PENGARUH MCDONALISA SI TERHADAP MASYARAKA

GLOBALISASI

Disusun Oleh :
TOMMY JOKO PUTRA

13211O5O23

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

PENGARUH MCDONALISASI TERHADAP MASYARAKAT PINGGIRAN

LATAR BELAKANG
Teori mengenai globalisasi menurut George Ritzer, muncul sebagai hasil dari rentetan
perkembangan internal atas teori sosial melawan perspektif yang telah ada sebelumnya yaitu
teori modernisasi. Karakteristik dari teori ini adalah orientasinya yang menyebarluaskan fokus
utama dari dunia Barat. Globalisasi sendiri terjadi dalam beberapa dimensi utama yaitu :
politik/institusi, ekonomi, budaya. Pada titik ekstrem, globalisasi kultur dapat dilihat sebagai
ekspansi transnasional dari kode dan praktik bersama (homogenitas), atau proses dimana banyak

input kultural lokal dan global saling berinteraksi untuk menciptakan semacam perpaduan yang
mengarah ke pencangkokan kultur (heterogenitas).
Pada level ekonomi, globalisasi dapat dilihat sebagai penyebaran ekonomi pasar
keseluruh kawasan dunia yang berbeda (heterogenitas). Namun pada pandangan lain, globalisasi
ekonomi juga dapat menyebabkan komodifikasi kultur lokal dan ekspansi spesialisasi yang
fleksibel yang bisa mengaitkan berbagai produk dengan kebutuhan dari beragam spesifikasi lokal
(heterogenitas). Dan pada tingkat institusi, dapat dilihat melalui pertumbuhan institusi dan
organisasi transnasional banyak menghilangkan kekuasan negara-bangsa dan struktur sosiallokal lainnya untuk membuat perbedaan dalam kehidupan individu. Globalisasi juga
mempengaruhi gaya hidup suatu bangsa maupun Negara melalui makanan dan minuman
sehingga gaya hidup tersebut mampu merangsek masuk ke seluruh dunia.
McDonalisasi merupakan komsumsi baru bagi masyarakat perkotaan maupun di
pedesaan. McDonalisasi merupakan sebuah proses dengan apa prinsip-prinsip dari restoran cepat
saji semakin lama semakin banyak sector dari masyarakat Amerika dan sejumlah besar
masyarakat lainnya di seluruh dunia. Ada beberapa prinsip kerja yang menjadi model
McDonalisasi yaitu: efesiensi, kemampuan memperhitungkan, kemampuan memperediksi dan
mengontrol terutama melalui penggantian tehnologi manusia dengan mesin. Dan tidak saja pada
industry cepat saji tetapi diterapkan pada industry pendidikan, politik agama, serta peradilan
criminal.

Pokok pembahasan dari proposal ini bukan pada McDonald sebagai pola komsumsi

masyarakat modern, namun pada sistem yang diterapkan McDonald dalam proses sosial
masyarakat modern. Ritzer(1999; 567) McDonalisasi adalah salah satu dari alat komsumsi yang
baru, selain alat lainnya, seperti mall, megamall,(misalnya Mall of Amaerca) cybermall,
superstore ( misalnya, Toys, “R” Us) discounter (WalMart), salauran hiburan, hotel-kasino Las
Vegas, teman bertemakan ala Disney dan sebagainya. McDonaldisasi adalah istilah yang
dikemukakan oleh George Ritzer (sosiolog dari Universitas Maryland) dalam The
McDonaldization of Society (1993) untuk menunjukkan suatu proses dimana prinsip-prinsip
restoran cepat saji (lebih khusus lagi: McDonald’s) mulai mendominasi berbagai sektor
masyarakat di seluruh dunia, mulai dari bisnis restoran, agama, seks, pendidikan, dunia kerja,
biro periklanan, politik, program diet, keluarga dsb.
Ritzer menjelaskan prinsip-prinsip McDonald’s (dan model McDonald’s) yang kemudian
mendominasi sektor lain (McDonaldisasi) dimana prisip-prinsip McDonald’s ini adalah
komponen dasar sistem masyarakat modern yang rasional. Ritzer menunjukkan bagaimana
sistem yang rasional ini sebenarnya penuh dengan irasionalitas. Meningkatnya layanan homedelivery di Jepang misalnya, bukannya meningkatkan efisiensi, tetapi malah membuat jalan raya
dipenuhi mobil-mobil pengantar pesanan dan membuat meningkatnya kemacetan. Contoh lain,
karena kantor-kantor dipenuhi dengan mesin-mesin penjawab dan pengatur lalu-lintas telepon,
kini untuk menghubungi seseorang kita harus melewati banyak sekali nomor.
Penggantian manusia dengan mesin dengan dalih efisiensi juga bisa dipertanyakan:
efisien untuk siapa? Dalam kasus mesin ATM misalnya, kita bisa melihat dari perspektif pemilik
bank bahwa ini berarti mempekerjakan orang dengan tanpa dibayar (yaitu konsumen yang

diposisikan sebagai pengganti teller). Dari perspektif ini akhirnya konsumenlah yang harus
melakukannya sendiri; melakukan transaksi, mengambil nota, menghitung uang dsb.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah dampak Mcdonaliasi oleh Amerika terhadap kehidupan masyarakat
pinggiran di luar Negara Barat ?

ANALISA TEORI
George Ritzer (2002) menyebut proses perubahan dan fenomena globalisasi yang
merambah ke berbagai penjuru dunia sebagai proses McDonalisasi. Disebut sebagai
McDonalisasi karena dalam pandangan Ritzer proses perubahan yang tengah melanda
masyarakat di era post-industrial tak udahnya seperti proses perubahan yang terjadi karena
merebaknya praktik bisnis fast food McDonald di berbagai belahan dunia. Kehadiran McDonald
merupakan tonggak lahirnya sebuah “paradigma” yang dinamakan McDonalisasi, yaitu sebuah
proses dimana berbagai prinsip restoran fast food hadir untuk mendominasi lebih banyak sektor
kehidupan di berbagai negara manapun di dunia.
Dalam mengembangkan konsep dan penegertian McDonalisasi, Ritzer banyak
dipengaruhi Max Weber, seorang teoritisi sosial yang terkenal dengan konsepnya tentang “
kerangkeng besi” rasionalitas birokrasi. Hanya saja berbeda dengan Weber yang melihat
birokrasi sebagai institusi yang rasional, menurut Ritzer di era post modern, rasionalitas diwakili
oleh restoran cepat saji McDonald yang seolah menggantikan birokrasi untuk menyebarluaskan

cara kerja rasional, yang ujung-ujungnya sebetulnya irrasional.
Di berbagai negara, menurut Ritzer apa yang disebut pelayanan cepat saji atau pelayanan
instan telah meerambah ke berbagai sektor kehidupan dan diinfestasikan dalam beberapa cara.
Model pengelolaan usaha sperti McDonald tidak saja diadopsi sebatas oleh usaha waralaba
makanan, namun telah pula masuk dan berkembang dalam bisnis restoran-restoran cepat hidang
di negara-negara maju maupun di negara sedang berkembang.
Berbeda dengan restoran dengan layanan tradisonal, dalam banyak kasus yang namanya
usaha makanan kini cenderung dilakukan serba cepat, seragam, dengan hitungan waktu yang
ketat, dan massal sehingga konsumen tidak lagi bisa membedakan antara makanan atau masakan
cepat saji di sebuah negara dengan makanan yangsama di negara yang lain. Sensasi makan ayam
di McDonald , Kentucky Fried Chicken, Texas Chicken, California Fried Chicken, dan lain
sebagainya, kini nyaris tidak bisa dibedakan bagaimana perbedaan cita rasanya, karena semua
menerapkan prinsip pengelolaan layanan cepat saji.

Menjamurnya model McDonald atau proses McDonalisasi ke dalam aktivitas bisnis lain,
menurut George Ritzer (2012: 993-995) adalah konsekuensi yang tidak terhindarkan dari
pengaruh globalisasi yang merambah ke berbagai penjuru dunia. Cara kerja sebagaimana
diterapkan restoran cepat saji McDonald yang menekankan pada efisiensi, kemudahan
diperhitungkan, kemudian diprediksi, kontrol melalui teknologi, dan secara paradoksial
ketidakrasionalan rasionalitas, bukan saja kemudian diterapkan dalam proses pengelolaan

berbagai jenis usaha yang lain, tetapi juga memengaruhi aktivitas dan perilaku sosial masyarakat
di era Post-industrial.
Prinsip rasional yang mendasari bekerjanya organisasi modern dalam McDonalisasi pada
akhirnya sering kali dianggap malah melahirkan irasionalitas dalam berbagai bentuk, diantaranya
inefisiensi, ketidakmampuan prediksi, ketidakmampuan dihitung, serta hilangnya kontrol. Dan
yang paling penting adalah irasionalitas yang mengarah pada pengingkaran prinsip kemanusiaan.
Bahkan, dalam beberapa kasus ditengarai, penerapan McDonalisasi tidak hanya menghasilkan
irasional, tetapi juga melahirkan dehumanisasi yang antimanusia dan menghancurkan manusia.
Pada kenyataannya, ada sejumlah irasionalitas yang terjadi akibat kehadiran McDonalisasi,
diantaranya ancaman kesehatan dan lingkungan, dehumanisasi pegawai dan pelanggan, pengaruh
negatif hubungan manusia dan proses homogenisasi.

PEMBAHASAN
Ritzer(1999; 567) McDonalisasi adalah salah satu dari alat komsumsi yang baru, selain
alat lainnya, seperti mall, megamall,(misalnya Mall of Amaerca) cybermall, superstore
( misalnya, Toys, “R” Us) discounter (WalMart), salauran hiburan, hotel-kasino Las Vegas,
teman bertemakan ala Disney dan sebagainya. Setiap dimensi McDonalisasi dapat menggunakan
kartu keredit membantu masyarakat berbelanja makan pizza hutt tampa uang kontan di tangan.
Proses modernisasi dan globalisasi mencakup proses yang sangat luas dan sifatnya sangat
relative, tergantung pada dimensi dan waktu. System budaya pramodern sebenarnya telah

memiliki perhitungan waktu. System kalender merupakan kekuatan kebudayaan yang banyak
dimiliki masyarakat agraris untuk menetukanmasa tanam dan masa panen. Waktu masih
dikaitkan dengan dimensi ruang dan tempat sampai dengan keseragaman pengukuran waktu oleh
jam mekanis yang dicocokan dengan keragaman dalam organisasi social waktu. Salah satu
aspek utama adalah adanya standarisasi kalender Internasional (Giddens, 2005)
Birokrasi bagi Weber merupakan hasil dari rasionalitas masyarakat barat yang
diaplikasikan lembaga kerja manusia yang mengurus segala keperluan tehnis untuk memudahkan
pelayanan kepada public atau konsumen. Pada bagian masyarakat birokrasi dimaknai sebagai
sebuah produk politik yang menjadi wujud dari dominasi Negara atas rakyatnya, namun bagi
Weber birokrasi tetap bagian dari masyarakat yang rasional, birokrasi pertandah berkembangnya
manusia yang diposisikan sebagai ideal type kehidupan manusia modern. Sedangkan menurut
Ritzer (2008) globalisasi mencakup sejumlah proses transnasional yang dipisahkan satu sama
lain walaupun mereka dapat dilihat sebagai sebuah hal yang menggelobal dalam capaian mereka,
globalisasi telah menjadi perhatian bagi kalangan bisnis, khususnya munculnya pasar-pasar
global dan berbagai tehnlogi, dan menurut Plummer (2010) globalisasi dari bank dunia ke PBB
hingga ke greenpeace dan disneywork dari marathon internasional dan konser global hingga
wisata umum dan internet, kita dapat menjumpai orang bergerak dalam jaringan tampa dibatasi
oleh ruang komunikasi, manusia membentuk jaringan diseluruh dunia dan membuat wilayah
local menjadi global dan wilayah global menjadi local. Contoh untuk dapat ayam goring ala
Kentucky,kue ala Dunkin tidak perlu ke AS karena sudah ada di Indonesia bahkan sudah

merambah ke kota-kota kecil.

Ritzer (2008) menjelaskan gejala globalisasi dengan beberapa konsep, yaitu globalisasi
virus, globalisasi kapitalismeMcDonalisasi; Amerikanisasi. Contoh restoran cepat saji di
Indonesia. Globalisasi tempe makanan khas Indonesia sekarang dapat dinikmati masyarakat
jepang dengan rasa khas Jepang dan sebaliknya Shushi ala Jepang dapat dinikmati di Indonesia
dengan khan Sushi Indonesia dan system pemilu langsung sebuah adopsi system politik barat
Amerikanisasi dapat didefinisikan sebagai proses pengembang biakan ide-ide kebiasaan
social, industry modal amerika keseluruh dunia. Sebagai contoh model-model serta artis-artis
Amerika dengan mudah memasukan Albunnya ke Indonesia, bahkan sampai ke acara televise
Amerika yang diadopsi televise swsta nasional, seperti Teke me aut, dan tekhim aut, Indonesian
Idol dan sebagainya serta beberapa produk asal amerika juga leluasa dipajang disupermaket
besar sampai took-toko kecil seperti coca cola company, McDonald, KFC.
Homogenisasi budaya pada skala global ditampilkan melalui media massa, terutama
televisi, inperialisme media semakin lama semakin mengubah dunia menjadi dusun global
dimana lingkut pengalaman kultur dan produknya pada dasarnya adlah sama, melihat kenyataan
ini Hanner dalam Sztompka (1994) mencetuskan teori dengan nama ecumene merupakan
kawasan interaksi interprestasi dan pertukaran budaya yang langsung terus menerus. Budaya
tradisional muncul dalam batas komunitas, terpaku pada ruang dan waktu tertentu dan
diciptakan, diperagakan dan dicipta ulang dalam interaksi langsung secara tatap muka. Budaya

modern melintasi ruang dan waktu, melalui tehnologi komunikasi dan transportasi tampa terikat
pada ruang dan waktu.
Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara pinggiran dengan selalu
berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral. Bila teori
Dependensi Klasik melihat situasi ketergantungan sebagai suatu fenomena global dan memiliki
karakteristik serupa tanpa megenal batas ruang dan waktu. Teori Dependensi Baru melihat
melihat situasi ketergantungan tidak lagi semata disebabkan faktor eksternal, atau sebagai
persoalan ekonomi yang akan mengakibatkan adanya polarisasi regional dan keterbelakangan.
Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan juga merupakan
persoalan sosial politik.

Pada tulisan diatas, dalam konteks pembangunan, konsep Gramsci memang sangat dekat
dengan dasar pemikiran teori dependensi (Cardoso), termasuk imperialisme struktural (Johan
Galtung) dan imperialisme kultural (Herbert Schiller). Menurut Cardoso sebagai tokoh utama
teori Dependensi Baru, negara Dunia Ketiga tidak lagi hanya semata bergantung pada asing,
tetapi sebagai aktor yang aktif yang secara cerdik berusaha untuk bekerja sama dengan modal
domestik dan modal internasional. Konsep ini dapat menjelaskan sekalipun dalam era globalisasi
—wajah lain dari kapitalisme internasional—telah melakukan penetrasi kultural ke segala mata
angin dunia, maka seharusnya ekspresi kebudayaan dunia akan bermuka tunggal dalam satu
kontrol. Seluruh ekspresi kebudayaan termasuk ekspresi simboliknya akan mengacu pada

ekspresi dominan dalam nama pasar. Tidak ada celah lagi untuk menjadi independen. Namun
kenyataannya masyarakat secara cerdik memanfaatkan intrusi pasar itu menjadi terobosan
identitas.
Teori dependensi berbicara tentang kapitalisme dan eksploitasi sebagai penyebab
kegagalan negara pinggiran Frank menyajikan lima tulisan tentang dependensi, yaitu terdapat
kesenjangan pembangunan antara negara sentral dan pinggiran, pembangunan pada negara satelit
dibatasi oleh status negara satelit tersebut.Kemampuan negara satelit dalam pembangunan
ekonomi terutama pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap negara
sentral sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis dari modernisasi yang menyatakan
bahwa kemajuan negara dunia ketiga hanya dapat dilakukan dengan hubungan dan difusi dengan
negara maju. Tulisan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu “isolasi
temporer” yang disebabkan oleh krisis perang atau melemahnya ekonomi dan politik negara
sentral.
Frank megajukan bukti empirik untuk mendukung tulisannya ini yaitu pada saat Spanyol
mengalami kemunduran ekonomi pada abad 17, perang Napoleon, perang dunia pertama,
kemunduran ekonomi pada tahun 1930 dan perang dunia kedua telah menyebabkan
pembangunan industri yang pesat di Argentina, Meksiko, Brasil dan Chili. Pengertian isolasi
yang kedua adalah isolasi secara geografis dan ekonomi yang menyebabkan ikatan antara
“sentral-satelit” menjadi melemah dan kurang dapat menyatukan diri pada sistem perdagangan
dan ekonomi kapitalis. Negara yang terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan negara

yang memiliki kedekatan ikatan dengan negara sentral pada masa lalu. Frank menjelaskan bahwa

pada negara satelit yang memiliki hubungan sangat erat telah menjadi “sapi perah” bagi negara
sentral. Negara satelit tersebut hanya sebatas sebagai penghasil produk primer yang sangat
dibutuhkan sebagai modal dalam sebuah industri kapitalis di negara sentral. Eksploitasi yang
menjadi ciri khas kapitalisme menyebabkan menurunnya kemampuan berproduksi pertanian di
negara satelit. Ciri pertanian subsisten pada negara terbelakang menjadi hilang dan diganti
menjadi pertanian yang kapitalis.
Frank telah memberikan alasan dari kegagalan negara pinggiran untuk maju seiring
dengan negara sentral. Kegagalan ini disebabkan oleh adanya eksploitasi dan sistem ekonomi
kapitalisme yang dilakukan oleh negara sentral. Santos mengamsusikan bahwa bentuk dasar
ekonomi dunia memiliki aturan-aturan perkembangannya sendiri, tipe hubungan ekonomi yang
dominan di negara sentral adalah kapitalisme sehingga menyebabkan timbulnya usaha
melakukan ekspansi keluar dan tipe hubungan ekonomi pada negara pinggiran merupakan
bentuk ketergantungan yang dihasilkan oleh ekspansi kapitalisme oleh negara sentral.
Keterbatasan sumber daya pada negara maju mendorong mereka untuk melakukan
ekspansi besar-besaran pada negara miskin. Pola yang dilakukan memberikan dampak negatif
berupa adanya ketergantungan yang dialami oleh negara miskin. Negara miskin akan selalu
menjadi negara yang terbelakang dalam pembangunan karena tidak dapat mandiri serta selalu
tergantung dengan negara maju. Apabila kita lihat, tampak bahwa teori dependensi memiliki

kecenderungan untuk mempersoalkan kapitalisme sebagai penyebab kemiskinan dan kegagalan
pembangunan di negara pinggiran. Eksploitasi sumber daya alam serta proses pertukatan yang
tidak seimbang antara negara sentral dan negara pinggiran menyebabkan tidak seimbangnya
keuntungan yang didapatkan oleh masing-masing kelompok negara.
Modernisasi yang mendorong terjadinya perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik
tak jarang menghadapi resistensi yang tak kecil. Cara pandang yang sempit dan tingkat kesulitan
yang tinggi menerima cakrawala berpikir baru, adalah sekelumit catatan yang sangat berarti
untuk diperhatikan. Mengingat pada masyarakat mekanik yang berwatak tradisional telah
terbangun sebuah formasi sosial yang telanjur mapan. Sehingga, ada kalanya pembangunan tidak
direspon positif dengan segenap aspeknya. Yang pada tingkat tertentu tak hanya memunculkan
stagnasi pembangunan, tapi bahkan membawa akibat buruk berupa kebangkrutan budaya.
Berbeda dari masyarakat organik yang berubah pasca-berlangsungnya industrialisasi yang telah

membawa dampak yang sangat besar dalam masyarakat. Kecenderungan untuk bersikap rasional
dan berkembang dalam lingkungan yang lebih majemuk, telah merekonstruksi formasi sosial
lama pada pola baru yang lebih mampu mengakomodasi pandangan-pandangan baru yang
sebelumnya di masyarakat mekanik menghadapi resistensi.
Bila dalam teori Modernisasi Klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan,
dalam teori Modernisasi Baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan.
Sebagaimana digambarkan pada tulisan tersebut, masyarakat tradisional Indonesia pada dasarnya
memiliki ciri yang dinamis, mengolah “resistensi” serbuan budaya Barat sesuai dengan tantangan
inetrnal dan kekuatan eksternal yang mempengaruhinya. Hal ini sejalan dengan pandangan
Michael R. Dove dalam kajiannya tentang Indonesia, bahwa budaya tradisional merupakan
sesuatu yang dinamis dan selalu mengalami perubahan, mampu melakukan penyesuaian dengan
baik terhadap kondisi lokal. Teori ini merumuskan implikasi kebijakan pembangunan yang
diperlukan untuk membangun Dunia Ketiga sebagai keterkaitan antara negara berkembang
dengan negara maju akan saling memberikan manfaat timbal balik, khususnya bagi negara
berkembang. Teori Modernisasi, klasik maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih
banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
Kemiskinan dalam konteks teori moderinsasi adalah keberadaan tradisionalitas yang
seringkali menjadi hambatan pembangunan itu sendiri. Negara Dunia Ketiga merupakan negara
terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Dunia Ketiga mengembangkan dirinya untuk
memiliki nilai-nilai kebutuhan berprestasi yang dimiliki Barat untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kaum wiraswasta modern menggambarkan keinginan kuat masyarakat untuk
mengadaptasi nilai-nilai “gaya hidup” Barat sebagai identitas modernnya.

KESIMPULAN
McDonalisasi merupakan sebuah proses dengan apa prinsip-prinsip dari restoran cepat
saji semakin lama semakin banyak sector dari masyarakat Amerika dan sejumlah besar
masyarakat lainnya di seluruh dunia. Ada beberapa prinsip kerja yang menjadi model
McDonalisasi yaitu: efesiensi, kemampuan memperhitungkan, kemampuan memperediksi dan
mengontrol terutama melalui penggantian tehnologi manusia dengan mesin.
Dan tidak saja pada industry cepat saji tetapi diterapkan pada industry pendidikan, politik
agama, serta peradilan criminal. Lebih merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama
persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati hubungan
dan keterkaitan negara pinggiran dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak
berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan Teori Dependensi
lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara pinggiran.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi mewakili “suara negara-negara
pinggiran” untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara
maju. Munculnya teori dependensi negara pinggiran.

DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George. Globalization_ The essentials. Willey Blackwell.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir
Post-Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Giddens, Anthony. 2001. Teori Strukturisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Weber, Max. 2009. Judul asli Essay in Sosiology,1946, Terjemahan oleh tim Pustaka Pelajar.