PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMU (2)

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SEBAGAI
MEDIA PEMBERDAYAAN KOMUNITAS PEREMPUAN DI PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
(STUDI KASUS KAMPUNG CYBER RT 36 TAMAN SARI YOGYAKARTA)
Yonathan Dri Handarkho1, F. Anita Herawati 2, Dhyah Ayu Retno Widyastuti 2,
Th. Diyah Wulandari 2, Pupung Arifin 2
1

Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Informatika
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: yonathan_dh@staff.uajy.ac.id
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Email: anita_hera@yahoo.com, ayu_cahindu@yahoo.com,
wulandaricupriantoro@yahoo.com.au, pupung.arifin@yahoo.com

Abstract:
Today, Information and Communication Technology (ICT) has been used as an empowerment solution in any
fields. One of them is to empower the marginal groups caused by culture or norms, women for example.
Unfortunately, gender equality that associated with the use of ICT still happening especially in developing
country such as Indonesia. Frequently, women have a limited acces to use the ICT, whereas it could provides
many benefit for women empowerment and have the potential to improve the quality of lives of women in social
economic area. Based on it, this research are intended to develop a women empowerment framework through
ICTs in Kampung Cyber RT 36, Kelurahan Patehan, Kraton, Yogyakarta to improve women capacities and to
eradicate poverty.
Key words : ICT, gender, women empowerment, poverty
Abstrak:
Tren pemanfaatan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) sebagai upaya pemberdayaan telah menjangkau
berbagai bidang dan lapisan masyarakat, salah satunya sebagai sarana pemberdayaan bagi kelompok masyarakat
yang sering kali “terpinggirkan” karena faktor budaya maupun tradisi yaitu perempuan. Perlu diakui bahwa isu
kesetaraan gender terkait pemanfaatan TIK telah menjadi isu yang cukup hangat terutama pada negara negara
berkembang termasuk di Indonesia. Sering kali akses pemanfaatan TIK masing sangat terbatas bagi kaum
perempuan. Padahal jika dimanfaatkan dengan tepat, TIK akan memberikan banyak manfaat bagi pemberdayaan

perempuan terutama pada bidang sosial dan ekonomi. Berkaca dari hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sebuah kerangka kerja pemberdayaan perempuan dengan memanfaatkan TIK untuk
meningkatkan kapasitas perempuan menuju kegiatan produktif dalam rangka pengentasan kemiskinan, dengan
mengambil objek penelitian di kampung cyber RT 36, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta.
Kata kunci: TIK, gender, pemberdayaan perempuan, kemiskinan.

 

1. PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada era modern
saat ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan dan mengembangkan perekonomian
masyarakat.
Kemajuan
TIK
memberikan
kesempatan kepada semua pihak untuk bisa saling
berbagi informasi dan pengetahuan, membuka
peluang pembangunan di sektor perekonomian serta

meningkatkan interaksi sosial kearah yang lebih
maju melalui teknologi yang ditawarkannya
(Melhem, dkk., 2009). Hal tersebutlah yang

menjadi alasan mengapa TIK dianggap sebagai
sebuah solusi yang bisa diandalkan untuk
meningkatkan pembangunan yang komperehensif,
pengetasan kemiskinan, dan pemberdayaan berbagai
kelompok
masyarakat
yang
sering
kali
“terpinggirkan” karena faktor budaya maupun tradisi
(Mayer dan Nair-Reichert, 2007).
Terkait dengan kelompok masyarakat, harus
diakui bahwa pemanfaatan TIK saat ini masih
terkena imbas dari isu bias gender. Melhem, dkk.
(2009) menjabarkan bahwa pada negara negara
berkembang, salah satu kendala yang dihadapi

perempuan dibandingkan dengan laki laki adalah
520

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 
memberikan contoh serupa mengenai pemanfaatan
TIK untuk memberdayakan perempuan pada bidang
sosial ekonomi.
Di dalam penelitiannya,
Rhodes(2003) menjabarkan bagaimana Rural
Women’s Association (RWA) pada daerah
Sekhuhkuneland - Afrika Selatan mampu
memberdayakan
potensi
perempuan
serta

meningkatkan
perekonomian
dari
anggotaanggotanya dengan membantu memperluas usaha
pemasaran dari berbagai usaha kecil yang dikelola
oleh mereka melalui pemanfaatan TIK. Mengacu
dari contoh contoh di atas, pemberdayaan
perempuan melalui pemanfaatan TIK dapat juga
diadopsi dan diterapkan di Indonesia, salah satunya
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Diharapkan dengan
tersedianya sebuah kerangka kerja pemberdayaan
tersebut, pihak pihak terkait dapat menggunakannya
sebagai referensi untuk membantu meningkatkan
produktivitas dan pemberdayaan kaum perempuan
sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan di
Indonesia.
Pada penelitian kali ini, peneliti mengangkat
komunitas perempuan di Kampung Cyber di RT 36
RW 09 Taman Sari, Kelurahan Patehan, Kecamatan
Kraton, Yogyakarta sebagai objek studi penelitian

untuk membangun sebuah kerangka kerja penerapan
TIK untuk meningkatkan kapasitas perempuan yang
diarahkan kepada pemberdayaan menuju kegiatan
produktif dalam rangka pengentasan kemiskinan.

terkait dengan penggunaan dan akses terhadap TIK.
Banyak faktor baik teknis, sosial maupun budaya
yang membatasi akses perempuan dalam
memanfaatkan TIK sebagai sarana pengembangan
dan pemberdayaan (Terry dan Gomez,2011).
Terry dan Gomez (2011) menjabarkan beberapa
hambatan yang menyebabkan banyak perempuan di
negara negara berkembang kesulitan untuk
memperoleh akses dan memanfaatkan TIK. Selain
permasalahan infrastruktur dan konektivitas,
hambatan yang sering dihadapi oleh para perempuan
adalah masalah ketersediaan waktu dan biaya. Hal
ini terkait dengan peran perempuan di negara
berkembang yang mayoritas masih mengutamakan
peran sebagai ibu rumah tangga, sehingga semua

waktunya banyak digunakan untuk mengurus anak
dan keluarga.
Hambatan
selanjutnya
adalah
adanya
kesenjangan konten informasi yang relevan bagi
perempuan. Sering kali konten yang tersedia di
Internet tidak relevan dengan keadaan dan kondisi
perempuan seperti kurangnya konten lokal yang
dipahami oleh perempuan maupun hambatan
penggunaan bahasa yang relatif didominasi oleh
bahasa asing. Hambatan tersebut memiliki kaitan
erat dengan hambatan selanjutnya yaitu rendahnya
tingkat pendidikan dan literasi dari perempuan di
negara berkembang. Salah satu faktor utama pada
hambatan ini adalah terkait dengan pelatihan
penggunaan TIK yang masih kurang atau kadang
kala tidak ada sama sekali yang diperuntukan khusus
bagi perempuan (Elnaggar,2008). Masih dari Terry

dan Gomez (2011), hambatan yang terakhir adalah
masalah norma dan persepsi masyarakat. Masih
banyak perempuan yang merasa tidak percaya diri
dan perlu memanfaatkan TIK dikarenakan masih
berkembangnya persepsi bahwa TIK selalu berkaitan
dan didominasi oleh kaum pria.
Hal ini tentu saja sangat disayangkan,
dikarenakan TIK jika dimanfaatkan dengan tepat,
akan
memberikan
banyak
manfaat
bagi
pemberdayaan perempuan terutama pada bidang
sosial dan ekonomi (Joseph,2011). Chew (2010)
dalam penelitiannya menguatkan pernyataan di atas
dengan
hasil
temuannya.
Chew

(2010)
menyimpulkan bahwa pemanfaatan TIK berbanding
lurus dengan pertumbuhan usaha mikro yang
dikelola oleh para perempuan di Mumbai, India.
Artinya adalah pertumbuhan usaha mikro tersebut
berelasi dengan tingkat pemanfaatan TIK oleh para
pelaku usaha tersebut.
Lebih detil lagi, Levis (2011) menjabarkan
bahwa dengan tersedianya pendidikan dan pelatihan
pemanfaatan TIK, akan memberikan pemberdayaan
pada bidang ekonomi bagi kaum perempuan. Salah
satu contoh kasus yang diberikan adalah terbukanya
kesempatan bagi para pelaku industri rumah tangga
untuk memperluas pasar penjualan barang barang
kerajinan tradisional melalui pemanfaatan internet di
negara negara berkembang. Rhodes (2003) juga

2. TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat banyak penelitian lainnya yang
menunjukkan bagaimana TIK dapat berperan

sebagai media pemberdayaan perempuan di negara
negara berkembang terutama pada bidang sosial dan
ekonomi. Hansson,dkk (2010) dalam penelitiannya
menjabarkan mengenai pemanfaatan TIK sebagai
media pemberdayaan perempuan di Srilanka. Negara
srilanka adalah sebuah negara yang memiliki tradisi
panjang dalam hal kesetaraan gender. Temuan dari
penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
pemanfaatan TIK melalui tersedianya telecentre ,
sebuah area publik yang menyediakan akses
terhadap komputer, internet, dan berbagai teknologi
digital lainnya, telah membuka jalur sumber
informasi yang baru dan menciptakan peluang karir
bagi perempuan di wilayah pedesaan di Srilanka.
Morrell dan Sterling (2006) dalam penelitiannya
yang berjudul “ICT Strategies for Gender
Empowerment:

Actionable
Approaches
and
Recommendations” , melihat TIK sebagai sebuah
agen perubahan yang efektif pada area ekonomi,
sosial dan politik di negara negara berkembang.
Hanya saja yang menjadi permasalahan adalah
kenyataan dilapangan terkait pemanfaatan TIK
sering kali menjurus kepada kesenjangan gender.
Artinya di negara negara berkembang, pemanfaatan
TIK masih banyak didominasi oleh kaum laki-laki.
Joseph dan Andrew (2007) dalam penelitiannya
521

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 
pada objek
penelitian,
mengacu kepada
permasalahan dan hambatan yang dijabarkan oleh
Terry dan Gomez (2011)
yang menyebabkan
banyak perempuan di negara negara berkembang
kesulitan
untuk
memperoleh
akses
dan
memanfaatkan TIK . Beberapa hambatan yang
dijabarkan oleh Terry dan Gomez (2011) antara lain
adalah : 1) Permasalahan infrastruktur dan
konektivitas TIK. 2) Permasalahan ketersediaan
waktu dan biaya terkait pemanfaatan TIK. 3)
Kesenjangan konten informasi yang relevan bagi
perempuan. 4) Rendahnya tingkat pendidikan dan
literasi dari perempuan di negara berkembang. 5)
Masalah norma dan persepsi masyarakat terkait
pemanfaatan TIK
Terkait dengan permasalahan infrastruktur dan
konektivitas, Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan
di kampung Cyber RT 36 terungkap bahwa
kepemilikan atas komputer atau laptop dan akses
internet ternyata cukup memadai. Berdasar data dari
tabel 1, bisa teridentifikasi bahwa dari 21 warga di
Kampung Cyber RT 36 yang mengikuti FGD,
sebanyak 61% warga memiliki komputer atau laptop
dan 42% sudah tersambung dengan internet. Dari
data tersebut maka disimpulkan bahwa Kampung
Cyber pada prinsipnya tidak memiliki permasalahan
terkait infrakstruktur dan konektivitas internet
dikarenakan dari hasil wawancara, pemasangan
instalasi internet dilakukan sejak Agustus 2008
dengan upaya swadaya masyarakat sendiri.

menguatkan lagi penting nya untuk memperkuat
akses perempuan terhadap pemanfaatan TIK. Dalam
penelitian tersebut, Joseph dan Andrew (2007)
menganalisis bagaimana penggunaan TIK dapat
memberikan manfaat dan keuntungan bagi
perempuan pada sektor pendidikan , bisnis dan
ekonomi di wilayah pedesaan di India dan Afrika
Selatan terutama terkait dengan faktor faktor normanorma budaya di India , dan apartheid di Afrika
Selatan.
3. METODOLOGI RISET
Untuk dapat membangun sebuah kerangka kerja
pemanfaatan TIK di suatu wilayah, diperlukan
penggalian lebih dalam mengenai kebutuhan
masyarakat akan keberadaan TIK terutama pada
target sasaran perempuan. Metode Partisipasi Riset
Aksi akan diterapkan dalam penyelesaian persoalan
yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan pendekatan sistem yang menekankan
dinamika kelompok dengan memakai metode
Participatory Action Research (Partisipasi Riset
Aksi – PRA). Salah satu alasan yang mendasari
penggunaan Metode PRA adalah agar program yang
dijalankan sesuai dengan sasaran dan secara nyata
mampu menjawab kebutuhan masyarakat terkait
pemanfaatan TIK sebagai media pemberdayaan
perempuan. PRA juga mewajibkan tim peneliti
untuk terlibat langsung dengan masyarakat lokal
dengan tujuan untuk memperkuat kapasitas yang
dimiliki warga untuk membuat rencana, mengambil
keputusan, dan bertindak nyata untuk meningkatkan
kondisi masyarakat setempat (Cavestro, 2003).
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka metode
Partisipatif Riset Aksi yang dipakai sebagai fokus
perlu didukung oleh metode lainnya seperti survey,
studi kasus dan Focus Group Discussion (FDG).
Penggunaan Metode yang serupa dengan
Partisipasi Riset Aksi bukanlah hal baru dalam
memperkenalkan
TIK
kepada
masyarakat.
Sebelumnya Joseph (2010) dalam jurnalnya yang
berjudul "Using participation and participatory
approaches to introduce ICTs into rural
communities” telah memberikan contoh mengenai
penggunaan metode pendekatan partisipatif untuk
memperkenalkan TIK kepada masyarakat pedesaan.
Dalam penelitian tersebut Joseph (2010) membahas
bagaimana metode partisipasi dapat membantu
masyarakat
petani
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan teknologi dan pertanian mereka serta
membantu masyarakat untuk mengadopsi TIK
kedalam bidang pertanian dengan lebih efektif.

Tabel 1. Kepemilikan Akses TIK
No.

Nama

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Sabar
Sukirman
LodEa
Sri Kadarwati
Utami Dewi
Tien Widarto
Jumiyo
Musiyati
Sarjilah
Muji
Tanti
Jiah
Th.
Rina
Pratini
Sri Nonhuru
Ny. Supitar
Sri Hastuti
Y. Sri Hartanti
Mujilan
Harti
Mujiah
Dian Kristanti

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Jumlah
Persentase

4. PEMBAHASAN
4.1. Hasil Wawancara dan FGD Pada Objek
Peneliti
Dari hasil wawancara dan FGD yang telah
dilaksanakan di Kampung Cyber di RT 36 RW 09
Taman Sari, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton,
Yogyakarta, didapatkan kesimpulan terkait kondisi

Kepemilikan
Komputer/
Internet
Laptop
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
13
61%

V
V
V
9
42%

(Sumber: hasil FGD, 6 Mei 2013)
Hasil FGD dan wawancara juga menunjukkan
bahwa kampung Cyber RT 36 memiliki potensi
ekonomi yang cukup menjanjikan. Kampung Cyber
522

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 
pemberdayaan
perempuan
yang
dibangun
berdasarkan kondisi yang ditemukan di kampung
Cyber, RT 36, keluarahan Patehen tersebut dengan
menggunakan metode PAR (Partisipasi Aksi Riset).
Di harapkan dengan adanya kegiatan tersebut, dapat
memberikan
kesadaran
kepada
masyarakat
khususnya kaum perempuan akan pentingnya
pemanfaatan
TIK
serta
pengetahuan
dan
kemampuan
untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan perempuan.

RT 36 seringkali mendapatkan kunjungan dari para
wisatawan baik asing maupun lokal. Tidak hanya
berkunjung, para wisatawan juga sering kali
berbelanja produk-produk yang diusahakan oleh
warga RT 36 ataupun mengikuti berbagai kegiatan
yang diselenggarakan oleh warga seperti pelatihan
membatik. Selain itu terdapat juga beberapa usaha
dari warga RT 36, Kelurahan Patehan seperti usaha
pembuatan kaos, penjahitan baju batik, usaha
makanan, dan usaha usaha lain-lainnya. Sayangnya
ketersediaan infrastruktur TIK dan potensi usaha
ekonomi tersebut tidak diikuti dengan kesadaran
pemanfaatan TIK terutama oleh kaum perempuan di
kawasan tersebut. Beberapa faktor permasalahan
yang dijabarkan oleh Terry dan Gomez (2011)
kembali muncul dari hasil FGD dan wawancara pada
objek penelitian.
Hambatan pertama yang muncul adalah masalah
ketersediaan waktu dan kesempatan untuk
mengakses TIK. Hasil FGD menunjukkan bahwa
kaum perempuan (ibu-ibu) di Kampung Cyber tidak
memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk belajar
komputer. Selain dikarenakan kesibukan rumah
tangga, akses komputer lebih banyak dipergunakan
oleh anak anak untuk mengerjakan tugas ataupun
bermain games. Selain itu akses terhadap TIK masih
didominasi oleh suami.
Hambatan selanjutnya adalah beberapa ibu ibu
juga masih merasa asing dan belum melihat potensi
pemanfaatan
TIK
yang
dapat
membantu
mengembangkan potensi ekonomi yang sudah ada di
wilayah tersebut. Dari hasil FGD menunjukkan
bahwa kemampuan perempuan Kampung Cyber RT
36 dalam mengoperasikan komputer cukup
bervariasi. Hal tersebut digambarkan dari beberapa
ungkapan yang ditunjukkan seperti “Ndemok wae,
urung dong” (Hanya memegang saja, belum
memahami caranya-red), atau “Mbukak password
lom bisa” (Membuka password belum bisa-red). Hal
tersebut selain mengacu kepada minimnya akses
terhadap komputer, juga dipicu oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan literasi terkait pemanfaatan
TIK.
Hambatan selanjutnya adalah masalah norma dan
persepsi masyarakat. Dari hasil wawancara dengan
beberapa nara sumber, bagi warga di RT 36,
Kelurahan Patehan, yang sebagian besar adalah
orang Jawa dan tinggal di lingkungan Kraton,
keterlibatan perempuan dalam pemanfaatan TIK
atau internet masih dianggap aneh jika dibandingkan
dengan melakukan tugas-tugas rumah tangga.
Mengubah pola pikir tersebut bisa dikatakan masih
agak sulit karena terkait dengan pandangan yang
dianggap baik oleh masyarkat setempat. Masih
banyak perempuan yang merasa tidak percaya diri
dan perlu memanfaatkan TIK dikarenakan masih
berkembangnya persepsi bahwa TIK selalu berkaitan
dan didominasi oleh kaum pria.
Berdasarkan realita tersebut, maka tim peneliti
menawarkan model pemanfaatan TIK sebagai media

4.2. Kerangka Kerja Pemanfaatan TIK Sebagai
Media Pemberdayaan Perempuan
Langkah awal dari kerangka kerja pemanfaatan
TIK di Kampung Cyber RT 36 sudah ditunjukkan
pada pembahasan sebelumnya yaitu dengan
memetakan kondisi dan potensi warga dalam hal ini
kaum perempuan atau ibu ibu terkait dengan TIK
dan kondisi sosial dan perekonomian. Selanjutnya
tahapan kerangka kerja pemanfaatan TIK secara
menyeluruh ditunjukkan dalam tahapan tahapan
sebagai berikut:
1.

Mengidentifikasi kebutuhan dan memetakan
permasalahan.
Langkah ini diperlukan untuk dapat memahami
dan
memperoleh
data
mengenai
potensi,
permasalahan yang ada terkait pemanfaatan TIK,
serta mencari solusi yang mungkin dimunculkan dari
permasalahan yang ada. Banyak metode yang bisa
digunakan dalam tahapan ini, seperti wawancara
maupun FGD. Dalam penelitian ini, proses FGD
dilaksanakan bersamaan dengan acara arisan ibu-ibu
dari RT 36. Hal tersebut dilakukan untuk mensiasati
masalah keterbatasan waktu luang dari kaum ibu ibu
dan perempuan dikarenakan kesibukan harian baik
karena urusan rumah tangga ataupun pekerjaan.
Dengan memanfaatkan momen kegiatan rutin dari
kaum ibu dan perempuan di RT 36, memudahkan
peneliti dalam mencari waktu, lokasi, dan objek
FGD.
Pada tahapan ini, terdapat beberapa temuan
permasalahan terkait kurangnya pemanfaatan TIK
oleh perempuan di Kampung Cyber RT 36, antara
lain: permasalahan waktu dan kurangnya
kesempatan yang diperoleh , kurangnya pengetahuan
akan penggunaan dan pemanfaatan TIK, serta masih
adanya anggapan atau persepsi masyarakat terkait
pemanfaatan TIK oleh perempuan.
Selanjutnya dari hasil FGD , pihak kaum
perempuan atau ibu ibu merasa membutuhkan
adanya
pelatihan terkait penggunaan dan
pemanfaatan TIK. Akan tetapi dikarenakan tingkat
kemahiran dari kaum perempuan atau ibu ibu
berbeda beda, maka perlu dibuat dikotomi terkait
kemampuan dari kaum perempuan dalam
menggunakan TIK, seperti: kelompok pemula,
kelompok bisa ataupun kelompok mahir .Temuan
lain yang muncul dari hasil FGD adalah perlunya
523

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 


pelatihan bahasa inggris sederhana terutama untuk
istilah istilah yang terkait dengan komputer, serta
perlu adanya pelatihan kewirausahaan berbasis TIK.

Modul pengenalan surat elektronik
(email) dan sosial media. Modul ini juga
ditujukan untuk kelompok mahir. Detil
modul ini meliputi pengenalan bagaimana
cara mendaftar dan menggunakan fasilitas
surat elektronik (email) seperti yahoo dan
google mail, pengenalan sosial media
facebook dimulai dari proses pendaftaran
hingga pengenalan dan pemanfaatan fitur
fitur dasar di dalamnya.
‐ Modul Pelatihan Kewirausahaan dan
kelembagaan berbasis TIK. Detil dari
modul ini berisi mengenai pengertian dan
pemahaman dasar mengenai kewirausahaan
dan kelembagaan serta berbagai contoh
pemanfaatan TIK baik melalu jejaring
sosial ataupun blog oleh para pelaku usaha
baik pemula maupun yang telah
berpengalaman dalam mendukung dan
mengembangkan usaha mandiri maupun
kelompok. Diharapkan dengan bekal
pengetahuan TIK yang sudah diperoleh
pada modul modul sebelumnya, modul ini
dapat
memberikan
inspirasi
untuk
memanfaatkan TIK sebagai media untuk
memperkuat usaha mandiri maupun
kelompok dari kaum perempuan di
kampung cyber RT 36.
3. Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis TIK
Selanjutnya tim menyelenggarakan pelatihan
kepada kelompok perempuan di Kampung Cyber RT
36 menggunakan modul modul yang telah
dipersiapkan
sebelumnya.
Pemilihan
waktu
pelatihan ditentukan berdasarkan hasil diskusi
dengan kaum ibu dan perempuan serta pengurus
warga di RT36. Selanjutnya berdasarkan dikotomi
yang telah ditetapkan sebelumnya, pelatihan awal
diberikan kepada perempuan “kelompok pemula”
dengan harapan ke depan mereka akan dapat masuk
kedalam “kelompok mahir”. Pelatihan awal
melibatkan dua buah modul yaitu Modul pengenalan
komputer dasar dan Modul pengenalan aplikasi
perkantoran.
Pelatihan tahap selanjutnya terdiri dari pelatihan
pengenalan internet dasar, pelatihan pengenalan
email dan sosial media, serta pelatihan
kewirausahaan dan kelembagaan. Tahapan pelatihan
ini pada dasarnya diperuntukkan bagi kelompok
mahir. Hal tersebut didasari oleh materi pelatihan
yang lebih terfokus pada kegiatan pemberdayaan
secara ekonomi dengan memanfaatkan TIK bagi
perempuan Kampung Cyber
RT 36. Meski
demikian terbuka kemungkinan bagi perempuan
kelompok pemula untuk ikut ambil bagian dalam
pelatihan ini sebagai peserta pelatihan komputer
tingkat mahir, asal kemampuan pengoperasian
komputer mereka sudah mendekati tingkat mahir.
4. Pembangunan
Media
Pemberdayaan
berbasis TIK

2.

Pembuatan Modul Modul pelatihan berbasis
TIK
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
dengan membuat modul modul pelatihan yang
nantinya akan dipergunakan untuk menjawab
permasalahan yang muncul dari hasil FGD dengan
komunitas perempuan di Kampung Cyber RT 36.
Terdapat beberapa modul pelatihan yang
dipersiapkan untuk menjawab kebutuhan dari
komunitas perempuan di RT 36 yaitu :
‐ Modul pengenalan komputer dasar.
Modul ini lebih ditujukan untuk kelompok
pemula dari komunitas perempuan di
Kampung Cyber RT 36 yaitu kaum
perempuan atau ibu yang belum memiliki
pengalaman dengan penggunaan komputer.
Detil dari modul meliputi pengenalan
hardware dari komputer (CPU, monitor,
mouse, keyboard) dan bagaimana cara
mengopreasikan komputer beserta sistem
operasi didalamnya seperti menyalakan
komputer, me-restart , men-shut down ,
menyimpan dan mengakses file serta fungsi
fungsi dasar lainnya.
‐ Modul pengenalan aplikasi perkantoran
yang terdiri dari Microsoft Word (Ms.
Word) dan Microsoft Excel (Ms. Excel).
Selain mempelajari hal hal operasi dasar,
modul pelatihan ini juga mengarahkan
peserta untuk bisa menggunakan kedua
aplikasi perkantoran tersebut untuk
mendukung kegiatan yang produktif seperti
membuat surat undangan, membuat poster
atau leaflet sederhana, sampai dengan
pencatatan
keuangan
sederhana.
Diharapkan dengan adanya tambahan
pengetahuan tersebut, akan memicu
kesadaran dari kaum perempuan di RT 36
untuk lebih memanfaatkan TIK kearah
yang produktif.
‐ Modul pengenalan internet dasar. Modul
ini ditujukan untuk kelompok mahir atau
kelompok pemula yang nantinya akan
mencapai tahap mahir. Detil modul ini
meliputi pengenalan browser secara dasar,
bagaimana menggunakan search engine
untuk mencari berbagai informasi , gambar
atau video,serta
bagaimana cara
menyimpan
informasi
yang
telah
didapatkan. Diharapkan melalui pelatihan
pada modul ini, akan membuka jalur
sumber informasi yang baru dan
menciptakan peluang dan kesempatan
usaha bagi perempuan di Kampung Cyber
RT 36.

524

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 
atau usaha yang terdapat di RT 36 dan data berita
mengenai aktivitas dan kegiatan usaha warga.

Pada tahapan ini, peneliti mempersiapkan
sebuah media berbasis TIK yang diharapkan bisa
dimanfaatkan dan menjadi pemicu bagi para
perempuan dan ibu ibu di Kampung Cyber RT 36
untuk mengembangkan kewirausahaan berbasis TIK.
Pada tahapan ini, media yang disediakan adalah
sebuah website
yang bisa dipergunakan untuk
menampilkan semua usaha dan produk produk
jualan dari warga terutama yang dikelola oleh para
perempuan di RT 36, atau sering disebut sebagai ecommerce.
Alasan pemilihan e-commerce sebagai salah
satu media pemberdayaan berbasis TIK adalah
dikarenakan e-commerce memiliki potensi untuk
menjadi sebuah sumber keunggulan kompetitif
terutama bagi pelaku usaha kecil (Kartiwi dan
Gunawan, 2013). Melalui e –commerce, para pelaku
usaha kecil bisa menjangkau konsumen secara
global dan memungkinkan untuk bersaing dengan
pelaku usaha yang lebih besar. Bahkan saat ini,
pemanfaatan e-commerce telah menjadi salah satu
bagian dari rencana strategis dari UKM UKM yang
berada di indonesia untuk bisa bersaing kedepannya
(Govindaraju,2011).
Pembangunan
website
untuk
komunitas
perempuan di Kampung Cyber RT 36 dibangun
menggunakan metode UCD (User Centered
Design). User-Centered Design adalah sebuah tahap
pengembangan sebuah sistem yang menggunakan
pendekatan terhadap user (pengguna) dalam proses
pengembangannya. Sehingga bagaimana nantinya
sistem akan bekerja dan berinteraksi, semua
didasarkan pada hasil analisa terhadap user (calon
pengguna) yang akan menggunakan sistem ke
depan. (Preece,2002).
Proses pembangunan website tersebut dimulai
dengan mengumpulkan kebutuhan dan menetapkan
persyaratan (requirements) dari sistem berdasarkan
masukan dan hasil diskusi dengan warga
menggunakan motede FGD di awal penelitian.
Setelah requirements ditetapkan langkah selanjutnya
adalah membangun prototype dari website baik
dalam bentuk low fidelity ataupun high fidelity
seperti ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2 di
samping. Tujuan dari pembuatan kedua jenis
prototype tersebut adalah agar para warga Kampung
Cyber RT 36 bisa berinteraksi dengan rancangan
sistem walau terbatas dan memberikan masukan
kepada sistem yang akan dibangun.
Selanjutnya setelah prototype atau purwarupa
dari website telah diperbaiki berdasarkan masukan
dari pengguna, maka tahapan selanjutnya adalah
membangun produk akhir dari website tersebut yang
diberi nama “bakulan RT36”. Website “bakulan
RT36” mengijinkan pihak pengelola dapat
menambahkan berbagai data yang akan ditampilkan
di website tersebut baik berupa data barang atau
usaha yang ditawarkan, data penjual atau produsen
yang berasal dari warga RT 36, data kategori barang

Gambar 1. Low fidelity prototype halaman home

Gambar 2. High fidelity prototype halaman home

Secara umum website “bakulanrt36.com”
memiliki peran sebagai “etalase” online yang
menampilkan produk-produk hasil usaha warga RT
36 yang datanya akan selalu diperbaharui oleh warga
secara berkala. Melalui website tersebut, pengunjung
bisa memperoleh infomasi berupa alamat email,
jejaring sosial ataupun nomer handphone dari warga
RT 36 yang menjual produk-produk hasil usahanya
melalui website tersebut. Contoh tampilan dari
website tersebut bisa dilihat pada Gambar 3 dan
Gambar 4.

525

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 
d.

e.

f.

kelompok perempuan, belum mahir
ineternet, dan belum memiliki kegiatan
wirausaha
kelompok laki-laki yang memiliki istri
dengan kemampuan internet terbatas dan
memiliki kegiatan wirausaha
kelompok laki-laki yang memiliki istri
dengan kemampuan internet minim, namun
memiliki kegiatan wirausaha.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan
perwakilan dari kelompok karakter tersebut,
diperoleh
kesimpulan
dari
kegiatan
pemberdayaan perempuan berbasis TIK di
Kampung Cyber RT 36 sebagai berikut:
a. Kelompok sasaran ibu-ibu Kampung Cyber
merasakan manfaat dan peningkatan
kemampuan mereka dalam mengoperasikan
serta
mengakses
internet
pasca
mendapatkan pelatihan dari kelompok
peneliti
b. Tidak
semua
ibu-ibu
langsung
memanfaatkan kemampuan mengakses
internet untuk kebutuhan usaha mandiri
karena merasa belum maksimal dalam
mengoperasikan komputer dan mengakses
internet
c. Di antara para ibu, ada yang belum
memiliki gambaran kegiatan wirausaha
yang akan dijalankan meski memiliki
keinginan besar untuk memiliki usaha
mandiri
d. Semua ibu memiliki keinginan besar untuk
memajukan
usahanya
dengan
memanfaatkan piranti teknologi informasi
e. Para ibu yang belum memiliki usaha
mandiri berpendapat bahwa usaha mandiri
mereka nantinya akan lebih baik jika
dijalankan dan dikembangkan dengan
memanfaatkan piranti teknologi informasi
f. Semua ibu setuju jika disediakan wadah
untuk mengembangkan usaha mereka
dengan memanfaatkan jaringan teknologi
informasi (website)
g. Beberapa ibu setuju memiliki usaha
mandiri dengan memanfaatkan jaringan
kemitraan dengan sesama ibu Kampung
Cyber yang memiliki ketrampilan yang
sama.
h. Dari pihak laki-laki, dua orang wakil
kelompok laki-laki merasakan adanya
peningkatan ketrampilan istri mereka dalam
mengoperasikan komputer dan mengakses
internet di rumah
i. Para suami (laki-laki) juga memberikan
kesempatan kepada istri mereka untuk
belajar mengoperasikan dan mengakses
internet pasca pelatihan.
j. Para laki-laki berharap istri mereka tetap
tidak melupakan pekerjaan rumah tangga,

.
Gambar 3. Halaman beranda website BakulanRT 36

Gambar 4. Halaman produk dari website
BakulanRT36

5.

Post Action
Post action adalah bentuk evaluasi yang
dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai
kualitas kerberhasilan proses yang telah dilakukan
oleh tim peneliti atas berbagai tindakan yang telah
dilakukan dalam hal pemberdayaan perempuan
berbasis TIK di Kampung Cyber RT 36. Hasil dari
post action nantinya juga akan dipergunakan untuk
memperbaiki kerangka kerja dari pemberdayaan
perempuan berbasis TIK kedepannya. Post-action
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara
mendalam (indepth-interview) pada beberapa ibu
dan bapak yang dianggap dapat mewakili kelompok
karakteristik dari warga RT 36, terkait dengan
pemberdayaan perempuan berbasis TIK. Adapun
dari hasil analisa kelompok karakteristik yang
muncul adalah sebagai berikut:
a. kelompok perempuan yang memiliki
pekerjaan tetap, mahir internet, namun
belum memiliki kegiatan wirausaha
b. kelompok perempuan yang belum mahir
internet, namun sudah memiliki kegiatan
wirausaha
c. kelompok perempuan yang sudah mahir
internet dan sudah memiliki kegiatan
wirausaha
526

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

ISSN: 2089-9813

 
and Networks (ICCSN), 2011 IEEE 3rd
International Conference on.
Hansson, H.;Mozelius, P.; Gaiani, S.; Meegammana,
N.2010."Women empowerment in rural areas
through the usage of telecentres - a Sri Lankan
case study".Advances in ICT for Emerging
Regions (ICTer), International Conference on
Colombo
Joseph, M. 2011."The potential of ICTs to empower
rural women".IST-Africa 2011 Conference
Proceedings.
Joseph, M. 2010."Using participation and
participatory approaches to introduce ICTs into
rural communities".IST-Africa 2010 Conference
& Exhibition.
Joseph, Meera.K.; Andrew, Theo. N. 2007.
"Convergence
opportunities
and
factors
influencing the use of internet and telephony by
rural women in South Africa and India towards
empowerment".Proceedings of IFIP TC 9, WG
9.3 HOIT 2007 Conference, August 22–25, 2007,
Chennai, India
Kartiwi, M.;Gunawan, T.S.2013."Assessment of ecommerce adoption benefits by Indonesian
women
entrepreneurs".Information
and
Communication Technology for the Muslim
World (ICT4M), 2013 5th International
Conference on
Levis,Melissa
Secore.2011."Working
toward
Women’s Economic Empowerment: Using
Information and Communication Technology in
Developing Areas to Market Traditional
Crafts".Human-Computer Interaction,Users and
Applications 14th International Conference, HCI
International 2011, Orlando, FL, USA, July 9-14,
2011, Proceedings, Part IV
Mayer,
Sylvia;
Nair-Reichert,
Usha.2007.
"Empowering Women Through ICT-Based
Business Initiatives: An Overview of Best
Practices in E-Commerce/E-Retailing Projects".
Information Technologies & International
Development: Vol 4, Issue 2 , Winter 2007
(Special Issue: Women's Empowerment and the
Information Society).
Melhem, Samia; Morrell, Claudia;Tandon, Nidhi.
2009."Information
and
Communication
Technologies for Women’s Socioeconomic
Empowerment".Washington: WORLD BANK
WORKING PAPER NO. 176.
Morrell, C. ; Sterling, R.2006."ICT Strategies for
Gender Empowerment: Actionable Approaches
and Recommendations ". Berkeley: Information
and
Communication
Technologies
and
Development, 2006. ICTD '06. International
Conference on
Preece,at.al.2002.”Human-Computer Interaction” .
New York: John Wiley & Sons, Inc.
Rhodes,Jo. (2003). “Can E- Commerce Enable
Marketing in an African Rural Women's
Community Based
Development

meski mereka memiliki ketrampilan dan
waktu lebih dalam mengoperasikan
komputer dan mengakses internet
5. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.

2.

3.

Kerangka kerja Pemanfaatan TIK sebagai
media pemberdayaan perempuan di
kampung cyber RT 36, Taman Sari,
Kelurahan Patehan, diterapkan dengan
menggunakan metode Partisipasi Riset Aksi
yang bertujuan mengikut sertakan warga
dalam mengidentifikasi kebutuhan dan
permasalahan serta membantu warga untuk
mengadopsi TIK kedalam bidang usaha
lokal dengan cara yang lebih efektif yaitu
dengan menyediakan pelatihan dan ecommerce yang bisa dimanfaatkan oleh
warga.
Model kerangka kerja yang ditawarkan
pada riset ini perlu diuji kembali apabila
hendak dijalankan pada objek penelitian
yang memiliki karakteristik dan kondisi
yang cukup berbeda dengan Kampung
Cyber RT 36 terutama yang berelasi dengan
TIK dan
kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
Terkait dengan poin kesimpulan nomer dua
di atas, kerangka kerja pada riset ini
kedepannya akan diujikan kembali pada
kelompok perempuan yang berada di
kabupaten yang lain di Propinsi D.I.
Yogyakarta. Diharapkan dari temuan di
riset selanjutnya akan diperoleh variasivariasi baru untuk mengembangkan model
kerangka kerja yang sesuai dengan kondisi
perempuan di masing-masing kabupaten

6. DAFTAR PUSTAKA
Cavestro, Luigi. (2003). Participatory Rural
Appraisal: Concept, Methodologies, and
Techniques. Univesita Degli Studi Di Padova.
Chew, Han Ei; Ilavarasan, P. Vigneswara; Levy,
Mark R.2010."The Economic Impact Of
Information And Communication Technologies
(ICTs) On Microenterprises In The Context Of
Development".The Electronic Journal On
Information Systems In Developing Countries.
Elnaggar, Ayman.2008."Towards Gender Equal
Access to ICT". Information Technology for
Development,Volume 14, Issue 4, pages 280–
293.
Govindaraju, R.2011. “E-commerce adoption by
Indonesian small, medium, and micro enterprises
(SMMEs): Analysis of goals and barriers”. This
paper appears in: Communication Software

527

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014)
Yogyakarta, 15 Maret 2014

 
Organisation?” .Informing Science Journal :
Special Series on Community Informatics
Volume 6, Cape Town University, South Africa
Terry, Allison; Gomez, Ricardo.2011. "Gender and
Public Access Computing: An International
Perspective".System Sciences (HICSS), 2011
44th Hawaii International Conference on System
Science 

528

ISSN: 2089-9813