Manajemen likuiditas dalam organisasi non profit di bidang Lazis Yayasan Nurul Falah Surabaya.

(1)

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

HIKMAH LAILATUL MAGHFIROH B74213048

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

W..Jcmai Dakwah

ManaJemen L1lruid1as dalam Orgam98SI Nae ·w.lili'4 81dang Lazis Yayasan Nurul Falah Surabaya.


(5)

---LEMBAR. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBL1KMl

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADBM11

Sebagai savitu akademika UIN Suoan Ampel Surabaya. yang bcmnda bU1g111 di

... iii. Nama

NIM

Fakulms/Jurusan :FDK/ MANAJEMEN DAKWAH

---··---E-mail address :HIKMAHLAILATUL044@GMAIL.COM

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menycrujui untuk memberikan kepada PapoMtebea Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ams karya ilmiah :

Skripsi D Tesis D Desertasi D Lain-lain(...) yang betjudul :

MANAJEMEN LIKUIDITAS DAI.AM ORGANISASI NON PROFIT DI LAZIS YAYASAN NURL'L FALAH SURABAYA

bcserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ebluaif IDI

Perpustakaan L'IN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-mcdia/fonnat-bn. mengelolanya dalam benruk pangkalan data (database), mendisttibusikannya. dao menarnpilkan/ mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kcpcotmgui akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya scbagti

penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bcrsedia untuk rnenanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihll Perpustakun UIN Sunan Arnpel Surabaya, segala bentuk tunrutan hukum yang timbul atas pelanggaran Halt Cipm

dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan iniyang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 07 Agustus 2017 Penulis


(6)

ABSTRAK

Hikmah Lailatul Maghfiroh, 2017. Manajemen Likuiditas Dalam Organisasi Non Di Lazis Yayasan Nurul Falah Surabaya.

Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana Manajemen Likuiditas yang ada di Yayasan Nurul Falah dan apa saja faktor pendukung manajemen likuiditas di Yayasan Nurul Falah

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verifikasi. Tujuan utama analisis data dalam penelitian kualitatif adalah mencari makna dibalik data, melalui pengakuan subyek atau pelakunya.

Hasil penetian menunjukkan bahwa analisis rasio likuiditas Yayasan Nurul Falah Bidang LAZIS untuk tahun 2014, 2015 dan 2016 mengalami fluktuasi, pada tahun 2014 rasio likuiditas mengalami penurunan dan pada tahun 2016 mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan yayasan dalam membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia masih cenderung tidak stabil. Di dalam faktor pendukung manajemen likuiditas, Yayasan Nurul Falah cenderung menjaga keuangannya agar tidak terjadi minus.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ……… .... iv

PERSEMBAHAN ... v

OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR TABEL ……….. xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi konsep ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II: KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kerangka Teori 1. Pengertian Organisasi Nirlaba ... 13

2. Bentuk Organisasi Berdasarkan Pendirian ... 14

3. Bentuk Organisasi Berdasarkan Kategori ... 25

4. Jenis-jenis Pendapatan Organisasi Nirlaba ... 26

5. Manajemen Likuiditas ... 33

6. Pengertian Manajemen Likuiditas ... 38

7. Fase-fase Likuiditas ... 39


(8)

9. Tingkat Likuiditas Lembaga Nirlaba ... 47

10. Analisis Rasio Likuiditas ... 48

BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 55

B. Objek Penelitian ... 56

C. Jenis dan Sumber Data ... 56

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 63

F. Teknik Validitas Data ... 65

G. Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Yayasan Nurul Falah ... 69

2. Visi, Misi dan Profil Yayasan Nurul Falah ... 70

3. Struktur Organisasi Yayasan Nurul Falah ... 71

B. Penyajian Data 1. Perumusan Program Yayasan Nurul Falah ... 72

2. Perumusan Manajemen Planning, Organizing dan Controling ... 77

3. Perumusan Likuiditas ... 88

4. Perumusan Sumber Pendapatan Organisasi Nirlaba ... 93

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) 1. Program LAZIS Yayasan Nurul Falah ... 102

2. Manajemen Planning, Organizing dan Controling ... 105

3. Analisis Rasio Likuiditas Yayasan Nurul Falah ... 109

4. Sumber Pendapatan Organisasi Nirlaba ... 117

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 118

B. Saran dan Rekomendasi ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 Sumber Pendanaan Lembaga ... 27 Bagan 2.2 Tahapan Pendanaan Lembaga ... 28 Bagan 2.3 Tahapan Pendapatan Biaya Lembaga ... 29


(10)

DAFTARTABEL

Tabel 4.1 Current Ratio ... 112

Tabel 4.2 Quick Ratio ... 113

Tabel 4.3 Cash Ratio ... 114


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai tujuan. Tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Banyak bentuk organisasi dalam kalangan masyarakat, salah satunya adalah organisasi nirlaba (non profit). Organisasi nirlaba adalah organisasi bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).1 Organisasi nirlaba

meliputi keagamaan, sekolah negeri, dema publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, dan serikat buruh. Menurut PSAK No. 45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber dana dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mangharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut.2

Organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan

1 Pahala Naiggolan, 2005, Akuntansi Keuangan dan Lembaga Nirlaba, PT Radja Grafindo

Persada, Jakarta. Hlm 1 2


(12)

tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata.3 Organisasi

non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.

Organisasi nirlaba di Indonesia saat ini masih cenderung menekankan pada prioritas kualitas program dan tidak terlalu memperhatikan pentingnya sistem pengelolaan keuangan.4 Padahal sistem pengelolaan keuangan yang baik diyakini merupakan salah satu indikator utama akuntabilitas dan transparasi sebuah lembaga. Pengetahuan dari staff keuangan mengenai pengelolaan keuangan organisasi nirlaba masih sangat minimal. Padahal untuk membangun sistem pengelolaan keuangan yang handal dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang cukup. Oleh sebeb itu perlu adanya pengetahuan mengenai manajemen keuangan.5

Manajemen keuangan merupakan segala aktifitas yang behubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolahan aktiva dengan beberapa tujuan yang menyeluruh.6 Keuangan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang segala aktivitas baik formal maupun informal. Dengan pengelolaan yang baik maka aktivitas atau kegiatan yang ada di lembaga tersebut akan berjalan dengan baik. Pengelolaan keuangan

3 Pahala Naiggolan, Akintansi Keuangan dan Lembaga Nirlaba, Hlm 1

4Angelia Novrina dan Rudy J. Pusung, 2015, “ Penerapan Laporan Keuangan organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No. 45 pada panti sosial tresna werdha hana” Jurnal riset ekonomi, manajemen, bisnis da akuntansi, Vol. 2, No. 2 , Universitas Sam Ratulangi

5 Angelia Novrina dan Rudy J. Pusung, “ Penerapan Laporan Keuangan organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No. 45 pada panti sosial tresna werdha hana” Jurnal riset ekonomi, manajemen, bisnis da akuntansi, Vol. 2, No. 2 , Universitas Sam Ratulangi


(13)

meliputi dua bidang umum, yaitu pemasukan dan pengeluaran. Pertama, surplus, yakni penerimaan keuangan lebih besar dari pengeluaran. Kedua, defisit, yakni pengeluaran keuangan besar dari pada penerimaannya.

Pengelolaan keuangan adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mengatur arus kas (cash flow) untuk mempertahankan likuiditas perusahaan serta memanfaatkan idle cash dan perencanaan cash. Dalam praktiknya selama perusahaan atau lembaga beroperasi terdapat macam-macam aliran kas. Pertama aliran kas masuk dan kedua aliran kas keluar. Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan terjadi terus menerus seumur hidupnya perusahaan. Oleh karena itu pihak manajemen perlu mengatur baik aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Hal-hal yang perlu diatur misalnya agar jumlah yang masuk selalu lebih besar ketimbang uang keluar. Dengan demikian, keseimbangan arus kas perusahaan dapat terjaga.7

Perencanaan keuangan merupakan proses pengambilan keputusan untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Manajemen keuangan meliputi (perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan serta pengendalian). Perencanaan keuangan yang sesuai dengan syariat Islam bertujuan mendatangkan kemaslahatan (keselamatan), baik di dunia maupun di akhirat, seperti yang diatur di dalam Al-qur’an surat Al- Furqan ayat 67:

اًماوق كل ٰذ نْيب ناكو اورتْقي ْملو اوفرْسي ْمل اوقفْنأ اذإ نيذّلاو

7


(14)

Artinya Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (QS. al-Furqon : 67).

Dalam ayat Al-Qur’an di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT mengasihi orang yang mencari rezeki yang halal, membelanjakannya secara hemat ( wajar ), dan menyimpan kelebihannya untuk kepentingan di saat sulit dan di saat memerlukannya. Perencanaan keuangan yang baik dan sesuai ayat diatas menjadi faktor utama dalam mendapatkan kemaslahatan dunia dan akhirat.

Manajemen keuangan selalu dikaitkan dengan istilah likuiditas. Istilah likuiditas merupakan salah satu istilah ekonomi yang sering digunakan untuk menunjukkan posisi keuangan ataupun kekayaan sebuah organisasi perusahaan. Tingkat likuiditas sebuah organisasi perusahaan biasanya dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk pengambilan keputusan orang-orang yang berkaitan dengan perusahaan. Beberapa pihak yang biasanya terkait dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan yaitu pemegang saham, penyuplai bahan baku, manajemen perusahaan, kreditor, konsumen, pemerintah, lembaga asuransi dan lembaga keuangan.

“Likuiditas bisa diartikan sebagai perihal posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat

pada waktunya”.8

8 Rony Kountur,2008, Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan, Penerbit PPM, Jakarta.


(15)

Semakin tinggi tingkat likuiditas sebuah organisasi perusahaan, maka semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat likuiditas sebuah organisasi perusahaan, maka semakin buruk lah kinerja perusahaan tersebut.9 Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi biasanya lebih berpeluang mendapatkan berbagai macam dukungan dari pihak-pihak luar seperti lembaga keuangan, kreditur, dan juga pemasok bahan baku.

Sedangkan likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar). Rasio likuiditas antara lain terdiri dari: Current Ratio adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Quick Ratio adalah membandingkan antara (total aktiva lancar dikurangi inventory) dengan kewajiban lancar.10

Yayasan Nurul Falah merupakan salah satu lembaga non profit yang berada di Surabaya. Yayasan Nurul Falah ini didirikan untuk tujuan sosial dalam memberikan layanan dan bantuan. Disamping itu Yayasan Nurul

9 S. Munawir, 2007. Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta. Hlm 158

10 Agus Sartono, 1997, Ringkasan Teori Manajemen Keuangan Soal Penyelesaiannya. BPFE,


(16)

Falah juga berfungsi sebagai pusat kegiatan umat Islam, antara lain kegiatan keagamaan, sosial, dan kemanusiaan. Keberadaan Yayasan Nurul Falah ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar.11

Manajemen Likuiditas merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan atau yayasan karena berhubungan dengan kemampuan yayasan untuk memenuhi jangka pendeknya saat ditagih. Manajemen Likuiditas yang ada di Yayasan Nurul Falah mampu mencatat pemasukan dan pengeluaran dengan baik, setelah peneliti membaca majalah Yayasan Nurul Falah halaman 38 pada bulan Oktober – Desember 2016 tentang laporan penerimaan dan penyaluran dana ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) pada majalah tersebut tertulis ada surplus atau yang disebut jumlah yang melebihi hasil biasanya.

Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang

berjudul “ Manajemen Likuiditas dalam Organisasi Non Profit (Studi Kasus Yayasan Nurul Falah Surabaya).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Manajemen Likuiditas dalam Organisasi NonProfit di Lazis Yayasan Nurul Falah Surabaya ?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung Manajemen Likuiditas di Lazis Yayasan Nurul Falah Surabaya ?


(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Manajemen Likuiditas dalam Organisasi Non Profit di Lazis Yayasan Nurul Falah Surabaya

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung Manajemen Likuiditas di Lazis Yayasan Nurul Falah Surabaya

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam Manajemen Likuiditas pada perusahaan Non Profit.

2. Sebagai bahan teoritis dalam Manajemen Likuiditas pada perusahaan Non Profit.

3. Dapat memberikan referensi masyarakat dalam penilaian suatu lembaga yang dilihat dari Manajemen Likuiditas.

4. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran bagi Yayasan Nurul Falah Surabaya dalam upaya meningkatkan Manajemen Likuiditas.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul

“Manajemen Likuiditas Dalam Organisasi Non Profit di Lazis Yayasan

Nurul Falah Surabaya”, maka istilah-istilah yang ada dalam judul ini perlu untuk diberi definisi masing masing.

a. Manajemen

Manajemen Merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara


(18)

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan.12

Dengan demikian manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut A.F Stoner dalam Handoko manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.13

b. Manajemen Likuiditas

Teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan dengan bagaimana mengelola dana dan sumber-sumber dana Yayasan agar dapat memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan likuiditas dalam kegiatan operasional Yayasan sehari-sehari.14

c. Organisasi Non Profit

Organisasi nonprofit adalah organisasi atau badan yang tidak menjadikan keuntungan sebagai motif utamanya dalam melayani masyarakat.15 atau disebut juga sebagai korporasi yang tidak membagikan keuntungan sedikitpun kepada para anggota, karyawan serta eksekutifnya.

12 Malayu S.P. Hisbuan, 2009, Manajemen dasar pengertian dan masalah, Bumi aksara, Jakarta,

hlm 1

13 T. Hani Handoko, 2008, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta: BPPE, Yogyakarta, hlm 4

14 Sianugan, muchdarsyah, 2003. Produktivitas apa dan bagaimana , PT Bumi aksara,Jakarta.

Hlm 21 15

J. Salusu, 2005. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Grasindo. Jakarta. Hlm 34


(19)

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang menjadi langkah-langkah dalam proses penyusunan tugas akhir ini selanjutnya yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan.

BAB II : Kajian Teoritik

Bab kedua adalah bagian skripsi yang menekankan pada aspek elaborasi teori dan riset terdahulu. Bagian ini amat penting untuk menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki landasan ilmiah dalam melakukan penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan secara rinci tentang metode dan teknik yang digunakan dalam mengkaji objek penelitian. Sebisa mungkin untuk menghindari pembahasan yang terlalu teoristis. Karena itu, penulisan bab ini harus lebih operasional dan siap pakai dengan menggunakan bahasa sendiri yang selaras dengan fokus penelitian.

BAB IV : Hasil Penelitian

Bab ini menyampaikan profil untuh dari objek yang diteliti sekaligus permasalahan yang dihadapinya. Dalam


(20)

penelitian Manajemen Likuiditas yang mengambil sampel Organisasi Non Profit sebagai objek penelitian. Data-data terkaitan dengan rumusan masalah harus disajikan secara tuntas disini, sehingga jawaban penelitian sudah bisa ditemukan hanya dengan membaca bab ini.

BAB V : Penutup

Bab terakhir yang ada di dalam skripsi adalah penutup. Bab ini merumuskan ulang dan menyimpulkan dari jawaban rumusan masalah penelitian.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Hasil Penelitian Terdahulu dan Referensi Terkait

Penelitian yang sebelumnya dilakukan berjudul "Pengaruh Pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan maturity terhadap peringkat obligasi perusahaan di bursa efek Indonesia" oleh Ni Kadek Sirma Nila Sucipta dan Henny Rahyuda mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali.16

Penelitian ini menggunakan metode observasi non-partisipan yaitu dengan mempelajari dan melihat laporan keuangan serta data obligasi perusahaan yang dipublikasikan pada situs resmi BEI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan, likuiditas perusahaan dan maturity secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi yang diterbitkan PT. REFINDO pada perusahaan di BEI pada periode 2009-2012.

Adapun perbedaannya dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang diteliti adalah perusahaan nonprofit, objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah perusahaan profit. Adapun persamaan penelitian ini adalah membahas tentang likuiditas. Metode penelitian yang dipakai menggunakan penelitian kualitatif.

16 Henny Rahyuda dan Sirma Nila Sucipta, 2015, “Pengaruh Pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan maturity terhadap peringkat obligasi perusahaan di bursa efek Indonesia” Vol. 4, No. 3, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali.


(22)

Penelitian yang kedua yaitu "Manajemen modal kerja yang efektif sebagai upaya meningkatkatkan dan mengendalikan likuiditas Studi Kasus PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang terdaftar di BEI periode 2011-2013. Penelitian ini dilakukan oleh Andriani Cita Rastanti, Sri Mangesti Rahayu dan Nengah Sudjana, mereka adalah mahasiswa Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.17

Jenis penelitian yang digunakan adalah diskripstif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa analisis rasio likuiditas perusahaan untuk tiga tahun terakhir yaitu 2011, 2012, dan 2013 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 dan 2013 rasio likuiditas mengalami penurunan dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia masih cenderung tidak stabil.

Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah dengan yang dilakukan mereka membahas topik yang sama, yaitu likuiditas. Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah pada objek yang dituju, pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di perusahaan nonprofit yaitu Yayasan Nurul Falah.

17 Andriani Cita Rastanti, Nengah Sudjana dan Sri Magesti Rahayu, 2014, “Manajemen modal kerja yang efektif sebagai upaya meningkatkatkan dan mengendalikan likuiditas Studi Kasus PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang terdaftar di BEI periode (2011-2013), Vol. 15, No. 1, Ilmu Admistrasi Universitas Brawijaya Malang.


(23)

B. Organisasi Nirlaba

Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan kegiatan yang mereka lakukan, organisasi ini tidak berorientasi pada penumpukan laba atau kekayaan semata.18 Lembaga nirlaba atau organisasi non profit

merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba. Adapun karakteristik organisasi nirlaba atau non profit sebagai berikut :19

- Organisasi non profit tidak mempunyai motif pencarian laba atau dengan kata lain bahwa motif mendapatkan keuntungan bukanlah tujuan utama bagi organisasi ini.

- Organisasi non profit dimiliki secara kolektif, artinya adalah hak pemilikan tidak ditunjukkan oleh saham yang dapat dimiliki secara perseorangan yang dapat dijual belikan.

- Pihak-pihak yang memberikan sumber keuangan kepada organisasi non profit ini, tidak harus menerima imbalan langsung, baik berupa barang, uang atau jasa.

18 Pahala Nainggolan, 2012. Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Yayasan Bina Integrasi

Edukasi, Jakarta. Hlm 1

19 Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi


(24)

1. Bentuk-bentuk Organisasi Nirlaba Berdasarkan Pendirian a. Yayasan

Yayasan pada mulanya digunakan sebagai terjemahan dari istilah Stichting yang berasal dari kata Stichen yang berarti membangun atau mendirikan dalam Bahasa Belanda dan Foundation dalam Bahasa Inggris.20 Yayasan adalah suatu badan yang

menjalankan usaha yang bergerak dalam segala macam badan usaha, baik yang bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak langsung bersifat komersial.21

Yayasan adalah suatu paguyuban atau badan yang pendiriannya disahkan dengan akte hukum atau akte yang disahkan oleh notaris, dimana yayasan itu aktifitasnya bergerak di bidang sosial, misalnya mendirikan sesuatu atau sekolah.22

Menurut UU No.28 Tahun 2004 Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. (UU No.28 Tahun 2004 pasal 1)

20S. Wojowasito, 1981, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ichtiar Baru- Van Hoeve, Jakarta. Hlm

634

21

Chatarasjid ais, 2002, Badan Hukum Yayasan, PT. Citra Aditiya Bakti, Cet, Ke-1, Bandung. Hlm 81


(25)

Yayasan dapat pula dipahami sebagai Badan Hukum yang mempunyai unsur-unsur :23

- Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan yaitu suatu pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang dan barang.

- Mempunyai tujuan sendiri yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

- Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, pembina dan pengawas.24

Sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas. Sebelum lahirnya UU No.28 Tahun 2004, organ yayasan terdiri dari pendiri, pengurus, dan pengawas internal. Maka yayasan yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas dijelaskan dalam: UU No.28 Tahun 2004 tentang Yayasan di Pasal 2.

Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

23 Ali Rido, 1981, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf, Penerbit Alumni , Bandung. Hlm 118

24

Ali Rido, 1981, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf, hlm 118


(26)

1) Pembina

Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-undang tersebut atau Anggaran Dasar.25 Pihak yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina adalah individu pendiri dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota, dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.

2) Pengurus

Peranan pengurus amatlah dominan pada suatu organisasi. Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan, yang diangkat oleh pembina berdasarkan keputusan rapat pembina. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai pembina dan pengawas. Hal ini untuk menghindari adanya tumpang tindih kewenangan, tugas dan tanggung jawab antara pembina, pengurus dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan yayasan atau pihak lain. Mengenai pengurus ini UU No.28 Tahun 2004 mengaturnya dalam pasal 31 sampai pasal 39.26

3) Pengawas

Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasehat pengurus dalam menjalankan

25

Chatmmarasjid Ais, 2002, Badan Hukum Yayasan, PT Citra Aditya Bakti, Cet Ke-1, Bandung. Hlm 22-23

26 C.S.T Kansil dan Cristine S.T. Kansil, 2002, Pokok-Pokok Badan Hukum, Cet Ke 1 , Jakarta.


(27)

kegiatan yayasan. Pengawas mengawasi serta memberi nasehat kepada pengurus. Pengawas tidak boleh merangkap sebagai pembina atau pengurus. Dalam UU Yayasan No.28 Tahun 2004 organ pengawas diatur dalam pasal 40 sampai dengan pasal 47.27 b. Association atau perkumpulan

Dalam peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia nomor 6 Tahun 2014 tentang pengesahan badan hukum perkumpulan, dijelaskan bahwa perkumpulan adalah “badan hukum yang merupakan kumpulan orang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan tidak membagikan

keuntungan kepada anggotanya”.28

Dengan terbitnya peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia nomor 6 tahun 2014 tentang pengesahan badan hukum perkumpulan yang merinci pengertian perkumpulan, membuat adanya keterkaitan perkumpulan dengan yayasan.29

Keterkaitan definisi yayasan dengan definisi perkumpulan terdapat pada tujuan badan hukum yaitu sama-sama bergerak dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Perbedaannya bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

27 C.S.T Kansil dan Cristine S.T. Kansil, 2002, Pokok-pokok Badan Hukum, Cet Ke 1 , Jakarta.

Hlm 49

28Peraturan menteri hukum dan ham nomer 6 tahun 2014 tentang pengesahan badan hokum

perkumpulan

29Peraturan menteri hukum dan ham nomer 6 tahun 2014 tentang pengesahan badan hokum


(28)

yang dipisahkan dari kekayaan para pendirinya sedangkan perkumpulan pada hakikatnya adalah kumpulan orang yang bertujuan tidak mencari keuntungan. Disamping itu yayasan merupakan badan hukum yang tidak memiliki anggota sedangkan badan hukum perkumpulan merupakan kumpulan orang, artinya mempunyai anggota.

Yayasan dan perkumpulan sebagai badan hukum merupakan "artificial person" (orang ciptaan hukum) yang hanya dapat melakukan perbuatan hukum dengan perantaraan manusia selaku wakilnya. Yayasan dan perkumpulan sangat tergantung pada wakil-wakilnya untuk melakukan perbuatan hukum, karenanya agar yayasan dan perkumpulan dapat dengan mudah melakukan perbuatan hukum tersebut yayasan dan perkumpulan harus mempunyai organ. Ketiadaan organ menyebabkan yayasan dan perkumpulan tidak dapat berfungsi dan mencapai maksud dan tujuan pendiriannya.

Perkumpulan berbadan hukum perdata di Indonesia dibagi 2 yaitu :30

1) Perkumpulan badan hukum perdata yang mencari keuntungan (profit) yaitu Perseroan Terbatas dan Koperasi.

a) Perseroan Terbatas;

30Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, PT.Pradaya Paramita,


(29)

UUPT secara jelas mengatur dan menyebutkan apa saja yang perlu dicantumkan dalam Anggaran Dasar PT sehingga didalam akta pendirian yang dibuat oleh setiap notaris akan memuat butir-butir yang disebutkan diatas sesuai aturan dan pedoman UUPT.31

Berdasarkan akta pendirian PT, maka para pendiri bersama-sama mengajukan permohonan secara online ke Direktorat Jenderal Administrasi Umum (Ditjen AHU) untuk memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

b) Koperasi

UU Koperasi secara jelas mengatur dan menyebutkan apa-apa yang perlu dicantumkan dalam Anggaran Dasar koperasi sehingga didalam akta pendirian yang dibuat oleh setiap notaris akan memuat butir-butir yang disebutkan diatas sesuai aturan dan pedoman UU Koperasi.

Fungsi dan wewenang dari perangkat organisasi koperasi secara jelas diatur pada Pasal 21 dalam Undang Undang 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah, dimana para pendiri mengajukan

31Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, PT.Pradaya Paramita,


(30)

permintaan tertulis disertai akta pendirian koperasi dengan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

2) Perkumpulan Badan Hukum Perdata yang tidak mencari keuntungan (non profit) yaitu Organisasi Massa, Partai Politik, Yayasan dan Perkumpulan.

a) Organisasi Masyarakat ( Ormas )

Untuk Ormas yang berbadan hukum dibagi menjadi dua, yang berbasis anggota dan yang tidak berbasis anggota. Pasal 11 UU Ormas menyebutkan bahwa Ormas berbadan hukum sebagaimana dimaksud dapat berbentuk perkumpulan atau yayasan. Sedangkan untuk organisasi masyarakat yang tidak berbadan hukum dapat dibentuk dan didirikan dengan memenuhi persyaratan. Dapat disimpulkan bahwa pengaturan organisasi masyarakat (Ormas) sangat jelas baik jenis organisasi masyarakatnya, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.32

b) Partai Politik

Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,


(31)

masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.33

c) Yayasan

Sebelum adanya undang-undang yang mengatur tentang yayasan, yayasan hanya merupakan alat yang secara fungsional menjadi sarana untuk hal-hal atau pekerjaan dengan tujuan sosial, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.34

Dengan diundangkannya Undang Undang Yayasan, maka pengertian yayasan menjadi lebih jelas. Sedangkan persyaratan yang ditentukan agar yayasan dapat diperlakukan dan memperoleh status sebagai badan hukum adalah pendirian yayasan sebagai badan hukum harus mendapat pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

d) Perkumpulan

Macam-macam perkumpulan yang tidak berbadan hukum pada dasarnya tidak bertujuan mencari laba atau keuntungan, didirikan hanya untuk sementara waktu dan tidak diumumkan

33Undang Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, pasal 1, Undang Undang Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

34 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, 2003, Hukum Yayasan di Indonesia, PT.Abadi, Indonesia


(32)

dandiberitahukan kepada pihak ketiga mengenai pendiriannya. Perkumpulan dapat didirikan melalui perjanjian yang sederhana dan tidak ada pengajuan formal atau tidak diperlukan adanya persetujuan pemerintah. Perjanjiannya bisa secara tertulis dengan akta pendirian ataupun lisan.

Akta pendirian adalah tidak mutlak, apabila ada akta pendirian maka biasanya dibuat dihadapan Notaris atau dalam bentuk otentik, kemudian dapat didaftarkan dalam Register di Kantor Panitera Pengadilan Negeri dimana perkumpulan tersebut berkedudukan. Para pengurus apabila tidak diatur dalam anggaran dasarnya, berwenang bertindak atas nama perkumpulan, mengikat perkumpulan didalam dan diluar pengadilan. Para Pengurus harus dapat menunjukkan bahwa diri mereka berwenang bertindak atas nama perkumpulan.35

Apabila dalam Anggaran Dasar tidak terdapat ketentuan mengenai kepengurusan perkumpulan, maka tidak seorangpun anggota perkumpulan yang berwenang bertindak atas nama perkumpulan. Namun ketentuan ini tidak berlaku apabila tindakan tersebut memberi manfaat bagi perkumpulan.36

35Pasal 1655 KUHPerdata: “ Para Pengurus suatu perkumpulan adalah sekedar tentang itu

tidak telah diatur secara lain dalam surat pendiriannya, perjanjian -perjanjiannya dan regelemen-reglemennya, berkuasa untuk bertindak atas nama perkumpulan, mengikat perkumpulan kepada orang-orang pihak ketiga dan sebaliknya, begitu pula bertindak di muka Hakim, baik sebagai penggugat maupun tergugat”.

36Pasal 1656 KUHPerdata: “Segala perbuatan, untuk mana para pengurusnya tidak berkuasa

melakukannya, hanyalah mengikat perkumpulan sekedar perkumpulan itu sungguh-sungguh telah mendapat manfaat karenanya atau sekedar perbuatan -perbuatan itu tekemudian telah disetujui secara sah.”


(33)

c. Lembaga

Lembaga sosial sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan association.37

Lembaga sosial berfungsi sebagai pedoman bagi manusia dalam bersikap dan bertingkah laku. Lembaga sosial berfungsi sebagai unsur kendali bagi manusia agar tidak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Secara individual lembaga sosial mempunyai fungsi ganda dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu:

a) Mengatur diri pribadi manusia agar ia dapat bersih dari perasaan-perasaan iri, dengki, benci, dan hal-hal yang menyangkut kesucian hati nurani.

b) Mengatur perilaku manusia dalam masyarakat agar tercipta keselarasan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam hal ini manusia diharapkan dapat berbuat sopan dan ramah terhadap orang lain agar dapat tercipta pula suatu kedamaian dan kerukunan hidup bersama.38

37 Anwar, Yesmil & Adang, 2013, Sosiologi Untuk Universitas, Cetakan Pertama, PT Refika

Aditama, Bandung. hlm 200

38 Anwar, Yesmil & Adang, 2013, Sosiologi Untuk Universitas, Cetakan Pertama, PT Refika


(34)

Pada dasarnya lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu antara lain :39

a) Memberi pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapai masalah-masalah dalam masyarakat yang terutama menyangkut kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan.

b) Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan. c) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk

mengadakan sistem pengendalian sosial (social control), yaitu system pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Berdasarkan teori peran dan lembaga sosial di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peran lembaga sosial adalah aktivitas yang dilakukan berdasarkan status masing-masing yang dimiliki seorang individu atau kelompok. Dalam suatu sistem hubungan sosial yang terorganisir atau teratur yang memperlihatkan adanya nilai-nilai, norma, peraturan, peran-peran dan cara-cara berhubungan satu sama lain, yang di atur bersama guna memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat tertentu, yang tujuannya untuk bisa melakukan kontrol terhadap setiap anggota.


(35)

4) Bentuk-bentuk Organisasi Berdasarkan Kategori

a. Lembaga nirlaba donasi, lembaga tersebut mengandalkan pendapatannya dari sumbangan.

b. Lembaga nirlaba komersial, lembaga ini pendapatannya barasal dari anggota berupa charger atau sewa dari pemakaian harta lembaga ini.

c. Lembaga nirlaba mutual merupakan lembaga yang dikelola oleh para anggotanya yang notabene adalah pemakai jasa dari lembaga itu sendiri.

d. Lembaga nirlaba entrepreneurial, lembaga ini dikelola oleh para professional yang memang khusus diberi gaji untuk mengelolanya.40

Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.45 organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam pelaksanaan kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada penumpukan laba atau kekayaan semata.

40Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi


(36)

5) Jenis-jenis Pendapatan Organisasi Nirlaba

Menurut Pahala Nainggolan bahwa pengelolaan keuangan dalam suatu lembaga berfungsi untuk menyediakan dan mengalokasikan sumber dana yang didapatkan dan diperlukan untuk apa saja agar bisa menjamin terselenggaranya kegiatan -kegiatan yang ada di lembaga.41 Dari istilah pengelolaan, maka tentu kaitannya

dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan atau evaluasi. Penyusunan pengelolaan keuangan lebih lanjut Nainggolan menyebutkan sebagai berikut:

a. Penyusunan anggaran sebagai wujud dari kegiatan perencanaan.

b. Arus kas masuk dari pendapatan serta arus kas keluar dari pengelolaan administrasikan dan dilaporkan.

c. Audit dan evaluasi serta analisa atas kinerja keuangan lembaga dilakukan sebagai perwujudan dari aspek evaluasi.

Potensi serta jenis pendapatan yang bisa diperoleh oleh lembaga nirlaba lebih bervariasi dari lembaga komersial. Yayasan misalnya, selain memperoleh pendapatan dari sumbangan dan donasi, ia juga dapat menjalankan unit usaha komersial. Demikian juga asosiasi, perkumpulan, koperasi atau organisasi para profesi tertentu yang dapat memperoleh pendapatan dari anggotanya sambil memiliki unit usaha komersial.

41Pahala Nainggolan, 2012. Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Yayasan Bina Integrasi


(37)

Sumber-sumber dana bagi lembaga nirlaba di Indonesia dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bagan 1 Sumber Pendanaan Lembaga :

Sumber : Pahala Naiggolan.42

Pendapatan yang diperoleh oleh lembaga adalah untuk membiayai semua kegiatan-kegiatan yang berlaku di yayasan, seperti membiayai pendidikan sekolah, kesehatan, makan, dan lain sebagainya. Semuanya harus bisa diatur secara baik. Yayasan mendapatkan dana bisa melalui donatur, masyarakat, dermawan, atau sekumpulan anggota pengajian.

42Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi

Edukasi, Jakarta. hlm 11

Kegiatan program lembaga : misalnya, spp sekolah, tariff

layanan kesehatan. Sumbangan, donasi atau dana hibah dari individu atau lembaga

donor local dan internasional. Pendapatan dari hasil investasi dana abadi maupun dana investasi

lembaga.

Iuaran anggota : misalnya, asosiasi, perkumpulan, organisasi

profesi.

Keuntunggan dari usaha komersil unit usaha yang kegiatannya tidak


(38)

Selanjutnya arus pendapatan yang diperlukan bagi yayasan yaitu untuk memenuhi biaya program yang sudah direncanakan. Seperti sumber-sumber biaya untuk yayasan sebagai berikut:

Bagan 2 Tahapan Pendanaan Lembaga

Sumber : Pahala Naiggolan.43

Pendapatan pada lembaga nirlaba digunakan untuk beberapa tahap. Pada lembaga yang baru berdiri, pendapatan diharapkan dapat memenuhi biaya operasional lembaga. Pendapatan digunakan untuk membiayai pengeluaran gaji staff, sewa ruang kerja, biaya komunikasi, alat tulis kantor dan sejenisnya.

Lembaga mampu memiliki sumber dana sendiri untuk menjalankan program yang merupakan cita-cita pendiriannya. Pendapatan yang diperoleh selama satu tahun mampu menutupi biaya operasional dan biaya program untuk tahun tersebut. bila

43Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi

Edukasi, Jakarta. hlm 12

Biaya

Oprasional.

Biaya Kegiatan

Program.

Dana Mandiri

Untuk Kegiatan


(39)

sudah tercapai maka lembaga setidaknya sudah dapat melakukan cita-cia kegiatannya pada tahun berjalan.

Lembaga memiliki sumber pendapatan yang tetap. Artinya ada tidaknya kegiatan program, dana untuk itu sudah tersedia. Ketersediaannya bahkan mencakup beberapa tahun ke depan. Sehingga perencanaan kegiatan program dapat berjalan lebih baik.

Selanjutnya arus biaya yang direncanakan didalam yayasan organisasi mereka harus mempunyai tahapan yang lebih maju dari sebelumnya. Seperti sumber-sumber yang ada dibawah ini:

Bagan 3 Tahapan Pendapatan Biaya Lembaga

Sumber : Pahala Naigggolan.44

Jadi, biaya yang dipergunakan untuk membiayai semua program dan kegiatan yang ada didalam lembaga bisa berjalan terus karena pengaturan keuangan yang bagus, mereka membiayai biaya tahunan dari surplus atau pendapatan dari kelebihan dana

44Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi

Edukasi, Jakarta, hlm 13 Pendapatan =

Biaya. Tahun Berjalan

Pendapatan > Biaya Surplus Tahun

Berjalan

Pendapatan Tersedia Sepanjang


(40)

yang sudah disediakan, kemudian dipakai untuk kegiatan atau program tahun kedepannya. Mereka membiayai semua program melalui sisa-sisa anggaran tahun lalu yang dikumpulkan dan di keluarkan untuk kebutuhan tahun yang akan datang, sehingga lembaga tidak perlu kawatir dengan adanya dana, karena dana yang diperlukan untuk program tahun depan sudah dipersiapkan, dan mendapatkan pendapatan dari deposit yang bunga depositonya bisa dipergunakan untuk kegiatan melalui dana abadi. Adapun jenis-jenis pendapatan lembaga nirlaba sebagai berikut :45

1. Pendapatan dari Kegiatan Program Lembaga

Untuk lembaga yang memiliki potensi untuk memperoleh pendapatan justru dari kegiatan programnya sendiri, tiga hal penting yang perlu diperhatikan sebagai landasan bagi perolehan pendapatannya.

a) Kelangsungan hidup lembaga

Suatu lembaga berdiri dan beroperasi tentu diharapkan untuk jangka panjang. Dukungan dana dari pendiri atau donator tentu tidak dapat diharapkan selama-lamanya. Dengan demikian lembaga harus berusaha agar mandiri. Dalam sisi pendanaan, kemandirian ini dapat dilihat dari adanya sumber-sumber dana selain dari pendiri lembaga. Dalam jangka panjang diharapkan pendiri atau bahkan donator lainnya bila

45Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi


(41)

menghentikan donasinya, maka lembaga tetap dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

b) Perluasan Pelayanan Lembaga

Lembaga dengan misi pelayanan tentu diharapkan dapat memperluas cakupan pelayanannya. Suatu lembaga pendidikan diharapkan dapat menjangkau lebih banyak lagi calon murid. Dengan demikian manfaatnya bagi masyarakat menjadi lebih besar. Untuk itu, lembaga memerlukan lebih banyak sumber dana, bila dana yang ada hanya untuk menjalankan kegiatan sekarang, maka dibutuhkan pendapatan tambahan untuk memperluas cakupannya. Pendapatan dari kegiatan lembaga saat ini dapat diharapkan menjadi sumber perluasan kegiatan lembaga.

c) Penghargaan dari masyarakat untuk jasa yang diberikan

Seluruh pelayanan yang gratis akan diapresiasi atau dihargai oleh penerimanya, dengan mewajibkan pengguna untuk membayar, yang berarti pendapatan bagi lembaga. Mereka justru akan menghargai jasa tersebut.46

2. Pendapatan dari sumbangan atau donasi

Sumbangan merupakan pendapatan yang didapatkan tanpa harus menyajikan suatu balasan jasa atau produk langsung kepada pemberinya. Dengan demikian, sumbangan adalah murni

46

Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi Edukasi, Jakarta, hlm 14-15


(42)

merupakan niat baik dari pemberinya. Sumbangan dapat diberikan oleh suatu badan maupun oleh individu. Demikian juga komitmen pemberiannya. Sumbangan dapat berupa pemberian insidental, hanya sekali. Bisa juga sumbangan diberikan secara regular atau teratur.47

3. Pendapatan dari grant atau hibah

Pendapatan dari grant atau hibah hampir sama dengan sumbangan. Bedanya, hibah kebanyakan diberikan oleh suatu lembaga daripada oleh individual. Belakangan ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah pun sudah banyak mengadopsi pemberian hibah ini kepada lembaga nirlaba seperti yayasan, LSM, Kelompok masyarakat dan sejenisnya.

4. Pendapatan dari bunga, dan hasil investasi lainnya

Pendapatan yang bersumber dari bunga dan hasil investasi lainnya merupakan capital income. Pendapatan ini diperoleh dari suatu modal atau aset lembaga. Untuk memaksimalkan jumlahnya amat tergantung pada berapa besar nilai investasinya.48

Tidak semua lembaga memiliki capital atau dana yang besar yang dapat dikelola untuk menghasilkan pendapatan. Dengan dana abadi tersebutlah yang digunakan untuk membiaya operasional dan program lembaga.

47Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi

Edukasi, Jakarta, hlm 17

48

Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi Edukasi, Jakarta, hlm 21


(43)

5. Pendapatan dari iuran anggota

Pendapatan dari iuran masyarakat lembaga untuk memiliki anggota. Bentuk-bentuk lembaga seperti perkumpulan, asosiasi, kumpulan profesi memungkinkan untuk kondisi tersebut. Perkumpulan sebagai salah satu badan hukum lembaga nirlaba memiliki anggota.

6. Pendapatan dari usaha komersial

Lembaga nirlaba memiliki peluang untuk memperoleh pendapatan dari usaha komersial. Untuk lembaga berbentuk yayasan, sebagaian pendapatan dari assetnya dapat digunakan untuk unit usahanya. Terdapat beberapa pilihan yang dapat diambil untuk memperoleh pendapatan lewat usaha komersial. Pertama, lembaga terlibat langsung dalam kegiatan komersial. Untuk itu, lembaga menyediakan modal dan mengelola langsung kegiatan komersialnya. Kedua, lembaga tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan komersial ini. Lembaga berfungsi sebagai investor.49

C. Manajemen Likuiditas 1. Manajemen

Manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara

49Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi


(44)

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan.50

Sehingga manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut A.F Stoner yang dikutip oleh Handoko menyatakan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.51

Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana diterangkan oleh Nickels, McHugh and McHugh, yang dikutip oleh Erni Tisnawati dan Kuriawan Saefullah terdri dari empat fungsi sebagai berikut :52

a. Planning atau perencanaan, merupakan proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

b. Organizing atau pengorganisasian, merupakan proses menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

c. Directing atau pengarahan, merupakan proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat

50 Malayu S.P. Hisbuan, 2009, Manajemen dasar pengertian dan masalah, Bumi aksara, Jakarta,

hlm 1

51 T. Hani Handoko, 2008, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta: BPPE, Yogyakarta, hlm 4

52Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, 2009, pengantar manajemen, Kencana, Jakarta, hlm


(45)

menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

d. Controlling atau pengendalian dan pengawasan, merupakan proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.53

Manajemen merupakan unsur terpenting untuk keberhasilan atau kegagalan dalam suatu lembaga. Manajemen tergantung kepada pimpinan bagaimana mendorong dan menggerakkan anggotanya kearah tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Organisasi membutuhkan unsur-unsur manajemen untuk mempermudah pencapaian tujuan yang sudah diterapkan sejak awal dan unsur-unsur manajemen haruss disepakati oleh seluruh pengurus yang ada dilembaga unsur-unsur manajemen tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Manusia (man) merupakan factor terpenting untuk mencapai keberhasilan suatu lembaga, karena manusia mempunyai peran yang sangat penting sebagai tenaga kerja dan sebagai pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan organisasi.54

b. Uang (Money) merupakan unsur manajemen yang tidak bisa dipisahkan dalam organisasi, sehingga dengan adanya dana yang mencukupi kegiatan atau aktivitas yang ada diorganisasi bisa

53 Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, 2009, pengantar manajemen, Kencana, Jakarta, hlm

7-8


(46)

berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan bersama-sama.

c. Barang (Material) merupakan unsur manajemen yang sangat penting yang berkaitan dengan organisasi agar kegiatan dan program yang sudah direncanakan sejak awal dapat terlaksana. Dengan adanya barang atau perlengkapan didalam organisasi akan mempermudah untuk menjalankan aktivitas sesuai tujuannya. d. Mesin (Machine) didalam unsur manajemen sangat penting sekali

untuk dimiliki oleh lembaga. Suatu organisasi harus memiliki mesin sebagai penggerak berjalannya aktifitas organisasi agar mencapai tujuan. Jadi seorang pemimpin harus mengusahakan untuk memiliki alat agar aktifitasnya berjalan dengan lancar. Dengan demikian seorang pemimpin harus bisa mengikuti perubahan zaman yang semakin canggih, perkembangan teknologi informasi.

e. Metode (Method) atau cara merupakaan konsep yang harus dimiliki oleh organisasi, karena metode mempunyai fungsi yang sangat penting dalam upaya untuk mencappai tujuan organisasi. Organisasi harus melakukan langkah-langkah yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan.55


(47)

2. Manajemen Dalam Perspektif Islam

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwatkan Imam Thabrani.56

إ

هل

بحي

اه إ

هل هع

مك هحهأ

هله هعلا

هأ

هه ق تي

Artinya“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas).”(HR Thabrani).

Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah subhanahu wa ta’ala. Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik,

tepat, dan tuntas merupakan hal yang disyari’atkan dalam ajaran

Islam.

Proses-proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan atas segala sesuatu secara mantap untuk melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu sesuai dengan

56 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah, Gema Insani, Jakarta, hlm.


(48)

aturan serta memiliki manfaat. Dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dari Abi Hurairah Rasulullah saw. Bersabda,

هي عهي ها اه يف هاه لا ه ق ء ره لا ها سإ ن سح نم

Artinya “diantara baiknya, indahnya keislaman seseorang adalah yang selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya.”(HR Tirmidzi).57

Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan, maka tidak termasuk dalam kategori manajemen yang baik. Pendekatan manajemen merupakan suatu keniscayaan, apalagi jika dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga. Dengan organisasi yang rapi, akan dicapai hasil yang lebih baik dari pada yang dilakukan secara individual. Kelembagaan itu akan berjalan dengan baik dan organisasi apapun senantiasa membutuhkan manajemen yang baik. Manajemen syariah membahas perilaku yang diupayakan menjadi amal saleh yang bernilai abadi.

3. Likuiditas

a. Pengertian Likuiditas

Manajemen Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan atau yayasan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam

57 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah, Gema Insani, Jakarta, hlm.


(49)

jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia.58 Pengertian

likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih (kewajibaan jangka pendek).59 Kewajiban keuangan suatu perusahaan atau lembaga pada dasarnya digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

- Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan ( kreditur)

- Kewajiban keuangan yang berhubungan dengaan proses produksi,

- Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan dinamakan likuiditas badan usaha sedangkan yang berhubungan dengan pihak intern atau proses produksi dinamakan likuiditas perusahaan. b. Fase-fase Likuiditas

Pengelolaan likuiditas di sektor bisnis didefinisikan sebagai alokasi likuiditas sumber daya untuk memenuhi kebutuhan sumber daya dalam pembayaran kewajiban yang harus dibayar.60 Tujuan

58 Wiagustini, 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Udayana University Press, Denpasar.

Hlm 76

59 Bambang Riyanto, 1995, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE cet ke1, Yogyakarta.

Hlm 25

60George Galliger and P. Bansul Healey, 1987, Likuidity Analisis and Mananagement, Reading,


(50)

mendasar pengelolaan likuiditas adalah untuk memastikan solvabilitas perusahaan (membayar tagihan karena jatuh tempo) atau memastikan kelangsungan hidup perusahaan. Masalah utama dalam pengelolaan likuiditas adalah meminimalkan "risiko kepailitan" dengan (1) menentukan berapa banyak investasi di masing-masing komponen aset lancar dan mengalokasikan kebutuhan dana untuk setiap komponen arus kewajiban, dan (2) mengelola investasi dan alokasi ini secara efektif dan efisien. a) Layers of liquidity atau lapis likuiditas

Liquidity Tier Comments

Arus kas, saldo kas, dan

portofolio investasi

Paling cair

Kredit jangka pendek lebih dari sekedar saldo kas dan

investasi ST, menyediakan

sebagian besar cadangan

likuiditas untuk bisnis

Renegosiasi kontrak utang Contohnya adalah untuk

menunda pembayaran,

menawarkan layanan dengan

harga lebih rendah, menawarkan persyaratan kredit yang lebih mudah, atau mengubah posisi persediaan

Penjualan aset Beberapa pemberi pinjaman

lebih fleksibel daripada yang lain

Kebangkrutan Tujuan kebangkrutan adalah

dengan membeli waktu untuk melakukan reorganisasi dengan

melindungi organisasi dari

kreditur. Kebangkrutan bisa berujung pada reorganisasi atau likuidasi.61

61John Zietloe, Jo Ann Hankin & Alan Seidner, 2007, Financial Management For Nonprofit


(51)

b) Solvency

Solvency merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.62

c) Liquidity

Sebuah organisasi likuid bila dapat membayar tagihannya tepat waktu tanpa biaya yang tidak semestinya.

d) Financial flexibility

Fleksibilitas finansial secara operasional, menunjukkan bahwa hal tersebut diukur oleh kemampuan organisasi untuk "menggunakan sumber keuangannya dalam memenuhi kebutuhan program, membayar hutang yang jatuh tempo, atau memenuhi persyaratan tunai yang tidak diharapkan atau

kesempatan”.63

c. Faktor-faktor dalam Likuiditas a) Faktor institusi

i. Primary Financial Objective atau tujuan keuangan primer Bisnis berupaya memaksimalkan kekayaan pemegang saham sebagai tujuan keuangan utama. Tujuan ini mendorong bisnis untuk terus meningkatkan arus kas dan diberi postur risiko tertentu. Likuiditas cenderung menjaga dirinya sendiri,

62John Zietloe, Jo Ann Hankin & Alan Seidner, 2007, Financial Management For Nonprofit

Organizations, Policies and Practieces, Wiley. Hlm 31

63

Mary F. Foster, Howard Becker, and Richard J. Terrano,1998 Miller GAAP for Not-For-Profit Organizations(San Diego: Harcourt Brace Professional Publishing, 1998)


(52)

kecuali dalam kasus di mana (1) pertumbuhan dikombinasikan dengan margin keuntungan rendah dan periode pengembangan produk, persediaan, atau penjualan piutang yang lama, atau (2) organisasi dalam penurunan.64

ii. Limited and Volatile Revenue Stream atau aliran pendapatan terbatas

Organisasi nirlaba komersial sangat mirip dengan bisnis, namun lembaga nonprofit yang donaturnya tidak memiliki tuas atau pengungkit harga untuk memperoleh pendapatan dari layanan inti mereka. Sejalan dengan itu, mereka tidak dapat meningkatkan atau menurunkan harga dan memilih perubahan yang sesuai berdasarkan seberapa responsif pembelian pelanggan terhadap harga untuk meningkatkan pendapatan saat menghadapi kekurangan arus kas atau potensi arus kas saat ini. Jika sebuah organisasi meningkatkan dana sebelum penyampaian program dan layanan, strategi pengelolaan likuiditas secara eksplisit mengakui kebutuhan dan nilai tingkat likuiditas yang lebih tinggi. Bagi sebagian besar organisasi, pendekatan pengelolaan likuiditas proaktif untuk memenuhi kebutuhan masa depan adalah pendekatan yang dianjurkan.

64John Zietloe, Jo Ann Hankin & Alan Seidner, 2007, Financial Management For Nonprofit


(53)

iii. Inability to issue stock to raise equity capital atau

Ketidakmampuan menerbitkan saham untuk meningkatkan modal ekuitas

Organisasi nirlaba menghadapi kendala dana tambahan karena mereka tidak dapat menerbitkan saham. Ekuitas internal tersedia bagi organisasi-organisasi ini sejauh mereka menerapkan surplus operasi, terlibat dalam kampanye modal, atau membangun wakaf. Secara terus menerus, satu-satunya alat untuk mengumpulkan modal ekuitas (nonborrowed) adalah memperoleh surplus (setara keuntungan) pada operasi. Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar organisasi donatur berbasis agama mempertimbangkan jeda keuangan untuk menjadi tujuan utama keuangan mereka, yang menggambarkan bahwa mereka tidak mau mendapatkan surplus yang signifikan.65

iv. Time restricted and use restricted donations atau sumbangan yang dibatasi waktu dan penggunaan dibatasi

Mungkin hambatan yang paling signifikan untuk mencocokkan arus masuk kas ke arus kas keluar berasal dari sebagian besar sumbangan berbatas waktu atau penggunaan terbatas. Arus keluar tunai untuk pengeluaran yang tidak

65John Zietloe, Jo Ann Hankin & Alan Seidner, 2007, Financial Management For Nonprofit


(54)

mudah atau saat ini didanai oleh donor menimbulkan ancaman signifikan terhadap posisi likuiditas lembaga nonprofit.

v. Operating characteristics of donative nonprofit atau karakteristik operasi lembaga non profit

Proses keuangan organisasi nirlaba dapat dicirikan secara akurat sebagai sistem arus kas. Banyak badan amal dan masjid menerima uang tunai dari pemberian dana hibah, memegang uang tunai untuk sementara, dan kemudian mencairkan uangnya ke organisasi lain, anggota, klien, atau penerima manfaat lainnya. Yayasan sekolah, amal makanan dan perawatan kesehatan, yang mengubah uang tunai menjadi layanan atau produk, juga mendapat keuntungan besar dari pengelolaan likuiditas.66

b) Managerial Philosophy Factors

i. Major reluctance to earn surpluses atau keengganan utama untuk mendapatkan surplus

Organisasi berbasis keyakinan telah didominasi oleh pemecah bagi keuangan yang terpilih. Bukti yang menarik mengenai surplus aktual diberikan oleh yang menemukan bahwa badan amal tidak menghasilkan surplus sementara organisasi nirlaba lainnya rata-rata memperoleh surplus 10

66John Zietloe, Jo Ann Hankin & Alan Seidner, 2007, Financial Management For Nonprofit


(55)

persen (sebagai persentase dari total pendapatan).67 Dengan

meneruskan akumulasi pendapatan bersih positif, organisasi-organisasi ini adalah melewati sumber utama likuiditas dalam bisnis (terutama yang memiliki margin keuntungan tinggi, seperti microsoft). Keuntungan juga dianggap oleh beberapa orang sebagai sumber kas nirlaba yang paling dapat diandalkan.

ii. Resistance to engage in short term borrowing atau perlawanan untuk melibatkan peminjaman jangka pendek

Organisasi nirlaba termasuk dalam database IRS 990 tahun 1986 yang terlibat dalam beberapa peminjaman, kita tidak tahu berapa banyak dari organisasi ini yang menggunakan hutang jangka pendek. Banyak organisasi yang menggunakan pinjaman hipotek untuk pabrik dan peralatan akan menolak pinjaman jangka pendek, karena berisiko untuk bergantung pada dana pinjaman untuk membiaya operasi. Utang jangka pendek, seperti dicatat oleh model Kallberg dan Parkinson, adalah yang kedua tingkat likuiditas untuk sebuah organisasi.68

67 John T. Zietlow, “Capital and Operating Budgeting Practices in Pure Nonprofit Orga-nizations,”Financial Accountability & Management5, no. 4 (1989): 219–232. Zietlow, “Organizational and Financial Goals and Policiesin Religious Organizations.

68 Howard P. Tuckman and Cyril F. Chang,“How Well Is Debt Managed by Nonprofits?”


(56)

iii. Insufficient liquidity monitoring, management, or projection atau Pemantauan, pengelolaan, atau proyeksi likuiditas yang tidak mencukupi

Dengan satu pengecualian, bukti survei menunjukkan bahwa sebagian besar organisasi berbasis kepercayaan tidak cukup memperhatikan teknik pemantauan, pengelolaan, dan proyeksi likuiditas yang ada. Seperti yang ditunjukkan dalam tanggapan survei tahun 1992 sampai 1994 yang dilaporkan sebelumnya, kurang dari setengah organisasi melakukan tugas minimal yang diperlukan untuk memantau, mengelola, dan memproyeksikan kebutuhan likuiditas dengan benar.

c) Liquidity Implications Of Institutional and Managerial Philosophy Factors

i. Keputusan struktur permodalan mendukung surplus yang diinvestasikan kembali sebagai sarana utama untuk membiayai aset. Organisasi-organisasi ini jelas sangat menghindari risiko, berdasarkan temuan survei yang dilaporkan di sini, dan hanya akan menggunakan hutang jangka pendek terbatas untuk melengkapi ekuitas.69 Organisasi-organisasi ini harus didorong untuk beroperasi pada surplus.

69Wacht, “A Financial Management

Theory of the Nonprofit Organization,”and Wacht, Finan-cial Management in Nonprofit Organizations


(57)

ii. Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi kelangsungan hidup non donatur. Hal ini berlaku untuk solvabilitas jangka pendek, likuiditas, dan fleksibilitas finansial serta solvabilitas jangka panjang, atau yang kadang-kadang disebut "likuiditas strategis." Istilah ini mengacu pada kemampuan untuk memanfaatkan peluang strategis baru, memperluas layanan baru atau memasarkan, membangun infrastruktur, atau melakukan investasi besar lainnya. Ini berfokus pada likuiditas dalam jangka panjang, dengan mengenali kemungkinan risiko yang mungkin timbul dalam bentuk kondisi operasi yang tidak terduga dan berpotensi merugikan.

d. Tingkat Likuiditas Lembaga Nirlaba

- Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan

- Menghasilkan barang atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas tersebut;

- Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya organisasi nirlaba, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau pemilikan


(58)

tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas. Dalam organisasi nirlaba, organisasi itu sendirilah yang menjadi pemilik dan bukan para pengurus ataupun pekerjanya.70

e. Analisis Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainya dengan kewajiban lancarnya. Salah satu alat untuk mengukur likuiditas adalah rasio lancar (current ratio) yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.71 Adapun tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas sebagai berikut :

- Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

- Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

- Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa

70

Arifin Sabeni, Imam Ghozali, 2001, Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan, Edisi 4, BPFE, Hlm 5

71 Brigham dan Houston, 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.


(59)

memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

- Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

- Untuk mengukur seberapa besar utang kas yang tersedia untuk membayar utang.

- Sebagai alat perencanan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

- Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

- Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

- Menjadi pihak pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya dengan melihat rasio likiditas yang ada pada saat ini.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan atau yayasan untuk mengukur kemampuan, sebagai berikut :72


(60)

1) Rasio lancar (current ratio)

Rasio lancar atau yang disebut dengan (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan atau yayasan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio sebagai berikut :

Current Ratio =� �� Lan� � � � � � �� x100% Aktiva lancar (current Assets) merupakan harta perusahaan yang dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Sedangkan utang lancar (current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun), artinya hutang harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun.73

2) Rasio sangat lancar (quick ratio)

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau hutang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan.


(61)

Quick Ratio = � � �� �−� � � x100% 3) Rasio kas (cast ratio )

Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti tabungan yang ada di bank (yang dapat ditarik setiap saat menggunakan ATM).

Cash Ratio = �� �+ � x100%

4) Inventory to net working capital

Inventory to net working capital merupakan rasio yag digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan atau yayasan . Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.74

Net Working Capital = �� � � ������ − � ��� ������ Sedangkan menurut Kamsir, yang dikutip oleh Fred Weston dan Agus Sartono menyatakan bahwa jenis-jenis likuiditas yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas ada dua :75

74

Kamsir,2015. Analisis Laporan Keuangan, PT RAJAGRAFINDO ERSADA, Jakarta. Hlm 134


(62)

- Current Ratio adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

- Quick Ratio adalah membandingkan antara (total aktiva lancar dikurangi inventory) dengan kewajiban lancar.

Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang akan jatuh tempo melalui sumber informasi tentang modal kerja. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut

dalam keadaan “Likuid”. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak

mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan

dalam keadaan “Ilikuid”.

f. Manajemen Likuiditas Dalam Perspektif Islam

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu lembaga menutupi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan asset atau aktivanya yang paling likuid atau paling mudah dikonversi menjadi uang kas. Likuditas diukur dengan perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar. Artinya dengan posisi aktiva lancar yang lebih besar dengan hutang lancar berarti lembaga berada dalam posisi likuid, jadi ketika lembaga berhenti beroperasi sewaktu-waktu, maka hutang jangka pendek


(63)

yang dimiliki dapat dibayar dengan menggunakan aktiva atau asset lancarnya. Kedua komponen ini digunakan sebagai perbandingan (aktiva lancar dengan hutang lancar) karena kecepatannya dikonversi menjadi uang kas kurang dari satu tahun atau satu siklus akuntansi. Dengan demikian suatu lembaga dikatakan memiliki likuiditas yang baik jika sumber untuk membayar hutang jangka pendek lebih besar dari hutang itu sendiri.76 Manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan tentang bagimana mengelola dana dan sumber-sumber dana yang ada di suatu lembaga atau yayasan.

Setiap lembaga atau yayasan mengharapkan kondisi keuangannya mengalami surplus. Jadi, stabilitas keuangan menjadi pilihan utama baik menekan sisi pengeluaran, sisi penerimaan atau keduanya. Keseimbangan demikian sesuai dengan petunjuk hadits dibawah ini.

ن ب جا هح نهع ميح رلا بهع ن ب هحم ي هث هح ٍج يهرج ن با نهع ٍمصاهع وبهأ اه هث هح

ر يهب زلا ن ب ل بهع ن ب ا بهع نهع ه ه يه م يبهأ ن با ينهرهب خهأ ه اهق ٍج يهرج ن با نهع ٍ هحم

ل ى هص ِيب لا ىهلإ هءاهج اه نهأ اه هع ل هيضهر ٍر هب يبهأ ت ب هءاه سهأ نهع هرهب خهأ

ت عهطهت سا اهم ي هض را ك يه هع ل هيعويهف يعوت ها ه اهقهف هم هسه ه يه هع

Artinya :Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Ashim] dari [Ibnu Juraij]. Dan diriwayatkanpula telah menceritakan kepada saya [Muhammad bin 'Abdur Rahim] dari [Hajjaj bin

76Pahala Naiggolan, 2012, Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba, Yayasan Bina Integrasi


(1)

120

dalam membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia masih cenderung tidak stabil.

3. Faktor pendukung manajemen likuiditas yang ada di yayasan nurul falah Surabaya, lebih fokus pada menjaga keuangan agar tidak terjadi deficit.

B.Saran dan Rekomenasi

Berdasarkan temuan penelitian di lapangan tentang Manajemen Likuiditas dalam Organisasi Non profit Yayasan Nurul Falah Surabaya, maka dapat dikemukakan beberapa saran dan rekomendasi yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi kemajuan yayasan, antara lain:

1. Pentingnya bagi Yayasan untuk mengefektifkan jumlah keuangan, agar pihak manajemen yayasan bidang LAZIS menyusun budget keuangan yang bener-bener tetap bagi perusahaan agar rata-rata kas meningkat dan agar jumlah keuangan yang tersedia dapat sesuai dengan kebutuhan yayasan. Hal ini agar nantinya yayasan mendapatkan keuntungan atau dapat mengalokasikan pada aktiva tetap karena memberikann gambaran penerimaan dan pengeluaran aktiva bagi yayasan dapat diketahui.

2. Pentingnya faktor pendukung manajemen likuiditas dalam suatu yayasan agar pemasukan selalu meningkat, maka yayasan harus lebih menerapkan faktor pendukung manajemen likuiditas tersebut.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adang, Yesmil Anwar, 2013. Sosiologi Untuk Universitas, Cetakan Pertama, Bandung, PT : Refika Aditama.

Ais Chatarasjid, 2002. Badan Hukum Yayasan, Cetakan Pertama, Bandung, PT : Citra Aditiya Bakti.

Alan Seidner, John Zietloe, 2007. Financial Management For Nonprofit Organizations, Policies and Practieces, Wiley.

Ali Muhammad, 1985. Penelitian Pendidikan, Prosedur, dan Teknologi. Bandung, Angkasa.

Bambang Riyanto, 1995, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, Cetakan pertama, Yogyakarta, BPFE.

Creswell W. John, 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Cyril F. Chang, Howard P. Tuckman, 1993. “How Well Is Debt Managed by Nonprofits?” Nonprofit Management & Leadership.

Fred Weston , Agus Sartono, 1997. Manajemen Keuangan. Yogyakarta, BPFE.

Handoko T. Hani, 2008. Manajemen Personalia Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 2, Yogyakarta, BPPE.

Healey P. Bansul, Galliger George, 1987. Likuidity Analisis and Mananagement, Reading, MA Addison Wesley.


(3)

Hendri Tanjung, Didin Hafidhuddin, 2003. Manajemen Syariah. Jakarta, Gema Insani.

Hisbuan S.P. Malayu, 2009. Manajemen dasar pengertian dan masalah, Jakarta, Bumi aksara.

Houston , Brigham, 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta, Salemba Empat.

Imam Ghozali, Arifin Sabeni. 2001, Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Edisi 4, Jakarta, BPFE.

IAI,2004. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Salemba Empat.

Kamsir,2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta, PT RAJAGRAFINDO ERSADA

Kansil Cristine S.T. 2002. Pokok-Pokok Badan Hukum. Cet Ke-1, Jakarta.

Kurniawan Saefullah, Ernie Tisnawati Sule, 2009, pengantar manajemen, Kencana, Jakarta.

Kountur Rony, 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan, Penerbit PPM, Jakarta.

Muchdarsyah Sianugan, 2003. Produktivitas apa dan bagaimana , PT Bumi aksara, Jakarta.

Muchtarom, Zaini, 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Al-Amin Press, Yogyakarta. Munawir S. 2007. Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.


(4)

Naiggolan Pahala, 2005. Akuntansi Keuangan dan Lembaga Nirlaba. PT Radja Grafindo Persada, Jakarta.

Nasir Muhammad, 1999. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Novrina Angelia, Pusung J. Rudy, 2015. “ Penerapan Laporan Keuangan organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No. 45 pada panti sosial tresna werdha hana”. Jurnal riset ekonomi, manajemen, bisnis da akuntansi, Vol. 2, No. 2. Sartono Agus, 1997. Ringkasan Teori Manajemen Keuangan Soal

Penyelesaiannya. BPFE, Yogyakarta.

Peraturan menteri hukum dan ham nomer 6 tahun 2014 tentang pengesahan badan hokum perkumpulan

Pasal 1655 KUHPerdata: “ Para Pengurus suatu perkumpulan adalah sekedar tentang itu tidak telah diatur secara lain dalam surat pendiriannya, perjanjian -perjanjiannya dan regelemen-reglemennya, berkuasa untuk bertindak atas nama perkumpulan, mengikat perkumpulan kepada orang-orang pihak ketiga dan sebaliknya, begitu pula bertindak di muka Hakim, baik sebagai penggugat maupun tergugat”.

Pasal 1656 KUHPerdata: “Segala perbuatan, untuk mana para pengurusnya tidak berkuasa melakukannya, hanyalah mengikat perkumpulan sekedar perkumpulan itu sungguh-sungguh telah mendapat manfaat karenanya atau sekedar perbuatan -perbuatan itu tekemudian telah disetujui secara sah.”


(5)

Rahayu Sri Magesti, Cita Andriani, 2014. “Manajemen modal kerja yang efektif sebagai upaya meningkatkatkan dan mengendalikan likuiditas Studi Kasus PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang terdaftar di BEI periode (2011-2013)”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 15, No. 1.

Richard J. Terrano, Mary F. Foster, 1998. Miller GAAP for Not-For-Profit Organizations. (San Diego: Harcourt Brace Professional Publishing).

Rido Ali, 1981. Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf, Penerbit Alumni , Bandung.

Rulam Ahmadi, 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta.

Salusu J. 2005. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Grasindo. Jakarta.

Sucipta Nila Sirma , Rahyuda Henny. 2015, “Pengaruh Pertumbuhan perusahaan,

likuiditas dan maturity terhadap peringkat obligasi perusahaan di bursa efek Indonesia”. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayada, Vol. 4, No.3

Suhardiadi Maria, Kusumastuti Arie, 2003. Hukum Yayasan di Indonesia, Indonesia Legal Center Publishing, PT.Abadi.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta, Bandung.


(6)

Undang Undang Tentang Organisasi Masyarakat, Undang Undang Nomor 17 Tahun 2013

Undang Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, pasal 1, Undang Undang Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Tjitrosudibio R, Subekti, 2001. Kitab Undang Undang Hukum Perdata, PT.Pradaya Paramita, pasal 1868. Jakarta.

Wacht, “A Financial Management Theory of the Nonprofit Organization,”and Wacht, Finan-cial Management in Nonprofit Organizations.

Wiagustini, 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Udayana University Press, Denpasar.

www.nurulfalah.org

Wojowasito S. 1981. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ichtiar Baru- Van Hoeve, Jakarta.