MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN bahasa KETRA

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
KETRAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS DI SMA
NEGERI 1 BANYUWANGI MELALUI SCHEMATA THEORY
BASED PRE-READING ACTIVITIES
Oleh:

Restu Mufanti
ENGLISH LECTURER
e-mail : Mufanti@yahoo.com

Abstract. This classroom action research was intended to improve the
students’ reading comprehension achievement by employing Schemata
theory based pre-reading activities. It was started by conducting preliminary
study to get the first hand data about the English teaching and learning
process, and to identify the initial problems faced by the English teacher and
students, especially in the process of reading. In addition, classroom action
research with cycle model was carried out in two cycles; each cycle consisted
of two meetings covering four main steps, they were preparation of the
action, implementation, classroom observation and reflection. The research
subjects were the students of SMA Negeri 1 Banyuwangi, especially class XI
IPS 2. The result of reflection of the actions revealed that the students’

reading achievement had improved from 66.9 in Cycle I up to 73.1 in Cycle
II. Furthermore, the improvement of students’ achievement in reading
comprehension was in line with the increasing of their participation in the
reading activities. In sum, the actions given could improve the quality of the
teaching and learning reading process and fulfilled the criteria of success
Key words: reading skill, schemata, pre-reading activities

Pembelajaran bahasa Inggris sesungguhnya tidak hanya ditekankan untuk
memperoleh kompetensi linguistik saja, melainkan yang lebih penting peserta didik
dapat berlatih dan berproses dengan optimal untuk mencapai kompetensi
komunikatif. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa diharapkan dapat menguasai
empat keterampilan berbahasa Inggris yaitu menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Lebih lanjut, pengajaran bahasa Inggris harus bisa mengembangkan
kompetensi bahasa siswa khususnya ditekankan pada penguasaan keterampilan
membaca sesuai dengan tingkat pemahaman dan literasi siswa pada jenjang
pendidikan tertentu.
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, keterampilan membaca bahasa
Inggris merupakan proses yang komplek. Menurut Grellet (1992: 8), membaca
merupakan sebuah aktifitas atau proses yang konstan dan aktif dalam memprediksi,
memeriksa, memahami dan memikirkan pertanyaan untuk menemukan arti pada

sebuah teks. Pemahaman sebuah teks tidak hanya memahami arti kata dan struktur
bahasa saja, tapi dalam kenyataannya juga melibatkan interpretasi pembaca terhadap
simbol-simbol, realisasi proses berfikir yang rinci, dan pemahaman tentang wacana
yang terdapat dalam sebuah komunitas berdasarkan tingkat dan jenis pendidikan atau
status pembaca (Wingersky at. al., 1999). Sangat disarankan oleh pakar-pakar
1

tersebut untuk mengajarkan keterampilan membaca pada siswa secara intensif. Siswa
harus dilatih secara aktif untuk memahami teks yang mereka baca dalam sebuah
proses yang sistematis agar mereka dapat memperoleh hasil yang optimal. Proses
tersebut melibatkan pemahaman tentang kata-kata, kalimat, paragraf dan pemahaman
terhadap teks bacaan.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran
keterampilan membaca adalah untuk membekali siswa agar mampu memahami
makna teks bacaan bahasa Inggris secara akurat dan lancar. Untuk itu siswa harus
diberi kesempatan berlatih berulang kali agar mereka bisa membaca dengan efektif
dan efisien. Peran pendidik tidak hanya mengelola kelas, tetapi mereka harus bisa
memfasilitasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses membaca di kelas.
Dalam proses pembelajaran, siswa harus dikenalkan serta dilibatkan dalam proses
membaca yang baik dan benar dengan memilih dan menerapkan metode, teknik,

materi serta media pembelajaran yang efektif dan bervariasi untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Pemilihan dan penggunaan teknik pembelajaran yang
tepat akan meningkatkan motivasi dan keinginan kuat siswa dalam proses belajar,
sehingga secara periodik akan meningkatkan prestasi belajarnya.
Wong (1999: 35) menyatakan bahwa ada tiga fase utama dalam proses
membaca yaitu: pre-reading, whilst-reading dan post-reading. Pre-reading merupakan
fase awal dari kegiatan membaca. Fase ini dilakukan sebelum kegiatan inti membaca
dilakukan. Pre-reading dimaksudkan untuk memfokuskan siswa terhadap beberapa
fitur linguistik dalam bacaan, struktur teks, mengarahkan pemahaman siswa terhadap
socio-kultural atau masalah konseptual. Whilst reading merupakan fase inti dalam
membaca. Fase ini menitik beratkan pada aktifitas atau proses pemahaman bacaan.
Fase akhir dalam kegiatan membaca adalah post-reading. Fase ini dilakukan setelah
kegiatan membaca teks. Step ini memberi peluang siswa untuk mengekspresikan
pengetahuan yang mereka dapatkan setelah membaca teks. Tujuan dari kegiatan ahir
membaca ini adalah untuk mengetahui apa dan sejauh mana yang bisa dilakukan
siswa setelah mendapatkan informasi dari bacaan.
Berdasarkan paparan tersebut, pre-reading atau kegiatan awal membaca
merupakan salah satu fase yang penting dalam keberhasilan memahami isi bacaan.
Chia (2001: 64) menjelaskan bahwa kegiatan pre-reading memberi peluang siswa
untuk mengingat, mengkaitkan dan meningkatkan pengetahuan awal siswa untuk

menyusun aktivitas dan untuk memahami materi yang dipelajari. Fase ini dititik
beratkan pada upaya menggali serta mengaktifkan ingatan siswa pada topik sesuai
dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Kegiatan ini
sangat membantu peserta didik dalam membuat generalisasi isi bacaan, serta dapat
memberi motivasi lebih pada siswa dalam proses memahami bacaan, sehingga tujuan
pembelajaran membaca dapat dicapai secara maksimal.
Dilain pihak, dalam memahami isi bacaan, banyak kendala atau masalah nyata
yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris. Ajideh
(2006) menyatakan bahwa masalah utama yang dialami siswa adalah mereka kurang
percaya diri dan merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan. Masalah ini muncul
bukan karena siswa kurang atau tidak memiliki pengetahuan tentang isi bacaan,
namun lebih disebabkan karena pendidik gagal mengaktifkan pengetahuan yang
dimiliki siswa.

2

Berdasarkan kondisi umum tentang pembelajaran membaca di atas, studi
pendahuluan (Preliminary study) berupa observasi lapangan, studi dokumentasi dan
interview dengan guru bidang studi bahasa Inggris dilakukan. Studi awal tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang proses belajar mengajar

bahasa Inggris, khususnya ketrampilan membaca di SMA Negeri 1 Banyuwangi.
Dari hasil studi pendahuluan, dapat diidentifikasi beberapa permasalahanpermasalahan baik yang dihadapi siswa maupun guru dalam pembelajaran
ketrampilan membaca. Dalam pembelajaran ketrampilan membaca, guru sudah
menggunakan pendekatan komunikatif; tetapi cenderung sering menggunakan direct
method atau grammar-translation method. Disamping itu aktifitas membaca sering
dilakukan dengan menyuruh siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam lembar
kerja, mencari dan mengartikan kata-kata sulit dan menghafalkannya. Berdasarkan
informasi yang diperoleh, guru merasa sulit mengembangkan materi bacaan serta
belum mampu mengoptimalkan belajar siswa di kelas. Siswa cenderung ramai
dikarenakan proses atau aktifitas membaca yang monoton. Masalah utama siswa
dalam membaca adalah mereka belum menunjukkan keseriusan, rasa percaya diri,
dan kurangnya kemauan untuk mengembangkan kemampuan membacanya.
Disamping hal tersebut, siswa mengalami kendala dalam memahami arti bacaan
karena kurangnya pemahaman akan tata bahasa, organisasi teks, dan minimnya
penguasaan kosakata serta kurang dipraktikkan. Walaupun rata-rata pencapaian
bahasa Inggris relative baik, akan tetapi khusus kemampuan membaca masih minim
serta belum mencapai SKM 70 yang ditetapkan (data ujian tengah semester bahasa
Inggris menunjukkan siswa yang tuntas SKM 70 masih 62.3%).
Kondisi tersebut perlu diatasi dengan tindakan untuk memperbaiki kualitas
proses dan hasil pembelajaran membaca dengan memilih dan menerapkan metode

yang dapat menghidupkan kelas, mengubah kebiasaan siswa yang pasif menjadi lebih
aktif, serta dapat menanamkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada belajar
siswa. Dengan demikian diharapkan siswa mampu mencapai hasil belajar yang
optimal dan dapat memecahkan masalah-masalahnya dalam membaca. Berdasarkan
masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa, perlu dilakukan sebuah inovasi
pembelajaran di kelas untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan
ketrampilan membaca siswa SMA Negeri 1 Banyuwangi. Alternatif tindakan yang
diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui penerapan teknik
schemata yang difokuskan pada kegiatan awal membaca untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman bacaan siswa.
Fungsi utama schemata dalam membaca, menurut Chia (2001) adalah untuk
menjembatani siswa dalam mengakses informasi dari bacaan dengan wacana yang
telah mereka punyai sebelumnya (priorknowledge), sehingga siswa
mampu
mengkontruksi dan menemukan (inquiry) pengetahuan baru. Dalam memahami
bacaan, siswa tidak hanya ditekankan untuk memahami makna kata saja namun
mereka juga harus dilatih dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi isi bacaan.
Wallace (1992: 33) menjabarkan ’activating students’ schemata help them able to
predict what will come next in spoken or written discourse as well as organize
information’. Maksudnya bahwa pengaktifan schemata membantu siswa dalam

memprediksi wacana atau informasi baru dan juga membantu mereka dalam
menyusun informasi tersebut. Dalam penelitian ini, upaya pengaktifan schemata
siswa dilakukan dalam kegiatan awal membaca dengan tujuan untuk lebih
memfokuskan siswa dalam menginterpretasi bacaan seperti struktur linguistik,
struktur teks dan atau kesulitan dalam konsep sosio-kultural dalam teks.
3

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah penerapan schemata theory based pre-reading activities
dapat meningkatkan keterampilan siswa SMA Negeri 1 Banyuwangi dalam membaca
bahasa Inggris? Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian tindakan kelas
dilakukan secara kolaboratif dengan guru bahasa Inggris yang mengajar di kelas XI
IPS 2 SMA Negeri 1 Banyuwangi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi guru
bahasa Inggris dan siswa dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
ketrampilan membaca. Diharapkan guru bahasa Inggris mampu memberikan
pembelajaran yang konstruktif dan bermakna bagi siswa, serta mereka mempunyai
pengalaman belajar baru yang menyenangkan sesuai dengan latar belakang mereka
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
METODE PENELITIAN

Seperti yang diuraikan oleh Elliot (1993: 49) bahwa tujuan utama penelitian
tindakan adalah lebih pada peningkatan atau perbaikan praktik, dari pada
menghasilkan pengetahuan. Jadi penelitian ini didesain untuk memperbaiki kualitas
proses pembelajaran ketrampilan membaca Bahasa Inggris. Penelitian tindakan kelas
ini diimplementasikan dalam bentuk siklus yang meliputi empat kegiatan dalam
setiap siklusnya, yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3)
Observasi dan (4) Evaluasi dan refleksi. Untuk mencapai target yang diharapkan,
setiap siklus tindakan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, yaitu dua kali
implementasi dan sekali tes membaca dan refleksi bersama siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banyuwangi sebagai sekolah
mitra. Sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena guru bidang studi
bahasa Inggris mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran membaca di
kelas seperti yang telah teridentifikasi dalam studi pendahuluan. Subjek penelitian
adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Banyuwangi tahun ajaran 2008/2009.
Pemilihan kelas yang dijadikan subjek penelitian ini berdasarkan dari kesepakatan
dengan guru pembina serta temuan dilapangan yang mana nilai rata-rata test kelas
tersebut yang paling rendah diantara ke lima kelas lainnya.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan test
membaca. Data yang sudah didapatkan selama tahap observasi pada siklus tindakan,
dianalisa secara deskriptif kualitatif. Data ini dihasilkan untuk menunjukkan

partisipasi siswa selama proses tindakan melalui penerapan schemata theory based
pre-reading activities. Sedangkan data dari hasil test membaca siswa pada masingmasing siklus, dianalisa dengan menggunakan deskriptif kuantitatif untuk
menunjukkan kemampuan membaca siswa.
Kegiatan observasi merupakan fase yang penting dalam pelaksanaan
penelitian tindakan untuk mengontrol kegiatan-kegiatan dan aplikasi tindakan.
Dalam kegiatan pemantauan, digunakan alat bantu checklist untuk merekam segala
aktivitas tindakan. Ada beberapa hal yang menjadi pokok kegiatan dalam
pemantauan, yaitu:
1. Partisipasi siswa dalam proses membaca selama penerapan tindakan.
2. Perkembangan kemampuan siswa dalam memahami teks.
3. Permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa selama proses membaca.
4. Antusias dan sikap siswa dalam kegiatan membaca.
5. Ketepatan siswa dalam menyelesaikan setiap fase aktifitas membaca.
6. Usaha siswa dalam mengatasi permasalahan-permasalahan dalam membaca.
4

Evaluasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk melihat apakah
tindakan yang telah diimplementasikan sudah mencapai target yang diharapkan.
Evaluasi dilakukan melalui penilaian proses dan hasil. Evaluasi proses dilakukan
untuk mengukur apakah tindakan yang diberikan dapat memfasilitasi siswa untuk

terlibat aktif dalam proses membaca. Sedangkan evaluasi hasil digunakan sebagai
indikator peningkatan kemampuan siswa dalam membaca bahasa Inggris. Evaluasi
dalam penelitian tindakan ini dilakukan dengan berpedoman pada beberapa kriteria
yang digunakan di SMA Negeri 1 Banyuwangi, yaitu tindakan yang diberikan
dikatakan berhasil jika 75% dari siswa mencapai standar nilai rata-rata 70 atau
kategori baik, dan partisipasi siswa dalam proses membaca mencapai 80%.
Setelah semua data dianalisa, dilakukan kegiatan refleksi baik oleh tim
peneliti maupun siswa apakah ada perubahan yang positif setelah implimentasi
tindakan. Hasil dari analisa dan refleksi pada siklus pertama, dijadikan referensi
perbaikan pada implementasi siklus tindakan kedua.
Pelaksanaan Tindakan

Setelah persiapan tindakan selesai dilakukan, guru bahasa Inggris
mengimplementasikan tindakan pada subyek penilitian yaitu kelas XI IPS 2.
Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran membaca bahasa Inggris dengan
penerapan Schemata theory yang dilakukan dengan berpedoman pada skenario
pembelajaran yang sudah disiapkan. Tindakan ini dilakukan untuk menggali
pengetahuan awal siswa, mengaitkan pengetahuan dan pengalaman yang didapat, dan
mengaplikasikannya untuk memahami teks bacaan. Ada 3 (tiga) jenis schemata,
yaitu linguistik schemata, content schemata dan formal schemata . Linguistik

schemata mencakup penguasaan perbendaharaan kata, struktur kalimat,
pronounciation dan idiomatik. Content schemata meliputi pengetahuan awal siswa
terhadap struktur retorika dan pengorganisasian sebuah teks, yang meliputi berbagai
aspek seperti pengetahuan akan jenis-jenis teks, generik structure, organisasi dan
fitur-fitur bahasa yang digunakan dalam setiap jenis teks misalnya bentuk waktu,
pemakaian kata kerja, kata sambung dan sebagainya. Sedangkan content schemata
terkait erat dengan pengetahuan awal (background knowledge) yang dimiliki siswa
dalam kaitannya dengan topik, tema, atau ide cerita sebuah teks.
Ketiga jenis schemata tersebut diaktifkan dan dioptimalisasikan melalui teknik
questioning dan brainstorming yang dititik beratkan pada fase awal membaca atau
dalam pre-reading activities untuk membantu siswa memahami kata-kata bahasa
Inggris, kalimat, paragraf dan pemahaman teks bahasa Inggris.
Siklus pertama dilaksanakan pada pada tanggal 16 dan 21 April 2009.
Ketrampilan membaca siswa diarahkan pada pengembangan teks narasi. Sedangkan
siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 14 dan 19 Mei 2009. Pembelajaran membaca
diarahkan pada pemahaman teks berbentuk analytical exposition melalui teknik
questioning dan brainstorming.
Proses pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
membaca bahasa Inggris melalui schemata theory yang difokuskan pada kegiata prereading. Dalam kegiatan awal membaca ini, guru memberi beberapa pertanyaan untuk
menggali pengetahuan siswa terkait dengan materi yang dibahas. Guru mencoba
mengaitkan materi bacaan dengan cerita, pengalaman, maupun aktifitas yang dekat
dengan kehidupan siswa. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memusatkan
perhatian siswa, membuka wacana mereka untuk mempermudah memahami topik
yang dipelajari, serta meningkatkan pengetahuan terkait dengan isi teks.

5

Setelah itu, guru memberikan sebuah model teks narasi dan analytical
exposition untuk dipelajari. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa terkait dengan
linguistics dan formal schemata, guru meminta siswa berpasangan dan atau
berkelompok untuk memahami, menganalisa, dan mengidentifikasi struktur teks
narasi dan analytical exposition serta beberapa fitur bahasa yang digunakan dalam
pengembangan jenis teks tersebut. Guru memfasilitasi siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali informasi dari siswa agar dapat
mengarahkan mereka menemukan sendiri pengetahuan dan pemahaman terkait
dengan retorika pengembangan teks yang dipelajari. Diakhir kegiatan pre-reading,
guru memberikan penjelasan singkat dan penekanan bagaimana langkah-langkah
pengembangan teks tersebut dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
Selanjutnya, pada kegiatan whilst reading, guru memberikan teks bacaan dan
menyuruh siswa memahami bacaan tersebut dengan seksama. Guru meminta siswa
menemukan informasi umum maupun rinci yang terdapat dalam teks dengan
menjawab beberapa pertanyaan pemahaman. Selama proses memahami bacaan, guru
menekankan siswa untuk menggunakan schemata yang dimiliki dengan memprediksi
dan menghubungkan isi bacaan dengan wawasan yang mereka punyai. Setelah siswa
selesai membaca dan mengerjakan beberapa pertanyaan pemahaman, kemudian guru
memfasilitasi siswa membahas hasil latihan membaca dengan meminta mereka secara
sukarela ataupun menunjuk beberapa siswa menjawab pertanyaan. Selama kegiatan
pembahasan berlangsung, guru meminta semua siswa untuk menanggapi dan
memberikan masukan-masukan terhadap jawaban yang diberikan teman. Guru
membimbing dan mengarahkan jawaban siswa dengan memberikan penjelasan
tambahan bila diperlukan.
Pada fase post reading, guru mencoba menggali sejauhmana pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajari dengan menggunakan teknik pertanyaan
(digging question). Setelah itu, guru meminta siswa bersama-sama membuat
generalisasi dan simpulan materi bacaan yang dibahas untuk meningkatkan
pemahaman mereka. Sebagai kegiatan tindak lanjut, guru memberi tugas individu
untuk membuat essay terkait dengan dua jenis teks yang dibahas, narasi dan
analytical exposition. Sebelum pembelajaran diakhiri, guru bersama siswa merefleksi
hasil pembelajaran dengan menanyakan bagaimana pendapat mereka tentang aktifitas
membaca melalui teknik schemata yang telah dilakukan.
HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan utama penelitian tindakan kelas, penelitian ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca bahasa Inggris
serta kinerja guru dalam praktek pembelajaran membaca di kelas. Artinya, target
penelitian tindakan kelas ini tidak hanya diarahkan pada peningkatan hasil yang
diperoleh siswa dalam membaca saja, namun lebih ditekankan pada peningkatan
kualitas proses pembelajaran membaca di kelas. Yang diharapkan dari hasil
penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana siswa mampu mengalami sendiri
proses membaca yang konstruktif dan bermakna dengan memaksimalkan
pengetahuan awal yang dimiliki untuk memecahkan persoalan membaca yang
dilakukan dengan terlibat secara aktif dalam tiga fase kegiatan membaca, yaitu prereading, whilst reading, dan post reading activities.

6

Pelaksanaan Tindakan yang Dilakukan Guru di Kelas

Setelah segala sesuatu dipersiapkan dengan seksama, guru sebagai pelaksana
tindakan mengimplementasikan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang telah
dikembangkan. Selama proses pembelajaran berlangsung, dosen melakukan
pengamatan dengan menggunakan rubrik observasi yang telah disusun bersama.
Aktifitas ini ditujukan untuk mencatat segala aktifitas yang terjadi di kelas dan
digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif tentang keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran untuk digunakan dalam kegiatan refleksi.
Berdasarkan refleksi hasil observasi kelas yang telah dilakukan pada tindakan
siklus I dan siklus II, didapatkan fakta bahwa implementasi tindakan yang
dilaksanakan guru secara umum sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang
dirancang. Pada umumnya guru mampu menjembatani siswa untuk mengaktifkan dan
meningkatkan pengetahuan awal siswa dalam proses membaca bahasa Inggris,
khususnya dalam kegiatan pre-reading. Secara umum guru mampu mengaplikasikan
setiap tahapan tindakan yaitu peningkatan pengetahuan awal siswa terkait linguistics
schemata, formal schemata, dan content schemata.
Walaupun demikian, seperti yang telah dijelaskan pada pembahahasan hasil
refleksi tindakan, bahwa penerapan teknik bercerita disertai dengan digging question
sebagai alternatif teknik schemata theory dalam siklus I belum berhasil mencapai
target yang direncanakan. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa kendala yang
dialami baik oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran membaca di kelas.
Berdasarkan hasil rekaman observasi kelas dan dari penjelasan guru, siswa belum
sepenuhnya melaksanakan beberapa langkah pembelajaran yang diminta guru dengan
baik. Masih ada sebagian siswa yang pasif dikelas dan kurang merespon pertanyaanpertanyaan yang diajukan guru. Ada beberapa dari siswa tersebut yang terlihat
bingung dan tidak percaya diri dalam memberikan jawaban.
Dilain pihak, pada awal implementasi tindakan siklus I, guru mengaku kurang
berhasil dalam memfasilitasi dan mengontrol kelas dengan sistem pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Hal tersebut berakibat kelas menjadi sedikit gaduh dan kurang
kondusif, sehingga guru menjadi dominan dalam mengendalikan kelas serta kurang
fokus dalam menggali ide dan opini siswa.
Akan tetapi, kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan siklus I
dapat diminimalisir dan diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Berangkat
dari refleksi siklus I, beberapa perbaikan dilakukan seperti memperjelas tujuan dan
instruksi pembelajaran, optimalisasi peran siswa sebagai pusat pembelajaran,
mengoptimalkan digging question untuk menggali pengetahuan awal siswa,
memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing pembelajaran, serta
penggunaan media gambar ternyata mampu meningkatkatkan kualitas pembelajaran
membaca bahasa Inggris siswa.
Kualitas Pembelajaran Membaca Bahasa Inggris Dapat Ditingkatkan Melalui
Penerapan Schemata

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tindakan siklus I dan siklus
II, dapat dijelaskan bahwa implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan
skenario pembelajaran yang telah dirancang. Secara umum, guru telah mampu
memfasilitasi siswa dalam proses membaca dengan menggunakan schemata theory
yang dititik beratkan pada kegiatan awal membaca. Walaupun demikian, berdasarkan
hasil refleksi tindakan pada siklus I, tindakan yang diberikan guru belum sepenuhnya
optimal mencapai target yang ditetapkan. Hasil tes membaca pada siklus I
7

menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa masih di bawah kriteria
keberhasilan penelitian (75% siswa dapat mencapai SKM 70). Kemampuan
membaca siswa sebenarnya sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan
sebelum dilakukan tindakan, yaitu dari 59,73% menjadi 66,9% pada siklus I.
Dilain pihak, keterlibatan siswa dalam proses membaca juga belum memenuhi
kriteria yang diharapkan. Secara umum, siswa yang terlibat aktif dalam aktifitas
membaca baru mencapai 72,6% pada siklus I. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa masih ada sekitar seperempat lebih siswa belum sepenuhnya terlibat aktif
dalam proses membaca. Sebagian dari mereka masih enggan atau ragu untuk
berdiskusi, bertukar pikiran dan mengajukan pertanyaan pada guru. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tindakan siklus I masih belum mencapai target yang diharapkan,
sehingga siklus tindakan dilanjutkan pada siklus II.
Dengan mendasarkan diri pada hasil refleksi tindakan siklus I, maka
dilakukan beberapa revisi dan perbaikan tindakan untuk siklus II. Beberapa hal yang
disempurnakan meliputi teknik yang dipakai dalam peningkatan schemata siswa,
materi dan penggunaan alat bantu pembelajaran untuk membantu siswa mencapai
target yang diharapkan. Selain itu, beberapa hal juga dilakukan dalam implementasi
tindakan siklus II yaitu optimalisasi peran guru sebagai fasilitator dalam proses
membaca serta memaksimalkan fungsi diskusi kelompok.
Refleksi hasil tindakan siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus
sebelumnya. Kemampuan siswa membaca meningkat menjadi 73,1% pada siklus II..
Disamping itu, partisipasi siswa dalam proses membaca meningkat menjadi 82,9%
pada siklus II. Terlihat hampir sebagian besar siswa mampu beradaptasi dengan
proses membaca yang relatif baru bagi siswa serta mereka mampu meningkatkan
kualitas proses membaca. Siswa sudah tidak terlihat lagi pasif, enggan, ataupun
merasa malu dalam merespon penjelasan dan pertanyaan yang diajukan guru. Lebih
lanjut, mereka juga mampu menunjukkan keinginan untuk lebih menyimak pelajaran
serta mau berdiskusi, bertukar pikiran dengan teman kelompoknya, serta saling
memberi masukan dalam proses memahami bacaan. Dapat disimpulkan bahwa
penerapan schemata theory dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ketrampilan
membaca Bahasa Inggris siswa pada siklus II.
Kemampuan Membaca Bahasa Inggris Siswa Dapat Ditingkatkan Melalui
Penerapan Schemata

Berdasarkan tes membaca bahasa Inggris yang dilakukan pada siklus I,
didapatkan hasil bahwa rata-rata kemampuan membaca siswa adalah 66,9 atau masuk
dalam kategori cukup. Pada dasarnya rata-rata kemampuan membaca siswa pada
siklus I jika dibandingkan dengan sebelum tindakan (59,73%) memang sudah
mengalami kenaikan, akan tetapi peningkatan tersebut belum mencapai target
penelitian tindakan yang ditetapkan yaitu siswa mampu mencapai standar skor ratarata minimal 70 atau dalam kategori baik.
Table 1. Kemampuan membaca siswa berdasarkan indikator yang diamati
NO
INDIKATOR
PROSENTASE
KLASIFIKASI
1
Pemahaman kata
70,3
Baik
2
Pemahaman kalimat
67,6
Cukup
3
Pemahaman paragraf
64,2
Cukup
4
Pemahaman teks
62,2
Cukup
Kemampuan membaca siswa
66,9
Cukup

8

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus II, kemampuan
memahami bacaan siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil tes
membaca bahasa Inggris yang dilakukan dalam siklus II menunjukkan fakta bahwa
rata-rata skor membaca siswa mengalami peningkatan dari 66,9% pada siklus I
menjadi 73,1 pada siklus II. Kemampuan siswa dalam siklus II meningkat
dibandingkan siklus I yaitu sekitar 6,2%. Berdasarkan hasil refleksi tindakan,
didapatkan kesimpulan bahwa, peningkatan kemampuan membaca siswa pada siklus
II telah mencapai target penelitian tindakan yaitu siswa mampu mencapai standar
skor minimal 70 atau kategori baik.
Tabel 4. Kemampuan membaca siswa berdasarkan aspek-aspek yang diamati
Siklus I
Siklus II
No
Indikator
Prosentase Kriteria Prosentase Kriteria
1 Pemahaman Kata
70,3
Baik
75,2
Baik
2 Pemahaman Kalimat
67,6
Cukup
73,4
Baik
3 Pemahaman Paragraf
64,2
Cukup
71,6
Baik
4 Pemahaman Teks
62,2
Cukup
70,3
Baik
66,9
Cukup
73,1
Baik
Pemahaman membaca siswa
Dari tabel di atas, diketahui bahwa hampir semua indikator-indikator yang
diamati dalam penelitian tindakan kelas ini mengalami peningkatan yang signifikan
serta memenuhi kriteria penelitian pada siklus II. Aspek pemahaman kata meningkat
dari 70,3% pada siklus I menjadi 75,2% atau kategori Baik pada siklus II. Tingkat
pemahaman kalimat siswa mengalami peningkatan dari 67,6% menjadi 73,4% siklus
II atau dalam kategori Baik. Disamping itu, aspek pemahaman paragraph dan teks
siswa juga mengalami peningkatan. Tingkat pemahaman paragraph siswa meningkat
dari 64,2% menjadi 71,6%, dan aspek pemahaman teks siswa meningkat dari 62,2%
menjadi 70,3% pada siklus II. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan
yang dilakukan yaitu melalui aktifitas pengaktifan schemata siswa yang difokuskan
pada kegiatan pre-reading terbukti mampu meningkatkan pemahaman bacaan siswa
secara efektif.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil observasi kelas dan refleksi implementasi tindakan siklus I
dan siklus II, maka hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa tindakan
yang telah dilakukan yang menerapkan schemata theory based pre-reading activities
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca bahasa Inggris pada siklus I
adalah 66,9%. Hasil tersebut meningkat menjadi 73,1 pada tindakan siklus II.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini, hasil
pencapaian kemampuan membaca siswa pada siklus II telah mencapai target yang
diharapkan yangmana didapatkan hasil bahwa lebih dari 75% siswa mencapai nilai
ketuntasan belajar 70.
Disamping simpulan utama yang menjawab permasalahan penelitian, hasil
evaluasi proses penelitian tindakan kelas menunjukkan fakta bahwa penerapan
schemata theory yang ditekankan pada kegiatan awal membaca bahasa Inggris dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses membaca dari 72,6% pada siklus I
menjadi 82,9% pada siklus II. Selain itu, berdasarkan hasil refleksi baik yang
dilakukan oleh guru maupun peneliti ditemukan fakta bahwa pembelajaran melalui
schemata theory cukup efektif membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam membaca bahasa Inggris. Para siswa dapat mengatasi rasa malu, takut
9

dan kurang percaya diri karena kurangnya kemampuan berbahasa Inggris yang
dimiliki, serta mereka mampu berperan aktif dalam berdiskusi, bertanya jawab, saling
bertukar pengalaman dan mampu menyampaikan atau menerima ide. Dari pihak guru,
diakui bahwa penerapan schemata theory mampu memberikan sebuah inovasi
pembelajaran yang mampu membantu dan memfasilitasi siswa meningkatkan
kemampuan membaca bahasa Inggris melalui sebuah proses yang konstruktif,
menyenangkan, bermakna dan sistematis. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa schemata theory dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa
dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris.
Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini, dapat
disimpulkan bahwa penerapan schemata yang dititik beratkan pada kegiatan awal
membaca merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang memberikan kontribusi
bagi peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di kelas, khususnya
ketrampilan membaca. Oleh karena itu, disarankan para guru untuk menerapkan dan
mengembangkan schemata theory dikelas untuk memfasilitasi siswa meningkatkan
kemampuan membaca serta menghadirkan pembelajaran yang konstruktif dan
bermakna bagi siswa, sehingga sejalan dengan itu tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ajedeh, P. 2006. Schema–theory Based Considerations on Pre-reading Activities in
ESP Textbooks. Asian-efl-journal, Vol 16 /2 Tersedia pada (http//www.asianefl-journal.com/November 2006_vol16Art2/html). Diakses tanggal 6 Februari
2008
Chia, H.L. 2001. Reading Activities for Effective Top-Down Processing. Forum,
39(1) January/March, p. 22.
Elliot, J. 1993. Action Research for Educational Change . Milton Keynes
Philadelphia: Open University Press.
Grellet, F. 1992. Developing Reading Skill. Cambridge: Cambridge University Press.
Landry, K. L. 2002. Schema theory-based pre-reading tasks: A neglected essential in
the ESL reading class. The Reading Matrix: An International Online Journal,
3(1), Tersedia pada http://www.readingmatrix.com/articles/Landry/article.pdf
Diakses tanggal 8 Februari 2008
Wallace, C. (1992). Reading. Oxford: Oxford University Press.
Wong, L. 1999 Essential Writing Skills. Boston: Houghton Mifflin Company.

10