Sejarah pendidikan Masa DAn Islam

Sejarah Pendidikan Masa Islam
A. Saluran Penyiaran Agama Islam di Indonesia
Dari dua kota suci Islam, yaitu Mekkah dan Madinah, agama Islam meluas ke pusat-pusat
peradaban lama yang telah memiliki peradaban lembah sungai sebelumnya, yaitu Iraq di lembah
Mesopotamia (Sungai Eufrat dan Tigris), Israel di lembah Yordan, dan Mesir di lembah Nil.
Pada daerah-daerah baru itu, agama Islam memperoleh unsur-unsur baru yang tidak menyimpang
dari kaidah yang ditentukan.
Berdasarkan asal daerah dan waktunya, penyebaran Islam dari Timur Tengah ke Indonesia dapat
dibedakan atas tiga gelombang. Pertama, dari daerah Mesopotamia yang pada waktu itu terkenal
sebagai Persia merupakan jalur Utara. Kedua, melalui jalur tengah, yaitu dari bagian barat
lembah Yordania dan di bagian timur melalui Semenanjung Arabia, khususnya Hadramaut yang
menghadap langsung ke Indonesia. Ketiga, melalui jalur selatan yang berpangkal di wilayah
Mesir.
Proses penyiaran agama Islam dengan menggunakan cara pendidikan yaitu para ulama, guruguru agama dan para kyai mendirikan pondok-pondok pesantren. Pesantren-pesantren yang
didirikan bertujuan untuk lebih mempermudah penyebaran dan pemahaman agama Islam.
Diantaranya terdapat pesantren yang didirikan oleh Raden Rakhmat dii Ampel Denta, Surabaya
dan pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri di Giri. Para santri yang mengikuti pemdidikan
bukan hanya berasal dari daerah sekitar pondok pesantren itu saja, melainkan ada juga yang
datang dari daerah-daerah yang sangat jauh, seperti dari daerah Maluku dan Makasar untuk
belajar di Jawa.
Sistem pengajarannya adalah sistem perorangan (hoofdelijk atau individueel). Murid-murid

dilarang maju satu per satu ke hadapan guru, untuk memperoleh pelajaran, sedang anak lainnya
menunggu giliran. Di Eropa, sistem ini juga berlaku sampai akhir abad 18 atau permulaan abad
ke 19. sering terjadi, bahwa guru memberikan hukuman fisik kepada muridnya, yang tidak
ringan.
Rencana pelajaran dan jam masuk sekolah tidak diatur dengan baik. Rencana tadi lamanya lebih
kurang 1 th, tetapi kadang-kadang hanya beberapa bulan saja. Gurunya sendiri juga tidak
menentu. Pelajaran dimulai pagi-pagi hari dan sore hari, yaitu jam 6 dan berlangsung selkama 2
jam. Apabila guru ada keperluan lain, datangnya terlambat atau sama sekali tidak datang
mengajar. Para murid tidak diharuskan membayar uang sekolah. Apabila ayah atau ibu si murid
mengantarkan sekolah, umumnya membawa hadiah untuk si guru, berupa uang atau bahan
makanan. Pemberian hadiah tersebut tergantung dari adapt istiadat setempat.
Hubungan batin antara guru dan murid nampak lebih tegas dalam pesantren dimana murid-murid
yang umurnya lebih tua, mendapat arahan tentang ilmu ke-islaman. Murid-murid pesantren ini
disebut santri, dan tinggal di suatu rumah penginapan yang disebut pondok, yang masih dalam
lingkungan pondok. Apa saja yang diajarkan dalam pesantren? Mata-mata pelajaran yang
penting adalah:

1. Qusul, yaitu ilmu tentang kepercayaan
2. Pekih, yaitu ilmu tentang kewajiban.
Disamping Quran juga digunakan buku-buku yang ditulis dalam bahasa Arab, dan sebagian

dalam bahasa Jawa. Guru membacakan ayat-ayat, menerjemahkan dan menerangkannya. Kitabkitab Pekih berisi segala sesuatu mengenai penghormatan terhadap Tuhan, dan pelbagai hal
tentang perkawinan, hak pembagian warisan, dan kejahatan-kejahatan. Ilmu tentang hal-hal ini
kurang diperhatikan oleh para santri daripada ilmu kalam, yaitu ilmu kepercayaan yang resmi
dan rechzinnig (nyata dan benar).
Pembagian waktu sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Jam 5 para santri menjalankan sholat Subuh.
2. Sesudah itu, mereka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti, membersihkan halaman,
berkebun dan berladang. Perlu dicatat, bahwa guru-guru di pesantern tidak menerima gaji untuk
mengganti jerih payah mereka.
3. Kalau semua pekerjaan sudah selesai, barulah pelajaran di pesantren dapat dimulai.
4. Sehabis makan siang, para santri beristirahat. Kemudian memulai pelajaran lagi, tetapi tidak
melupahan kewajiban mereka untuk beribadah.
5. Pada waktu malam hari, para santri berjaga untuk menjaga keamanan pondok.
B. Perkembangan Pendidikan
Tiga lembaga pendidikan memegang peranan penting pada penyebaran agama Islam di Pulau
Jawa, yakni: langgar, pesantren, dan madrasah. Karena Islam berprinsip demokrasi, maka
pengajarannya merupakan pengajaran rakyat. Tujuannya memberikan pengetahuan tentang
agama, bukan untuk memberikan pengetahuan umum.
Langgar
Pengajaran di langgar merupakan pengajaran agama permulaan. Mula-mula para santri

mempelajari huruf Arab, kemudian membaca ayat-ayat Quran pertama dengan suara irama
tertentu. Pelajaran diberikan dengan sistem sekepala. Guru menyebutkan sesuatu dan muridmurid menirukannya. Yang diinginkan adalah membaca Quran sampai tamat. Lamanya belajar
tidak tentu, biasanya berlangsung kurang lebih satu tahun, tetapi kadang-kadang hanya diikuti
benerapa bulan saja. Biasanya pelajaran diberikan pada pagi hari dan malam hari.
Uang sekolah tidak dipungut bagi pelajaran agama permulaan ini. Bila seorang murid telah
menamatkan pelajarannya, maka diadakan selamatan, yang disebut khataman. Sebagai lembaga
sosial langgar sangat penting artinya. Anak-anak rakyat lambat laun menyadari menjadi anggota
persekutuan besar, yakni persekutuan umat Islam.
Pesantren
Pengajaran selanjutnya dan lebih mendalam diberikan di pesantren. Murid-muridnya dinamakan
santri, biasanya terdiri dari anak-anak yang lebih tua dan telah memiliki pengetahuan dasar, yang
mereka peroleh di langgar. Para santri, yang biasanya berasal dari berbagai daerah, dikumpulkan

dalam satu ruangan yang disebut pondok (semacam asrama). Di dekat pondok ada masjid dan
rumah untuk guru. Guru lazim disebut ajengan atau kyai. Adakalanya guru menerima sumbangan
dari murid-muridnya, berupa uang dan bahan makanan. Sumbangan tersebut betul-betul
merupakan kerelaan santrinya. Pelajaran yang paling penting adalah: - Usuluddin (pokok-pokok
ajaran kepercayaan),
- Usul Fiqh (alat penggali hokum dari Quran dan Hadits),
- Fiqh (cabang dari Usuluddin),

- Ilmu Arobiyah (untuk mendalami bahasa agama).
Dalam pesantren, mata pelajaran serta lamanya belajar tidak sama. Pesantren kecildengan jumlah
santri yang menetap amat sedikit lebih tepat disebut pengajian. Kebanyakan santrinya adalah
anggota masyarakat yang terdekat. Dari uraian disamping maka jelaslah, bahwa pesantren (surau,
rangkang) itu banyak menunjukkan persamaan dengan dengan pusat-pusat pendidikan di India.
Kalau ada perbedaan, hanya terletaqk pada bahan pelajaran saja dan juga pada murid-muridnya:
pengajaran Hindu hanya diberikan kepada anak-anak bangsawan saja, sedangkan pengajaran
Islam diikuti oleh setiap orang yang menghendakinya.
Madrasah
Lembaga pendidikan madrasah yang didirikan dan dipeloporo oleh Nizam El Muluk, seorang
menteri dari Arab, diperkenalkan dan kemudian berkembang di Jawa Timur. Pada sistem
pesantren tidak terdapat standar antara satu dengan yang lain. Tetapi pada akhir abad ke 19 dan
ppermulaan abad ke 20 madrasah-madrasah mulai memperkenalkan pembagian menurut tingkat
kemampuan dan prestasi murid, kelompok umur, dan digunakan pula metode klasikal. Artinya,
seorang guru mengajar di hadapan banyak murid dalam satu kelas.
Sistem dan metode ini sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem baru yang menggunakan sekolah
berjenjang.dalam pendidikan madrasah diutamakan keselarasan otak (perkembangan akal), hati
(perkembangan perasaan dan kemauan), dan tangan (perkembangan kecekatan keterampilan).
Sedangkan pelajaran-pelajaran yang diberikan meliputu tiga kelompok yaitu kelompok pelajaran
agama, kelompok pelajaran pengetahuan alam, dan kelompok pelajaran kerajinan tangan.

C. Pengaruh Agama Islam
1. Bidang Pendidikan
Sampai dengan tahun 1900 himpunan buku-buku berupa suatu perpustakaan di pesantren belum
ada. Buku-buku disimpan pada pemilik masing-masing, dan merupakan koleksi pribadi di antara
para kyai, badal, ustadz, dan santri. Yang terpentinng adalah mengetahui isi dan hubungan antara
satu buku dengan buku lainnya. Masalah ini sangat rumit. Tetapi disinilah letak kunci pembuka
pengertian untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kawasan ilmu yang diajarkan
dalam lingkungan pesantren.
2. Pengelolaan Lembaga Pendidikan

· Sistem
Pendidikan pengajian di pesantren Jawa Timur pada umumnya mempergunakan sistem sorogan.
Antara lain di pesantren Tebuireng Jombang. Santri satu-persatu maju secara bergantian kepada
kiainya mengaji salah satu kitab menurut pilihan si santri. Di sini kiai melayaninya secara
individual.
· Metode
Sorogan merupakan metode penyampaian ilmu yang paling tua. Kyai memberikan tuntutan
bagaimana cara membaca, menghafalkan, dan apabila telah meningkat dianjurkan pula tentang
terjemahan dan tafsirnya secara mendalam.cara kedua yang dipergunakan di pesantren-pesantren
Jawa Timur adalah sistem tradisional dengan metode pengajian bandongan atau balagan. Untuk

santri-santri dewasa dipakai pengajian balagan. Sedangkan untuk yang muda-muda dipakai
pengajian sorogan.
· Evaluasi
Sistem kenaikan jenjang pendidikan di pondok pesantren tidak dibatasi seperti dalam lembagalembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Pada umumnya pengajar di tingkat-tingkat
yang masih berpengetahuan rendah ialah para badal (asisten kyai)
· Managemen
Pesantren-pesantren tradisional di Jawa Timur umumnya milik perseoranngan, yakni kyai yang
mendirikannya. Pesantren-pesantren pada umumnya merupakan usaha perseorangan di bidang
pendidikan. Tempat mengajar dan asrama seluruhnya dikendalikan dan dijalankan oleh kyai
tanpa bantuan orang lain. Para santri yangh datang dan tinggal di pondok biasanya hanya
membawa bekal saja, dan mereka menyiapkan sendiri makan dan minumnya. Kegiatan pesantren
dapat diatur secara organisasi maupun secara individual
3. Sarana Pendidikan
Pengadaan tempat belajar mesjid, rumah kyai, asrama santri, dan lain-lainnya dahulu diadakan
secara berdikari. Persyaratan kesehatan di asrama-asrama pesantren sangat menyedihkan. Hal ini
dapat dijumpai hamper diseluruh pesantren di Jawa Timur. Para santri yang belajar diasramakan
pada suatu kompleksyang disebut pondok. Pondok dapat dibangun atas biaya kyai yang
bersangkutan ataupun atas biaya brersama dari masyarakat desa pemeluk agama Islam. Para
santri disamping belajar agama, sebagia waktunya dipergunakan pula untuk bekerja diluar
ruangan seperti membersihkan ruangan, halaman dan becocok tanam. Mereka pada umumnya

telah dewasa dan dapat memeenuhi kebutuhaan sendiri baik dari bantuan keluarganya maupun
karena telah mempunyai penghasilan sendiri.