HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN HARDINESSDENGAN KECENDERUNGAN PSIKOSOMATIS PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN DI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.
DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Diliyan Zulfa Febriana
B37212088
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
INTISARI
Judul : Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Kecenderungan Psikosomatis
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Nama : Diliyan Zulfa Febriana
NIM : B37212088
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepribadian
hardiness dengan kecenderungan psikosomatis pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi dan Kesehatan di UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan metode analisis data yang
digunakan adalah analisis korelasional
Product Momen
. Sedangkan perhitungan
dilakukan dengan program
Statistik Product dan Service Solution
(SPSS)
for
windows
versi 20.00. koefisien korelasi diperoleh yaitu sebesar -0,098 dengan
taraf signifikansi 0,01 (2-tailed). Penelitian ini merupakan penelitian korelasi
dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala hardiness dan skala
psikosomatis. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian
berjumlah 81 sampel. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi sebesar 0,000.
Karena 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya terdapat
hubungan antara hardiness dengan psikosomatis pada mahasiswa tingkat akhir.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………
i
HALAMAN PENGESAHAN
………..
ii
KATA PENGANTAR
………..
iii
DAFTAR ISI
………..
v
DAFTAR TABEL
………..
vii
INTI SARI
………
viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... .1
B.
Rumusan Masalah ... 9
C.
Tujuan Penelitian ... 10
D.
Manfaat Penelitian ... 10
E.
Keaslian Pen
elitian ………
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Psikosomatis
1.
Pengertian Psikosomatis ... . 14
2.
Ciri
–
ciri Psikosomatis ... 15
3.
Faktor penyebab
Psikosomatis ………
16
4.
Jenis
–
Jenis Psi
kosomatis ………..
19
5.
Aspek
–
Aspek Ps
ikosomatis ………..
20
6.
Gangguan spesifik pada Psikosomatis ………
20
7.
Cara Menangani Psiko
somatis ………
29
8.
Cara mencegah Psikosomatis ………..
32
9.
Kriteria Klinis dari Psikosomatis ……….
34
10.
Terapi penyembuhan Psikosomatis ………..
35
B.
Hardiness
1.
Pengertian Har
diness ………...
36
2.
Dimensi Hardiness
………...
39
3.
Hubungan antar dimensi ………..
40
4.
Fungsi Hardiness ………..
41
5.
Ciri
–
ciri Ha
rdiness ……….
42
6.
Faktor yang mempenga
ruhi Hardiness ……….
43
7.
Cara Meningkatka
n Hardiness ……….
44
8.
Manfaat Ha
rdiness ……….
45
9.
Teori yang menghubung
kan dua variabel ………. 46
C.
Kerangka Teori
tik ……… 48
(8)
2.
Definisi Opera
sional ………
50
B.
Populasi , Sampel , dan Teknik Sampling
1.
Populasi
………....
53
2.
Sampel
………..
54
3.
Teknik Samp
ling ………...
55
C.
Teknik Pengumpulan Data ………..
55
1.
Blue Print Har
diness ………..
56
2.
Blue Print Psik
osomatis ……….
57
D.
Validitas dan Reabilitas
1.
Validit
as ……….
60
2.
Reabilita
s ………...
60
E.
Analisis Data
1.
Uji Normalit
as ………... 61
2.
Uji Linierit
as ……….. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Profil Fakultas Psikologi
dan kesehatan ………. 63
2.
Deskripsi s
ubyek ……… 64
3.
Penyusunan instrumen penelitian ……… 68
4.
Penentuan skor alat ukur ……….. 72
5.
Persiapan adminitrasi ………72
6.
Pengujian Hipotesis ………...73
B. Pembahasan
1.
Penghubungan 2 variabel ………
83
BAB V PENUTUP
1.
Kesimpulan ………
89
2.
Sara
n ………89
DAFTAR PUSTAKA
…………
...
………..………
91
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Try Out Skala Hardiness
….………
. . 56
Tabel 2 Blue Print Try Out Skala Psikosomatis
…..………
58
Tabel 3
Pelaksanaan Penelitian ……….
67
Tabel 4 Blueprint valid
skala Hardiness ……… 69
Tabel 5
blueprint valid skala Psikosomatis ………
74
Tabel 6 Diskriminasi aitem S
kala Psikosomatis ……….. 74
Tabel 7 Diskriminasi aitem
Skala Hardiness ………. 76
Tabel 8 Reliabilitas Ska
la Psikosomatis ……….77
Tabel 9 Reliabilitas Ska
la Hardiness ………...7
8
Tabel 10 Uji Nor
malitas ………
. 79
Tabel 11 Uji Lin
ieritas ………. 80
Tabel 12
Uji Hipotesis ………. 81
(10)
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Permasalahan psikologis yang menimbulkan dampak penyakit fisik oleh para klinisi
disebut dengan gangguan psikosomatis.Pada awal tahun 1800-an, bidang medis mulai
mempertimbangkan berbagai faktor sosial dan psikologis yang mempengaruhi penyakit.
Istilah psikosomatik mulai digunakan untuk menyatakan hubungan antara pikiran (psyche)
dan tubuh (soma) dalam keadaan sehat dan sakit (Videbeck, 2008). Berdasarkan PPDGJ III
(1993) psikosomatis dapat mengenai setiap sistem atau bagian tubuh yang mana pun, tetapi
yang paling lazim adalah yang mengenai keluhan gastrointestinal, gejala klinis dapat berupa
perasaan pada perut, kembung, muntah, mual dan sebagainya.
Perjalanan gangguan ini bersifat menahun, berfluktuasi, dan sering kali disertai dengan
ketidakserasian dari perilaku sosial, interpersonal dan keluarga yang berkepanjangan.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, dan biasanya mulai pada usia
dewasa muda.
Permasalahan yang cukup berat tersebut dapat membawa kondisi psikologis yang
tertekan dan tidak nyaman.
Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan psikosomatis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Achmad (1998) bahwa, permasalahan-permasalahan yang menekan dapat
menyebabkan gangguan fisik seperti, tukak lambung, gangguan pencernaan, sakit kepala
dan sebagainya. Kartono & Gulo (1987) menerangkan bahwa, psikosomatis adalah
gangguan fisik akibat dari kegiatan fisiologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi.
(11)
Istilah psikosomatis berasal dari bahasa Yunani yaitu
psyche
yang berarti jiwa dan
soma
yang berarti badan (Atkinson,1999). Dijelaskan oleh Kartono dan Gulo (1987) bahwa,
psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan
psikologis atau gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang
berlebihan dalam mereaksi gejala emosi. Selanjutnya Hakim (2004) menjelaskan bahwa,
keluhan-keluhan psikosomatis dapat berupa, jantung berdebar-debar, sakit maag, sakit
kepala (pusing, migren), sesak nafas dan lesu.
Psikosomatis adalah gangguan jasmaniah (fisik) yang disebabkan oleh gangguan
emosional. Emosi-emosi yang sangat kuat disadari atau tidak, lambat laun dengan sendirinya
akan menghasilkan perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis tertentu pada sejumlah
sistem organ, dan akhirnya menimbulkan gangguan-gangguan. Gangguan ini berbentuk
tukak lambung, anorexia nervosa, migarain, hipertensi, gatal-gatal dan penyakit alergi
lainnya. Psikosomatis muncul karena stres akibat adanya emosi yang ditekan.
Selye (dalam Supratiknya, 1995) mengatakan untuk menghadapi stres yang
berkepanjangan individu akan melakukan serangkaian reaksi yang disebut sindrom adaptasi
uinum
{general adaptation syndrome
). Mula-mula individu bersiaga dan mengerahkan
segala sumber daya yang dimilikinya, kemudian individu melakukan perlawanan hebat
terhadap stres yang dialaminya dengan menggunakan semua daya yang telah disiagakan
tersebut dan akhirnya sumber daya yang dimilikinya. terkuras habis. Keadaan ini dapat
berakibat pada kematian, sementara stresnya sendiri mungkin belum juga berhasil dihalau.
J.P Chaplin (2004) dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah
satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis.
(12)
dipengaruhi oleh faktor psikologis.Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak termasuk faktor
psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan mental tetapi gangguan
ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis.
Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi terus
berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas ada kaitan
antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan atau emosi-emosi yang mempunyai latar
belakang komponen mental dan komponen jasmaniah.
Jadi, ada interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mental
dengan fungsi
–
fungsi somatic (jasmani,fisik). Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem
syaraf dan sistem fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan gangguan mental.
Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab timbulnya
bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab semakin beratnya
suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa takut yang hebat, detak
jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari reaksiasthenis (kelemahan) pada
badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang
diidentifikasikan sebagai akibat dari konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis
Dalam jurnal Syafi’I
(2001) psikosomatis yang sering dialami mahasiswa tingkat akhir
adalah sakit kepala (migren), sakit perut (maag), badan terasa lemah , jantung berdebar
–
debar dan keluar keringat dingin. penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa 54,9 %
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami perubahan pada fisiknya seperti
pusing, tubuh lemas dan keluar keringat dingin.
Berdasarkan data yang terkumpul, di Indonesia ada sekitar 300.000 sarjana baru tiap
tahunnya (Badan pusat statistik, 2014). Pada tahun 2015, Universitas Islam Negeri Sunan
(13)
Ampel Surabaya meluluskan mahasiswa sebanyak 500-700 orang di tahun ajaran ganjil.
Sedangkan pada tahun ajaran genap ada sekitar 1500-2000 mahasiswa yang mengambil
program skripsi dan lulus ditahun yang sama (hasil wawancara dengan Kasubag Fakultas
Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya, Selasa 6 Mei 2016 ).
Berdasarkan hasil
crosstabs
yaitu didapat bahwa mahasiswa yang telah mengambil
mata kuliah skripsi lebih dari 1 (satu) semester berada pada kategori rendah lebih besar
sebanyak 100% bila dibandingkan dengan mahasiswa yang baru mengambil skripsi selama 1
(satu) semester sebesar 58,1%. Hal ini diketahui bahwa mahasiswa yang telah mengambil
skripsi lebih dari 1 (satu) semester memiliki tingkat Psikosomatis rendah . Sedangkan
mahasiswa yang baru mengambil skripsi selama 1 (satu) semester mereka berpeluang
memiliki tingkat optimisme tinggi (Dwi sari, 2011).
Skripsi sering ditinggalkan dengan masalah yang belum terselesaikan dan baru
kembali mengerjakan skripsi apabila kondisi hati ata
mood
mereka sudah membaik. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu mahasiswa yang sedang
menyelesaikan skripsi. Subyek mengaku saat mengerjakan skripsi terasa sangat malas. Ia
merasa tidak
mood
saat mengerjakan skripsinya. Subyek merasa
mood
menurun saat
mengalami hambatan dalam mengerjakan skripsi. Salah satu contohnya saat ini ia menunggu
kepastian ACC dari dosen pembimbing skripsinya (hasil wawancara pada 5 Mei 2016).
Menurut hasil wawancara dengan narasumber yang bernama Indah, bahwa ketika ia
sedang berfikir dan ingin memulai mengerjakan proposal skripsi, ia terkadang merasakan
migrain, hal tersebut disebabkan karena mata nya yang terlalu fokus ke arah laptop dan
(14)
Kemudian ketika saya terlalu berfikir lama kelamaan menjalar ke organ tubuh yang lain
sehingga membuat saya sakit perut dan badan saya terasa lemas. Hal tersebutlah yang
mengakibatkan saya kurang fokus saat mengerjakan proposal skripsi,” ujarnya pada tanggal
6 Mei 2016 pukul 13.00 WIB di kampus.
Senada dengan penuturan Indah, Hakim juga merasakan hal yang serupa dengan apa
yang dialami oleh Indah, bahwa ketika Hakim sedang bimbingan skripsi ia merasakan
jantung yang berdebar dan keluar keringat dingin. Berikut penuturan Hakim pada tanggal 6
Mei 2016 pukul 15.00 W
IB di Fakultas Tarbiyah, “Saya juga mengalami hal serupa seperti
yang dialami Indah, akan tetapi saya lebih condong sering mengeluarkan keringat dingin dan
jantung berdebar
–
debar ketika bimbingan skripsi di depan dosen pembimbing saya,”
ujarnya.
Kemudian dari hasil wawancara dengan mahasiswa yang bernama Lila, ia juga
mengalami kejadian yang serupa dengan Hakim, yakni ketika ia sedang ujian proposal
skripsi merasakan keringat dingin dan juga jantung berdebar-
debar. “Ketika saya ujian
proposal skripsi kemarin, jantung saya sering berdebar
–
debar dan juga mengeluarkan
keringat dingin. Sehingga membuat saya merasa gugup ketika menjawab pertanyaan yang
diujikan oleh dosen ketika ujian proposal skripsi,” tutur mahasiswa jurusan manajemen
pendidikan ini.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa lain, dapat peneliti
simpulkan bahwa mereka dalam mengerjakan skripsi harus dengan usaha serta tekat yang
keras sehingga tidak membutuhkan waktu yang cukup banyak dalam proses pengerjaannya.
Namun tidak hanya dengan usaha serta tekat yang keras, akan tetapi juga dengan semangat
yang tinggi lah yang membuat skripsi cepat selesai. Itulah dimana pentingnya kepribadian
(15)
hardiness di dalam diri mahasiswa serta usaha untuk mengerjakan skripsi tersebut juga ikut
serta mengiringi kepribadian hardiness yang telah dimilikinya.
Peneliti mencoba menggali data lagi dengan wawancara dengan subyek yang lain. Hal
serupa juga ditemukan jawaban yang sama. Bahwa individu yang bersangkutan merasa
sangat malas dalam mengerjakan skripsi. Sehingga waktu mereka banyak terbuang dengan
percuma saat meninggalkan skripsinya. Alasan tersebut diberikan karena mereka merasa
tidak
mood
saat mencoba mngerjakan skripsi. Namun terkadang subyek harus memaksakan
diri untuk mengerjakan skripsi mereka (hasil wawancara 9 Mei 2016).
Kemampuan individu dalam menghadapi berbagai kejadian hidup yang menekan
tidaklah sama, tetapi tergantung pada banyak hal, salah satunya adalah kepribadian. Ada tipe
kepribadian tertentu yang mudah mengalami gangguan jika menghadapi peristiwa
–
peristiwa yang menekan dan menegangkan. Ada juga tipe kepribadian tertentu yang
mempunyai daya tahan tinggi terhadap kejadian yang menegangkan . tipe kepribadian yang
mempunyai kemampuan dan daya tahan terhadap stress adalah
hardiness
atau
hary
personality
yang merupakan gagasan konsep Kobasa (1979).
Kobasa (1982) mengemukakan bahwa
hardiness
merupakan konstelasi dari
karakteristik kepribadian yang dapat membantu untuk melindungi individu dari pengaruh
negative stress. Menurut kobasa, individu yang memiliki hardiness tinggi mempunyai
serangkaian sikap yang membuat tahan terhadap stres. Individu dengan kepribadian
hardiness senang bekerja keras karena dapat menikmati pekerjaan yang dilakukan,
senang membuat sesuatu keputusan dan melaksanakannya kerena memandang hidup ini
sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai makna, dan individu
(16)
dalam kehidupan dianggap sebagai suatu tantangan dan sangat berguna untuk
perkembangan hidupnya.(Blog pada Word Press.com)
Menurut Ivancevich (2008) beberapa istilah dalam big five model, yang
digunakan untuk menggolongkan kepribadian, yaitu
extraversion
(ekstraversi),
emotional stability
(stabilitas emosi) atau
low neuroticism
(stabilitas emosi yang
rendah),
agreeableness
(mudah bersepakat),
conscientiousness
(sifat berhati-hati atau
ketelitian),
openness to experience
(terbuka terhadap hal-hal baru). Big five model
merupakan teori kepribadian yang sederhana dan sering digunakan untuk mengukur
kepribadian seseorang. Melalui Teori lima besar (Big five model) dapat dilihat kepribadian
seseorang yang mampu mempengaruhi kinerja bagi organisasinya (Alwisol, 2009)
.
Disisi lain, kepribadian seseorang akan menentukan reaksi yang muncul terhadap
suatu masalah yang dihadapinya. Kepribadian juga membantu individu dalam menghadapi
stress secara efektif dan membantu individu tidak mudah terserang penyakit (Santrock
2005:64). Peran kepribadian yang banyak diteliti berhubungan dengan psikosomatis salah
satunya adalah
hardiness. Hardiness
adalah salah satu dari tipe kepribadian yang secara
terutama tahan terhadap stress,
hardiness
juga merupakan kombinasi dari karakter
–
karakter
kepribadian yang dapat dipercaya memberi gambaran individu yang tetap sehat walau dalam
keadaan yang kurang baik sekalipun (Bishop 1994:167)
Penelitian yang dilakukan Kobasa ,Maddi dan Khan (1982:168-169) menemukan
bahwa
hardiness
merupakan kostelasi dari karakteristik kepribadian yang mempunyai
sumber perlawanan disaat individu menemui suatu kejadian yang menimbulkan stress dan
dapat membantu untuk melidungi individu dari pengaruh negative stress.
(17)
Peran
hardiness
yang lain dalam bidang kesehatan dapat dilihat pada gangguan
psikosomatis, dimana
hardiness
memiliki peran sebagai mediator dan moderator dampak
stressor kehidupan penderitanya (Hadjam et al. 2004:122)
Keterkaitan antara hardiness dengan kecenderungan psikosomatis diperkuat dengan
hasil penelitian yang dilakukan Maddi & Kobasa (1984) yang menyebutkan bahwa saat
dihadapkan pada stressor yang menekan, individu yang memiliki kepribadian tahan
banting (hardiness) bukan hanya mengalaminya sebagai suatu yang menekan, tapi juga
sesuatu yang menarik dan penting (komitmen), minimal sebagai sesuatu yang dapat
dipengaruhi (kontrol), dan sebagai nilai yang berpotensi bagi pengembangan diri
(tantangan).
Hal ini sesuai juga dengan hasil penelitian Sudirman (2007) yang menyatakan
bahwa mahasiswa yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness) mampu
bertindak proporsional dan tidak mudah menyerah walaupun berada di bawah tekanan
stress ketika mengerjakan skripsi, karena mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan
yang baik terhadap komitmen (commitment), kontrol (control), dan tantangan
(challenge) sehingga cenderung lebih optimis jika dibandingkan dengan mahasiswa
yang kurang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada hubungan antara kepribadian hardiness dengan kecenderungan
psikosomatis pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan di UIN Sunan
Ampel Surabaya?
(18)
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara kepribadian
hardiness dengan kecenderungan psikosomatis pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi dan Kesehatan di UIN Sunan Ampel Surabaya.
D.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan ilmu
psikologi, khususnya pada bidang Psikologi Klinis
b.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para mahasiswa yang
menjadi subyek pada penelitian ini untuk tidak putus asa dalam mengerjakan skripsi.
E.
Keaslian Penelitian
Berdasarkan teori dan uraian diatas peneliti tertarik mengajukan judul “hubungan
antara hardiness dengan kecenderungan psikosomatis pada mahasiswa semester akhir
fakultas psikologi dan kesehatan
di uin sunan ampel surabaya”.
Penelitian tentang
Hardiness pernah diteliti sebelumnya dari Noor dkk (2003) meneliti tentang : Peranan
kepribadian (Hardiness) dan stress kehidupan terhadap gangguan somatisasi. Perbedaanya
dengan peneliti terletak pada variable dan subyek. Pada penelitian ini menunjukan bahwa
adanya hubungan negative dan sangat signifikan anatara peranan keprinbadian (hardiness)
dan stress kehidupan terhadap gangguan somatisasi. Dimensi kepribadian berperan terhadap
(19)
gangguan somatisasi, dan peranan tersebut tidak terlepas dari adanya kehidupan sebagai
faktor pemicu.
Penelitian selanjutnya juga tentang penelitian hardiness yang diteliti oleh Andy
dkk(2012) meneliti tentang : “hubungan antara kepribadian hardiness dengan stress kerja
pada anggota polri bagian operasional di polresta yogjakarta”. Perbedaanya dengan peneliti
terletak pada variabel dan subyek. Pada penelitian ini menunjukan adanya hubungan
negative antara kepribadian hardiness dengan stress kerja pada anggota polri di polresta
yogjakarta. Peran kepribadian hardiness terhadap penurunan stress kerja sebesar 40%.
Dengan demikian masih terdapat 60% faktor
–
faktor lain yang dapat mempengaruhi
munculnya stress kerjan pada anggota polri.
Penelitian selanjutnya juga tentang penelitian hardiness yang diteliti oleh Michael dkk
(2012) meneliti tentang : “student learning motivation and psychological hardiness,
interactive effec
t on student reactions a managemen class”. Perbedaanya dengan peneliti
terletak pada variabel dan subyek. Pada penelitian ini menunjukan adanya hubungan positif
antara Motivasi Belajar dan Hardiness , Efek interaktif Reaksi siswa ke Kelas manajemen.
siswa dapat merasa kewalahan oleh banyak tanggung jawab dikaitkan dengan menjadi
seorang mahasiswa. Akibatnya, beberapa akan menderita kerugian dalam motivasiuntuk
melakukan dan, bahkan lebih buruk, beberapa akan mengalami keadaan parah perasaan
depresi.
(20)
the
nomads student in completing the thesis”. Perbedaanya dengan peneliti terle
tak pada
variabel dan subyek. Pada penelitian ini menunjukan adanya hubungan hubungan negatif
antara hardiness dan locus of control pada mahasiswa yang sedang skripsi. interpretasi
semakin tinggi hardiness maka semakin rendah locus of control eksternal pada
mahasiswa perantauan dalam menyelesaikan skripsi dan sebaliknya. Koefisien korelasi
(r=0,201) menunjukkan bahwa hubungan hardiness dengan locus of control eksternal
termasuk kategori hubungan yang rendah.
Penelitian tentang psikosomatis yang diteliti oleh Dewi dkk meneliti tentang :
“kematangan emosi dan psikosomatis pada mahasiswa tingkat akhir”. Perbedaanya dengan
peneliti terletak pada variabel dan subyek. Pada penelitian ini menunjukan bahwa ada
hubungan negatif yang signifikan antara kematangan emosi dan psikosomatis pada
mahasiswa tingkat akhir. Semakin tinggi kematangan emosi maka psikosomatis pada
mahasiswa tingkat akhir akan semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah kematangan
emosi pada mahasiswa tingkat akhir maka psikosomatis akan semakin tinggi.
Penelitian selanjutnya juga tentang psikosomatis yang diteliti oleh Sekar dkk
meneliti tentang “ symptom of somatization disorder
- self regulated learning undergraduated
students thesis in psychological f
aculty diponegoro university”. Perbedaanya dengan peneliti
terletak pada variabel dan subyek. Pada penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan
negative yang tidak signifikan antara self
–
regulated learning dengan gejala gangguan
somatisasi. Berdasarkan hasil angket mahasiswa mengikuti beberapa alas an eksternal
penghambat penyelesaian skripsi yaitu : dosen, praktis penelitian, bekerja, referensi,
hubungan interpersonal,dan sakit.
(21)
Penelitian tentang psikosomatis yang diteliti oleh Trisandya dkk meneliti tentang
“
Psychosomatic students that man thesis will take viewed from dealing with test anxiety
”.
Perbedaanya dengan peneliti terletak pada variabel dan subyek. Pada penelitian ini
menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel kecemasan dengan
variabel psikosomatis. Hal ini berarti semakin tinggi kecemasan yang dialami mahasiswa
ketika akan menempuh ujian skripsi, semakin besar pula kemungkinan timbulnya
gejala-gejala psikosomatis pada mahasiswa bersangkutan.
Penelitian tentang psikosomatis yang diteliti oleh Muhana dkk meneliti tentang
“
Relaxation Methods To Reduce Stress and Gastric Complaints in Patients with Chronic
Gastric
”. Perbedaanya dengan peneliti terletak pada variabel dan
subyek. Pada penelitian ini
menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara Relaxation Therapy dengan
Muscle Relaxation .Hal ini berarti semakin tinggi Relaxation Therapy yang dialamii,
semakin besar pula Relaxation Therapy pada penderita tukak lambung.
(22)
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A.
Psikosomatis
1.
Pengertian Psikosomatis
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu
psiko
yang artinya psikis, dan
somatis
yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke
empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor
psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.
Secara singkat, Kellner (1994) mengungkapkan bahwa istilah psikosomatik
menunjukkan hubungan antara jiwa dan badan. Gangguan psikosomatik didefinisikan
sebagai suatu gangguan atau penyakit fisik dimana proses psikologis memainkan peranan
penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan sindroma ini.
Istilah psikosomatis berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa
dan soma atau badan (Atkinson,1999).
Dijelaskan oleh Kartono dan Gulo (1987) bahwa, psikosomatis adalah gangguan
fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau gangguan fisik
yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi
gejala emosi.
Selanjutnya Hakim (2004) menjelaskan bahwa, keluhan-keluhan psikosomatis
dapat berupa, jantung berdebar-debar, sakit maag, sakit kepala (pusing, migren), sesak
nafas dan lesu.
(23)
Berdasarkan dalam konteks penelitian yang dimaksud dengan Psikosomatis
adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis
atau gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan
dalam mereaksi gejala emosi.
2.
Ciri
–
ciri psikosomatis
Ciri
–
ciri psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan fisik yang beragam,
antara lain :
a.
Pegal
–
pegal
b.
Nyeri di bagian tubuh tertentu
c.
Mual
d.
Muntah
e.
Kembung dan perut tidak enak
f.
Sendawa
g.
Kulit gatal
h.
Kesemutan
i.
Mati rasa
j.
Sakit kepala
k.
Nyeri bagian dada, punggung dan tulang belakang
Keluhan itu biasanya sering terjadi dan terus berulang serta berganti-ganti atau
berpindah-pindah tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak wajar sehingga harus sering
periksa ke dokter.
(24)
3.
Faktor penyebab psikosomatis
Permusuhan, depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah akar dari
sebagian besar gangguan psikosomatik (Kaplan, et al, 1997).
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa
sumber sakitnya benar-benar berasal dari organ-organ dalam tubuh. Pada praktik klinik
sehari-hari, pemberi pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada permintaan pasien
dan keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan (rontgen).
Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak
didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan dan
masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah menganalisis
gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan gejala-gejala pada
badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu
ditanyakan beberapa faktor yaitu:
1.
Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan
yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya,
pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.
2.
Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan
seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
3.
Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit,
pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
4.
Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit
berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.
(25)
Suatu konflik yang menimbulkan ketegangan pada manusia dan bila hal ini tidak
diselasaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi yang abnormal
pada jiwa yang dinamakan nerosa. Banyak sekali sebab mengapa perkembangan nerotik
sebagian besar menjadi manifes pada badan. Mudah sukarnya timbul gangguan
tergantung sebagian besar pada kematangan kepribadian individu, tetapi juga pada berat
dan lamanya stress itu. adapun sebab-sebabnya antara lain :
1.
Penyakit organic yang dulu pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi untuk
timbulnya gangguan psikosomatis pada bagian tubuh yang pernah sakit. Contoh : dulu
pernah sakit disentri, lalu kemudian dalam keadaan emosi tertentu timbullah keluhan
pada saluran pencernaan.
2.
Tradisi keluarga dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu. Misalnya bila menu
dan diet selalu diperhatikan, maka mungkin nanti sering mengeluh tentang lambung.
3.
Suatu emosi menjelma secara simbolik elementer menjadi suatu gangguan badaniah
tertentu. Misalnya bila seorang cemas, maka timbul keluhan dari jantung begitu juga
sebaliknya, rasa benci menimbulkan rasa muntah.
4.
Dapat ditentukan juga oleh kebiasaan, anggapan dan kepercayaan masyarakat di sekitar.
Misalnya anggapan bahwa menopous menyebabkan wanita sakit, maka nanti ia mengeluh
juga ketika menopous.(Sulistyaningsih, 2000)
Gangguan psikosomatis dapat timbul bukan saja pada yang berkepribadian atau
emosi labil, tetapi juga pada orang yang dapat dikatakn stabil, atupun pada orang dengan
gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa. Menurut Teori Kelemahan Organ
(
Theory Of Somatic Weakness
), gangguan psikosomatis akan terjadi pada seorang yang
(26)
mempunyai organ yang secara biologis sudah lemah atau peka. Kelemahan bisa terjadi
karena faktor genetic, penyakit atau luka sebelumnya.
Teori Sindrom Adaptasi Umum (
General Adaptation Syndrom
) dari Hans Selse.
Menurut teori ini tubuh bereaksi terhadap stressor dalam tiga tahap :
1.
Reaksi alam yaitu mobilisasi sumber daya tubuh untuk mempersiapkan organisme untuk
pertahanan diri. Pada tahap ini tubuh melakukan berbagai reaksi misalnya sistem syaraf
otonom dirangsang sehingga meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan tekanan
darah dsb.
2.
Resistansi yaitu reaksi bertahan sampai mendekati batas adaptasi. Jika stressor berlanjut
dan tubuh berusaha terus untuk mempertahankan diri maka sumber daya tahan pun habis
dan resistansi tidak bisa dilanjutkan atau mengalami tahap exhaustion.
3.
Exhaustion yaitu kehabisan sumber daya sehingga pertahanan terhadap stressor berhenti.
McQuade & Aickman (1991) berpendapat bahwa ada faktor lain yang
menyebabkan psikosomatis, yakni pola perilaku individu dan kondisi rentan individu
terhadap tekanan fisik dan psikis. Atkinson (1999) berpendapat bahwa faktor utama yang
menyebabkan terjadinya psikosomatis adalah stres. Selain itu faktor terakhir yang
menyebabkan psikosomatis adalah emosi (Hakim, 2004). Saparinah (1982) juga
berpendapat bahwa, individu yang matang emosinya tidak mudah terganggu oleh
rangsang-rangsang yang bersifat emosional (emosi negatif) baik dari dalam maupun dari
luar dirinya.
Dengan demikian individu yang kurang matang emosinya akan mudah terganggu
oleh rangsang-rangsang yang bersifat emosional (emosi negatif). Keadaan emosi tersebut
(27)
jika dibiarkan berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur organ
yang irreversible (tidak dapat kembali seperti semula), sehingga terjadi psikosomatis.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang mudah terkena psikosomatis adalah
orang yang tidak mampu mengendalikan emosinya.
4.
Jenis
–
jenis Psikosomatis
Adapun jenis-jenis psikosomatis menurut Maramis (2004) dan McQuade & Aickman
(1991) adalah :
1.
Psikosomatis yang menyerang kulit
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang kulit adalah alergi.
2.
Psikosomatis yang menyerang otot dan tulang
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang otot dan tulang adalah rematik, nyeri otot
dan nyeri sendi
3.
Psikosomatis pada saluran pernafasan
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pernafasan yaitu, sindroma
hiperventilasi dan asma.
4.
Psikosomatis yang menyerang jantung dan pembuluh darah
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang jantung dan pembuluh darah adalah,
darah tinggi, sakit kepala vaskuler, sakit kepala vasosvastik dan migren.
5.
Psikosomatis pada saluran pencernaan
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pencernaan adalah sindroma
asam lambung dan muntah-muntah.
(28)
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang alat kemih dan kelamin adalah nyeri di
panggul, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini, dan mengompol.
7.
Psikosomatis pada sistem endokrin
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang sistem endokrin adalah hipertiroid dan
sindroma menopause.
5.
Aspek
–
Aspek Psikosomatis (Indrayanti dalam Rini, 2009)
a.
sakit kepala
b.
Sakit perut
c.
Jantung berdebar
d.
Badan terasa lemas
6.
Gangguan Spesifik pada Psikosomatis
Ada beberapa gangguan spesifik yang dapat disebabkan oleh gangguan psikis:
1.
Sistem Kardiovaskuler
-
Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau
kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa jantung
dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG.Kehilangan semangat dan
putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung dan tekanan darah.
-
Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia, nyeri
perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur.Gejala- gejala
seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan kecemasan.
2.
Sistem pernafasan
(29)
Faktor genetik, alergik, infeksi, stres akut dan kronis semuanya berperan dalam
menimbulkan penyakit. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita menimbulkan
konstriksi bronkioli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan mudah terangsang.
Walaupun pasien asma karateristiknya memiliki kebutuhan akan ketergantungan
yang berlebihan, tidak ada tipe kepribadian yang spesifik yang telah diindentifikasi.
Pasien asmatik harus diterapi dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain
menghilangkan stres, penyesuaian diri, menghilangkan alergi serta mengatur kerja sistem
saraf vegetatif dengan obat-obatan.
b. Sindroma hiperventilasi
---
-
Sindroma hiperventilasi disebut juga dispneu nerveous (freud), pseudo asma, distonia
pulmonal (hochrein). Gambaran klinis berupa:
a)
Parastesia, terutama pada ujung tangan dan kaki
b)
Gejala-gejala sentral seperti gangguan penglihatan berupa mata kabur yang dikenal
sebagai
Blury eyes
. Penderita juga mengeluh bingung, sakit kepala dan pusing
c)
Keluhan pernafasan seperti dispneu, takipneu, batuk kering, sesak dan perasaan tidak
dapat bernafas bebas
d)
Keluhan jantung. Sering dijumpai kelainan yang menyerupai angina pektoris dan juga
ditemukan pada kelainan fungsional jantungdan sirkulasi
e)
Keluhan umum, seperti kaki dan tangan dingin yang sangat menganggu, cepat lelah,
lemas, mengantuk, dan sensitif terhadap cuaca
a.
Tuberkulosis
Onset dan perburukan tuberkulosis sering kali berhubungan dengan stres akut dan
kronis. Faktor psikologis mempengaruhi sistem kekebalan dan mungkin
(30)
mempengaruhi daya tahan pasien terhadap penyakit. Psikoterapi suportif
adalahberguna karena peranan stres dan situasi psikososial yang rumit.
3.
Sistem endokrin
a.
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme (tirotoksikosis) adalah suatu sindroma yang ditandai oleh
perubahan biokimiawi dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari kelebihan
hormon tiroid endogen atau eksogen yang kronis.
Gejala medis yang sering muncul berupa intoleransi panas, keringat berlebihan,
diare, penurunan berat badan, takikardi, palpitasi dan muntah. Gejala dan keluhan
psikiatrik yang muncul antara lain ketegangan, eksitabilitas, iritabilitas, bicara
tertekan, insomnia, mengekspresikan rasa takut yang berlebihan terhadap ancaman
kematian.
b.
Diabetes mellitus
Diabetes melitus adalah suatau gangguan metabolisme dan sistem vaskule yang
dimanifestasikan oleh gangguan penanganan glukosa, lemak, dan protein tubuh.
Riwayat herediter dan keluarga sangat penting dalam onset diabetes. Onset yang
mendadak sering kali berhubungan dengan stres emosional yang mengganggu
keseimbangan homeostatik pasien yang terpredisposisi.
Meninger berpendapat bahwa ada hubungan antara psikoneurotik dengan
diabetes, dengan alasan:
1.
Jelas adanya gangguan mental sebelum timbulnya penyakit diabetes.
2.
Gangguan mental yang lain dari gejala mental yang timbul pada penyakit hati
atau hipoglikemi.
(31)
3.
Penyembuhan gangguan mental pararel dengan keadaan kadar gula darah.
4.
Gangguan metabolisme karbohidrat dan glukosuria membaik dengan diet.
5.
Dengan sembuhnya gangguan mental, diabetes juga membaik.
-
Menurut Meninger ada 3 gangguan mental yang dijumpai pada diabetes:
1. Depresi
2.
Anxietas
3.
Fatik (letih)
c. Gangguan endokrin wanita
--
Premenstrual syndrome
(PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood, rasa
kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus menstruasi.
Secara khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin dihipotesiskan
berperan penting sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera setelah ovulasi,
meningkat secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-kira lima hari
sebelum periode menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan biologis telah terlibat
didalam patogenesis gangguan.
-
Penderitaan menopause (
menopause distress
), adalah suatu keadaan yang terjadi
setelah tidak adanya periode menstruasi selama satu tahun yang disebut menopause.
Banyak gejala psikologis yang dihubungkan dengan menopause, termasuk kecemasan,
kelelahan, ketegangan, labilitas emosional, mudah marah(iritabilitas), depresi, pening,
dan insomnia. Tanda dan gejala fisik adalah keringat malam, muka kemerahan, dan
(32)
dan wanita mungkin mengalami perubahan atrofik pada permukaan mukosa, disertai oleh
vaginitis, pruritus, dispareunia, dan stenosis.
Wanita mungkin juga mengalami perubahan dalam metabolisme kalsium dan
lemak, kemungkinan sebagai efek sekunder dari penurunan kadar estrogen, dan
perubahan tersebut mungkin disertai oleh sejumlah masalah medis yang terjadi pada
tahun-tahun pasca menopause, seperti osteoporosis dan aterosklerosis koroner.
-
Keparahan gejala menopause tampaknya berhubungan dengan kecepatan
pemutusan hormon, jumlah deplesi hormon, kemampuan konstitusional wanita untuk
menahan proses ketuaan, kesehatan, dan tingkat aktivitas mereka, serta arti psikologis
ketuaan bagi mereka.
—
Kesulitan psikiatrik yang bermakna secara klinis dapat berkembang selama siklus
kehidupan fase involusional. Wanita yang sebelumnya mengalami kesulitan psikologis,
seperti harga diri yang rendah dan kepuasan hidup yang rendah, kemungkinan rentan
terhadap kesulitan selama menopause.
4. Gangguan kekebalan
a. Penyakit infeksi
---
Penelitian klinis menyatakan bahwa variabel psikologis mempengaruhi
kecepatan pemulihan dari mononukleosis infeksius dan influensa. Stres dan keadaan
psikologis yang buruk menurunkan daya tahan terhadap tuberkulosis dan mempengaruhi
perjalanan penyakit. Dengan demikian perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh
keadaan psikologis orang.
(33)
---
Bukti klinis menyatakan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan pencetus
alergi.Asma bronkial adalah contoh utama proses patologis yang melibatkan
hipersensitifitas segera yang berhubungan dengan proses psikososial.
c.
Transplantasi organ
Pengaruh psikososial seperti kehidupan yang penuh dengan stres, kecemasan dan
depresi mempengaruhi sistem kekebalan yang berperan dalam mekanisme penolakan
transpalantasi organ.
5.
Kanker
a. Masalah pasien
---
Reaksi psikologis mereka adalah rasa takut akan kematian, cacat, ketidakmampuan,
rasa takut diterlantarkan dan kehilangan kemandirian, rasa takut diputuskan dari
hubungan, fungsi peran dan finansial, kecemasan, kemarahan, dan rasa bersalah.
Setengah dari pasien kanker menderita gangguan mental berupa gangguan penyesuaian
68%, gangguan depresi berat 13% dan delirium 8%. Pada pasien kanker sering ditemukan
pikiran dan keinginan bunuh diri.
b. Masalah yang berkaitan dengan pengobatan
- Terapi radiasi
Efek samping terapi radiasi adalah ensefalopati yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
- Kemoterapi
---
Efek samping kemoterapi berupa mual dan muntah
- Rasa sakit
(34)
Pasien kanker dengan rasa sakit memiliki insidensi depresi dan kecemasan yang
lebih tinggi dibanding mereka yang tanpa rasa sakit.
c.
Masalah keluarga
Kecemasan dan depresi dalam anggota keluarga memerlukan intervensi yang
aktif. Keluarga harus memberikan pelayanan untuk pasien.
6.
Gangguan kulit
a. Pruritus menyeluruh
Pruritus psikogenik menyeluruh adalah tidak ada penyebab organik. Kemarahan
yang terekspresi dan kecemasan yang terekspresi merupakan penyebab paling sering,
karena secara disadari atau tidak mereka menggaruk dirinya sendiri secara kasar.
b. Pruritus setempat
1. Pruritus ani
2. Pruritus vulva
c. Hiperhidrosis
Hiperhidrosis dipandang sebagai fenomena kecemasan yang diperantarai oleh
sistem saraf otonom. Ketakutan, kemarahan dan ketegangan dapat menyebabkan
meningkatnya sekresi keringat, karena manusia memiliki 2 mekanisme berkeringat yaitu
termal dan emosional. Berkeringat emosional terutama tampak pada telapak tangan,
telapak kaki dan aksila. Berkeringat termal paling jelas pada dahi, leher, punggung
tangan dan lengan bawah.
7. Nyeri kepala
a.
Migren
(35)
Migren adalah ganguan paroksismal yang ditandai oleh nyeri kepala rekuren,
dengan atau tanpa gangguan visual dan gastrointestinal. 2/3 pasien memiliki riwayat
gangguan yang sama. Kepribadian obsesional yang jelas terkendali dan
perfeksionistik, yang menekan marah, dan yang secara genetik berpresdisposisi pada
migren mungkin menderita nyeri kepala tersebut1 Mekanisme terjadinya migren
psikosomatis berupa:
1.
vasospasme arteri serebri
2.
distensi arteri karotis eksterna
3.
edema dinding arteri
Pada periode prodromal migren paling baik diobati dengan Ergotamine,Tartrate
(Cafergot), dan analgetik. Psikoterapi bermanfaat untuk menghilangkan efek konflik dan
stres.
b. Tension ( kontraksi otot)
--
Terjadi pada 80% populasi selama perode stres emosional. Kepribadian tipe A
yang tegang, berjuang keras dan kompetitif peka terhadap gangguan ini. Stres emosional
sering kali disertai kontraksi otot kepala dan leher yang lama melebihi beberapa jam
dapat menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan iskemia.
Gejalanya berupa nyeri tumpul dan berdenyut dimulai pada sub ocipitalis yang
menyebar keseluruh kepala. Kulit kepala nyeri terhadap sentuhan, biasanya bilateral dan
tidak disertai gejala prodromal seperti mual dan muntah. Onset cenderung pada sore dan
malam hari. Pada stadium awal dapat diberikan anti ansietas, pelemas otot dan pemijatan
(36)
atau aplikasi panas pada kepala dan leher. Jika terdapat depresi yang mendasari anti
depresan perlu diberikan. Jika kronis psikoterapi merupakan terapi pilihan.
7.
Cara menangani Psikosomatis
Pengobatan gangguan psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan
beberapa cara dengan mempertimbangkan pengobatan somatis (berorientasi pada organ
tubuh yang mengalami gangguan), pengobatan secara psikologis (psikoterapi dan
sosioterapi) serta psikofarmakoterapi (penggunaan obat-obatan yang berhubungan
dengan psikologi). Metode mana yang kemudian dipilih oleh dokter sangat tergantung
pada jenis kasus dan faktor-faktor yang terkait dengannya.
Pada kasus tahap awal, biasanya pengobatan hanya ditujukan kepada faktor
somatis (fisik). Hal ini dapat menyebabkan penyakit timbul kembali dan yang lebih
parah akan menurunkan kepercayaan pasien akan kemungkinan penyakitnya sembuh
yang sebenarnya akan memperparah kelainan psikosomatiknya sendiri. Akan tetapi
memang agak sulit untuk membedakannya dengan gangguan psikosomatis sehingga baru
dapat dibedakan bila kejadiannya telah berulang. Disinilah perlunya psikoterapi sebagai
pendamping terapi somatik.
Perlu dipertimbangkan penggunaan psikofarmaka (obat-obat yang biasa
digunakan dalam bidang psikologi) karena mungkin gangguan psikologis yang diderita
berhubungan dengan kondisi kimiawi di otak yang mengalami ketidakseimbangan.
Dewasa ini therapy dengan menggunakan metode Hipnosis sudah mulai dapat
diterima di beberapa kalangan medis. HIPNOSIS dan hipnoterapi dari hari ke hari kian
(37)
tersebut untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit, tetapi juga anak-anak yang
mempunyai kesulitan belajar di sekolahnya. Hipnoterapi memang merupakan salah satu
cara yang sangat mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah
sadar, melakukan reedukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.
Perkembangan dalam terapi ilmu kedokteran dewasa ini sesuai dengan definisi
WHO tahun 1994 tentang "konsep sehat" adalah sehat secara fisik, psikologis, sosial,
dan spiritual, maka terapi pun seyogyanya dilakukan secara holistik. Maksudnya, tidak
hanya gejala fisik saja yang ditangani tetapi pemeriksaan pada faktor-faktor psikis yang
biasanya sangat mendominasi penderita psikosomatis pun menjadi prioritas. Seorang
dokter seyogyanya mampu menyakinkan dan menenangkan penderita penyakit
psikosomatis ini sehingga mereka tidak terlalu memikirkan kondisi penyakitnya.
Berempati dalam mendengarkan segala keluhan penderita yang berkaitan dengan
masalah kehidupan yang dihadapinya sebagai salah satu cara terapi (ventilasi) juga
menjadi salah satu tugas dokter dalam menangani penyakit ini. Dengan demikian
penderita akan lebih merasa tenang.
Karena yang menjadi sumber masalah sebenarnya adalah emosi maka terapis
harus mampu membantu klien memproses emosi terpendam yang menjadi sumber
masalah. Tebbets mengatakan bahwa ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk
mengatasi penyakit psikosomatis dan menghilangkan simtomnya melalui teknik
uncovering:
a.
Memori yang menyebabkan munculnya simtom harus dimunculkan dan dibawa ke
level pikiran sadar sehingga diketahui.
(38)
b.
Perasaan atau emosi yang berhubungan dengan memori ini harus kembali dialami
dan dirasakan oleh klien.
c.
Menemukan hubungan antara simtom dan memori.
d.
Harus terjadi pembelajaran pada secara emosi atau pada level pikiran bawah sadar,
sehingga memungkinkan seseorang membuat keputusan, di masa depan, yang mana
keputusannya tidak lagi dipengaruhi oleh materi yang ditekan (repressed content) di
pikiran bawah sadar.
Mencari tahu apa yang menjadi sumber masalah dilakukan dengan hypnoanalysis
mendalam. Ada banyak teknik hipnoterapi yang bisa digunakan untuk melakukan
hypnoanalysis. Setelah itu, emosi yang berhubungan dengan memori dialami kembali,
dikeluarkan, diproses, dan di-release. Dan yang paling penting adalah kita mengerti
pesan yang selama ini berusaha disampaikan oleh pikiran bawah sadar dengan membuat
klien mengalami penyakit psikosomatis. Baru setelah itu proses kesembuhan bisa terjadi.
Pada saat alasan untuk terciptanya penyakit psikosomatis telah berhasil dihilangkan
maka pikiran bawah sadar tidak lagi punya alasan untuk mempertahankan penyakit itu
atau memunculkannya lagi di masa mendatang. Berikutnya adalah edukasi dan
re-assurance. Ini dimaksudkan untuk meyakinkan dan menjamin penderita bahwa segala
masalah yang dihadapi dapat diatasi. Biasanya pada tahap ini peran dokter/psikiater atau
rohaniwan sangat membantu.
Selanjutnya berupa anjuran untuk memperbaiki kondisi lingkungan dalam
keluarga, sosial ekonomi, dan juga di lingkungan pekerjaannya. Sebab, tidak jarang
penyebab masalah psikis adalah orang-orang terdekat di sekitar penderita. Karena itu,
masyarakat wajib memahami sungguh-sungguh masalah psikosomatis ini. Lebih-lebih
(39)
para praktisi medis. Mereka harus lebih proaktif dan bertindak profesional sehingga
masyarakat/pasien tidak (di)-jatuh-(kan) pada pemaksaan terselubung alias medikalisasi.
Karena jelas bahwa psikosomatik adalah masalah gangguan berdasarkan mind
and body connection, maka penanganannya harus holistik (terpadu). Hipnoterapi
diharapkan mampu menjembatani hubungan antara penyebab psikis di bawah sadar
dengan manifestasi klinis pada tubuh. Apabila ada di antara Anda atau kerabat Anda
yang memiliki masalah gangguan psikosomatis / psychosomatic dysorder, mengunjungi
dokter yang memahami hipnoterapi adalah keputusan yang tepat.
8.
Cara Mencegah Psikosomatis
a.
Bergerak = Berolahraga minimal tiga kali dalam seminggu dapat meningkatkan
imunitas tubuh, menjaga kesehatan jiwa Anda dan mencegah serangan panik.
b.
Berpikir positif = Ini dapat mengurangi rasa sakit bila Anda tengah menderita
penyakit. Pikiran negatif justru menambah rasa sakit Anda menjadi dua kali
lipat.
c.
Tidur = Kurang tidur hanya akan membuat Anda rentan terhadap stres. Pastikan
Anda makan malam dua atau tiga jam sebelum Anda tidur malam, supaya makan
dapat tercerna sempurna untuk mencegah penyakit pencernaan dan asam
lambung.
d.
Diet tepat = Beberapa penelitian justru menyebutkan bila Anda sering diet tanpa
bantuan ahli justru membuat imunitas tubuh berkurang. Hal ini berisiko
menimbulkan penyakit kejiwaan, seperti skizofrenia, depresi, cemas, dan
(40)
e.
Asupan sehat = Nutrisi yang tepat dapat menjaga kesehatan mental Anda.
Pastikan Anda mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin E dan B
kompleks, seperti kacang-kacangan, ikan, sereal, buah dan sayur.
f.
Rileks = Hiduplah lebih santai. Lakukan yoga untuk menghindari serangan
depresi atau sekedar rutin mendengarkan musik untuk melatih jiwa Anda tetap
tenang. Musik yang tepat dapat menuntun jiwa Anda lebih tenang.
g.
Sharing = Manusia diciptakan untuk bersosialisasi, karena itu jangan memendam
masalah. Usahakan Anda memiliki teman yang dapat Anda percaya atau
bergabung dalam kelompok diskusi. Memendam masalah, sama saja seperti
memendam sampah dalam tubuh Anda. Keluarkan!
9.
Kriteria klinis dari psikosomatis
Adapun kriteria klinis penyakit psikosomatis antara lain, yakni:
1.
Tidak didapatkan kelainan-kelainan organik pada pemeriksaan yang teliti sekalipun,
walaupun mempergunakan alat-alat canggih. Bila ada kelainan organik belum tentu
bukan psikosomatik, sebab:
a.
Bila penyakit psikosomatik tidak diobati, dalam jangka waktu yang cukup lama
dapat menimbulkan kelainan-kelainan organik pada alat-alat yang dikeluhkan.
b.
Secara kebetulan ada kelainan organik, tapi kelainan ini tidak dapat menerangkan
keluhan yang ada pada pasien tersebut, yang dinamakan koinsidensi.
(41)
c.
Sebelum timbulnya psikosomatis, telah ada lebih dahulu kelainan organiknya tetapi
tidak disadari oleh pasien. Baru disadari setelah diberitahu oleh orang lain atau
kadang-kadang oleh dokter yang mengobatinya. Hal ini membuatnya menjadi takut,
khawatir dan gelisah, yang dinamakan iatrogen.
2.
Tidak didapatkan kelainan psikiatri. Tidak ada gejala-gejala psikotik yakni tidak ada
disintegrasi kepribadian, tidak ada distorsi realitas. Masih mengakui bahwa dia sakit,
masih mau aktif berobat.
3.
Keluhan-keluhan pasien ada hubungannya dengan emosi tertentu
4.
Keluhan-keluhan tersebut berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain, yang dinamakan
shifting phenomen atau alternasi.
10.
Terapi penyembuhan Psikosomatis
Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis adalah :
a)
Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga
Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan
gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah diajukan sebagai
kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk gangguan psikosomatik. Toksoz
Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan kelompok harus juga menawarkan kontak
intrapersonal yang lebih besar, memberikan dukungan ego yang lebih tinggi bagi ego
pasien psikosomatis yang lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan
parental. Terapi keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan antara
(42)
b) Terapi Perilaku
Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior dan banyak
digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi yang dikembangkan oleh Nead Miller ini
didasari oleh pemikiran bahwa berbagai respon atau reaksi yang dikendalikan oleh sistem
syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh individu melalui operant
conditioning. Biofeedback mempergunakan instrumen sehingga individu dapat mengenali
adanya perubahan psikologis dan fisik pada dirinya dan kemudian berusaha untuk
mengatur reaksinya.
Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan menggunakan
biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat mendengan singal yang
menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau denyutan dikepala.
Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia jantung, epilepsy dan
nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil terapetik yang membesarkan hati tetapi
tidak menyakitkan.
Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk penggunaan teknik relaksasi.
Hasil yang positif telah diterbitkan tentang pengobatan penyalahgunaan alcohol dan zat
lain dengan menggunakan meditasi transcendental. Teknik meditasi juga digunakan
dalam pengobatan nyeri kepala. (Kartono, 1989)
B.
Hardiness
1. Pengertian Hardiness
Kobasa (1979) mengembangkan suatu konsep kepribadian yang didasarkan pada daya
tahan seseorang terhadap masalah yang dialaminya, tipe kepribadian ini disebut dengan
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
mengubah keadaan dan melihat perubahan sebagai sesuatu yang biasa dan
merupakan sarana untuk perkembangan dirinya.
Orang yang memiliki hardiness mempunyai rasa optimis dengan menjadikan
perubahan sebagai suatu yang dialami, bermakna, dan menyenangkan walaupun
dalam kondisi yang penuh tekanan, mempunyai tindakan yang meyakinkan
dengan menjadikan setiap perubahan sebagai rencana kehidupan dengan belajar
dari apa yang terjadi dengan mengambil pelajaran berharga bagi masa depanya.
Sebaliknya orang yang memiliki hardiness yang rendah menemukan diri
mereka dan lingkunganya sebagai suatu yang membosankan, tidak bermakna, dan
penuh ancaman. Mereka tidak berdaya dalam menghadapi berbagai macam
tekanan. Karena mereka tidak memiliki oenyangga dalam menghadapi tekanan.
Hardiness bisa dihubungkan kepada individu yang memunculkan kemampuan
untuk mengelola seluruh bagian dari hidup mereka secara baik. Pentingnya
percaya diri dan nilai keyakinan dalam diri (self belief) menjadi sesuatu yang
kompleks dalam kostruks hardiness. Orang yang memiliki hardiness yang tinggi
mempunyai kecenderungan untuk mencari hasil yang berharga dari lingkunganya
dan orientasi ini akan membangun percaya diri dan mereduksi hambatan sebagai
tantangan untuk berubah .Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
kepribadian berpengaruh terhadap psikosomatis. Apalagi kepribadian tipe
hardiness , dimana tipe kepribadian hardiness yang dimiliki oleh mahasiswa
tingkat akhir akan dapat mengembangkan psikosomatis dalam menghadapi ujian
skripsi. Sehingga skripsi yang mereka kerjakan akan terus berkembang walaupun
banyak rintangan yang harus dihadapi. Dengan demikian , psikosomatis dengan
kepribadian saling berhubungan erat dimana dengan kepribadian yang dimiliki
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
BAB 5
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara
kepribadian Hardiness
dengan psikosomatis pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi dan Kesehatan di Uin Sunan Ampel Surabaya. Artinya semakin tinggi
Kepribadian Hardiness
maka semakin rendah Psikosomatis yang dilakukan.
B.
Saran
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1.
Bagi Responden
Untuk kepentingan ilmiah diharapkan ada kelanjutan penelitian sehingga
perkembangan ilmu tidak berhenti tetapi lebih berkembang. Oleh karena itu
disarankan menggunakan populasiyang lebih luas serta menambah
variabel-variabel lain sebagai pengontrol.
2.
Sebaiknya gunakan alat ukur kepribadian hardiness yang disusun sendiri
sehingga lebih sesuai dengan kondisi subyek. Selain itu juga untuk memperkaya
khasanah keilmuan psikologi. Sedangkan untuk alat ukur sendiri sebaiknya
skala kepribadian hardiness dan skala psikosomatis aitem-aitem pernyataanya
diperbanyak lagi agar mendapatkan banyaknya daya diskriminasi aitem yang
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
3.
Bagi mahasiswa Perlunya membangun atau membentuk kepribadian hardiness
agar tidak terjadi psikosomatis pada mahasiswa tingkat akhir khususnya semester
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. 1998.
Hubungan Antara Perilaku Asertif, Stres Dan Self Estem Dengan Depresi
Pada Mahasiswa Baru Akademi Kesejahteraan Sosial “AKK”
. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Alwisol. 2009.
Psikologi Kepribadian
. Edisi Revisi. Malang: UMM Pres
Alwisol. 2012.
Psikologi Kepribadian
, Malang: UMM Press
Andy Arciana ,dan Kamsih Astuti.2012.
Hubungan antara kepribadian Hardiness dengan stress
kerja pada anggota POLRI bagian operasional di polresta
Yogjakarta: Fakultas
psikologi universitas Mercua Buana Yogjakarta.
Atkinson L.R, C.R.,Hilgard,R.E 1999.
Pengantar psikologi.(terjemahan nurjanah taufiq).Jilid 2
Edisi ke 8
. Jakarta: Erlangga.
Azwar, S. 2007.
V aliditas dan reliabilitas
.Yogyakarta: Pustaka Pelajar .
Azwar, S. 2012.
Penyusunan Skala Psikologi (edisi revisi 2).
Yogyakarta: pustaka
Belajar
Bungin, B(2006). Metodologi
Penelitian Kuantitatif : komunikasi, ekonomi, dan kebijakan
public serta Ilmu –ilmu social lainya.
Jakarta : Kencana
Chaplin, J.P. 2004.
Kamus Lengkap Psikologi
. Jakarta : Rajawli Press
Dewi Pratiwi, dan Siti Noor .F.L
. Kematangan Emosi dan Psikosomatis pada mahasiswa tingkat
akhir.
Yogjakarta :Fakultas psikologi Universitas Wangsa Manggala.
Hadjam. N. R. 2003.
Peranan kepribadian terhadap gangguan somatisasi. Disertasi.
Yogyakarta
. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hakim,T.2004.
Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik
. Jakarta : Puspa swara
Huang, J-T(2015). Hardiness,perceived empoybility and career decision self efficacy among
Taiwanese college students. Journal of career development.
Kartono, K. & Gulo, D. 1987.
Kamus Psikologi
. Bandung: Pioner Jaya.
Kartono, Kartini. 1989.
Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual
. Bandung: Mandar
Maju
Kreitner, R. & Kinicki, A. (2005).
Perilaku organisasi.
Buku 2. Edisi 5. Alih Bahasa: Erly
Suandy. Jakarta: Salemba Empat.
Kobasa S.C. (1979). Stressful life events, personality, and health- Inquiry into hardiness.
Journal
of Personality and Social Psychology
37 (01): 1-11.
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
Kobasa, S. C. 1982.
Hardiness and Health :A Prospective Study . Journal of Personality and
Social Psychology,
V ol. 42, No.1, 168-177.
Kreitner, R. & Kinicki, A. (2005).
Perilaku organisasi.
Buku 2. Edisi 5. Alih Bahasa: Erly
Suandy. Jakarta: Salemba Empat.
Lestari, Indra Wiradinata, dan Marissa Alfian. 2008.
Gangguan Psikosomatis dan
Penatalaksanaannya
. Faculty of Medicine – University of Riau: Pekanbaru, Riau.
http://www.Belibis17.tk
Maramis, W. E. 2004.
Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
. Surabaya : Airlangga University Press.
Marlinda. (2013).
the relationship between hardiness and external locus of control on the
nomads student in completing the thesis.
International Journal Of Academic Research in
Business and Social Science. Vol. 3, No. 3.
Michael, S.C 2012.
student learning motivation and psychological hardiness, interactive effect
on student reactions a managemen class.
Hubert: Auburn University
McQuade, W.& Aickman, A. 1991.
Stress
. Alih Bahasa Stella. Jakarta : Erlangga.
Muhana, S U (2014).
Relaxation Methods To Reduce Stress and Gastric Complaints in Patients
with Chronic Gastric.
New York: Freeman.
Muhid, A. (2010).
Analisis Statistik SPSS for Windows Cara Praktis Melakukan Analisis
Statistik.
Surabaya: CV. Duta Aksara.
Putri, S. P. (2008).
Hubungan kepribadian hardiness dengan pola asuh permissive ibu single
parent.
Skripsi, Program Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah,
Surakarta.
Santrock, J.W. 2008.
Psikologi pendidikan edisi kedua (terjemah Wibowo, B.S.).
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sarafino,E.P dan Smith. T (2004).
Health Psychology
:Biopsychososial in teractions New Jersey ,
John Wiley & Sons.
Syafi’I, M.2001.
Hubungan antara kecemasan menghadapi masalah dengan Prokrastinasi
Akademik pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi.(tidak diterbitkan).
Yogjakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Sugiyono. 2010
. Statistika untuk Penelitian
. Bandung: Alfabeta
Sujarweni, V Wiratna. 2014.
Metedologi penelitian.
Yogjakarta: Pustaka Baru Press
Sulis tyaningsih, 2000,
Psikologi Abnormal dan Psikopatologi
, Buku Ajar.
Suyatno, N. & Wahyuningsih, H. (2005).
Perbedaan Manajemen Konflik antara Tipe
Kepribadian Ekstrovert dengan Introvert
. Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indonesia
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id