PEMBELAJARAN SPEAKING DENGAN PROJEK CERD

Oleh LAILY AMIN FAJARIYAH, M.Pd NIP. 19861021 201001 2 014 Bahasa Inggris

Disajikan dalam Forum Ilmiah Guru

SMPN 5 Panggang Gunungkidul D.I.Yogyakarta

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, mengesahkan karya ilmiah best practice berjudul

PEMBELAJARAN SPEAKING DENGAN PROJEK CERDIG DI KELAS VIII SEMESTER 2 SMPN5 PANGGANG TA 2015/2016

Adalah karya inovasi pembelajaran yang dibuat oleh LAILY AMIN FAJARIYAH, M.Pd

Gunungkidul, Agustus 2016 Yang mengesahkan, Kepala Sekolah SMPN 5 Panggang

PUNIDI, S.Pd, MM NIP. 19630201 198903 1 014

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya karya ilmiah yang saya susun sebagai syarat mengikuti FIG seluruhnya merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba karya ilmiah di tempat lain maupun dipublikasikan.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan karya ilmiah yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya ilmiah ini bukan hasil karya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi-sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Panggang, Agustus 2016 Peserta Forum Ilmiah Guru

Laily Amin Fajariyah, M.Pd NIP. 19861021 201001 2 014

KATA PENGANTAR

Pertama, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan taufikNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa laporan best practice ini. Karya tulis ilmiah dengan judul: “PEMBELAJARAN SPEAKING DENGAN PROJEK CERDIG DI KELAS

VIII SEMESTER 2 SMPN5 PANGGANG TA 2015/2016” ini ditulis dalam rangka mendokumentasikan kegiatan pembelajaran terbaik yang telah dilakukan penulis. Karya tulis ini akan diikutkan dalam “Forum Ilmiah Guru Tingkat Nasional Tahun 2016”.

Kedua, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepala SMP Negeri 5 Panggang yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran di SMP N 5 Panggang.

2. Siswa Kelas VIII Tahun Ajaran 2015/2016 SMPN 5 Panggang yang selalu mau bekerja sama dengan penulis dalam praktik-praktik inovasi pembelajaran yang dilakukan penulis, khususnya di projek cerdig kali ini.

3. Teman sejawat penulis, guru-guru dan karyawan SMP Negeri 5 Panggang yang telah bersedia menjadi pengamat dan teman sharing dalam inovasi praktik pembelajaran ini.

4. Ibu Itje Chotijah dari British Council yang memberikan tantangan untuk melakukan projek digital storytelling kepada penulis pada saat penulis mempresentasikan karyanya di Parallel Session Seminar TEFLIN di Surabaya Tahun 2012.

5. Tidak pernah lupa, penulis selalu berterima kasih kepada dua lelaki yang selalu mendukungnya meraih impian dan kebahagiaan, Kim Kapmun dan

Kim Do Hyeong, “감사합니다그리고진심으로사랑합니다 ”

Akhir kata, penulis berharap, semoga makalah best practice ini dapat bermanfaat. Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan di masa mendatang.

Gunungkidul, Agustus 2016

PEMBELAJARAN SPEAKING DENGAN PROJEK CERDIG DI KELAS VIII SEMESTER 2 SMPN 5 PANGGANG TA 2015/2016

Laily Amin Fajariyah, M.Pd (Guru Bahasa Inggris SMPN 5 Panggang)

Ringkasan

Projek Cerdig adalah salah satu proses pembelajaran Bahasa Inggris berbasis teknologi yang didesain untuk meningkatkan pembelajaran speaking atau berbicara khususnya teks monolog naratif di kelas VIII Semester 2 SMPN 5 Panggang, Gunungkidul Tahun Ajaran 2015/2016. Projek ini mengadaptasi model pembelajaran speaking berbasis proses (Nation dan Newton, 2009: 125-7), pembelajaran menulis berbasis proses (Hyland, 2003: 10-14) dan model pengembangan pembelajaran multimedia Lee dan Owens (2004) yang terdiri dari beberapa langkah: (1) pemilihan topik, (2) desain (pengorganisasian ide), (3) pengembangan, (4) evaluasi, dan (5) publikasi.

Hasil dari projek cerdig ini adalah empat karya cerdig siswa yang menceritakan cerita legenda lokal dari Indonesia. Keempat produk cerdig tersebut berjudul: (1) “the Legend of Banyuwangi”, (2) “the Legend of Danau Toba”, (3) the Legend of Tangkuban Perahu, dan (4) Malinkundang. Produk tersebut bisa diakses di media sosial www.youtube.com .

Pembelajaran dengan projek cerdig ini diyakini mampu: (1) membuat siswa merasa senang saat pembelajaran speaking; (2) meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran speaking; (3) meningkatkan keterampilan speaking siswa dalam bercerita legenda lokal; (4) meningkatkan keterampilan TIK siswa khususnya browsing, mengunduh berkas, dan membuat movie dengan Windows Movie Maker 2.6.

Kata kunci: projek, cerdig, speaking, naratif

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 34

Lampiran I. Contoh Naskah/Script Hasil Gubahan Siswa ........................ 34 Lampiran II. Contoh Storyboard ............................................................... 39 Lampiran III. Printscreen Produk Cerdig .................................................. 45 Lampiran IV. Printscreen Produk Cerdig.................................................. 49 Lampiran V. Contoh Hasil Survey Dan Rekapannya Serta Sampel Penilaian Antar Teman .............................................................................. 52 Lampiran VI. Praktik Speaking ................................................................ 55

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun ajaran 2015/2016, SMPN 5 Panggang, Gunungkidul masih menyelenggarakan pembelajaran dengan Kurikulum 2006 (KTSP). Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di SMP menurut kurikulum ini adalah mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi tertentu (Permendiknas no 22 tahun 2006). Sesuai dengan tujuan tersebut, pembelajaran Bahasa Inggris mencakup empat keterampilan yaitu listening/menyimak dan speaking/berbicara untuk komunikasi lisan dan reading/membaca dan writing/menulis untuk kompetensi berkomunikasi dalam bentuk tulis. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar selama 6 tahun di SMPN 5 Panggang, dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan speaking adalah keterampilan yang paling dianggap sulit oleh siswa.

Salah satu contoh keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran speaking siswa kelas VIII semester 2 adalah siswa harus mampu mengungkapkan makna retorika dalam bentuk teks narrative dan recount (KD 10.2). Namun kenyataanya, masih banyak siswa yang belum mampu memenuhi atau memiliki kompetensi yang disyaratkan. Berdasarkan pengamatan saya di Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016, siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan makna secara lisan dalam bentuk monolog. Saat mereka diberikan tugas bercerita (storytelling) tentang Cinderella, sebagian besar siswa masih belum bisa melakukannya. Dari 27 siswa, hanya ada empat siswa yang menceritakan cerita Cinderella dengan lancar dan keempatnya adalah siswa yang mengikuti ekstra storytelling dari kelas VII. Sedangkan siswa lainnya hanya bisa menceritakan satu atau dari enam paragraph yang ada dengan cara menghafal. Bahkan, beberapa siswa hanya mengungkapkan satu kalimat pembuka saja lalu lupa dan mundur kembali ke tempat duduknya.

Hal ini menyebabkan belum tercapainya kompetensi KD 10.2 khususnya Hal ini menyebabkan belum tercapainya kompetensi KD 10.2 khususnya

58.57 jauh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk Kompetensi Dasar 10.2 yaitu 67. Adapun ketuntasan klasikal hanya 14.81%, yaitu hanya terdapat 4 siswa dari 27 siswa kelas VIII yang bisa tuntas.

Pada kenyataannya, guru bisa menyampaikan aktivitas pembelajaran speaking yang lebih bervariasi dan menyenangkan. Ada beberapa fasilitas yang bisa dipergunakan guru untuk mendukung pembelajaran di kelas. Meskipun sekolah ini adalah sekolah kecil yang terletak di daerah perbatasan, SMPN 5 Panggang mempunyai fasilitas yang sangat lengkap. Sekolah ini mempunyai 11 PC, 4 laptop dan 1 netbook serta 3 LCD projektor dilengkapi dengan layarnya yang sudah dipasang di setiap kelas. Di halaman sekolah ini juga sudah didirikan pemancar internet dari tahun 2011 sehingga warga sekolah bisa memanfaatkan jaringan internet 24 jam. Fasilitas-fasilitas tersebut perlu diberdayakan semaksimal mungkin untuk membantu peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ini.

Selain adanya fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang disediakan oleh sekolah, siswa kelas VIII SMPN 5 Panggang rata-rata adalah siswa usia 11 sampai 15 tahun yang sudah melek teknologi. Mereka termasuk generasi Z atau disebut juga digital native yaitu generasi yang lahir antara tahun 1997-2005 yang salah satu cirinya adalah mempunyai kecepatan beradaptasi dengan teknologi ( www.generationz.com.au ). Sebagian besar dari mereka adalah pengguna internet dalam kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan smartphone atau telepon pintar mereka untuk mengakses internet dan bersosialisasi melalui jaringan media social seperti facebook, BBM, WA, Instagram, dan sebagainya. Pemanfaatan teknologi tersebut masih perlu bimbingan. Kegunaan internet dan perangkat tersebut bisa lebih dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran mereka di kelas.

Setelah menganalisa kekurangan siswa dalam pembelajaran berbicara dan mengkaji kelebihan sekolah ini dalam hal fasilitas serta kelebihan siswa sebagai Setelah menganalisa kekurangan siswa dalam pembelajaran berbicara dan mengkaji kelebihan sekolah ini dalam hal fasilitas serta kelebihan siswa sebagai

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut, “Bagaimanakah cara memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan pembelajaran speaking di kelas

VIII Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016?”

C. Tujuan

Untuk menjawab pertanyaan di rumusan masalah di atas, tujuan studi ini adalah: “Untuk mencari solusi untuk meningkatkan pembelajaran speaking kelas

VIII Semester 2 dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta keterampilan TIK siswa.”

D. Manfaat

Studi ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoreitis maupun praktis. Secara teoritis diharapkan hasil dari studi ini akan memberikan tambahan ilmu pengetahuan terutama dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, khususnya Bahasa Inggris.

Sedangkan secara praktis, studi ini diharapkan memberikan manfaat untuk kelompok berikut ini:

1. Guru Bahasa Inggris SMPN 5 Panggang

Studi ini diharapkan dapat memotivasi Guru Bahasa Inggris SMPN 5 Panggang untuk lebih peka terhadap lingkungan dan memanfaatkan kelebihan yang ada di sekitar khususnya fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris di kelas.

2. Siswa Kelas VIII SMPN 5 Panggang

Dengan studi ini diharapkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris di kelas, khususnya kelas speaking akan meningkat. Peningkatan ini bisa dirasakan oleh siswa kelas VIII SMPN 5 Panggang sehingga mereka diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada dan memiliki keterampilan berbicara Bahasa Inggris.

3. Guru Lainnya

Hasil studi ini diharapkan bisa menjadi salah satu contoh model pembelajaran dengan memanfaatkan TIK untuk guru lainnya baik di SMPN 5 Panggang maupun di sekolah lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Untuk menjawab pertanyaan di bab sebelumnya, beberapa teori perlu dikaji. Teori tersebut antara lain: teknologi dalam pembelajaran, pembelajaran berbicara/speaking dan pembelajaran berbasis projek, serta digital storytelling (cerita digital).

1. Teknologi dalam Pembelajaran

Teknologi semakin penting dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Di setiap aspek kehidupan membutuhkan teknologi. Ada dua paham yang mendorong penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan, yaitu: (1) keberadaan teknologi di segala aspek, sehingga diperlukan juga di dunia pendidikan, dan (2) banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis teknologi menggunakan komputer sangat efektif. Di samping itu, anak-anak saat ini adalah digital natives yang tumbuh dan berkembang bersama teknologi sehingga mereka akan percaya diri dan nyaman dengan teknologi (Dudeney and Hockly, 2007: 5- 9).

Pembelajaran berbasis Teknologi, Informasi dan Komunikasi adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis teknologi sudah banyak diterapkan. Pembelajaran ini diyakini memiliki beberapa manfaat. Menurut Robyler & Doering (2013: 25) manfaat tersebut antara lain: (1) menggali perhatian siswa, (2) mendukung operasional dalam pembelajaran tingkat tinggi, (3) mengilustrasi relevansi dunia nyata melalui presentasi visual, (4) melibatkan siswa dalam karya produksi, (5) melibatkan siswa dalam pembelajaran nyata dan kolaborasi.

Dalam pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran, ada beberapa model pembelajaran multimedia. Salah satunya dari Lee dan Owens (2004) yang menyampaikan proses pengembangan pembelajaran multimedia melalui beberapa Dalam pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran, ada beberapa model pembelajaran multimedia. Salah satunya dari Lee dan Owens (2004) yang menyampaikan proses pengembangan pembelajaran multimedia melalui beberapa

2. Pembelajaran berbicara/speaking dan Pembelajaran Berbasis Projek

Pembelajaran speaking di Kelas VIII Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 tercakup dalam Permendiknas no 22 Tahun 2006 dan dijabarkan di Standar Kompetensi 9 dan 10. Standar Kompetensi 9 mencakup keterampilan siswa dalam mengungkapkan makna secara lisan dalam ungkapan dialog transaksional dan interpersonal. Sedangkan Standar Kompetensi 10 memuat keterampilan siswa dalam mengungkapkan makna secara lisan berbentuk teks fungsional pendek untuk kompetensi dasar 10.1 dan teks monolog sederhana berbentuk naratif dan recount untuk Kompetensi Dasar 10.2. Tabel 1 di bawah ini akan menjabarkan komptensi dasar untuk speaking monolog.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Speaking Monolog

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

10. Mengungkapkan makna dalam teks 10.2 Mengungkap kan makna dalam lisan fungsional dan monolog pendek monolog pendek sederhana dengan sederhana berbentuk recount, dan narrative menggunakan ragam bahasa lisan secara untuk berinteraksi dengan lingkungan akurat, lancar, dan berterima untuk

sekitar. berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam teks berbentuk recount dan

narrative.

Dari kompetensi dasar di atas, sebuah pembelajaran speaking yang tepat perlu diselenggarakan. Untuk pembelajaran berbicara atau speaking, ada beberapa prinsip yang perlu ditaati dalam (Brown, 2007:331-2), antara lain:

a. Fokus pada pengembangan ketepatan dan kelancaran.

b. Sediakan teknik yang memberikan motivasi pada siswa.

c. Usahakan penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks

d. Sediakan balikan/koreksi yang tepat

e. Mengutamakan hubungan alami antara berbicara dan mendengarkan

f. Berikan siswa kesempatan untuk mengawali sebuah komunikasi lisan

Dari prinsip di atas, pembelajaran berbicara tidaklah bisa dicapai hanya dengan langsung menyuruh siswa berbicara dalam bahasa Inggris (bahasa target), akan tetapi ada tahapan-tahapan yang perlu dilalui. Nation dan Newton (2009: 125-7) menyampaikan pembelajaran berbicara/speaking dengan pendekatan berbasis proses. Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan siswa bisa berbicara dalam Bahasa Inggris, yaitu: (1) menentukan tujuan dan pendengar; (2) pencarian ide; (3) mengorganisasi ide; (4) membuat catatan; dan (5) mempresentasikan dan memonitor.

Nation dan Newton (2009, 125) menyampaikan pembelajaran speaking berbasis proses juga memiliki kesamaan dengan pembelajaran keterampilan produksi bahasa lainnya yaitu menulis/writing. Hyland (2003: 10-14) menyampaikan bahwa proses menulis melibatkan beberapa langkah, yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pra menulis, (3) menulis, (4) mengeceki draft/rancangan, (5) revisi, (6) menanggapi revisi, (7) membaca ulang, (8) evaluasi, (9) publikasi, dan (10) kegiatan follow-up.

Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk pembelajaran berbasis proses adalah Pembelajaran berbasis projek. Pembelajaran projek bisa diterapkan di semua level, usia dan kemampuan siswa (Haines, 1989 dalam Stoller, 2000: 109). Ada beberapa keuntungan dari pembelajaran projek seperti dirangkum dalam Stoller (2000: 110), salah satunya adalah projek itu memotivasi, merangsang, memberdayakan, dan menantang.

3. Cerita Digital atau Digital Storytelling

Dari beberapa model pembelajaran menggunakan teknologi, akhir-akhir ini dikenal proses pembelajaran dengan digital storytelling. Digital storytelling adalah proses penggabungan seni bercerita dengan berbagai jenis multimedia, seperti gambar, suara dan video (Robin, 2008). Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan mulai dari pengumpulan gambar/visual sampai publikasi. Proses pemasukan gambar dan menggabungkannya dengan narasi suara dalam sebuah cerita digital sangatlah penting. Skouge and Rao (2009) berpendapat bahwa Dari beberapa model pembelajaran menggunakan teknologi, akhir-akhir ini dikenal proses pembelajaran dengan digital storytelling. Digital storytelling adalah proses penggabungan seni bercerita dengan berbagai jenis multimedia, seperti gambar, suara dan video (Robin, 2008). Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan mulai dari pengumpulan gambar/visual sampai publikasi. Proses pemasukan gambar dan menggabungkannya dengan narasi suara dalam sebuah cerita digital sangatlah penting. Skouge and Rao (2009) berpendapat bahwa

Fajariyah (2012) menyampaikan beberapa aplikasi yang bisa digunakan untuk proses pembuatan cerita digital seperti: (1) Microsoft power point, (2) Microsoft Photo Story, (3) Adobe Photoshop Elements; (4) Windows Movie Maker, dsb. Dari beberapa program tersebut, Window Movie Maker adalah program standar untuk Windows yang mengkombinasikan gambar, video, teks, music, dan narasi dalam file video.

Fajariyah (2012) juga menyampaikan langkah-langkah pembuatan cerita digital dengan Windows Movie Maker 2.6 yaitu:

a. Langkah 1: mengambil gambar/visual, audio dan atau video Pada langkah ini, media yang diperlukan seperti gambar, rekaman audio atau video diambil dari komputer. Untuk melakukannya, klik file lalu import file into collection (Lihat Gambar 1). Kemudian pilihlah media yang dibutuhkan. Media tersebut akan muncul di collection (Gambar 2). Setelah itu, tarik gambar atau audio ke dalam timeline. Gambar-gambar tersebut kemudian bisa ditata ulang seperti di Gambar 3. Lalu, masukkan mp3 atau audio lainnya.

Gambar 1. Mengimpor berkas (media)

Gambar 2. Memilih berkas/media

Gambar 3. Penataan berkas/media

b. Langkah 2: Penambahan transisi, efek, judul, dan teks Setelah semua media yang diperlukan dimasukkan ke timeline, gaya pergantian gambar dapat dimodifikasi. Model transisi dapat dipilih dengan cara mengeklik collections, kemudian video transition. Ada beberapa gaya transisi dan efek yang bisa digunakan. Transisi tersebut kemudian ditarik ke timeline. Seperti Gambar 4. Langkah selanjutnya adalah pemberian judul dengan cara klik b. Langkah 2: Penambahan transisi, efek, judul, dan teks Setelah semua media yang diperlukan dimasukkan ke timeline, gaya pergantian gambar dapat dimodifikasi. Model transisi dapat dipilih dengan cara mengeklik collections, kemudian video transition. Ada beberapa gaya transisi dan efek yang bisa digunakan. Transisi tersebut kemudian ditarik ke timeline. Seperti Gambar 4. Langkah selanjutnya adalah pemberian judul dengan cara klik

Gambar 4. Transisi dan Efek

Gambar 5. Menambahkan judul

c. Langkah 3. Menambahkan narasi Untuk menambahkan narasi audio, Movie Maker can dilengkapi dengan fasilitas perekam suara. Pastikan computer atau laptop yang digunakan dilengkapi dengan microphone. Untuk menambahkan narasi dalam media cerita digital, klik timeline/storyline dan klik narrate timeline, kemudian start narration seperti

Gambar 6. Dengan mengeklik tombol “start narration”, komputer akan merekam suara. Penanda akan menyala di tingkat hijau apabila kualitas suaranya bagus.

Gambar 6. Menambah narasi

d. Langkah 4: menyimpan projek Langkah terakhir setelah semuanya dimasukkan dalam projek adalah mempublikasikan projek dengan cara klik Task, pilih Finish Movie dan pilih di mana projek akan disimpan (Gambar 7).

Gambar 7. Selesaikan projek

B. Studi Sejenis

Ada beberapa studi sejenis terkait cerita digital/digital storytelling dalam pembelajaran Bahasa Inggris, antara lain:

1. Inovasi pembelajaran sebelumnya di SMPN 5 Panggang menunjukkan siswa setuju apabila projek cerdig menyenangkan, meningkatkan keterampilan menulis dan berbicara serta keterampilan TIK mereka khususnya dalam mendeskripsikan tujuan wisata di Jogjakarta (Fajariyah, 2016).

2. Selain itu, penelitian lainnya di SMPN 5 Panggang menunjukkan siswa senang selama pembelajaran menyimak menggunakan media cerita digital. Cerita digital juga membantu pemahaman teks monolog siswa (Fajariyah, 2014: 162).

3. Abidin dkk (2011) menggunakan cerita digital untuk pembelajaran menyimak di kelompok bermain di Malaysia. Studi ini menunjukkan bahwa siswa dalam kelompok eksperimen memiliki pemahaman menyimak daripada kelompok kontrol.

Kedua studi di nomor 2 dan 3 fokus pada penggunaan cerita digital dalam pembelajaran menyimak. Sedangkan studi nomor 1 merupakan pembelajaran projek cerdig untuk keterampilan menulis dan berbicara teks deskriptif. Pada studi ini akan digunakan untuk pembelajaran Bahasa Inggris keterampilan berbicara/speaking untuk teks lainnya yaitu teks naratif.

BAB III PEMBAHASAN

A. Ide Dasar

Setelah menganalisa kekurangan siswa dalam pembelajaran speaking khususnya melakukan storytelling atau monolog teks naratif, peneliti mulai mencari ide untuk pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan siswa untuk belajar dengan menyenangkan. Siswa SMPN 5 Panggang kelas VIII Tahun Ajaran 2015/2016 adalah bagian dari generasi Z atau generasi digital yang mudah beradaptasi dan merasa nyaman dengan penggunaan teknologi. Dalam segi fasilitas TIK, SMPN 5 Panggang juga mempunyai fasilitas yang cukup seperti diungkap dalam pendahuluan. Oleh karena itu, sebuah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi berbasis digital bisa diterapkan. Sesuai dengan perkembangan penggunaaan teknologi dalam pembelajaran, digital storytelling menjadi sebuah pilihan yang pas untuk pembelajaran speaking dengan memaksimalkan peran teknologi dalam pembelajaran.

Mengacu pada pembelajaran speaking dan writing dengan pendekatan berbasis pada proses, sebuah projek digital storytelling atau projek cerita digital (yang selanjutnya akan disebut Projek Cerdig) bisa dilaksanankan. Pelaksanaan projek ini akan mengadaptasi model pembelajaran speaking berbasis proses (Nation dan Newton, 2009: 125-7 dan menulis berbasis proses (Hyland, 2003: 10-

4) serta desain pembelajaran berbasis multimedia (Lee and Owens, 2004). Ide dasar Projek Cerdig bisa digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 8. Kerangka dasar Ide Projek Cerdig

Gambar 8 di atas menunjukkan pengadaptasian Model pembelajaran speaking, writing dengan desain pembelajaran berbasis multimedia menjadi Projek Cerdig.

B. Rancangan Projek Cerdig

Seperti ditampilkan di Gambar 8 di atas, projek cerdig mendadaptasi langkah-langkah pembelajaran speaking dan writing berbasis proses dan desain pembelajaran berbasis multimedia, sehingga projek ini dirancang menjadi model pembelajaran dengan beberapa langkah. Langkah-langkah pembelajaran melalui model projek cerdig dapat dilihat di Gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9. Rancangan Model Pembelajaran Projek Cerdig

Dari Gambar di atas, dijelaskan bahwa projek cerdig terdiri dari beberapa langkah: (1) pemilihan topik, (2) desain (pengorganisasian ide), (3) pengembangan, (4) evaluasi, dan (5) publikasi. Adapun teknologi dan aplikasi yang diperlukan adalah: (1) Smartphone + koneksi internet, (2) Laptop/PC + koneksi internet, (3) LCD proyektor and audio speakers, (4) Browser mozilla firefox, (5) Windows Moviemaker 2.6, dan (6) Media www.youtube.com

C. Proses Pelaksanaan Projek Cerdig

Projek Cerdig ini dilaksanakan di Kelas VIII SMPN 5 Panggang, Gunungkidul dari tanggal 1 Maret sampai 23 Maret 2016. Adapun proses pelaksanaan projek cerdig akan dijelaskan dari langkah per langkah sebagai berikut ini:

1. Langkah pertama: pemilihan topik

Langkah pertama dari projek cerdig adalah pemilihan topik. Pemilihan topik dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2016. Guru ke kelas dengan beberapa koleksi cerita yang siap digubah. Dalam projek ini terlebih dahulu dibentuk 4 kelompok dengan anggota 6 atau 7 orang (jumlah siswa kelas VIII Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 adalah 27 siswa). Siswa Langkah pertama dari projek cerdig adalah pemilihan topik. Pemilihan topik dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2016. Guru ke kelas dengan beberapa koleksi cerita yang siap digubah. Dalam projek ini terlebih dahulu dibentuk 4 kelompok dengan anggota 6 atau 7 orang (jumlah siswa kelas VIII Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016 adalah 27 siswa). Siswa

Kemudian tiap-tiap kelompok memilih atau menentukan cerita yang ingin mereka ceritakan. Hasil dari pemilihan topik pada langkah ini adalah sebagai berikut:

a. Kelompok I memilih Legenda Banyuwangi

b. Kelompok II memilih Legenda Danau Toba

c. Kelompok III memilih Legenda Tangkuban Perahu

d. Kelompok IV memilih Legenda Malin Kundang Setiap kelompok kemudian bekerja sama untuk membuat cerita yang bagus di langkah pembelajaran selanjutnya.

2. Langkah kedua: Desain (pengorganisasian ide)

Setelah tiap-tiap kelompok sepakat dengan cerita yang akan mereka kembangkan, mereka kemudian mendesain cerita digital mereka. Pada tanggal 1 Maret 2016, siswa dalam kelompok yang ada menggubah cerita yang mereka temukan di internet yang berbentuk cerita monolog ke dalam cerita dengan babak-babak dan dialog atau format drama. Gambar 10 berikut menunjukkan script hasil penggubahan cerita yang dilakukan oleh salah satu kelompok.

Gambar 10. Script Awal Penggubahan Cerita

Mereka mencoba menggubah teks essay (monolog) ke dalam bentuk script drama seperti di Gambar 10 sekaligus berdiskusi menentukan pemeran dari masing-masing tokoh dan juga narrator. Mereka menuliskan dialog tersebut secara bekerja sama dalam kelompok dan juga menggunakan bantuan kamus. Setelah setiap kelompok selesai menggubah ceritanya, mereka mengkonsultasikannya kepada guru untuk pengecekan tata bahasa dan pilihan kata. Guru memberikan saran-saran dan koreksi pada bagian tertentu yang kurang tepat seperti ditunjukkan Gambar 11 berikut ini.

Gambar 11. Guru memberikan koreksi pada script

Berdasarkan pada koreksi guru, siswa membuat revisi script mereka. Setelah melalui tahapan revisi dan kesalahan tata bahasa yang ada berkurang atau mendekati minimum mistake, pada tanggal 7 Maret 2016 mereka mulai membuat desain untuk cerdig mereka yaitu dengan storyboarding. Storyboard memuat narasi cerita digital mereka dan gambar atau foto yang sesuai untuk menggambarkan narasi tersebut (Lihat

Gambar 12. Storyboard

Dalam pembuatan storyboard di atas, siswa mulai menunjukkan keterampilan mereka sebagai Generasi Z dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Mereka menggunakan smartphone mereka untuk mencari gambar yang mereka butuhkan sesuai dengan narasi yang ada. Pada tahap ini, siswa juga menggunakan komputer di sekolah untuk mengakses gambar yang mereka butuhkan dan mengunduhnya seperti terlihat di Gambar 13 berikut.

Gambar 13. Siswa menggunakan komputer dan internet di sekolah

Setelah mendapatkan gambar yang sesuai dan mengunduhnya, siswa mendesain cerdig mereka dalam storyboard. Tahap storyboarding Setelah mendapatkan gambar yang sesuai dan mengunduhnya, siswa mendesain cerdig mereka dalam storyboard. Tahap storyboarding

3. Langkah Ketiga: Pengembangan

Pada tahap pengembangan ini, keterampilan digital storytelling mulai dipergunakan. Siswa membuat cerita digital dengan menggunakan program Windows Movie Maker 2.6. Ada beberapa aktivitas dalam tahap pengembangan cerdig dengan WMM 2.6 ini, yaitu:

a. Memasukkan gambar/visuals

Pada tahap ini, siswa memasukkan gambar atau visuals mereka ke dalam timeline Windows Movie Maker 2.6 dari hasil gambar yang telah mereka unduh. Mereka menempatkan visuals atau image/gambar tersebut sesuai urutan dalam storyboard mereka.

b. Membuat narasi audio

Tahap pembuatan narasi audio adalah tahap yang memakan waktu paling lama pada tahap pengembangan. Pembuatan narasi audio dilakukan dengan merekam suara siswa dengan WMM 2.6 dengan cara memasukkan narasi (narrate). Tahap ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu tanggal 19 dan 21 Maret 2016.

Rekaman memakan waktu yang lama karena terjadi rekaman dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan suara atau audio yang pas kualitasnya. Sebelum rekaman, terlebih dahulu guru memandu siswa untuk menghasilkan narasi yang sesuai pelafalannya dengan melakukan pronunciation drilling atau latihan pelafalan. Selanjutnya setelah siswa bisa mengucapkan kata yang Rekaman memakan waktu yang lama karena terjadi rekaman dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan suara atau audio yang pas kualitasnya. Sebelum rekaman, terlebih dahulu guru memandu siswa untuk menghasilkan narasi yang sesuai pelafalannya dengan melakukan pronunciation drilling atau latihan pelafalan. Selanjutnya setelah siswa bisa mengucapkan kata yang

c. Mengedit timeline (transisi dan effect)

Setelah image atau gambar dan audio hasil rekaman yang dibutuhkan masuk dalam timeline, siswa mengedit timeline mereka dengan menyesuaikan panjang pendeknya narasi audio dengan gambar yang sesuai. Disamping itu juga mereka memilih sendiri gaya transisi atau pergantian tayangan dan efek-efek yang ada serta mereka membuat title atau judul projek cerdig mereka.

d. Menyimpan projek

Tahap terakhir dalam pengembangan adalah menyimpan projek cerdig yang telah dibuat ke dalam komputer. Dengan menyimpan projek ini, mereka bisa memainkan projek mereka dengan aplikasi seperti Windows Media Player, GOM, atau aplikasi lain sejenis yang bisa diakses tanpa membuka Windows Movie Maker 2.6.

4. Langkah Keempat: Evaluasi

Setelah projek cerdig berhasil dikembangkan oleh tiap-tiap kelompok, selanjutnya tiap projek tersebut perlu dievaluasi. Evaluasi dilakukan dengan cara mempresentasikan hasil projek cerdig tiap kelompok di depan kelas (lihat Gambar 14). Presentasi produk cerdig ini dilaksanakan pada pertemuan di tanggal 22 Maret 2016.

Di Gambar 14 tersebut bisa dilihat siswa dalam kelompok mempresentasikan karya mereka di depan kelas. Selanjutnya, siswa lain dari kelompok lainnya akan memberikan komentar atau saran terhadap produk yang ada. Saran tersebut terkait suara atau audio maupun gambar yang ditayangkan. Saran yang didapatkan bisa digunakan untuk perbaikan produk cerdig yang telah dipresentasikan.

5. Publikasi

Tahap yang terakhir dalam projek ini kemudian adalah publikasi. Publikasi dilaksanakan dengan memanfaatkan media sosial www.youtube.com . Karya siswa atau produk cerdig yang dihasilkan kemudian diunggah dalam www.youtube.com agar bisa diakses oleh pengguna internet di seluruh dunia.

D. Hasil Projek Cerdig

Hasil dari Projek Cerdig ini ada empat produk cerita digital (cerdig). Keempat produk tersebut diunggah ke situs www.youtube.com . Situs ini dipilih karena situs ini memiliki banyak pengguna dan viewers sehingga diharapkan produk yang dihasilkan dari projek cerdig ini bisa bermanfaat untuk orang lain secara lebih luas. Adapun empat produk cerdig tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

1. The Legend of Banyuwangi

Produk cerdig ini adalah karya dari Kelompok 1. Cerdig ini mengisahkan Raden Banterang dalam legenda Banyuwangi dari Jawa Timur. Gambar 15 berikut adalah cuplikan adegan dalam Cerdig “the Legend of Banyuwangi”.

Gambar 15. Produk Cerdig Kelompok 1

Untuk produk cerdig dari Kelompok 1 bisa diakses di www.youtube.com dengan URL link https://youtu.be/hsLbiPkzm1o .

2. The Legend of Danau Toba

Produk Cerdig dari Kelompok 2 ini mengisahkan legenda dari Sumatra Utara tentang seorang pemancing yang mendapatkan ikan yang ajaib. Produk cerdig kelompok 2 yang berjudul “the Legend of Danau Toba” ini bisa

diakses di www .youtube.com dengan URL link https://youtu.be/wV4v2dd6OcY .

3. The Legend of Tangkuban Perahu

Produk cerdig selanjutnya adalah karya dari Kelompok 3 yang mengangkat kisah legenda dari Jawa Barat. Produk ini berjudul “the Legend of Tangkuban Perahu” yang bisa diakses di www.youtube.com dengan URL link https://youtu.be/niMQ1ZFzlCM .

4. Malin Kundang

Produk cerdig yang terakhir adalah karya dari Kelompok 4. Cerdig ini Produk cerdig yang terakhir adalah karya dari Kelompok 4. Cerdig ini

E. Pendapat Siswa terhadap Pelaksanaan Projek Cerdig

Pelaksanaan Projek Cerdig ini kemudian dievaluasi dengan cara meminta siswa memberikan pendapatnya terhadap pelaksanaan projek ini. Untuk itu, seperangkat angket sederhana dibuat dan disebarkan ke siswa. Angket tersebut memuat empat pernyataan terkait pelaksanaan projek ini dan siswa memberikan pendapatnya apakah setuju dengan pernyataan tersebut atau tidak. Apabila siswa setuju dengan pernyataan yang ada, mereka bisa melingkari tanda senyum () dan apabila tidak setuju tanda cemberut dan bila mereka netral bisa dengan melingkari wajah datar (Lihat Gambar 16).

Gambar 16. Angket Survey Projek Cerdig

Respon siswa terhadap pernyataan di angket tersebut kemudian dianalisa dengan statistik deskriptif sehingga didapatkan data berikut ini.

Pada nomor pertama, banyak siswa berpendapat bahwa projek cerdig ini menyenangkan seperti dilihat di Gambar 17 ini.

Gambar 17. Projek Cerdig menyenangkan

Dari Gambar 17 di atas, banyak siswa yang setuju kalau pembelajaran speaking dengan projek cerdig itu menyenangkan. Sejumlah siswa yang sama juga berpendapat kalau mereka bisa berpartisipasi dalam pembelajaran melalui projek ini (Lihat Gambar 18).

Gambar 18. Projek Cerdig meningkatkan partisipasi dalam speaking

Gambar 18 menunjukkan hampir semua siswa setuju kalau partisipasi atau keikutsertaan mereka dalam pembelajaran Bahasa Inggris khususnya kelas speaking meningkat melalui projek ini. Hal ini juga terjadi pada kemampuan atau keterampilan berbicara mereka khususnya dalam menceritakan teks naratif (Gambar 19)

Gambar 19. Projek Cerdig meningkatkan kemampuan berbicara

Sejumlah siswa yang sama (85%) menyetujui kalau keterampilan berbicara mereka, khususnya keterampilan menceritakan dongeng legenda local meningkat melalui projek ini.

dan keterampilan berbicara/speaking mereka meningkat, beberapa siswa mengaku keterampilan TIK mereka khususnya dalam mengunduh file dan digitalstorytelling dengan mengoperasikan Windows Movie Maker 2.6 juga meningkat (lihat Gambar 20).

Selain keikutsertaan

dalam

pembelajaran

Gambar 20. Projek Cerdig meningkatkan keterampilan TIK

Keempat pernyataan tersebut telah direspon oleh siswa, namun perlu ditelusuri lebih lanjut kebenaran jawaban tersebut. Sehingga, wawancara secara Keempat pernyataan tersebut telah direspon oleh siswa, namun perlu ditelusuri lebih lanjut kebenaran jawaban tersebut. Sehingga, wawancara secara

Untuk mengecek informasi tersebut, siswa diberikan selembar kertas untuk menilai keaktifan temannya dalam kelompok seperti Gambar 21 ini.

Gambar 21. Penilaian antar teman

Di Gambar 21 tersebut terlihat menurut penilaian salah satu siswa terdapat beberapa teman dalam kelompoknya yang menunjukkan keaktifan yang baik dalam kelompok, mengerjakan tugas dengan tanggung jawab, serta menyumbangkan ide selama projek cerdig ini. Namun ada temannya yaitu siswa nomor 4 yang kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan kurang menyumbangkan ide pada projek kelompok mereka. Penilaian antar teman ini bisa dimanfaatkan untuk pertimbangan penilaian siswa dan juga berkontribusi dalam evaluasi projek cerdig ini.

F. Permasalahan yang Dihadapi dan Solusinya

Selama pengamatan saat pelaksanaan Projek Cerdig dan hasil evaluasi siswa terhadap projek ini, terdapat beberapa masalah yang dihadapi dan perlu dipecahkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Permasalahan- permasalahan tersebut antara lain:

1. Siswa yang kurang aktif

Seperti ditunjukkan di hasil penilaian antar teman, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang dominan dan siswa yang kurang aktif. Hal ini menjadi permasalahan klasik saat guru menyelenggarakan pembelajaran dalam kelompok. Solusi yang mungkin dilakukan adalah manajemen pembagian kelompok yang perlu diubah dan pengaktifan siswa yang kurang aktif agar terlibat dalam kelompok serta memberikan pengertian kepada siswa yang dominan agar berbagi tugas dengan siswa lain di kelompoknya.

2. Kesalahan grammatical

Pada tahap desain (pengorganisasian ide) yaitu penggubahan teks essay menjadi dialog-dialog dalam script cerdig, waktu yang dibutuhkan terlalu lama. Siswa masih melakukan kesalahan penulisan yang berupa kesalahan grammar/tata bahasa. Pada tahap ini, guru memberikan umpan balik berupa koreksi-koreksi pada kalimat yang kurang tepat. Hal ini di projek berikutnya dapat dipecahkan dengan pemberian materi tambahan dalam tata bahasa sehingga siswa bisa lebih tepat dalam membuat kalimat atau menulis.

3. Pelafalan siswa

Pelafalan atau pronunciation menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran speaking. Siswa perlu mendapatkan model yang tepat dalam melafalkan atau mengucapkan kata tertentu. Di samping pengucapan kata, dalam projek cerdig kali ini yang menjadi masalah utama adalah intonasi dan penjiwaan karakter dalam membaca dialog. Banyak siswa yang masih datar dalam berdialog seperti membaca teks saja.

Hal inilah yang menyebabkan proses rekaman berjalan lambat karena terlebih dahulu guru memberikan drilling pronunciation. Setelah pengulangan rekaman lebih dari lima kali terpaksa suara yang direkam masih belum maksimal karena pertimbangan waktu yang ada.

4. Teks yang terlalu panjang

Teks naratif yang panjang yang digunakan dalam projek cerdig ini menyebabkan beberapa kesalahan grammatical dan pengucapan pada saat proses penulisan script dan rekaman. Meskipun guru memberikan pendampingan penulisan script atau naskah dan juga proses rekaman, namun dengan panjangnya naskah ada banyak kesalahan yang terjadi dan perlu diperbaiki.

Selain itu, naskah cerdig yang panjang juga berpengaruh pada storyboarding di mana siswa mengalami kesulitan mencari gambar atau image yang sesuai. Beberapa kelompok bahkan menggunakan satu image visual untuk menggambarkan narasi dengan durasi yang lama. Dari permasalahan yang muncul di projek ini, solusi yang bisa diterapkan di projek yang akan datang adalah penggunaan teks yang tidak terlalu panjang sehingga siswa bisa lebih fokus dalam mengerjakan cerdignya.

5. Alokasi waktu

Pmbelajaran Bahasa Inggris di SMPN 5 Panggang memiliki alokasi waktu 2x40 menit per pertemuan dan 3 pertemuan tiap minggunya. Sedangkan untuk KD 10.2 naratif hanya mendapatkan alokasi waktu 4 JP dalam silabus dan RPP semester tersebut. Namun kenyataannya, projek cerdig ini memakan waktu lebih dari 4 JP karena dilaksanakan tahap demi tahap. Pada fase desain (pengorganisasian ide) yang berupa penggubahan teks essay menjadi naskah atau script drama memakan memerlukan alokasi waktu lebih dari 2x40 menit. Begitu pula pada saat browsing visuals dan mengunduhnya serta merekam narasi audio.

Solusi yang dilakukan untuk mengakomodasi kekurangan waktu ini adalah pelaksanaan tahapan projek cerdig di luar jam pelajaran baik sebagai penugasan terstruktur kelompok maupun pemanfaatan jam sepulang sekolah. Selanjutnya untuk masalah sejenis di projek yang akan datang, guru perlu memetakan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diuji coba atau diberi Solusi yang dilakukan untuk mengakomodasi kekurangan waktu ini adalah pelaksanaan tahapan projek cerdig di luar jam pelajaran baik sebagai penugasan terstruktur kelompok maupun pemanfaatan jam sepulang sekolah. Selanjutnya untuk masalah sejenis di projek yang akan datang, guru perlu memetakan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diuji coba atau diberi

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Pembelajaran speaking khususnya teks naratif melalui projek cerdig ini mengadaptasi model pembelajaran speaking berbasis proses (Nation dan Newton, 2009: 125-7) dan menulis berbasis proses (Hyland, 2003: 10-4) serta desain pembelajaran berbasis multimedia (Lee and Owens, 2004). Projek ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) pemilihan topic, (2) desain (pengorganisasian ide), (3) pengembangan, (4) evaluasi, dan (5) publikasi.

Hasil dari projek cerdig ini adalah empat produk cerdig yang dibuat oleh siswa dengan judul antara lain: (1) the Legend of Banyuwangi, (2) the Legend of Danau Toba, (3) the Legend of Tangkuban Perahu, dan (4) Malinkundang. Produk cerdig tersebut bisa diakses di media sosial www.youtube.com . Projek cerdig ini juga diyakini oleh banyak siswa dapat: (a) membuat mereka senang saat pembelajaran speaking, (b) meningkatkan partisipasi mereka dalam pembelajaran, (c) meningkatkan kemampuan speaking mereka khususnya dalam bercerita naratif legenda lokal, dan (d) meningkatkan keterampilan TIK mereka seperti browsing, mengunduh data, dan digital storytelling atau membuat movie dengan WMM 2.6

B. Saran

Merujuk pada permasalahan yang dihadapi selama projek cerdig berlangsung, ada beberapa saran yang bisa dipakai dalam projek sejenis, yaitu: (1) managemen kelomok yang lebih baik untuk mengurangi dominasi siswa dalam kelompok dan mengaktivkan siswa yang kurang aktif, (2) memberikan perhatian atau tambahan materi pada tata bahasa dan pelafalan (pronunciation), (3) memberikan tantangan yang sesuai dengan karakteristik siswa tidak terlalu mudah ataupun sulit, dan (4) pengorganisasian materi atau pemetaan kompetensi dasar yang di awal semester.

C. Rekomendasi

Perkembangan teknologi digital storytelling saat ini bisa dimanfaatkan dalam projek sejenis. Program-program yang bisa diunduh gratis dengan smartphone seperti Viva Video, We Video, Mini Movie bisa dimanfaatkan untuk

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M.J.Z., et al. (2011). Improving Listening Comprehension among Malay Preschool Children Using Digital Stories. Dalam International Journal of Humanities and National Science Vol.1 No 14 bulan October 2011 (hal 159-164)

Dudeney, G and Hockly, N. (2007). How to teach English using technology (Series Editor: Jeremy Harmer). Essex: Pearson Education Limited.

Fajariyah. (2016). The Teaching of Integrated English Productive Skills through Digitl Storytelling Project at Grade VIII of SMPN 5 Panggang

Academic Year 2015/2016. Proceeding of the 13 th JETA National Conference, Yogyakarta.

__________(2014). Improving the Listening Skills of Grade VIII Students of SMPN 5 Panggang, Gunungkidul in the Academic Year of 2013/2014 through Digital Media. Thesis: Yogyakarta: Graduate

School, Yogyakarta State University.

__________ . (2012). Digital story in oral English teaching. Proceeding of 59 th TEFLIN International Conference, Surabaya, 89-96.

Generasi Z, diunduh dari www.generasiz.com.au pada tanggal 3 April 2016 jam

21.52 Harmer, J. (2007). The practice of English language teaching (4th ed.). Harlow:

Longman. Hyland, K. (2003). Second language writing. New York: Cambridge University Press

Lee, W.W. and Owens, D,L. (2004). Multimedia-based Instructional Design: San Francisco: Pfeiffer

Nation, I.S.P. & Newton, J. (2009). Teaching ESL/ EFL listening and speaking. New York: Routledge.

Robin, B. (2008). Digital Storytelling: A Powerful Technology Tool for the 21st Century Classroom. Theory into Practice 47 (3). 220 – 228

Roblyer, M.D. & Doering, A.H. (2013). Integrating Educational Technology into Teaching—6th edition. Boston: Pearson

Skouge, James R. and Rao, Kavita. 2009. Digital Storytelling in Teacher Education: Creating Transformations through Narrative. Journal

Educational Perspective Vol. 48 No 1 and 2 retrieved from

Standar Isi. (2006). Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia

Stoller. (2000). Project Work.In Richards & Renandya (Ed). Methodology in Language Teaching: an anthology of current practice (pp.108-113). Cambridge: Cambridge University Press

LAMPIRAN I CONTOH NASKAH/SCRIPT HASIL GUBAHAN SISWA

A. THE LEGEND OF BANYUWANGI (KELOMPOK 1) SCENE 1

Narrator : Once upon a time,in the beach of the East Java was a kingdom that lead by Prabu Merak. He had a handsome son, named Raden Banterang. Raden Banterang was a blue –eyed, that will be the next king.His people adored him very much. But he was a bad tempered person. One day , Raden Banterang wanted to hunt animals with his father, and his bodyguard.

Raden Banterang :”Father, do you want to go hunt with me?” Prabu Merak :”Of course, but where do you want to hunt animals?” Raden Banterang:”In the forest.” Prabu Merak :”Yes sure...let’s go.”

SCENE 2

Narrator : they went to the forest by riding horses. When they were hunting, his father suddenly wanted to come back to the kingdom, because he was very tired. So Raden Banterang was only with his bodyguard, then they continued to hunt the animals. When they continued hunting, he lost his bodyguard. He walked to look for his bodyguard.

Raden Banterang :”Soldiers...where are you???” (He shouted to call his bodyguard) Narrator :He walked and walked until arrived at a river, he looked a beautiful girl

taking some flowers. He was atrracted to her beauty. Raden Banterang :”Is it a dream? Why a girl was alone in the jungle?” (he talked to her self) Narrator :Then he asked the girl. Raden Banterang :”Hi,miss. Who are you? Why are you just alone here?Are you

ghost?” Surati :”I’m just a person. I’m here because I’m frightened of an enemy. Last time my kingdom was attacted by the other kingdom. My father died and I ran away from there” (said Surati).

Raden Banterang :”Are you the daugther of Klungkung kingdom?” Surati :”Yes,I’m. I’m Surati.” Narrator :Listened to Surati’s word, Banterang was silent a moment. He knew that

the attacker of her kingdom was his father.

SCENE 3

Narrator : Surati was taken by Banterang to live in his kingdom. Not a long time, they were married. One day when Surati walked outside the castle, she saw a man. Surati’s brother :”Surati...Surati...” Narrator : Surati was so shocked to see that man. She knew that the man was her

Surati’s brother:”Hei, Surati! Aren’t you shy married a person who killed our father? Who will give an attack back for them?” Surati :”I’m sorry.I think,I’ve a debt from him. I can’t.”

Narrator :The man was very disappointed. One day when Banterang was hunting he saw a beggar and said to him. Beggar :”I’m going to find you since some hours ago. I guess you will have a big

problem. It is caused by your wife and your brother in law. They wanted to give attack to your kingdom.

Raden Banterang :”Really?...” Beggar :” If you don’t believe me, look under your wife’s royal bed. There was a

“keris”.”

SCENE 4

Narrator :After listened to that,he went home so fast. He entered her wife’s royal bed. And all was true,under Surati’s royal bed a “keris” was there. Banterang was very angry and disappointed to his wife. He pulled his wife’s hand,and go to the river.

Raden Banterang :”Is that you pay back to me I swear. I don’t like what you think.” Narrator : Banterang shouted after seeing the “keris”. Surati :”Raden Banterang! It’s my father’s “keris”. But I swear, that “keris’ just