PERAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILMU DALAM PER
1
PERAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILM U DALAM PERKEM BANGAN ILM U PENGETAHUAN
BERLANDASKAN NILAI KE-ISLAM AN DAN KONTRIBUSINYA DALAM KRISIS
M ASYARAKAT M ODERN
A.
PENDAHULUAN
Salah sat u ciri yang membedakan Agama Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya t erhadap masalah ilmu (sains). Al-Quran dan Al-Sunnah mengajak kaum
muslim unt uk mencari dan mendapat kan ilmu dan kearifan, sert a menempat kan orangorang yang berpenget ahuan pada derajat yang t inggi.
Suat u kenyat aan yang t ampak jelas dalam dunia modern yang t elah maju ini, ialah
adanya kont radiksi-kont radiksi yang mengganggu kebahagiaan orang dalam
hidup.
Kemajuan
hidup,
indust ri
t elah
dapat
menghasilkan
alat -alat
yang memudahkan
memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebut uhan-kebut uhan jasmani t idak sukar
lagi unt uk memenuhinya. Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan
it u membaw a
kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Akan t et api suat u
kenyat aan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan it u t ernyat a semakin jauh, hidup
semakin sukar dan kesukaran-kesukaran met erial bergant i dengan kesukaran ment al. Beban
jiw a semakin berat , kegelisahan dan ket egangan sert a t ekanan perasaan lebih sering t erasa
dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
M asyarakat
modern t elah berhasil mengem bangkan ilmu penget ahuan dan
t eknologi canggih unt uk m engat asi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu
penget ahuan dan t eknologi t ersebut t idak mampu menumbuhkan moralit as (ahlak) yang
mulia. Dunia m odern saat ini, t ermasuk di Indonesia dit andai oleh gejalah kemerosot an
akhlak yang benar-benar berada pada t araf yang menghaw at irkan. Kejujuran, kebenaran,
keadilan, t olong menolong dan kasih sayang sudah t ert ut up oleh penyelew engan, penipuan,
penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Unt uk memaham i gerak perkembangan
ilmu penget ahuan dan t eknologi yang sedemikian it u, maka kehadiran filsafat ilmu berusaha
mengembalikan ruh dan t ujuan luhur ilmu agar ilmu t idak menjadi bomerang bagi
kehidupan umat manusia. Di sam ping it u, salah sat u t ujuan filsafat ilmu adalah unt uk
mempert egas bahwa ilmu dan t eknologi adalah inst rumen bukan t ujuan. Dalam kont eks
yang demikian diperlukan suat u pandangan yang komprehensif t ent ang ilmu dan nilai-nilai
yang berkembang di masyarakat .
2
Krisis dan kemerosot an moral yang t erjadi pada masyarakat modern dit anggapi oleh
Herman Soewardi adalah sebagai berikut :
“ …Filosof dan ilmuwan Barat m ulai mengakui bahwa arah yang keliru. Arah yang
dit empuh t elah m emberikan kenikmat an, nam un kenikmat an yang diiringi dengan
kehancuran. ..Kehancuran it u dapat berubah lebih besar daripada kenikmat annya.
M ereka menget ahui ilmu yang selama ini diyakini kebenarannya adalah salah, t et api
t idak t ahu menunjukkan mana yang benarnya. Akhirnya upaya mereka menjadi
st agnan t idak t ahu apa yang harus dilakukan. M ereka sangat percaya kepada
empirisme dan positivisme, Namun t et ap t idak mampu menunjukkan kebenaran
inilah yang disebut dengan skeptisisme. Hal ini karena yang benar itu satu,
sedangkan yang t idak benar it u banyaknya t idak t erhingga. Unt uk sampai kepada
yang benar, maka harus menget ahui kesalahan dari ilmu it u t erlebih dahulu.
Bersyukurlah manusia kepada Tuhan YM E, yang mencipt akan it u semua. Ia t elah
memberit ahukan kepada manusia melalui Nabi M uhammad S.a.w . mana yang benar
dan mana yang salah. Kebenaran adalah perint ah-Nya unt uk dijalani oleh umat
manusia. Kesalahan adalah merupakan larangan-Nya unt uk dihindari oleh umat
manusia. Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang t ak
terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilm u yang hakiki adalah dari
Tuhan. Cara unt uk mengalihkan ilmu yang keliru it u maka manusia t idak hanya
mengandalkan diri pada akal saja, akan t et api melet akkan akal di bawah ket ent uanket ent uan (nash-nash) dari Allah. Dengan kat a lain suat u ilmu harus dipandu dengan
1
normat if dari Allah SWT at au naqliah memandu aqliah .
Namun, perlu juga diingat bahwa ikat an agama yang t erlalu kaku dan t erst rukt ur
kadang kala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena it u, perlu kejelian dan
kecerdasan memperhat ikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sist em nilai dalam agama agar
keduanya t idak saling bert olak belakang. Di sinilah perlu rumusan yang jelas t ent ang ilmu
secara filosofis dan akademik sert a agama agar ilmu dan t eknologi t idak menjadi bagian
yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan sert a lingkungan.
B.
Identifikasi M asalah
Berdasarkan uraian yang t elah dipaparkan di at as, maka t ulisan dalam makalah ini
mengkaji ant ara filsafat ilmu dan Islamisasi ilmu penget ahuan sert a apa fungsi filsafat ilmu
dalam Islamisasi ilmu penget ahuan. Unt uk Permasalahan dibat asi adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah peran filsafat ilm u dalam ilmu penget ahuan Berlandaskan Islam?
2.
Bagamanakah kedudukan dan fungsi filsafat ilmu dalam ilmu penget ahuan dan
kont ribusinya t erhadap masyarakat modern?
1
Herman Soew ardi, Roda berputar, Dunia Bergulir: Kognisi Baru t entang Timbul Tenggelamnya
Sivilisasi, Bakti M andiri, Bandung, 2004, hlm. 9-19.
3
C. ANALISIS PEM BAHASAN
1.
PERAN FILSAFAT ILM U DALAM ILM U PENGETAHUAN BERLANDASKAN ISLAM
a.
Konsep Islam tentang Ilmu
Pencarian ilm u merupakan konsep pent ing dan merupakan hal pokok dlam ajaran
Islam. Hal ini dpat diilust rasikan dalam Hadist , “ M encari ilmu it u wajib bagi set iap m uslim”
melahirkan berbabagai pembahasan.
2
Selanjut nya Al-Ghazali membahas ilmu yang
t ermasuk wajib kifayah. Art inya, sesuat u yang wajib at as keseluruhan masyarakat yang
selama kewajiban unt uk memenuhi kebut uhan sosial it u masih ada, t api set elah kew ajiban
it u dilaksanakan oleh sejumah individu, maka yang lainnya t erbebas dari kewajiban it u.
3
Al-Gazhali mengklasifikasikan “ Ilmu” ke dalam ilmu agama dan ilmu non agama.
4
Ilmu agama adalah ilmu yang diajarkan melalui ajaran-ajaran nabi dan wahyu. Sedangkan di
luar it u disebut dengan ilmu non agama. Ilmu agama dibagi dalam Ilmu t erpuji ( M ahmud)
dan ilmu tercela (madzmum). Ilmu agama yang terpuji di bagi 4 (em pat ) kelompok yait u ,
Ushul (dasar-dasar), Furu’ (masalah sekunder at au cabang), St udi-st udi pengant ar, St udist udi pelengkap. Ilmu Agama yang tercela yait u, t ampaknya diarahkan kepada syariah akan
t et api sebenarnya menyimpang dari ajaran-ajaran agama. Ilmu non agama dibagi ke dalam 3
kategori yaitu, ilmu non agama yang terpuji ( mahmud) yait u ilmu-ilm u yang pent ing dalam
kehidupan sehari-hari, ilmu non agama yang dibolehkan (mubah), cont ohnya, ilmu sejarah
dan ilmu non agama tercela (madzmum), misalnya ilmu sihir.
b.
Pengertian filsafat Ilmu dan Objek filsafat Ilmu
Ahmad Tafsir , menyat akan pengert ian filsafat berhubungan erat dengan Bahasa
Yunani, (Griek) yaitu philosophia. Namun demikian pendapat lainnya ada juga yang
mengat akan filsafat berasal dari bahasa Arab “ falsafah” at au “ filsafah” .
5
Kat a Philosophia
merupakan kat a majemuk yang memiliki art i, “ Philo” yaitu cint a dalam art i yang luas, yait u
ingin dan karena it u berusaha mencapai yang diinginkan it u. Kat a Sophia berarti
2
M ahdi Ghulsyani, (diterjemahkan oleh Agus Effendi), Filsafat-Sains M enurut Al-Quran, M izan,
Bandung, 1994, hlm. 40.
3
4
5
Idem, hlm. 41.
Ibid.
Harun Nasut ion dalam Amsal Bakht iar, Filsafat ilmu, RadjaGrafindo, Jakarta, 2004. Harun Nasut ion
menyat akan ist ilah filsafat berasal dari Bahasa Arab, karena orang Arab t erlebih dahulu dat ang dan
mempengaruhi bahasa Indonesia daripada orang dan Bahasa Inggris, hlm. 4-5. Lihat juga Sut ardjo A.
Wiramihardja, Pengantar Filsafat : Sistemat ika dan Sejarah Filsafat Logika dan Filsafat ilmu (Epist emologi)
M etafisika dan Filsafat M anusia Aksiologi, Refika Adit am a, Bandung, 2009, hlm. 13.
4
kebijaksanaan, pandai, pengert ian yang mendalam. Dengan kat a lain Filsafat diart ikan
pandai, cint a pada kebijakan.
6
The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu, adalah segenap pemikiran reflekt if
t erhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut baik landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
7
Filsafat Ilmu merupakan cabang dari ilmu filsaf at at au bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (penget ahuan ilmiah).
Ilmu merupakan cabang ilmu penget ahuan yang mem punyai ciri-ciri t ert ent u. M eskipun
secara met odologis ilmu t idak membedakan ant ara ilmu-ilmu alam dengan sosial namun
permasalah-permasalahan t eknis yang khas, maka filsafat ilmu it u sering dibagi menjadi
filsafat ilm u alam dan filsafat ilmu sosial. Filsafat ilmu merupakan t elaah secara filsafat yang
ingin menjaw ab beberapa pert anyaan mengenai hakekat ilmu sepert i :
1) Obyek mana yang dit elaah ilmu? Ujud hakiki obyek? Hubungan obyek dengan
t angkapan manusia (berfikir, merasa, mengindera (yang membuahkan
penget ahuan);
2) Bagaimana proses yang memungkinkan dit imba penget ahuan yang berupa ilmu?
Bagainama prosedurnya. ? hal-hal apa yang harus diperhat ikan agar kit a
mendapat penget ahuan yang benar, Apa yang disebut kebenaran it u sendiri? Apa
krit erianya? Cara dan t ehnik sarana yang m embant u kit a mendapat penget ahuan
yang berupa ilmu;
3) Unt uk apa penget ahuan yang berupa ilmu it u dipergunakan? Bagaimana kait an
ant ara cara penggunaan t ersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penent uan obyek yang dit elaah berdasarkan pilihan-pilihan m oral? Bagaimana
kait an ant ara t ehnik prosedural yang merupakan operasinal met ode ilmiah
8
dengan norma-norma moral/ profesional.
Objek penelit ian filsafat luas sekali meliput i objek materia dan penelit ian yang
mendalam disebut dengan objek forma . Secara garis besar filsafat memiliki 3 (t iga) cabang
besar, yait u, t eori penget ahuan, t eori hakikat dan t eori nilai. Dengan demikian filsafat Ilmu
merupakan cabang ilmu filsafat yang mengkaji ilmu dari sisi filsafat unt uk memberi jawaban
t erhadap sejumlah pert anyaan yang m encakup :
6
9
Ahm ad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Rosda, Bandung, 2007,
hlm. 9. Bandingkan dengan Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam , Bulan Bintang Jakarta 1990) hlm. 3.
7
8
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Libert y, Yogyakarta, 2007, hlm. 27-29.
Jujun S. Suriasumant ri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengant ar Populer , Pust aka Sinar Harapan, Jakart a,
2005, 33-34.
9
Ahmad Tafsir, Op.cit , hlm. 22-23., bandingkan dengan Jujun S Suriasumant ri, Op.cit . hlm 35.
5
1) Teori penget ahuan mem bicarakan cara mem peroleh penget ahuan disebut
dengan, epist emologi;
2) Teori hakikat membicarakan penget ahuan it u sendiri disebut , ont ologi;
3) Teori nilai membicarakan guna penget ahuan, disebut dengan aksiologi.
Perbincangan mengenai filsafat ilmu baik secara kualit at if maupun kuant it at if
berkembang pesat dan mendalam sejak t ahun 1960-an sam pai akhir abad 20.
10
Francis
Bacon dengan met ode induksi yang dit ampilkannya pada abad ke sembilan belas dapat
dikat akan sebagai pelet ak dasar filsafat ilmu dalam hasanah bidang filsafat secara umum.
Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhat ian yang besar t erhadap peran dan fungsi
filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu penget ahuan dan teknologi mengalam i
kemajuan yang sangat pesat . Dalam hal ini ada semacam kekhaw at iran di kalangan
ilmuw an, dan filosof, t ermasuk juga kalangan Agamaw an, bahw a kemajuan ilmu
penget ahuan dapat mengancam eksist ensi umat manusia bahkan agama it u sendiri.
11
Berdasarkan uraian di at as maka dipahami “ filsafat ilmu” merupakan bagian dari
filsafat penget ahuan yang secara spesifik m engkaji hakekat ilmu. Ilmu merupakan cabang
penget ahuan yang mempunyai ciri-ciri t ert ent u. M eskipun secara met odologis ilmu t idak
membedakan ant ara ilmu alam dengan ilmu-ilm u sosial, namun karena permasalahanpermasalahan t eknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu
alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembat asan masingmasing bidang yang dit elaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan t idak
mencirikan cabang filsafat yang ot onom. Ilmu memang berbeda dengan penget ahuanpenget ahuan secara filsafat , namun t idak t erdapat perbedaan yang prinsipil ant ara ilmuilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri yang sam a.
Jika dianalisis secara ont ologi maka perkem bangan ilmu dalam hubungan penemuanpenemuan
penget ahuan
baru
sert a
adanya
perubahan
pandangan
t ent ang
ilmu
penget ahuan mempunyai peran pent ing dalam membent uk peradaban dan kebudayaan
manusia. Namun semakin maju penget ahuan, semakin meningkat keinginan manusia,
sam pai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi but a. Akibat nya ilmu penget ahuan dan
10
Noeng M uhajir, Filsafat ilmu Kualitatif dan Kuantitatif untuk Pengembangan Ilmu dan Penelit ian,
Rake Sarasin, Yogyakart a, 2006, hlm. 1. Lihat juga The Liang Gie, Op. cit., hlm., 65.
11
Andi Hakim Nasut ion, Pengantar Ke Filsafat Sains, Litera Ant arNusa, Jakart a, 2008, hlm. 14-15.
6
hasilnya t idak m anusiaw i lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang t elah
merencanakan dan m enghasilkannya.
Kecenderungan
yang
merugikan
bahkan
m enimbulkan
dampak
buruk
dan
mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang persenjat aan yang
pada akhirnya banyak menimbulkan korban jiw a, kemajuan dalam memakai sert a
menghabiskan banyak kekayaan bumi yang t idak dapat diperbaharui kembali, kemajuan
dalam bidang kedokt eran yang t elah mengubah bat as-bat as paling pribadi dalam hidup
manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibat kan melebarnya jurang kaya dan
miskin. Ilmu penget ahuan dan t eknologi pada akhirnya baik langsung maupun t idak
langsung berkait an dengan st rukt ur sosial dan polit ik yang berhubungan erat dengan jut aan
manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ket impangan yang just ru
menjadi pandangan yang mencolok di t engah keyakinan m anusia akan keam puhan ilmu
penget ahuan dan t eknologi unt uk m enghapus penderit aan manusia.
Kesadaran akan hal ini t ersebut muncul dalam lingkungan ilmuw an yang prihat in
akan perkembangan t eknik, indust ri, dan persenjat aan yang membahayakan masa depan
kehidupan umat manusia dan bum i. Unt uk itulah maka epistimologi ilmu bert ugas
menjaw ab pert anyaan mengenai bagaimana proses penget ahuan yang masih berserakan
dan t idak t erat ur it u menjadi suat u ilmu, bagaim ana prosedur dan mekanismenya, hal-hal
apa yang harus diperhat ikan agar mendapat kan penget ahuan yang benar, apa yang disebut
kebenaran it u sendiri, bagaimana kret eria sebuah kebenaran, bagaimana cara, t eknik,
sarana yang dapat membant u dalam mendapat kan penget ahuan yang berupa ilmu.
Tiang penyangga filsafat ilmu yang ket iga adalah aksiologi ilmu. Ilmu adalah sesuat u
yang paling pent ing bagi manusia, karena dengan ilm u semua keperluan dan kebut uhan
manusia bisa t erpenuhi secara lebih cepat dan lebih m udah, dan m erupakan kenyat aan
yang t idak dapat dipungkiri bahw a peradaban m anusia sangat berhut ang pada ilmu. Ilmu
t elah banyak mengubah wajah dunia sepert i hal memberant as penyakit , kelaparan,
kemiskinan dan berbagai w ajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga,
manusia bisa m erasakan kemudahan lainnya sepert i t ransport asi, pemukiman, pendidikan,
informasi dan komunikasi, dan lain sebagainya. Dengan kat a lain “ ilmu” merupakan sarana
unt uk membant u manusia dalam
mencapai t ujuan hidupnya. Akan t et api dalam
kenyat aannya suat u ilmu yang pada awalnya merupakan berkah dan penyelamat , misalnya,
7
pembuat an bom yang pada aw alnya unt uk memudahkan kerja manusia, namun kemudian
dipergunakan unt uk hal-hal yang bersifat negat if, menimbulkan malapet aka bagi manusia
itu sendiri. Di sinilah ilmu harus dilet akkan secara proposional dan memihak pada nilai-nilai
kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilm u t idak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang
t erjadi adalah bencana dan malapet aka. Set iap ilmu penget ahuan akan menghasilkan
t eknologi yang kemudian akan dit erapkan pada masyarakat . Proses ilmu penget ahuan
menjadi sebuah t eknologi yang benar-benar dapat dimanfaat kan oleh masyarakat t ent u
t idak t erlepas dari ilmuwannya. Seorang ilmuw an akan dihadapkan pada kepent ingankepent ingan pribadi at aukah kepent ingan masyarakat akan membaw a pada persoalan et ika
keilmuan sert a m asalah bebas nilai. Unt uk it ulah t anggungjawab seorang ilmuwan haruslah
dit unt ut dan dit empat kan pada posisi yang t epat , t anggung jaw ab akademis, dan t anggung
jaw ab moral.
Penekanan mencari hakikat “ nilai” dari suat u ilmu dilakukan dengan aksiologi.
Berasal dari perkat aan axios (Yunani) yang berart i nilai dan logos yang berart i t eori. Jadi
aksiologi adalah t eori t ent ang nilai. Nilai yang dimaksud adalah suat u yang dimiliki manusia
unt uk melakukan berbagai pertimbangan t ent ang apa yang dinilai. Teori t ent ang nilai dalam
filsafat mengacu pada permasalahan et ika dan est et ika.
Et ika menilai perbuat an manusia. Obyek formal et ika adalah norma-norma
kesusilaan manusia. Dengan kat a lain “ et ika” mempelajari t ingkah laku manusia dit injau dari
segi baik dan t idak baik di dalam suat u kondisi yang normat if, yait u suat u kondisi yang
melibat kan norma-norma. Est et ika berkait an dengan nilai t ent ang pengalaman keindahan
yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. Nilai itu
objekt if at aukah subjekt if adalah sangat t ergant ung dari hasil pandangan yang muncul dari
filsafat . Nilai akan menjadi subjekt if, apabilah subjek sangat berperan dalam segala hal,
kesadaran manusia menjadi t olak ukur segalanya; at au eksist ensinya, maknanya dan
falidit asnya
t ergant ung
pada
reaksi
subjek
yang
melakukan
penilaian
t anpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis at au fisis.
Dengan demikian, nilai subjekt if akan selalu memperhat ikan berbagai pandangan
yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, int elekt ualit as dan hasil nilai subjektif
selalu akan mengarah kepada suka at au t idak suka, senang at au t idak senang. Nilai it u
objekt if, jika ia t idak t ergant ung pada subjek at au kesadaran yang menilai. Nilai objekt if
8
muncul karena adanya pandangan dalam filsafat t ent ang objekt ivisme. Objekt ivisme ini
beranggapan pada t olak ukur suat u gagasan berada pada objeknya, sesuat u yang memiliki
kadar secara realit as benar-benar ada. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu
penget ahuan.
Seorang ilmuwan haruslah bebas dalam menent ukan t opik penelit iannya, bebas
dalam melakukan eksprimen-eksprimen. Kebebasan inilah yang nant inya akan dapat
mengukur kualit as kemampuannya. Ket ika seorang ilmuwa bekerja, dia hanya t ert uju pada
proses kerja ilmiahnya dan t ujuan agar penelit iannya berhasil dengan baik. Nilai objekt if
hanya menjadi t ujuan ut amanya, dia t idak m au t erikat dengan nilai-nilai subjekt if, sepert i
nilai-nilai dalam masyarakat , nilai agama, nilai adat , dan sebagainya. Bagi seorang ilmuw an
kegiat an ilmiahnya dengan kebenaran ilmiah adalah yang sangat pent ing. Unt uk it ulah
net ralit as ilmu t erlet ak pada epist em ologinya saja, art inya t anpa berpihak kepada siapapun,
selain kepada kebenaran yang nyat a. Sedangkan secara ont ologis dan aksiologis, ilmuw an
harus mapu menilai mana yang baik dan yang buruk, yang pada hakekat nya m engharuskan
seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat . Tanpa ini seorang ilmuwan akan
lebih merupakan seorang momok yang menakut kan.
Et ika keilmuan merupakan et ika normat if yang m erumuskan prinsip-prinsip et is yang
dapat dipert anggung jaw abkan secara rasional dan dapat
dit erapkan dalam
ilmu
penget ahuan. Tujuan et ika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan
prinsip-prinsip moral, yait u yang baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam prilaku
keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang dapat mempert anggung jawabkan
prilaku ilmiahnya. Et ika normat if menet apkan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian
penilaian t erhadap perbuat an-perbuat an apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang
seharusnya t erjadi sert a menet apkan apa yang bert ent angan dengan yang seharusnya
t erjadi. Pokok persoalan dalam et ika keilmuan selalu mengacu kepada “ elemen-elemen”
kaidah moral, yait u hat i nurani, kebebasan dan t anggung jawab, nilai dan norma yang
bersifat ut ilit arist ik (kegunaan). Hat i nurani disini adalah penghayat an t ent ang yang baik dan
yang buruk dan dihubungkan dengan prilaku manusia.
Nilai dan norma yang harus berada pada et ika keilmuan adalah nilai dan norma
moral. Nilai m oral t idak berdiri sendiri, t et api ket ika ia berada pada at au menjadi milik
seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada sepert i nilai agama, hukum, budaya,
9
dan sebagainya. Paling ut ama dalam nilai moral adalah yang t erkait dengan t anggung jawab
seseorang. Norma moral menent ukan apakah seseorang berlaku baik at aukah buruk dari
sudut et is. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norm a moral yang dimilikinya akan menjadi
penent u, apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik at au belum.
Penerapan ilmu penget ahuan yang t elah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah
berupa t eknologi, at aupun t eori-t eori emansipasi masyarakat , mest ilah memperhat ikan
nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat , dan sebagainya. Ini berart i ilm u penget ahuan
t ersebut sudah t idak bebas nilai. Karena ilmu sudah berada di t engah-t engah masyarakat
luas dan masyarakat akan mengujinya. Oleh karena it u, t anggung jaw ab lain yang berkait an
dengan t eknologi di masyarakat , yait u mencipt akan hal yang posit if. Namun, t idak semua
t eknologi at au ilmu penget ahuan selalu memiliki dampak posit if. Di bidang et ika, t anggung
jawab seorang ilmuwan, bukan lagi m emberi inf ormasi namun harus memberi cont oh. Dia
harus bersifat objekt if, t erbuka, menerima krit ik, menerima pendapat orang lain, kukuh
dalam pendirian yang dianggap benar, dan berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini,
merupakan implikasi et is dari proses penemuan kebenaran secarah ilmiah. Di t engah sit uasi
di m ana nilai mengalami kegoncangan, maka seorang ilmuwan harus t ampil kedepan.
Penget ahuan yang dimilikinya merupakan kekuat an yang akan memberinya keberanian. Hal
yang sam a harus dilakukan pada masyarakat yang sedang membangun, seorang ilmuwan
harus bersikap sebagai seorang pendidik dengan mem berikan cont oh yang baik.
Kemudian bagaimana solusi bagi ilmu yang t erikat dengan nilai-nilai? ilmu
penget ahuan harus t erbuka pada kont eksnya, dan agamalah yang menjadi kont eksnya it u.
Agam a mengarahkan ilmu penget ahuan pada t ujuan hakikinya, yakni memaham i realit as
alam, dan memahami eksist ensi Allah, agar manusia menjadi sadar akan hakekat pencipt aan
dirinya. Solusinya yang diberikan al-Qur’an t erhadap ilmu penget ahuan yang t erikat dengan
nilai adalah dengan cara mengem balikan ilmu penget ahuan pada jalur semest inya, sehingga
ia m enjadi berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa
mudharat .
Berdasarkan sejarah t radisi Islam ilmu t idaklah berkembang pada arah yang t ak
t erkendali, t api ia harus bergerak pada arah maknaw i dan umat berkuasa unt uk
mengendalikannya. Kekuasaan manusia at as ilmu penget ahuan harus mendapat t empat
yang ut uh, eksist ensi ilmu penget ahuan bukan hanya unt uk mendesak kemanusiaan, t et api
10
kem anusiaanlah yang menggenggam ilmu penget ahuan unt uk kepent ingan dirinya dalam
rangka penghambaan diri kepada sang Pencipt a.
Tujuan ilmu penget ahuan, ada beberapa perbedaan pendapat ant ara filosof dengan
para ulama. Sebagian berpendapat bahwa penget ahuan sendiri m erupakan t ujuan pokok
bagi orang yang menekuninya, dan mereka ungkapkan t ent ang hal ini dengan ungkapan,
ilmu penget ahuan unt uk ilmu penget ahuan, seni unt uk seni, sast ra unt uk sast ra, dan lain
sebagainya. M enurut mereka ilmu penget ahuan hanyalah sebagai objek kajian unt uk
mengembangkan ilmu penget ahuan sendiri. Sebagian yang lain cenderung berpendapat
bahwa t ujuan ilmu penget ahuan merupakan upaya para penelit i at au ilmuwan menjadikan
ilmu penget ahuan sebagai alat unt uk menambahkan kesenangan manusia dalam kehidupan
yang sangat t erbat as dimuka bumi ini. M enurut pendapat yang kedua ini, ilmu penget ahuan
it u unt uk meringankan beban hidup manusia at au unt uk m embuat manusia senang, karena
dari lmu penget ahuan it ulah yang nant inya akan melahirkan t eknologi. Teknologi jejas
sangat dibut uhkan oleh manusia unt uk mengat asi berbagai masalah, dan lain sebagainya.
Sedangkan pendapat yang lainnya cenderung menjadikan ilmu penget ahuan sebagai alat
unt uk meningkat kan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruan.
Demikian sedikit pengert ian t ent ang filsafat ilmu dan apa saja yang dipersoalkan
dalam filsafat ilmu sert a apa t ujuan filsafat ilmu it u. Dari beberapa hal di at as, nant inya akan
penulis jadikan bahan unt uk menempat kan dimana let ak at au kedudukan filsafat ilmu dalam
Islamisasi ilmu penget ahuan. Selama ini kit a m asih sering mendengar adanya dikhot omi
ant ara ilmu agama dengan ilmu penget ahuan , padahal kalau kit a kembali pada landasan
dasarnya ilmu penget ahuan yait u filsafat ilmu maka kit a t idak akan menemukan yang
namanya dikhot omi ant ara keduanya. Just ru dengan mendudukkan keduanya dengan posisi
yang sam a maka akan t ercipt a dunia yang seimbang.
c. Reformasi Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan
Agama Islam bukan suat u agama yang menent ang IPTEK, bahkan sebaliknya Islamlah yang mempelopori t im bulnya IPTEK yang kem udian masuk ke dunia Barat. Setelah dunia
Islam t erjerumus dalam ket erbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan kini menjadi t erbalik,
11
seluruh dunia Islam t idak t erlepas dari masalah-masalah keagamaan yang dit imbulakn oleh
perubahan-perubahan mendasar yang dibawa ilm u penget ahuan dan t eknologi modern.
12
Reformasi Islami t erhadap ilmu penget ahuan pada dasarnya adalah suat u respon
t erhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena pendidikan Barat yang
bert umpu pada suat u pandangan dunia yang lebih bersifat mat erialist is, sekularist ik,
relevist is; yang menganggap bahwa pendidikan bukan unt uk membuat manusia bijak yakni
mengenali dan mengakui posisi masing-masing dalam t ert ib realit as t api memandang
realit as sebagai sesuat u yang bermakna secara mat erial bagi manusia, dan karena it u
hubungan manusia dengan tertib realitas bersifat eksploitatif bukan harmonis. Ini adalah
salah sat u penyebab pent ing munculnya krisis masyarakat modern.
Reformasi ilmu penget ahuan berlandaskan nilai Islam unt uk selanjut nya disebut
Islamisasi mencoba mencari akar-akar krisis t ersebut . Akar-akar krisis it u diant aranya dapat
dit emukan di dalam ilm u penget ahuan, yakni konsepsi at au asumsi t ent ang realit as yang
dualistis, sekularist ik, evolusionerist is, dan karena itu pada dasarnya bersifat realitifitas dan
nihilist is. Islamisasi ilmu penget ahuan adalah suat u upaya pembebasan penget ahuan dari
asumsi-asumsi
at au
penafsiran-penafsiran
Barat
t erhadap
realit as,
dan
kemudian
menggant ikannya dengan pandangan nilai-nilai Islam yang berdasarkan Al-Quran dan
Hadist .
Selain it u Islamisasi ilmu penget ahuan juga muncul sebagai reaksi adanya konsep
dikot omi ant ara agam a dan ilmu penget ahuan yang dimasukkan masyarakat Barat dan
budaya masyarakat modern. M asyarakat yang disebut t erakhir ini misalnya memandang
sifat , met ode, set rukt ur sains dan agama jauh berbeda, kalau t idak mau dikat akan
kont radikt if (bagaimana seharusnya). Sedangkan sains meneropongnya dari segi objekt ifnya
(bagaimana adanya). Agama melihat problemat ika dan solusinya melalui pet unjuk Tuhan,
sedangkan sains melalui eksprimen dan rasio manusia. Karena ajaran agama diyakini sebagai
pet unjuk Tuhan, kebenaran dinilai mut lak, sedangkan kebenaran sains relat if. Agama
banyak berbicara yang gaib sedangkan sains hanya berbicara mengenai hal yang empiris.
Dalam perspekt if sejarah, sains dan t eknologi modern yang t elah menunjukkan
keberhasilannya dewasa ini mulai berkembang di Eropa dalam rangka gerakan renaissance.
12
Harun Nasut ion dan Azyumardi Azra dalam Herman Soewardi, Op.Cit, hlm. 9.
12
Gerakan ini berhasil menyingkirkan peran agama dan m endobrak dominasi gereja Roma
dalam kehidupan sosial dan int elekt ual masyarakat Eropa sebagai akibat dari sikap gereja
yang memusuhi ilmu penget ahuan. Dengan kat a lain ilmu penget ahuan di Eropa dan Barat
mengalami perkembangan set elah memisahkan diri dari pengaruh agama. Set elah it u
berkembanglah pendapat -pendapat yang merendahkan agama dan meninggikan sains.
Dalam perkembangannya, sains dan t eknologi modern dipisahkan dari agama, karena
kemajuaannya yang begit u pesat di Eropa dan Amerika sebagaimana yang di saksikan
sam pai sekarang. Sains dan t eknologi yang demikian it u selanjut nya digunakan unt uk
mengabdi kepada kepent ingan m anusia semat a-mat a, yait u unt uk t ujuan memuaskan hawa
nafsunya menguras isi alam unt uk t ujuan mem uaska nafsu konsomt if dan mat erealist ik,
menjajah dan menindas bangsa-bangsa yang lemah, melanggengkan kekuasaan dan t ujuan
lainnya.
Penyimpangan dari t ujuan penggunaan ilmu penget ahuan it ulah yang direspon
melalui konsep Islamisasi ilmu penget ahuan, yait u upaya menempat kan sains dan t eknologi
dalam bingkai Islam, dengan t ujuan agar perumusan dan pemanfaat an sains dan t eknologi
it u dit unjukkan unt uk mempert inggi harkat dan mart abat manusia. M elaksanakan fungsi
kekhalifahannya dimuka bumi sert a t ujuan-t ujuan luhur lainnya. Inilah yang menjadi salah
sat u misi ilm u penget ahuan berlandaskan nilai-nilai ke-Islaman.
d. Strategi ilm u pengetahuan berlandaskan Nilai ke-Islaman
Terjadi pem isahan agama dari ilmu penget ahuan sebagaimana t ersebut di at as
t erjadi pada abad pert engahan, yait u pada saat umat Islam kurang memperdulikan
(meninggalkan ipt ek). Pada masa it u yang berpengaruh di masyarakat Islam adalah ulama
t arikat dan ulama fiqih. Keduanya m enanamkan paham t aklid dan membat asi kajian agam a
hanya dalam bidang yang sampai sekarang masih dikenal sebagai ilmu-ilmu agama sepert i
t afsir, fiqih,dan t auhid. Ilm u t ersebut mempunyai pendekat an normat if dan t arekat , t arekat
hanyaut dalam w irit dan dzikir dalam rangka mensucikan jiwa dan mendekat kan diri pada
Allah dengan menjauhkan kehidupan duniawi. Sedangkan ulama t idak t ert arik mempelajari
alam dan kehidupan manusia secara objekt if. Bahkan ada yang mengharamkan unt uk
mempelajari filsafat , padahal dari filsafat lah Ipt ek bisa berkembang pesat . Kedaan ini
mengalami perubahan pada akhir abad ke sembilan belas, yait u sejak ide-ide pembaharuan
13
dit erima dan didukung oleh sebagian umat . M ereka mengkrit ik pengembangan sains dan
t eknologi modern yang dipisahkan dari ajaran agama, sepert i dikemukakan oleh
M uhammad Naquib al-Attas (1980/ 1981: 47-56) Ismail Razi al-Faruqi (1982: 3-8), dengan
t ujuan agar ilmu penget ahuan dapat membaw a kepada kesejaht eraan bagi umat manusia.
M enurut para ilmuwan dan cendikiaw an m uslim t ersebut , pengembangan ipt ek perlu
dikembalikan pada kerangka dan perspekt if ajaran Islam. Al-Faruqi menyerukan perlunya
dilaksanakan islamisasi sains. Dan sejak it u gerakan islamisasi ilmu penget ahuan digulirkan,
dan kajian mengenai islam dalam hubungannya dengan pengembangan ipt ek sebagaimana
diuraikan di baw ah ini mulai digali dan diperkenalkan.
13
Pada masa ini, dunia Islam t elah memainkan peran pent ing baik dalam bidang ilmu
penget ahuan agama maupun penget ahuan umum. Dalam hubungan ini Harun Nasution
mengat akan bahwa cendikiawan-cendikiawan Islam bukan hanya ilmu penget ahuan dan
filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, t et api menambahkan kedalam hasilhasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu penget ahuan dan hasil
pikiran mereka dalam ilmu filsafat . Para ilmuw an t ersebut memiliki penget ahuan yang
bersifat int egrat ed, yakni bahw a ilmu penget ahuan umum yang m ereka kembangkan t idak
t erlepas dari ilmu agama at au t idak t erlepas dari nilai-nilai Islam. Konsep ajaran Islam
t ent ang pengembangan ilmu penget ahuan yang demikian it u didasarkan kepada beberapa
prinsip sebagai berikut :
Pertama, ilmu penget ahuan dalam Islam dikembangkan dalam kerangka t auhid at au
t eologi. Yait u t eologi yang bukan sem at a-mat a meyakini adanya Tuhan dalam hat i,
mengucapkannya dengan lisan dan mengamalkannya dengan t ingkah laku, melainkan
t eologi yang menyangkut akt ivit as m ent al berupa kesadaran manusia yang paling dalam
prihal hubungan manusia dengan Tuhan, lingkungan dan sesamanya. Lebih t egasnya adalah
t eologi yang memunculkan kesadaran, yakni suat u mat ra yang paling dalam diri manusia
yang menformat pandangan dunianya, yang kemudian menurunkan pola sikap dan t indakan
13
Percikan Im an “ M ajalah” No. 4 Tahun II April 2001.
14
yang selaras dengan pandangan dunia it u. Karena it u t eologi pada ujungnya akan
mempunyai implikasi yang sangat sosiologis, sekaligus antropologis.
Kedua, ilmu penget ahuan dalam Islam hendaknya dikembangkan dalam rangka
bert akw a dan beribadah kepada Allah Swt . hal ini pent ing dit egaskan, karena dorongan alQur’an unt uk mempelajari fenomena alam dan sosial t ampak kurang diperhat ikan, sebagai
akibat dan dakw ah Islam yang semula lebih t ert uju unt uk memperoleh keselamat an di
akhirat . Hal ini mest i diimbangi dengan perint ah mengabdi kapada Allah dalam art i yang
luas, t ermasuk mengembangkan ipt ek.
Ketiga, Ilmu penget ahuan harus dikembnagkan oleh orang-orang Islam yang memilki
keseimbangan ant ara kecerdasan akal, kecerdasan emosional dan sepiritual yang dibarengi
dengan kesungguhan unt uk beribadah kepada Allah dalam art i yang seluas-luasnya. Hal ini
sesuai dengan apa yang t erjadi dalam sejarah di abad klasik, di mana paraa ilmuwan yang
mengembangka ilmu penget ahuan adalah pribadi-pribadi yang senant iasa t aat beribadah
kepada Allah Sw t .
Keempat, Ilmu penget ahuan harus dikembangkan dalam kerangka yang int egral,
yakni bahwa ant ara ilmu agama dan ilmu umum walaupun bent uk formalnya berbeda-beda,
namun hakekat nya sama, yait u sama-sama sebagai t anda kekuasaan Allah. Dengan
pandangan yang demikian it u, maka t idak ada lagi perasaan yang lebih unggul ant ara sat u
dan lainnya. M enerapkan ke-empat macam st rat egi pengem bangan ilmu penget ahuan
t ersebut , akan diperoleh manfaat mengat asi krisis kehidupan pada masyarakat modern.
2.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILM U DALAM
KONTRIBUSINYA TERHADAP M ASYARAKAT M ODERN
ILM U PENGETAHUAN DAN
a. Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pada dasarnya filsafat ilmu bert ugas memberi landasan filosofi unt uk memaham i
berbagai konsep dan t eori suat u disiplin ilmu, sam pai membekalkan kemampuan unt uk
mem bangun t eori ilmiah. Secara subt ant if fungsi pengembangan t ersebut memperoleh
pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subt ant if.
Selanjut nya secara t eknis dihadapkan dengan bent uk met odologi, pengembangan ilmu
dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu
masing-masing.
15
Kajian
yang dibahas dalam
filsafat
ilmu
adalah
meliput i
hakekat
(esensi)
penget ahuan, art inya filsafat ilmu lebih menaruh perhat ian t erhadap masalah-masalah
mendasar ilmu penget ahuan seperti ont ologi ilmu, epistim ologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari
ket iga landasan t ersebut jika dikait kan dengan reformasi ilm u penget ahuan berlandaskan
nilai ke-Islaman maka let ak filsafat ilmu t erlet ak pada ont ologi dan epist imologinya.
Ont ologi t it ik t olaknya pada penelaahan ilmu penget ahuan yang didasarkan at as sikap dan
pendirian filosof is yang dimiliki seorang ilmuw an. Dengan demikian landasan ontologi ilmu
penget ahuan sangat t ergant ung pada cara pandang ilmuwan t erhadap realit as. M anakala
realit as yang dimaksud adalah mat eri, maka lebih t erarah pada ilm-ilmu empiris. M anakala
realitas yang dimaksud adalah spirit at au roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilm u
humanoria. Adapun epist imologi t it ik t olaknya pada penelaahan ilmu penget ahuan yang
berdasarkan at as cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
b. Fungsi Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Fungsi filsafat sebagai pemberi nilai t erhadap perkembangan ilmu. Hal ini dijelaskan
oleh aksiologi ilmu yang bert it ik t olak pada pengenbangan ilmu penget ahuan yang
merupakan sikap etis yang harus di kembangkan oleh seorang ilm uwan, t erut ama dalam
kait annya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, sehingga suat u akt ivit as ilmiah
senant iasa dikait kan dengan kepercayaan, idiologi yang di anut oleh masyarakat at au
bangsa t empat ilmu it u di kembangkan.
Pertama , filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi krit is t erhadap kegiat an ilmiah. Art inya, seorang ilmuwan m usliam harus mem ilki
sikap krit is t erhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap
arogansi, menganggap bahwa hanya pendapat nya yang paling benar. Adapun kait annya
dengan Islamisasi ilmu penget ahuan fungsi filsafat ilmu adalah sebagai sikap krit is t erhadap
keilmuw an yang dim iliki oleh ilm uwan muslim.
Kedua , filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkrit ik asumsi dan
met ode keilmuwan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah
menerapkan suat u m et ode ilmiah t anpa memperhat ikan st rukt ur ilmu penget ahuan it u
sendiri. Sat u sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan met ode ilmiah yang sesuai
at au cocok dengan set rukt ur ilmu penget ahuan, bukan sebaliknya. M et ode hanya sarana
16
berfikir, bukan merupakan hakekat ilmu. Dalam Islamisasi ilmu penget ahuan yang paling
pokok adalah t erdapat pada bagaimana cara unt uk mempert mukan ant ara nilai-nilai agama
dengan kemajuan ilmmu penget ahuan. Agar keduanya bisa saling mengisi kekurangan dan
kelebihannya.
Filsafat ilmu diperlukan kehadirannya dit engah perkembangan Islamisasi ilmu
penget ahuan yang dit andai semakin menajam nya spisialisasi ilmu penget ahuan. Sebab
dengan mempelajari filsafat ilmu, maka para ilmuw an muslim akan menyadari ket erbat asan
dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi int elekt ual. Hal yang di perlukan
adalah sikap ket erbukaan diri dikalangan ilmuw an muslim, sehingga mereka dapat saling
menyapa dan mengarahkan seluruh pot ensi keilmuan yang dimilikinya unt uk kepent ingan
umat manusia.
Unt uk it ulah diperlukan keseimbangan ant ara berfikir dengan berzikir sebagaimana
yang diut arakan oleh Andi Hakim Nasution. M anusia harus dapat mengendalikan
penget ahuan yang dit emukannya agar dapat dimanfaat kan mengelola bum i dan ant ariksa
dengan
sebaik-baiknya.
Unt uk
it ulah
sebagai
orang
yang
bert akwa
kit a
perlu
mempertemukan pikir dan zikir secara berimbang, karena terlalu banyak berzikir tanpa
berpikir pun dapat mengekang perkembangan ilmu penget ahuan yang akibat nya hanya
suat u kerugian saja bagi kita sendiri. Tempat mempertemukan pikir dan zikir ini ialah di
dalam filsafat sains yang t idak mengabaikan sepenuhnya t ujuan dit urunkannya manusia di
bumi.
14
Ilmu penget ahuan dalam perkembangannya t elah menjadi suat u sist em yang
kompleks,
Kemajuan
dikembalikan
pada
ilmu
t ujuan
penget ahuan
sem ula
yait u
dan
islam isasi
filsafat
ilmu
ilmunya
penget ahuan
sebagai
sarana
harus
unt uk
memakmurkan umat m anusia di muka bumi bukan malah sebaliknya mengancam eksist ensi
manusia. Di sinilah pent ingnya korelasi ant ara let ak filsafat ilmu dengan Islamisasi ilmu
penget ahuan. Keduanya harus sejalan. Karena pada dasarnya Islamisasi ipt ek adalah sebagai
landasan t eorit is saling mengisi, agar t idak t erjadi dikot omi ant ara keduanya dan melalui
filsafat ilmu keduanya dapat bersinergis.
E.
KESIM PULAN DAN SARAN
14
Andi Hakim Nasut ion, Op. cit., hlm. 7-8.
17
Berdasarkan hasil pembahasan yang t elah diuraikan di at as maka dapat lah dit arik
kesimpulan-kesimpulan dan sara-saran adalah sebagai berikut :
1.
SARAN
a.
Filsafat
ilmu
memberi
spirit
bagi
perkembangan
dan
kemajuan
ilmu
penget ahuan dan memberikan nilai-nilai moral yang terkandung pada set iap
ilmu, baik pada t at anan ont ologis, epist imologis, maupun aksiologis. Peran
filsafat ilmu dalam perkembangan Ilm u yang berlandaskan nilai-nilai ke-Islaman
t erlet ak pada t eori f ilsafat ilmu secara aksiologi. Agama Islam merupakan
pemberi nilai t erhadap perkembangan ilmu penget ahuan pada masyarakat
modern.
b.
Kedudukan dan fungsi filsafat ilmu bagi ilm u penget ahuan mem berikan
waw asan yang lebih luas bagi ilmuan unt uk t idak bersikap arogansi dan skept is
dalam sebuah disiplin ilm u karena arogansi adalah pert anda bahwa t idak kreat if
dan cepat merasa puas. Kont ribusi filsafat ilmu berlandaskan nilai dan prinsip
Agama Islam t erhadap IPTEK merupakan landasan t eorit is saling mengisi, agar
tidak t erjadi dikotom i dan saling bersinergis.
2.
Saran-saran
a.
Diharapkan perkembangan ilmu yang pesat di zaman m odern t idak luput dari
nilai-nilai agama dan dapat dijadikan arah dalam menent ukan perkembangan
ilmu selanjut nya.
b.
Tanpa adanya bimbingan agama t erhadap ilmu dikhawat irkan kehebat an ilmu
dan t eknologi t idak semakin mensejaht erahkan manusia, t et api just ru merusak
dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi , Pengantar Filsafat Islam , Bulan Bint ang, Jakart a 1990.
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Rosda, Bandung,
2007.
Amsal Bakht iar, Filsafat ilmu, RadjaGrafindo, Jakarta, 2004.
Herm an Soewardi, Roda berputar, Dunia Bergulir: Kognisi Baru tentang Timbul Tenggelamnya
Sivilisasi, Bakt i M andiri, Bandung, 2004.
Jujun S. Suriasumant ri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer , Pust aka Sinar Harapan,
Jakarta, 2005.
M ahdi Ghulsyani, (diterjem ahkan oleh Agus Effendi), Filsafat-Sains M enurut Al-Quran,
M izan, Bandung, 1994.
Noeng M uhajir, Filsafat ilmu Kualitatif dan Kuantitatif untuk Pengembangan Ilmu dan
Penelitian, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2006.
Percikan Iman “ M ajalah” No. 4 Tahun II April 2001.
Sut ardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah Filsafat Logika dan Filsafat
ilmu (Epistemologi) M etafisika dan Filsafat M anusia Aksiologi, Refika Adit ama,
Bandung, 2009.
The Liang Gie, Pengantar filsafat ilmu, Libert y, Yogyakarta, 2007.
PERAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILM U DALAM PERKEM BANGAN ILM U PENGETAHUAN
BERLANDASKAN NILAI KE-ISLAM AN DAN KONTRIBUSINYA DALAM KRISIS
M ASYARAKAT M ODERN
A.
PENDAHULUAN
Salah sat u ciri yang membedakan Agama Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya t erhadap masalah ilmu (sains). Al-Quran dan Al-Sunnah mengajak kaum
muslim unt uk mencari dan mendapat kan ilmu dan kearifan, sert a menempat kan orangorang yang berpenget ahuan pada derajat yang t inggi.
Suat u kenyat aan yang t ampak jelas dalam dunia modern yang t elah maju ini, ialah
adanya kont radiksi-kont radiksi yang mengganggu kebahagiaan orang dalam
hidup.
Kemajuan
hidup,
indust ri
t elah
dapat
menghasilkan
alat -alat
yang memudahkan
memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebut uhan-kebut uhan jasmani t idak sukar
lagi unt uk memenuhinya. Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan
it u membaw a
kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Akan t et api suat u
kenyat aan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan it u t ernyat a semakin jauh, hidup
semakin sukar dan kesukaran-kesukaran met erial bergant i dengan kesukaran ment al. Beban
jiw a semakin berat , kegelisahan dan ket egangan sert a t ekanan perasaan lebih sering t erasa
dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
M asyarakat
modern t elah berhasil mengem bangkan ilmu penget ahuan dan
t eknologi canggih unt uk m engat asi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu
penget ahuan dan t eknologi t ersebut t idak mampu menumbuhkan moralit as (ahlak) yang
mulia. Dunia m odern saat ini, t ermasuk di Indonesia dit andai oleh gejalah kemerosot an
akhlak yang benar-benar berada pada t araf yang menghaw at irkan. Kejujuran, kebenaran,
keadilan, t olong menolong dan kasih sayang sudah t ert ut up oleh penyelew engan, penipuan,
penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Unt uk memaham i gerak perkembangan
ilmu penget ahuan dan t eknologi yang sedemikian it u, maka kehadiran filsafat ilmu berusaha
mengembalikan ruh dan t ujuan luhur ilmu agar ilmu t idak menjadi bomerang bagi
kehidupan umat manusia. Di sam ping it u, salah sat u t ujuan filsafat ilmu adalah unt uk
mempert egas bahwa ilmu dan t eknologi adalah inst rumen bukan t ujuan. Dalam kont eks
yang demikian diperlukan suat u pandangan yang komprehensif t ent ang ilmu dan nilai-nilai
yang berkembang di masyarakat .
2
Krisis dan kemerosot an moral yang t erjadi pada masyarakat modern dit anggapi oleh
Herman Soewardi adalah sebagai berikut :
“ …Filosof dan ilmuwan Barat m ulai mengakui bahwa arah yang keliru. Arah yang
dit empuh t elah m emberikan kenikmat an, nam un kenikmat an yang diiringi dengan
kehancuran. ..Kehancuran it u dapat berubah lebih besar daripada kenikmat annya.
M ereka menget ahui ilmu yang selama ini diyakini kebenarannya adalah salah, t et api
t idak t ahu menunjukkan mana yang benarnya. Akhirnya upaya mereka menjadi
st agnan t idak t ahu apa yang harus dilakukan. M ereka sangat percaya kepada
empirisme dan positivisme, Namun t et ap t idak mampu menunjukkan kebenaran
inilah yang disebut dengan skeptisisme. Hal ini karena yang benar itu satu,
sedangkan yang t idak benar it u banyaknya t idak t erhingga. Unt uk sampai kepada
yang benar, maka harus menget ahui kesalahan dari ilmu it u t erlebih dahulu.
Bersyukurlah manusia kepada Tuhan YM E, yang mencipt akan it u semua. Ia t elah
memberit ahukan kepada manusia melalui Nabi M uhammad S.a.w . mana yang benar
dan mana yang salah. Kebenaran adalah perint ah-Nya unt uk dijalani oleh umat
manusia. Kesalahan adalah merupakan larangan-Nya unt uk dihindari oleh umat
manusia. Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang t ak
terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilm u yang hakiki adalah dari
Tuhan. Cara unt uk mengalihkan ilmu yang keliru it u maka manusia t idak hanya
mengandalkan diri pada akal saja, akan t et api melet akkan akal di bawah ket ent uanket ent uan (nash-nash) dari Allah. Dengan kat a lain suat u ilmu harus dipandu dengan
1
normat if dari Allah SWT at au naqliah memandu aqliah .
Namun, perlu juga diingat bahwa ikat an agama yang t erlalu kaku dan t erst rukt ur
kadang kala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena it u, perlu kejelian dan
kecerdasan memperhat ikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sist em nilai dalam agama agar
keduanya t idak saling bert olak belakang. Di sinilah perlu rumusan yang jelas t ent ang ilmu
secara filosofis dan akademik sert a agama agar ilmu dan t eknologi t idak menjadi bagian
yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan sert a lingkungan.
B.
Identifikasi M asalah
Berdasarkan uraian yang t elah dipaparkan di at as, maka t ulisan dalam makalah ini
mengkaji ant ara filsafat ilmu dan Islamisasi ilmu penget ahuan sert a apa fungsi filsafat ilmu
dalam Islamisasi ilmu penget ahuan. Unt uk Permasalahan dibat asi adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah peran filsafat ilm u dalam ilmu penget ahuan Berlandaskan Islam?
2.
Bagamanakah kedudukan dan fungsi filsafat ilmu dalam ilmu penget ahuan dan
kont ribusinya t erhadap masyarakat modern?
1
Herman Soew ardi, Roda berputar, Dunia Bergulir: Kognisi Baru t entang Timbul Tenggelamnya
Sivilisasi, Bakti M andiri, Bandung, 2004, hlm. 9-19.
3
C. ANALISIS PEM BAHASAN
1.
PERAN FILSAFAT ILM U DALAM ILM U PENGETAHUAN BERLANDASKAN ISLAM
a.
Konsep Islam tentang Ilmu
Pencarian ilm u merupakan konsep pent ing dan merupakan hal pokok dlam ajaran
Islam. Hal ini dpat diilust rasikan dalam Hadist , “ M encari ilmu it u wajib bagi set iap m uslim”
melahirkan berbabagai pembahasan.
2
Selanjut nya Al-Ghazali membahas ilmu yang
t ermasuk wajib kifayah. Art inya, sesuat u yang wajib at as keseluruhan masyarakat yang
selama kewajiban unt uk memenuhi kebut uhan sosial it u masih ada, t api set elah kew ajiban
it u dilaksanakan oleh sejumah individu, maka yang lainnya t erbebas dari kewajiban it u.
3
Al-Gazhali mengklasifikasikan “ Ilmu” ke dalam ilmu agama dan ilmu non agama.
4
Ilmu agama adalah ilmu yang diajarkan melalui ajaran-ajaran nabi dan wahyu. Sedangkan di
luar it u disebut dengan ilmu non agama. Ilmu agama dibagi dalam Ilmu t erpuji ( M ahmud)
dan ilmu tercela (madzmum). Ilmu agama yang terpuji di bagi 4 (em pat ) kelompok yait u ,
Ushul (dasar-dasar), Furu’ (masalah sekunder at au cabang), St udi-st udi pengant ar, St udist udi pelengkap. Ilmu Agama yang tercela yait u, t ampaknya diarahkan kepada syariah akan
t et api sebenarnya menyimpang dari ajaran-ajaran agama. Ilmu non agama dibagi ke dalam 3
kategori yaitu, ilmu non agama yang terpuji ( mahmud) yait u ilmu-ilm u yang pent ing dalam
kehidupan sehari-hari, ilmu non agama yang dibolehkan (mubah), cont ohnya, ilmu sejarah
dan ilmu non agama tercela (madzmum), misalnya ilmu sihir.
b.
Pengertian filsafat Ilmu dan Objek filsafat Ilmu
Ahmad Tafsir , menyat akan pengert ian filsafat berhubungan erat dengan Bahasa
Yunani, (Griek) yaitu philosophia. Namun demikian pendapat lainnya ada juga yang
mengat akan filsafat berasal dari bahasa Arab “ falsafah” at au “ filsafah” .
5
Kat a Philosophia
merupakan kat a majemuk yang memiliki art i, “ Philo” yaitu cint a dalam art i yang luas, yait u
ingin dan karena it u berusaha mencapai yang diinginkan it u. Kat a Sophia berarti
2
M ahdi Ghulsyani, (diterjemahkan oleh Agus Effendi), Filsafat-Sains M enurut Al-Quran, M izan,
Bandung, 1994, hlm. 40.
3
4
5
Idem, hlm. 41.
Ibid.
Harun Nasut ion dalam Amsal Bakht iar, Filsafat ilmu, RadjaGrafindo, Jakarta, 2004. Harun Nasut ion
menyat akan ist ilah filsafat berasal dari Bahasa Arab, karena orang Arab t erlebih dahulu dat ang dan
mempengaruhi bahasa Indonesia daripada orang dan Bahasa Inggris, hlm. 4-5. Lihat juga Sut ardjo A.
Wiramihardja, Pengantar Filsafat : Sistemat ika dan Sejarah Filsafat Logika dan Filsafat ilmu (Epist emologi)
M etafisika dan Filsafat M anusia Aksiologi, Refika Adit am a, Bandung, 2009, hlm. 13.
4
kebijaksanaan, pandai, pengert ian yang mendalam. Dengan kat a lain Filsafat diart ikan
pandai, cint a pada kebijakan.
6
The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu, adalah segenap pemikiran reflekt if
t erhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut baik landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
7
Filsafat Ilmu merupakan cabang dari ilmu filsaf at at au bagian dari epistemologi
(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (penget ahuan ilmiah).
Ilmu merupakan cabang ilmu penget ahuan yang mem punyai ciri-ciri t ert ent u. M eskipun
secara met odologis ilmu t idak membedakan ant ara ilmu-ilmu alam dengan sosial namun
permasalah-permasalahan t eknis yang khas, maka filsafat ilmu it u sering dibagi menjadi
filsafat ilm u alam dan filsafat ilmu sosial. Filsafat ilmu merupakan t elaah secara filsafat yang
ingin menjaw ab beberapa pert anyaan mengenai hakekat ilmu sepert i :
1) Obyek mana yang dit elaah ilmu? Ujud hakiki obyek? Hubungan obyek dengan
t angkapan manusia (berfikir, merasa, mengindera (yang membuahkan
penget ahuan);
2) Bagaimana proses yang memungkinkan dit imba penget ahuan yang berupa ilmu?
Bagainama prosedurnya. ? hal-hal apa yang harus diperhat ikan agar kit a
mendapat penget ahuan yang benar, Apa yang disebut kebenaran it u sendiri? Apa
krit erianya? Cara dan t ehnik sarana yang m embant u kit a mendapat penget ahuan
yang berupa ilmu;
3) Unt uk apa penget ahuan yang berupa ilmu it u dipergunakan? Bagaimana kait an
ant ara cara penggunaan t ersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penent uan obyek yang dit elaah berdasarkan pilihan-pilihan m oral? Bagaimana
kait an ant ara t ehnik prosedural yang merupakan operasinal met ode ilmiah
8
dengan norma-norma moral/ profesional.
Objek penelit ian filsafat luas sekali meliput i objek materia dan penelit ian yang
mendalam disebut dengan objek forma . Secara garis besar filsafat memiliki 3 (t iga) cabang
besar, yait u, t eori penget ahuan, t eori hakikat dan t eori nilai. Dengan demikian filsafat Ilmu
merupakan cabang ilmu filsafat yang mengkaji ilmu dari sisi filsafat unt uk memberi jawaban
t erhadap sejumlah pert anyaan yang m encakup :
6
9
Ahm ad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Rosda, Bandung, 2007,
hlm. 9. Bandingkan dengan Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam , Bulan Bintang Jakarta 1990) hlm. 3.
7
8
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Libert y, Yogyakarta, 2007, hlm. 27-29.
Jujun S. Suriasumant ri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengant ar Populer , Pust aka Sinar Harapan, Jakart a,
2005, 33-34.
9
Ahmad Tafsir, Op.cit , hlm. 22-23., bandingkan dengan Jujun S Suriasumant ri, Op.cit . hlm 35.
5
1) Teori penget ahuan mem bicarakan cara mem peroleh penget ahuan disebut
dengan, epist emologi;
2) Teori hakikat membicarakan penget ahuan it u sendiri disebut , ont ologi;
3) Teori nilai membicarakan guna penget ahuan, disebut dengan aksiologi.
Perbincangan mengenai filsafat ilmu baik secara kualit at if maupun kuant it at if
berkembang pesat dan mendalam sejak t ahun 1960-an sam pai akhir abad 20.
10
Francis
Bacon dengan met ode induksi yang dit ampilkannya pada abad ke sembilan belas dapat
dikat akan sebagai pelet ak dasar filsafat ilmu dalam hasanah bidang filsafat secara umum.
Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhat ian yang besar t erhadap peran dan fungsi
filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu penget ahuan dan teknologi mengalam i
kemajuan yang sangat pesat . Dalam hal ini ada semacam kekhaw at iran di kalangan
ilmuw an, dan filosof, t ermasuk juga kalangan Agamaw an, bahw a kemajuan ilmu
penget ahuan dapat mengancam eksist ensi umat manusia bahkan agama it u sendiri.
11
Berdasarkan uraian di at as maka dipahami “ filsafat ilmu” merupakan bagian dari
filsafat penget ahuan yang secara spesifik m engkaji hakekat ilmu. Ilmu merupakan cabang
penget ahuan yang mempunyai ciri-ciri t ert ent u. M eskipun secara met odologis ilmu t idak
membedakan ant ara ilmu alam dengan ilmu-ilm u sosial, namun karena permasalahanpermasalahan t eknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu
alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembat asan masingmasing bidang yang dit elaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan t idak
mencirikan cabang filsafat yang ot onom. Ilmu memang berbeda dengan penget ahuanpenget ahuan secara filsafat , namun t idak t erdapat perbedaan yang prinsipil ant ara ilmuilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri yang sam a.
Jika dianalisis secara ont ologi maka perkem bangan ilmu dalam hubungan penemuanpenemuan
penget ahuan
baru
sert a
adanya
perubahan
pandangan
t ent ang
ilmu
penget ahuan mempunyai peran pent ing dalam membent uk peradaban dan kebudayaan
manusia. Namun semakin maju penget ahuan, semakin meningkat keinginan manusia,
sam pai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi but a. Akibat nya ilmu penget ahuan dan
10
Noeng M uhajir, Filsafat ilmu Kualitatif dan Kuantitatif untuk Pengembangan Ilmu dan Penelit ian,
Rake Sarasin, Yogyakart a, 2006, hlm. 1. Lihat juga The Liang Gie, Op. cit., hlm., 65.
11
Andi Hakim Nasut ion, Pengantar Ke Filsafat Sains, Litera Ant arNusa, Jakart a, 2008, hlm. 14-15.
6
hasilnya t idak m anusiaw i lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang t elah
merencanakan dan m enghasilkannya.
Kecenderungan
yang
merugikan
bahkan
m enimbulkan
dampak
buruk
dan
mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang persenjat aan yang
pada akhirnya banyak menimbulkan korban jiw a, kemajuan dalam memakai sert a
menghabiskan banyak kekayaan bumi yang t idak dapat diperbaharui kembali, kemajuan
dalam bidang kedokt eran yang t elah mengubah bat as-bat as paling pribadi dalam hidup
manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibat kan melebarnya jurang kaya dan
miskin. Ilmu penget ahuan dan t eknologi pada akhirnya baik langsung maupun t idak
langsung berkait an dengan st rukt ur sosial dan polit ik yang berhubungan erat dengan jut aan
manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ket impangan yang just ru
menjadi pandangan yang mencolok di t engah keyakinan m anusia akan keam puhan ilmu
penget ahuan dan t eknologi unt uk m enghapus penderit aan manusia.
Kesadaran akan hal ini t ersebut muncul dalam lingkungan ilmuw an yang prihat in
akan perkembangan t eknik, indust ri, dan persenjat aan yang membahayakan masa depan
kehidupan umat manusia dan bum i. Unt uk itulah maka epistimologi ilmu bert ugas
menjaw ab pert anyaan mengenai bagaimana proses penget ahuan yang masih berserakan
dan t idak t erat ur it u menjadi suat u ilmu, bagaim ana prosedur dan mekanismenya, hal-hal
apa yang harus diperhat ikan agar mendapat kan penget ahuan yang benar, apa yang disebut
kebenaran it u sendiri, bagaimana kret eria sebuah kebenaran, bagaimana cara, t eknik,
sarana yang dapat membant u dalam mendapat kan penget ahuan yang berupa ilmu.
Tiang penyangga filsafat ilmu yang ket iga adalah aksiologi ilmu. Ilmu adalah sesuat u
yang paling pent ing bagi manusia, karena dengan ilm u semua keperluan dan kebut uhan
manusia bisa t erpenuhi secara lebih cepat dan lebih m udah, dan m erupakan kenyat aan
yang t idak dapat dipungkiri bahw a peradaban m anusia sangat berhut ang pada ilmu. Ilmu
t elah banyak mengubah wajah dunia sepert i hal memberant as penyakit , kelaparan,
kemiskinan dan berbagai w ajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga,
manusia bisa m erasakan kemudahan lainnya sepert i t ransport asi, pemukiman, pendidikan,
informasi dan komunikasi, dan lain sebagainya. Dengan kat a lain “ ilmu” merupakan sarana
unt uk membant u manusia dalam
mencapai t ujuan hidupnya. Akan t et api dalam
kenyat aannya suat u ilmu yang pada awalnya merupakan berkah dan penyelamat , misalnya,
7
pembuat an bom yang pada aw alnya unt uk memudahkan kerja manusia, namun kemudian
dipergunakan unt uk hal-hal yang bersifat negat if, menimbulkan malapet aka bagi manusia
itu sendiri. Di sinilah ilmu harus dilet akkan secara proposional dan memihak pada nilai-nilai
kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilm u t idak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang
t erjadi adalah bencana dan malapet aka. Set iap ilmu penget ahuan akan menghasilkan
t eknologi yang kemudian akan dit erapkan pada masyarakat . Proses ilmu penget ahuan
menjadi sebuah t eknologi yang benar-benar dapat dimanfaat kan oleh masyarakat t ent u
t idak t erlepas dari ilmuwannya. Seorang ilmuw an akan dihadapkan pada kepent ingankepent ingan pribadi at aukah kepent ingan masyarakat akan membaw a pada persoalan et ika
keilmuan sert a m asalah bebas nilai. Unt uk it ulah t anggungjawab seorang ilmuwan haruslah
dit unt ut dan dit empat kan pada posisi yang t epat , t anggung jaw ab akademis, dan t anggung
jaw ab moral.
Penekanan mencari hakikat “ nilai” dari suat u ilmu dilakukan dengan aksiologi.
Berasal dari perkat aan axios (Yunani) yang berart i nilai dan logos yang berart i t eori. Jadi
aksiologi adalah t eori t ent ang nilai. Nilai yang dimaksud adalah suat u yang dimiliki manusia
unt uk melakukan berbagai pertimbangan t ent ang apa yang dinilai. Teori t ent ang nilai dalam
filsafat mengacu pada permasalahan et ika dan est et ika.
Et ika menilai perbuat an manusia. Obyek formal et ika adalah norma-norma
kesusilaan manusia. Dengan kat a lain “ et ika” mempelajari t ingkah laku manusia dit injau dari
segi baik dan t idak baik di dalam suat u kondisi yang normat if, yait u suat u kondisi yang
melibat kan norma-norma. Est et ika berkait an dengan nilai t ent ang pengalaman keindahan
yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. Nilai itu
objekt if at aukah subjekt if adalah sangat t ergant ung dari hasil pandangan yang muncul dari
filsafat . Nilai akan menjadi subjekt if, apabilah subjek sangat berperan dalam segala hal,
kesadaran manusia menjadi t olak ukur segalanya; at au eksist ensinya, maknanya dan
falidit asnya
t ergant ung
pada
reaksi
subjek
yang
melakukan
penilaian
t anpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis at au fisis.
Dengan demikian, nilai subjekt if akan selalu memperhat ikan berbagai pandangan
yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, int elekt ualit as dan hasil nilai subjektif
selalu akan mengarah kepada suka at au t idak suka, senang at au t idak senang. Nilai it u
objekt if, jika ia t idak t ergant ung pada subjek at au kesadaran yang menilai. Nilai objekt if
8
muncul karena adanya pandangan dalam filsafat t ent ang objekt ivisme. Objekt ivisme ini
beranggapan pada t olak ukur suat u gagasan berada pada objeknya, sesuat u yang memiliki
kadar secara realit as benar-benar ada. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu
penget ahuan.
Seorang ilmuwan haruslah bebas dalam menent ukan t opik penelit iannya, bebas
dalam melakukan eksprimen-eksprimen. Kebebasan inilah yang nant inya akan dapat
mengukur kualit as kemampuannya. Ket ika seorang ilmuwa bekerja, dia hanya t ert uju pada
proses kerja ilmiahnya dan t ujuan agar penelit iannya berhasil dengan baik. Nilai objekt if
hanya menjadi t ujuan ut amanya, dia t idak m au t erikat dengan nilai-nilai subjekt if, sepert i
nilai-nilai dalam masyarakat , nilai agama, nilai adat , dan sebagainya. Bagi seorang ilmuw an
kegiat an ilmiahnya dengan kebenaran ilmiah adalah yang sangat pent ing. Unt uk it ulah
net ralit as ilmu t erlet ak pada epist em ologinya saja, art inya t anpa berpihak kepada siapapun,
selain kepada kebenaran yang nyat a. Sedangkan secara ont ologis dan aksiologis, ilmuw an
harus mapu menilai mana yang baik dan yang buruk, yang pada hakekat nya m engharuskan
seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat . Tanpa ini seorang ilmuwan akan
lebih merupakan seorang momok yang menakut kan.
Et ika keilmuan merupakan et ika normat if yang m erumuskan prinsip-prinsip et is yang
dapat dipert anggung jaw abkan secara rasional dan dapat
dit erapkan dalam
ilmu
penget ahuan. Tujuan et ika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan
prinsip-prinsip moral, yait u yang baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam prilaku
keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang dapat mempert anggung jawabkan
prilaku ilmiahnya. Et ika normat if menet apkan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian
penilaian t erhadap perbuat an-perbuat an apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang
seharusnya t erjadi sert a menet apkan apa yang bert ent angan dengan yang seharusnya
t erjadi. Pokok persoalan dalam et ika keilmuan selalu mengacu kepada “ elemen-elemen”
kaidah moral, yait u hat i nurani, kebebasan dan t anggung jawab, nilai dan norma yang
bersifat ut ilit arist ik (kegunaan). Hat i nurani disini adalah penghayat an t ent ang yang baik dan
yang buruk dan dihubungkan dengan prilaku manusia.
Nilai dan norma yang harus berada pada et ika keilmuan adalah nilai dan norma
moral. Nilai m oral t idak berdiri sendiri, t et api ket ika ia berada pada at au menjadi milik
seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada sepert i nilai agama, hukum, budaya,
9
dan sebagainya. Paling ut ama dalam nilai moral adalah yang t erkait dengan t anggung jawab
seseorang. Norma moral menent ukan apakah seseorang berlaku baik at aukah buruk dari
sudut et is. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norm a moral yang dimilikinya akan menjadi
penent u, apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik at au belum.
Penerapan ilmu penget ahuan yang t elah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah
berupa t eknologi, at aupun t eori-t eori emansipasi masyarakat , mest ilah memperhat ikan
nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat , dan sebagainya. Ini berart i ilm u penget ahuan
t ersebut sudah t idak bebas nilai. Karena ilmu sudah berada di t engah-t engah masyarakat
luas dan masyarakat akan mengujinya. Oleh karena it u, t anggung jaw ab lain yang berkait an
dengan t eknologi di masyarakat , yait u mencipt akan hal yang posit if. Namun, t idak semua
t eknologi at au ilmu penget ahuan selalu memiliki dampak posit if. Di bidang et ika, t anggung
jawab seorang ilmuwan, bukan lagi m emberi inf ormasi namun harus memberi cont oh. Dia
harus bersifat objekt if, t erbuka, menerima krit ik, menerima pendapat orang lain, kukuh
dalam pendirian yang dianggap benar, dan berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini,
merupakan implikasi et is dari proses penemuan kebenaran secarah ilmiah. Di t engah sit uasi
di m ana nilai mengalami kegoncangan, maka seorang ilmuwan harus t ampil kedepan.
Penget ahuan yang dimilikinya merupakan kekuat an yang akan memberinya keberanian. Hal
yang sam a harus dilakukan pada masyarakat yang sedang membangun, seorang ilmuwan
harus bersikap sebagai seorang pendidik dengan mem berikan cont oh yang baik.
Kemudian bagaimana solusi bagi ilmu yang t erikat dengan nilai-nilai? ilmu
penget ahuan harus t erbuka pada kont eksnya, dan agamalah yang menjadi kont eksnya it u.
Agam a mengarahkan ilmu penget ahuan pada t ujuan hakikinya, yakni memaham i realit as
alam, dan memahami eksist ensi Allah, agar manusia menjadi sadar akan hakekat pencipt aan
dirinya. Solusinya yang diberikan al-Qur’an t erhadap ilmu penget ahuan yang t erikat dengan
nilai adalah dengan cara mengem balikan ilmu penget ahuan pada jalur semest inya, sehingga
ia m enjadi berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa
mudharat .
Berdasarkan sejarah t radisi Islam ilmu t idaklah berkembang pada arah yang t ak
t erkendali, t api ia harus bergerak pada arah maknaw i dan umat berkuasa unt uk
mengendalikannya. Kekuasaan manusia at as ilmu penget ahuan harus mendapat t empat
yang ut uh, eksist ensi ilmu penget ahuan bukan hanya unt uk mendesak kemanusiaan, t et api
10
kem anusiaanlah yang menggenggam ilmu penget ahuan unt uk kepent ingan dirinya dalam
rangka penghambaan diri kepada sang Pencipt a.
Tujuan ilmu penget ahuan, ada beberapa perbedaan pendapat ant ara filosof dengan
para ulama. Sebagian berpendapat bahwa penget ahuan sendiri m erupakan t ujuan pokok
bagi orang yang menekuninya, dan mereka ungkapkan t ent ang hal ini dengan ungkapan,
ilmu penget ahuan unt uk ilmu penget ahuan, seni unt uk seni, sast ra unt uk sast ra, dan lain
sebagainya. M enurut mereka ilmu penget ahuan hanyalah sebagai objek kajian unt uk
mengembangkan ilmu penget ahuan sendiri. Sebagian yang lain cenderung berpendapat
bahwa t ujuan ilmu penget ahuan merupakan upaya para penelit i at au ilmuwan menjadikan
ilmu penget ahuan sebagai alat unt uk menambahkan kesenangan manusia dalam kehidupan
yang sangat t erbat as dimuka bumi ini. M enurut pendapat yang kedua ini, ilmu penget ahuan
it u unt uk meringankan beban hidup manusia at au unt uk m embuat manusia senang, karena
dari lmu penget ahuan it ulah yang nant inya akan melahirkan t eknologi. Teknologi jejas
sangat dibut uhkan oleh manusia unt uk mengat asi berbagai masalah, dan lain sebagainya.
Sedangkan pendapat yang lainnya cenderung menjadikan ilmu penget ahuan sebagai alat
unt uk meningkat kan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruan.
Demikian sedikit pengert ian t ent ang filsafat ilmu dan apa saja yang dipersoalkan
dalam filsafat ilmu sert a apa t ujuan filsafat ilmu it u. Dari beberapa hal di at as, nant inya akan
penulis jadikan bahan unt uk menempat kan dimana let ak at au kedudukan filsafat ilmu dalam
Islamisasi ilmu penget ahuan. Selama ini kit a m asih sering mendengar adanya dikhot omi
ant ara ilmu agama dengan ilmu penget ahuan , padahal kalau kit a kembali pada landasan
dasarnya ilmu penget ahuan yait u filsafat ilmu maka kit a t idak akan menemukan yang
namanya dikhot omi ant ara keduanya. Just ru dengan mendudukkan keduanya dengan posisi
yang sam a maka akan t ercipt a dunia yang seimbang.
c. Reformasi Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan
Agama Islam bukan suat u agama yang menent ang IPTEK, bahkan sebaliknya Islamlah yang mempelopori t im bulnya IPTEK yang kem udian masuk ke dunia Barat. Setelah dunia
Islam t erjerumus dalam ket erbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan kini menjadi t erbalik,
11
seluruh dunia Islam t idak t erlepas dari masalah-masalah keagamaan yang dit imbulakn oleh
perubahan-perubahan mendasar yang dibawa ilm u penget ahuan dan t eknologi modern.
12
Reformasi Islami t erhadap ilmu penget ahuan pada dasarnya adalah suat u respon
t erhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena pendidikan Barat yang
bert umpu pada suat u pandangan dunia yang lebih bersifat mat erialist is, sekularist ik,
relevist is; yang menganggap bahwa pendidikan bukan unt uk membuat manusia bijak yakni
mengenali dan mengakui posisi masing-masing dalam t ert ib realit as t api memandang
realit as sebagai sesuat u yang bermakna secara mat erial bagi manusia, dan karena it u
hubungan manusia dengan tertib realitas bersifat eksploitatif bukan harmonis. Ini adalah
salah sat u penyebab pent ing munculnya krisis masyarakat modern.
Reformasi ilmu penget ahuan berlandaskan nilai Islam unt uk selanjut nya disebut
Islamisasi mencoba mencari akar-akar krisis t ersebut . Akar-akar krisis it u diant aranya dapat
dit emukan di dalam ilm u penget ahuan, yakni konsepsi at au asumsi t ent ang realit as yang
dualistis, sekularist ik, evolusionerist is, dan karena itu pada dasarnya bersifat realitifitas dan
nihilist is. Islamisasi ilmu penget ahuan adalah suat u upaya pembebasan penget ahuan dari
asumsi-asumsi
at au
penafsiran-penafsiran
Barat
t erhadap
realit as,
dan
kemudian
menggant ikannya dengan pandangan nilai-nilai Islam yang berdasarkan Al-Quran dan
Hadist .
Selain it u Islamisasi ilmu penget ahuan juga muncul sebagai reaksi adanya konsep
dikot omi ant ara agam a dan ilmu penget ahuan yang dimasukkan masyarakat Barat dan
budaya masyarakat modern. M asyarakat yang disebut t erakhir ini misalnya memandang
sifat , met ode, set rukt ur sains dan agama jauh berbeda, kalau t idak mau dikat akan
kont radikt if (bagaimana seharusnya). Sedangkan sains meneropongnya dari segi objekt ifnya
(bagaimana adanya). Agama melihat problemat ika dan solusinya melalui pet unjuk Tuhan,
sedangkan sains melalui eksprimen dan rasio manusia. Karena ajaran agama diyakini sebagai
pet unjuk Tuhan, kebenaran dinilai mut lak, sedangkan kebenaran sains relat if. Agama
banyak berbicara yang gaib sedangkan sains hanya berbicara mengenai hal yang empiris.
Dalam perspekt if sejarah, sains dan t eknologi modern yang t elah menunjukkan
keberhasilannya dewasa ini mulai berkembang di Eropa dalam rangka gerakan renaissance.
12
Harun Nasut ion dan Azyumardi Azra dalam Herman Soewardi, Op.Cit, hlm. 9.
12
Gerakan ini berhasil menyingkirkan peran agama dan m endobrak dominasi gereja Roma
dalam kehidupan sosial dan int elekt ual masyarakat Eropa sebagai akibat dari sikap gereja
yang memusuhi ilmu penget ahuan. Dengan kat a lain ilmu penget ahuan di Eropa dan Barat
mengalami perkembangan set elah memisahkan diri dari pengaruh agama. Set elah it u
berkembanglah pendapat -pendapat yang merendahkan agama dan meninggikan sains.
Dalam perkembangannya, sains dan t eknologi modern dipisahkan dari agama, karena
kemajuaannya yang begit u pesat di Eropa dan Amerika sebagaimana yang di saksikan
sam pai sekarang. Sains dan t eknologi yang demikian it u selanjut nya digunakan unt uk
mengabdi kepada kepent ingan m anusia semat a-mat a, yait u unt uk t ujuan memuaskan hawa
nafsunya menguras isi alam unt uk t ujuan mem uaska nafsu konsomt if dan mat erealist ik,
menjajah dan menindas bangsa-bangsa yang lemah, melanggengkan kekuasaan dan t ujuan
lainnya.
Penyimpangan dari t ujuan penggunaan ilmu penget ahuan it ulah yang direspon
melalui konsep Islamisasi ilmu penget ahuan, yait u upaya menempat kan sains dan t eknologi
dalam bingkai Islam, dengan t ujuan agar perumusan dan pemanfaat an sains dan t eknologi
it u dit unjukkan unt uk mempert inggi harkat dan mart abat manusia. M elaksanakan fungsi
kekhalifahannya dimuka bumi sert a t ujuan-t ujuan luhur lainnya. Inilah yang menjadi salah
sat u misi ilm u penget ahuan berlandaskan nilai-nilai ke-Islaman.
d. Strategi ilm u pengetahuan berlandaskan Nilai ke-Islaman
Terjadi pem isahan agama dari ilmu penget ahuan sebagaimana t ersebut di at as
t erjadi pada abad pert engahan, yait u pada saat umat Islam kurang memperdulikan
(meninggalkan ipt ek). Pada masa it u yang berpengaruh di masyarakat Islam adalah ulama
t arikat dan ulama fiqih. Keduanya m enanamkan paham t aklid dan membat asi kajian agam a
hanya dalam bidang yang sampai sekarang masih dikenal sebagai ilmu-ilmu agama sepert i
t afsir, fiqih,dan t auhid. Ilm u t ersebut mempunyai pendekat an normat if dan t arekat , t arekat
hanyaut dalam w irit dan dzikir dalam rangka mensucikan jiwa dan mendekat kan diri pada
Allah dengan menjauhkan kehidupan duniawi. Sedangkan ulama t idak t ert arik mempelajari
alam dan kehidupan manusia secara objekt if. Bahkan ada yang mengharamkan unt uk
mempelajari filsafat , padahal dari filsafat lah Ipt ek bisa berkembang pesat . Kedaan ini
mengalami perubahan pada akhir abad ke sembilan belas, yait u sejak ide-ide pembaharuan
13
dit erima dan didukung oleh sebagian umat . M ereka mengkrit ik pengembangan sains dan
t eknologi modern yang dipisahkan dari ajaran agama, sepert i dikemukakan oleh
M uhammad Naquib al-Attas (1980/ 1981: 47-56) Ismail Razi al-Faruqi (1982: 3-8), dengan
t ujuan agar ilmu penget ahuan dapat membaw a kepada kesejaht eraan bagi umat manusia.
M enurut para ilmuwan dan cendikiaw an m uslim t ersebut , pengembangan ipt ek perlu
dikembalikan pada kerangka dan perspekt if ajaran Islam. Al-Faruqi menyerukan perlunya
dilaksanakan islamisasi sains. Dan sejak it u gerakan islamisasi ilmu penget ahuan digulirkan,
dan kajian mengenai islam dalam hubungannya dengan pengembangan ipt ek sebagaimana
diuraikan di baw ah ini mulai digali dan diperkenalkan.
13
Pada masa ini, dunia Islam t elah memainkan peran pent ing baik dalam bidang ilmu
penget ahuan agama maupun penget ahuan umum. Dalam hubungan ini Harun Nasution
mengat akan bahwa cendikiawan-cendikiawan Islam bukan hanya ilmu penget ahuan dan
filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, t et api menambahkan kedalam hasilhasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu penget ahuan dan hasil
pikiran mereka dalam ilmu filsafat . Para ilmuw an t ersebut memiliki penget ahuan yang
bersifat int egrat ed, yakni bahw a ilmu penget ahuan umum yang m ereka kembangkan t idak
t erlepas dari ilmu agama at au t idak t erlepas dari nilai-nilai Islam. Konsep ajaran Islam
t ent ang pengembangan ilmu penget ahuan yang demikian it u didasarkan kepada beberapa
prinsip sebagai berikut :
Pertama, ilmu penget ahuan dalam Islam dikembangkan dalam kerangka t auhid at au
t eologi. Yait u t eologi yang bukan sem at a-mat a meyakini adanya Tuhan dalam hat i,
mengucapkannya dengan lisan dan mengamalkannya dengan t ingkah laku, melainkan
t eologi yang menyangkut akt ivit as m ent al berupa kesadaran manusia yang paling dalam
prihal hubungan manusia dengan Tuhan, lingkungan dan sesamanya. Lebih t egasnya adalah
t eologi yang memunculkan kesadaran, yakni suat u mat ra yang paling dalam diri manusia
yang menformat pandangan dunianya, yang kemudian menurunkan pola sikap dan t indakan
13
Percikan Im an “ M ajalah” No. 4 Tahun II April 2001.
14
yang selaras dengan pandangan dunia it u. Karena it u t eologi pada ujungnya akan
mempunyai implikasi yang sangat sosiologis, sekaligus antropologis.
Kedua, ilmu penget ahuan dalam Islam hendaknya dikembangkan dalam rangka
bert akw a dan beribadah kepada Allah Swt . hal ini pent ing dit egaskan, karena dorongan alQur’an unt uk mempelajari fenomena alam dan sosial t ampak kurang diperhat ikan, sebagai
akibat dan dakw ah Islam yang semula lebih t ert uju unt uk memperoleh keselamat an di
akhirat . Hal ini mest i diimbangi dengan perint ah mengabdi kapada Allah dalam art i yang
luas, t ermasuk mengembangkan ipt ek.
Ketiga, Ilmu penget ahuan harus dikembnagkan oleh orang-orang Islam yang memilki
keseimbangan ant ara kecerdasan akal, kecerdasan emosional dan sepiritual yang dibarengi
dengan kesungguhan unt uk beribadah kepada Allah dalam art i yang seluas-luasnya. Hal ini
sesuai dengan apa yang t erjadi dalam sejarah di abad klasik, di mana paraa ilmuwan yang
mengembangka ilmu penget ahuan adalah pribadi-pribadi yang senant iasa t aat beribadah
kepada Allah Sw t .
Keempat, Ilmu penget ahuan harus dikembangkan dalam kerangka yang int egral,
yakni bahwa ant ara ilmu agama dan ilmu umum walaupun bent uk formalnya berbeda-beda,
namun hakekat nya sama, yait u sama-sama sebagai t anda kekuasaan Allah. Dengan
pandangan yang demikian it u, maka t idak ada lagi perasaan yang lebih unggul ant ara sat u
dan lainnya. M enerapkan ke-empat macam st rat egi pengem bangan ilmu penget ahuan
t ersebut , akan diperoleh manfaat mengat asi krisis kehidupan pada masyarakat modern.
2.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILM U DALAM
KONTRIBUSINYA TERHADAP M ASYARAKAT M ODERN
ILM U PENGETAHUAN DAN
a. Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pada dasarnya filsafat ilmu bert ugas memberi landasan filosofi unt uk memaham i
berbagai konsep dan t eori suat u disiplin ilmu, sam pai membekalkan kemampuan unt uk
mem bangun t eori ilmiah. Secara subt ant if fungsi pengembangan t ersebut memperoleh
pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subt ant if.
Selanjut nya secara t eknis dihadapkan dengan bent uk met odologi, pengembangan ilmu
dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu
masing-masing.
15
Kajian
yang dibahas dalam
filsafat
ilmu
adalah
meliput i
hakekat
(esensi)
penget ahuan, art inya filsafat ilmu lebih menaruh perhat ian t erhadap masalah-masalah
mendasar ilmu penget ahuan seperti ont ologi ilmu, epistim ologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari
ket iga landasan t ersebut jika dikait kan dengan reformasi ilm u penget ahuan berlandaskan
nilai ke-Islaman maka let ak filsafat ilmu t erlet ak pada ont ologi dan epist imologinya.
Ont ologi t it ik t olaknya pada penelaahan ilmu penget ahuan yang didasarkan at as sikap dan
pendirian filosof is yang dimiliki seorang ilmuw an. Dengan demikian landasan ontologi ilmu
penget ahuan sangat t ergant ung pada cara pandang ilmuwan t erhadap realit as. M anakala
realit as yang dimaksud adalah mat eri, maka lebih t erarah pada ilm-ilmu empiris. M anakala
realitas yang dimaksud adalah spirit at au roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilm u
humanoria. Adapun epist imologi t it ik t olaknya pada penelaahan ilmu penget ahuan yang
berdasarkan at as cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
b. Fungsi Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Fungsi filsafat sebagai pemberi nilai t erhadap perkembangan ilmu. Hal ini dijelaskan
oleh aksiologi ilmu yang bert it ik t olak pada pengenbangan ilmu penget ahuan yang
merupakan sikap etis yang harus di kembangkan oleh seorang ilm uwan, t erut ama dalam
kait annya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, sehingga suat u akt ivit as ilmiah
senant iasa dikait kan dengan kepercayaan, idiologi yang di anut oleh masyarakat at au
bangsa t empat ilmu it u di kembangkan.
Pertama , filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi krit is t erhadap kegiat an ilmiah. Art inya, seorang ilmuwan m usliam harus mem ilki
sikap krit is t erhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap
arogansi, menganggap bahwa hanya pendapat nya yang paling benar. Adapun kait annya
dengan Islamisasi ilmu penget ahuan fungsi filsafat ilmu adalah sebagai sikap krit is t erhadap
keilmuw an yang dim iliki oleh ilm uwan muslim.
Kedua , filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkrit ik asumsi dan
met ode keilmuwan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah
menerapkan suat u m et ode ilmiah t anpa memperhat ikan st rukt ur ilmu penget ahuan it u
sendiri. Sat u sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan met ode ilmiah yang sesuai
at au cocok dengan set rukt ur ilmu penget ahuan, bukan sebaliknya. M et ode hanya sarana
16
berfikir, bukan merupakan hakekat ilmu. Dalam Islamisasi ilmu penget ahuan yang paling
pokok adalah t erdapat pada bagaimana cara unt uk mempert mukan ant ara nilai-nilai agama
dengan kemajuan ilmmu penget ahuan. Agar keduanya bisa saling mengisi kekurangan dan
kelebihannya.
Filsafat ilmu diperlukan kehadirannya dit engah perkembangan Islamisasi ilmu
penget ahuan yang dit andai semakin menajam nya spisialisasi ilmu penget ahuan. Sebab
dengan mempelajari filsafat ilmu, maka para ilmuw an muslim akan menyadari ket erbat asan
dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi int elekt ual. Hal yang di perlukan
adalah sikap ket erbukaan diri dikalangan ilmuw an muslim, sehingga mereka dapat saling
menyapa dan mengarahkan seluruh pot ensi keilmuan yang dimilikinya unt uk kepent ingan
umat manusia.
Unt uk it ulah diperlukan keseimbangan ant ara berfikir dengan berzikir sebagaimana
yang diut arakan oleh Andi Hakim Nasution. M anusia harus dapat mengendalikan
penget ahuan yang dit emukannya agar dapat dimanfaat kan mengelola bum i dan ant ariksa
dengan
sebaik-baiknya.
Unt uk
it ulah
sebagai
orang
yang
bert akwa
kit a
perlu
mempertemukan pikir dan zikir secara berimbang, karena terlalu banyak berzikir tanpa
berpikir pun dapat mengekang perkembangan ilmu penget ahuan yang akibat nya hanya
suat u kerugian saja bagi kita sendiri. Tempat mempertemukan pikir dan zikir ini ialah di
dalam filsafat sains yang t idak mengabaikan sepenuhnya t ujuan dit urunkannya manusia di
bumi.
14
Ilmu penget ahuan dalam perkembangannya t elah menjadi suat u sist em yang
kompleks,
Kemajuan
dikembalikan
pada
ilmu
t ujuan
penget ahuan
sem ula
yait u
dan
islam isasi
filsafat
ilmu
ilmunya
penget ahuan
sebagai
sarana
harus
unt uk
memakmurkan umat m anusia di muka bumi bukan malah sebaliknya mengancam eksist ensi
manusia. Di sinilah pent ingnya korelasi ant ara let ak filsafat ilmu dengan Islamisasi ilmu
penget ahuan. Keduanya harus sejalan. Karena pada dasarnya Islamisasi ipt ek adalah sebagai
landasan t eorit is saling mengisi, agar t idak t erjadi dikot omi ant ara keduanya dan melalui
filsafat ilmu keduanya dapat bersinergis.
E.
KESIM PULAN DAN SARAN
14
Andi Hakim Nasut ion, Op. cit., hlm. 7-8.
17
Berdasarkan hasil pembahasan yang t elah diuraikan di at as maka dapat lah dit arik
kesimpulan-kesimpulan dan sara-saran adalah sebagai berikut :
1.
SARAN
a.
Filsafat
ilmu
memberi
spirit
bagi
perkembangan
dan
kemajuan
ilmu
penget ahuan dan memberikan nilai-nilai moral yang terkandung pada set iap
ilmu, baik pada t at anan ont ologis, epist imologis, maupun aksiologis. Peran
filsafat ilmu dalam perkembangan Ilm u yang berlandaskan nilai-nilai ke-Islaman
t erlet ak pada t eori f ilsafat ilmu secara aksiologi. Agama Islam merupakan
pemberi nilai t erhadap perkembangan ilmu penget ahuan pada masyarakat
modern.
b.
Kedudukan dan fungsi filsafat ilmu bagi ilm u penget ahuan mem berikan
waw asan yang lebih luas bagi ilmuan unt uk t idak bersikap arogansi dan skept is
dalam sebuah disiplin ilm u karena arogansi adalah pert anda bahwa t idak kreat if
dan cepat merasa puas. Kont ribusi filsafat ilmu berlandaskan nilai dan prinsip
Agama Islam t erhadap IPTEK merupakan landasan t eorit is saling mengisi, agar
tidak t erjadi dikotom i dan saling bersinergis.
2.
Saran-saran
a.
Diharapkan perkembangan ilmu yang pesat di zaman m odern t idak luput dari
nilai-nilai agama dan dapat dijadikan arah dalam menent ukan perkembangan
ilmu selanjut nya.
b.
Tanpa adanya bimbingan agama t erhadap ilmu dikhawat irkan kehebat an ilmu
dan t eknologi t idak semakin mensejaht erahkan manusia, t et api just ru merusak
dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi , Pengantar Filsafat Islam , Bulan Bint ang, Jakart a 1990.
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Rosda, Bandung,
2007.
Amsal Bakht iar, Filsafat ilmu, RadjaGrafindo, Jakarta, 2004.
Herm an Soewardi, Roda berputar, Dunia Bergulir: Kognisi Baru tentang Timbul Tenggelamnya
Sivilisasi, Bakt i M andiri, Bandung, 2004.
Jujun S. Suriasumant ri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer , Pust aka Sinar Harapan,
Jakarta, 2005.
M ahdi Ghulsyani, (diterjem ahkan oleh Agus Effendi), Filsafat-Sains M enurut Al-Quran,
M izan, Bandung, 1994.
Noeng M uhajir, Filsafat ilmu Kualitatif dan Kuantitatif untuk Pengembangan Ilmu dan
Penelitian, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2006.
Percikan Iman “ M ajalah” No. 4 Tahun II April 2001.
Sut ardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah Filsafat Logika dan Filsafat
ilmu (Epistemologi) M etafisika dan Filsafat M anusia Aksiologi, Refika Adit ama,
Bandung, 2009.
The Liang Gie, Pengantar filsafat ilmu, Libert y, Yogyakarta, 2007.