SISTEM COLLECTING DI BAITULL MAAL WA TAMWILL (BMT) USAHA GABUNGAN TERPADU (UGT) SIDOGIRI CABANG JALAN DEMAK SURABAYA.

(1)

SISTEM COLLECTING DI BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) USAHA GABUNGAN TERPADU (UGT) SIDOGIRI CABANG JALAN DEMAK

SURABAYA

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

M.THAL’AT FAHIM

NIM.B04212011

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

MOTTO……….. iii

PERSEMBAHAN……….. iv

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI…...……. v

ABSTRAK ... ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II : KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 11

B. Kerangka Teori ... 14


(7)

2. Konsep pendekatanan Manajemen... 16

3. Collecting... 17

4. Hutang dalam Perspektif Islam ... 19

5. Hambatan penagihan... 20

6. Cara mengatasi hambatan... 21

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

B. Lokasi Penelitian ... 24

C. Jenis dan Sumber Data ... 24

D. Tahap-tahap Penelitian…... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Validitas Data ... ... 32

Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV: HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 35

1. Sejarah Berdirinya BMT UGT Sidogiri... 35

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto ... 37

3. Prestasi dan penghargaan... ... 37

4. Struktur Organisasi ... 38

5. Definisi Tugas... ... 39

6. Produk-produk BMT UGT Sidogiri... 40


(8)

1. Proses Penagihan……... ... 44

2. Hambatan penagihan... ... 48

3. Cara Mengatasi Hambatan... ... 51

C.Pembahasan Hasil Penelitian... 59

1. Proses penagihan BMT UGT Sidogiri... ... 60

2. Hambatan penagihan BMT UGT Sidogiri... 70

3. Cara mengatasi hambatan penagihan... 75

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran dan Rekomendasi ... 89

C. Keterbatasan Penelitian ... 89 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS


(9)

ABSTRAK

M.Thal’at Fahim, 2016. Sistem Collecting di Baitul Maal Watamwil (BMT) Usaha Gabungan

Terpadu(UGT) Sidogiri cabang jalan Demak Surabaya.

Fokus masalah yang diteliti adalah bagaimana sistem collecting di Baitull Maal Watamwill (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) ?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, metode yang digunakan adalah metode Penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena bisa mendapatkan data yang lebih mendalam, terpercaya, dan bermakna, sehingga peneliti bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dalam melakukan sistem penagihan, tim penagih menggunakan sistem terbuka dengan cara melakukan silaturrahmi kepada nasabah yang bertujuan agar dalam proses penagihan timbul sifat kekeluargaan. BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya mengalami hambatan diantaranya ketika melakukan penagihan terkadang pihak nasabah menjadi tidak suka dan emosional sedangkan cara mengatasi hambatan tersebut BMT UGT Sidogiri dalam melakukan tagihan tidak semerta merta dengan tujuan menagih tapi dengan tujuan bersilaturahmi agar dapat mengendalikan situasi ketika mendapati nasabah yang terbawa emosi ketika didatangi oleh tim penagih dari BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya Kata kunci : sistem Collecting, hambatan penagihan dan cara mengatasi hambatan penagihan.


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup, manusia cenderung mencari segala macam cara agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya adalah dengan bekerja. Bekerja dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidunya. Namun kenyataan di lapangan, pekerjaan yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia sangatlah memprihatinkan, sebab banyak hal yang harus dipenuhi oleh sumber daya yang siap bekerja di tempat-tempat elit yang mempunyai nilai upah tinggi.

Keadaan demikian memaksa manusia untuk bekerja serabutan, menjadi pedagang kaki lima, buka warung kopi sederhana, membuat industri rumah tangga, berdagang di pasar-pasar tradisional. Semua pekerjaan itu membutuhkan modal awal yang tidak sedikit, sehingga banyak jasa yang menyediakan dana peminjaman untuk berniaga. Lembaga tersebut antara lain bank, koperasi, lembaga sosial, hingga jasa peminjaman dana perseorangan. Dengan segala konsekuensi manusia mengambil kesempatan itu, sehingga muncullah permasalahan terkait sistem piutang yang dikemas dalam sistem peminjaman dana.

Di dalam menjalankan sistem peminjaman dana, suatu lembaga atau perusahaan memiliki serangkaian cara dalam melakukan penagihan penarikan hutang terhadap nasabah. Sebelum adanya peminjaman, pada umumnya ada beberapa persyaratan yang harus disepakati oleh nasabah atau peminjam dana


(11)

2

dengan pemberi dana. Pada prinsipnya suatu perjanjian hutang piutang adalah hubungan keperdataan antara debitur dengan kreditur. Dalam hal ini, pihak yang berhutang kemudian melanggar janji pengembalian uang, maka hal tersebut merupakan peristiwa ingkar janji (wanprestasi). Penyataan yang serupa dalam agama Islam telah disinyalir oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya yang berbunyi sebagai berikut:

(ملسم ي اخبلا ا ( ًءاهضهق ْمكهنهسْحهأ ْمكرْيهخ ْنم نإهف

“Maka sesungguhnya orang yang terbaik diantara kamu adalah orang yang

sebaik-baiknya dalam membayar utang”1

Hadis di atas menegaskan bahwasanya Nabi Muhammad SAW menyuruh umat muslim untuk menyegerakan membayar hutang, dalam rangka membina kerukunan umat, yang mana sebab hutang banyak sekali menimbulkan permasalahan ketika peminjam tidak konsisten dengan perjanjian membayar hutang.

Dalam rangka mempermudah para nasabah melakukan transaksi peminjaman dana, maka berdirilah suatu lembaga yang berasaskan gotong royong/kerja sama yakni koperasi. Secara historis, koperasi yang berkembang dewasa ini lahir pertama kali di Inggris, yaitu di kota Rochdale pada tahun 1844. Koperasi timbul pada masa perkembangan kapitalisme sebagai akibat revolusi industri. Pada tahun 1851, koperasi tersebut dapat mendirikan sebuah pabrik dan mendirikan perumahan bagi anggota-anggotanya yang belum mempunyai rumah. Kemudian pada tahun 1876, koperasi telah melakukan ekspansi usaha di bidang

1


(12)

3

transportasi, perbankan, dan asuransi. Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh dan berkembang ke seluruh dunia, disamping badan usaha lainnya.2

Koperasi sendiri adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang telah bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis.3

Salah satu koperasi yang berkembang di Indonesia saat ini adalah Koperasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri. Bait

al-Maal wa al-Tamwiil merupakan lembaga atau badan usaha yang menawarkan

berbagai jasa keuangan. Lembaga ini melakukan kegiatan utamanya di bidang keuangan, dalam bentuk penghimpunan dan penyaluran dana, simpanan biasa, berjangka atau deposito dan bentuk kerja sama antar lembaga atau institusi lainnya sesuai prinsip-prinsip syariah.4

Koperasi Baitul maal wa Tamwiil Usaha Gabungan Terpadu disingkat Koperasi BMT UGT Sidogiri mulai beroperasi pada tanggal 5 Rabiul Awal 1421 atau 6 Juni 2000 Masehi. BMT UGT Sidogiri membuka kantornya di Surabaya dan kemudian mendapatkan badan Hukum Koperasi dari Kanwil Dinas Koperasi PK dan M Propinsi Jawa Timur dengan surat Keputusan Nomor: 09/BH/KWK.13/VII/2000 tertanggal 22 juli 2000.5

2

Arifin Sitio, Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Erlangga. Jakarta. Hal 7-9

3

Drs.Hendrojogi, MSc. 1998. Koperasi Azas-azas, Teori, dan Praktek PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hal 45

4

Hj. NurLailah, Abdul Hakim, Ahmad Manshur, Siti Musfiqoh. 2013. Lembaga Keuangan Islam Non Bank. IAIN Sunan Ampel Press. Surabaya. Hal 164

5


(13)

4

Usaha ini diawali oleh keprihatinan Bapak KH. Nawawi Thoyib pada tahun 1993 akan maraknya praktek-praktek rentenir di Desa Sidogiri, maka beliau mengutus beberapa orang untuk mengganti hutang masyarakat tersebut dengan pola pinjaman tanpa bunga dan program tersebut berhasil berjalan hampir 4 tahun. Meskipun program tersebut masih terdapat sedikit kekurangan dan praktek rentenir masih belum punah. Dari semangat dan tekad itulah para pendiri Koperasi yang pada waktu itu dimotori oleh Ust H. Mahmud Ali Zain bersama beberapa

Asatidz Madrasah ingin sekali meneruskan apa yang menjadi keinginan Bapak

KH. Nawawi Thoyib agar segera terwujud dengan bentuk lembaga yang diatur rapi dan tertata bagus. Seperti dawuhnya Sayyidina Ali R.A. bahwa ”Suatu kebaikan yang tidak diatur secara benar akan terkalahkan oleh Keburukan yang

terencana dan teratur.”6

Salah satu program utama BMT (Baitul Maal wa Tamwill) UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri adalah peminjaman dana khusus para pedagang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya, yaitu Koperasi simpan pinjam Bait almaal wa tamwil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri, memiliki keunggulan yang berbeda dengan Koperasi lainya, yakni strategi khusus dalam melakukan kegiatan penagihan/penarikan hutang kepada nasabah, yakni : 1. Penarikan dilakukan secara langsung oleh pegawai BMT UGT Sidogiri ke

tempat usaha para nasabah yang mengalami kesulitan membayar hutang secara langsung ke kantor, karena terkendala kesibukan bekerja dan waktu

6

BMT-UGT Sidogiri Unit Ketapang Kalbar. BMT-UGT Sidogiri Unit Ketapang Kalbar. https://bmtugt.wordpress.com/2012/04/13/sekilas-sejarah-bmt-ugt-sidogiri/. Diposting pada Sabtu, 13 April 2012.


(14)

5

tutupnya kantor BMT UGT Sidogiri cabang Jalan Demak Surabaya yang relatif singkat, pada pukul 12.00 siang.

2. Sistem yang digunakan bukan sistem bunga, namun sistem berbasis syariah yakni Mudharabah atau sistem bagi hasil.

3. BMT UGT Sidogiri cabang Jalan Demak Surabaya memberikan hadiah bagi nasabah yang menginvestasikan dananya, adapun hadiahnya berupa mobil, motor, hadiah menarik lainya.

Dengan metode penagihan yang sangat membantu para nasabah tersebut membuat BMT UGT Sidogiri banyak diminati oleh pedagang. Dari fenomena menarik di atas peneliti merasa tertarik meneliti tentang Sistem

Collecting di BMT UGT Sidogiri cabang Jalan Demak yang bertempat di

Surabaya dengan judul penelitian “ Sistem Collecting di Baitul Mal Wa

Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Sidogiri Cabang Jalan

Demak Surabaya.”

B. Rumusan Masalah

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri

JalanDemak Cabang Surabaya mempunyai produk pembiayaan dalam peminjaman dana yang mengharuskan pihak BMT untuk melakukan penagihan. Oleh karena itu penulis ingin memfokuskan penelitian pada rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses Collecting pada Baitul Maal wa Tamwiil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri Jalan Demak Cabang Surabaya ?


(15)

6

2. Apa hambatan proses Collecting pada Baitul Maal wa Tamwiil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri Jalan Demak Cabang Surabaya ? 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan Collecting pada Baitul Maal wa

Tamwiil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri Jalan Demak

Cabang Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka peneliti bisa mengkatagorikan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses collecting pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri Jalan Demak Cabang Surabaya. 2. Untuk mengetahui proses hambatan Collecting pada Baitul Maal wa

Tamwiil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri Jalan Demak

Cabang Surabaya.

3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan Collecting pada Baitul Maal

wa Tamwiil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri Jalan Demak

Cabang Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki urgensi yang besar bagi telaah Manajemen, sebagai tambahan wacana bagi kalangan akademisi mengenai ilmu pengetahuan

collecting. Khususnya bagi kalangan akademisi yang berkonsentrasi pada sistem


(16)

7

Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri JalanDemak Cabang Surabaya, menurut peneliti sejauh ini melihat belum ada penelitian manajemen yang mengambil objek kajian di Baitul Maal wa Tamwiil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri Jalan Demak Cabang Surabaya, kajian seperti ini diharapkan bisa membantu memperkaya wawasan keilmuan terkait ilmu pengetahuan collecting secara teoritis maupun secara praktis,oleh karena itu, penelitian ini amat penting dilakukan sebab memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan bidang ilmu pengetahuan manajemen collecting.

b. Menjadi bahan masukan untuk keperluan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak tertentu dalam menggunakan skripsi ini menjadi acuan penelitian lanjutan terhadap obyek sejenis atau aspek lainya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada mahasiswa program studi manajemen dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, pada khususnya, agar meningkatkan kemampuannya baik secara teoritis maupun praktis dalam bidang ilmu pengetahuan collecting.

b. Menambah wawasan bagi praktisi pendidikan bahwa ilmu pengetahuan manajemen collecting itu memiliki peranan penting dalam mengembangkan.


(17)

8

c. Sebagai bahan masukan bagi program studi Manajemen Dakwah untuk menambah lagi mata kuliah yang benuansa ilmu pengetahuan manajemen collecting.

d. Sebagai bahan masukan kepada praktisi pendidikan bahwa Penelitian ini menjadi tambahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan data mengenai collecting khususnya dalam bidang sistem. Dan juga sebagai barometer untuk memberi gambaran kepada masyarakat, khususnya para akademisi ilmu manajemen tentang penerapan

collecting dalam melakukan penagihan terhadap nasabah.

E. Definisi Konsep

1. BMT (Baitul Maal wa Tamwiil)

Baitul Maal wa Tamwiil adalah balai usaha mandiri terpadu yang

isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya sesuai prinsip-prinsip syari’ah.7

2. Sistem

Sistem diperlukan sebagai pedoman bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pencapaian tujuan, organisasi perusahaan sering dihadapkan pada suatu kejadian yang tidak diharapkan (risiko). Untuk mengantisipasi risiko yang teridentifikasi tersebut saat

7

Andri Soemitra, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta, Kencana Prenada Media


(18)

9

sistem dikembangkan, dibangun pula sistem pengendalian untuk memudahkan manajemen untuk memudahkan sistem organisasi agar sistem organisasi selalu berjalan sesuai yang diharapkan. Sedangkan untuk risiko-risiko yang tidak teridentifikasi saat sistem dibuat, manajemen suatu organisasi mengembangkan manajemen risiko. Mengidentifikasi peristiwa

(event identification) yang memenuhi kriteria risiko yang ditentukan dan

melakukan respon (risk response) terhadap peristiwa tersebut dengan tujuan menghilangkan risiko yang mungkin ditimbulkan8.

3. Collecting

Yang dimaksud dengan Debt collector/external yaitu pihak ketiga yang diperbantukan oleh perusahaan finance/leasing untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak bisa ditangani oleh kolektor reguler dari pihak bank.9

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan skripsi. Untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, sebagai berikut:

Bab I menjelaskan tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan.

8

Deni Darmawan dan Kunkun Nur Fauzi. 2013. Sistem Informasi Manajemen. PT. REMAJA ROSDAKARYA. Bandung. Hal 4-5

9

Amron Falahudin. Debt Collector Leasing. Manajemen Penagihan/Debt collector leasing-Tips dan trik.html. Diakses pada sabtu, 09 april 2016 pukul 01.08


(19)

10

Bab II menjelaskan tentang tentang kajian teoritik dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bab ini menjelaskan tentang teori dan kepustakaan dari judul penelitian, langkah yang diambil dalam penyelesaian bab iniadalah mencocokkan beberapa literatur yang ada, baik dari buku, skripsi, maupun jurnal yang sesuai dengan judul penelitian.

Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang dipergunakan peneliti untuk mencocokkan data atau informasi yang telah didapat. Sehingga mempermudah peneliti dalam menyusun skripsi dengan persetujuan dosen pembimbing.

Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian, dimana hasil penelitian ini adalah yang terpenting dalam penulisan skripsi.

Bab V menjelaskan tentang penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian, kritik dan saran.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam proses penulusuran karya-karya ilmiah yang sama atau mirip dengan penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis menelusuri untuk mencari beberapa kerangka karya ilmiah diantaranya sebagai berikut:

Tabel. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian terdahulu.

No Judul Obyek Penelitian Hasil

1. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SANKSI DENDA ATAS

KETERLAMBATAN PEMBAYARAN

“QARD} AL-HASAN”

PENERAPAN SANKSI DENDA ATAS KETERLAMBATA N PEMBAYARAN Penerapan sanksi denda atas keterlambatan pembayaran pada Qard Al-hasan di BMT An-Nur Rewwin Sidoarjo diberlakukan kepada nasabah yang terlambat membayar angsuran.

2 TINJAUAN HUKUM

ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

PELAKSANAAN AKAD

AL-MUDARABAH AL

Pelaksanaan akad al Mudarabah al


(21)

12 AKAD ALMUDARABAH ALMUTLAQAH DALAM PRODUK PENGHIMPUNAN DANA BMT DI AMANAH UMMAH GUMPANG

KARTASURA SUKOHARJO

MUTLAQAH dengan syariah islam, yaitu tidak

menerapkan sistem bunga akan tetapi bagi hasil yang telah disepakati oleh kedua belah pihak

3 ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH KUALITAS PELAYANAN Kualitas pelayanan sangat berpengaruh terhadap kepuasan nasabah

4 ASPEK HUKUM PENGGUNAAN JASA DEBT COLLECTOR DALAM PENAGIHAN HUTANG KARTU Penggunaan jasa Debt Collector dalam penagihan hutang

Penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan jika kualitas tagihan Kartu Kredit dimaksud telah


(22)

13

KREDIT DALAM SISTEM PERBANKAN

termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan

kriteriakolektibilitas sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kolektibilitas

5 PENGARUH

PENYALURAN KREDIT TERHADAP MODAL BMT AL-AMIN PEKANBARU

PENYALURAN KREDIT

Pelaksanaan penyaluran kredit pada BMT Al-Amin Pekanbarusangat berpengaruh terhadap perkembangan modal BMT

1. Peneliti pertama, penelitian ini membahas mengenai pembayaran denda berupa infaq oleh nasabah yang terlambat membayar angsuran. Persamaan dengan penelitian ini yaitu pada penarikan angsuran. Sedangkan fokus yang penilti bahas adalah mengenai cara penarikan angsuran.


(23)

14

2. Penelitian kedua, penelitian ini membahas mengenai akad al mudarabah al mutlaqah dalam tinjauan hukum islam. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti di BMT.

3. Penelitian ketiga, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan fokus penelitian ini ada pada kualitas pelayanan terhadap nasabah. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti di BMT.

4. Penelitian keempat, obyek penelitian ini ada pada perbankan. Hampir semua penarikan dalam perbankan menggunakan jasa debt collector. Persamaan dengan penelitian ini yaitu pada penarikan angsuran namun tidak dengan menggunakan jasa debt collector.

5. Penelitian kelima, penelitian ini fokus pada pengaruh penyaluran kredit terhadap modal dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Persamaan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama melakukan penelitian di BMT.

B. Kerangka Teori 1. Sistem

Menurut Yakup, sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang. Klasifikasi tersebut diantaranya, sistem abstrak, sistem fisik, sistem tertentu, sistem tak tentu, sistem tertutup, dan sistem terbuka.1

a) Sistem abtrak, adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sistem yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dengan tuhan.

1


(24)

15

b) Sistem fisik, adalah sistem yang ada secara fisik. Contohnya sistem komputerisasi, sistem akuntansi, sistem produksi, sistem pendidikan, sistem seklah, dan lain sebagainya.

c) Sistem tertentu, adalah sistem dengan operasi tingkah laku yang dapat diprediksi, interaksi antara bagian dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluarannya dapat digambarkan.

d) Sistem tertutup, adalah sistem yang tidak dapat bertukar materi, informasi, atau energi dalam lingkungan. Sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan.

e) Sistem terbuka, adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan.2

2. Manajemen

Menurut Andri Feriyanto manajemen adalah.

“manajemen adalah suatu proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan dan sebagai kemampuan atau potensi dari orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai suatu tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.”3

Dalam agama Islam manajemen amatlah diperhatikan, sebab satu-kesatuan umat adalah cita-cita yang diinginkan, sebagaimana Allah SWT telah berfirman:

إ

ن

ه ّ

ُبحي

هني ل

هليبهس يف هنولتهقي

ۦ

صوص ۡر م نهيۡنب م نهأهك اٗفهص

٤

2

Deni Darmawan dan Kunkun Nur Fauzi. 2013. Sistem Informasi Manajemen. PT. REMAJA ROSDAKARYA. Bandung. Hal 6

3


(25)

16

Artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan seperti bangunan

yang tersusun kokoh” ( Q.S Ash-Shaff: 4 )

Pada kalimat “tersusun kokoh” mengandung unsur manajemen yang sarat akan makna persatuan dan kekokohan, dengan demikian manajemen merupakan hal yang sangat penting perannya, terutama dalam mencapai target yang hendak diraih oleh suatu perusahaan.

Manajemen tidak dapat dipisahkan dengan proses manajemen. Dalam proses manajemen terdapat sebuah tahap organizing yang sesuai dengan

paparan Schermerhorn bahwa “organizing adalah proses membagi pekerjaan, mengalokasikan sumberdaya, dan pengaturan beserta koordinasi aktifitas anggota organisasi untuk melaksanakan rencana.”4

Untuk mencapai kualitas kinerja maka diperlukan hubungan yang saling melengkapi antara manajemen dengan tata kerja. Hal ini sesuai

dengan paparan Triana, “hubungan manajemen dengan tata kerja sangat

diperlukan demi tercapainya suatu tujuan pekerjaan.”5

Bentuk hubungan antara manajemen dan tata kerja sebagai berikut: a) Manajemen

Perlunya ada proses kegiatan dan pendayagunaan sumber-sumber serta waktu sebagai faktor-faktor yang di perlukan untuk pelaksanaan kegiatan demi tercapainya tujuan.

4

Endang Shyta Triana, 2015, Manajemen Organisasi, Diva Press, Jogjakarta, Hal. 5.

5


(26)

17

b) Tata kerja

Tata kerja berarti bagaimana proses kegiatan itu harus dlaksanakan sesuai dengan sumber-sumber dan waktu yang tersedia.6 Untuk mengoordinasikan semua aktifitas organisasi, manajemen berperan aktif dalam menyusun sistem organisasi, menempatkan orang-orang yang kemampuannya sesuai dengan tugas yang harus dilakukannya. Tidak cukup disitu, manajemen juga harus memberikan pengendalian hasil pekerjaannya agar tidak berisiko menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan. Semua yang dilakukan ini merupakan fungsi manajemen. Dan yang paling utama, yang harus dilakukan antara fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan dan pengendalian. Meskipun hal ini tidak berarti dan fungsi lainnya tidak penting7.

3. Collecting

Debt collector berasal dari kata debt yang berarti hutang, dan collector

yang berarti pengumpul. Debt collector merupakan pihak ketiga yang menghubungkan antara kreditur dan debitur dalam hal penagihan. Bank menggunakan tenaga debt collector yang terdiri dari field collector inhouse

dan field collector. Field collector inhouse adalah karyawan Bank itu sendiri

yang diberi surat tugas untuk melakukan penagihan hutang kepada nasabah.

6

Maman ukas, 2015, Pengantar ilmu manajemen, Fkis, Ikip Bandung, Hal. 37.

7


(27)

18

Penggunaan field collector oleh Bank, yaitu dengan menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan yang menyediakan jasa penagihan hutang.8

Menurut Kasmir ada beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan penagihan piutang yaitu:9

a. Melalui Surat

Bilamana pembayaran hutang dari pelanggan sudah melewati beberapa hari, tetapi belum dilakukan pembayaran. Perusahaan dapat mengirim surat untuk mengingatkan atau menegur pelanggan yang belum membayar hutangnya yang jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan, maka dapat dikirimkan lagi surat dengan teguran yang lebih keras. b. Melalui Telepon

Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon pelanggan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata pelanggan mempunyai alasan yang dapat diterima, maka mungkin perusahaan akan dapat memberikan perpanjangan sampai jangka waktu tertentu. c. Kunjungan Personal

8

Fitri Rachmawati Pramanasari, 2012. Skripsi “Penyelesaian Wanprestasi Nasabah Atas Tagihan

Kartu Kredit Macet yang Dilakukan Melalui Jasa Debt Collector ( Studi di PT. Bank Permata Tbk Cabang Slamet Riyadi Surakarta), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta

9


(28)

19

Melakukan kunjungan secara personal atau ke tempat pelanggan seringkali digunakan. Hal ini dirasakan sangat penting dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.

d. Tindakan Yuridis

Bilamana ternyata pelanggan tidak mau membayar kewajibannya. maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

4. Sistem penagihan Dalam Perspektif Islam

Surat perjanjian dan jumlah uang (jenis harta) yang dipinjamkan harus dinyatakan dengan jelas untuk menghindari permasalahan yang muncul di masa yang akan datang. Sementara itu, Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN MUI) menggariskan Rukun dan Syarat Qardh (pinjaman/hutang) adalah sebagai berikut:10

a. Rukun Qardh

1) Peminjam (Muqtaridh)

2) Pemilik dana atau pemberi pinjaman (Muqridh) 3) Jumlah dana (Qardh)

4) Ijab Qabul (Sighat) b. Syarat Qardh

1) Kerelaan dua pihak yang melakukan akad

2) Dana yang akan digunakan ada manfaatnya dan halal

10

Adi Cahyadi, 2014, mengelola hutang dalam perspektif islam, jurnal bisnis dan manajemen, (online), vol 4, no 1, diakses pada 28 juli 2016.


(29)

20

Selain rukun dan syarat, fatwa DSN MUI Nomor 19 Tahun 2000 juga menjelaskan tentang ketentuan umum al Qardh, yakni:

a. Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada muqtaridh yang memerlukan

b. Nasabah (penerima) qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama

c. Biaya administrasi (bila ada) dibebankan kepada nasabah

C. Hambatan yang timbul dalam upaya penyelesaian macetnya pembayaran

Dalam hal menjalankan upaya-upaya untuk menyelesaikan macetnya pembayaran tidak dapat dipungkiri jikaterdapat beberapa hambatan-hambtan yang harus di hadapi setiap lembaga yang bergerak dibidang keuangan, menurut puspita hambatan dalam upaya penyelesaian macetnya penagihan adalah sebagai berikut:

“terdapat pula hambatan-hambatan eksternal yang dapat menghambat upaya penagihan angsuran. Hambatan eksternal timbul dari debitur/nasabah itu sendiri, yaitu perbuatan melawan hukum terhadap perjanjian kredit yang telah disepakati oleh pihak lembaga keuangan dengan debitur/nasabah. Hambatan-hambatan tersebut meliputi :

1. Debitur/nasabah susah untuk ditemui 2. Debitur pindah alamat


(30)

21

4. Debitur lalai, kurang memahami, dan tidak memperhatikan isi dari perjanjian hutang.11

D. Upaya dalam menyelesaikan hambatan dalam penagihan

Penyelesaian hambatan penagihan menurut Mulyono dapat ditempuh dua cara, yakni.

“legitasi dan non-litigasi, upaya litigasi biasa dikenal penyelesaian jalur hukum, litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan cara mengajukan gugatan. Mengingat proses penyelesaian jalur pengadilan biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama, maka penyelesaian macetnya hambatan pembayaran dapat ditempuh melalui cara non-litigasi (diluar pengadilan). Upaya-upaya penyelesaian macetnya hambatan pembayaran dengan jalan non litigasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain.

1. Upaya preventif

Teknik pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit, teknik pengendalian preventif dapat dilakukan dengan melakukan penyeleksian debitur/nasabah dengan cara melihat kelengkapan persyaratan permohonan kredit dan penilaian terhadap debitur dengan menggunakan perinsip 6c

11

Pipit Puspita, 2010, Upaya-upaya penyelesaian kredit macet oleh lembaga perbankan terhadap debitur wanprestasi (Studi di Bank Tabungan Pensiuanan Nasional cabang pasar legi Surakarta), FKH, UNS Surakarta. Hal 13


(31)

22

yang meliputi (character, capacity, capital, collateral, condition

of economi dan constraint )

2. Early warning

Teknik early warning merupakan pemberian peringatan melalui surat tagihan yang dilakukan apabila jangka waktu pembayaran yang ditentukan telah habis, hal ini dilakukan dengan tujuan pihak lembaga keuangan memberikan peringatan kepada debitur/nasabah untuk segera mengangsur pokok pinjaman.

3. Upaya negosiasi

Teknik negosiasi merupakan penawaran dari lembga keuangan dengan debitur/nasabah, dimana lembaga keuangan bisa melakukan penguasaan sebagian atau seluruh hasil usaha, sewa barang agunan, apabila pengangsuran belum berjalan dengan baik.12

12


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut sugiyono penelitian kualitatif adalah,

“Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu secara keseluruhan; subjek penyelidik, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menajadi variable yang terpisah atau menjadi hipotesis, tetapi dipandang sebagai

bagian dari keseluruhan”.1

Metode ini dapat digunakan untuk menggungkap dan memahami apa yang terletak dibalik fenomena apa saja yang sedikit belum diketahui. Metode kualitatif dapat memberikan secara detail fenomena yang ruwet yang sulit untuk disampaikan dengan metode kuantitatif.

Dengan lain kata, metode kuantitatif lebih menekankan pada usaha mengidentifikasi hubungan-hubungan kasual yang biasanya diproses melalui rumus-rumus statistik (angka). Sementara itu, metode kualitatif cocok untuk mendeskripsikan fenomena, yang datanya berupa kata-kata (ucapan), perilaku, atau dokumen, dan tidak pernah dianalisis dengan rumus-rumus statistik, tetapi

1

Sugiyono, 2012, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, bandung, ALFABETA. Hal 08.


(33)

24

dalam bentuk narasi. Oleh karena itu peneliti ingin menggambarkan atau menguraikan bagaimana Sistem Collecting pada BMT UGT Sidogiri.2

B. Lokasi Penelitian

Dalam sasaran penelitian ini, ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu mengenai objek penelitian dan wilayah penelitian. Objek yang akan dituju dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan bagaimana sistem collecting pada BMT UGT Sidogiri. Sedangkan, lokasi yang dijadikan objek atau sasaran dalam penelitian ini berada di Jalan Demak No.137 Surabaya.

C. Jenis dan Sumber Data

Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sekunder. Mampu memahami dan mengidentifikasi sumber data akan dapat memudahkan peneliti untuk memilih metode pengumpulan data yang tepat guna dan hasil guna dan memudahkan melakukan pengumpulan data.3 Untuk itu jenis dan sumber data dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Jenis data a) Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan

2

Rulam Ahmadi, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta. Hal 12-14

3


(34)

25

data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.4 Yang termasuk di dalam data primer yaitu subyek atau orang dan tempat. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah pimpinan cabang BMT UGT Sidogiri dan Staff AO.

b) Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.5

Data sekunder adalah data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu mencari data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah. Data sekunder ini merupakan data pendukung atau sebagai data pelengkap dari data primer. Data yang termasuk ke dalam data sekunder yaitu, data yang diperoleh dari bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan sistem manajemen collecting pada BMT UGT Sidogiri.

D. Tahap-Tahap Penelitian 1. Tahap Pralapangan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Menyusun rencana penelitian secara fleksibel (penyusunan rancangan penelitian adalah berupa usulan penelitian yang diajukan kepada ketua Prodi Manajemen Dakwah, yang berisi tentang latar belakang

4

Syaifuddin, 2010, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 91

5


(35)

26

masalah, fenomena yang terjadi di lapangan, problematika yang berisi tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian).

b. Memilih lapangan penelitian (lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah BMT UGT Sidogiri cabang Jalan Demak Surabaya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan penggalian data atau informasi tentang objek penelitian yang akan diteliti. Kemudian, ada ketertarikan yang timbul dalam diri peneliti untuk menjadikan sebagai objek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin ilmu peneliti selama ini).

c. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

d. Menjajaki dan menilai lapangan (melakukan studi pendahuluan). 1) Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup peserta penelitian. 2) Memahami pandangan hidup peserta penelitian.

3) Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat atau latar penelitian.

4) Memilih dan memanfaatkan peserta di tempat penelitian (usaha untuk memilih dan memanfaatkan informan adalah dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang, yaitu responden satu selaku pimpinan cabang BMT UGT Sidogiri dan responden dua selaku Staff AO).

5) Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat-alat tulis, kamera, tape recorder, data-data penunjang selama penelitian


(36)

27

jika diperlukan serta peralatan-peralatan lain yang dapat mendukung kelancaran penelitian di lapangan (menentukan dan membuat instrumen penelitian).

6) Memerhatikan etika penelitian. Peneliti harus dapat menjaga etika penelitian. Kehadiran peneliti, meskipun sedang melakukan penelitian secara partisipatif, jangan sampai merusak suasana.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Memahami latar penelitian dimana peneliti harus:

1) Membatasi latar penelitiannya.

2) Menjaga penampilan. Peneliti kualitatif selalu tampil sederhana, paling tidak menyesuaikan diri dengan lapangan dan informan. 3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan. Meskipun peneliti

harus akrab dengan informan atau anggota penelitian yang lain, peneliti harus mengetahui batas-batas hubungan antara dirinya dengan informan. Ini penting untuk menghindari subjektivitas data atau hasil penelitiannya.

4) Jangka waktu penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada informan atau anggota penelitian berapa lama penelitiannya akan dilakukan.

5) Memasuki lapangan (melakukan penelitian di lapangan dengan memperhatikan etika penelitian).


(37)

28

6) Keakraban hubungan. Peneliti harus bisa menjalin hubungan secara akrab dengan informan atau dengan anggota peneliti yang lain. Apabila kehadiran peneliti masih dianggap tamu atau orang asing di tempat penelitian yang dilakukan, ia akan sulit menemukan data secara holistik (terperinci dan mendalam). 7) Mempelajari bahasa yang digunakan oleh anggota penelitian.

Untuk memudahkan komunikasi di lapangan selama penelitian berlangsung, peneliti harus mempelajari bahasa yang digunakan oleh informan.

8) Peranan peneliti. Apabila data dikumpulkan dengan cara observasi secara terlibat atau penelitian secara partisipatif, maka peneliti dituntut untuk berperan sambil mengumpulkan data. 9) Pengarahan batas penelitian. Peneliti harus menjelaskan kepada

anggota penelitian atau informan tentang batas-batas penelitian yang akan dilakukan.

10) Mencatat data. Ini dilakukan selama peneliti melakukan penelitian di lapangan, sambil berperan serta atau apa saja yang dilihat (ditemukan) berkenaan dengan latar belakang penelitian. 11) Petunjuk tentang cara mengingat data. Buatlah catatan

secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan. Untuk lebih memudahkan peneliti mengingat data, peneliti harus membuat kode-kode tertentu berkenaan data yang akan dikumpulkan. Hal ini mengingat data yang dikumpulkan dari lapangan. Apalagi


(38)

29

data hasil wawancara merupakan data yang luas dean banyak. Bahkan kadang-kadang data itu tidak berkenan sama sekali dengan fokus yang diteliti. Lebih jelas tentang pengkodean dibahas pada bab tentang penyajian data.

12) Kejenuhan, keletihan, dan istirahat. Oleh karena penelitian kualitatif menuntut keberadaan peneliti di lapangan yang relatif lama, apalagi jika selalu berhadapan dengan situasi yang monoton dan frekuensi penelitian yang intensif, terkadang menimbulkan keletihan dan kejenuhan. Untuk itu peneliti harus mengatur waktu penelitiannya dan mengatur waktu untuk istirahat. Artinya peneliti harus menentukan waktunya melakukan penelitian dan kapan waktunya istirahat.

13) Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan. Terkadang fenomena yang diteliti menunjukkan pertentangan satu sama lain. Dalam kondisi seperti itu, peneliti harus bisa menentukan benang merah yang mempertemukan antara konteks yang diteliti dengan fenomena yang muncul di lapangan.

14) Analisis di lapangan. Seperti telah disebutkan dalam perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif diatas, bahwa analisis data penelitian kualitatif dilakukan semenjak peneliti masih mengumpulkan data di lapangan.Data yang telah dikumpulkan dan dituangklan dalam bentuk laporan lapangan, harus segera


(39)

30

dianalisis. Hal ini akan dapat mengungkapkan : (a) data apa yang masih perlu dicari atau belum dikumpulkan, (b) hipotesis apa yang harus diuji, (c) pertanyaan apa yang harus dan belum dijawab, (d) metode apa yang harus digunakan untuk mencari informasi baru, dan (e) kesalahan apa yang harus diperbaiki. Analisis ini juga perlu dilakukan untuk mendorong peneliti menulis laporan secara berkala.6

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah medapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standard yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni :

1. Observasi

Yang dimaksud observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit.7 Teknik ini digunakan untuk mengetahui dan mencatat secara langsung tentang:

1) Sistem Collecting pada BMT UGT Sidogiri cabang Jalan Demak Surabaya.

6

Nasution, 1996, metode Penelitian Naturalistik- Kualitatif, CV. Tarsito, Bandung hal 55-59

7

Burhan bungin,2005,metodologi penelitian kuantitatif komunikasi,ekonomi dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya, Kencana,Jakarta.hal:143.


(40)

31

Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh data mengenai Sistem Collecting pada BMT UGT Sidogiri Surabaya dalam upaya mengurai sistem manajemen collecting BMT UGT Sidogiri Surabaya.

2) Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan dengan sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau menggunakan pedoman wawancara teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

a. Bentuk-bentuk sistem collecting pada BMT UGT Sidogiri Surabaya

b. Tujuan sistem collecting pada BMT UGT Sidogiri Surabaya c. Kendala atau hambatan apa yang sering di hadapi oleh sistem

collecting pada BMT UGT Sidogiri surabaya

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan cenderung menjadi data sekunder. Pemakaian dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,agenda dan lain sebagainya.

4) Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menggabungkan dari berbagai teknikdan sumber data yang telah


(41)

32

diperoleh. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan, triangulasi sumber berarti peneliti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.8 Peneliti menggabungkan semua hasil penelitian, baik dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Lalu, peneliti mencocokkan diantara wawancara, observasi dan dokumentasi apakah sudah sesuai atau masih terdapat keganjalan.Jika masih terdapat keganjalan dalam triangulasi, maka peneliti perlu melakukan penggalian data guna memperjelas data.

F. Teknik Validitas Data

Pada bagian ini diteaknkan adalah validitas dari interpretasi. Kemampuan menggambarkan temuan kebenaran. Hal ini bisa tidak tepat jika peneliti menerima pentingnya keadaan dan kebenaran dengan begitu saja. Agaknya, validitas akan dinilai dengan keadaan yang terlihat secara baik dan penggambaran secara tepat data yang dikumpulkan. Dalam term validitas dipresentasikan analisis, kemudian cerminan yang diperlukan adalah:

1. Pengaruh yang kuat dari desain penelitian dan pendekatan analisis pada hasil yang dipresentasikan.

2. Konsistensi temuan, untuk contoh, hasil analisis dapat digunakan oleh lebih dari satu peneliti.

8


(42)

33

3. Hasil yang dipresentasikan luasannya mewakili secara keseluruhan dan berkaitan.

4. Menggunakan data asli yang memadai dan sistematik (contoh penggunaan kutipan bukan hanya berasal dari orang yang sama) yang dipresentasikan dari analisis, dengan demikian pembaca yakin bahwa intrepretasi data terkait dengan data yang dikumpulkan. Cara lain menggambarkan reliabilitas dan validitas:

a. Triangulasi data, data yang dikumpulkan melalui sumber majemuk untuk memasukkan data pengamat, wawancara, dan diskusi kelompok terfokus.

b. Pemeriksaan anggota, informan akan berperan sebagai pemeriksa sepanjang proses analisis.

c. Pengamatan jangka panjang dan berulang di lokasi penelitian, pengamatan tetap dan terus berulang.

d. Klarifikasi prasangka peneliti.

e. Mempertimbangkan masalah-masalah dari masukan informan.

f. Menyediakan alasan untuk keputusan mereka untuk menyediakan masukan atau tidak.

g. Menjelaskan bagaimana mereka mengetahui tentang masukan, jenis masukan, dan mengapa.


(43)

34

h. Menjelaskan bagaimana masukan dari informan telah digunakan dalam analisis dan interpretasi data.9

G. Teknik Analisis Data

Dalam pendekatan kualitatif sangat berbeda dengan pendekatan kuantitatif, terutama dalam penyajian data atau analisis data. Menurut Matthew B. Miles, psikologi dan pengembangan dan Michel Huberman ahli pendidikan dari

University of Geneva, Switzerland, (Miles dan Huberman, 1992:15-21) analisis

kualitatif merupakan data yang berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara yaitu pengamatan terlibat, wawancara semi terstruktur, dan selanjutnya diproses melalui perekaman, pencatatan, pengetikan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.

Analisis, menurut Matthew dan Michael dibagi dalam tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur yang dimaksud adalah:

1. Reduksi data, alur ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

9

Hamid Patilima, 2011. METODE PENELITIAN KUALITATIF. ALFABETA. Bandung. Hal 97-98


(44)

35

2. Penyajian data, penyajian yang dimaksud adalah sekumpulan informasi tersusun yang member kemungkian adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan

3. Penarikan kesimpulan, dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan sponsor.


(45)

BAB IV Hasil Penelitian A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Latar Belakang Sejarah

Koperasi BMT UGT Sidogiri mulai beroperasi pada 5 rabiul-awal 1421 h atau 6 Juni 200 M di Surabaya dan kemudian mendapatkan badan Hukum Koperasi dari kanwil Dinas koperasi PK dan M Provinsi Jawa Timur dengan surat Keputusan Nomor: 09/BH/KWK.13/VII/2000 tertanggal 22 Juli 2000.

Tiga tahun setelah berdirinya Koperasi BMT Maslahah yang kala itu ruang lingkup pelayanannya masih sebatas se-kabupaten Pasuruan, muncul gagasan untuk mendirikan koperasi jasa keuangan syariah yang membuka layanan se-Jawa Timur. Karena itulah, beberapa orang yang berada dalam satu kegiatan Urusan Guru Tugas Pondok Pesannantren Sidogiri (UGT PPS) yang didalamnya terdapat orang-orang yang berprofesi sebagai guru, Pimpinan madrasah, alumni Pondok Pesantren Sidogiri dan simpatisan yang menyebar di wilayah Jawa Timur, mendirikan koperasi jasa keuangan syariah yang diberi nama koperasi BMT UGT Sidogiri.

Nama “UGT” merupakan tabarrukan atau mengambil kebaikan dari

nama “urusan Guru Tugas” karena mayoritas pendiri Koperasi BMT UGT

Sidogiri adalah mereka yang aktif dalam kegiatan Urusan Guru Tugas Pondok Pesantren Sidogiri. Namun untuk Koperasi BMT UGT Sidogiri


(46)

37

2. Visi BMT UGT Sidogiri

a. Terbangunnya dan berkembangannya ekonomi umat dengan landasan syariah islam.

b. Terwujudnya budaya saling tolong menolong (ta’awun) dalam kebaikan dan ketakwaan di bidang sosial ekonomi.

3. Misi Koperasi BMT UGT Sidogiri

a. Menerapkan dan memasyarakatkan syariat Islam dalam aktivitas ekonomi.

b. Menanamkan pemahaman bahwa sistem syariah di bidang ekonomi adalah ADIL, MUDAH DAN MASLAHAH.

c. Menngkatkan kesejahteraan umat dan anggota.

d. Melakukan aktivitas ekonomi dengan budaya Shiddiq,Tabligh,

amanah dan Fatonah(STAF). Shiddiq berarti jujur, tabligh berarti

komunikatif, amanah berarti percaya, dan Fathonah berarti profesional.

4. Prestasi dan Penghargaan

a. Pada 22 Februari 2014 Koperasi BMT UGT Sidogiri dinobatkan Sebagai Ranking I, The best Islamic Microfinance dalam Islamic

Finance Award & Cup 2013 di Jakarta, oleh KARIM Busines

Consulting.

b. Pada 4 Desember 2013 Koerasi BMT UGT Sidogiri dinobatkan oleh Gubernur Jawa Timur sebagai KSP/USP dan KJKS/UJKS


(47)

38

BERKINERJA BAIK untuk Katagori :Pengelolaan Koperasi Modern Skala Provinsi.

c. Rangking 14 dari 100 Koperasi Besar Indonesia Versi Majalah

Peluang Tahun 2012.

d. Rangking 2 dari 10 Koperasi Jasa Keuangan Syariah Terbesar Indonesia Tahun 2012.

5. Struktur Organisasi BMT UGT Sidogiri Cabang demak

Gambar. 4.2 struktur BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya

KEPALA CABANG

Samsul Arifin

Account Officer

1. Al - Amin

2. H. Mansur

Kasir

1. Sofwan (Tabungan)

2. Muchdor (Pembiayaan)

WAKIL KEPALA CABANG

Baihaqi, SS.

Capem Wilayah Surabaya

1. Account Officer


(48)

39

6. Definisi Tugas: a. Kepala cabang

1) Merumuskan dan mengajukan usulan kebijakan umum BMT untuk masa yang akan mendatang kepada direktur umum agar tercapai kelanjutan dari organisasi perusahaan. Kepala cabang Bertanggung jawab atas semua proses jalannya BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya.

2) Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran perusahaan dan rancangan kerja untuk tahun buku yang baru kepada dewan pengawas.

3) Mengajukan neraca dan perhitungan laba atau rugi tahunan serta laporan-laporan berkala lainnya kepada direktur untuk mendapatkan penilaian.

4) Menyetujui pemindahan tangan saham-saham kepada pemilik baru yang di tunjuk dan dipilih oleh pemegang saham lama. Setelah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan pada anggaran dasar pada saat rapat anggota mengenai pemindahan tangan saham.

5) Memberi persetujuan besarnya gaji dan tunjangan lainnya yang harus dibayarkan kepada pegawai BMT.

b. Account officer


(49)

40

1) Memasarkan produk-produk BMT kepada masyarakat yang tergolong potensial

2) Membuat jadwal penghimpunan dana baik tabungan, deposito, maupun angsuran.

3) Menjaga dan membina hubungan baik dengan nasabah.

4) Memproses pengajuan pembiayaan dari calon debitur meliputi pemeriksaan kelengkapan data survei lapangan, analisa pembiayaan, serta persetujuan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Melakukan kegiatan penjemputan dana sesuai jadwal atau tempo yang sudah dibuat dan disetujui oleh pimpinan BMT.

6) Memberikan laporan secara tertulis dan meminta persetujuan pimpinan cabang atas penjemputan dana yang telah dilakukan setiap hari.

c. Kasir

Tugas dan tanggung jawab kasir antara lain :

1) Memberi pelayanan penarikan dan penyetoran uang cek atau bilyet giro nasabah kepada bank secara tepat, cermat, lancar dan ramah.

2) Meminta cash teller dari manajer operasional setiap hari. 7. Produk-produk BMT UGT Sidogiri

Produk produk yang ada di BMT UGT SIDOGIRI cabang Demak Surabaya ada bermacam-macam mulai dari produk tabungan, pembiayaan,


(50)

41

sampai pada pelayanan jasa. Produk tersebut dijalankan berdasarkan ketentuan dan prinsip syariah. Produk produk tersebut meliputi :

a. Tabungan

Ada beberapa jenis produk tabungan yang dijalankan di BMT UGT Sidogiri cabang sidodadi diantaranya :

1) Tabungan Umum

Tabungan umum syariah adalah simpanan yang dapat disetor dan diambil sewaktu-waktu dengan menggunakan akad al-wadi’ah yad-addlomanah atau al-qord.

2) Tabungan Haji (Al-Haromain)

Tabungan al-Haromain adalah tabungan untuk membantu pelaksanaan ibadah haji dengan akad wadi>ah yad-addlamanah.

3) Tabungan Umrah (al-Hasanah)

Tabungan Umrah al-hasanah adalah tabungan yang berguna untuk membantu pelaksaan ibadah umrah dengan menggunakan akad al-wadi’ah yad addlomanah.

Keuntungan bagi penabung:

a) Setoral awal minimal Rp. 1.000.000

b) Setoran berikutnya sesuai perencanaan keberangkatan. c) Ketentuan pemberangkatan adalah sesuai jadwal travel


(51)

42

d) Perencanaan keberangkatan minimal 3 bulan dan maksimal 36 bulan.

e) Setoran dapat dilakukan setiap pekan, bulan, atau musim. f) Dana dapat dicairkan hanya untuk keperluan

keberangkatan ibadah umrah, kecuali udzursyar’i. g) Administrasi pembukaan tabungan Rp. 20.000 4) Tabungan Idul Fitri

Tabungan idul fitri adalah simpanan dana dengan akad al-wadi’ah yad addlamanah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hari raya idul fitri.

Syarat dan ketentuan sama dengan tabungan umum kecuali pengambilan. Penarikan tabungan dapat dilakukan paling awal 15 hari sebelum Idul Fitri. Keuntungan bagi mitra penabung:

Ketentuan lain bagi penabung berupa setoran awal minimal Rp.10.000, Biaya administrasi Rp. 5.000, Mengisi formulir pembukaan rekening, menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM) yang masih berlaku dan penarikan tabungan paling awal 15 hari sebelum idul fitri.

5) Tabungan Peduli Siswa

Tabungan peduli siswa adalah layanan penyimpanan dana yang diperuntukkan bagi lembaga pendidikan guna


(52)

43

menghimpun dana tabungan siswa dengan akad al-wad>iah yad addlomanah.Keuntungan bagi penabung:

a) Aman dan transparan sehingga dengan mudah memantau perkembangan dana setiap bulan.

b) Transaksi mudah dan bebas riba.

c) Pengurus lembaga tidak disibukkan dengan urusan keuangan terutama pada saat pembagian tabungan murid di akhir tahun pendidikan.

d) Mendapatkan bonus bagi hasil bulanan yang halal dan menguntungkan.

e) Mendapatkan dana beasiswa untuk untuk siswa tidak mampu sebesar Rp.150.000,- sesuai kebijakan koperasi BMT UGT Sidogiri.

f) Bebas biaya administrasi. 6) Deposito Mudharabah

Simpanan ini bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati yaitu 3 bulan, 6 bulan atau 12 bulan. Keuntungan bagi mitra:

a) Sama dengan keuntungan bagi mitra penabung. b) Bisa dijadikan jaminan pembiayaan.

c) Nisbah (proporsi) bagi hasil lebih besar dari tabungan. Proporsi (nisbah) bagi hasil penyimpanan BMT:


(53)

44

ii) 6 bulan 55:45 iii) 9 bulan 57:43 iv) 12 bulan 60:40

Syarat-syarat dan ketentuan permohonan adalah mengisi formulir permohonan pembukaan mudharabah berjangka atau (deposito), Fotokopi identitas diri (KTP/SIM), dan setoran minimal Rp. 500.000,

B. Penyajian Data

Data yang disajikan oleh penulis berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, semua data yang disajikan berhubungan dengan rumusan masalah dan landasan teori mengenai sistem collecting di BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya.

1. Proses Penagihan pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya Penagihan merupakan salah satu metode yang digunakan oleh BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, ketika terjadi pemacetan pembayaran dari nasabah, sehingga staff BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya harus turun lapangan atau mendatangi langsung kepada nasabah BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, dalam proses penagihan BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya memiliki cara tersendiri yang berbeda dengan proses penagihan-penagihan lainya.

Sebagaimana pemaparan narasumber pertama, yakni staf Account

Officer 1yang mengatakan tentang proses penagihan sebagai berikut

“Jadi seperti yang sudah saya sampaikan berdasarkan background kita yakni syari’ah tentunya kita mengedepankan kekeluargaan


(54)

45

konsepnya bagaimana yaa kita pendekatan dulu bersilaturahmi dulu itu baru kita membicarakan apa yang perlu dibicarakan jadi

kita tidak selalu serta merta melakukan penagihan ndak...”1.

Maksudnya adalah dalam proses penagihan kepada nasabah, pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya melakukan pendekatan emosional seputar aktifitas seharian terlebih dahulu, kemudian membicarakan tunggakan peminjaman dengan baik-baik yang mengedepankan sikap kekeluargaan.

Dengan kata lain pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya tidak melakukan tindakan kekerasan dalam melakukan penagihan, akan tetapi melakukannya sesuai dengan koridor Islam. Sebab kekerasan akan memutus tali persaudaraan dan menambah tekanan permusuhan antar sesama sehingga dalam menjalankan bisnis akan terasa berat sebab sebagai manusia hendaklah kita saling tolong menolong dalam kebaikan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh narasumber pertama yakni

Account Officer 1 berikut ini :

“Ya itu ..dari awal kita bersilaturahmi dulu kita jangan menyebut tagihan judul kita bukan tagihan tapi kita silaturrahim (assalamu’alaikum bu bagaimana kabarnya bu pak bagaimana kabarnya) walau dia dengan mimik serius dengan mimik emosional tetep kita berpegang keluarga sak duluran (yoknopo kabare pak sae sae mawon ...tasek usahane pak ) jadi kita masuk kedunia mereka jadi kita tidak ada bahasan kesana itu ndak ada kita ndak bahas masalah penagihan itu tadi dengan disitu maka mereka akan merasa bahwasannya walaupun kita menagih seakan-akan kita bersilaturahimnya yang dahulu dengan begitu kita disini bisa menahan emosi reda”2.

1

Hasil wawancara dengan Bapak Amin selaku Account Officer tanggal 03 Agustus 2016

2


(55)

46

Maksudnya, ketika pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya mendatangi nasabah tidak atas nama penagihan melainkan bersilaturahmi, dengan cara santun dan penuh hati-hati dalam bertutur kata, dengan menyampaikan salam terlebih dahulu, memasuki dunia mereka hingga merasa nyaman dan tidak tertekan perasaaanya.

Selanjutnya, menurut pemaparan narasumber ketiga yakni teller, proses penagihan yang dilakukan oleh BMT adalah mendahulukan sistem kekeluargaan dimana para penagih tidaklah berambisi terlalu tinggi untuk mendapatkan uang tagihan, melainkan menanyakan terlebih dahulu, niat dari nasabah untuk membayar atau tidak. Hal ini sesuai dengan pemaparan sebagaimana berikut ini :

“Kalau proses, memang kita mendahulukan sistem kekeluargaan,

memang banyak cara salah satunya mungkin kita proses pendekatan dulu kemerekanya terutama bagi yang macet biasanya teman-teman datang menanyakan kondisinya itukan

satu biasanya yang ditanyakan bapak masih punya i’tikad untuk

bayar tidak ? “gitu...oh tidak...” karena banyak alasan ada yang sudah bangkrut salah satunya ada yang tidak punya uang, karena mungkin memang satu usahanya jalan mereka sudah tidak punya i’tikad untuk bayar seperti itu biasanya.”3

Jadi, menurut pemaparan narasumber ketiga diatas, menjelaskan bahwa dari pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya masih memberikan toleransi kepada nasabah, dimana ketika para nasabah mengalami kesulitan dalam membayar tagihan, dengan cara demikian,

3


(56)

47

pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, bisa menjalin tali silaturahmi yang erat dengan para nasabah.

Cara penagihan yang selanjutnya oleh BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya adalah dengan mengirimkan surat peringatan, namun cara ini digunakan apabila benar-benar dari nasabah tidak bisa diselesaikan secara baik-baik dan kekluargaan, sebagaimana pemaparan dari narasumber kedua yakni Account Office 2, sebagai berikut :

“Selagi kita disselesaikan kekeluargaan maka sudah bisa ditangani

kalau tidak bisa diselesaikan maka ada surat peringatan satu

sampai tiga”4

Maksudnya, apabila nasabah tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan baik-baik, maka dari pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya mengeluarkan surat peringatan satu sampai tiga kali, sebagai tindakan dari kemacetan pembayaran pinjaman di BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya.

Dari pemaparan data diatas maka dapat ditarik titik poin, bahwasanya proses penagihan yang diterapkan oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya sebagai berikut :

1. Sistem syariah (cara baik-baik)

2. Sistem kekeluargaaan (menjalin silaturahmi)

3. Memberikan toleransi jika nasabah mengalami kesulitan dan bisa diajak komunikasi baik-baik dan kekeluargaan.

4


(57)

48

4. Mengeluarkan surat peringatan jika dari nasabah sulit dalam menggunakan sistem penagihan baik-baik dan kekeluargaan.

2. Hambatan penagihan dari pihak nasabah BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa dalam setiap usaha pastilah memiliki hambatan-hambatan, dan setiap perusahaan memiliki cara tersendiri dalam menyelesaikan hambatan tersebut, sedangkan pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya dalam menyelesaikan hambatannya adalah dengan cara tidak menanggapi para nasabah yang menolak secara keras untuk ditagih, hal ini sesuai dengan ungkapan narasumber pertama yakni Account Officer 1 sebagai berikut:

“Ya pastilah artinya gini semua orang kan tidak sama ketika kita berusaha untuk bagaimana menagih secara kekeluargaan mereka juga sering kali wes artine ada nada-nada emosional ya pasti pada umumnya orang kalau ditagih sudah ..penilaiannya sudah negatif dalam kutip negatif kalau kita ndak

pandai-pandai sebelumnya kita bisa terpancing gitu diantaranya”.5

Maksudnya, ketika pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya menghampiri para nasabah tidak semua memahami cara yang diterapkan oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya adalah sistem kekeluargaan, artinya dimana tanggapan para nasabah tidak semua positif terhadap hadirnya pihak pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, sehingga pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya

5


(58)

49

harus sesegera mungkin mengambil sikap, yakni tidak menanggapi secara serius tanggapan nasabah tersebut.

sebagaimana pemaparan lanjutan dari narasumber pertama yakni,

Account officer berikut ini:

“...Kalau hal seperti itu sebisa mungkin untuk kita hindari

artinya dalam seumpama dari mereka yang memulai ya

tentunya kita tidak meladeni lah...”6

Maksud dari pernyataan account officer, diatas ketika nasabah mulai rewel untuk belum bisa membayar maka dari pihak BMT sebisa mungkin menghindari, atau tetap sesuai dengan aturan yang di berlakukan yakni dengan cara kekeluargaan dan konsep seperti ini memang sudah lama di terapkan di BMT, sebagaimana yang di paparkan dari account officer.

Selanjutnya pemaparan diatas didukung oleh pendapat narasumber kedua yakni Account Officer 2, dimana pendapat narasumber ini lebih mengarah pada hambatan pada umumnya yakni melatih kesabaran dari pihak BMT dalam menghadapi nasabah, sebagaimana pemaparan berikut:

“Hambatan dari penagihan ini semua itu pasti ada hambatan tapi

selama ini Kita lakukan dengan kesabaran untuk rutinitas dalam

penagihan itu sudah bisa diatasi”7

Maksudnya adalah, kesabaran bagi pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya haruslah terkontrol dengan baik dalam menghadapi para nasabah, sebab dengan cara itulah mereka mengatasi nasabah yang

6

Hasil wawancara dengan Bapak Amin selaku Account Officer tanggal 03 Agustus 2016

7


(59)

50

berwatak sangat beragam, ada yang keras juga ada yang ramah, sebagaimana yang diungkapkan selanjutnya oleh narasumber kedua

Account Officer ,berikut ini pemaparannya :

“Hambatan watak-watak yang bermacam-macam merasa intinya

tidak mau ditagih wataknya keras ada tapi kita sebagai terutama yang kita pegang sebagai santrinya jadi kita apa itu memberikan mau’idhoh-mau’idhoh yang baik sesuai keagamaan insya allah

dengan itu orang itu menjadi luluh”8.

Artinya, watak-watak yang keras identik dengan tidak mau ditagih, namun dari pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, dalam menghadapi karakter semacam itu adalah dengan berbiacara baik-baik dan sesuai dengan ajaran agama hingga nasabah yang keras tersebut menjadi luluh.

Selain itu, ada pula hambatan lainya, yakni kurangnya mitra kerja dari pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya dalam melakukan penagihan terhadap para nasabahnya, berikut pemaparan narasumber pertama yakni Account Officer 1, berikut ini :

“Untuk mitra kerja ndak ada selama ini kita melaksanakan dengan sendiridan sesuai dengan kapasitas sendiri dengan keterbatasan-keterbatasan itu tetap kitalakukan karena untuk mitra penagihan kita juga ndak ada jadi selama ini masih kita melakukan sendiri mas”9

Pemaparan diatas maksudnya adalah hambatan yang dialami oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya adalah kurangnya mitra kerja ketika melaksanakan penagihan terhadap nasabahnya, mitra kerja disini maksudnya adalah seperti menggunakan jasa debt collector

8

Hasil Wawancara dengan Bapak Mansur selaku Account Officer tanggal 20 Agustus 2016

9


(60)

51

selaku pihak ketiga atau orang bayaran yang disewa oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya dalam melakukan penagihan, namun disini pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya melakukan penagihan sendiri kepada para nasabahnya.

Dari pemaparan diatas dan berdasarkan data yang diperoleh dari narasumber, maka diketahuilah bahwa hambatan sistem penagihan yang dialami oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya adalah :

1. Tanggapan negatif dari nasabah ketika penagih datang 2. Jarang bertemunya antara penagih dan nasabah

3. Menghindar dari penagih dengan alasan bangkrutnya usaha 4. Nasabah pindah alamat tanpa konfirmasi kepada BMT

5. Menghadapi beragam karakter yang dimiliki oleh para nasabah 6. Kurangnya mitra kerja pihak BMT UGT Sidogiri cabang

Demak Surabaya.

3. Cara mengatasi hambatan pihak nasabah BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya

Didalam setiap hambatan pastilah memiliki cara-cara atau trik-trik khusus untuk mengatasinya, begitupun yang dihadapi oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya ketika hambatan itu datang, maka usaha yang dilakukan oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya terhadap nasabahnya adalah dengan tindakan seleksi adminitrasi terlebih dahulu serta pendekatan kekeluargaan, dimana lebih mengutamakan solusi bersama.


(61)

52

Untuk seleksi administrasi menurut narasumber kedua yakni, staf

account officer 2 alur proses penagihan harus melalui proses pembiayaan

terlebih dahulu dengan segala persyaratanya, dimana persyaratan pembiayaan dipaparkan oleh staff Account officer 2 berikut ini :

“Yang pertama dalam pembiayaannya jadi prosesnya

kelengkapannya dari Ktp, Ksk, kemudian surat jaminan kemudian

disurvei bagaimana pekerjaannya dan tempat tinggalnya”10

Maksudnya ketika seseorang ingin melakukan peminjaman maka anggota harus melengkapi persyatan administrasinya, meliputi ktp, ksk, dan surat jaminan, barulah ketika semua persyaratan terpenuhi, nasabah mendapatkan peminjaman dari pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya.

Tindakan selanjutnya adalah menggunakan metode kekeluargaan, hal ini sesuai dengan pemaparan narasumber pertama yakni Account

Officer 1, sebagai berikut :

“...hal seperti itu makanya dari awal kita penagihannya dengan

konsep kekeluargaan satu contoh jika kita melakukan penagihan ke orang yang macet kita tanyakan bagaimana kabarnya dari BMT kami dapat laporan seperti ini apa benar ? oh ya kira-kira apa kendalanya kok sampai begini ? ohh gini-gini nanti kita carikan solusinya...11

Cara mengatasi hambatan yang dilakukan oleh BMT adalah sepert yang disampaikan oleh account officer 1 diatas maka jelaslah sudah bahwa pendekatan kekeluargaan yang dimaksud disini adalah bagaimana

10

Hasil wawancara dengan Bapak Mansur selaku Account Officer tanggal 20 Agustus 2016

11


(62)

53

menemukan solusi bersama atau yang sering disebut Win-Win Solution, sehingga para nasabah masih bisa bernafas lega, karena metode yang digunakan adalah pendekatan emosional (perasaan) yakni saling menghargai satu sama lain, untuk mempertegas saling menghargai yang dimaksud beliau adalah sebagaimana pemaparan lanjutan beliau, berikut :

“...bila memerlukan kebijakan-kebijakan ya kita buat sekiranya anggota tadi itu tidak terbebani tetap menjadi beban dan setidaknya dengan kedatangan kami bukan tambah menambah

beban..kedatangan kami ini saling ta’awun tolong menolong tadi

kita cari solusi yang sama-sama enak lah gitu”.12

Pembicaraan diatas telah disampaikan oleh Account Officer 1 tentang bagaimana cara pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya ketika mendatangi langsung dengan para nasabah, yakni bukan semata-mata menarik piutang saja namun juga menyambung silaturahmi dan mengklarifikasi permasalahan yang sedang melanda nasabahnya, ketika pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya datang, maka niat awalnya adalah Ta’awun yakni tolong menolong, bukan menjadi masalah bahkan bukan menambah beban bagi nasabahnya.

Dalam artian, ketika menghadapi nasabah yang macet akan pembayaran maka dari pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya tidak langsung melakukan penagihan secara kekerasan dengan tindakan memaksa karena BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya memegang syariat yaitu dengan menanyakan apa yang menjadi kendala sehingga mengalami telat dalam pembayaran, kemudian kalau sudah

12


(63)

54

menemukan titik masalahnya selanjutnya pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya akan berusaha melakukan solusinya. Yang diharapkan kedatangan BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya tidak menjadi beban bagi pihak nasabah.

“Ya itu ..dari awal kita bersilaturahmi dulu kita jangan menyebut tagihan judul kita bukan tagihan tapi kita silaturrahim (assalamu’alaikum bu bagaimana kabarnya bu pak bagaimana kabarnya) walau dia dengan mimik serius dengan mimik emosional tetep kita berpegang keluarga sak duluran (yoknopo kabare pak sae sae mawon ...tasek usahane pak ) jadi kita masuk kedunia mereka jadi kita tidak ada bahasan kesana itu ndak ada kita ndak bahas masalah penagihan itu tadi dengan disitu maka mereka akan merasa bahwasannya walaupun kita menagih seakan-akan kita bersilaturahimnya yang dahulu dengan begitu kita disini bisa menahan emosi reda”13

Solusi pemecahan hambatan yang dilakukan oleh BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya dalam melakukan tagihan tidak serta merta dengan tujuan menagih tapi dengan tujuan bersilaturahmi yang mempunyai tujuan agar dapat mengendalikan situasi ketika mendapati nasabah yang terbawa emosi ketika didatangi oleh tim penagih dari BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya. Dengan harapan pihak nasabah menyadari akan kesalahannya yang tidak sesuai dengan perjanjian awal.

Ada juga cara dalam mengatasi hambatan yang dialami oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya terhadap nasabah yang macet pembayaran adalah menghubungi melalui telephone sebagaimana yang diungkapkan oleh narasumber kedua yakni Account Officer 2, sebagai berikut ;

13


(64)

55

“Pertama langkah kita memang melalui komunikasi

....bagaimana biasanya orang kalau sudah intinya macet dalam pembiayaan nanti kita telepon mengunjungi tempat tinggalnya gimana kabarnya ini yang pertama kita silaturahmi biar kita tidak terlalu kasar kepada mereka kita harus tahukendala-kendalanya apa permasalahannya sehingga kita merayu insya allah yang akhirnya mereka mempunyai pembiayaan macet itululuh dan ber’itikad untuk membayar”14

.

Maksudnya dari narasumber account Officer 2diatas adalah ketika nasbah BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya mengalami macet pembayaran maka dari pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya akan menelfon nasabahnya, untuk mengunjungi tempat tinggal dari nasabah, dalam rangka mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh nasabah BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya.

Pemaparan narasumber account Officer 2 diperkuat dan disempurnkan oleh pemaparan nasumber 3 yakni teller BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, dimana ia mengatakan seperti berikut.

“Kalau telepon itu sudah, komunikasi harus, yang jelas kalau

temen-temen dikelompokkan kalau anggota tidak punya i’tikad

tetap kita datangin kita harus merendah kepada mereka karena kan uang kita ada di mereka jadi kita merasa butuh kepada mereka kan harus merendah terutama kalau tidak bisa mengangsur terlalu banyak ya kita berikan kortingan sampean

mau bayar setiap minggunya berapa ? lanjut seperti itu”15

Maksud dari narasumber ketiga diatas, adalah manakala para nasabah mangalami macet pembayaran, maka pihak BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya menelfon nasabah tersebut untuk menagih, tetapi tetap harus merendah hati, sebab secara nalar, uang BMT UGT Sidogiri

14

Hasil wawancara dengan Bapak Muchdor selaku Kasir tanggal 20 Agustus 2016

15


(1)

85

tindakan/upaya dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya yakni dengan, menseleksi secara administasi para calon nasabah yang ingin meminjam dana, mengunjungi nasabah yang tidak segera membayar angsuran, memberikan peringatan berupa surat peringatan dan membuka fikiran nasabah agar mau membayar lagi angsuran kepada BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Sistem collecting (Penagihan) yang dilakukan BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya, mulai dari proses collecting yang meliputi proses penagihan oleh pihak BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya, hambatan yang dialami oleh BMT UGT Sidogiri, dan cara mengatasi hambatan penagihan kreditur atau nasabah BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses Collecting (penagihan) yang dilakukan oleh pihak BMT BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya sudah baik sebab memiliki keselarasan dengan teori proses penagihan, yakni pada, melakukan penagihan melalui surat peringatan, menelpon nasabah untuk mengklarifikasi, mengunjungi secara personal terhadap kreditur/nasabah, melakukan tindakan yuridis 2. Hambatan dalam proses penagihan di BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak

Surabaya.

BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya sebagai lembaga yang bergerak dibidang keuangan, tentulah mengalami hambatan-hambatan dalam melakukan penagihan dan secara teoritis hambatan-hambatan tersebut Memiliki keselarasan dengan data yang diperoleh, dimana letak keselarasan antara teoritis dan apa yang dialami oleh BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya, meliputi debitur/nasabah susah untuk ditemui, debitur


(3)

87

pindah alamat tanpa konfirmasi, debitur mengalami kesulitan dalam keuangan, debitur lalai, kurang memahami, dan tidak memperhatikan isi dari perjanjian hutang.

3. Cara mengatasi hambatan dalam proses penagihan BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya.

Cara mengatasi hambatan dalam proses penagihan BMT UGT Sidogiri di Jalan Demak Surabaya sudah berjalan baik, hal ini didukung berdasarkan teoritis yang mengungkapkan cara mengatasi hambatan-hambatan penagihan yang diungkapkan Mulyono yakni Upaya preventif, Early warning dan Upaya Negosiasi terhadap kreditur/nasabah dan berdasarkan pula data lapangan BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, maka ada keselaran atau relevansi antara teori dan praktek di BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya, dimana tindakan/upaya dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya yakni dengan, menseleksi secara administasi para calon nasabah yang ingin meminjam dana, mengunjungi nasabah yang tidak segera membayar angsuran, memberikan peringatan berupa surat peringatan dan membuka fikiran nasabah agar mau membayar lagi angsuran kepada BMT UGT Sidogiri cabang Demak Surabaya.

B. Saran dan Rekomendasi

Dari hasil temuan penelitian yang telah dilakukan, petugas penagih BMT UGT Sidogiri Cabang Demak Surabaya sudah melakukan dengan baik. Namun


(4)

88

alangkah baiknya jika menggunakan sistem lainnya yaitu sistem tertutup guna menambah inovasi dalam melakukan proses penagihan.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penelitian awal hingga akhir, peneliti mengalami beberapa kendala, seperti :

1. Terkendala masalah sedikitnya temuan referensi. Peneliti sudah mencari diberbagai sumber namun hanya menemukan sedikit saja.

2. Keterbatasan waktu. Hal tersebut dikarenakan peneliti kurang maksimal dalam membagi waktu antara tugas penelitian dengan masalah pekerjaan 3. Peneliti menginginkan jumlah narasumber lebih banyak agar proses


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, Adi, 2014, mengelola hutang dalam perspektif islam, jurnal bisnis dan manajemen, (online), vol 4, no 1, diakses pada 28 juli 2016.

Darmawan, Deni dan Nur Fauzi, Kunkun, 2013. Sistem Informasi Manajemen. PT. REMAJA ROSDAKARYA, Bandung.

Patilima, Hamid, 2011. METODE PENELITIAN KUALITATIF. ALFABETA. ,Bandung.

Bungin, Burhan, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Kencana, Jakarta. Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif cetakan ke IV, Alfabeta,

Bandung.

Kasmir, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nasution, 1996, metode Penelitian Naturalistik- Kualitatif, CV. Tarsito, Bandung Pipit Puspita, 2010, Upaya-upaya penyelesaian kredit macet oleh lembaga

perbankan terhadap debitur wanprestasi (Studi di Bank Tabungan Pensiuanan Nasional cabang pasar legi Surakarta), FKH, UNS Surakarta. Mulyono,Teguh pudjo, 1996, Bank Budgedting,BPFE Yogyakarta.

Silalahi, Ulber, 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, Syaifuddin, 2010, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ahmadi, Rulam, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta.

Fitri Rachmawati Pramanasari, 2012. Skripsi “Penyelesaian Wanprestasi Nasabah Atas Tagihan Kartu Kredit Macet yang Dilakukan Melalui Jasa Debt Collector ( Studi di PT. Bank Permata Tbk Cabang Slamet Riyadi Surakarta), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta Amron Falahudin. Debt Collector Leasing. Manajemen Penagihan/Debt collector

leasing-Tips dan trik.html. Diakses pada sabtu, 09 april 2016 pukul 01.08 Yakub, 2012, Pengantar Sistem Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.


(6)

2

Sitio, Arifin dan Tamba. , Holomoan, 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Erlangga. Jakarta.

Hendrojogi, 1998. Koperasi Azas-azas, Teori, dan Praktek PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Lailah, Nur,dkk, 2013, Lembaga Keuangan Islam Non Bank, IAIN Sunan Ampel Press, Surabaya.

Tim BMT UGT Sidogiri, 2014, Buku RAT XIV, Pasuruan.

BMT-UGT Sidogiri Unit Ketapang Kalbar. BMT-UGT Sidogiri Unit Ketapang Kalbar. https://bmtugt.wordpress.com/2012/04/13/sekilas-sejarah-bmt-ugt-sidogiri/. Diakses pada Sabtu, 09 april 2016 pukul 01.04