ANALISIS PENGARUH ASPEK MONETER DAN FISK

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
ANALISIS PENGARUH ASPEK MONETER DAN FISKAL
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Angandrowa Gulo
ABSTRACT
This research based on the level of influence of monetary and fiscal aspect,
that is governmental expenditure (routine and development), money supply and
previous year of tax to economic growth of Indonesia. This research has a purpose
to analyse the monetary and fiscal aspect influence (governmental expenditure,
money supply and tax) and also economics condition to economic growth of
Indonesia The analysis uses Ordinary Least Square (OLS) method. For this
analysis aim, use a secondary database in time series form, 1988 – 2007, that is
data of governmental expenditure (routine and development), money supply,
acceptance of tax and PDB of Indonesia. The Data obtained from Treasury
Department, Central Bureau of Statistics, and other sources that is research result
and journals. Result of research indicate that the monetary and fiscal aspect had a
significantly effect to economic growth of Indonesia, with a determination
coefficient value (R2), in the amount of 99,54 percents. Partially, this analysis
result showed that the governmental expenditure (routine or development) had a
non significant and positively effect to economic growth of Indonesia, while money
supply and acceptance of year tax previously had a significantly and positive

effect to economic growth of Indonesia each at =1 % and 10 %. This means that
economic growth of Indonesia will progressively with increasing the governmental
expenditure, money supply, and tax acceptance of year previously. Pursuant to
result estimation model known that the economics condition hereafter economic
crisis had a significantly and negativ effect to economic growth of Indonesia. This
means that economic growth of Indonesia had an ugly progressively after
economic crisis in 1997.
------------Key words: economic growth, governmental expenditure, money supply, tax..

1. PENDAHULUAN
Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama
dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang ingin
dijadikan kenyataan tersebut dapat diimplementasikan melalui pembangunan
ekonomi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Oleh karena itu dalam Pembangunan Nasional intinya adalah untuk kesejahteraan
dan kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Sampai sekarang
pembangunan ekonomi belum banyak tersentuh dalam pembangunan, sehingga
perlu untuk ditingkatkan.
Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia

tahun 2007 diperkirakan mencapai atau setidaknya mendekati target yang
ditetapkan pemerintah di dalam APBN 2007. Momentum percepatan pertumbuhan

83
_____________
ISSN 0853 - 0203

1

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
sudah kembali hadir, sebagaimana ditandai oleh pertumbuhan produk domestik
bruto (PDB) yang praktis selama enam triwulan berturut-turut menunjukkan
peningkatan terus menerus. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia
sekitar 6,2 persen.
Kestabilan makro ekonomi cukup terjaga dengan kecenderungan membaik.
Hal ini antara lain tercermin dari nilai tukar Rupiah yang relatif tak bergejolak,
kecenderungan penurunan suku bunga, dan laju inflasi yang jauh lebih rendah dari
tahun 2006. Kinerja neraca pembayaran (balance of payments) juga membaik di
segala lini: akun perdagangan barang (trade account), akun semasa (current
account), maupun akun modal (capital account). Perbaikan kinerja neraca

pembayaran bermuara pada peningkatan cadangan devisa yang cukup signifikan.
Posisi cadangan devisa per 30 November 2007 tercatat sebesar US$54,9 miliar,
suatu peningkatan tajam dibandingkan posisi akhir tahun 2006 sebesar US$34,7
miliar.
Sementara itu, di pasar modal diwarnai oleh rekor-rekor baru IHSG
(indeks harga saham gabungan), SUN (Surat Utang Negara) yang terus diminati
oleh investor domestik maupun asing, serta ORI (Obligasi Republik Indonesia)
yang selalu terserap oleh investor perseorangan dengan nilai yang melebihi target.
Dilihat dari komposisi SUN yang dipegang oleh investor asing terlihat bahwa yang
jatuh tempo di atas 10 tahun menduduki porsi terbesar. Ini menandakan bahwa di
mata investor institusional asing, prospek ekonomi Indonesia dalam jangka
panjang cukup menjanjikan.
Sejak semester kedua 2007 ekspansi kredit perbankan meningkat relatif
tajam, dan lebih tinggi ketimbang peningkatan dana pihak ketiga. Sehingga, LDR
(loan-to-deposit ratio) juga naik mendekati 70 persen. Dari gambaran tersebut,
bahwa secara umum dan agregat, kinerja perekonomian Indonesia selama tahun
2007 menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Namun, jika kita telaah lebih
mendalam dan rinci, gambarannya tak sebaik tampak luar. Paling tidak, pola dan
arah perkembangan ekonomi menunjukkan mixed signals. Seandainya signals yang
terhadirkan lebih konsisten, niscaya perkembangan ekonomi Indonesia akan jauh

lebih baik dan sekaligus lebih tangguh dalam menghadapi goncangan eksternal dan
menjawab persoalan-persoalan sosial di dalam negeri.
Perkembangan perekonomian Indonesia akan dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah, khususnya kebijakan dibidang fiskal dan moneter, yaitu menyangkut
pengeluaran pemerintah (pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan),
jumlah uang beredar dan juga kebijakan tentang pajak. Dalam kenyataannya
kebijakan pemerintah dalam bidang fiskal dan moneter juga tergantung pada
kondisi perekonomian, dimana kebijakan fiskal dan moneter berbeda pada saat
kondisi sebelum krisis ekonomi terjadi dan kebijakan setelah krisis ekonomi
terjadi. Perkembangan pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar dan
penerimaan pajak di Indonesia tahun 2001 – 2006 adalah sebagaimana disajikan
pada tabel berikut:

84
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
Tabel 1.
Tahun


Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Uang Beredar dan
Pajak Tahun 2001 – 2006 (Milyar Rupiah)
Pengeluaran Pemerintah (G)
Rutin

Jumlah Uang Beredar (M)

Pajak (T)

Pembangunan

2001

190.092

125.664

844.053


179.892

2002

198.741

145.268

883.908

219.627

2003

208.584

162.008

955.692


254.147

2004

155.438

218.913

1.033.527

272.175

2005

117.817

279.952

1.203.215


297.844

2006
311.157
336.511
Sumber: BPS Indonesia, 2007.

1.382.074

416.313

Data Tabel 1. menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, jumlah uang
beredar maupun penerimaan pajak di Indonesia terus menunjukkan peningkatan
setiap tahun. Dengan meningkatnya pengeluaran tersebut diharapkan juga akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dilihat dari PDB yang semakin
meningkat.
Karena tujuan pengeluaran pemerintah baik rutin maupun
pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin
baik dan stabil sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena besarnya peranan kebijakan pemerintah di

bidang fiskal dan moneter baik pada kondisi sebelum krisis maupun setelah
terjadinya krisis ekonomi, perlu dilakukan suatu penelitian bagaimana pengaruh
kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Dalam hal ini kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter yang
dianalisis adalah pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan), jumlah uang
beredar dan pajak.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan kajian tentang kebijakan pemerintah khususnya
aspek fiskal dan moneter dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia selama kurun waktu 1988 – 2007. Adapun kebijakan aspek fiskal dan
moneter yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah untuk dana rutin (GR),
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan (GP), jumlah uang beredar (M2) dan
penerimaan pajak tahun sebelumnya (Tt-1) serta pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproxy dengan PDB.
Jenis data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait yaitu
Departemen Keuangan, BPS dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan
hasil penelitian.

85

_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
Data yang dibutuhkan untuk menjadi bahan analisis adalah pengeluaran
pemerintah untuk dana rutin dan pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan
pajak dan PDB Indonesia.
Pengaruh aspek fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia dispesifikasi dalam model yang akan dijadikan sebagai model penelitian
sebagai berikut:
LogPE = a0+a1Log GR + a2Log GP + a3Log M +a4Log Tt-1 + a5Dm +  ....(3.2)
Dimana:
PE
= pertumbuhan ekonomi Indonesia (Rp.)
GR
= pengeluaran pemerintah untuk dana rutin (Rp.)
GP
= pengeluaran pemerintah untuk pembangunan (Rp.)
M
= jumlah uang beredar (Rp.)

Tt-1
= penerimaan pajak tahun sebelumnya (Rp.)
Dm
= dummy variabel untuk kondisi perekonomian : D=0 kondisi
sebelum krisis ; D=1 kondisi setelah krisis ekonomi
a0
= intercept (konstanta)
a1,…,a5
= koefisien regresi

= kesalahan pengganggu
Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan hingga
tingkat kepercayaan 90 % atau  = 10 %. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji
serempak:
H0 : a1,….,a5 = 0; aspek fiskal dan moneter secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
H1 : a1,….,a5  0, aspek fiskal dan moneter secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah dengan uji
statistik F, dengan ketentuan: H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel, H0 ditolak jika Fhitung ≥
Ftabel.
F

=

JK reg / K
JKres / (n  k  1)

Dimana:
K
= jumlah variabel
N
= jumlah sampel
JK reg = jumlah kuadrat regresi
JK res = jumlah kuadrat residu
Sedangkan secara parsial, kriteria hipotesis adalah :
H0 : ai = 0; pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, pengeluaran pemerintah
untuk pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan pajak tahun sebelumnya
dan kondisi perekonomian tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
H1 : ai  0, pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, pengeluaran pemerintah
untuk pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan pajak tahun sebelumnya

86
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
dan kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah dengan uji
statistik t, dengan ketentuan: H0 di terima jika thitung < ttabel; H0 di tolak jika thitung >
ttabel.
t

b
se

Dimana :
b
se

= koefisien regresi
= standar error koefisien regresi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pertumbuhan PDB, Pengeluaran Pemerintah, Uang Beredar dan
Penerimaan Pajak
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1988 – 2007 menunjukkan
peningkatan setiap tahun, kecuali tahun 1998 sebagai akibat dari krisis ekonomi
yang terjadi mulai tahun 1997. Hingga saat terjadinya krisis ekonomi (hingga
tahun 1997), dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat
secara fluktuatif, dimana peningkatan yang terbesar terjadi pada tahun 1995
sebesar 8,24 %, dan yang paling rendah pada tahun 1997 sebesar 4,59 %. Selama
periode tahun 1988 – 1997 fluktuasi peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tergolong rendah, (diilustrasikan sebesar 8,24 – 4,59 % = 3,65 %).
Sebagai dampak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998 mengalami penurunan sebesar
13,24 %. Selanjutnya setelah krisis ekonomi pada periode 1999 – 2007, kecuali
untuk tahun 1999 dan tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil,
dengan pertumbuhan antara 3,83 – 5,67 %, yang berarti fluktuasinya cukup rendah,
yaitu 5,67 – 3,83 = 1,84 %), yang berarti cukup stabil. Dengan demikian
pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabil pada kondisi sebelum krisis ekonomi
dibandingkan setelah krisis ekonomi, karena salah satu indikator baiknya
pertumbuhan ekonomi adalah stabilitas pertumbuhan ekonomi, bukan besarnya laju
pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pemerintah terdiri dari dua jenis, yaitu rutin dan
pembangunan. Pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah bertujuan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana yang sangat mendukung
untuk pertumbuhan perekonomian di berbagai daerah di Indonesia. Dana yang
dibutuhkan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan tersebut merupakan
bagian anggaran belanja negara yang dialokasikan pemerintah kepada daerahdaerah setiap tahun anggaran.
Hingga tahun 1997 pengeluaran pemerintah menunjukkan peningkatan
setiap tahun dengan fluktuasi yang cukup tinggi, antara 4,69 % - 57,43 % untuk
pengeluaran rutin dan 15,32 % - 54,57 % untuk pengeluaran pembangunan.
Namun sebagai akibat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, kemampuan

87
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
keuangan pemerintah sangat rendah sehingga pengeluaran pemerintah menurun
tahun 1998 s/d 1999 untuk pengeluaran rutin dan tahun 1998 s/d 2000 untuk
pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2000 pengeluaran rutin mulai
meningkat, sedangkan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan mulai
mengalami peningkatan kembali sejak tahun 2001.
Jumlah uang beredar pada tahun 1988 sebesar Rp. 51.135 milyar kemudian
terus meningkat setiap tahun hingga tahun 1997 pada saat terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia menjadi sebesar Rp. 355.642,86 milyar. Peningkatan jumlah
uang beredar pada periode sebelum krisis mulai tahun 1988 s/d 1996 antara 17,05
% - 39,51 %. Kemudian pada periode setelah krisis ekonomi, yaitu tahun 1998 s/d
2007 terjadi peningkatan jumlah uang beredar yang cukup fluktuatif, antara 4,72 %
- 62,35 %. Fluktuasi peningkatan jumlah uang beredar tersebut selama periode
setelah krisis terjadi setiap tahun, walaupun jumlah uang beredar tetap meningkat
setiap tahun.
Pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah hanya dapat berlangsung jika
dana cukup tersedia. Salah satu sumber dana pemerintah yang cukup besar hingga
saat ini bersumber dari penerimaan pajak. Penerimaan pemerintah dari sumber
pajak menunjukkan peningkatan setiap tahun sebagaimana disajikan pada tabel
berikut.
Hingga tahun 1999 penerimaan pajak menunjukkan peningkatan yang
cukup besar antara 12,70 % - 29,90 %. Selanjutnya sejak tahun 2000 hingga tahun
2007 penerimaan pajak sangat fluktuatif, yaitu antara 7,07 % - 77,34 %. Pada tahun
2001 peningkatan penerimaan pajak sebesar 77,34 % sebagai akibat kebijakan
pemerintah untuk menaikkan tarif pajak, termasuk pajak bumi dan bangunan, pajak
kenderaan bermotor dan pajak lainnya.
3.2. Hasil Estimasi dan Pembahasan
Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka
dilakukan estimasi dengan model Ordinary Least Square (OLS), sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Estimasi Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia

-------------------------------------------------------------------------------------------LogPE = 10,331 + 0,006 LogGR + 0,021 LogGP + 0,260 LogM + 0,050 LogT (t-1) - 0,138 DM
Std.Er. : (0,029)
(0,027)
(0,032)
(0,024)
(0,014)
t-stat
: (0,829)ns
(0,810)ns
(8,128)***
(2,052)*
(-9,554)***
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------R2
:0,9954
F-stat
: 562,652***
Prob
: 0,000
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ket.

: ns = non signifikan
* = signifikan pada  =10 %.
*** = signifikan pada  =1 %.
Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,9954 berarti secara keseluruhan
variabel pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, pengeluaran pemerintah untuk

88
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan pajak tahun sebelumnya serta
kondisi perekonomian Indonesia sebelum dan sesudah krisis ekonomi mampu
menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 99,54 persen selama
kurun waktu yang diteliti.
Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 562,652 yang signifikan pada
tingkat keyakinan 99 persen atau =1 %; berarti bahwa secara bersama-sama
(simultan) variabel pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, pengeluaran
pemerintah untuk pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan pajak dan
kondisi perekonomian mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan uji t-statistik (uji secara parsial), dapat diketahui bahwa
variabel jumlah uang beredar, penerimaan pajak tahun sebelumnya dan dummy
variabel kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, sedangkan pengeluaran pemerintah untuk dana rutin dan
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan tidak berpengaruh signifikan. Berikut
ini hasil uji t dari masing-masing variabel bebas.
a. Pengeluaran Pemerintah untuk Dana Rutin
Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk dana
rutin berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini
berarti bahwa semakin meningkat pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi
pengeluaran pemerintah untuk dana rutin sebesar 0,006 berarti bahwa setiap
peningkatan pengeluaran pemerintah untuk dana rutin sebesar 1 persen, maka
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,006 persen, ceteris
paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, pengeluaran
pemerintah untuk dana rutin bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari
hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 0,22 yang lebih kecil
dibandingkan t-tabel ( 10 % = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran
pemerintah untuk dana rutin tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Alokasi penggunaan pengeluaran rutin oleh pemerintah pada umumnya
adalah untuk membayar gaji/honor pegawai dan biaya-biaya rutin lainnya yang
tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan perekonomian. Oleh karena itu
pengaruh tidak signifikan dari pengeluaran pemerintah untuk dana rutin diduga
berhubungan dengan penggunaan dana rutin tersebut yang tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan perekonomian.
Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk dana
rutin berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran rutin pemerintah bertujuan agar pelaksanaan pelayanan publik yang
diberikan oleh pemerintah dapat berlangsung sebagaimana direncanakan. Oleh
karena itu pengeluaran rutin pada umumnya adalah biaya pegawai dan belanja rutin
alat-alat perkantoran dan dinas, yang bertujuan untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas-tugas aparatur negara. Dengan demikian, bahwa pengeluaran

89
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
rutin pemerintah tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas
perekonomian, sehingga pengeluaran rutin tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nurlina (2004) bahwa
pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
di Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil temuan ini juga sejalan dengan studi yang
dilakukan Nasution (2005) bahwa pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di Indonesia. Pengeluaran
rutin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan dampak tidak
langsung, karena pengeluaran rutin tidak secara langsung berhubungan dengan
aktivitas ekonomi, sehingga berpengaruh tidak signifikan.
b. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan
Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal
ini berarti bahwa semakin meningkat pengeluaran pemerintah untuk pembangunan,
maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sebesar 0,021 berarti bahwa setiap
peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sebesar 1 persen, maka
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,021 persen, ceteris
paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, pengeluaran
pemerintah untuk pembangunan bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil pengujian terhadap nilai t- statistik diperoleh nilai 0,810 yang lebih kecil
dibandingkan t-tabel ( 10 % = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran
pemerintah untuk pembangunan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal ini diduga berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan yang
dimulai pada sekitar bulan April dan Agustus hingga bulan Oktober dan Desember
setiap tahun, sehingga pelaksanaan pembangunan pada tahun berjalan belum secara
langsung memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu
pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah sebahagian merupakan pembangunan
yang bersifat stimulus, yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan tersebut akan
merangsang aktivitas perekonomian yang ada di suatu wilayah, oleh karena itu
pelaksanaan pembangunan tersebut membutuhkan waktu untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan bertujuan agar roda
perekonomian dapat berkembangan dengan semakin meningkatnya pembangunan
sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah. Adanya pembangunan
sarana dan prasarana oleh pemerintah secara langsung dapat mempengaruhi
perekonomian suatu daerah dan memberikan efek pengganda.
Hal ini sesuai dengan Wijaya (2000) yang mengatakan bahwa pengeluaran
pemerintah mempunyai efek pengganda (multiplier effect) dan merangsang
kenaikan pendapatan nasional yang lebih besar daripada pembayaran dalam jumlah

90
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
yang sama. Pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan serta produksi
secara berganda sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan
kerja penuh (full employment) karena ia menaikkan permintaan agregatif
didasarkan pada anggapan bahwa pengeluaran pemerintah tidaklah pada proyekproyek yang menghalangi atau menggantikan investasi sektor swasta. Karena
pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah sebenarnya bertujuan untuk
membangun sarana dan prasarana yang bermanfaat dan memudahkan bagi investor
dalam melakukan investasi.
Oleh karena itu investasi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta. Pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah tidak secara langsung berpengaruh terhadap
peningkatan perekonomian masyarakat melalui pendapatan dan kesempatan kerja,
tetapi memberikan sarana dan prasarana bagi kelancaran investasi oleh pihak
swasta. Investasi pihak swasta inilah yang secara langsung berdampak terhadap
perekonomian masyarakat karena akan memberikan lapangan kerja dan pendapatan
yang cukup lama kepada masyarakat.
Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang tidak signifikan juga
berhubungan dengan jumlah dana yang dialokasikan pemerintah untuk
pembangunan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik ekonomi
Indonesia, rata-rata biaya pembangunan yang dikeluarkan pemerintah selama
periode penelitian adalah sebesar 47,22 % dari total pembiayaan pemerintah yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
c. Jumlah Uang Beredar
Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah uang beredar berhubungan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin
meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
semakin meningkat. Koefisien regresi jumlah uang beredar sebesar 0,26 berarti
bahwa setiap peningkatan jumlah uang beredar sebesar 1 persen, akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,26 persen, ceteris
paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, jumlah uang
beredar bersifat inelastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil pengujian
terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 8,128 yang lebih besar dibandingkan t- tabel ( 1
% = 2,977). Hal ini berarti bahwa variabel jumlah uang beredar berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dari hasil estimasi diketahui bahwa jumlah uang beradar berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini
sesuai dengan hipotesa Keynes, yakni, penawaran uang (Money Supply) memiliki
pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi
kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan
(menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor untuk
melakukan investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output dan
memicu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang akan memiliki
hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan berdampak

91
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat pada penurunan
output.
Untuk menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya. Dengan
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan uang
beredar dan suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian
tujuan kestabilan nilai uang tidak boleh dilakukan secara fleksibel. Hal ini akan
mempersulit dan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terkendala dan lesu jika
Bank Indonesia terlalu intervensi dalam hal pengendalian jumlah uang beredar.
Sebaliknya, pengendalian uang beredar dan suku bunga tidak boleh terlalu longgar
karena akan menyebabkan tidak terpeliharanya kestabilan nilai uang, yang akan
mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat dan mempersulit perencanaan
bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan yang dilakukan oleh bank
sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan kebijakan moneternya baik
melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga.
Jumlah uang beredar, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 1970 – 2002, menemukan bahwa jumlah uang beredar (M2) memiliki
hubungan dengan tingkat bunga (i) dan pertumbuhan ekonomi (PDB) memiliki
hubungan dengan jumlah uang beredar (M2) secara signifikan.
Terdapat hubungan jangka panjang yang stabil antara kebijakan
pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, jumlah uang
beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan jangka pendek
dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti dalam periode yang sama, jumlah
uang beredar akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
PDB berkorelasi erat dengan peubah moneter antara lain nilai tukar rupiah,
jumlah uang beredar terutama uang kartal, dan besarnya KLBI yang dikeluarkan
oleh pemerintah, posisi kredit sektoral dan suku bunga kredit. Hubungan korelasi
ini menunjukkan angka positif, yang memberi pengertian bahwa perkembangan
indikator moneter secara parsial searah dengan perkembangan PDB.
d. Penerimaan Pajak Tahun Sebelumnya
Hasil estimasi menunjukkan bahwa penerimaan pajak tahun sebelumnya
berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti
bahwa semakin meningkat penerimaan pajak tahun sebelumnya, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi
penerimaan pajak tahun sebelumnya sebesar 0,05 berarti bahwa setiap peningkatan
penerimaan pajak tahun sebelumnya sebesar 1 persen, maka menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,05 persen,
ceteris paribus.
Penerimaan pajak tahun sebelumnya bersifat inelastis terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 2,052 yang lebih
besar dibandingkan t-tabel ( 10 % = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel
penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Dari hasil estimasi diketahui bahwa penerimaan pajak tahun sebelumnya
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehubungan

92
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
dengan kondisi tersebut, bahwa ekstensifikasi pajak dan retribusi di daerah-daerah
cukup menghambat aktivitas perekonomian, dari sisi meningkatnya biaya
transaksi, yang pada gilirannya menahan laju perkembangan ekonomi daerahdaerah itu sendiri pada tahun berjalan. Sementara itu, kebijakan-kebijakan daerah
yang difokuskan pada usaha-usaha yang memberikan kontra-prestasi atau layanan
kepada para pembayar pajak dan retribusi cenderung diabaikan. Pungutan pajak
tahun berjalan baru akan dapat digunakan pada periode tahun selanjutnya, sehingga
penerimaan pajak tahun sebelumnya akan menjadi dana pemerintah salah satu
untuk pengeluaran pembangunan pada tahun selanjutnya. Hal ini sesuai bahwa
variabel kebijakan fiskal, meliputi investasi pemerintah, pajak, dan utang luar
negeri, tidak memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian, bahwa kebijakan fiskal pada tahun berjalan dapat saja
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam jangka panjang
dana yang diperoleh dari kebijakan pemerintah tersebut akan digunakan sebagai
dana pembiayaan pemerintah. Penemuan tersebut mendukung adanya pendapat
bahwa pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia.
e. Dummy Variabel Kondisi Perekonomian
Hasil estimasi menunjukkan bahwa kondisi perekonomian berhubungan
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa terjadinya
krisis ekonomi di Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Nilai koefisien regresi dummy variabel kondisi perekonomian
sebesar -0,138 berarti bahwa setelah terjadinya krisis ekonomi menyebabkan
penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,138 persen, ceteris paribus.
Dari hasil pengujian terhadap nilai t- statistik diperoleh nilai -9,554 yang lebih kecil
dibandingkan -t-tabel ( 1 % = 2,977). Hal ini berarti bahwa dummy variabel kondisi
perekonomian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tingkat kepercayaan 99% atau  1%.
Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinieeritas
Untuk mendeteksi masalah multikolinearitas dilakukan dengan
membandingkan nilai R2y.x dengan nilai R2x.x. Uji korelasi parsial (partial
correlation examination) dilakukan dengan model:
Tabel 3. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas
LogPE
LogGR
LogGP
LogM
LogT(t-1)
DM

Variabel
= f(LogGR, LogGP, LogM, LogT(t-1), DM)
= f (Log GP, LogM, LogT(t-1), DM)
= f (Log GR, LogM, LogT(t-1), DM)
= f (LogGP, LogGr, LogT(t-1), DM)
= f(LogM, LogGP, LogGR, DM)
= f (LogT(t-1), LogM, LogGP, LogGR)

(Model 1)
(Model 2)
(Model 3)
(Model 4)
(Model 5)
(Model 6)

Nilai R2
0,9954
0,9711
0,9786
0,9747
0,9767
0,9429

93
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi
(R2) regresi parsial Model 1 lebih besar dari nilai koefisien determinasi regresi
Model 2 s/d Model 6. Karena nilai koefisien regresi uji parsial tidak ada yang lebih
besar dari nilai koefisien regresi model 1, maka dapat disimpulkan bahwa pada
model tersebut tidak ditemukan masalah multikolinieritas.
b. Autokorelasi
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan
melalui uji Lagrange Multiplier Test (LM Test).
Tabel 4. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi dengan LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
0.119130 Probability
Obs*R-squared
0.402814 Probability

0.888822
0.817579

Hasil uji LM test di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai X 2hitung
(Obs*R-squared) = 0,4028 dengan probability 0,8175 yang berarti tidak signifikan.
Dengan demikian dalam model yang diestimasi tersebut tidak mengandung
korelasi serial (autokorelasi) antar faktor pengganggu (error term).
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa aspek fiskal dan moneter secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah
(baik rutin dan pembangunan) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan jumlah uang beredar dan
penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan semakin meningkat dengan meningkatnya
pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, dan penerimaan pajak tahun
sebelumnya.
3. Berdasarkan hasil estimasi model diketahui bahwa kondisi perekonomian
sesudah krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia semakin buruk setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997.
4.2. Saran
1. Jumlah uang beredar memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu disarankan kepada otoritas
moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar hingga tingkat yang tidak
memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa jumlah uang beredar masih dapat
ditingkatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

94
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
2. Pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) memberikan pengaruh yang
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena pengeluaran rutin
tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas perekonomian, demikian
juga pengeluaran pembangunan yang pada umumnya untuk pembangunan
sarana dan prasarana sehingga dampaknya tidak secara langsung dirasakan
pada tahun pembangunannya. Sehubungan dengan hal tersebut kepada
pemerintah disarankan agar melakukan evaluasi terhadap efektivitas
pengeluruan rutin serta meningkatkan jumlah pengeluaran khususnya untuk
pembangunan pada tahun-tahun yang akan datang dengan prinsip akuntabilitas
dan tepat sasaran (efektif).
3. Dianggap perlu untuk mengkaji kembali penelitian ini (atas masalah yang
sama) dengan menggunakan metode pendekatan, serta konsep peninjauan yang
berbeda agar dapat dilakukan studi komparasi dan mendukung temuan-temuan
baru.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., 2003. Alokasi Investasi Sektor Publik dan Pengaruhnya Terhadap
Konvergensi Ekonomi Regional di Indonesia. Media Ekonomi 13 (20): 5971.
Hutabarat, Budiman, A. Husni Malian, Adimesra Djulin, Tri Bastuti Purwantini dan
Sumedi, 2001. Analisis Kebijaksanaan Moneter Mendukung Sektor
Pertanian Andalan. Buletin AgroEkonomi, Volume 1, Nomor 3, Mei.
Kadin, 2008. Catatan Akhir Tahun Kadin Indonesia, Kadin – Indonesia, Jakarta,
http://id.inti.or.id.
Naury, Sanny, 2005,
Analisis Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1970 – 2002, Tesis Magister
Sains, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nasution, Armin Rahmansyah, 2005. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia.
Tesis. Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Nurlina, 2004, Analisis Pengaruh Pengeluaran Rutin Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis. Magister
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Seftarita, Chenny, 2005, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia, Tesis Magister Sains, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wijaya, M. Faried, 2000. Ekonomikamakro: Seri Pengantar Ekonomika. BPFE,
Yogyakarta.

95
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611

96
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
Lampiran 1. Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga Konstan, Tahun
1988 – 2007
Tahun
PDB (Milyar Rp.)
1988
819.960,60
1989
882.393,80
1990
948.213,50
1991
1.014.760,50
1992
1.083.350,60
1993
1.156.505,30
1994
1.244.467,60
1995
1.347.040,90
1996
1.451.727,90
1997
1.518.293,60
1998
1.317.245,10
1999
1.325.352,10
2000
1.389.770,20
2001
1.443.014,60
2002
1.504.380,60
2003
1.572.159,30
2004
1.656.757,54
2005
1.750.656,10
2006
1.846.654,90
2007
1.901.147,50
Rata-rata
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Peningkatan (%)
7,61
7,46
7,02
6,76
6,75
7,61
8,24
7,77
4,59
-13,24
0,62
4,86
3,83
4,25
4,51
5,38
5,67
5,48
2,95
4,64

97
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
Lampiran 2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Tahun 1988 – 2007
Tahun

Pengeluaran Rutin
(Milyar Rp.)

Peningkatan
(%)

1988
20.066,00
1989
26.973,00
34,42
1990
31.919,00
18,34
1991
44.023,00
37,92
1992
57.376,00
30,33
1993
64.792,00
12,93
1994
67.831,00
4,69
1995
81.219,00
19,74
1996
113.998,00
40,36
1997
179.463,00
57,43
1998
104.343,00
-41,86
1999
91.634,00
-12,18
2000
157.311,00
71,67
2001
160.092,00
1,77
2002
168.741,00
5,40
2003
182.584,00
8,20
2004
230.438,00
26,21
2005
327.817,00
42,26
2006
454.157,00
38,54
2007
558.443,00
22,96
Rata-rata
22,06
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Pengeluaran Pemb.
(Milyar Rp.)

8.898,00
13.130,00
16.225,00
19.068,00
22.912,00
27.227,00
31.398,00
41.084,00
63.503,00
88.928,00
76.283,00
68.448,00
59.719,00
125.664,00
145.268,00
162.008,00
218.913,00
279.952,00
336.511,00
381.128,00

Peningkatan
(%)

47,56
23,57
17,52
20,16
18,83
15,32
30,85
54,57
40,04
-14,22
-10,27
-12,75
110,43
15,60
11,52
35,12
27,88
20,20
13,26
24,48

98
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
Lampiran 3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar, Tahun 1988 – 2007
Tahun

Jumlah Uang Beredar
(Milyar Rp.)
51.135,00
71.338,00
84.630,00
99.058,00
119.053,00
145.202,00
174.512,00
222.638,00
288.632,00
355.642,86
577.381,33
646.205,00
747.028,00
844.053,00
883.908,00
955.692,00
1.033.527,00
1.203.215,00
1.382.074,00
1.643.203,00

1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Rata-rata
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Peningkatan (%)
39,51
18,63
17,05
20,19
21,96
20,19
27,58
29,64
23,22
62,35
11,92
15,60
12,99
4,72
8,12
8,14
16,42
14,87
18,89
20,63

99
_____________
ISSN 0853 - 0203

VISI (2008) 16 (3) 595 - 611
Lampiran 4. Perkembangan Penerimaan Pajak Tahun 1988 – 2007
Tahun
Pajak (Milyar Rp.)
1988
11.688,00
1989
14.909,00
1990
18.241,00
1991
22.548,00
1992
28.850,00
1993
33.848,00
1994
40.074,00
1995
45.023,00
1996
55.987,00
1997
64.715,00
1998
72.931,00
1999
94.740,00
2000
101.437,00
2001
179.892,00
2002
219.627,00
2003
254.140,00
2004
272.175,00
2005
297.844,00
2006
416.313,00
2007
509.462,00
Rata-rata
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Peningkatan (%)
27,56
22,35
23,61
27,95
17,32
18,39
12,35
24,35
15,59
12,70
29,90
7,07
77,34
22,09
15,71
7,10
9,43
39,78
22,37
22,79

100
_____________
ISSN 0853 - 0203