tor kajian tematik kedua PENERAPAN KEBIJ

Term Of Refrence
“PENERAPAN KEBIJAKAN FISKAL dan MONETER INDONESIA DALAM
INTEGRASI EKONOMI ASEAN”
Globalisasi telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam dua dekade
terakhir, umumnya secara antusias dan bersemangat, namun kadang dibayangi
oleh kekhawatiran dan kekecewaan. Ini berarti, yang tidak lain integrasi ekonomi
akan segera ,terwujud dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
didalamnya adalah Negara yang tergabung dalam ASEAN . Hal yang mendasari dari
pembentukan MEA 2015 ini adalah adanya sebuah keinginan dari para pemimpin
ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi sebagai wujud
komitmen untuk menciptakan dan meningkatkan pembangunan komunitas ASEAN
dalam menghadapi tantangan global.
Untuk mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi, pemerintah menggunakan
kebijakan-kebijakan tertentu. Secara garis besar, terdapat beberapa kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi makro. Kebijakan tersebut adalah kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter
A. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku
sektor publik. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai
suatu cara untuk mengatur mobilisasi dana domestik, dengan instrumen utamanya
perpajakan. Di Negara sedang berkembang seperti Indonesia, kebijakan moneter

dan kebijakan luar negeri belum berjalan seperti yang diharapkan. Dengan
demikian, peranan kebijakan fiskal dalam bidang perekonomian menjadi semakin
penting.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada saat kondisi yang lebih baik.
Caranya yaitu mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran pemerintah (G).
Kebijakan fiskal pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan
yang bersifat ekspansif dilakukan pada saat perekonomian sedang menghadapi

masalah pengangguran yang tinggi. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah
dengan memperbesar pengeluaran pemerintah (misalnya menambah subsidi
kepada rakyat kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan fiskal
kontraktif adalah bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat perekonomian
mencapai kesempatan kerja penuh atau menghadapi inflasi. Tindakan yang
dilakukan adalah mengurangi pengeluaran pemerintah atau memperbesar tingkat
pajak.
Macam-macam kebijakan fiskal
Macam-macam kebijakan fiskal terbagi atas 2 bagian yakni macam-macam
kebijakan fiskal berdasarkan segi teori dan macam-macam kebijakan fiskal

berdasarkan jumlah penerimaan dan dan pengeluran, antara lain berikut ini.
Macam-macam Kebijakan Fiskal Berdasarkan Segi Teorinya:
a. Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) : Pembiayaan fungsional adalah
kebijakan yang mengatur dan mempertimbangkan pengeluaran pemerintah dari
berbagai akibat tak langsung pada pendapatan nasional dan bertujuan dalam
peningkatan kesempatan kerja.
b. Pengelolaan Anggaran (The Managed Budget Approach) : Pengelolaan anggaran
adalah mengatur pengeluaran pemerintah, hutang dan perpajakan dalam
mencapai ekonomi yang stabil.
c. Stabilisasi Anggaran Otomatis (The Stabilizing budget) : Stabilisasi anggaran
adalah kebijakan yang mengatur segala pengeluaran pemerintah dengan
pertimbangan manfaat dan besarnya biaya dari berbagai pengeluaran dan
program-program

pemerintah.

tujuannya

adalah


penghematan

anggaran

pemerintah.
Macam-macam Kebijakan Fiskal Bedasarkan Jumlah Penerimaan dan
Pengeluaran:
a. Kebijakan Anggaran Seimbang : kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan
yang menyusun jumlah penerimaan dan pengeluaran sama besar, jadi
penerimaan yang diterima pemerintah harus sama dengan pengelurannya dan
begitupun sebaliknya. Keuntungan kebijakan ini adalah tidak perlu adanya lagi
pinjaman baik dari dalam negeri dan luar negeri, sedangkan kerugiannya adalah

jika perekonomian negara dalam keadaan kurang baik akan mengakibatkan
ekonomi semakin memburuk
b. Kebijakan Anggaran Surplus : kebijakan anggaran surplus adalah kebijakan yang
disusun

dengan


pendapatan/penerimaan

harus

lebih

besar

dari

pada

pengeluaran atau pengeluaran dengan sedikit tetapi pendapatan/penerimaan
banyak. ini digunakan untuk mencegah inflasi.
c. Kebijakan Anggaran Defisit : kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang
disusun

dengan

cara


pengeluaran

lebih

besar

dari

pada

penerimaan/pendapatan. Ini berupakan kebalikan dari kebijakan anggaran
surplus. Kebijakan anggaran defisit dilakukan untuk mengurangi depresi dan
kelesungan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi menyebabkan
kekurangan anggaran.
d. Kebijakan Anggaran Dinamis : kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan
yang disusun dengan cara jumlah pengeluaran dan penerimaan sama besar dan
lama kelamaan jumlahnya makin bertambah. kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi kebutuhan yang terus bertambah sehingga dibutuhkan jumlah yang
besar.

Kebijakan ini sangat berpengaruh dalam

mengatur mobilisasi dana domestik,

dengan instrumen utamanya perpajakan apalagi yang kita lihat bahwa Masyarakat
Ekonomi Asean terjadinya perdagangan bebas masuk keluar nya barang dan jasa
pajaknya dihilangkan apakah ada pengaruhnya dengan Indonesia sendiri.
B. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian
pada kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan mengatur jumlah uang yang
beredar (JUB) dan tingkat suku bunga. Kebijakan moneter tujuan utamanya adalah
mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB).
Kebijakan moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi
pemerintah lainnya. Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika
dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah maka dalam kebijakan moneter Bank Sentral (Bank Indonesia)
mengendalikan jumlah uang yang bersedar (JUB).

Melalui kebijakan moneter, Bank Sentarl dapat mempertahankan, menambah, atau

mengurangi JUB untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan
kestabilan harga-harga. Berbeda dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter
memiliki

selisih

waktu

(time

lag)

yang

relatif

lebih

singkat


dalam

hal

pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena Bank Sentral tidak memerlukan izin dari DPR
dan kabinet untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah
yang sedang dihadapi dalam perekonomian.
Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan moneter
ekspansif dilakukan pemerintah jika ingin menambah jumlah uang beredar di
masyarakat atau yang lebih dikenal kebijakan uang longgar (easy money policy).
Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat,
kebijakan moneter yang ditempuh adalah kebijakan moneter kontraktif atau yang
lebih dikenal kebijakan uang ketat (tight money policy). Selain itu dalam
melaksanakan

kebijakan

moneter,

Bank


Sentral

dapat

menggunakan

tiga

instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan tingkat
suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement
ratio).Melihat dari dinamika dalam persaingan pasar bebas ASEAN tersebut,
Indonesia haruslah siap pada bidang ekonomi, khususnya pada sektor moneter.
Kebijakan moneter memiliki peranan yang sangat penting dalam menstabilkan
perekonomian suatu negara, yang mana apabila kebijakan moneter didalam sebuah
negara bersifat responsif

maka sangat memugkinkan terjadi kestabilan ekonomi

terhadap negara tersebut

a) Kedudukan Bank Indonesia Dalam Menjaga Kestabilan Ekonomi Negara
Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter di suatu Negara memiliki
kedudukan dan fungsi yang strategis dalam ikut menentukan stabilitas ekonomi
suatu negara. Oleh karena itu, kedudukan Bank Sentral suatu Negara haruslah kuat
dan terjaga stabilitasnya. Bank Indonesia (BI) berkomitmen mengawal paket
kebijakan ekonomi pemerintah melalui serangkaian tugas dan fungsinya sebagai
otoritas moneter. Melihat begitu penting sektor moneter, maka Gubernur Bank
Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menyebutkan sediktinya ada beberapa paket
kebijakan moneter yang telah dirilisnya dalam rangka mengendalikan inflasi dan

nilai tukar rupiah, Antara lain adalah memperkuat pengendalian inflasi, mendorong
sektor riil dari sisi suplai, menjaga stabilisasi rupiah, serta memperkuat likuiditas.
b) Pengaruh Inflasi dalam perekonomian Indonesia
Inflasi merupakan tolak ukur suatu negara dalam memperhitungkan keadaan
perekonomian negara tersebut, ketika inflasi suatu negara itu rendah maka bisa
dikatakan perekonomian di negara tersebut mengalami peningkatan yang ditandai
dengan harga-harga barang dan jasa yang relatif stabil dan diikuti dangan
produktivitas masyarakat yang meningkat. Maka sudah barang tentu pemerintah
khususnya pemegang otoriter moneter yaitu Bank Indonesia (BI) harus melakukan
pengawasan dan pengendalian melalui kebijakan-kebijakan yang nantinya akan

menekan lajunya tingkat inflasi dan mengarahkan agar inflasi terus dalam tren yang
menurun sehingga berada pada tingkat yang rendah dan sebanding dengan tingkat
inflasi negara di kawasan regional yang sudah berada pada kisaran 3%. Upaya
untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah dalam jangka menengah sangat relevan
untuk menjaga daya saing perekonomian domestik, terutama dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015.
c) Penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Penguatan nilai tukar rupiah akan memberikan sentimen positif kepada para pelaku
pasar sehingga menjadikan mata uang rupiah menguat terhadap mata uang negara
lain. penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak pekan lalu lebih disebabkan
karena faktor global dan tanggapan pelaku pasar yang positif terhadap paket
kebijakan

yang

telah

dikeluarkan

oleh

pemerintah.

Oleh

sebab

itu

kecil

kemungkinan ada manipulator yang mempermainkan nilai tukar rupiah. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan adanya dugaan manipulator yang membuat rupiah
mengalami pelemahan dan juga penguatan yang cukup besar dalam waktu singkat.
Artinya didalam permasalahan tersebut dibutuhkannya berbagai macam kebijakan
yang responsif terhadap perkembangan perekonomian baik dalam negeri maupun
global. Penguatan nilai tukar rupiah juga akan memberikan surplus perdagangan
karena melihat akan dimulianya integrasi ekonomi yang disebut AEC atau MEA yang
mana ketika mata uang rupiah dijadikan sebagai alat tukar yang dominan dalam
melakukan

transaksi

internasional,

mendapatkan surplus perdagangan.

maka

akan

membuat

negara

Indonesia

Tujuan Pelaksanaan Diskusi


Memberikan pemahaman tentang pengaruh kebijakan fiskal dalam perekonomian di



Indonesia
Memberikan Pengaruh Kedudukan Bank Indonesia Dalam Menjaga Kestabilan Ekonomi





Negara
Memahamkan Pengaruh Inflasi dalam perekonomian Indonesia
Memberikan pengetahuan tentang Penguatan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Memberikan sikap kritis dan responsif dari segala permasalahan di lingkungan terutama
terhadap kebijakan ekonomi khususnya sektor fiskal dan moneter

Waktu Pelaksanaan
Hari dan Tanggal

: Rabu, 23 Desember 2015

Pukul

: 13.00 WIB - Selesai

Tempat

: Gedung Kuliah Umum (GKU) UII

Pemateri Diskusi
Tema

: PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER INDONESIA DALAM
INTEGRASI EKONOMI ASEAN

Pemateri

:

1. Bank Indonesia Yogyakarta * (penyampaian materi tentang pengetahuan dan peran BI
tentang kebijakan moneter)
2. Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec* ( penyampaian materi tentang penyikapan peran
kebijakan fiskal dalam perekonomian Indonesia dalam perdagangan bebas ASEAN )
3. H. Nur kholis, S.Ag, M.Sh.Ec.* ( penyampaian materi tentang penyikapan penerapan
kebijakan moneter dalam integrasi ekonomi ASEAN)

Materi Diskusi

: (1) pengetahuan dan peran Bank Indonesia tentang kebijakan moneter,

(2) peran kebijakan fiskal dalam perekonomian indonesia fiskal dalam perekonomian Indonesia
dalam perdagangan bebas ASEAN, (3) penerapan kebijakan moneter dalam integrasi ekonomi
ASEAN

Perlengkapan yang disediakan



LCD Proyektor
Microfon

Penutup
Demikian Term of Reference (TOR) ini dibuat, semoga bermanfaat bagi pemateri dalam
pelaksanaan diskusi