit kalian pada apa-apa yang

diharamkan atas kalian”. (HR. Bukhari, di-maushulkan ath-Thabrani dalam Mu’jam al Kabiir,
berkata Ibnu Hajar : ‘sanadnya shohih’, Fathul Baari : X/78-79).
3. Wajib Bersabar dan Ridho Apabila Ditimpa Sakit dan Musibah
Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin haruslah sabar dan ridho
terhadap takdir Allah Azza wa Jalla, dan harapkanlah pahala serta dihapuskannya dosadosanya sebagai ganjaran dari musibah yang menimpanya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman :
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).
Dalam beberapa hadis Qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang
pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”.
(HR. Ibnu Majah no.1597, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Shohih Ibnu Majah : I/266).
Maksud hadis diatas yakni apabila seorang hamba ridho dengan musibah yang menimpanya
maka Allah ridho memberikan pahala kepadanya dengan surga.
“Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada malaikat-Nya :
‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?. Para Malaikat menjawab : ‘Ya,
benar’. Lalu Dia bertanya lagi : ‘Apakah kalian mengambil buah hatinya?’. Malaikat
menjawab : ‘Ya’. Kemudian Dia berkata : ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’. Malaikat

menjawab ‘Ia memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi
wa innaa ilaihi roji’un). Allah Azza wa Jalla berfirman : ‘Bangunkan untuk hamba-Ku sebuah
rumah di surga dan namai dengan (nama) Baitul Hamd (rumah pujian)’.” (HR
Tirmidzi no.1021, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi no. 814)
“Tidaklah ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman jika
Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian ia bersabar atas
kehilangan orang kesayangannya itu melainkan surga”. (HR. Bukhari).
“Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung berfirman : ‘Jika Aku menguji hamba-Ku dengan
dua hal yang dicintainya (yakni menjadikan seorang hamba kehilangan dua
penglihatannya/buta)lalu ia bersabar maka Aku akan menggantikan keduanya dengan
surga”. (HR. Bukhari).
Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya besarnya pahala itu
tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum, maka Dia
akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan, dan barangsiapa

yang murka maka baginya kemurkaan”. (HR. Tirmidzi no. 2396, Ibnu Majah no. 4031,
dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi II/286).
Hikmah lainnya dari sakit dan musibah adalah menyadarkan seorang hamba yang tadinya
lalai dan jauh dari mengingat Allah -karena tertipu oleh kesehatan badan dan sibuk mengurus
harta- untuk kembali mengingat Robb-nya. Karena jika Allah mencobanya dengan suatu

penyakit atau musibah barulah ia merasakan kehinaan, kelemahan, teringat akan dosa-dosa,
dan ketidakmampuannya di hadapan Allah Ta’ala, sehingga ia kembali kepada Allah dengan
penyesalan, kepasrahan, memohon ampunan dan berdoa kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasulrasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri”. (QS. Al-An’aam : 42).
Sakit dan musibah merupakan pintu yang akan membukakan kesadaran seorang hamba
bahwasanya ia sangat membutuhkan Allah Azza wa Jalla. Tidak sesaatpun melainkan ia
butuh kepada-Nya, sehingga ia akan selalu tergantung kepada Robb-nya. Dan pada akhirnya
ia akan senantiasa mengikhlaskan dan menyerahkan segala bentuk ibadah, doa, hidup dan
matinya, hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Jazakallahu khairal jaza untuk al-akh ku di sana.

Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu
semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu tanpa sebab yang
mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik
setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh,
menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita
sampai mengutuk taqdir. Na’udzu billah…
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau

bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu
menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.”
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :”Jangan engkau mengecam penyakit
demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses
pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)
Sakit adalah Ujian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Quran, “Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.”
(QS. Al-Baqarah: 155-156). Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampuryang
Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. AlInsaan:2)
Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala menguji manusia, untuk melihat siapa di antara
hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena
sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus
menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota badan.
Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku


beriman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orangorang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di
hadapanNya. Rasulullahshallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Barangsiapa dikehendaki
baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya”. (HR.
Bukhari).
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan :
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Sesungguhnya pahala yang besar
didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah
akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka
ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia
akan menerima kermurkaan Allah”. (HR. Tirmidzi)
Sakit adalah Adzab
Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan mendekatkan
dirinya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun bagi sebagian orang, sakit bisa menjadi
adzab yang akan membinasakan dirinya. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman, “Katakanlah:
“Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah
kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)

dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah,
betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih bergantiagar mereka
memahami(nya)”.” (QS. Al-An’aam: 65)
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang kecil di dunia
sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang
benar.”(QS. As-Sajdah: 21)
Maka dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan. Seseungguhnya,
segala macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya adalah karena perbuatan kita
sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, artinya, “Apa saja musibah yang menimpa
kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri,
harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya
adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan.”[1]
Dari ‘A`isyah radhiyallahu ‘anha ia berkata , “Aku mendengar Rasulallah shallallahu ‘alayhi
wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah walau hanya tertusuk duri,
kecuali Allah akan mencatat baginya kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan
dosanya.” (HR.Muslim)
Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap seseorang di

dunia bisa berbagai macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana alam, peperangan, sakit,
atau bahkan kematian. Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu yang diadzab oleh
Allah subhanahu wa ta’ala dengan berbagai macam penyakit yang aneh dan sulit

disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka tetap bertahan di dalam kekafiran, padahal buktibukti dan tanda-tanda kebesaran-Nya telah ditampakkan di hadapan mereka. Firman Allah,
“Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka
bertakwa atau (agar) Al-Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka” (QS. Thaahaa: 113)
Allah swt. juga berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekalikali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun” (QS. Ali ‘Imraan: 116)
Sakit adalah Cinta
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa ta’alasenantiasa menguji hambahambaNya untuk menilai siapa yang memang benar-benar memiliki ketulusan iman. Siapa di
antara hamba-hambaNya yang sabar, yang sanggup bertahan, baik dalam susah maupun
senang. Inilah golongan yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala. Para shahabat berkata
saat golongan ini sedang ditimpa sakit, “Demam sehari dapat menghapuskan dosa setahun”.
Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An Nabawimenafsirkan riwayat atsar ini
dalam dua pengertian. Pertama,bahwa demam itu meresap ke seluruh anggota tubuh dan
sendi-sendinya. Sementara jumlah tiap sendi-sendi tubuh ada 360. Maka, demam itu dapat
menghapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari.
Kedua, karena demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang tidak akan hilang

seratus persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam,
“Barangsiapa meminum minuman keras, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat
puluh hari.” Karena pengaruh minuman keras tersebut masih tetap ada dalam tubuhnya,
pembuluh nadi, dan anggota tubuh lainnya selama empat puluh hari. Wallahu a’lam. Beliau
mengakhiri perkataannya.
Hal tersebut dapat dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn al-Qayyim) masih
belum mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita senantiasa mengingat do’a yang
seringkali diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam saat beliau menjenguk
orang sakit. Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam senantiasa mengucapkan, “Laa ba’sa
thahuurun, insya Allahu ta’ala” Tidak mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas dosadosamu). Inilah yang dimaksud bahwa Islam memandang sakit bisa bermakna cinta. Cinta
dari Sang Ilahy agar hambaNya tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia membersihkan
segala noda dan dosanya di dunia. Ma syaa Allah.
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah bersabda :”Sesungguhnya besarnya pahala
(balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika sekiranya Allah mencintai suatu
kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi dan
Baihaqi).
Dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallambersabda : ”Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau
yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon
meruntuhkan daun-daunya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurayrah radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alayhi
wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik

pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah
tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)
Begitu pula, Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :”Tiadalah kepayahan,
penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa seorang muslim sampai duri
di jalan yang mengenainya, kecuali Allah menghapus dengan itu kesalahan – kesalahannya”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alayhi wasallam, ia berkata : ”Saya
mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap. Berdoalah
kepada Allah untuk diriku”. Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Kalau engkau
bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan agar
engkau sembuh”. Wanita itu berkata : ”Aku bersabar saja”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah
shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :” Kalau seorang hamba sakit atau sedang bepergian,
pasti Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa
masih sehat dan sedang bermukim.” (HR. Bukhari)
Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsayminrahimahullah berkata: ”Apabila engkau
ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit
yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan
Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu
dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”
Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita. Dengan bersabar, kita
akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar :“Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. AzZumar: 10)
Selain itu, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit, khususnya demam,
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena, menurutnya, orang yang sedang
demam akan meninggalkan makanan yang buruk dan kemudian beralih kepada makanan
yang baik-baik. Ia pun akan mengonsumsi obat-obatan yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini
tentu akan membantu proses pembersihan tubuh dari segala macam kotoran dan kelebihan
yang tidak berguna. Sehingga prosesnya mirip api terhadap besi yang berfungsi
menghilangkan karat dari inti besi. Proses seperti ini sudah dikenal di kalangan medis.
Karenanya tidak heran jika Abu Hurayrah radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Tidak ada
penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam merasuki
seluruh organ tubuhku. Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap organ tubuh
yang terkena demam.” Allahu alam. [alfadhli]
Untuk Rekan dan Saudaraku Yang Masih/Sedang Sakit khususnya
dan seluruh muslim muslimat pada umumnya.
Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu
semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu tanpa sebab yang
mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik
setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh,
menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita
sampai mengutuk taqdir.

Dunia Adalah negeri Ujian. Semua manusia, terlebih mukmin, pasti akan Allah SWT berikan
berbagai bentuk ujian yang telah Allah SWT siapkan, Namun Allah Maha Bijaksana dan Maha
Kasih sayang pada hamba-Nya.
“Allah Tidak akan Membebani seoarang anak manusia diluar batas kemampuannya
( QS Al Baqarah;286)”
Segala hal yang Allah bebankan kepada manusia pastilah dibangun diatas Ilmu Allah, Dzat
yang Maha Mengetahui bahwa hamba tersebut mampu menyelesaikannya.
Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah merahmati kita semua.
Telah menjadi ketetapan dari Allah Azza wa Jalla bahwa setiap manusia pasti pernah
mengalami sakit dan musibah selama hidupnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).
Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah yang merupakan
rahmat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah
Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah.
Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk
akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia
dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar
gambaran ini”. (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil hal 452).
Dalam menyikapi sakit dan musibah tersebut, berikut ini ada beberapa prinsip yang harus
menjadi pegangan seorang muslim :
1. Sakit dan Musibah adalah Takdir Allah Azza wa Jalla
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS.
Al-Hadid : 22).
“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan dengan izin
Allah” (QS. At-Taghaabun : 11).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah
menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).
2. Sakit dan Musibah Adalah Kifarah ( Penghapus Dosa )
Ini adalah hikmah terpenting sebab diturunkannya sakit dan musibah. Dan hikmah ini
sayangnya tidak banyak diketahui oleh saudara-saudara kita yang tertimpa musibah.
Acapkali kita mendengar manusia ketika ditimpa sakit dan musibah malah mencaci maki,
berkeluh kesah, bahkan yang lebih parah meratapi nasib dan berburuk sangka dengan
takdir Allah.Nauzubillah, kita berlindung kepada Allah dari perbuatan semacam itu.
Padahal apabila mereka mengetahui hikmah dibalik semua itu, maka –insya Allah– sakit
dan musibah terasa ringan disebabkan banyaknya rahmat dan kasih sayang dari Allah
Ta’ala.
Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dimana beliau bersabda:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah
akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan
daun-daunnya”.
(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

3. Sakit adalah Ujian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Quran :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala menguji manusia, untuk melihat siapa di antara
hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena
sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga harus
menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota
badan.
4. Sakit adalah Cinta
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa ta’alasenantiasa menguji
hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang benar-benar memiliki ketulusan
iman. Siapa di antara hamba-hambaNya yang sabar, yang sanggup bertahan, baik dalam
susah maupun senang. Inilah golongan yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala. Para
shahabat berkata saat golongan ini sedang ditimpa sakit, “Demam sehari dapat
menghapuskan dosa setahun”.
5. Sakit adalah Adzab
Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan mendekatkan
dirinya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun bagi sebagian orang, sakit bisa
menjadi adzab yang akan membinasakan dirinya. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman,
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang kecil
di dunia sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka
kembali ke jalan yang benar.”(QS. As-Sajdah: 21)
Maka dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan. Seseungguhnya,
segala macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya adalah karena perbuatan
kita sendiri.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu
maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
6. Wajib Bersabar dan Ridho Apabila Ditimpa Sakit dan Musibah
Apabila sakit dan musibah telah menimpa, maka seorang mukmin haruslah sabar dan
ridho terhadap takdir Allah Azza wa Jalla, dan harapkanlah pahala serta dihapuskannya
dosa-dosanya sebagai ganjaran dari musibah yang menimpanya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman :
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa
ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).
Dalam beberapa hadis Qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah
yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”.
(HR. Ibnu Majah no.1597, dihasankan oleh Syeikh Albani dalam Shohih Ibnu Majah :
I/266).

Dan Terakhri,Penulis berdo’a : Semoga sakit atau musibah yang menimpa kita menjadi
kifarah penghapus dosa serta jadi tangga meningkatnya iman kita. Dan semoga Allah SWT
Memberikan Kesabaran, Kekuatan dan keikhlasan pada semua ikhwanul muslimin yang
sedang sakit, juga lebih dari itu semoga Allah SWT memberikan kesembuhan yang
sempurna bagi ikhwanul muslim semua yang sedang mengalami sakit dan musibah. Aamin.
Wassalam