PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS USAHA, DAN JUMLAH PENGHASILAN PEDAGANG PASAR DI KECAMATAN KENJERAN SURABAYA TERHADAP PEMILIHAN TEMPAT PEMBIAYAAN MELALUI BMT DAN PEMINJAMAN MELALUI RENTENIR.

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS USAHA, DAN

JUMLAH PENGHASILAN PEDAGANG PASAR DI

KECAMATAN KENJERAN SURABAYA TERHADAP

PEMILIHAN TEMPAT PEMBIAYAAN MELALUI BMT DAN

PEMINJAMAN MELALUI RENTENIR

SKRIPSI Oleh :

ARUM DEVI ASTITI NIM : C04212007

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Jenis Usaha, dan Jumlah Penghasilan Pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya terhadap Pemilihan Pembiayaan melalui BMT dan Peminjaman melalui Rentenir” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar Se-Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir dan apakah terdapat pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar Se-Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu dengan memperoleh data yang berbentuk angka, dengan jenis penelitian kausalitas. Studi kausalitas berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Responden penelitian ini mengambil pada pedagang di Surabaya yang mempunyai karakter sebagai berikut : seluruh pedagang pasar Se-Kecamatan Kenjeran yang melakukan peminjaman modal melalui BMT UGT Sidogiri cabang Surabaya serta melakukan peminjaman modal melalui Rentenir.

Kesimpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh signifikan tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir. Namun, tidak terdapat pengaruh signifikan tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.

Saran bagi KSPS BMT-UGT Sidogiri hendaknya penelitian ini dapat dijadikan acuan guna mampu meningkatkan promosi, mengetahui pangsa pasar yang dituju dan inovasi produk. Untuk penelitian selanjutnya yakni dapat dilakukan penelitian BMT versus Rentenir dalam peningkatan ekonomi masyarakat Kecamatan Kenjeran Surabaya.


(7)

viii viii DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12


(8)

ix

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 33

C. Kerangka Konseptual ... 35

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis dan Tujuan Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Definisi Operasional ... 41

F. Data dan Sumber Data ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 52

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 52

B. Karakteristik Responden ... 71

C. Analisis Data ... 74

BAB V PEMBAHASAN ... 92

A. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar Se-Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir... 92 B. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan


(9)

x

terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman

melalui Rentenir... 95

BAB VI PENUTUP ...103

A. Kesimpulan ...103

B. Saran ...103

DAFTAR PUSTAKA ...105


(10)

xi

DAFTAR TABEL Tabel

Tabel 2.1 ... 32

Tabel 4.1 ... 73

Tabel 4.2 ... 73

Tabel 4.3 ... 75

Tabel 4.4 ... 76

Tabel 4.5 ... 78

Tabel 4.9 ... 79

Tabel 4.7 ... 80

Tabel 4.8 ... 82

Tabel 4.9 ... 85

Tabel 4.10 ... 85

Tabel 4.11 ... 86

Tabel 4.12 ... 87

Tabel 4.13 ... 88


(11)

xi i

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 2.1

... 12

Gambar 2.2

... 17

Gambar 2.3

... 34

Gambar 4.1

... 53

Gambar 4.2

... 70

Gambar 4.3

... 70

Gambar 4.4

... 71

Gambar 4.5


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya kegiatan perekonomian, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber penyediaan dana untuk membiayai segala macam kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Sumber-sumber penyediaan dana seperti perbankan pada umumnya dirasakan masih membebani masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang relatif tinggi dan tidak stabil selain itu pula prosedur yang diajukan bank umum dalam memberikan pinjaman tergolong rumit.

Bagi sebagian besar pemilik usaha kecil menengah ke bawah, tingkat pendidikan dirasa belum penting dalam menjalankan usaha. Pembiayaan dibutuhkan pemilik usaha dalam mencukupi modal usaha. Memang benar, majunya suatu usaha tidak akan lepas dari pengalaman pedagang dalam mengelola usaha tersebut, namun untuk perhitungan jangka panjangnya disinilah peran tingkat pendidikan dan pengetahuan para pedagang pasar tradisional ini diperlukan.Tingkat pendidikan ini perlu diketahui karena dengan tingkat pendidikan yang berbeda akan berbeda pula tingkat pinjaman dan jenis tempat pembiayaan atau peminjaman yang akan dipilih. Dari teori Essael1 dikatakan faktor individual konsumen yang didalamnya adalah pendidikan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen, hal ini disebabkan

1 Lutfi Efendi, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah Pada Bank Muamalat Malang”(Skripsi FE UIN Malang, 2009) , 20


(13)

2

konsumen yang berpendidikan tinggi mempunyai pandangan yang berbeda terhadap alternatif produk, informasi produk, dan penilaian terhadap sebuah produk dibandingkan dengan konsumen berpendidikan lebih rendah.

Pencarian modal haruslah diperhitungkan dan dibandingkan dengan usaha yang dimiliki. Karena besar modal yang dibutuhkan akan berbeda antara jenis usaha satu dengan lainnya. Berbedanya jenis usaha inilah yang membuat antar pedagang tidak sama dalam menentukan pilihannya mencari sumber modal usahanya. Para pedagang akan memperkirakan antara jenis usahanya dan jumlah penghasilan yang ia dapatkan dengan besarnya cicilian yang harus ia bayarkan kepada kreditur.

Modal merupakan unsur pertama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedagang. Di pinggiran kota, terdapat banyak pasar tradisional yang mempunyai prospek bagus dalam peningkatan taraf ekonomi pedagang dan masyarakat sekitar pasar tetapi terhambat oleh modal sehingga kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Untuk menghindari akan terdesaknya kebutuhan permodalan usaha tersebut masih banyak dijumpai pengusaha atau pedagang pasar ekonomi lemah mengambil jalan pragmatis yaitu mencari permodalan dari rentenir, sepertihalnya yang terjadi pada pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya.

Fenomena yang terjadi di beberapa pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya ini menarik untuk diteliti. Pedagang pasar yang telah melakukan peminjaman kepada Rentenir, namun juga melakukan pembiayaan dan menabung di BMT. Praktek penarikan cicilan yang di lakukan oleh para Rentenir ini bersamaan


(14)

3

dengan petugas BMT yang berkeliling di pasar guna mendatangi nasabah (fasilitas yang diberikan BMT kepada nasabah).

Sampai sekarang, rentenir merupakan pihak yang tidak terpisahkan dari pasar-pasar tradisional, termasuk pasar yang terdapat di Kecamatan Kenjeran Surabaya. Meskipun bunga yang dibebankan kepada nasabah sangatlah memberatkan, namun mereka tetaplah diminati hingga saat ini. Rata-rata besar bunga yang diberikan rentenir atau pedagang pasar biasa menyebutnya duwek manak ini sebasar 15% hingga 30%. Meskipun bank ataupun lembaga keuangan

lainnya sudah menawarkan pinjaman dengan bunga rendah, meminjam kepada rentenir masihlah menjadi pilihan para pedagang pasar. Ada banyak hal yang harus dilakukan oleh rentenir untuk menarik nasabah agar tetap bekerjasama dengan mereka. Dari hubungan kerjasama tersebut, maka secara otomatis akan menghasilkan riba. Terlebih lagi, banyak nasabah yang berasal dari kalangan muslim. Dimana telah diatur dalam Al-Qur‟an bahwa riba itu haram hukumnya.

Dalam masyarakat umum, rentenir memiliki citra buruk sebagai lintah darat

yang mengambil bunga/riba dalam jumlah yang sangat besar dari pinjaman nasabahnya, akan tetapi rentenir tetaplah eksis di dalam masyarakat. Mereka tetap menjadi alternatif disaat kebutuhan finansial sedang meningkat. Bagi masyarakat kecil, kredit dari rentenir inilah yang menguntungkan secara ekonomi. Karena ketika mereka meminjam di bank sebagai lembaga finansial formal, syarat yang dibutuhkan sangatlah rumit.2

2 Heru Nugroho,

Uang, Rentenir, dan Hutang Piutang di Jawa, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001),


(15)

4

Melihat gambaran umum masyarakat Kecamatan Kenjeran yang sampai saat ini masih sangat membutuhkan pembiayaan sebagai tambahan dana baik untuk modal usaha, konsumsi, investasi maupun membeli barang-barang yang dibutuhkan maka keberadaan lembaga keuangan sangat membantu masyarakat. Lembaga berbasis syariah diharapkan bisa menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia, khususnya pelaku usaha yang sebagian besar beragama Islam. Karena lembaga keuangan syariah selain mampu menjangkau masyarakat menengah ke bawah yang membutuhkan pinjaman, lembaga syariah juga bebas dari bunga/riba.

Dalam menentukan tempat peminjaman modal, masyarakat Kecamatan Kenjeran pun mempertimbangkan beberapa hal. Namun, yang dipertimbangkan cenderung pada proses yang mudah dan tanpa persyaratan. Hal-hal tersebut memanglah yang diincar oleh para pencari pinjaman khususnya bagi ekonomi menengah ke bawah, namun mereka lupa akan bunga yang akan diberikan rentenir tersebut sangatlah besar. Dan tidak sedikit akibat dari peminjaman pada rentenir berakhir dengan gulung tikarnya usaha mereka sendiri karena tidak dapat membayar bunga cicilian pinjaman.

Riba diharamkan seluruh agama samawi, karena dianggap sangat membahayakan dan mengandung eksploitasi. Riba bermakna ziyadah atau

tambahan. Sedangkan riba menurut istilah menurut ulama fikih adalah kelebihan harta dalam sebuiah transaksi dengan tidak adanya imbalan atau ganti.3 Riba atau bunga sangat diharamkan. Seperti yang dijelaskan pada surat Al-Baqarah (2) ayat 278-279

3 Muhammad,


(16)

5

( هيىمؤم متىك نإ ابزلا ه م يقب ام اورذو

َ

اىقتا اىىمآ هيذلا اه أ اي

٨٧٢

)

نئف

اىوذأف اىلعفت مل

نىملظت

ا

مكلاىمأ سوءر مكلف متبت نإو هلىسرو

َ

ه م بزحب

( نىملظت

ا

و

٨٧٢

)

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.4

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang membeli seorang nak kecil, lantas didirikan sekehendaknya disisi laki-laki itu, kemudian ia mendapatkan suatu „aib padanya. Maka anak itu dikembalikan kepada penjualnya. Penjual itu berkata kepada Nabi Muhammad Saw.: „ Ya Rasulullah, anak jualanku itu telah melalui prosedur.‟ Jawab Rasul :‟Hasil itu dengan tanggungan‟.” ( HR Abu Daud ).5

Walaupun berbagai upaya telah dibuat untuk membatasi ruang gerak praktek-praktek rentenir dalam rangka menghindarkan lapisan miskin jatuh pada “perhambaan bunga”, rentenir masih tetap saja beroperasi di pasar tradisional, bahkan tidak ada indikasi apapun bahwa aktivitas mereka surut.6 Baik Rentenir maupun BMT memiliki peran yang sama yakni tempat dalam memberikan permodalan. Namun, dalam prakteknya sangatlah berbeda satu sama lain. Misalnya, (1) terdapat riba dalam pinjaman Rentenir, (2) besar bunga yang ditetapkan rentenir sangatlah tinggi, hingga 30%, (3) jika peminjam tidak dapat

4 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Hati Emas, 2013) 5 Mardani,

Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, (Jakarta:Rajawali pers, 2010), 181.

6 Heru,


(17)

6

membayar, maka hutang akan bertumpuk dengan bunganya berlipat-lipat. Berbeda halnya dengan BMT yang dalam operasionalnya mengedepankan kemashlahatan umat. Misalnya, (1) tidak terdapat riba, (2) besar bagi hasil rendah, sekitar 2,3%, (3) jika nasabah tidak dapat membayar, akan dilaksanakan reschedule ulang guna meringankan nasabah dalam membayar.

Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk "Bait Al-mal Wa Al-Tamwil

yang biasa disebut BMT, sesungguhnya dilatarbelakangi oleh pelarangan riba secara tegas dalam Al Qur'an. Sebagian besar umat Islam yang hati-hati dalam menjalankan perintah dan ajaran agamanya menolak menjalin hubungan bisnis dengan perbankan konvensial yang beroperasi dengan sistem bunga. Realita tersebut merupakan faktor penting yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan syariah seperti Koperasi Simpan Pinjam Syariah BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri disingkat KSPS-BMT UGT Sidogiri cabang Surabaya ini. Tujuan yang ingin dicapai para penggagasnya tidak lain untuk menampung dana umat Islam yang begitu besar dan menyalurkannya kembali kepada umat Islam terutama pengusaha-pengusaha muslim yang membutuhkan bantuan modal untuk pengembangan bisnisnya dalam bentuk pemberian fasilitas pembiayaan kepada para nasabah berdasarkan prinsip syariah, seperti

murâbahah, mudharabah, musyarakah, qardl dan lain-lain.7

Dengan terbitnya UU No. 10 Tahun 1998 sebagai penopang hukum perbankan dengan sistem syariah, menjadikan keberadaan perbankan syariah menjamur. Tumbuhnya perbankan syariah diikuti dengan tumbuhnya kesadaran

7 Widodo, Hertanto,

Panduan Praktis Operasional Baitul Mal waat Tamwil (BMT), (Bandung: Mizan,


(18)

7

umat Islam untuk membebaskan diri dari riba. Hal ini akan berimbas pada makin maraknya sektor moneter di tingkat bawah. Pesatnya pekembangan lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syariah seperti BMT menunjukkan bahwa keberadaan lembaga keuangan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. 8

Sejak awal berdiri sampai sekarang ini, KSPS-BMT UGT Sidogiri menunjukkan pertumbuhan yang pesat dan konstan pada jumlah kantor cabang dan cabang pembantu, anggota koperasi, simpanan anggota, pendapatan kas (omzet), aset, dana sosial dan zakat. Pada usianya yang ke-14 tahun, Koperasi

BMT UGT telah memilik 228 cabang dan cabang pembantu di beberapa provinsi di Indonesia yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakaerta, Bali, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau dan Lampung.

Keberadaan lembaga keuangan mikro seperti BMT ini sangat penting mengingat keterbatasan akses masyarakat pada sumber-sumber pembiayaan formal, seperti perbankan. Kehadiran BMT sebagai pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui system simpan-pinjam syariah dimaksudkan

untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan. kehadiran BMT di harapkan mampu menjadi sarana dalam menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas riba. Selain itu mampu memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah. BMT merupakan lembaga keuangan alternatif yang mudah

8 Awalil Rizky,


(19)

8

diakses oleh masyarakat bawah dan bebas riba/bunga, Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat, mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan produktivitas.

M. Syaf‟i Antonio9 menjelaskan bahwa peran BMT dalam memberikan kontribusi kepada perekonomian nasional sangat jelas, sementara perbankan sulit untuk menyalurkan dana pihak ketiga kepada masyarakat menengah ke bawah, BMT dapat langsung menyentuh serta memfokuskan perhatiannya terhadap masyarakat menengah ke bawah. Nilai strategis BMT lainnya adalah lembaga ini mempunyai peran yang sangat vital dalam menjangkau transaksi syariah di daerah yang tidak bisa dilayani oleh bank umum maupun bank yang membuka unit syariah. BMT sebagai salah satu lembaga keuangan mikro tentu menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk mendapatkan pembiayaan. Pembiayaan yang dimaksud adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.

Salah satu aktivitas yang penting dalam manajemen dana BMT adalah pelemparan dana (lending financing). Istilah ini dalam keuangan konvensional

dikenal dengan sebutan kredit dan dalam keuangan syariah sering disebut pembiayaan. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Sebagai upaya memperoleh pendapatan yang semaksimal mungkin, aktivitas pembiayaan BMT juga menganut azas syariah, yakni dapat berupa bagi hasil, keuntungan

9 M. Syaf‟i.Antonio,


(20)

9

maupun jasa manajemen. Upaya ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan likuiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur.10

Berawal dari kondisi tersebut di atas, merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti dan dicermati perihal faktor tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan dalam mempengaruhi para pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya dalam menentukan tempat pembiayaan atau peminjaman modal usahanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial berpengaruh terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir ?

2. Apakah tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan berpengaruh terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

10 Muhammad Ridwan,


(21)

10

1. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial mempengaruhi pemilihan tempat pembiayaan melalui KSPS-BMT UGT Sidogiri atau Rentenir.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan mempengaruhi pemilihan tempat pembiayaan melalui KSPS-BMT UGT Sidogiri atau Rentenir.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan, acuan, maupun referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah pendapatan dalam memilih jenis pembiayaan atau peminjaman. 2. Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan informasi dan bahan evaluasi untuk seberapa jauh masyarakat khususnya pedagang mengetahui minat terhadap BMT


(22)

11

b. Memberikan kontribusi pada lembaga-lembaga keuangan, khususnya lembaga keuangan syariah untuk lebih mengedukasi masyarakat menengah kebawah tentang peran lembaga keuangan islam khususnya BMT.

c. Dalam penelitian ini diharapkan agar pengelola BMT mampu mengetahui preferensi nasabahnya dalam meminta pembiayaan sehingga diharapkan BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah mampu berupaya meningkatkan performa dan mengoptimalkan kinerjanya sebagai lembaga intermediasi dan mampu meningkatkan peranannya bagi perekonomian nasional.


(23)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Keputusan Konsumen

Sebelum proses pengambilan keputusan konsumen, kita mengenal ilmu tentang perilaku konsumen. Menurut Loudon dan Bitta (1995) menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencangkup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.11

Perilaku konsumen (consumen behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan adalah:

a. Faktor Budaya, yaitu meliputi budaya (penentu keinginan dan perilaku yang mendasar),sub-budaya (bangsa, agama, suku, daerah),dan kelas sosial.

b. Faktor Sosial, perilaku seorang konsumen dipengaruhi faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, peran dan status.

11 Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 7.

12 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 66.


(24)

13

c. Faktor Pribadi, merupakan faktor pribadi (usia, tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep-diri pembeli).

d. Faktor Psikologis, faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian.

Kotler menyebutkan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain : faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal dan faktor psikologis.13

Gambar 2.1

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Kebudayaan Kultur Sub-Kultur Kelas Sosial Sosial Kelompok Acuan Keluarga Peran dan Status Sosial

Personal Usia,

Tahap Daur Hidup, Jabatan,

Keadaan Ekonomi, Gaya Hidup, Kepribadian, dan Konsep Diri

Psikologis Motivasi, Persepsi, Belajar, Kepercayaan, dan Sikap Pembeli

Sumber: Kotler (2000)

a. Faktor Kebudayaan

13 Philip Kotler. terj. Bob Sabran, Manajemen Pemasaran, Edisi ke Tiga Belas, (Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2008), 185


(25)

14

Faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku, peran budaya, subbudaya, kelas sosial yang sangat penting:

1) Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang.

2) Sub Budaya merupakan identifikasi dari sisoalisasi yang khas untuk perilaku anggotanya, ada empat macam sub budaya yakni terdiri dari: kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras, dan kelompok wilayah geografis.

3) Kelas Sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hirarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa14

b. Faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial diantaranya adalah kelompok sosial dan kelompok referensi, kelurga.

1) Kelompok Acuan15 adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau pengaruh perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan.

2) Keluarga adalah suatu unit masyarakat terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan

14 Ibid, 186 15 Ibid, 187


(26)

15

keputusan. Keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orang tua, dimana seseorang mempengaruhi suatu orientasi terhadap agama, politik, dan ekonomi.

3) Status dan Peran berhubungan dengan kedudukan seseorang dalam masyarakat, setiap peranan yang dimainkan akan mempengaruhi perilaku pembelinya.

c. Faktor Pribadi

1) Usia dan tahap daur hidup merupakan perkembangan fisik dari seseorang. Oleh karena itu oleh tahapan perkembangan pasti membutuhkan makanan, pakaian yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi terhadap perilaku pembelian.

2) Keadaan Ekonomi, seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pemilihan produk. Keadaan ekonomi seseorang yang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan kekayaan, dan kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap mengeluaran. 3) Pekerjaan, pola konsumsi yang berhubungan dengan perlengkapan

kerja dan kebutuhan lain yang terkait dengan pekerjaannya.

4) Gaya Hidup seseorang adalah pola hidup seseorang dalam kehidupan seharihari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup melukiskan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.


(27)

16

Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap perilaku seorang konsumen meliputi beberapa unsur penting yaitu motivasi, belajar, kepribadian dan konsep diri, sikap yang meliputi:

1) Motivasi, suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.

2) Persepsi diartikan sebagai proses dimana individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.

3) Belajar, proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilakku manusia adalah hasil proses belajar. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan.

4) Kepercayaan dan Sikap. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu, sedangkan sikap adalah organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi, dan proses kognitif kepada suatu aspek. Melalui tindakan dan proses belajar, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi perilaku pembeli.

Dalam mengambil keputusan seseorang seringkali dihadapkan pada berbagai kondisi antara lain; unik, tidak pasti, jangka panjang dan kompleks. Yang dimaksud dalam kondisi unik adalah masalah tersebut


(28)

17

tidak mempunyai preseden dan di masa depan mungkin tidak akan berulang kembali. Tidak pasti maksudnya bahwa faktor-faktor yang diharapkan mempengaruhi dan memiliki kadar ketahuan atau informasi yang sangat rendah. Jangka panjang maksudnya bahwa implikasinya memiliki jangkauan yang cukup jauh ke depan dan melibatkan sumbersumber usaha yang penting. Adapun kompleks yaitu dalam pengertiannya preferensi pengambilan keputusan atas resiko dan waktu memiliki peranan yang besar.16 Dalam tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi antar merk dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merk yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat membentuk lima sub keputusan merk, penyaluran, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.17

Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen, yaitu:18

a. Keputusan tentang jenis produk. b. Keputusan tentang bentuk produk. c. Keputusan tentang merk.

d. Keputusan tentang penjualan. e. Keputusan tentang jumlah produk. f. Keputusan tentang waktu pembelian.

16 Marimin, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Criteria Majemuk, (Jakarta: PT Grasindo anggota IKAPI, 2004), 10.

17 Philip kotler, Manajemen Pemasaran.., 258.


(29)

18

g. Keputusan tentang cara pembayaran.

Dalam suatu pembelian barang keputusan yang diambil tidak selalu berurutan seperti di muka. Pada situasi pembelian seperti penyelesaian masalah ekstensif, keputusan yang diambil dapat bermula dari keputusan tentang penjual karena penjual dapat membantu merumuskan perbedaan-perbedaan di antara bentuk-bentuk dan merk produk.

Teori Seth19 bermula dari beberapa partisipan yaitu pembeli, ahli teknik,

pemakaian yang memiliki tingkah laku tersendiri seperti halnya model Howard-Seth untuk perilaku pembelian konsumen, tindakan-tindakan pembeli sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

a. Pendidikan konsumen b. Corak Kehidupan konsumen c. Orientasi konsumen

d. Dan kepuasan terhadap pembelian sebelumnya.

Terdapat lima tahap proses pengambilan keputusan oleh konsumen:20

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan terssebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal. Dengan mengumpulkan informasi dari konsumen, para

19 Ibid,128

20 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen:Perspektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, Dan

Keinginan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2003), 14. Mengenali

Masalah Pencarian Informasi Alternatif Evaluasi Keputusan Membeli Perilaku Pasca-Pembelian


(30)

19

pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu.

Selanjutnya pencarian informasi yakni secara aktif mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen: sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan), sumber publik (media massa, organisasi tertentu peringkat konsumen), sumber pengalaman (penganganan, pengkajian, dan pemakaian. Evaluasi alternatif, beberapa konsep dasar yang membantu kita memahami proses evaluasi konsumen: pertama konsumen berusaha memenuhi kebutuhan, kedua: konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk, ketiga: konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan memuaskan kebutuhan itu.

Keputusan Pembelian, dari evaluasi membentuk preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pilihan. 2 faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen tersebut dapat membuat 5 subkeputusan pembelian: keputusan merek, keputusan


(31)

20

pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, keputusan metode pembayaran.

Perilaku pasca Pembelian, kepuasan pasca pembelian (kecewa, atau sangat puas), tindakan pasca pembelian (jika konsumen puas ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut, jika pelanggan tidak puas mungkin ia akan membuang atau mengembalikan produk tersebut), pemakaian pembuangan pasca pembelian.

2. Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Islam

Menurut pandangan islam mengenai pengambilan keputusan tersebut berdasarkan Q.S. Al-Maidah ayat 100 yaitu:

يلوأ اي

َ

اىقتاف ثيثخلا جرثك كثجعأ ىلو ة يطلاو ثيثخلا يىتسي

ا

لق

( نىحلفت مكلعل باثل

أ

ا

٠١١

)

100. Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."21

Proses pengambilan keputusan dalam Islam menurut Hadari Nawawi yang bersifat apriori berlangsung sebagai berikut :22

a. Menghimpun dan melakukan pencatatan serta pengembangan data, yang jika perlu dilakukan melalui kegiatan penelitian, sesuai dengan bidang yang akan di tetapkan keputusannya.

b. Menghimpun firman-firman Allah SWT dan Hadist Rasullah SAW sebagai acuan utama, sesuai dengan bidang yang akan di tetapkan keputusannya.

21 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Hati Emas, 2013)

22 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 1993) 64-77


(32)

21

c. Melakukan analisis data dengan merujuk pada firman-firman Allah SWT dan Hadits Rasullah SAW, untuk memisahkan dan memilih yang relevan dan tidak relevan untuk di rangkai menjadi kebulatan.

d. Memantapkan keputusan yang ditetapkan, setelah meyakini tidak bertentangan dengan kehendak Allah SWT berdasarkan firman-firaman-Nya dan Hadits Rasullah SAW.

e. Melaksanakan keputusan secara operasional dalam bentuk kegiatan-kegiatan kongkrit oleh para pelaksana.

f. Menghimpun data operasional sebagai data baru, baik yang mendukung ataupun yang menolak keputusan yang telah ditetapkan. Data tersebut dapat di pergunakan langsung untuk memperbaiki keputusan sebagai umpan balik (feedback), apabila ternyata terdapat kekeliruan.

Pengambilan keputusan yang bersifat apostriori didalam Islam menurut Hadari adalah:

a. Ijma’: Ijma memiliki arti permufakatan, persetujuan dan persesuaian pendapat. Dengan demikian Ijma’; adalah persetujuan di antara para ulama Islam di masa sahabat-sahabat Rasullah SAW. Pendapat tersebut terutama berasal dari Imam Hambali dan Imam Hanafiah, yang hanya menerima Ijma’ sampai pada masa sahabat yang empat (khalifahu Rasyiddin). Dikatakannya : “ barang siapa mendakwa Ijma’ sesudah sahabat adalah kedustaan semata.” Imam Hambali berpegang pada Ijma’ berkenaan dengan sesuatu yang paling bermanfaat bagi masyarakat. Sedang Imam hanafi berpegang pada pendirian bahwa Ijma’ harus sesuatu yang baik dan dapat di terima oleh akal. Namun


(33)

22

kedua Imam itu sepakat bahwa sumbernya harus bersandar pada Al-Qur’an dan Hadist.

b. Qiyas: Qiyas pada dasarnya membandingkan atau menyamakan. Pengertian Qiyas yang lebih luas adalah menyatakan suatu (hukum) yang ada nashnya di dalam Al-Qur’an dan Hadits, karena ada ‘illat persamaannya. Pengertian Qiyas yang lain adalah menghubungkan suatu perkara yang didiamkan oleh syar’ dengan yang di nashkan pada hukum, karena ‘illat yang sama antara keduanya.

c. Taqlid: Dalam proses pengambilan keputusan, Islam mengenal juga bentuk Taqlid. Taqlid berarti menerima, mengambil perkataan atau pendapat orang lain yang tidak ada hujjah (alasannya) dari Al-Qur’an dan Hadits. Pengertian lain mengatakan Taqlid adalah mengikuti orang yang terhormat atau dipercaya dalam suatu hukum, dengan tidak memeriksa lagi benar atau salahnya, baik atau buruknya, manfaat atau mudaratnya hukum itu.

d. Ittiba’: Ittiba’ berarti mengikuti dan menurut segala yang di perintahkan, yang dilarang dan yang dibenarkan Rasullah SAW. Dengan kata lain Ittiba’ adalah mengerjakan agama dengan mengikuti segala sesuatu yang pernah di terangkan atau dicontohkan Rasullah SAW, baik berupa perintah atau larangan maupun yang dibenarkannya.

e. Ijtihad: Ijtihad sebagai proses pengambilan keputusan apostriori berarti usaha yang sungguh-sungguh samapai menghabiskan kesanggupan seorang faqih (ahli hukum agama) dalam menyelidiki dan memeriksa


(34)

23

keterangan dalam Al-Qur’an dan Hadits, untuk memperoleh atau menghasilkan sangkaan menetapkan hukum syara’ yang diamalkan dengan jalan mengeluarkan hukum dari kedua sumber tersebut.

3. Tingkat Pendidikan

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan, masyarakat,bangsa dan negara.23 Didin Kurniawan dan Imam Machali menuliskan bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.24

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dijelaskan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan pada Ayat (12) dijelaskan tentang pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pada Ayat (13) tentang pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.25

23 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 11.

24 Didin Kurniadin Dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan:Konsep & Prinsip Pengelolaan

Pendidikan. (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), 113.


(35)

24

Jenjang pendidikan formal adalah:26 (1) Pendidikan dasar; (2) Pendidikan menengah; (3) Pendidikan tinggi. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.27

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.28 Contoh pendidikan informal adalah agama, budi pekerti, etika, sopan santun,moral, dan sosialisasi.

4. Jenis Usaha

Kegiatan Perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua cara. Pertama ,secara langsung , yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang benar . Kedua , secara tidak langsung , yaitu dengan perluasan

26 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 14 27 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 28 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 27


(36)

25

pasar yang di ciptakan oleh kegiatan perdagangan disatu pihak dan pihak lain dengan memperlancar penyaluran dan pengadaan bahan baku29

Menurut surat keputusan Menteri Perdagangan No. 130/kp/IV/1982 Tanggal 14 April 1982 telah ditetapkan ketentuan usaha perdagangan sebagai berikut: “Pedagang adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakuka secara terus menerus dengan tujuan mengalih hak atas barang atau jasa yang disertai imbalan berupa kompensasi”. Jenis-jenis Pedagang dibedakan sebagai berikut:

a. Pedagang Besar : Pedagang yang mendatangkan barang secara besar-besaran langsung atau tidak langsung dari yang menghasilkan barang, tetapi tidak dengan maksud menyampaikan langsung pada pemakai. b. Pedagang Kecil : Pedagang yang hanya menyampaikan barang-barang

tersebut kepada si pemakai.

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan.

Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu : pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang menjual barang dagangan dengan modal yang kecil (KBBI,2002:230). Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk di jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang


(37)

26

masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain.

5. Jumlah Penghasilan

Jumlah penghasilan atau biasa disebut dengan pendapatan adalah salah satu acuan penilaian sejahtera atau tidaknya seorang pedagang. Dalam mengukur status ekonomi seseorang atau suatu negara, dua ukuran yang sering digunakan adalah pendapatan atau kekayaan. Pendapatan mengacu kepada aliran upah, pembayaran bunga, keuntungan, dan hal-hal lain mengenai pertambahan nilai selama pertambahan waktu tertentu. Menurut Iskandar Putong, Pendapatan adalah semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara.

Menurut Soediyono pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dan turut serta membentuk produk nasional. Pendapatan akan diperoleh jika seseorang melakukan usaha atau kegiatan. Menurut Djamil Sayuthi, Pendapatan diartikan sebagai keseluruhan penghasilan atau penerimaan yang diperoleh para pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama kurun waktu tertentu.

Dari berbagai pengertian pendapatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh individu atau


(38)

27

sekelompok orang yang melakukan suatu usaha atau kegiatan dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, berupa uang, barang, maupun jasa.

Untuk menghitung pendapatan yang diterima, ada tiga pendekatan perhitungan, yaitu: 1) Pendekatan hasil produksi (product approach) Dengan pendekatan hasil produksi, besarnya pendapatan dapat diketahui dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir barang atau jasa untuk suatu periode tertentu dari suatu unit produksi yang menghasilkan barang atau jasa. 2) Pendekatan Pendapatan (income approach) Dengan pendekatan pendapatan, besarnya pendapatan dapat diketahui dengan mengumpulkan data pendapatan yang diperoleh oleh seseorang atau kelompok orang dari usaha yang dilakukan. 3) Pendekatan pengeluaran (outcome approach) Pendapatan dihitung dengan menghitung besarnya seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.

Dilihat dari berbagai pendekatan yang ada, dalam penelitian ini untuk mengetahui pendapatan dari masyarakat sekitar pasar di Kecamatan Kenjeran terutama yang berdagang di Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya, peneliti menggunakan pendekatan pendapatan, karena dengan pendekatan pendapatan peneliti mampu mengumpulkan data pendapatan dari pedagang pada pasar tersebut.

6. Riba

Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 130:


(39)

28

نىحلفت مكلعل

َ

اىقتاو ًحفعاضم اًفاعضأ اترلا اىلكأت

ا

اىنمآ نيذلا اه أ اي

(

٠٣١

)

130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

Islam dengan tegas melarang praktik riba. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunah. Al-Al-Qur’an menyatakan haram terhadap riba bagi kalangan masyarakat muslim. Larangan riba dalam Al-Qur’an penekanannya pada perbedaan transaksi jual beli dan riba. Dalam tahap ini, ditunjukkan bahwa riba akan menghancurkan kesejahteraan suatu bangsa.

Dalam firman Allah SWT jelas yang isinya memerintahkan agar umat Islam yang beriman menjauhkan dari praktik riba atau yang sejenisnya, karena praktik riba dapat mengakibatkan kesengsaraan baik didunia maupun di akhirat.30

7. BMT (Bait Al-mal Wa Al-Tamwil)

Baitul maal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-mal yang berarti harta. Jadi secara etimologis Baitul Maal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.31 Adapun secara terminologis Baitul maal Wattamwil yang selanjutnya akan disebut BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin,

30Ismail, Perbankan Syariah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 19 31 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2007), 23.


(40)

29

ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang menjunjung keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.32

BMT merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroprasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:

a. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

b. Baitul maal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.33

BMT adalah sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi juga sosial, juga lembaga yang tidak melakukan pemutusan kekayaan pada sebagian kecil orang pemilik modal (pendiri) dengan penghisaban pada mayoritas orang (anggota, peminjam yang mayoritas usaha kecil dan mikro). Baitul maal wat tamwil (BMT)34 adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong

32 Rifqi Muhammad, Akuntansi keuangan Syariah, (Yogyakarta : P3EI press, 2008), 67. 33 Andri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 447.


(41)

30

kegiatan ekonominya. Selain itu, baitul maal wat tamwil juga bisa menerima zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkan sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

Definisi BMT menurut operasional PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) dalam peraturan dasar yakni “Baitul Maal Wat Tamwil adalah suatu lembaga ekonomi rakyat kecil, yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi.”35

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa BMT adalah sebuah Lembaga Keuangan yang dioperasikan dengan sistem yang sesuai Syariat Islam. BMT merupakan isntitusi yang menjalankan dua kegiatan secara terpadu, yaitu Bait Al-Maal (melakukan kegiatan sosial dan dakwah), dan Bait At-Tamwil (melakukan kegiatan bisnis).

Baitul maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Rasulullah merupakan kepala negara yang pertama kenalkan konsep baru di bidang keuangan negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang pada masa Rasulullah SAW pemasukannya bersumber dari:36

a. Kharaj, yaitu pajak tanah.

35 PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Peraturan Dasar dan Contoh AD – ART BMT. (Jakarta : Nusantara. Net. Id. Tt), 1.


(42)

31

b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan hasil pertanian.

c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%

d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan keamanan dari negara islam.

e. Penerimaan lainnya seperti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak memiliki ahli waris.

8. Rentenir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rentenir adalah orang yang memberikan nafkah dan membungakan uang/tukang riba/pelepas uang/lintah darat.

Rentenir atau sering juga disebut tengkulak (terutama di pedesaan) adalah orang yang memberi pinjaman uang tidak resmi atau resmi dengan bunga tinggi. Pinjaman ini tidak diberikan melalui badan resmi, misalnya bank, dan bila tidak dibayar akan dipermalukan atau dipukuli. Tengkulak biasanya beroperasi di saat panen gagal, ketika para petani sangat membutuhkan uang namun tidak dapat memberi jaminan kepada bank. Sasaran rentenir lainnya adalah konsumen produk perbankan yang telah dimasukkan ke daftar hitam karena bermasalah dengan bank (kredit macet, dsb.). Atau pengusaha-pengusaha kecil menengah yang kesulitan akses permodalan dari bank serta rumah tangga-rumah tangga yang memerlukan dana cepat. Pinjaman dari tengkulak tidak memerlukan


(43)

32

jaminan sertifikat rumah atau barang berharga lainnya (kebanyakan hanya memerlukan KTP atau identitas lainnya), namun memiliki risiko tinggi.37

Rentenir juga biasanya memiliki orang-orang berbadan kekar (preman) untuk melindunginya atau menagih paksa utang debiturnya. Cara lain tengkulak untuk menagih utangnya antara lain mencuri barang-barang debitur lalu dijual untuk mengganti uang yang dipinjam, jika debitur menunggak pembayaran dalam jangka waktu lama (biasanya hitungan bulan), atau menculik dan menyandera anggota keluarga debitur atau si debitur itu sendiri. Banyak orang yang meminjam uang kepada tengkulak dan tidak mampu membayar disita harta kekayaannya dan bangkrut, dipukuli atau dirusak harta bendanya dan bahkan dapat saja dibunuh oleh orang-orang suruhan rentenir, bahkan ada yang bunuh diri.

Dalam Islam, praktik rentenir adalah sama dengan istilah mu’amalat ribawiyah yaitu tambaham terhadap modal uang yang timbul akibat suatu transaksi utang-piutang yang harus diberikan oleh peminjam kepada pemilik uang pada saat hutang jatuh tempo.38

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Selain tinjauan teoritis mengenai pengertian dari variabel penelitian, pada penelitian ini juga dilakukan tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang sejenis. Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di sejumlah tempat. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, maupun jurnal yang dijadikan acuan antara lain yang akan tampak pada tabel berikut.

37 https://id.wikipedia.org/wiki/Tengkulak


(44)

33

Tabel 2.1

Persamaan Dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Tahun Judul Peneliti Persamaan Perbedaan

2014 Pengaruh Pinjaman

Modal Kegiatan Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri

Perdesaan serta Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten Kebumen

Riki Tri

Kurniawanto Penelitian ini meneliti tentang pinjaman modal dalam

mempengaruhi peningkatan pendapatan

Penelitian ini tidak membahas mengenai faktor pendapatan dalam mempengaruhi pemilihan

peminjaman. Objek dan tahun penelitian pada penelitian pun berbeda

2014 Pengaruh Faktor Sosial dan Tingkat Pendidikan terhadap Keputusan Menjadi Nasabah BMT Sahara Tulungagung

Nurul Julia Penelitian ini meneliti tentang faktor tingkat pendidikan dalam mempengaruhi keputusan menjadi nasabah

Di dalam penelitian ini tidak membahas faktor jenis usaha dan tingkat pendapatan dalam mempengaruhi keputusan

2011 Pengaruh Kredit Dana

Bergulir tehadap Tingkat Pendapatan Pengusaha Makanan Olahan Anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara

Regina Sari penelitian ini membahas tingkat pendapatan pengusaha makanan yang

dipengaruhi oleh pinjaman modal kredit dana bergulir melalui KJK-PEMK

dalam penelitian ini tidak membahas BMT ataupun

Rentenir dalam solusi permodalan

pengusaha makanan

2007 BMT Versus Rentenir

dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; Studi Kasus di Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang Sumatera Utara Chuzaimah Batubara, dkk. Penelitian ini membahas tentang persaingan antara BMT atau Rentenir di daerah objek

penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini tidak membahas tentang faktor-faktor yang akan mempengaruhi persaingan/pemilihan masyarakat dalam melakukan permodalan. 2009 Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah pada Bank Muamalat Malang

Lutfi Efendi Penelitian ini membahas faktor tingkat pendidikan dan pendapatan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah

Dalam penelitian ini tidak membahas mengenai jenis usaha nasabah.Objek pada penelitian ini adalah Bank sedangkan pada penelitian saya adalah BMT dan Rentenir


(45)

34

Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang. Persamaannya adalah digunakannya beberapa variabel bebas yang sama serta variabel terikat yang sama. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakuakan sekarang dengan penelitian yang terdahulu adalah variabel bebas yang mempengaruhi dua variabel terikat. Yaitu dimana dalam penelitian ini menitikberatkan pada pokok permasalahan yang dibahas adalah tingkat pendidikan, jenis usaha dan jumlah penghasilan apakah dapat mempengaruhi pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran dalam memilih tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.

C. Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konseptual ini menggambarkan tingkat pendidikan (X1), jenis usaha (X2), dan jumlah penghasilan (X3) berpengaruh terhadap pemilihan tempat pembiayaan (Y) melalui BMT (Y1) atau peminjaman melalui Rentenir (Y2).

Model Kerangaka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3

Tingkat Pendidikan Jenis Usaha

Jumlah Penghasilan

Meminjam BMT Meminjam


(46)

35

Model hubungan antarvariabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel faktor (variabel bebas) / variabel independen / fixed factors: a. tingkat pendidikan

b. jenis usaha

2. Variabel tergantung / variabel dependen : a. pembiayaan melalui BMT

b. peminjaman melalui rentenir. 3. Kovariat :

a. jumlah penghasilan.

D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan dalam penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.39 Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. Hipotesis Simultan

a. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat pembiayaan pada BMT

H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

39Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 64.


(47)

36

b. Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir

H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir 2. Hipotesis Parsial

a. H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

b. H0 = tidak adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

H1 = adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

c. H0 = tidak adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

H1 = adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada BMT

d. H0 = tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir


(48)

37

H1 = adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir

e. H0 = tidak adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir

H1 = adanya pengaruh jenis usaha terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir

f. H0 = tidak adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir

H1 = adanya pengaruh jumlah penghasilan terhadap pemilihan tempat peminjaman pada Rentenir.


(49)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk pada penelitian terapan (applied research) yakni, penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.40

Sifat penelitian ini adalah studi kausalitas yang mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan terikat.41

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih tiga bulan yaitu pada tanggal 06 April 2016 – 15 Juli 2016. Tempat penelitian ini dilakukan di pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya meliputi Pasar Pogot, Pasar Bulak Banteng, dan Pasar Kedinding.

C. Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian.42 Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya.

40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. ( Bandung: Alfabeta, 2008), 4. 41Ibid.,

42 Suharyadi dan Purwanto, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 7.


(50)

40

Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Peran subjek penelitian adalah memberikan tanggapan dan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung. Responden penelitian ini mengambil pada pedagang di Surabaya yang mempunyai karakter sebagai berikut : seluruh pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran yang melakukan peminjaman modal melalui BMT UGT Sidogiri cabang Surabaya serta melakukan peminjaman modal melalui Rentenir.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep merupakan penggambaran / abstraksi dari suatu fenomena tertentu, sehingga pada akhirnya variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi. Oleh karena itu terdapat jenjang yang menurun dari Teori --- Konsep --- Konstruk --- Variabel. Varibel merupakan konstruk/ciri/sifat yang dikaji/diteliti, suatu sifat yang dapat memiliki bermacaam-macam nilai (sesuatu yang bervariasi).43

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas atau independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor risiko, prediktor, kuasa / penyebab.44 Variabel independen (X) dalam

penelitian ini adalah tingkat pendidikan (X1), jenis usaha (X2), jumlah

pendapatan (X3).

43 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang

Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), 144.


(51)

41

2. Variabel terikat atau dependen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel tergantung disebut juga kejadian, luaran, manfaat, efek atau dampak. Variabel tergantung juga disebut Penyakit / Outcome.45 Adapun dalam penelitian ini variabel dependen (Y) adalah pemilihan tempat peminjaman pada BMT (Y1) atau Rentenir (Y2).

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul yang akan diteliti dan kekeliruan dalam memahami tujuan penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah agar lebih jelas terarahnya penelitian ini :

1. Pendidikan: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.46

Jenjang pendidikan meliputi pendidikan terakhir / sekarang baik formal maupun non formal dengan indikator sebagai berikut: SD / MI, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, Perguruan Tinggi (S1, S2, S3, D1, D2, D3), kursus atau lain-lain.

2. Pedagang: Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk di jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah

45 Ibid


(52)

42

dijadikan barang lain. Pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya meliputi pedagang kecil maupun besar diindikatorkan menurut barang dagangannya dengan klasifikasi sebagai berikut : Garmen (toko pakaian, toko kain), makanan tahan lama (toko sembako atau pracangan), makanan segar (warung, buah, sayur, ikan, ayam, dan daging), perlengkapan dan peralatan (toko peralatan rumah tangga, toko kosmetik, toko mainan). Pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya juga memiliki karakteristik sebagai berikut: pernah melakukan pembiayaan melalui BMT dan pernah melakukan peminjaman melalui Rentenir.

3. Penghasilan: keseluruhan penghasilan atau penerimaan yang diperoleh para pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama kurun waktu tertentu. Pendapatan pedagang dihitung dalam kurung waktu satu hari / satu minggu / satu bulan. Besar penghasilan tidak diklasifikasikan atau diskalakan guna mendapatkan data rasio.

4. BMT: merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroprasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pemilihan peminjaman yang di lakukan pedagang pasar di Kecamatan Surabaya dilihat dari jumlah pinjaman, besar bagi hasil, dan jumlah cicilan kepada KSPS-BMT UGT Sidogiri cabang Surabaya.

5. Rentenir: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rentenir adalah orang yang memberikan nafkah dan membungakan uang/tukang riba/pelepas uang/lintah darat. Pemilihan peminjaman yang di lakukan pedagang pasar


(53)

43

di Kecamatan Kenjeran Surabaya dilihat dari jumlah pinjaman, besar bunga, dan jumlah cicilan kepada Rentenir.

F. Data dan Sumber Data

Pada dasarnya, penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan. Tanpa adanya data, maka hasil penelitiaan tidak akan terwujud dan penelitian tidak akan berjalan.47 Dilihat dari segi bentuk data

dalam penelitian ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif48.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Karena memandang bahwa realitas atau fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.49 Menurut

sumbernya, data dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:50

1. Data Sekunder

Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Keuntungan data sekunder adalah efisiensi tinggi, dengan kelemahannya yaitu kurang akurat.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan perhitungan prosentase hasil dari kuesioner/angket yang saya sebarkan kepada para pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya.

47 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang

Kesehatan..., 178.

48 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005), 118. 49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),08. 50 Saryono Mekar Dwi Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang


(54)

44

2. Data Primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Kelebihan data primer adalah akurasinya lebih tinggi. Sedangkan kelemahannya berupa ketidakefisienan, untuk memperoleh memerlukan sumber data yang lebih besar.

G. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, meliputi:

1. Angket/Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden sehubung dengan penelitian.51 Dalam pengertian lain metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim utuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan kepetugas atau peneliti.52

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung tertutup. Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh

51 Victorianus Aries Siswanto, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 60.

52 Burhan Bengin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 133


(55)

45

responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.53

2. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung secara bertatap muka (personal face to face interview) dengan sumber data (responden).54 Teknik wawancara

terstruktur juga disebut wawancara baku terbuka.55 Jenis wawancara ini

dipilih dengan alasan agar peneliti lebih mudah dalam melakukan kegiatan wawancara serta menggali informasi yang sesuai dengan tujuan peneliti. Adapun alasan lainnya adalah semua aspek dipandang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat. Metode wawancara dipilih dalam pengumpulan data karena untuk menggali data yang lebih dalam yang bersifat personal. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan pedagang Pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya yang telah dijadikan responden guna mengetahui bagaimana prosedur pemberian pinjaman, jumlah pinjaman, dan besar bunga ataupun bagi hasil yang dibayarkan.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal

53 Ibid, 134

54 S.A.Muhidin & M. Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pusaka Setia, 2007), 21.


(56)

46

yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.56

Observasi disini merupakan observasi langsung yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada objek yang diobservasikan, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan media-media transparan.57 Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara langsung pada Pasar di Kecamatan Surabaya..

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode statistik. Perhitungan statistik dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package and Social Science). Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis MANOVA. Analisis MANOVA berfungsi untuk mengetahui pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap lebih dari satu variabel dependen yang dianalisis bersama-sama secara simultan maupun parsial. Karena jumlah variabel dependen lebih dari satu, maka MANOVA dapat dikategorikan sebagai alat analisis Multivariat. Variat disini adalah kombinasi linear dari variabel-variabel dependen. Prosedur yang digunakan adalah multivariate general linear model (MGLM), yakni suatu prosedur yang

56 Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2014), 165.

57 Bungin Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), 144.


(57)

47

menyediakan analisis regresi dan analisis varians untuk beberapa variabel tergantung dengan satu variabel faktor atau lebih yang disebut kovariat. Kovariat adalah variabel yang berkaitan dengan variabel tergantung yang sering dikendalikan dalam suatu riset saat terjadi masalah. Faktor-faktor tersebut berfungsi untuk membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok. Untuk mendapatkan nilai yang baik sebelum melakukan prosedur MGLM, maka harus dilakukan statistik uji sebagai berikut:

1. Uji asumsi varians-kovarians. Salah satu asumsi pada proses MANOVA adalah matrik varians-kovarians dari dependent variable relatif sama pada setiap grup-grup independent variable. Varians adalah salah satu instrumen deskriptor untuk distribusi data dan menggambarkan seberapa jauh suatu nilai terletak dari posisi rata-rata. Atau, pengukuran tentang sejauh mana nilai-nilai pada populasi berbeda nilai rata-rata populasi tersebut. Sedangkan, kovarians adalah pengukuran statistik varians dua variabel acak yang diobservasi atau diukur dalam periode waktu rata-rata yang sama. Uji yang digunakan untuk pengujian varians-kovarians sebagai berikut:

a. Uji Box’s M adalah pengujian untuk kesamaan matriks kovarians variabel-variabel tergantung. Pengujian statistik mengenai kesamaan matriks varians/kovarians variabel tergantung di semua kelompok yang dibandingkan.

b. Uji Levene adalah uji untuk mengetahui apakah varians dua sampel yang berhubungan/dependen sama atau homogen, yang merupakan persyaratan untuk menggabung varians-varians dari beberapa sampel


(58)

48

dengan tujuan untuk memperoleh estimasi yang tepat terhadap karakteristik populasi.

2. Uji Signifikasi Multivariat (Multivariate Tests) adalah prosedur statistik guna menguji beberapa variabel sebagai objek yang dianalisis memiliki output yang menyatakan adanya perbedaan yang nyata antara independent variables dandependent variables. Fungsi dari Multivariate Tests ini sama halnya dengan Uji F yang dikenal dengan Uji serentak atau uji Model, yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk prediksi/peramalan, sebaliknya jika non/tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan

Dalam pengujian ini akan dilihat arah dan signifikan pengaruhnya, dengan cara sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis

b. Menentukan nilai signifikannya yaitu 0,05 atau 5% dengan kriteria sebagai berikut :

1) Signifikan > 0,05, sehingga H0 diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, jenis usaha dan jumlah penghasilan secara bersama-sama terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.


(59)

49

2) Signifikan < 0,05, sehingga H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh signifikan antara rasio tingkat pendidikan, jenis usaha dan jumlah penghasilan secara bersama-sama terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir. 3. Prosedur multivariate test diantaranya sebagai berikut:

a. Uji Wilk’s Lambda merupakan satu dari nilai statistik pokok untuk pengujian hipotesis nol dalam statistik multivariat dan juga untuk menentukan tingkat signifikasi perbedaan rata-rata antarkelompok yang diteliti. Nilai berkisar antara 0 – 1. Jika nilainya 1, rata-rata kelompok mempunyai nilai yang sama sehingga tidak berbeda satu dengan yang lain; sedangkan jika mendekati 0, rata-rata kelompok yang dibandingkan berbeda secara signifikan.

b. Uji Pillai’s Trace: Pengujian untuk perbedaan multivariat mirip dengan Wilks’ Lambda

c. Uji Hotelling’s Trace: Pengujian untuk menilai signifikan statistik perbedaan rata-rata dua variabel atau lebih dalam dua kelompok.

d. Uji Roy’s Largest Root: Nilai statistik untuk pengujian hipotesis nol dalam MANOVA. Untuk menguji fungsi dirkriminasi pertama variabel tergantung tentang kemampuan untuk melihat perbedaan kelompok. 4. Tests of Between-Subject Effects (pengaruh variabel secara individu) adalah

pengujian guna mengetahui pengaruh independent variables dan kovariat terhadap masing-masing variabel tergantung. Dalam analisis Regresi, Tests of Between-Subject Effects ini sama fungsinya dengan Uji T yakni menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara


(60)

50

individual menerangkan variasi variabel dependen. Guna menguji hipotesis tentang pengaruh secara sendiri-sendiri atau parsial antara tingkat pendidikan, jenis usaha dan jumlah penghasilan pedagang terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut : a. Merumuskan hipotesis

b. Menentukan nilai signifikansi yaitu 0,05 atau 5% dengan kriteria sebagai berikut :

1) Signifikan > 0,05, sehingga H0 diterima yang berarti tidak ada pengaruh signifikan antara rasio tingkat pendidikan, jenis usaha dan jumlah penghasilan secara individu terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir. 2) Signifikan < 0,05, sehingga H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh

yang signifikan antara tingkat pendidikan, jenis usaha dan jumlah penghasilan secara individu terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir. 5. Uji Post Hoc Range dan Perbandingan Jamak (Multiple Comparison)

Pengujian-pengujian yang dilakukan tanpa perencanaan/pengujian perbandingan jamak, yang mempunyai maksud pengujian statistik yang diaplikasikan setelah data sudah dikumpulkan tanpa mempertimbangkan sebelumnya perbandingan apa yang esensial untuk pertanyaan dalam riset. Perbandingan-perbandingan dilakukan setelah data terkumpul dan seluruh analisis varians menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) yang mengatakan


(61)

51

bahwa tidak ada perbedaan rata-rata tidak dapat dibuktikan, yaitu saat nilai F hitung > F tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti terdapat perbedaan rata-rata.


(1)

Allah SWT maupun hadits Rasulullah SAW, namun sedikit demi sedikit memberi pengertian sehingga para responden dapat membandingkan mana yang baik ataupun tidak.


(2)

103 BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan mengenai pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh signifikan tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara simultan terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir

2. Tidak terdapat pengaruh signifikan tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang pasar di Kecamatan Kenjeran Surabaya secara parsial terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan simpulan dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagi KSPS BMT-UGT Sidogiri Cabang Surabaya

Sehubungan dengan semakin bertambahnya anggota dalam memilih produk pembiayaan, maka penelitian yang berjudul Pengaruh tingkat pendidikan, jenis usaha, dan jumlah penghasilan pedagang Pasar di


(3)

104

Kecamatan Kenjeran Surabaya terhadap pemilihan tempat pembiayaan melalui BMT dan peminjaman melalui Rentenir ini dapat dijadikan acuan dalam kebijakan lembaga. Khususnya manajemen pemasaran harus lebih mampu meningkatkan promosi, mengetahui mana pangsa pasar yang dituju maupun inovasi produk. Karena dari hasil penelitian bahwa keputusan anggota memilih produk pembiayaan karena tingkat penghasilan. untuk tingkat pendidikan dan jenis usaha para anggota tidak berpengaruh secara signifikan.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperluas variabel independen atau juga dapat dilakukan penelitian BMT versus Rentenir dalam peningkatan ekonomi masyarakat Kecamatan Kenjeran Surabaya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005)

Anggraeni, Saryono Mekar Dwi, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2013)

Antonio, M. Syaf’i, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)

Awalil Rizky, BMT: Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil, (Yogyakarta: UCY Press, 2007)

Bengin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Hati Emas, 2013)

Ismail, Perbankan Syariah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013)

Jonathan Sarwono, IBM SPSS “Advanced Statistik”: Prosedur-Prosedur Generalisasi dan Perluasan General Linear Model (GLM), (Yogyakarta: ANDI, 2012)

Kotler, Philip. terj. Bob Sabran, Manajemen Pemasaran, Edisi ke Tiga Belas, (Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2008)

Kurniadin, Didin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan:Konsep & Prinsip Pengelolaan Pendidikan. (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013)


(5)

L.J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006)

Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, (Jakarta:Rajawali pers, 2010)

Marimin, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Criteria Majemuk, (Jakarta: PT Grasindo anggota IKAPI, 2004)

Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2007)

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2002)

Muhammad, Rifqi, Akuntansi keuangan Syariah, (Yogyakarta : P3EI press, 2008)

Nawawi Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 1993)

Nugroho, Heru, Uang, Rentenir, dan Hutang Piutang di Jawa, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001)

Pidarta, Made, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009)

PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Peraturan Dasar dan Contoh AD ART BMT. (Jakarta : Nusantara. Net. Id. Tt)

Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004)

S.A.Muhidin & M. Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pusaka Setia, 2007)


(6)

Setiadi, Nugroho J., Perilaku Konsumen:Perspektif Kontemporer Pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2003)

Soemitra, Andri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008)

Siswanto, Victorianus Aries, Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012)

Suharyadi, Purwanto, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009)

Sunyoto, Danang, Teori Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013)

Suparmoko, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta: BPFE, 1999)

Suryani, Tatik, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008)

Swastha, Basu dan Hani Handoko, Manajemen Pemasara AnalisisPerilak Konsumen, (Yogyakarta: BPEE, 2000)

Teguh, Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)

Widodo, Hertanto, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal waat Tamwil (BMT), (Bandung: Mizan, 1999)


Dokumen yang terkait

Peran Rentenir dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro di Kabupaten Simalungun ( Studi Kasus : Pedagang di Pasar Kecamatan Raya)

10 112 98

Minat pedagang Pasar Parung terhadap pemanfaatan fasilitas pembiayaan pada BMT UGT Sidogiri Capem Parung

2 30 174

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PEDAGANG PASAR TERHADAP PERILAKU LINGKUNGAN DI PASAR GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2015

7 27 143

KETERGANTUNGAN PEDAGANG PASAR TERHADAP RENTENIR di PASAR PRAWIROTAMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015

5 35 117

PENGARUH DIVERSIFIKASI USAHA DAN MANAJEMEN PENGELOLAAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR Pengaruh Diversifikasi Usaha Dan Manajemen Pengelolaan Terhadap Pendapatan Pedagang Di Pasar Bunder 2013.

0 1 11

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE Pengaruh Modal Usaha Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang Di Pasar Gede Hardjonagoro Surakarta Tahun 2012/2013.

0 3 16

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE Pengaruh Modal Usaha Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang Di Pasar Gede Hardjonagoro Surakarta Tahun 2012/2013.

0 3 11

PENGARUH MANAJEMEN USAHA TERHADAP PENGHASILAN USAHA PADA PEDAGANG KELONTONG DI KECAMATAN JATINOM KLATEN.

0 1 16

Pengaruh perbedaan tingkat pendidikan dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional Prajurit Kulon Kota Mojokerto.

0 1 85

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PEMILIHAN PRODUK QARDH PADA BMT MANDIRI SEJAHTERA JAWA TIMUR CABANG SEMBAYAT GRESIK MELALUI PERSEPSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PEDAGANG DI PASAR SEMBAYAT GRESIK.

0 1 119