PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB SE
PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB
SESUAI
KODE
ETIK
JURNALISTIK
DALAM
MASYARAKAT DEMOKRATIS DI INDONESIA
1. Pengertian Kode Etik Jurnalistik
Kemerdekaan
berpendapat,
agama.
berekspresi, dan pers adalah
Dalam
hak
hak,
asasi manusia yang dilindungi
kewajiban dan peranannya, pers
Pancasila,
menghormati hak asasi setiap
Undang-Undang
melaksanakan
Dasar
orang,
1945, dan Deklarasi Universal
karena
Hak
profesional
Asasi
Manusia
PBB.
dan
itu
terbuka
fungsi,
pers
dituntut
untuk
dikontrol
Kemerdekaan
oleh
pers adalah sarana masyarakat
masyarakat.
untuk
Untuk menjamin kemerdekaan
memperoleh
informasi
dan
pers
berkomunikasi, guna memenuhi
dan memenuhi hak publik untuk
kebutuhan
memperoleh
hakiki
dan
meningkatkan
kualitas
manusia.
wartawan
Indonesia
Dalam
memerlukan
mewujudkan kemerdekaan pers
landasan
itu,
profesi
Indonesia
juga
menyadari
adanya
moral
dan
etika
sebagai pedoman operasional
dalam
kepentingan
tanggung
yang
benar,
kehidupan
wartawan
informasi
jawab
bangsa,
sosial,
menjaga
kepercayaan
publik
dan
keberagaman
menegakkan
integritas
serta
masyarakat, dan norma-norma
profesionalisme. Atas dasar itu,
wartawan
Indonesia
pihak
lain.
dan
Pasal
2
menetapkan
menaati Kode Etik Jurnalistik:
Wartawan Indonesia menempuh
Pasal
cara-
1
Wartawan
Indonesia
independen,
bersikap
menghasilkan
cara
yang
Penafsiran
yang akurat, berimbang, dan
Cara-cara
tidak
adalah:
buruk.
Penafsiran
a.
yang
profesional
a. menunjukkan identitas diri
kepada
Independen
berarti
memberitakan
peristiwa
dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
berita
beritikad
profesional
atau
narasumber;
b.
fakta
sesuai
menghormati
c.
hak
tidak
privasi;
menyuap;
dengan
d.
suara hati nurani tanpa campur
faktual
tangan, paksaan, dan intervensi
dan
dari
e. rekayasa pengambilan dan
pihak
lain
termasuk
perusahaan
b.
Akurat
pemilik
pers.
berarti
dipercaya
menghasilkan
berita
jelas
pemuatan
yang
sumbernya;
atau
penyiaran
gambar,
foto, suara dilengkapi dengan
benar
keterangan tentang sumber dan
sesuai keadaan objektif ketika
ditampilkan secara berimbang;
peristiwa
terjadi.
f.
semua
traumatik
c.
Berimbang
berarti
menghormati
pihak
narasumber
mendapat kesempatan setara.
gambar,
d. Tidak beritikad buruk berarti
foto,
tidak
g.
ada niat secara sengaja dan
termasuk
semata-
menyatakan
mata
kerugian
untuk
menimbulkan
pengalaman
dalam
penyajian
suara;
tidak
melakukan
plagiat,
hasil
liputan
karya
sendiri;
wartawan
lain
sebagai
h.
penggunaan
cara-cara
tertentu
dapat
interpretasi
wartawan
atas
fakta.
dipertimbangkan
untuk
d. Asas praduga tak bersalah
peliputan berita investigasi bagi
adalah
kepentingan
prinsip
publik.
Pasal
3
Wartawan
Indonesia
selalu
tidak
menghakimi
seseorang.
Pasal
4
menguji
Wartawan
informasi, memberitakan secara
membuat
berimbang,
tidak
berita bohong, fitnah, sadis, dan
mencampurkan
fakta
cabul.
dan
opini
yang
menghakimi,
Indonesia
tidak
Penafsiran
serta
a. Bohong berarti sesuatu yang
menerapkan asas praduga tak
sudah
bersalah.
diketahui
Penafsiran
wartawan
a.
Menguji
informasi
berarti
dengan
tentang
fakta
b.
informasi
Berimbang
itu.
adalah
oleh
sebagai hal yang tidak sesuai
melakukan check and recheck
kebenaran
sebelumnya
yang
terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa
dasar
memberikan
yang dilakukan secara sengaja
ruang atau waktu pemberitaan
dengan
kepada
c. Sadis berarti kejam dan tidak
masing-masing
pihak
secara
proporsional.
c.
Opini
mengenal
niat
belas
buruk.
kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran
yang
menghakimi
tingkah
laku
secara
erotis
adalah
dengan
pendapat pribadi wartawan. Hal
foto, gambar, suara, grafis atau
ini
tulisan yang semata-mata untuk
berbeda
dengan
opini
interpretatif,
yaitu
pendapat
membangkitkan
nafsu
birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan
yang
berupa
suara
dari
arsip,
wartawan
keuntungan
pribadi
atas
mencantumkan
informasi
waktu pengambilan gambar dan
yang diperoleh saat bertugas
suara.
sebelum
Pasal
5
Wartawan
Indonesia
tidak
informasi
tersebut
pengetahuan
menyebutkan dan menyiarkan
b.
identitas
pemberian
korban
kejahatan
susila
tidak
menyebutkan
menjadi
Suap
umum.
adalah
segala
dan
dalam bentuk uang, benda atau
identitas
fasilitas dari pihak lain yang
anak
mempengaruhi
yang menjadi pelaku kejahatan.
Pasal
Penafsiran
Wartawan
a. Identitas adalah semua data
hak
dan
tolak
informasi yang menyangkut diri
narasumber
seseorang yang memudahkan
yang tidak bersedia diketahui
orang
identitas
lain
untuk
melacak.
independensi.
7
Indonesia
untuk
memiliki
melindungi
maupun
keberadaannya,
b. Anak adalah seorang yang
menghargai
berusia
embargo,
kurang dari 16 tahun dan belum
informasi latar belakang, dan
menikah.
“off
Pasal
Wartawan
6
Indonesia
tidak
record”
ketentuan
the
sesuai
dengan
kesepakatan.
menyalahgunakan profesi dan
Penafsiran
tidak
a. Hak tolak adalak hak untuk
menerima
suap.
Penafsiran
a.
mengungkapkan identitas dan
Menyalahgunakan
profesi
adalah
segala
mengambil
tidak
keberadaan narasumber demi
keamanan
tindakan
yang
narasumber
dan
keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan
pemuatan atau penyiaran berita
a. Prasangka adalah anggapan
sesuai
yang
dengan
permintaan
narasumber.
c.
kurang baik mengenai sesuatu
Informasi
latar
belakang
sebelum
mengetahui
adalah
jelas.
segala informasi atau data dari
b.
narasumber yang disiarkan atau
pembedaan
diberitakan tanpa menyebutkan
perlakuan.
narasumbernya.
Pasal
d.
“Off
the
record”
adalah
segala
Diskriminasi
9
Wartawan
Indonesia
atau
data
dari
pribadinya,
yang tidak boleh disiarkan atau
kepentingan
diberitakan.
publik.
Pasal
8
Wartawan
Indonesia
tidak
menulis
hak
narasumber tentang kehidupan
narasumber
atau
adalah
menghormati
informasi
secara
kecuali
untuk
Menghormati
hak
Penafsiran
a.
narasumber
menyiarkan
berita
berdasarkan
prasangka
berhati-hati.
atau
diskriminasi
terhadap
seseorang
adalah sikap menahan diri dan
b.
Kehidupan
pribadi
adalah
segala
atas
dasar
segi kehidupan seseorang dan
perbedaan
keluarganya selain yang terkait
suku, ras, warna kulit, agama,
dengan
jenis
Pasal
kelamin, dan bahasa serta tidak
Wartawan
merendahkan martabat orang
mencabut,
lemah,
memperbaiki
miskin, sakit, cacat jiwa atau
berita yang keliru dan tidak
cacat
akurat
jasmani.
disertai
Penafsiran
maaf
kepentingan
publik.
10
Indonesia
meralat,
dengan
segera
dan
permintaan
kepada
pembaca,
pendengar,
dan
informasi yang diberitakan oleh
atau
pemirsa.
Penafsiran
a.
kekeliruan
pers,
baik tentang dirinya maupun
Segera
berarti
tindakan
tentang
dalam
orang
waktu secepat mungkin, baik
c. Proporsional berarti setara
karena
dengan
ada maupun tidak ada teguran
bagian
dari
diperbaiki.
pihak
b.
luar.
Permintaan
maaf
disampaikan
apabila
lain.
berita
Penilaian
yang
perlu
akhir
atas
pelanggaran
kode
etik jurnalistik dilakukan Dewan
kesalahan
terkait
dengan
Pers.
Sanksi atas pelanggaran kode
substansi
pokok.
Pasal
11
etik
jurnalistik
dilakukan
oleh
Wartawan Indonesia melayani
organisasi wartawan dan atau
hak
perusahaan
jawab dan hak koreksi secara
Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006
proporsional.
(Kode
Penafsiran
ditandatangani
a.
Hak
jawab
adalah
hak
pers.
Etik
Jurnalistik
oleh
ini
29
organisasi
seseorang
pers di Jakarta, 14 Maret 2006.
atau sekelompok orang untuk
Dewan
memberikan
Pers
tanggapan
sanggahan
atau
terhadap
menetapkannya
melalui
Surat
pemberitaan
Keputusan
berupa fakta yang merugikan
DP/III/2006
nama
yang
baiknya.
sebagai
b. Hak koreksi adalah hak setiap
Peraturan Dewan Pers Nomor 6/
orang
Peraturan-DP/V/2008)
untuk
membetulkan
Nomor
kemudian
03/SKdisahkan
2. Kode Etik Jurnalistik dalam Masyarakat Demokratis di Indonesia
3. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia
juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab
sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya,
pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers
dituntut
profesional
dan
terbuka
untuk
dikontrol
oleh
masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi
hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan
Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai
pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan
menegakkan integritas serta profesionalisme.
4. Pasal 1
5. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
6. Penafsiran :
Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai
dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan
intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika
peristiwa terjadi.
Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan
semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
7. Pasal 2
8. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional
dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
9. Penafsiran:
Cara-cara yang profesional adalah:
menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
menghormati hak privasi;
tidak menyuap;
-
-
menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa
pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara
dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan
secara berimbang;
menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam
penyajian gambar, foto, suara;
tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan
wartawan lain sebagai karya sendiri;
penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk
peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
10.Pasal 3
11.Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang
menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
12.Penafsiran
Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang
kebenaran informasi itu.
Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan
kepada masing-masing pihak secara proporsional.
Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal
ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang
berupa interpretasi wartawan atas fakta.
Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi
seseorang.
13.Pasal 4
14.Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul.
15.Penafsiran
Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang
terjadi.
Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara
sengaja dengan niat buruk.
Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan
foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk
membangkitkan nafsu birahi.
Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan
mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.
16.Pasal 5
17.Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan
identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
18.
Penafsiran
Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut
diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.
Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan
belum menikah.
19.Pasal 6
20.Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
21.Penafsiran
Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang
mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh
saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan
umum.
Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau
fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.
22.Pasal 7
23.Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun
keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
24.Penafsiran
Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan
keluarganya.
Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita
sesuai dengan permintaan narasumber.
Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan
narasumbernya.
“Off the record” adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
25.Pasal 8
26.Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang
atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang
lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
27.
Penafsiran
Prasangka adalah anggapan yang kurang
sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.
Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
baik
mengenai
28.Pasal 9
29.Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
30.
Penafsiran
Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan
berhati-hati.
Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan
keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.
31.Pasal 10
32.Wartawan
Indonesia
segera
mencabut,
meralat,
dan
memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan
permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
pemirsa.
33.Penafsiran
Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik
karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.
Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan
substansi pokok.
34.Pasal 11
35.Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional.
Penafsiran
Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk
memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan
berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan
kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang
dirinya maupun tentang orang lain.
Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu
diperbaiki.
36.Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik
dilakukan
Dewan
Pers.
Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan
oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.
37.Contoh-contoh penyimpangan kode etik jurnalistik dari berbagai
media
38.Terdapat
berbagai
versi
mengenai
kode
etik
dalam
tiap
perserikatan atau organisasi persatuan pers yang ada di
Indonesia walaupun pada akhirnya kesemua peraturan dan
undang-undang tersebut mengacu pada garis besar yang sama.
Berikut beberapa contoh mengenai pelanggaran yang dilakukan
media baik cetak maupun televise
Beberapa televise swasta kerap menampilkan gambar tak
pantas tanpa disensor terlebih dahulu.
Beberapa media yang dimiliki orang berkepentingan
(misalkan partai) menyajikan berita sesuai kepentingan
politiknya sehingga ada keberpihakan.
Sumber rekayasa, sumber peliputan dalam berita fiktif
atau rekayasa.
Memuat korban identitas asusila atau kejahatan moral,
menjadikan nama baik korban maupun keluarga tidak
terjaga.
Membiaskan judul da nisi berita yang awalnya hanya
bertujuan
untuk
menambah
daya
tarik
tapi
mengaburkan isi berita yang sebenarnya.
39.
40.Upaya Pemerintah dalam Mengendalikan Kebebasan Pers
41.
42.
UU No: 11 Tahun 1966
43.pasal 11 menyatakan :
malah
Penerbitan pers yang bertentangan dengan pancasila seperti
halnya yang bertolak dari paham komunisme/ marxismeLeninisme dilarang.
Pasal 13 undang-undang ini menyatakan:
(2) Modal perusahaan pers harus seluruhnya modal nasional,
sedang pendiri-pendiri dan ppengurusnya harus seluruhnya
warga Negara Indonesia.
(3) Perusahaan pers dilarang membrikan atau menrima jasa/
bantuan/ sumbanagn kepada/ dari pihak asing, kecuali dengan
persetujuan pemerintah setelah mendengar Dewan Pers.
Pasal 17 undang-undang ini menyatakan :
(1) Perusahaan pers asing tidak dibenarkan didirikan di
dalam wilayah Republik Indonesia.
(2) Dengan izin pemerintah pers asing dapat beredar di
Indonesia.
(3) Pemerintah melarang masuk dan beredarnya pers asing
di Indonesia diatur oleh peraturan bersama-sama dengan Dewan
Pers.
Penetapan Presiden No: 4 Tahun 1963
pasal 1 meyatakan:
(1) Menteri
Jaksa
Agung
berwenang
untuk
melarang
beredarnya barang setakan yang dianggap dapat menganggu
ketertiban umum.
(3) Barang
siapa
menyampaikan,
menyimpan,
memiliki,
menyebarkan,
mengumumkan,
menempelkan,
memperdagangkan, mencetak kembali barang cetakan yan
terlarang, setelah diumumkannya larangan itudihukum dengan
hukuman kurungan setinggi-tingginya 1 tahun atau denda
setinggi-tingginya lima ribu rupiah.
pasal 3 menyatakan:
(1) Setiap barang cetakan harus dibubuhi nama dan alamat si
pencetak dan penerbitnya.
(2) Pencetak yang tidak memenuhi ketentuan dalam ayat (1)
dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya sepuluh
ribu rupiah.
Kemudian pasal 4 menyatakan:
Menteri
Jaksa
Agung
berwenang
untuk
menunjuk
barang
cetakan dari luar negeri yang tertentu untuk diperiksa
terlebih dahulu sebelum diedarkan di Indonesia.
44.
SESUAI
KODE
ETIK
JURNALISTIK
DALAM
MASYARAKAT DEMOKRATIS DI INDONESIA
1. Pengertian Kode Etik Jurnalistik
Kemerdekaan
berpendapat,
agama.
berekspresi, dan pers adalah
Dalam
hak
hak,
asasi manusia yang dilindungi
kewajiban dan peranannya, pers
Pancasila,
menghormati hak asasi setiap
Undang-Undang
melaksanakan
Dasar
orang,
1945, dan Deklarasi Universal
karena
Hak
profesional
Asasi
Manusia
PBB.
dan
itu
terbuka
fungsi,
pers
dituntut
untuk
dikontrol
Kemerdekaan
oleh
pers adalah sarana masyarakat
masyarakat.
untuk
Untuk menjamin kemerdekaan
memperoleh
informasi
dan
pers
berkomunikasi, guna memenuhi
dan memenuhi hak publik untuk
kebutuhan
memperoleh
hakiki
dan
meningkatkan
kualitas
manusia.
wartawan
Indonesia
Dalam
memerlukan
mewujudkan kemerdekaan pers
landasan
itu,
profesi
Indonesia
juga
menyadari
adanya
moral
dan
etika
sebagai pedoman operasional
dalam
kepentingan
tanggung
yang
benar,
kehidupan
wartawan
informasi
jawab
bangsa,
sosial,
menjaga
kepercayaan
publik
dan
keberagaman
menegakkan
integritas
serta
masyarakat, dan norma-norma
profesionalisme. Atas dasar itu,
wartawan
Indonesia
pihak
lain.
dan
Pasal
2
menetapkan
menaati Kode Etik Jurnalistik:
Wartawan Indonesia menempuh
Pasal
cara-
1
Wartawan
Indonesia
independen,
bersikap
menghasilkan
cara
yang
Penafsiran
yang akurat, berimbang, dan
Cara-cara
tidak
adalah:
buruk.
Penafsiran
a.
yang
profesional
a. menunjukkan identitas diri
kepada
Independen
berarti
memberitakan
peristiwa
dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
berita
beritikad
profesional
atau
narasumber;
b.
fakta
sesuai
menghormati
c.
hak
tidak
privasi;
menyuap;
dengan
d.
suara hati nurani tanpa campur
faktual
tangan, paksaan, dan intervensi
dan
dari
e. rekayasa pengambilan dan
pihak
lain
termasuk
perusahaan
b.
Akurat
pemilik
pers.
berarti
dipercaya
menghasilkan
berita
jelas
pemuatan
yang
sumbernya;
atau
penyiaran
gambar,
foto, suara dilengkapi dengan
benar
keterangan tentang sumber dan
sesuai keadaan objektif ketika
ditampilkan secara berimbang;
peristiwa
terjadi.
f.
semua
traumatik
c.
Berimbang
berarti
menghormati
pihak
narasumber
mendapat kesempatan setara.
gambar,
d. Tidak beritikad buruk berarti
foto,
tidak
g.
ada niat secara sengaja dan
termasuk
semata-
menyatakan
mata
kerugian
untuk
menimbulkan
pengalaman
dalam
penyajian
suara;
tidak
melakukan
plagiat,
hasil
liputan
karya
sendiri;
wartawan
lain
sebagai
h.
penggunaan
cara-cara
tertentu
dapat
interpretasi
wartawan
atas
fakta.
dipertimbangkan
untuk
d. Asas praduga tak bersalah
peliputan berita investigasi bagi
adalah
kepentingan
prinsip
publik.
Pasal
3
Wartawan
Indonesia
selalu
tidak
menghakimi
seseorang.
Pasal
4
menguji
Wartawan
informasi, memberitakan secara
membuat
berimbang,
tidak
berita bohong, fitnah, sadis, dan
mencampurkan
fakta
cabul.
dan
opini
yang
menghakimi,
Indonesia
tidak
Penafsiran
serta
a. Bohong berarti sesuatu yang
menerapkan asas praduga tak
sudah
bersalah.
diketahui
Penafsiran
wartawan
a.
Menguji
informasi
berarti
dengan
tentang
fakta
b.
informasi
Berimbang
itu.
adalah
oleh
sebagai hal yang tidak sesuai
melakukan check and recheck
kebenaran
sebelumnya
yang
terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa
dasar
memberikan
yang dilakukan secara sengaja
ruang atau waktu pemberitaan
dengan
kepada
c. Sadis berarti kejam dan tidak
masing-masing
pihak
secara
proporsional.
c.
Opini
mengenal
niat
belas
buruk.
kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran
yang
menghakimi
tingkah
laku
secara
erotis
adalah
dengan
pendapat pribadi wartawan. Hal
foto, gambar, suara, grafis atau
ini
tulisan yang semata-mata untuk
berbeda
dengan
opini
interpretatif,
yaitu
pendapat
membangkitkan
nafsu
birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan
yang
berupa
suara
dari
arsip,
wartawan
keuntungan
pribadi
atas
mencantumkan
informasi
waktu pengambilan gambar dan
yang diperoleh saat bertugas
suara.
sebelum
Pasal
5
Wartawan
Indonesia
tidak
informasi
tersebut
pengetahuan
menyebutkan dan menyiarkan
b.
identitas
pemberian
korban
kejahatan
susila
tidak
menyebutkan
menjadi
Suap
umum.
adalah
segala
dan
dalam bentuk uang, benda atau
identitas
fasilitas dari pihak lain yang
anak
mempengaruhi
yang menjadi pelaku kejahatan.
Pasal
Penafsiran
Wartawan
a. Identitas adalah semua data
hak
dan
tolak
informasi yang menyangkut diri
narasumber
seseorang yang memudahkan
yang tidak bersedia diketahui
orang
identitas
lain
untuk
melacak.
independensi.
7
Indonesia
untuk
memiliki
melindungi
maupun
keberadaannya,
b. Anak adalah seorang yang
menghargai
berusia
embargo,
kurang dari 16 tahun dan belum
informasi latar belakang, dan
menikah.
“off
Pasal
Wartawan
6
Indonesia
tidak
record”
ketentuan
the
sesuai
dengan
kesepakatan.
menyalahgunakan profesi dan
Penafsiran
tidak
a. Hak tolak adalak hak untuk
menerima
suap.
Penafsiran
a.
mengungkapkan identitas dan
Menyalahgunakan
profesi
adalah
segala
mengambil
tidak
keberadaan narasumber demi
keamanan
tindakan
yang
narasumber
dan
keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan
pemuatan atau penyiaran berita
a. Prasangka adalah anggapan
sesuai
yang
dengan
permintaan
narasumber.
c.
kurang baik mengenai sesuatu
Informasi
latar
belakang
sebelum
mengetahui
adalah
jelas.
segala informasi atau data dari
b.
narasumber yang disiarkan atau
pembedaan
diberitakan tanpa menyebutkan
perlakuan.
narasumbernya.
Pasal
d.
“Off
the
record”
adalah
segala
Diskriminasi
9
Wartawan
Indonesia
atau
data
dari
pribadinya,
yang tidak boleh disiarkan atau
kepentingan
diberitakan.
publik.
Pasal
8
Wartawan
Indonesia
tidak
menulis
hak
narasumber tentang kehidupan
narasumber
atau
adalah
menghormati
informasi
secara
kecuali
untuk
Menghormati
hak
Penafsiran
a.
narasumber
menyiarkan
berita
berdasarkan
prasangka
berhati-hati.
atau
diskriminasi
terhadap
seseorang
adalah sikap menahan diri dan
b.
Kehidupan
pribadi
adalah
segala
atas
dasar
segi kehidupan seseorang dan
perbedaan
keluarganya selain yang terkait
suku, ras, warna kulit, agama,
dengan
jenis
Pasal
kelamin, dan bahasa serta tidak
Wartawan
merendahkan martabat orang
mencabut,
lemah,
memperbaiki
miskin, sakit, cacat jiwa atau
berita yang keliru dan tidak
cacat
akurat
jasmani.
disertai
Penafsiran
maaf
kepentingan
publik.
10
Indonesia
meralat,
dengan
segera
dan
permintaan
kepada
pembaca,
pendengar,
dan
informasi yang diberitakan oleh
atau
pemirsa.
Penafsiran
a.
kekeliruan
pers,
baik tentang dirinya maupun
Segera
berarti
tindakan
tentang
dalam
orang
waktu secepat mungkin, baik
c. Proporsional berarti setara
karena
dengan
ada maupun tidak ada teguran
bagian
dari
diperbaiki.
pihak
b.
luar.
Permintaan
maaf
disampaikan
apabila
lain.
berita
Penilaian
yang
perlu
akhir
atas
pelanggaran
kode
etik jurnalistik dilakukan Dewan
kesalahan
terkait
dengan
Pers.
Sanksi atas pelanggaran kode
substansi
pokok.
Pasal
11
etik
jurnalistik
dilakukan
oleh
Wartawan Indonesia melayani
organisasi wartawan dan atau
hak
perusahaan
jawab dan hak koreksi secara
Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006
proporsional.
(Kode
Penafsiran
ditandatangani
a.
Hak
jawab
adalah
hak
pers.
Etik
Jurnalistik
oleh
ini
29
organisasi
seseorang
pers di Jakarta, 14 Maret 2006.
atau sekelompok orang untuk
Dewan
memberikan
Pers
tanggapan
sanggahan
atau
terhadap
menetapkannya
melalui
Surat
pemberitaan
Keputusan
berupa fakta yang merugikan
DP/III/2006
nama
yang
baiknya.
sebagai
b. Hak koreksi adalah hak setiap
Peraturan Dewan Pers Nomor 6/
orang
Peraturan-DP/V/2008)
untuk
membetulkan
Nomor
kemudian
03/SKdisahkan
2. Kode Etik Jurnalistik dalam Masyarakat Demokratis di Indonesia
3. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia
juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab
sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya,
pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers
dituntut
profesional
dan
terbuka
untuk
dikontrol
oleh
masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi
hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan
Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai
pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan
menegakkan integritas serta profesionalisme.
4. Pasal 1
5. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
6. Penafsiran :
Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai
dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan
intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika
peristiwa terjadi.
Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan
semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
7. Pasal 2
8. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional
dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
9. Penafsiran:
Cara-cara yang profesional adalah:
menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
menghormati hak privasi;
tidak menyuap;
-
-
menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa
pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara
dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan
secara berimbang;
menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam
penyajian gambar, foto, suara;
tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan
wartawan lain sebagai karya sendiri;
penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk
peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
10.Pasal 3
11.Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang
menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
12.Penafsiran
Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang
kebenaran informasi itu.
Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan
kepada masing-masing pihak secara proporsional.
Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal
ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang
berupa interpretasi wartawan atas fakta.
Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi
seseorang.
13.Pasal 4
14.Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul.
15.Penafsiran
Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang
terjadi.
Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara
sengaja dengan niat buruk.
Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan
foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk
membangkitkan nafsu birahi.
Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan
mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.
16.Pasal 5
17.Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan
identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
18.
Penafsiran
Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut
diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.
Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan
belum menikah.
19.Pasal 6
20.Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
21.Penafsiran
Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang
mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh
saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan
umum.
Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau
fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.
22.Pasal 7
23.Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun
keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
24.Penafsiran
Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan
keluarganya.
Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita
sesuai dengan permintaan narasumber.
Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan
narasumbernya.
“Off the record” adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
25.Pasal 8
26.Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang
atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang
lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
27.
Penafsiran
Prasangka adalah anggapan yang kurang
sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.
Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
baik
mengenai
28.Pasal 9
29.Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
30.
Penafsiran
Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan
berhati-hati.
Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan
keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.
31.Pasal 10
32.Wartawan
Indonesia
segera
mencabut,
meralat,
dan
memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan
permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
pemirsa.
33.Penafsiran
Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik
karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.
Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan
substansi pokok.
34.Pasal 11
35.Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional.
Penafsiran
Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk
memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan
berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan
kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang
dirinya maupun tentang orang lain.
Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu
diperbaiki.
36.Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik
dilakukan
Dewan
Pers.
Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan
oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.
37.Contoh-contoh penyimpangan kode etik jurnalistik dari berbagai
media
38.Terdapat
berbagai
versi
mengenai
kode
etik
dalam
tiap
perserikatan atau organisasi persatuan pers yang ada di
Indonesia walaupun pada akhirnya kesemua peraturan dan
undang-undang tersebut mengacu pada garis besar yang sama.
Berikut beberapa contoh mengenai pelanggaran yang dilakukan
media baik cetak maupun televise
Beberapa televise swasta kerap menampilkan gambar tak
pantas tanpa disensor terlebih dahulu.
Beberapa media yang dimiliki orang berkepentingan
(misalkan partai) menyajikan berita sesuai kepentingan
politiknya sehingga ada keberpihakan.
Sumber rekayasa, sumber peliputan dalam berita fiktif
atau rekayasa.
Memuat korban identitas asusila atau kejahatan moral,
menjadikan nama baik korban maupun keluarga tidak
terjaga.
Membiaskan judul da nisi berita yang awalnya hanya
bertujuan
untuk
menambah
daya
tarik
tapi
mengaburkan isi berita yang sebenarnya.
39.
40.Upaya Pemerintah dalam Mengendalikan Kebebasan Pers
41.
42.
UU No: 11 Tahun 1966
43.pasal 11 menyatakan :
malah
Penerbitan pers yang bertentangan dengan pancasila seperti
halnya yang bertolak dari paham komunisme/ marxismeLeninisme dilarang.
Pasal 13 undang-undang ini menyatakan:
(2) Modal perusahaan pers harus seluruhnya modal nasional,
sedang pendiri-pendiri dan ppengurusnya harus seluruhnya
warga Negara Indonesia.
(3) Perusahaan pers dilarang membrikan atau menrima jasa/
bantuan/ sumbanagn kepada/ dari pihak asing, kecuali dengan
persetujuan pemerintah setelah mendengar Dewan Pers.
Pasal 17 undang-undang ini menyatakan :
(1) Perusahaan pers asing tidak dibenarkan didirikan di
dalam wilayah Republik Indonesia.
(2) Dengan izin pemerintah pers asing dapat beredar di
Indonesia.
(3) Pemerintah melarang masuk dan beredarnya pers asing
di Indonesia diatur oleh peraturan bersama-sama dengan Dewan
Pers.
Penetapan Presiden No: 4 Tahun 1963
pasal 1 meyatakan:
(1) Menteri
Jaksa
Agung
berwenang
untuk
melarang
beredarnya barang setakan yang dianggap dapat menganggu
ketertiban umum.
(3) Barang
siapa
menyampaikan,
menyimpan,
memiliki,
menyebarkan,
mengumumkan,
menempelkan,
memperdagangkan, mencetak kembali barang cetakan yan
terlarang, setelah diumumkannya larangan itudihukum dengan
hukuman kurungan setinggi-tingginya 1 tahun atau denda
setinggi-tingginya lima ribu rupiah.
pasal 3 menyatakan:
(1) Setiap barang cetakan harus dibubuhi nama dan alamat si
pencetak dan penerbitnya.
(2) Pencetak yang tidak memenuhi ketentuan dalam ayat (1)
dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya sepuluh
ribu rupiah.
Kemudian pasal 4 menyatakan:
Menteri
Jaksa
Agung
berwenang
untuk
menunjuk
barang
cetakan dari luar negeri yang tertentu untuk diperiksa
terlebih dahulu sebelum diedarkan di Indonesia.
44.