SOSIALISASI INFORMASI DASAR KTHIV DAN TE

SOSIALISASI INFORMASI
DASAR, KTHIV DAN TERAPI ARV
Dr. Aris Nurzamzami
PKM Kecamatan Pulo Gadung

Epidemi


Meluas

: 1% ibu hamil



Terkonsentrasi : >5% pada subpopulasi tertentu



Rendah

: 1 bulan

Demam tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau
konstan) > 1 bulan
Kandidiasis Oral (thrush)
Oral Hairy leukoplakia
TB paru, dalam 1 tahun terakhir
Infeksi bakteri berat (pnemonia, pyomiositis)
Angiomatosis basiler
Herpes zoster yang berkomplikasi

Stadium Klinis 4
• HIV wasting syndrome (BB turun 10% + diare kronik
> 1 bln atau demam >1 bln yg tdk disebabkan peny lain)
• Pneumonia Pneumocystis (PCP)
• Toksoplasmosis pada otak
• Kriptosporidosis, Isosporiasis, Microsporidiosis dgn
diare >1 bulan
• Kriptokokosis, ekstra paru
• Cytomegalovirus (CMV) pada 1 organ selain hati, limpa,
kelenjar getah bening (mis: retinitis)
• Herpes simplex virus (HSV) mukokutaneus > 1 bulan,

• Progressive multifocal leucoenphalopathy (PML)
• Mikosis disseminata (histoplasmosis, koksidioidomikosis,
penisiliosis)

Stadium Klinis 4 (lanjutan)









Kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru
Mikobakteriosis atipik disseminata atau di paru
Septikemi Salmonella non-tifoid
TB ekstra paru
Limfoma
Sarkoma Kaposi

Ensefalopati HIV (Gangguan dan/atau disfungsi motorik yg
mengganggu aktivitas hidup sehari hari dan berlangsung
beberapa minggu/bulan yg tidak disertai penyakit lain

Konseling dan Tes HIV
Terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV
1) Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary
Counseling & Testing)
2) Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (KTIP –
PITC = Provider-Initiated Testing and Counseling



KTIP merupakan kebijakan pemerintah untuk dilaksanakan di layanan
kesehatan yang berarti semua petugas kesehatan harus
menganjurkan tes HIV setidaknya pada ibu hamil, pasien TB, pasien
yang menunjukkan gejala dan tanda klinis diduga terinfeksi HIV (lihat
Tabel 1), pasien dari kelompok berisiko (penasun, PSK-pekerja seks
komersial, LSL – lelaki seks dengan lelaki), pasien IMS dan seluruh
pasangan seksualnya.


Prinsip Tes HIV
5C


Consent



Confidentiality



Counselling



Correct test results




Connections to care, treatment and preventions services

PENTINGNYA PMTCT = PPIA


Data terakhir ibu rumah tangga adalah penderita AIDS nomor 1



Sebagian ODHA perempuan adalah usia subur



90% terjadi penularan saat perinatal



Anak akan menjadi yatim piatu




Anak dgn HIV + gangguan tumbuh kembang



Stigma social pada anak dgn HIV +

KESEHATAN REPRODUKSI PADA WANITA DGN HIV



Cegah wanita jangan terinfeksi HIV



Cegah kehamilan tak direncanakan pada wanita dgn HIV




Cegah transmisi infeksi HIV ke janin/ bayi



Beri terapi adekuat dan supportif pada wanita HIV dan bayinya

Pedoman Terapi ( ringkasan)


Pemberian Kotrimoksasol
Diberikan pada semua pasien dengan stadium klinis 2, 3 dan 4
atau jumlah CD4 < 200 sel/mm3



Berikan dua minggu sebelum mulai terapi ARV untuk memastikan tidak ada efek samping
yang tumpang tindih antara Kotrimoksasol dan obat ARV




Saat Memulai terapi ARV
gejala klinis.



ODHA dengan gejala klinis yang berat (Stadium klinis 3 atau 4) berapapun jumlah CD4nya.



Jenis obat ARV Lini Pertama
pilihan:



AZT + 3TC + NVP



AZT + 3TC + EFV




TDF + 3TC (atau FTC) + NVP



TDF + 3TC (atau FTC) + EFV



Pemerintah akan mengurangi penggunaan (phasing out) Stavudin (d4T) sebagai paduan lini
pertama karena pertimbangan toksisitasnya

ODHA dengan CD4 < 350 sel/mm3, terlepas ada tidaknya

Terapi Lini Pertama harus berisi 2 NRTI + 1NNRTI , dengan



Jenis obat ARV Lini Kedua Terapi lini kedua harus memakai Protease Inhibitor (PI)

yang diperkuat oleh Ritonavir (ritonavir-boosted) ditambah 2 NRTI, dengan pemilihan
Zidovudine (AZT) atau Tenofovir (TDF) tergantung dari apa yang digunakan pada lini
pertama dan 3TC.



PI yang ada di Indonesia dan dianjurkan digunakan adalah Lopinavir/ritonavir (LPV/r)



Pemantauan Laboratoris
ODHA perlu mempunyai akses pemeriksaan CD4 untuk
rawatan pra-terapi ARV dan manajemen terapi ARV yang lebih optimum.



Pemeriksaan HIV RNA (viral load) dianjurkan untuk memastikan kemungkinan gagal terapi.




Pemantauan toksisitas obat berdasarkan gejala dan hasil



Koinfeksi HIV/TB Berapapun jumlah CD4nya, pasien dengan
koinfeksi HIV dan TB harus memulai terapi ARV sesegera setelah
terapi OAT dapat ditoleransi dan keadaan stabil (2 - 8 minggu setelah
mulai OAT)



Koinfeksi HIV/HBV
Berapapun jumlah CD4nya atau stadium
klinisnya, ODHA yang memerlukan terapi untuk infeksi HBV perlu
memulai terapi ARV.



Paduan ARV untuk keadaan ini menggunakan Tenofovir (TDF) dan
Lamivudine (3TC) atau Emtricitabine (FTC)



Ibu Hamil Mulai terapi ARV pada semua ibu hamil terinfeksi HIV,
apapun stadium klinisnya atau berapapun jumlah CD4.



Hindari penggunaan Efavirenz (EFV) selama trimester I kehamilan.

Dukungan, perawatan, dan
pengobatan HIV


Titik awal CST adalah konseling dan tes HIV sukarela (VCT)



Tes membantu penasun waspada akan resiko sehingga menerapkan
perilaku yang lebih aman



Tes membantu mengakses perawatan yang tepat



Tes menyediakan data baseline

Dukungan, perawatan, dan
pengobatan HIV


Continuum of care yang spesifik dibutuhkan (dari mulai pencegahan
infeksi oportunistik hingga dukungan sosial)



Melibatkan institusi dan layanan yang ada maupun baru (dari rumah
sakit hingga kelompok dukungan)



Sistem yang menyeluruh, dihubungkan oleh rencana penyelesaian
dan proses rujukan

TERIMA KASIH