PENGARUH RETURN ON EQUITY ROE DEBT TO EQ
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
2.1
Tinjauan Pustaka Penelitian
Landasan teori ini menjabarkan teori-teori dan hasil kajian kepustakaan
yang mendukung hipotesis serta berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan
teori berisi pemaparan teori dan argumentasi yang disusun sebagai kerangka
pemikiran dalam memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.
2.1.1
Investasi
A. Pengertian Investasi
Investasi menurut Frank J. Fabozzi manajemen investasi adalah proses
pengelolaan uang. Smith dan Skousen mengatakan, “Investing activities
transaction and events the purchase and sale of securotoes (excluding cash
equivalents), and, building, equipment. And other asset not generally held for
sale, and the making, and collecting of loans. They are not classified as operating
activities, since they relate only indirectly to the central, ongoing operations
ofentity.” (Fahmi, 2012: 2).
Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan, investasi
adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan
(accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seerti bunga, royalti,
dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan
perdagangan. Persediaan dan aset tetap bukan merupakan investasi.
Lebih jauh PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per
Oktober 2011 juga menjelaskan tentang beberapa pengertian berikut.
1. Properti (tanah atau bangunan atau bagian dari bangunan atau
keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa
pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai, atau
kedua-duanya, dan tidak untuk:
A. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif; atau;
B. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
15
Dengan
demikian,
investasi
dapat
didefinisikan
sebagai
bentuk
pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana
tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan
(compounding).
B. Tujuan Investasi
Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam suatu keputusan,
diperlukan ketegasan terhadap tujuan yang diharapkan. Begitu pula halnya dalam
bidang investasi, kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
tersebut antara lain:
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut;
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual);
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham;
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
C. Bentuk-bentuk Investasi
Menurut Fahmi (2012: 4) Dalam aktivitasnya, secara umum investasi
dikenal ada dua bentuk:
1. Investasi nyata.
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud,
seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik.
2. Investasi keuangan.
Investasi keuangan (Financial Investment) melibatkan kontrak tertulis,
seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Pada dua bentuk investasi ini William F. Sharpe dkk (2000:85),
menegaskan bahwa para perekonomian modern lebih banyak dilakukan
investasi
keuangan.
Dimana
lembaga-lembaga
untuk
investasi
berkembang pesat memberi fasilitas untuk berinvestasi nyata. Jadi, kedua
bentuk investasi bersifat komplementer, bukan kompetitif. Dengan
demikian, ukuran kemajuan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari
keberadaan dan kualitas bursa efeknya yang diakui oleh para pebisnis.
16
D. Tipe-tipe Investasi
Menurut Fahmi (2012: 4) ada 2 tipe investasi yaitu:
1. Investasi Langsung
Investasi langsung (direct investment) yaitu mereka yang memiliki
dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung
suatu aset keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik
melalui perantara atau berbagai cara lainnya.
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung (indirect investment) adalah mereka yang
memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan
tidak terlibat secara langsung atau pembelian aset keuangan cukup
hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja.
Mereka yang melakukan kebijakan investasi tidak langsung umumnya
cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting pada
suatu perusahaan.
2.1.2
Teori Sinyal (signaling theory)
Menurut Gumanti (2009 : 11), teori sinyal menyatakan bahwa manajer
(agen) atau perusahaan secara kualitatif memiliki kelebihan informasi
dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran-ukuran atau
fasilitas tertentu menyiratkan kualitas perusahaannya. Jika pemegang saham atau
investor tidak mencoba mencari informasi terkait dengan sinyal, mereka tidak
akan mampu mengambil manfaat maksimal.
Menurut Fahmi (2012 : 100) Teori sinyal (signaling theory) merupakan
saah satu pilar dalam memahami manajemen keuangan. Secara teori signaling
theory adalah teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar,
sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor.
Secara umum, sinyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh
perusahaan (manajer) kepada pihak luar (investor). Sinyal tersebut dapat berwujud
berbagai bentuk, baik yang secara langsung dapat diamati maupun yang harus
dilakukan penelaahan lebih mendalam untuk dapat mengetahuinya. Apapun
bentuk atau jenis dari sinyal yang dikeluarkan, semuanya dimaksudkan untuk
17
menyiratkan sesuatu dengan harapan pasar atau pihak eksternal akan melakukan
perubahan penilaian atas perusahaan. Artinya, sinyal yang dipilih harus
mengandung kekuatan informasi (information content) untuk dapat merubah
penilaian pihak eksternal perusahaan.
2.1.3
Pasar Modal
Menurut
Sutedi
(2013:71),
pasar
modal
adalah
kegiatan
yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah penjualan perdana efek oleh perusahaan yang
menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada saat ini
efek diperdagangkan dengan harga emisi dan bagi perusahaan yang menerbitkan
sahamnya di pasar ini, akan memperoleh dana dengan menjual sekuritas, seperti
saham dan obligasi. Dalam pasar perdana ini, saham (efek) yang ditawarkan
kepada calon investor adalah saham yang baru diterbitkan oleh emiten sehingga
harganya sudah pasti dan tidak boleh ditawar – tawar lagi.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah titik sentral kegiatan pasar modal karena pada pasar
sekunder terjadi aktivitas perdagangan yang mempertemukan penjual dan pembeli
efek. Pada pasar sekunder harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut.
Di pasar sekunder pihak yang terlibat di dalamnya hanyalah pihak – pihak yang
menerbitkan efek (investor jual) dengan pihak – pihak yang membeli efek
(investor beli) yang dalam segala aktivitasnya dilakukan oleh perantaranya
masing – masing yang disebut dengan wakil perantara perdagangan efek.
3. Bursa Paralel
Bursa paralel merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang
menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan
melalui bursa paralel. Bursa paralel merupakan alternatif bagi perusahaan yang go
18
public memperjualbelikan efeknya jika dapat memenuhi syarat yang ditentukan
pada bursa efek.
Menurut Kasmir (2010:62) yang mengatakan pasar modal juga lebih
dikenal dengan nama pasar saham (the stock market), karena memang yang
diperjualbelikan lebih banyak saham daripada obligasi. Di pasar saham, nilai
saham ditentukan dengan kata lain bahwa tempat ini sangat menentukan nilai
perusahaan, seperti tujuan dari manajemen keuangan. Kemudian di bursa saham
(stock exchanges) diperjualbelikan dua macam bursa saham, yaitu:
1. Bursa Saham Formal
Bursa saham formal, merupakan bursa yang memiliki kesatuan fisik yang
nyata, seperti memiliki gedung sendiri, anggota dan langganan resmi, yang
dipimpin oleh suatu dewan pimpinan untuk masing – masing bursa. Contoh dari
bursa saham formal adalah:
a. Bursa Efek Indonesia.
b. New York Stock Exchange (NYSE).
c. American Stock Exchange (AMEX).
2. Bursa Saham Nonformal
Bursa saham nonformal, merupakan bentuk organisasi yang tidak nyata. Jual
beli saham terjadi pada saat bersamaan dengan prinsip kerja lelang. Makelar
saham (pialang/broker) memiliki dan menyimpan berbagai data sekuritas untuk
melayani investor yang mau membeli atau menjual sahamnya. Secara umum
bursa saham nonformal diartikan sebagai semua fasilitas yang memungkinkan
transaksi sekuritas di luar bursa saham formal. Yang terlibat dalam bursa saham
nonformal ini meliputi:
a. Beberapa dealer yang menyimpan data sekuritas dan dianggap menguasai
pasar sekuritas tersebut.
b. Makelar yang bertindak selaku agen yang mempertemukan dealer dengan
investor yang jumlahnya mencapai ratusan atau bahkan ribuan.
19
2.1.4
Saham
A.
Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang diperdagangkan
dipasar modal yang paling banyak diminati masyarakat walaupun memiliki risiko
yang besar. Keuntungan yang akan diperoleh dari penanaman modal dalam
bentuk ini adalah dividen selain mendapatkan keuntungan berupa dividen para
pemegang saham akan memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS).
Menurut Fahmi (2012:80), saham adalah :
1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan
2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama peusahaan dan diikuti
dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.
3. Persediaan yang siap untuk dijual
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5), saham adalah:
Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atas perseroan terbatas.
Berdasarkan pernyataan tersebut saham dapat dikatakan sebagai surat bukti
pemilikan terhadap sebagian modal atau perseroan terbatas. Bagi investor, dengan
memiliki surat bukti tersebut berarti ia sebagai pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat bukti tersebut dalam hal ini saham. Hal tersebut disebabkan
karena untuk mendapatkan surat bukti tersebut investor mengeluarkan dananya
yang digunakan untuk kegiatan usaha perusahaan.
B.
Analisis Saham
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:6) Untuk mengetahui pergerakan
harga di bursa saham ada dua macam pendekatan, yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal. Analisis fundamental merupakan posisi kekuatan perusahaan
(keuangan dan lain-lain) yang mempengaruhi harga saham dimasa depan.
Sedangkan analisis teknikal/ teknis merupakan data dan catatan pasar masa lalu,
yang dibaca investor sebagai prediksi harga masa depan.
Bagian utama analisis fundamental adalah evaluasi atas posisi dan kinerja
keuangan perusahaan. Tujuan utama analisis fundamental adalah menentukan
20
nilai intrisik yang disebut juga nilai fundamental (fundamental value). Nilai
intrisik adalah nilai sebuah perusahaan (atau sahamnya) berdasarkan analisis
fundamental, tanpa mengacu pada nilai pasar (atau harga saham). Strategi investor
yang menggunakan analisis fundamental adalah sebagai berikut: beli saham
perusahaan saat nilai intrisiknya tinggi, dan tahan saham bila nilai intrisiknya
mendekati nilai pasar.
C.
Jenis Saham
Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal publik
yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Dimana
kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing. Saham
menurut Fahmi (2012: 271-272) terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Preffered stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegangnya akan
memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap
kuartal (3 bulanan).
2. Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen dan
sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS dan
RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk
menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang
selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
dividen. Saham biasa ini memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Blue chip-stock (saham unggulan), adalah saham dari perusahaan yang
dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan
manajemen yang berkualitas. Saham-saham IBM dan Du Pont merupakan
contoh blue chip.
b. Growth stock (saham pertumbuhan), adalah saham-saham yang diharapkan
memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata sahamsaham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.
c. Defensive stock (saham defensif), adalah saham yang cenderung lebih
stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan
21
dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. Contoh perusahaan yang
masuk kategori ini biasanya perusahaan yang produknya memang
dibutuhkan oleh publik seperti perusahaan yang produknya memang
dibutuhkan oleh publik seperti perusahaan yang masuk kategori food and
beverage, yaitu produk gula, beras, minyak, garam dan sejenisnya.
d. Cyclical stock (saham siklikal), adalah sekuritas yang cenderung naik
nilainya secara cepat saat ekonomi lesu. Contohnya saham pabrik mobil
dan real estate. Sebaliknya saham non siklis mencakup saham-saham
perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan umum yang
tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi, misalnya makanan dan obatobatan.
e. Seasonal stock (saham musiman), adalah perusahaan yang penjualannya
bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
sebagai contoh, pabrik mainan memiliki penjualan musiman yang khusus
pada saat musim natal.
f. Speculative stock (saham spekulatif), adalah saham yang kondisinya
memiliki tingkat spekulasi yang tinggi. Yang kemungkinan tingkat
pengembalian hasilnya rendah atau negatif. Ini biasanya dipakai untuk
membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.
D.
Harga Saham
Dalam Keown, et al. (2010:199), dijelaskan bahwa tujuan utama
perusahaan adalah memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan.
Keberhasilan atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai
berdasarkan dampaknya pada harga saham biasa perusahaan. Saham adalah tanda
penyertaan atau tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha pada sebuah
perusahaan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:102) harga saham adalah
harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik
ataupun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Ia dapat berubah dalam
hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal itu dimungkinkan
karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham
dengan penjual saham. Sedangkan menurut Kesuma (2009:404) Nilai nominal
22
penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di
pasar modal di Indonesia Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:102), harga
saham yang ada dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Harga Nominal
Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham yang
besarnya ditentukan dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Harga nominal
sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara arbitrer
dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini berguna untuk menentukan harga
“saham biasa yang dikeluarkan”. Besarnya harga nominal memberikan arti
penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham pada
pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan
emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan
dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
3. Harga pasar
Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham
perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak memiliki
saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari sebagai respon
terhadap hasil aktual atau yang diantisipasi dan sentimen pasar secara
keseluruhan atau sektoral sebagaimana tercermin dalam indeks bursa saham.
Hal itu juga menunjukkan bahwa tujuan utama manajemen adalah menjamin
harga sebaik mungkin dalam kondisi apapun.
Adapun beberapa istilah mengenai harga Menurut Rahardjo (2006:154)
yang sering digunakan dalam perdagangan saham yaitu :
a. Open yaitu harga saat pembentukan harga saham pada awal perdagangan,
jadi setiap perdagangan saham dimulai, ada harga pembukaan yang
menjadi patokan dasar kenaikan atau penurunan harga saham periode
tertentu.
23
b. High yaitu posisi harga tertinggi dalam suatu periode perdagangan saham.
Dalam posisi ini, ada kecenderungan banyak terjadi keinginan pembelian
daripada penjualan saham. Dengan demikian tren harga saham
menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dan tinggi pada waktu
tertentu.
c. Low yaitu posisi harga saham yang paling rendah dalam suatu periode
tertentu. Ini terjadi karena tren orang menjual saham lebih banyak dari
minat belinya. Oleh karena itu, harga tertekan ke bawah.
d. Close yaitu harga terakhir/penutupan sebuah perdagangan saham pada
periode tertentu. Istilah closing
menjadi dasar berakhirnya transaksi
perdagangan pada periode perdagangan tertentu. Closing price menjadi
patokan harga pembukaan pada perdagangan selanjutnya.
2.1.5
Laporan Keuangan
A.
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi suatu perusahaan dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi
yang menggambarkan kinerja perusahaan (Fahmi, 2011:22). Mengutip pendapat
Farid dan Siswanto dalam Fahmi (2011:21) mengatakan “laporan keuangan
merupakan informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada
pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial”.
Lebih lanjut menurut Munawir dalam Fahmi (2011:21) mengatakan
“Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan.” Dengan begitu laporan keuangan
diharapkan akan membantu bagi para pengguna (users) untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat financial.
Menurut PSAK No. 1 Revisi 2013 tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
24
pertanggungjawaban
manajemen
atas
penggunaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka.
B.
Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010:67-68), pada dasarnya laporan keuangan yang
utama terdiri dari:
1.
Neraca menunjukkan posisi keuangan-aktiva, utang, dan ekuitas pemegang
saham suatu perusahaan pada tanggal tertentu, seperti pada akhir triwulan
atau akhir tahun.
2.
Laporan laba rugi menyajikan hasil usaha-pendapatan, beban, laba atau rugi
per saham untuk periode akuntansi tertentu.
3.
Laporan perubahan modal, merupakan laporan yang menggambarkan
jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan saat ini.
4.
Laporan arus kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar
dari kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama suatu periode
akuntansi.
5.
Catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan yang dibuat berkaitan
dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi
tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada
sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar pengguna
laporan keuangan menjadi jelas akan data yang disajikan.
C.
Metode dan Teknik Analsisis Laporan Keuangan
Menurut Fahmi (2011 : 22) ada dua metode analisis yang digunakan oleh
setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis
vertikal. Analisis horisontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan
diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan
yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan
keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil
operasi pada saat itu saja.
25
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri
dari :
1)
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan
penelitian lebih lanjut.
2) Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3) Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement),
adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada
masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan
dengan jumlah penjualannya.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
6) Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan
dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara
individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
26
7) Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba
kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode
tersebut.
8) Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
2.1.6
Analisis Rasio Keuangan
A.
Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Fahmi (2011:44) rasio keuangan adalah suatu kajian yang
melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan
dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk
diterapkan. Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk
melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka
pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi
keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan yang membayar deviden
memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana
yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan.
B.
Manfaat dan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Fahmi (2011:47) adapun manfaat yang bisa diambil dengan
dipergunakannya rasio keuangan, yaitu:
1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan;
2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan;
3. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan;
27
4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman;
5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
stakeholder organisasi.
C.
Penggolongan Rasio
Menurut Fahmi (2011:51-70) rasio keuangan dapat dikelompokkan
menjadi enam jenis yaitu:
1. Rasio Likuiditas yaitu kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio,
Quick Ratio (Acid Test Ratio), Net Working Capital Ratio, Cash Flow
Liqudity Ratio.
2. Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan
karena perusahaan akan masuk dalam kategori utang ekstrem yaitu perusahaan
terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban
utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan
berapa utang yang layak diambil dan darimana sumber-sumber yang dapat
dipakai untuk membayar utang. Rasio leverage yang digunakan dipenelitian
ini adalah Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini
dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2010:112).
(2.2)
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
3. Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat
28
maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Rasio ini terbagi
menjadi Inventory Turnover, Day Sales Outstanding, Fixed Assets Turnover,
Total Assets Turnover, Long Term Assets Turnover.
4. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Rasio
profitabilitas yang digunakan di penelitian ini adalah Return On Equity.
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan ROE merupakan hasil
pengembalian atas ekuitas atau kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba bersih setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri atau ekuitas.
(Fahmi, 2011:82)
(2.1)
5. Rasio Pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya didalam industri dan dalam
perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan ini yang umum
dilihat dari berbagai segi yaitu dari segi penjualan, Earning After Tax (EAT),
laba per lembar saham, dividen per lembar saham, dan harga pasar per lembar
saham.
6. Rasio Nilai Pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di
pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen
perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan
dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai pasar yang digunakan di
penelitian ini adalah Price Book Value (PBV). Dalam penelitian ini, PBV
sebagai variabel independen. Price to Book Value (PBV) dihitung berdasarkan
pembagian market value atau harga pasar (closing price) dengan book value
suatu saham pada perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor
yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus
mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku lebih tinggi
dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah. (Brigham &
Houston, 2010:151)
(2.3)
29
2.2
Penelitian Terdahulu
2.2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu baik di Indonesia maupun di luar Indonesia
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
sebagai landasan kerangka penelitian yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi
penulis adalah:
A. Penelitian I
Judul Penilitian
:
Impact of Dividend Policy, Earning per Share,
Return on Equity, Profit after Tax on Stock Prices
Peneliti
: Ahmed Imran Hunjra a, Muhammad Shahzad Ijaza,
Muhammad Irfan Chani b, Sabih ul
Hassan a, dan Umer Mustafa
Tahun penelitian
: 2014
Objek penelitan
: All 63 companies listed in Karachi Stock Exchange
was used for period of 6 years from 2006 to 2011.
Variable
:
a. Variable Dependen
b. Variable Independen
: Stock Price
: dividen policy, ROE, EPS, and Profit after tax.
Teknik Analisis Data
: Ordinary least square regression model has been
applied on Panel data approach.
Hasil Penelitian
: The results indicate dividend yield and dividend
payout ratio which are both measures of dividend
policy have significant impact on stock price.
Dividend yield is negatively related with stock price
and dividend payout ratio is positively related with
stock price which means that these results are
against dividend irrelevance theory. For other
independent variables profit after tax and earnings
per share have significant positive impact on stock
price and return on equity which shows positive
insignificant impact on stock price.
30
B. Penelitian II
Judul Penilitian
: Analisis Rasio Profitabilitas Dan Risiko Keuangan
Terhadap Harga Saham XL AXIATA TBK Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2007-2012
Peneliti
: Indra Ricky Onibala, Parengkuan Tommy, dan
Paulina Van Rate
Tahun penelitian
: 2014
Objek penelitan
: Populasi dari penelitian ini adalah XL Axiata Tbk
dan sampelnya laporan keuangan XL Axiata Tbk.
Variable
:
a. Variable Dependen : Harga Saham
b. Variable
: ROA, ROE, NPM, dan Risiko Kurs
Independen
Teknik Analisis Data
: Metode Asosiatif
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian ini adalah ROA, ROE, NPM dan
risiko kurs berpengaruh terhadap harga saham, baik
secara
simultan
maupun
parsial.
Sebaiknya
manajemen berupaya untuk meningkatkan nilai ROE
sehingga investor menjadi lebih tertarik untuk
berinvestasi
karena
nilai
pengembalian
aset
perusahaan menjadi lebih tinggi.
C. Penelitian III
Judul Penilitian
: Effect of Financial Performance Indicators on
Market Price of Shares in Commercial Banks of
Kenya.
Peneliti
: Peter Irungu
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
: All Commercial Banks of Kenya.
Variable
:
c. Variable Dependen
: Market Price of Shares
: Financial Performance Indicators (Bank Sizes, Size
d. Variable Independen
31
of liabilities, Cost to Income Ratio).
Teknik Analisis Data
: Desktop Literature Surveys.
Hasil Penelitian
: Bank size (total assets) influences market share price
of listed commercial banks in Kenya. Size of
liabilities influences the market share price of listed
commercial banks in Kenya. Cost to income ratio
influences market share price of listed commercial
banks in Kenya.
D. Penelitian IV
Judul Penilitian
: Pengaruh Faktor Faktor Fundamental Dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham
Peneliti
: Atika Rahmi, Muhammad Afran, dan Jalaluddin
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
: Perusahaan-perusahaan bidang manufaktur, yang
termasuk dalam Bursa Efek Indonesia periode 20072009.
Variable
:
e. Variable Dependen
: Harga Saham
: Faktor Fundamental (EPS, Dividen Payout Ratio,
f. Variable Independen
NPM , BV, ROA, ROE, PER, dan DER).
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
: (1) Faktor-faktor fundamental (earning per share,
price earning ratio, book value per share, dividend
payout ratio, debt to equity ratio, return on asset,
return on equity, net profit margin), dan risiko
sistematik
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap harga saham. (2) Secara parsial, Faktorfaktor fundamental (earning per share, price earning
ratio, book value per share, dividend payout ratio,
debt to equity ratio, return on asset, return on equity,
net profit margin), dan risiko sistematik berpengaruh
32
positif terhadap harga saham.
B. Penelitian V
Judul Penilitian
: Pengaruh EPS, DER, Dan PBV Terhadap Harga
Saham
Peneliti
: Putu Dina Aristya Dewi
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
: Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang
bergerak di bidang food and beverages yang terdaftar
di BEI pada periode tahun 2009-2011
Variable
:
g.Variable Dependen
h. Variable Independen
: Harga Saham
: EPS, DER, dan PBV.
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
:
Pengaruh EPS, PBV terhadap harga saham adalah
signifikan
positif,
sedangkan
pengaruh
DER
terhadap harga saham adalah signifikan negatif pada
perusahaan Food and Beverage yang teregister di
BEI dengan tahun pengamatan pada 2009-2011.
Ketiga variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini EPS, DER, dan PBV bersama-sama
berpengaruh signifikan bagi harga saham perusahaan
di bidang Food and Beverage yang terdaftar di BEI
dengan periode pengamatan pada 2009-2011
C. Penelitian VI
Judul Penilitian
: Pengaruh Rasio Profitabilitas, DER, PBV, Dan PER
Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII).
Peneliti
: Wendy Cahyono dan Sutrisno
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
:
Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang
berada dalam kelompok Jakarta Islamic Index
periode tahun 2008-2011.
33
Variable
:
c. Variable
Dependen
: Harga Saham
d. Variable
Independen
: NPM, ROA, ROE, EPS, DER, PBV, dan PER.
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
:
(1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
bersama-sama maupun secara parsial variabel
NPM, ROA, ROE, EPS, DER, PBV, dan PER
memiliki
pengaruh
terhadap
Harga
Saham.
Sedangkan variabel yang paling berpengaruh
dominan terhadap harga saham adalah EPS.
D. Penelitian VII
Judul Penilitian
: Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
Earning Per Share, dan Price Earning Ratio
Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Food
and Beverages yang terdaftar di BEI pada tahun
2008-2011).
Peneliti
: Astrid Amanda, Darminto, dan Achmad Husaini
Tahun penelitian
: 2012
Objek penelitan
: Perusahaan
yang
dipilih
adalah
perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2008-2011.
Variable
:
e. Variable
Dependen
: Harga Saham
f.
Variable
Independen
: DER, ROE, EPS dan PER.
Teknik Analisis Data
: Analsisi deskriptif dan Analisis Regresi Linier.
Hasil Penelitian
: Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini
dinyatakan bahwa (1) secara simultan variabel DER,
ROE, EPS dan PER berpengaruh signifikan terhadap
harga saham (2) Variabel DER memiliki pengaruh
34
yang signifikan terhadap harga saham. (3) Variabel
ROE berpengaruh signifikan harga saham dengan
arah positif. (4) Variabel EPS menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan positif terhadap harga
saham.
(5)
Variabel
PER
tidak
perpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
E. Penelitian VIII
Judul Penilitian
: Pengaruh Current Ratio, Return on Equity, Return on
Asset, Earning Per Share Terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Food and Beverages yang Go
Public di BEJ
Peneliti
: Ali Maskun
Tahun penelitian
: 2012
Objek penelitan
: Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan Food and
Beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2006-2010.
Variable
:
g. Variable
Dependen
: Harga Saham
h. Variable
Independen
: Current Ratio, Return on Equity, Return on Asset,
Earning per Share.
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
: Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa
Rasio lancar (X1), Return on Equity (X2), tidak
berpengaruh terhadap harga saham (Y). Sementara
Return on Asset (X3), Earning Per Share (X4)
berpengaruh terhadap harga saham (Y).
2.2.2
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan
dengan
penelitian-penelitian
yang
pernah
dilakukan
sebelumnya. Ringkasan persamaan dan perbedaan.
35
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Judul
Peneliti
Hunjra et al Impact of
Dividend
Policy, Earning
per Share,
Return on
Equity, Profit
after Tax on
Persamaan
Perbedaan Penelitian
Penelitian
1. Variabel
1. Variabel
Independen:
Independen: Dividen
Return on
Policy, EPS, Profit
Equity.
After Tax
2. Variabel
Dependen:
2. Objek Penelitian
harga saham
3. Periode Penelitian
Stock Prices
2.
Indra Ricky
Analisis Rasio
Onibala,
Profitabilitas
Parengkuan
Dan Risiko
Tommy,
Keuangan
Paulina
Van Rate
Terhadap
Harga Saham
1. Variabel
Independen
: ROE
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
Independen: ROA,
NPM, Risiko Kurs
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
XL AXIATA
TBK
3.
Peter
Effect of
Irungu
Financial
Performance
Indicators on
Market Price
of Shares in
Commercial
Banks of
Kenya.
1. Variabel
1. Variabel
Dependen:
Independen:
Price Share
Financial
2. Variabel
Performance
Independen
: EPS,
Indicators (Bank
ROA, ROE,
Sizes, Size of
PBV
liabilities, Cost to
Income Ratio).
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
4. Teknik Analsis Data:
Survei
(bersambung)
36
(sambungan)
4.
Atika
Pengaruh
Rahmi,
Faktor Faktor
Muhammad Fundamental
Afran,
Dan
Risiko
Jalaluddin
Sistematik
Terhadap
1. Variabel
Independen:
ROE, DER
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
Harga Saham
5.
Putu
Dina Pengaruh EPS,
Aristya
DER,
Dan
Dewi
PBV Terhadap
Harga Saham
6
Wendy
Pengaruh
Cahyono
Rasio
dan
Profitabilitas,
Sutrisno
DER,
dan
PBV,
PER
Terhadap
Harga Saham
1. Variabel
Independen: ROA,
NPM, PER, EPS
Dividen Payout
Ratio.
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
1. Variabel
Independen:
DER, PBV
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
1.
1. Variabel
Variabel
Independen
: NPM,
ROA, ROE
EPS, DER,
PBV, dan
PER.
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
Independen: EPS
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
Independen: NPM,
ROA, EPS, PER.
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
(bersambung)
37
(sambungan)
7.
Astrid
Pengaruh Debt
Amanda,
to
Equity
Darminto,
Ratio,
Return
Achmad
on
Equity,
Husaini
Earning
Per
Share,
dan
1. Variabel
Independen:
DER, ROE
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
1. Variabel
Independen:
ROE, DER.
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
Independen: EPS,
PER
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
Price Earning
Ratio
Terhadap
Harga Saham
8.
Ali Maskun Pengaruh
Current Rasio,
Return
on
Equity, Return
on
Earning
Asset,
Per
Independen:
Current Ratio,
ROA, EPS.
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
Share
Terhadap
Harga Saham
2.3 Kerangka Pemikiran
Harga Saham merupakan salah satu indikator kinerja dan keberhasilan
pengelolaan suatu perusahaan dalam perspektif finansialnya. Untuk menghasilkan
laba, perusahaan harus melakukan aktivitas operasional. Aktivitas dalam rangka
memperoleh laba ini dapat terlaksana jika perusahaan memiliki sejumlah sumber
daya. Hubungan antar sumber daya yang membentuk aktivitas tersebut dapat
ditunjukkan oleh rasio keuangan. Beberapa faktor yang dianggap dapat
mempengaruhi harga saham Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity
(ROE) dan Price to Book Value (PBV). Hal ini dikarenakan kondisi – kondisi
tersebut menunjukkan keadaan sumber daya perusahaan
yang mampu
menghasilkan laba.
38
2.3.1
Return on Equity terhadap Harga Saham
Menurut Brigham dan Houston (2010:146) ROE merupakan rasio yang
penting bagi pemilik perusahaan (The Common Stockholder), rasio ini menunjukkan
tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh
pemilik perusahaan. ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh
pemilik saham. Rasio ini berguna untuk mengetahui efisiensi manajemen dalam
menjalankan modalnya, semakin tinggi ROE berarti semakin efisien dan efektif yang
di investasikannya terhadap perusahaan lebih baik serta dapat memberi pengaruh
positif bagi harga sahamnya di pasar sehingga memungkinkan untuk harga saham
meningkat. Hasil penelitian Rescyana Putri Hutami (2012) menunjukkan bahwa
ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
2.3.2
Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham
Debt to equity ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. (Kasmir, 2010:112). Semakin tinggi debt to equity ratio maka
perusahaan akan semakin berisiko, karena dengan debt to equity ratio yang tinggi
akan menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan hutang yang banyak untuk
menambah ekuitasnya, yang menunjukkan perusahaan memiliki hutang yang
besar, sehingga perusahaan memiliki risiko yang tinggi dalam pembayaran
hutangnya. Sehingga sebagian besar laba yang di dapat oleh perusahaan akan
digunakan untuk pembayaran hutang dan bunga yang memberikan ekspektasi
investor dalam pengembalian dividen perusahaan sangat kecil sehingga investor
tidak ingin berinvestasi di dalam perusahaan tersebut, juga kemungkinan investor
akan mendapatkan deviden yang kecil karena perusahaan akan mendahuluan
hutangnya dan bunganya daripada memberikan deviden sehingga memungkinkan
harga saham untuk menurun. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
debt to equity ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini
didukung dengan penelitian Atika Rahmi, Muhammad Arfan, dan Jalaluddin
(2013) yang menyatakan apabila DER meningkat makan harga saham menurun.
2.3.3
Price to Book Value terhadap Harga Saham
Faktor teknikal seperti rasio pasar juga sering kali digunakan oleh investor
dalam menganalisis suatu saham. Rasio pasar seperti PBV yang membandingkan
39
harga pasar saham dengan nilai buku saham sering digunakan oleh investor
karena melalui rasio ini investor dapat mengetahui seberapa besar pasar percaya
terhadap prospek perusahaan kedepannya karena rasio ini memberikan indikasi
pandangan investor atas perusahaan melalui perbandingan antara harga pasar
dengan nilai buku saham perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh
investor, artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus
mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah (Brigham dan
Houston 2010:151). Apabila nilai PBV tinggi berarti mencerminkan pasar
semakin percaya dengan prospek perusahaan kedepannya. Menurut penelitian
terdahulu Putu Dina Aristya Dewi (2013) dinyatakan bahwa Price Book Value
berpengaruh signifikan positif terhadap harga dan return saham, yang
menandakan setiap kenaikan PBV akan meningkatkan harga dan return saham.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Return On Equity 𝑋1
Debt To Equity Ratio 𝑋2
Harga Saham (Y)
Price to Book Value 𝑋3
Keterangan :
Parsial
Simultan
40
2.4
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa hipotesis yang akan diuji berdasarkan
tinjauan pustaka serta tinjauan tentang penelitian terdahulu, yaitu:
1.
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book
Value (PBV) memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga
saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI periode tahun
2011 –2014.
2.
Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan ke arah positif
terhadap harga saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI
periode tahun 2011 –2014.
3.
Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan ke arah negatif
terhadap harga saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI
periode tahun 2011 –2014.
4.
Price to Book Value (PBV) memiliki pengaruh signifikan ke arah positif
terhadap harga saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI
periode tahun 2011 –2014.
2.5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada emiten sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu
antara tahun 2011-2014. Perusahaan yang masuk dalam perhitungan emiten sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi secara berturut-turut selama periode 20112014 diharapkan dapat memberikan data yang maksimal untuk membantu
penelitian mengenai harga saham ini.
Penelitian ini menggunakan harga saham sebagai variabel dependen yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang kemungkinan dapat
mempengaruhi variabel dependen ini disebut sebagai variabel independen yang
terdiri dari Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to
Book Value (PBV). Penelitian ini akan mengkaji pengaruh signifikan baik secara
simultan ataupun parsial dari Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER), dan Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham.
41
Dengan menggunakan data penelitian dari website resmi Bursa Efek
Indonesia, yaitu www.idx.co.id Lokasi penelitian yang dipilih pada Bursa Efek
Indonesia karena memiliki catatan historis yang lengkap dan panjang mengenai
perusahaan yang sudah go public. dan juga data dari www.sahamok.com. Laporan
keuangan perusahaan menjadi sumber data untuk diteliti yang digunakan dalam
penelitian ini.
42
TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
2.1
Tinjauan Pustaka Penelitian
Landasan teori ini menjabarkan teori-teori dan hasil kajian kepustakaan
yang mendukung hipotesis serta berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan
teori berisi pemaparan teori dan argumentasi yang disusun sebagai kerangka
pemikiran dalam memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.
2.1.1
Investasi
A. Pengertian Investasi
Investasi menurut Frank J. Fabozzi manajemen investasi adalah proses
pengelolaan uang. Smith dan Skousen mengatakan, “Investing activities
transaction and events the purchase and sale of securotoes (excluding cash
equivalents), and, building, equipment. And other asset not generally held for
sale, and the making, and collecting of loans. They are not classified as operating
activities, since they relate only indirectly to the central, ongoing operations
ofentity.” (Fahmi, 2012: 2).
Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan, investasi
adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan
(accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seerti bunga, royalti,
dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan
perdagangan. Persediaan dan aset tetap bukan merupakan investasi.
Lebih jauh PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per
Oktober 2011 juga menjelaskan tentang beberapa pengertian berikut.
1. Properti (tanah atau bangunan atau bagian dari bangunan atau
keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa
pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai, atau
kedua-duanya, dan tidak untuk:
A. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif; atau;
B. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
15
Dengan
demikian,
investasi
dapat
didefinisikan
sebagai
bentuk
pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana
tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan
(compounding).
B. Tujuan Investasi
Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam suatu keputusan,
diperlukan ketegasan terhadap tujuan yang diharapkan. Begitu pula halnya dalam
bidang investasi, kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
tersebut antara lain:
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut;
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual);
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham;
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
C. Bentuk-bentuk Investasi
Menurut Fahmi (2012: 4) Dalam aktivitasnya, secara umum investasi
dikenal ada dua bentuk:
1. Investasi nyata.
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud,
seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik.
2. Investasi keuangan.
Investasi keuangan (Financial Investment) melibatkan kontrak tertulis,
seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond).
Pada dua bentuk investasi ini William F. Sharpe dkk (2000:85),
menegaskan bahwa para perekonomian modern lebih banyak dilakukan
investasi
keuangan.
Dimana
lembaga-lembaga
untuk
investasi
berkembang pesat memberi fasilitas untuk berinvestasi nyata. Jadi, kedua
bentuk investasi bersifat komplementer, bukan kompetitif. Dengan
demikian, ukuran kemajuan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari
keberadaan dan kualitas bursa efeknya yang diakui oleh para pebisnis.
16
D. Tipe-tipe Investasi
Menurut Fahmi (2012: 4) ada 2 tipe investasi yaitu:
1. Investasi Langsung
Investasi langsung (direct investment) yaitu mereka yang memiliki
dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung
suatu aset keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik
melalui perantara atau berbagai cara lainnya.
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung (indirect investment) adalah mereka yang
memiliki kelebihan dana dapat melakukan keputusan investasi dengan
tidak terlibat secara langsung atau pembelian aset keuangan cukup
hanya dengan memegang dalam bentuk saham atau obligasi saja.
Mereka yang melakukan kebijakan investasi tidak langsung umumnya
cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting pada
suatu perusahaan.
2.1.2
Teori Sinyal (signaling theory)
Menurut Gumanti (2009 : 11), teori sinyal menyatakan bahwa manajer
(agen) atau perusahaan secara kualitatif memiliki kelebihan informasi
dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran-ukuran atau
fasilitas tertentu menyiratkan kualitas perusahaannya. Jika pemegang saham atau
investor tidak mencoba mencari informasi terkait dengan sinyal, mereka tidak
akan mampu mengambil manfaat maksimal.
Menurut Fahmi (2012 : 100) Teori sinyal (signaling theory) merupakan
saah satu pilar dalam memahami manajemen keuangan. Secara teori signaling
theory adalah teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar,
sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor.
Secara umum, sinyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh
perusahaan (manajer) kepada pihak luar (investor). Sinyal tersebut dapat berwujud
berbagai bentuk, baik yang secara langsung dapat diamati maupun yang harus
dilakukan penelaahan lebih mendalam untuk dapat mengetahuinya. Apapun
bentuk atau jenis dari sinyal yang dikeluarkan, semuanya dimaksudkan untuk
17
menyiratkan sesuatu dengan harapan pasar atau pihak eksternal akan melakukan
perubahan penilaian atas perusahaan. Artinya, sinyal yang dipilih harus
mengandung kekuatan informasi (information content) untuk dapat merubah
penilaian pihak eksternal perusahaan.
2.1.3
Pasar Modal
Menurut
Sutedi
(2013:71),
pasar
modal
adalah
kegiatan
yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah penjualan perdana efek oleh perusahaan yang
menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada saat ini
efek diperdagangkan dengan harga emisi dan bagi perusahaan yang menerbitkan
sahamnya di pasar ini, akan memperoleh dana dengan menjual sekuritas, seperti
saham dan obligasi. Dalam pasar perdana ini, saham (efek) yang ditawarkan
kepada calon investor adalah saham yang baru diterbitkan oleh emiten sehingga
harganya sudah pasti dan tidak boleh ditawar – tawar lagi.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah titik sentral kegiatan pasar modal karena pada pasar
sekunder terjadi aktivitas perdagangan yang mempertemukan penjual dan pembeli
efek. Pada pasar sekunder harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut.
Di pasar sekunder pihak yang terlibat di dalamnya hanyalah pihak – pihak yang
menerbitkan efek (investor jual) dengan pihak – pihak yang membeli efek
(investor beli) yang dalam segala aktivitasnya dilakukan oleh perantaranya
masing – masing yang disebut dengan wakil perantara perdagangan efek.
3. Bursa Paralel
Bursa paralel merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang
menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan
melalui bursa paralel. Bursa paralel merupakan alternatif bagi perusahaan yang go
18
public memperjualbelikan efeknya jika dapat memenuhi syarat yang ditentukan
pada bursa efek.
Menurut Kasmir (2010:62) yang mengatakan pasar modal juga lebih
dikenal dengan nama pasar saham (the stock market), karena memang yang
diperjualbelikan lebih banyak saham daripada obligasi. Di pasar saham, nilai
saham ditentukan dengan kata lain bahwa tempat ini sangat menentukan nilai
perusahaan, seperti tujuan dari manajemen keuangan. Kemudian di bursa saham
(stock exchanges) diperjualbelikan dua macam bursa saham, yaitu:
1. Bursa Saham Formal
Bursa saham formal, merupakan bursa yang memiliki kesatuan fisik yang
nyata, seperti memiliki gedung sendiri, anggota dan langganan resmi, yang
dipimpin oleh suatu dewan pimpinan untuk masing – masing bursa. Contoh dari
bursa saham formal adalah:
a. Bursa Efek Indonesia.
b. New York Stock Exchange (NYSE).
c. American Stock Exchange (AMEX).
2. Bursa Saham Nonformal
Bursa saham nonformal, merupakan bentuk organisasi yang tidak nyata. Jual
beli saham terjadi pada saat bersamaan dengan prinsip kerja lelang. Makelar
saham (pialang/broker) memiliki dan menyimpan berbagai data sekuritas untuk
melayani investor yang mau membeli atau menjual sahamnya. Secara umum
bursa saham nonformal diartikan sebagai semua fasilitas yang memungkinkan
transaksi sekuritas di luar bursa saham formal. Yang terlibat dalam bursa saham
nonformal ini meliputi:
a. Beberapa dealer yang menyimpan data sekuritas dan dianggap menguasai
pasar sekuritas tersebut.
b. Makelar yang bertindak selaku agen yang mempertemukan dealer dengan
investor yang jumlahnya mencapai ratusan atau bahkan ribuan.
19
2.1.4
Saham
A.
Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang diperdagangkan
dipasar modal yang paling banyak diminati masyarakat walaupun memiliki risiko
yang besar. Keuntungan yang akan diperoleh dari penanaman modal dalam
bentuk ini adalah dividen selain mendapatkan keuntungan berupa dividen para
pemegang saham akan memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS).
Menurut Fahmi (2012:80), saham adalah :
1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan
2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama peusahaan dan diikuti
dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.
3. Persediaan yang siap untuk dijual
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5), saham adalah:
Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atas perseroan terbatas.
Berdasarkan pernyataan tersebut saham dapat dikatakan sebagai surat bukti
pemilikan terhadap sebagian modal atau perseroan terbatas. Bagi investor, dengan
memiliki surat bukti tersebut berarti ia sebagai pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat bukti tersebut dalam hal ini saham. Hal tersebut disebabkan
karena untuk mendapatkan surat bukti tersebut investor mengeluarkan dananya
yang digunakan untuk kegiatan usaha perusahaan.
B.
Analisis Saham
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:6) Untuk mengetahui pergerakan
harga di bursa saham ada dua macam pendekatan, yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal. Analisis fundamental merupakan posisi kekuatan perusahaan
(keuangan dan lain-lain) yang mempengaruhi harga saham dimasa depan.
Sedangkan analisis teknikal/ teknis merupakan data dan catatan pasar masa lalu,
yang dibaca investor sebagai prediksi harga masa depan.
Bagian utama analisis fundamental adalah evaluasi atas posisi dan kinerja
keuangan perusahaan. Tujuan utama analisis fundamental adalah menentukan
20
nilai intrisik yang disebut juga nilai fundamental (fundamental value). Nilai
intrisik adalah nilai sebuah perusahaan (atau sahamnya) berdasarkan analisis
fundamental, tanpa mengacu pada nilai pasar (atau harga saham). Strategi investor
yang menggunakan analisis fundamental adalah sebagai berikut: beli saham
perusahaan saat nilai intrisiknya tinggi, dan tahan saham bila nilai intrisiknya
mendekati nilai pasar.
C.
Jenis Saham
Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal publik
yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Dimana
kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya masing-masing. Saham
menurut Fahmi (2012: 271-272) terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Preffered stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegangnya akan
memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap
kuartal (3 bulanan).
2. Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen dan
sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS dan
RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk
menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang
selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
dividen. Saham biasa ini memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Blue chip-stock (saham unggulan), adalah saham dari perusahaan yang
dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan
manajemen yang berkualitas. Saham-saham IBM dan Du Pont merupakan
contoh blue chip.
b. Growth stock (saham pertumbuhan), adalah saham-saham yang diharapkan
memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata sahamsaham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.
c. Defensive stock (saham defensif), adalah saham yang cenderung lebih
stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan
21
dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar. Contoh perusahaan yang
masuk kategori ini biasanya perusahaan yang produknya memang
dibutuhkan oleh publik seperti perusahaan yang produknya memang
dibutuhkan oleh publik seperti perusahaan yang masuk kategori food and
beverage, yaitu produk gula, beras, minyak, garam dan sejenisnya.
d. Cyclical stock (saham siklikal), adalah sekuritas yang cenderung naik
nilainya secara cepat saat ekonomi lesu. Contohnya saham pabrik mobil
dan real estate. Sebaliknya saham non siklis mencakup saham-saham
perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan umum yang
tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi, misalnya makanan dan obatobatan.
e. Seasonal stock (saham musiman), adalah perusahaan yang penjualannya
bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
sebagai contoh, pabrik mainan memiliki penjualan musiman yang khusus
pada saat musim natal.
f. Speculative stock (saham spekulatif), adalah saham yang kondisinya
memiliki tingkat spekulasi yang tinggi. Yang kemungkinan tingkat
pengembalian hasilnya rendah atau negatif. Ini biasanya dipakai untuk
membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.
D.
Harga Saham
Dalam Keown, et al. (2010:199), dijelaskan bahwa tujuan utama
perusahaan adalah memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan.
Keberhasilan atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai
berdasarkan dampaknya pada harga saham biasa perusahaan. Saham adalah tanda
penyertaan atau tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha pada sebuah
perusahaan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:102) harga saham adalah
harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik
ataupun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Ia dapat berubah dalam
hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal itu dimungkinkan
karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham
dengan penjual saham. Sedangkan menurut Kesuma (2009:404) Nilai nominal
22
penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di
pasar modal di Indonesia Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:102), harga
saham yang ada dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Harga Nominal
Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham yang
besarnya ditentukan dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Harga nominal
sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara arbitrer
dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini berguna untuk menentukan harga
“saham biasa yang dikeluarkan”. Besarnya harga nominal memberikan arti
penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham pada
pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan
emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan
dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
3. Harga pasar
Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham
perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak memiliki
saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari sebagai respon
terhadap hasil aktual atau yang diantisipasi dan sentimen pasar secara
keseluruhan atau sektoral sebagaimana tercermin dalam indeks bursa saham.
Hal itu juga menunjukkan bahwa tujuan utama manajemen adalah menjamin
harga sebaik mungkin dalam kondisi apapun.
Adapun beberapa istilah mengenai harga Menurut Rahardjo (2006:154)
yang sering digunakan dalam perdagangan saham yaitu :
a. Open yaitu harga saat pembentukan harga saham pada awal perdagangan,
jadi setiap perdagangan saham dimulai, ada harga pembukaan yang
menjadi patokan dasar kenaikan atau penurunan harga saham periode
tertentu.
23
b. High yaitu posisi harga tertinggi dalam suatu periode perdagangan saham.
Dalam posisi ini, ada kecenderungan banyak terjadi keinginan pembelian
daripada penjualan saham. Dengan demikian tren harga saham
menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dan tinggi pada waktu
tertentu.
c. Low yaitu posisi harga saham yang paling rendah dalam suatu periode
tertentu. Ini terjadi karena tren orang menjual saham lebih banyak dari
minat belinya. Oleh karena itu, harga tertekan ke bawah.
d. Close yaitu harga terakhir/penutupan sebuah perdagangan saham pada
periode tertentu. Istilah closing
menjadi dasar berakhirnya transaksi
perdagangan pada periode perdagangan tertentu. Closing price menjadi
patokan harga pembukaan pada perdagangan selanjutnya.
2.1.5
Laporan Keuangan
A.
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi suatu perusahaan dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi
yang menggambarkan kinerja perusahaan (Fahmi, 2011:22). Mengutip pendapat
Farid dan Siswanto dalam Fahmi (2011:21) mengatakan “laporan keuangan
merupakan informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada
pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial”.
Lebih lanjut menurut Munawir dalam Fahmi (2011:21) mengatakan
“Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan.” Dengan begitu laporan keuangan
diharapkan akan membantu bagi para pengguna (users) untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat financial.
Menurut PSAK No. 1 Revisi 2013 tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
24
pertanggungjawaban
manajemen
atas
penggunaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka.
B.
Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010:67-68), pada dasarnya laporan keuangan yang
utama terdiri dari:
1.
Neraca menunjukkan posisi keuangan-aktiva, utang, dan ekuitas pemegang
saham suatu perusahaan pada tanggal tertentu, seperti pada akhir triwulan
atau akhir tahun.
2.
Laporan laba rugi menyajikan hasil usaha-pendapatan, beban, laba atau rugi
per saham untuk periode akuntansi tertentu.
3.
Laporan perubahan modal, merupakan laporan yang menggambarkan
jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan saat ini.
4.
Laporan arus kas memberikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar
dari kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi selama suatu periode
akuntansi.
5.
Catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan yang dibuat berkaitan
dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi
tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada
sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar pengguna
laporan keuangan menjadi jelas akan data yang disajikan.
C.
Metode dan Teknik Analsisis Laporan Keuangan
Menurut Fahmi (2011 : 22) ada dua metode analisis yang digunakan oleh
setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis
vertikal. Analisis horisontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan
diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan
yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan
keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil
operasi pada saat itu saja.
25
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri
dari :
1)
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan
penelitian lebih lanjut.
2) Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3) Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement),
adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada
masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan
dengan jumlah penjualannya.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
6) Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan
dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara
individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
26
7) Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba
kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode
tersebut.
8) Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
2.1.6
Analisis Rasio Keuangan
A.
Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Fahmi (2011:44) rasio keuangan adalah suatu kajian yang
melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan
dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk
diterapkan. Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk
melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka
pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi
keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan yang membayar deviden
memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana
yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan.
B.
Manfaat dan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Fahmi (2011:47) adapun manfaat yang bisa diambil dengan
dipergunakannya rasio keuangan, yaitu:
1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan;
2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan;
3. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan;
27
4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman;
5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
stakeholder organisasi.
C.
Penggolongan Rasio
Menurut Fahmi (2011:51-70) rasio keuangan dapat dikelompokkan
menjadi enam jenis yaitu:
1. Rasio Likuiditas yaitu kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio,
Quick Ratio (Acid Test Ratio), Net Working Capital Ratio, Cash Flow
Liqudity Ratio.
2. Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan
karena perusahaan akan masuk dalam kategori utang ekstrem yaitu perusahaan
terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban
utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan
berapa utang yang layak diambil dan darimana sumber-sumber yang dapat
dipakai untuk membayar utang. Rasio leverage yang digunakan dipenelitian
ini adalah Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini
dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2010:112).
(2.2)
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
3. Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat
28
maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Rasio ini terbagi
menjadi Inventory Turnover, Day Sales Outstanding, Fixed Assets Turnover,
Total Assets Turnover, Long Term Assets Turnover.
4. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Rasio
profitabilitas yang digunakan di penelitian ini adalah Return On Equity.
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan ROE merupakan hasil
pengembalian atas ekuitas atau kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba bersih setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri atau ekuitas.
(Fahmi, 2011:82)
(2.1)
5. Rasio Pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya didalam industri dan dalam
perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan ini yang umum
dilihat dari berbagai segi yaitu dari segi penjualan, Earning After Tax (EAT),
laba per lembar saham, dividen per lembar saham, dan harga pasar per lembar
saham.
6. Rasio Nilai Pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di
pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen
perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan
dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai pasar yang digunakan di
penelitian ini adalah Price Book Value (PBV). Dalam penelitian ini, PBV
sebagai variabel independen. Price to Book Value (PBV) dihitung berdasarkan
pembagian market value atau harga pasar (closing price) dengan book value
suatu saham pada perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor
yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus
mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku lebih tinggi
dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah. (Brigham &
Houston, 2010:151)
(2.3)
29
2.2
Penelitian Terdahulu
2.2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu baik di Indonesia maupun di luar Indonesia
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
sebagai landasan kerangka penelitian yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi
penulis adalah:
A. Penelitian I
Judul Penilitian
:
Impact of Dividend Policy, Earning per Share,
Return on Equity, Profit after Tax on Stock Prices
Peneliti
: Ahmed Imran Hunjra a, Muhammad Shahzad Ijaza,
Muhammad Irfan Chani b, Sabih ul
Hassan a, dan Umer Mustafa
Tahun penelitian
: 2014
Objek penelitan
: All 63 companies listed in Karachi Stock Exchange
was used for period of 6 years from 2006 to 2011.
Variable
:
a. Variable Dependen
b. Variable Independen
: Stock Price
: dividen policy, ROE, EPS, and Profit after tax.
Teknik Analisis Data
: Ordinary least square regression model has been
applied on Panel data approach.
Hasil Penelitian
: The results indicate dividend yield and dividend
payout ratio which are both measures of dividend
policy have significant impact on stock price.
Dividend yield is negatively related with stock price
and dividend payout ratio is positively related with
stock price which means that these results are
against dividend irrelevance theory. For other
independent variables profit after tax and earnings
per share have significant positive impact on stock
price and return on equity which shows positive
insignificant impact on stock price.
30
B. Penelitian II
Judul Penilitian
: Analisis Rasio Profitabilitas Dan Risiko Keuangan
Terhadap Harga Saham XL AXIATA TBK Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2007-2012
Peneliti
: Indra Ricky Onibala, Parengkuan Tommy, dan
Paulina Van Rate
Tahun penelitian
: 2014
Objek penelitan
: Populasi dari penelitian ini adalah XL Axiata Tbk
dan sampelnya laporan keuangan XL Axiata Tbk.
Variable
:
a. Variable Dependen : Harga Saham
b. Variable
: ROA, ROE, NPM, dan Risiko Kurs
Independen
Teknik Analisis Data
: Metode Asosiatif
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian ini adalah ROA, ROE, NPM dan
risiko kurs berpengaruh terhadap harga saham, baik
secara
simultan
maupun
parsial.
Sebaiknya
manajemen berupaya untuk meningkatkan nilai ROE
sehingga investor menjadi lebih tertarik untuk
berinvestasi
karena
nilai
pengembalian
aset
perusahaan menjadi lebih tinggi.
C. Penelitian III
Judul Penilitian
: Effect of Financial Performance Indicators on
Market Price of Shares in Commercial Banks of
Kenya.
Peneliti
: Peter Irungu
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
: All Commercial Banks of Kenya.
Variable
:
c. Variable Dependen
: Market Price of Shares
: Financial Performance Indicators (Bank Sizes, Size
d. Variable Independen
31
of liabilities, Cost to Income Ratio).
Teknik Analisis Data
: Desktop Literature Surveys.
Hasil Penelitian
: Bank size (total assets) influences market share price
of listed commercial banks in Kenya. Size of
liabilities influences the market share price of listed
commercial banks in Kenya. Cost to income ratio
influences market share price of listed commercial
banks in Kenya.
D. Penelitian IV
Judul Penilitian
: Pengaruh Faktor Faktor Fundamental Dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham
Peneliti
: Atika Rahmi, Muhammad Afran, dan Jalaluddin
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
: Perusahaan-perusahaan bidang manufaktur, yang
termasuk dalam Bursa Efek Indonesia periode 20072009.
Variable
:
e. Variable Dependen
: Harga Saham
: Faktor Fundamental (EPS, Dividen Payout Ratio,
f. Variable Independen
NPM , BV, ROA, ROE, PER, dan DER).
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
: (1) Faktor-faktor fundamental (earning per share,
price earning ratio, book value per share, dividend
payout ratio, debt to equity ratio, return on asset,
return on equity, net profit margin), dan risiko
sistematik
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap harga saham. (2) Secara parsial, Faktorfaktor fundamental (earning per share, price earning
ratio, book value per share, dividend payout ratio,
debt to equity ratio, return on asset, return on equity,
net profit margin), dan risiko sistematik berpengaruh
32
positif terhadap harga saham.
B. Penelitian V
Judul Penilitian
: Pengaruh EPS, DER, Dan PBV Terhadap Harga
Saham
Peneliti
: Putu Dina Aristya Dewi
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
: Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang
bergerak di bidang food and beverages yang terdaftar
di BEI pada periode tahun 2009-2011
Variable
:
g.Variable Dependen
h. Variable Independen
: Harga Saham
: EPS, DER, dan PBV.
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
:
Pengaruh EPS, PBV terhadap harga saham adalah
signifikan
positif,
sedangkan
pengaruh
DER
terhadap harga saham adalah signifikan negatif pada
perusahaan Food and Beverage yang teregister di
BEI dengan tahun pengamatan pada 2009-2011.
Ketiga variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini EPS, DER, dan PBV bersama-sama
berpengaruh signifikan bagi harga saham perusahaan
di bidang Food and Beverage yang terdaftar di BEI
dengan periode pengamatan pada 2009-2011
C. Penelitian VI
Judul Penilitian
: Pengaruh Rasio Profitabilitas, DER, PBV, Dan PER
Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII).
Peneliti
: Wendy Cahyono dan Sutrisno
Tahun penelitian
: 2013
Objek penelitan
:
Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang
berada dalam kelompok Jakarta Islamic Index
periode tahun 2008-2011.
33
Variable
:
c. Variable
Dependen
: Harga Saham
d. Variable
Independen
: NPM, ROA, ROE, EPS, DER, PBV, dan PER.
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
:
(1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
bersama-sama maupun secara parsial variabel
NPM, ROA, ROE, EPS, DER, PBV, dan PER
memiliki
pengaruh
terhadap
Harga
Saham.
Sedangkan variabel yang paling berpengaruh
dominan terhadap harga saham adalah EPS.
D. Penelitian VII
Judul Penilitian
: Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
Earning Per Share, dan Price Earning Ratio
Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Food
and Beverages yang terdaftar di BEI pada tahun
2008-2011).
Peneliti
: Astrid Amanda, Darminto, dan Achmad Husaini
Tahun penelitian
: 2012
Objek penelitan
: Perusahaan
yang
dipilih
adalah
perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2008-2011.
Variable
:
e. Variable
Dependen
: Harga Saham
f.
Variable
Independen
: DER, ROE, EPS dan PER.
Teknik Analisis Data
: Analsisi deskriptif dan Analisis Regresi Linier.
Hasil Penelitian
: Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini
dinyatakan bahwa (1) secara simultan variabel DER,
ROE, EPS dan PER berpengaruh signifikan terhadap
harga saham (2) Variabel DER memiliki pengaruh
34
yang signifikan terhadap harga saham. (3) Variabel
ROE berpengaruh signifikan harga saham dengan
arah positif. (4) Variabel EPS menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan positif terhadap harga
saham.
(5)
Variabel
PER
tidak
perpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
E. Penelitian VIII
Judul Penilitian
: Pengaruh Current Ratio, Return on Equity, Return on
Asset, Earning Per Share Terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Food and Beverages yang Go
Public di BEJ
Peneliti
: Ali Maskun
Tahun penelitian
: 2012
Objek penelitan
: Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan Food and
Beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2006-2010.
Variable
:
g. Variable
Dependen
: Harga Saham
h. Variable
Independen
: Current Ratio, Return on Equity, Return on Asset,
Earning per Share.
Teknik Analisis Data
: Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil Penelitian
: Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa
Rasio lancar (X1), Return on Equity (X2), tidak
berpengaruh terhadap harga saham (Y). Sementara
Return on Asset (X3), Earning Per Share (X4)
berpengaruh terhadap harga saham (Y).
2.2.2
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan
dengan
penelitian-penelitian
yang
pernah
dilakukan
sebelumnya. Ringkasan persamaan dan perbedaan.
35
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Judul
Peneliti
Hunjra et al Impact of
Dividend
Policy, Earning
per Share,
Return on
Equity, Profit
after Tax on
Persamaan
Perbedaan Penelitian
Penelitian
1. Variabel
1. Variabel
Independen:
Independen: Dividen
Return on
Policy, EPS, Profit
Equity.
After Tax
2. Variabel
Dependen:
2. Objek Penelitian
harga saham
3. Periode Penelitian
Stock Prices
2.
Indra Ricky
Analisis Rasio
Onibala,
Profitabilitas
Parengkuan
Dan Risiko
Tommy,
Keuangan
Paulina
Van Rate
Terhadap
Harga Saham
1. Variabel
Independen
: ROE
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
Independen: ROA,
NPM, Risiko Kurs
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
XL AXIATA
TBK
3.
Peter
Effect of
Irungu
Financial
Performance
Indicators on
Market Price
of Shares in
Commercial
Banks of
Kenya.
1. Variabel
1. Variabel
Dependen:
Independen:
Price Share
Financial
2. Variabel
Performance
Independen
: EPS,
Indicators (Bank
ROA, ROE,
Sizes, Size of
PBV
liabilities, Cost to
Income Ratio).
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
4. Teknik Analsis Data:
Survei
(bersambung)
36
(sambungan)
4.
Atika
Pengaruh
Rahmi,
Faktor Faktor
Muhammad Fundamental
Afran,
Dan
Risiko
Jalaluddin
Sistematik
Terhadap
1. Variabel
Independen:
ROE, DER
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
Harga Saham
5.
Putu
Dina Pengaruh EPS,
Aristya
DER,
Dan
Dewi
PBV Terhadap
Harga Saham
6
Wendy
Pengaruh
Cahyono
Rasio
dan
Profitabilitas,
Sutrisno
DER,
dan
PBV,
PER
Terhadap
Harga Saham
1. Variabel
Independen: ROA,
NPM, PER, EPS
Dividen Payout
Ratio.
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
1. Variabel
Independen:
DER, PBV
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
1.
1. Variabel
Variabel
Independen
: NPM,
ROA, ROE
EPS, DER,
PBV, dan
PER.
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
Independen: EPS
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
Independen: NPM,
ROA, EPS, PER.
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
(bersambung)
37
(sambungan)
7.
Astrid
Pengaruh Debt
Amanda,
to
Equity
Darminto,
Ratio,
Return
Achmad
on
Equity,
Husaini
Earning
Per
Share,
dan
1. Variabel
Independen:
DER, ROE
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
1. Variabel
Independen:
ROE, DER.
2. Variabel
Dependen:
Harga
Saham
1. Variabel
Independen: EPS,
PER
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
Price Earning
Ratio
Terhadap
Harga Saham
8.
Ali Maskun Pengaruh
Current Rasio,
Return
on
Equity, Return
on
Earning
Asset,
Per
Independen:
Current Ratio,
ROA, EPS.
2. Objek Penelitian
3. Periode Penelitian
Share
Terhadap
Harga Saham
2.3 Kerangka Pemikiran
Harga Saham merupakan salah satu indikator kinerja dan keberhasilan
pengelolaan suatu perusahaan dalam perspektif finansialnya. Untuk menghasilkan
laba, perusahaan harus melakukan aktivitas operasional. Aktivitas dalam rangka
memperoleh laba ini dapat terlaksana jika perusahaan memiliki sejumlah sumber
daya. Hubungan antar sumber daya yang membentuk aktivitas tersebut dapat
ditunjukkan oleh rasio keuangan. Beberapa faktor yang dianggap dapat
mempengaruhi harga saham Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity
(ROE) dan Price to Book Value (PBV). Hal ini dikarenakan kondisi – kondisi
tersebut menunjukkan keadaan sumber daya perusahaan
yang mampu
menghasilkan laba.
38
2.3.1
Return on Equity terhadap Harga Saham
Menurut Brigham dan Houston (2010:146) ROE merupakan rasio yang
penting bagi pemilik perusahaan (The Common Stockholder), rasio ini menunjukkan
tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh
pemilik perusahaan. ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh
pemilik saham. Rasio ini berguna untuk mengetahui efisiensi manajemen dalam
menjalankan modalnya, semakin tinggi ROE berarti semakin efisien dan efektif yang
di investasikannya terhadap perusahaan lebih baik serta dapat memberi pengaruh
positif bagi harga sahamnya di pasar sehingga memungkinkan untuk harga saham
meningkat. Hasil penelitian Rescyana Putri Hutami (2012) menunjukkan bahwa
ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
2.3.2
Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham
Debt to equity ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. (Kasmir, 2010:112). Semakin tinggi debt to equity ratio maka
perusahaan akan semakin berisiko, karena dengan debt to equity ratio yang tinggi
akan menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan hutang yang banyak untuk
menambah ekuitasnya, yang menunjukkan perusahaan memiliki hutang yang
besar, sehingga perusahaan memiliki risiko yang tinggi dalam pembayaran
hutangnya. Sehingga sebagian besar laba yang di dapat oleh perusahaan akan
digunakan untuk pembayaran hutang dan bunga yang memberikan ekspektasi
investor dalam pengembalian dividen perusahaan sangat kecil sehingga investor
tidak ingin berinvestasi di dalam perusahaan tersebut, juga kemungkinan investor
akan mendapatkan deviden yang kecil karena perusahaan akan mendahuluan
hutangnya dan bunganya daripada memberikan deviden sehingga memungkinkan
harga saham untuk menurun. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
debt to equity ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham. Hal ini
didukung dengan penelitian Atika Rahmi, Muhammad Arfan, dan Jalaluddin
(2013) yang menyatakan apabila DER meningkat makan harga saham menurun.
2.3.3
Price to Book Value terhadap Harga Saham
Faktor teknikal seperti rasio pasar juga sering kali digunakan oleh investor
dalam menganalisis suatu saham. Rasio pasar seperti PBV yang membandingkan
39
harga pasar saham dengan nilai buku saham sering digunakan oleh investor
karena melalui rasio ini investor dapat mengetahui seberapa besar pasar percaya
terhadap prospek perusahaan kedepannya karena rasio ini memberikan indikasi
pandangan investor atas perusahaan melalui perbandingan antara harga pasar
dengan nilai buku saham perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh
investor, artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus
mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah (Brigham dan
Houston 2010:151). Apabila nilai PBV tinggi berarti mencerminkan pasar
semakin percaya dengan prospek perusahaan kedepannya. Menurut penelitian
terdahulu Putu Dina Aristya Dewi (2013) dinyatakan bahwa Price Book Value
berpengaruh signifikan positif terhadap harga dan return saham, yang
menandakan setiap kenaikan PBV akan meningkatkan harga dan return saham.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Return On Equity 𝑋1
Debt To Equity Ratio 𝑋2
Harga Saham (Y)
Price to Book Value 𝑋3
Keterangan :
Parsial
Simultan
40
2.4
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa hipotesis yang akan diuji berdasarkan
tinjauan pustaka serta tinjauan tentang penelitian terdahulu, yaitu:
1.
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book
Value (PBV) memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga
saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI periode tahun
2011 –2014.
2.
Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan ke arah positif
terhadap harga saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI
periode tahun 2011 –2014.
3.
Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan ke arah negatif
terhadap harga saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI
periode tahun 2011 –2014.
4.
Price to Book Value (PBV) memiliki pengaruh signifikan ke arah positif
terhadap harga saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI
periode tahun 2011 –2014.
2.5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada emiten sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu
antara tahun 2011-2014. Perusahaan yang masuk dalam perhitungan emiten sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi secara berturut-turut selama periode 20112014 diharapkan dapat memberikan data yang maksimal untuk membantu
penelitian mengenai harga saham ini.
Penelitian ini menggunakan harga saham sebagai variabel dependen yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang kemungkinan dapat
mempengaruhi variabel dependen ini disebut sebagai variabel independen yang
terdiri dari Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to
Book Value (PBV). Penelitian ini akan mengkaji pengaruh signifikan baik secara
simultan ataupun parsial dari Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER), dan Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham.
41
Dengan menggunakan data penelitian dari website resmi Bursa Efek
Indonesia, yaitu www.idx.co.id Lokasi penelitian yang dipilih pada Bursa Efek
Indonesia karena memiliki catatan historis yang lengkap dan panjang mengenai
perusahaan yang sudah go public. dan juga data dari www.sahamok.com. Laporan
keuangan perusahaan menjadi sumber data untuk diteliti yang digunakan dalam
penelitian ini.
42