TEORI PSIKOANALITIK DAN TEORI KOGNITIF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap
individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan
berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan
yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia.
Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan
orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai
tujuan ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “akulturasi-diri” adalah
sangat penting. Namun tujuan ini tidak pernah statis. Tujuan dapat dianggap
sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan,
untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun
psikologis. Seiring dengan berkembangnya zaman dan dari bertambahnya masalah
diri manusia itu sendiri muncul lah berbagai teori mengenai studi perkembangan
sehingga memunculkan pemahaman-pemahaman baru mengenai perkembangan
manusia.
Perkembangn pemikiran dan kajian empirik dikalangan para ahli tentang
perkembangan manusia telah melahirkan berbagai teori yang beragam sesuai
dengan perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi para ahli yang membangun

teori tersebut. Teori-teori yang muncul biasanya merupkan kritik dari teori-teori
sebelumnya. Memang patut diakui bahwa titik pandang (teori) dalam psikologi
tidak ada yang sempurna, sehingga terbuka bagi ilmuwan untuk memberikan
kritik dan masukan ataupun penyempurnaan dari teori yang sudah ada.
Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita
untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tetang kenyataan

1

2

tersebut. Teori juga dapat diartikan sebagai sekumpulan atau seperangkat asumsi
yang relevan dan secara sistematis saling berkaitan.
Dari begitu banyaknya teori yang berusaha menjelaskan bagaimana
perkembangan manusia, ada beberapa teori yang sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan manusia diantaranya yaitu terori psikoanalisa, teori
kognitif, teori behavioral, teori etologi, dan teori ekologi kontekstual. Setiap teori
ini memberikan pandangan yang berbeda tentang perkembangan manusia. Tetapi
dalam makalah ini hanya akan membahas tentang teori psikoanalitik dan teori
kognitif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori psikoanalitik?
2. Bagaimana perkembangan manusia menurut teori kognitif?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori psikoanalitik.
2. Untuk mengetahui perkembangan manusia menurut teori kognitif.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Psikoanalitik
Psikoanalitik adalah cabang ilmu yang dikembangan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Aliran
psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, bahwa kehidupan manusia dikuasai
oleh alam ketidaksadaran yakni alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu. Aliran
ini mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia. Teori-teori yang diusulkan
oleh Sigmund Freud menekankan pentingnya peristiwa masa kanak-kanak dan

pengalaman, namun hampir secara khusus berfokus pada gangguan mental bukan
yang berfungsi normal.
Menurut Freud, perkembangan anak digambarkan sebagai serangkaian “tahap
psikoseksual”. Dalam “Tiga Karangan Tentang Teori Seksualitas” (1915), Freud
menguraikan tahapan ini sebagai oral, anal, phalik, latensi dan genital yang
dianggap penting dalam perkembangan kepribadian. Setiap tahap melibatkan
kepuasan hasrat libidinal dan kemudian dapat memainkan peran dalam
kepribadian orang dewasa.

Gambar 1. Sigmund Freud

1. Riwayat Hidup Tokoh Teori Psikoanalitik

3

4

Sigmund Freud lahir di Morovia, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di
London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam “Theory and
Practice of Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bahwa Sigmund Freud

adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan lima
orang wanita. Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter
dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup
berdesakan di sebuah apartemen yang sempit, namun demikian orang tuanya tetap
berusaha memberikan motivasi terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas
dimiliki oleh anak-anaknya.
Sebagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan
mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang
mengalami problema emosional yang sangat berat adalah saat kreativitasnya
muncul. Pada umur paruh pertama empat puluhan ia banyak mengalami
bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan ketakutan lain.
Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman
tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.
Sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia
sering menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan
karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia
senja. Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai
pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga
telah meletakkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil
usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat

komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.
Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang
psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental,
hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok
psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan
oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan

5

pembuat peta ketidaksadaran manusia. Lima karya Freud yang sangat terkenal
dari beberapa karyanya adalah:
a) The Interpretation of dreams (1900)
b) The Psichopathology of Everiday Life (1901)
c) General Introductory Lectures on Psichoanalysis (1917)
d) New Introductory Lectures on Psichoanalysis (1933) dan
e) An Outline of Psichoanalysis (1940).
Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa
populer. Menurut A. Supratika dalam bukunya “mengenal perilaku abnormal”,
nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis
pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana

psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di Universitas Clark di
Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa
sekitar tahun 1930an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah
terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah
didirikan di banyak negara.
2. Konsep Dasar Teori
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan
irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri
psikoseksual tertentu pada masa tujuh tahun pertama dalam kehidupannya.
Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada
dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang
mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar
dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh.
Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi

6

tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih
rumit daripada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi

manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund
Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan
bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah. Sigmund Freud telah
membangkitkan semangat manusia untuk berpikir mengenai psikologi.
Aliran psikoanalitik mempelajari perkembangan kepribadian dan perilaku
abnormal daripada aliran psikologi. Proses pengobatan gejala-gejala histeria mulai
dari pembiusan kemudian beralih ke hipnotis dan terapi bicara atau psikoanalisa
yang mengutamakan pentingnya proses ketidaksadaran.
Aliran Psikoanalitik terdiri dari dua variasi yakni personal dan interpersonal,
bagaimana kepribadian mempengaruhi belajar dan perilaku. Aliran personal dari
teori psikoanalitik adalah tradisi Sigmund Freud yang berpendapat bahwa orang
bertindak atas dasar motif yang tak disadarinya maupun atas dasar pikiran,
perasaan, dan kecenderungan yang disadari dan sebagaian tidak disadari.
Dasar pendapat dan pandangan Frued berangkat dari keyakinan bahwa
pengalaman mental manusia tidak ubahnya seperti gunung es yang terapung di
samudera yang hanya sebagian terkecil yang tampak, sedangkan sembilan
persepuluhnya dari padanya yang tidak tampak itulah yang merupakan
bagian/lapangan ketidaksadaran mental manusia berupa pikiran kompleks,
perasaan, dan keinginan-keinginan bawah sadar yang tidak dialami secara
langsung tetapi ia terus mempengaruhi tingkah laku manusia.

Struktur ini dapat ditampilkan secara diagramatik dalam kaitannya dengan
aksesibilitas bagi kesadaran atau jangkauan kesadaran individu. Id merupakan
libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional. Id merupakan sebuah
keinginan yang dituntun oleh prinsip kenikmatan dan berusaha untuk memuaskan
kebutuhan ini.

7

Gambar 2. Diagramatik jangkauan kesadaran individu

Sigmund Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu id,
ego dan superego. Ketiga struktur tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar
pada usia tujuh tahun.
3. Teori Kepribadian, Id, Ego dan Superego
Dalam pribadi manusia, ada yang disebut dengan id (naluri), ego (saya/aku),
dan superego (norma). Ketiga hal ini akan membantu manusia untuk beradaptasi
dengan lingkungan hidupnya. Secara naluriah, manusia akan berusaha bertahan
hidup dengan cara apapun seperti yang disebut di atas, termasuk mempertahankan
diri tentang eksistensinya dalam lingkungan.
a) Id (Das Es)

Id merupakan kodrat makhluk. Id adalah naluri makhluk hidup dalam rangka
mempertahankan eksistensinya di muka bumi. Bertahan hidup dalam arti yang
luas pada dasarnya merupakan segala aspek yang kita lihat di bumi ini. Id pada
manusia termasuk naluri untuk berkembang biak, mempertahankan diri dari
ancaman, naluri untuk bebas dari rasa lapar dan haus seperti halnya makhluk lain.

8

Id bagian jiwa paling liar, berpotensi jahat. Ada yang menafsirkan id sebagai
nafsu manusia yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah. Di sisi lain, id
tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan hasratnya. Intinya, id adalah
bagian jahat dari manusia yang beresiko merugikan orang lain dan diri sendiri. Id
akan didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan
kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi, maka hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.
Contoh mudahnya adalah bila seorang bayi menangis karena lapar atau pun
haus maka ia akan mengkomunikasikan hal tersebut kepada ibunya dengan cara
menangis. Karena dengan adanya peningkatan rasa lapar atau haus yang dirasakan
bayi atau anak maka ia harus menghasilkan upaya segera untuk mendapatkan
makan atau minum. Id ini sangat penting pada masa awal hidup, karena itu

pastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dengan baik.
Id pada manusia menghasilkan kecenderungan untuk agresif dan terfokus
pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Id seluruhnya berada pada alam bawah
sadar. Id sering ditafsirkan sebagai instink seperti pada hewan. Namun instink
berbeda dengan id. Oleh Freud, id disebut sebagai Triebe atau dalam arti literalnya
drive (dorongan). Dorongan inilah yang menurut Freud mengendalikan dan
menentukan kemampuan, kualitas, dan kapasitas seseorang. Kalau id seseorang
itu tinggi, maka kualitas orang tersebut secara keseluruhan dengan sendirinya
akan tinggi. Usaha yang dilakukan oleh orang dengan Id yang tinggi lebih baik
jika dibandingkan dengan usaha yang dilakukan oleh orang yang id-nya rendah.
Karena orang dengan id tinggi berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam
arti luas dengan lebih baik. Begitu hebatnya id ini menurut Freud sampai-sampai
Freud berkata “Man is what his sex is; Kulitas Laki-laki itu tergantung dari nafsu
birahinya”.
b) Ego (Das Ich)
Ego sebenarnya tidak jauh berbeda dengan id. Ego juga ditafsirkan sebagai
nafsu untuk memenuhi nafsu. Hanya saja telah ada kontrol dari manusia itu

9


sendiri. Sudah ada pertimbangan, dan telah memikirkan akibat dari yang telah
dilakukannya. Tepatnya, ego adalah pengontrol id. Contoh nyata dari ego adalah
peraturan. Semua rule yang dibuat adalah untuk mencegah manusia menjadi liar
dan tak terkontrol.
Ego merupakan inti dari kesatuan manusia, dan bila terjadi ancaman terhadap
ego hal ini merupakan ancaman terhadap eksistensi manusia. Sehingga kegagalan/
kekecewaan terhadap pencapaian hal tersebut, atau terusiknya ego manusia, salah
satunya diungkapkan dengan marah.
Selain sebagai bentuk ekspresi emosi, marah juga merupakan satu bentuk
komunikasi. Adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin kita
sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain malah menganggap kita
main-main atau tidak serius. Dalam hal ini, tentunya juga berkaitan dengan
masalah budaya. Dalam budaya masyarakat tertentu, suatu bentuk ekspresi
seseorang akan dianggap sebagai bentuk ekspresi marah sedangkan dalam budaya
masyarakat lain dianggap biasa-biasa saja, salah satu contoh konkretnya adalah
logat bahasa. Contoh lain: dalam pertandingan sepak bola tidak jarang kita lihat
ada pemain yang bersitegang, terutama apabila terjadi pelanggaran. Ketika
bersitegang, sikap yang ditunjukkan para pemain Eropa akan berbeda dengan
sikap yang diperlihatkan para pemain Indonesia. Dalam kebanyakan pertandingan
Liga Eropa yang kita saksikan di televisi, apabila pemain saling bersitegang,
mereka beradu mulut dan bahkan saling berhadapan. Mata melotot dan urat-urat
leher pun tampak menjadi tegang. Namun, setelah melampiaskan kekesalan dan
amarah masing-masing, mereka pun bisa segera melanjutkan pertandingan dengan
baik. Adapun di Indonesia, tak jarang kita menyaksikan bersitegang antara dua
pemain, namun merembet pada pemain lain sehingga menyebabkan perkelahian
massal antarpemain.
Prinsip kepribadian jenis ego ini adalah seputar mengenai hal yang
berhubungan dengan realitas serta kenyataan yang ada. Ego ini juga dimulai serta
dibawa sejaklahir, tetapi berkembang bersamaan dengan hubungan individu

10

dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan, maka
individu tersebut tidak bisa hanya semata-mata bertindak sekadar mengikuti
impuls-impuls atau dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi
realitas yang ada. Dan ini lebih kompleks dari sekedar id saja. Contoh mudahnya
adalah bila seorang anak merasakan lapar maka ia akan berusaha untuk
mendapatkan makanan untuk mengatasi rasa laparnya. Hanya saja sekarang ia
akan berusaha melihat kenyataan bagaimana cara mendapatkan makanan dengan
baik tanpa ada yang merasa disalahkan atau pun ia salah dalam melakukan
tindakan mendapatkan makanan karena didorong oleh rasa laparnya tersebut.
Menurut Freud, ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan
tuntutan realita, yang berisi penalaran dan pemahaman yang tepat. Ego berusaha
menahan tindakan sampai dia memiliki kesempatan untuk memahami realitas
secara akurat, memahami apa yang sudah terjadi di dalam situasi yang berupa di
masalalu, dan membuat rencana yang realistik di masa depan. Tujuan ego adalah
menemukan cara yang realistis dalam rangka memuaskan id. Fungsi ego ini juga
berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh id
berdasarkan kenyataan yang ada.
c) Superego (Das Uber Ich)
Superego atau yang lebih sering disebut dengan “hati nurani”. Pembentukan
dan perkembangan superego sangat ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan
lingkungan sejak usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan yang serba
cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan, superego atau nuraninya tumpul.
Dorongan dari id, menjadi tidak dapat diterima oleh seseorang bukan saja
ketika ego-nya mengantisipasi ketidak mungkinan sementara karena kondisi dan
keadaan, tapi juga secara lebih permanen. Hal itu disebabkan karena sistem ketiga
dari pikiran manusia yang disebut superego. Superego merupakan pengendali dari
ego dan id yang bukan berasal dari dalam diri tetapi dari penyerapan standar
aturan dan pranata dari pendidikan orangtua.

11

Superego merupakan bagian kepribadian yang berhubungan dengan etika,
standar moral dan aturan. Superego berkembang selama 5 tahun pertama
kehidupan sebagai respon dari pendidikan orang tua. Perkembangan superego
menyerap tradisi dari keluarga dan lingkungan sekitar. Superego berfungsi sebagai
pengendali perilaku atau penyaring rangsangan sosial yang tidak memenuhi
standar perilaku.
Dalam bahasa sederhana, superego sering diterjemahkan sebagai conscience
atau suara hati. Pelanggaran terhadap suara hati atau standar superego
menghasilkan perasaan bersalah, kegelisahan dan rasa khawatir. Superego terus
berkembang seiring dengan pertumbuhan dan pengetahuan pribadi seseorang
dimana ia menemukan sosok, sistem aturan atau pikiran-pikiran yang
diketahuinya dari pergaulan dalam masyarakat yang lebih luas.
Superego atau pun aspek sosiologis adalah merupakan sistem kepribadian
yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut
hal yang berhubungan dengan baik-buruk). Superego lebih merupakan
kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu superego dapat dianggap sebagai
aspek moral daripada kepribadian itu sendiri. Juga merupakan aspek kepribadian
yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita
peroleh dari kedua orangtua serta masyarakat. Superego memberikan pedoman
untuk membuat sebuah penilaian.
Fungsi manfaat superego adalah sebagai pengendali dorongan-dorongan atau
impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dengan cara atau
bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. Mengarahkan ego pada tujuantujuan yang sesuai dengan moral daripada dengan kenyataan. Mendorong individu
kepada kesempurnaan.
Bersama-sama dengan ego, superego mengatur dan mengarahkan tingkah
laku manusia yang bermaksud untuk memuaskan dorongan-dorongan dari id,
yaitu melalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan-keyakinan
tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Freud berpendapat manusia

12

sebagai suatu sistem yang kompleks memakai energi untuk berbagai tujuan seperti
halnya bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologi juga
membutuhkan energi, yang disebutnya energi psikis yaitu energi yang ditransform
dari energi fisik melalui id beserta instink-instinknya. Ini sesuai dengan kaidah
fisika, bahwasannya energi tidak dapat hilang, tetapi dapat pindah dan berubah
bentuk.
4. Perkembangan kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang
sangat teliti dari proses perkembangan psikososial mulai dari lahir sampai dewasa.
Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap
perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi
pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Berikut 5 tahapan perkembangan menurut Sigmund Freud :
a) Tahap Oral (Oral Stage)
Ialah tahapan pertama kepribadian Freud, yang berlangsung selama 18 bulan
pertama kehidupan. Kenikmatan seorang bayi berpusat di sekitar mulut.
contohnya mengunyah, menghisap, dan menggigit adalah sumber utama
kenikmatan. Tindakan-tindakan ini mengurangi tekanan dan ketegangan pada
bayi.
b) Tahap Anal (Anal Stage)
Ialah tahapan kedua kepribadian Freud, yang berlangsung antara usia 1,5
samai 3 tahun, dalam kenikmatan terbesar anak meliputi lubang anus atau fungsi
pengeluaran atau pembersihan. Dalam sudut pandang Freud latihan otot - otot
lubang dubur mengurangi tekanan atau ketegangan.
c) Tahap Falik (Phallic Stage)
Ialah tahapan ketiga kepribadian Freud, yang berlangsung antara usia 3
sampai 6 tahun, phallic berasal dari kata Latin Phallus yang berarti alat kelamin
laki - laki (penis). Selama tahap Phallic kenikmatan berfokus pada alat kelamin,

13

karena anak menemukan bahwa manipulasi diri (self manipulation) dapat
memberi kenikmatan tersendiri.
d) Tahap Latensi (Laten Stage)
Ialah tahap keempat kepribadian Freud yang berlangsung antara kira - kira
usia 6 tahun dan masa pubertas, anak menekan semua minat terhadap seks dan
mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan
sebagian terbesar energi anak ke hal yang secara emosional

“aman”, dan

membantu anak melupakan konflik pada tahap phallic yang sangat menekan.
e) Tahap Genital (Genital Stage)
Ialah tahapan kelima kepribadian Freud yang berlangsung dari masa pubertas
dan seterusnya. Tahap kemaluan atau genital ialah suatu masa kebangkitan
kembali dorongan seksual, sumber kesenangan seksual sekarang adalah orang
yang berada diluar keluarga. Freud yakin bahwa konflik yang terjadi yang
mungkin tidak dapat teratasi dengan orangtua terjadi kembali selama masa remaja
atau pubertas. Bila teratasi dengan baik, individu mampu mengembangkan suatu
hubungan cinta yang dewasa dan berfungsi secara mandiri sebagai seorang yang
dewasa.

5. Aplikasi Teori Sigmund Freud Dalam Bimbingan
Apabila menyimak konsep kunci dari teori kepribadian Sigmund Freud, maka
ada beberapa teorinya yang dapat aplikasikan dalam bimbingan, yaitu:
Pertama, konsep kunci bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki
kebutuhan dan keinginan”. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses
bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhankebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam
memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan
yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar
efektif. Hal ini sesuai dengan fungsi bimbingan itu sendiri.

14

Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat
digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu
individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih,
memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan
kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan
bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial
dalam masyarakatnya.
Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa
kecil) terhadap perjalanan manusia.Walaupun banyak para ahli yang mengkritik,
namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi
anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pembinaan akhlak
individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan
anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan
sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses
interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu
memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh
menjadi manusia yang baik.
Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu”
dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun
pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan
harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena
pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu
konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan
perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam
proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat
mengurangi impuls-impuls dorongan id yang bersifat irrasional sehingga berubah
menjadi rasional.

15

B. Teori Kognitif
Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang
hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya
schemata (skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya)
dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru
dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan
perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan
bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita
melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk
pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.

Gambar 3. Jean Piaget

1. Riwayat Hidup Tokoh Teori Kognitif

16

Jean Piaget dilahirkan di Neuhatel, Swiss pada tanggal 9 Agustus 1896.
Ayahnya Arthur Piaget, dia seorang profesor sastra abad pertengahan yang sangat
menyenangi sejarah lokal. Ibunya Rebecca Jackson adalah seorang wanita yang
cerdas dan sangat bersemangat. Sebagai anak sulung, Piaget memilki keleluasan
untuk menentukan keinginannya. Piaget sangat semangat ketika ia menuntut ilmu
sampai akhirnya dia memperoleh gelar doktor di bidang sains dari Universitas of
Neuchatel. Selama setahun berkutnya, dia bekerja di laboratorium psikologi di
Zurich dan klinik psikiatri milik Bleuler. Dalam periode inilah dia berkenalan
dengan karya-karya Freud, Jung dan pemikir-pemikir lainnya. Piaget adalah
seorang tokoh psikologi kognitif yang memiliki peran besar atau berpengaruh
terhadap perkembangan pemikiran para pakar psikolog yang hidup setelahnya.
Teori kognitif Piaget yang kemudian berkembang pula aliran konstruktivistik,
menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan oleh adanya kemauan
individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar
sebagaimana

yang ditemukan

oleh aliran behavioristik,

tetapi sekadar

memudahkan dalam proses belajar. Keaktifan dari siswa merupakan faktor
penentu utama dalam menentukan kesuksesan atau keberhasilan dari kegiatan
belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal.
2. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum
kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan
yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional
(akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh

17

sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek
tenaga pendidik misalnya, seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang
kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti
penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
cara menilai siswa dan sebagainya.
3. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelasakan bagaimana anak beradaptasi serta menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi
dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial
seperti diri sendiri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan
objek-objek

untuk

mengetahui

persamaan-persamaan

dan

perbedaan-

perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objekobjek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan
peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga
berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui
pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punya.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahaptahap atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan
Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang

18

bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif
ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang
memperoleh pendidikan dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka
pendekatan dan uraian dari teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada
proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang
perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan
bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif
dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayibayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting
dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang
signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang
saling berhubungan, yaitu:
a) Organisasi
Merupakan istilah yang

digunakan

Piaget

untuk

mengintegrasikan

pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem
pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang
semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk
menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombinasikan
dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek
yang dilihatnya.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat
struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut
skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk
memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan
reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menarik.

19

b) Adaptasi
Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan
mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan
dua langkah, yaitu:
1) Asimilasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada
peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada.
Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi melalui
asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yang
dia terima ke dalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh asimilasi kognitif : seorang anak yang diperlihatkan segi tiga
sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu
siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga sikusiku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
2) Akomodasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada
perubahan yang terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka
menampung informasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini,
struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami
perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh : anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang
diperlihatkan kedua.
3) Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari
keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan
sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu
mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan,
maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu,
bersama-sama dan komplementer.

20

Contoh : bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun
botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum
dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas
membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa
dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan
mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan
melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap
skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan
demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan
ekuilibrium dan pertumbuhan.

4. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa
atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan
lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun strukturstruktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui
empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia
dan terdiri dari cara berfikir yang khas/berbeda.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
a) Tahap Sensorimotor
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai
umur 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia
dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan
mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik.

21

Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuankemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang
bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.
Piaget membagi tahap sensorimotor ini kedalam 6 periode, yaitu:
1) Periode 1 : Skema Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap
(bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks
mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan
terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan
menggerakkan kepala kearah kanan.
2) Periode 2 : Reaksi Sirkular Primer/Kebiasaan (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan
berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada contoh
menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik
dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat
jempol.
3) Periode 3 : Reaksi Sirkular Sekunder / Reproduksi Kejadian yang
Menarik (Usia 4-8 bulan)
Reaksi sirkular primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagianbagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkular sekunder terjadi
ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik
diluar dirinya.
4) Periode 4 : Koordinasi Reaksi Sirkular Sekunder (Usia 8-12 bulan)

22

Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema
terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak
Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya
ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia
berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser
tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk
menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu
sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan
mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah
beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang
dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak
mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua
skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak
mainan.
5) Periode 5 : Reaksi Sirkular Tersier/Eksperimen (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu
hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakantindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda.
Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli
Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali.
Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi
yang dihasilkan oleh tindakannya.
6) Periode 6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik,
pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih
internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak

23

mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak
sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi
internal dalam gambaran atau pemikirannya.
b) Tahap Pemikiran Pra-operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-6 tahun. Pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol.
Menurut Piaget, walaupun anak-anak prasekolah dapat secara simbolis
melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan
“Operation” (operasi), yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang
memungkinkan anak-anak melakukan secara mental, sebelumnya dilakukan
secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “kemampuan anak
mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak
dalam lima gejala berikut:
1) Imitasi Tidak Langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau
dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran
anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh
tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasarpasaran. Ini adalah hasil imitasi.
2) Permainan Simbolis

24

Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru
kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan
bonekanya adalah adiknya.
3) Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan
gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi
“kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan
unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang rill”.
Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis
lainnya.
4) Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman
yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis.
Anak

masih

mempunyai

kesalahan

yang

sistematis

dalam

menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan
hitam.
5) Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau
kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain
tentang peristiwa kepada orang lain.

25

c) Tahap Operasi Berpikir Kongkret (usia 6-11 tahun)
Tahap ini berada pada rentang usia 6-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan
perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis.
Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan
ini adalah:
1) Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk,
atau ciri lainnya. Contohnya : bila diberi benda berbeda ukuran, mereka
dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
2) Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian
benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan
benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda
hidup dan berperasaan).
3) Decentering
Anak

mulai

mempertimbangkan

beberapa

aspek

dari

suatu

permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak
akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding gelas kecil yang tinggi.
4) Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat

26

menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
5) Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau
benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan
ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi gelas lain.
6) Penghilangan sifat egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai
contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan
ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci,
setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
d) Tahap Operasi Berfikir Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal
seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul

27

saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya
ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis,
yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan.
Contoh : ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika
penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir
kongkret,

ia

akan

berkesimpulan

bahwa

bensinnya

habis.

Ia

hanya

menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja
yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa
kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati,
atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi,
sehingga ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan
persoalan yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat
semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena
dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.

5. Implementasi

Teori

Perkembangan

Kognitif

Piaget

Dalam

Pembelajaran
Dalam hail ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa
implementasi yang harus diketahui dan diterapkan adalah sebagai berikut:

28

a) Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekadar
pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban
tersebut.
b) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali
dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Dalam
kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan,
dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui
interaksi spontan dengan lingkungan.
c) Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
d) Penerimaan
terhadap
perbedaan
individu
dalam
kemajuan
perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak
berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka
memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

1.

BAB III

2.

KESIMPULAN
3.
4. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, teori psikoanalitik adalah
cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Aliran psikoanalisa melihat
manusia dari sisi negatif, bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh alam
ketidaksadaran yakni alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu. Aliran ini
mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia.
5. Sedangkan teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang
psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak
konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk
secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
6. Perbedaan antara kedua teori tersebut adalah bahwa teori psikoanalitik
berdasarkan kehidupan manusia yang dikuasai oleh alam bawah sadar. Contoh
mudahnya adalah bila seorang bayi menangis karena lapar ataupun haus maka ia
akan mengkomunikasikan hal tersebut kepada ibunya dengan cara menangis.
Sedangkan teori kogitif berdasarkan kenyataan yang ada atau yang dialami
manusia itu sendiri. Contohnya adalah seorang guru diharuskan memiliki
kompetensi bidang kognitif, artinya seorang guru harus memiliki kemampuan
intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
DAFTAR RUJUKAN
13.

29

30

14.

Bertens, Kees. (2006). Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama
15.
Santrock, Jhon W. (2003). ADOLESCENE Perkembangan Remaja. Jakarta
: Erlangga
16.
Semiun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik
Freud. Yogyakarta : Kanisius
17.
Supratika, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius
18.
19.
Wikipedia.org. 19 September 2014. Wikipedia : Psikoanalisis. (online).
http://id. wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis
20.
Wikipedia.org. 19 September 2014. Wikipedia : Sigmund Freud. (online).
http://id.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud
21.
Wikipedia.org. 19 September 2014. Wikipedia : Teori Perkembangan
Kognitif. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif