Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

PENGARUH BERBAGAI PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BUAH
NAGA (Hylocereus polyryzus)
Andre Sparta1, Mega Andini1 dan Taupik Rahman2
1
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Email : [email protected]

ABSTRAK
Buah naga (Hylocereus polyryzus) atau dragon fruits merupakan salah satu komoditi yang cukup diminati di
Indonesia. Indonesia yang memiliki potensi wilayah lahan pertanian yang luas dan subur mempunyai kemungkinan yang
besar untuk mengembangkan tanaman ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui panjang stek yang terbaik untuk
pertumbuhan bibit buah naga. Penelitian ini dilaksankan di Kebun Percobaan Balitbu Tropika-Aripan Nagari Tampuniak
Kecamtan X Koto Singkarak Kabupaten Sumatera Barat dengan ketinggian ± 475 m dpl, dari bulan Februari 2012 hingga
April 2012. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 7
perlakuan yakni panjang stek yang terdiri dari A = 10 cm, B = 12,5 cm, C = 15 cm, D = 17,5 cm, E = 20 cm, F = 22,5 cm,
dan G = 25 cm dan 3 ulangan sehingga terdapat total 21 plot percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu muncul
tunas berbeda nyata pada panjang stek 10 cm (51 hari) dengan panjang stek 15 – 25 cm (37,63 hari ; 37,18 hari; 34,80 hari;
34,27 hari; 34,20 hari). Jumlah tunas yang tumbuh berbeda nyata pada panjang stek 22,5 cm yaitu (2,93 tunas) dengan
panjang stek 10 cm (0,93 tunas). Panjang tunas buah naga pada panjang stek 12,5 cm – 25 cm (19,45 cm; 20,58 cm; 18,83

cm; 23,99 cm; 23,03cm ; 25,13 cm) berbeda nyata dengan panjang stek buah naga panjang 10 cm (8,6 cm). Pajang Akar
stek buah naga pada panjang stek 20 cm – 25 cm (22,51 cm; 23,70 cm; 22,87 cm) berbeda nyata dengan panjang stek 10 cm
(14,13 cm). Sedangkan persentase stek tumbuh dan persentase stek bertunas pada stek buah naga tidak dipengaruhi oleh
panjang stek.
Kata Kunci: Buah naga, bibit, panjang stek, dan pertumbuhan.

PENDAHULUAN
Buah naga (Hylocereus sp.) atau Dragon Fruits merupakan salah satu komoditi yang cukup
diminati di Indonesia karena, bentuknya unik dan menarik serta rasanya yang enak. Buah naga juga
berkhasiat untuk berbagai penyakit dan bermanfaat sebagai bahan baku di bidang industri pengolahan
makanan, minuman, kosmetik serta produk kesehatan (Flora Fauna, 2008).
Tanaman yang termasuk dalam keluarga kaktus ini berasal dari Amerika Tengah, kemudian
berkembang di Vietnam, Thailand, Cina Selatan, Malaysia, Indonesia, Australia dan Taiwan. Orang
China kuno menganggap buah itu membawa berkah. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan
orang Vietnam yang menganut budaya China, dikenal sebagai buah Thang Loy (buah naga). Thang
Loy-nya orang Vietnam ini, oleh orang Eropa dan Negara lain yang berbahasa Inggris dikenal sebagai
Dragon Fruit (Triatminingsih, 2009).
Kebutuhan akan buah naga ini dibeberapa negara cukup besar. Namun, kebutuhan yang
besar tersebut belum mampu terpenuhi oleh negara-negara penghasilnya. Indonesia yang memiliki
potensi wilayah lahan pertanian yang luas dan subur mempunyai kemungkinan yang besar untuk

mengembangkan tanaman ini.
Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, duri, bunga dan buah. Akar buah
naga hanyalah akar serabut yang berkembang dalam tanah dan akar gantung pada batang atas. Akar
tumbuh di sepanjang batang pada bagian punggung sirip di sudut batang. Pada bagian duri, akan
tumbuh bunga yang bentuknya mirip bunga Wijayakusuma. Bunga yang tidak rontok berkembang
menjadi buah. Buah naga bentuknya bulat agak lonjong seukuran dengan buah alpukat. Kulit buahnya
berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap untuk buah
naga hitam, dan berwarna kuning untuk buah naga kuning. Di sekujur kulit dipenuhi dengan jumbaijumbai yang dianalogikan dengan sisik naga. Oleh sebab itu, buah ini disebut buah naga (Wikipedia,
2011).

Tanaman buah naga dapat tumbuh baik di berbagai jenis tanah dan sedikit tahan kekeringan.
Tanaman buah naga menghendaki tanah yang subur dan berstruktur gembur, memerlukan air yang
cukup untuk mendapatkan hasil yang berkualitas, menyukai tanah yang berdrainase baik dengan PH
6,3 – 6,8 dan kaya akan kandungan bahan organik. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh
dan curah hujan tidak lebih dari 2500 mm/tahun. Tanaman buah naga dapat dikembangkan di dataran
rendah sampai dataran menengah dengan ketinggian sampai 700 m dpl (diatas permukaan laut)
(Triatminingsih, 2009).
Tanaman buah naga dapat diperbanyak dengan menggunakan biji maupun stek. Petani
umumnya lebih memilih memperbanyak dengan stek karena menghasilkan bibit dalam waktu yang
lebih singkat dibandingkan dengan biji. Penyetekan merupakan cara pembiakan tanaman dengan

menggunakan bagian-bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila ditanam pada
kondisi menguntungkan akan berkembang menjadi tanaman sempurna dengan sifat yang sama
dengan pohon induk (Febriana, 2009).
Tanaman buah naga dapat diperbanyak dengan menggunakan biji maupun stek. Petani
umumnya lebih memilih memperbanyak dengan stek karena menghasilkan bibit dalam waktu yang
lebih singkat dibandingkan dengan biji. Penyetekan merupakan cara pembiakan tanaman dengan
menggunakan bagian-bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila ditanam pada
kondisi menguntungkan akan berkembang menjadi tanaman sempurna dengan sifat yang sama
dengan pohon induk (Septian, 2009).
Pemilihan bibit merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan
budidaya tanaman buah naga. Dalam pemilihan bibit, selain memilih jenis atau varietas tertentu juga
memilih kualitas bibit itu sendiri. Bibit yang baik mempunyai pengaruh dan manfaat yang sangat
besar pada proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta proses pembuahannya
(Triatminingsih, 2009).
Bibit buah naga menggunakan stek dengan panjang 25 - 30 cm yang ditanam dalam polybag
dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1
(Admin, 2007). Perkembangan akar dan tunas stek dipengaruhi oleh kondisi bahan stek terutama
persediaan karbohidrat dan nitrogen (Febriana, 2009).
Karena belum adanya rekomendasi panjang stek terbaik yang digunakan, maka penulis
melakukan percobaan dengan judul ”Pengaruh berbagai panjang stek terhadap pertumbuhan bibit

buah naga (Hylocereus polyryzus.)“. Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui panjang stek yang
terbaik untuk pertumbuhan bibit buah naga (Hylocereus polyryzus.).
BAHAN DAN METODA
Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balitbu Tropika-Aripan Nagari Tampuniak
Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok Sumatera Barat dengan ketinggian ± 415 m dpl.
Percobaan ini dimulai pada bulan Februari - April 2012. Rancangan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 3 kelompok sehingga seluruh
satuan percobaan terdiri dari 21 plot. Masing-masing plot percobaan terdiri dari 5 tanaman sampel.
Perlakuan adalah beberapa panjang stek yang terdiri dari : A = 10 cm, B = 12,5 cm, C = 15 cm, D =
17,5 cm, E = 20 cm, F = 22,5 cm, dan G = 25 cm. Penempatan masing-masing perlakuan dilakukan
secara acak keseluruhan. Data pengamatan dianalisis secara statistika dengan uji F dan jika hasil F
hitung lebih besar dari pada nilai F table 5%, dilanjutkan dengan Turkey’s stundentized range (uji
Turkey) pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan percoban meliputi: pengisian polybag, pengambilan stek, penanaman,
pemasangan label, pemupukan, dan pemeliharaan (penyiangan, pengairan dan pengendalian hama dan
penyakit). Polybag diisi dengan media tanam yang terdiri dari campuran pasir, tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Stek diambil dari pohon induk dan dipotong sesuai perlakuan
(10 cm, 12,5 cm, 15 cm, 17,5 cm, 20 cm, 22,5 cm dan 25 cm). potongan stek kemudian ditanam ke
dalam polybag dan diberi label. Pupuk NPK diberikan pada saat umur tanaman 4 minggu dan 8
minggu dengan dosis 1-2 gr/tanaman. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan berupa penyiraman dan

penyiangan.

Pengamatan meliputi : persentase stek tumbuh (%), waktu muncul tunas (hari), persentase
stek bertunas (%), jumlah tunas (buah), panjang tunas (cm), panjang akar (cm). Pengamatan
dilakukan pada saat tanaman berumur 10 minggu kecuali pengamatan waktu muncul tunas yang
dilakukan setiap hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Stek Tumbuh
Persentase stek tumbuh dihitung pada bibit umur 10 minggu setelah tanam dengan tujuan
melihat kemampuan tumbuh stek berdasarkan panjang stek yang digunakan. Dari Tabel 1 terlihat
pada seluruh panjang stek yang digunakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada akhir
pengamatan, persentase stek tumbuh berkisar antara 80% - 100%.
Pertumbuhan dari stek sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan makanan dari stek yang
digunakan. Pemakaian panjang stek buah naga mulai dari 10 cm sampai dengan 25 cm ternyata
mampu mendukung pertumbuhan dari bibit buah naga. Ketersediaan bahan makanan berupa
karbohidrat dan nitrogen yang terkandung dalam bahan stek yang digunakan cukup untuk
menumbuhkan bibit buah naga.
Tabel 1. Persentase stek tumbuh buah naga pada tujuh perlakuan panjang stek.
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perlakuan
A
B
C
D
E
F
G

Persentase stek tumbuh (%)
80,00
100,00

86,67
100,00
93,33
100,00
100,00

a
a
a
a
a
a
a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji Turkey.

Pada akhir penelitian terlihat kondisi pertumbuhan stek cukup baik, hal ini diduga kondisi
persedian fotosintat pada sel (karbohidrat) masih optimum untuk pertumbuhan stek namun ada
sebagian kecil stek yang mengalami kematian atau mengering dikarenakan gagalnya stek dalam tahap
inisiasi perakaran (Febriana, 2009) ditambahakan oleh Hartmann dan Kester (1978) bahwa bahan stek

yang mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen cukup akan membentuk akar dan tunas.
Menurut Harjadi (1989) terdapat beberapa faktor yang juga mempengaruhi keberhasilan
stek, yaitu asal stek (posisi stek pada tanaman induk), panjang stek, dan lingkungan (media
pengakaran, suhu, dan kelembaban, cahaya) . Selain ketersediaan bahan makanan yang cukup untuk
pertumbuhan stek, diduga keadaan lingkungan (media pengakaran, suhu dan kelembaban cahaya) dan
pemilihan bahan stek yang baik juga merupakan salah satu faktor keberhasilan tumbuhnya stek.
Waktu Muncul Tunas
Tunas terbentuk akibat adanya proses morfogenesis menyangkut interaksi pertumbuhan dan
diferensiasi oleh beberapa sel yang memacu terbentuknya organ. Pembentukan tunas sangatlah
penting sebagai tahap awal pembentukan primordia daun dimana daun merupakan organ tanaman
yang memiliki jumlah klorofil terbesar yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis
untuk menghasilkan karbohidrat sebagai sumber makanan (Febriana, 2009). Menurut Hartmann et al.
(2002), terbentuknya akar dapat lebih dahulu kemudian tunas atau sebaliknya. Jika tunas yang
terbentuk lebih dahulu, kondisi ini menggambarkan bahwa pembentukan akar memerlukan suatu
senyawa tumbuh yang mendukung untuk terjadinya pembentukan primordia akar.

Pengamatan waktu muncul tunas dilakukan setiap hari untuk mengetahui kecepatan
pertumbuhan tunas pada beberapa panjang stek yang digunakan. Waktu muncul tunas yang disajikan
pada Tabel 2 memperlihatkan adanya pengaruh dari panjang stek yang digunakan. Pada akhir
pengamatan, tunas muncul paling cepat pada panjang stek 25 cm yaitu pada kisaran 34,20 hari dan

tunas muncul paling lambat pada panjang stek 10 cm yaitu pada kisaran 51 hari setelah tanam.
Pada awal pengamatan tunas muncul pertama kali pada panjang stek 15 cm, tetapi
munculnya tunas antara masing-masing sampel tidak seragam sehingga ketika diuji secara statistika
didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata antara panjang stek 15 cm – 25 cm. Waktu muncul tunas
paling lambat terdapat pada panjang stek 10 cm. Hal ini mungkin disebabkan karena sedikitnya
cadangan makanan yang terdapat pada panjang stek 10 cm sehingga kurang dapat memacu
pertumbuhan tunas. Cadangan makanan digunakan untuk memacu pertumbuhan dari tunas (Hartmaan
dan Kester, 1975).
Tabel 2. Waktu muncul tunas pada stek buah naga pada tujuh perlakuan panjang stek.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perlakuan
A

B
C
D
E
F
G

Waktu muncul tunas (hari)
51,00 a
38,53 ab
37,63 b
37,18 b
34,80 b
34,27 b
34,20 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji Turkey.

Persentase Stek Bertunas
Persentase stek bertunas dihitung pada bibit umur 10 minggu setelah tanam. Dari Tabel 3

terlihat pada seluruh panjang stek yang digunakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada
akhir pengamatan, persentase stek tumbuh berkisar 66,67% - 100%.
Tabel 3. Persentase stek bertunas buah naga pada tujuh perlakuan panjang stek.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perlakuan
A
B
C
D
E
F
G

Persentase stek bertunas (%)
66,67
73,3
93,33
93,33
100,00
100,00
100,00

a
a
a
a
a
a
a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji Turkey.

Persentase stek bertunas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua panjang stek.
Panjang stek berpengaruh terhadap pembentukan akar dan tunas. Semakin panjang stek semakin
banyak kandungan karbohidrat, sehingga semakin banyak terbentuknya tunas dan akar (Hartman et
all., 1983). Diduga kandungan karbohidrat yang terdapat dalam bahan stek yang digunakan mulai
dari 10 cm – 25 cm mampu mendukung pertumbuhan tunas pada stek. Selain ketersediaan
karbohidrat, ada faktor lain yang juga mendukung pertumbuhan tunas. Menurut Prastowo et al,
(2006) bahwa pertumbuhan tunas pada stek dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan
seperti bahan stek yang digunakan, lingkungan tumbuh dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan
stek.
Manifestasi dari pertumbuhan dan perkembangan akar maupun tunas (tajuk) adalah pada
besar kecilnya persentase stek yang berhasil menjadi bibit dan kualitas bibit itu serta daya adaptasinya
setelah pindah tanam di lapang (Santoso et all., 2008).

Jumlah Tunas
Pengamatan jumlah tunas yang tumbuh dilakukan pada bibit berumur 10 minggu setelah
tanam untuk mengetahui pengaruh dari panjang stek terhadap jumlah tunas yang tumbuh. Jumlah
tunas yang tumbuh disajikan pada Tabel 4 memperlihatkan adanya pengaruh dari panjang stek yang
digunakan.
Tabel 4. Jumlah tunas pada stek buah naga pada tujuh perlakuan panjang stek.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perlakuan
A
B
C
D
E
F
G

Panjang tunas (cm)
8,66
19,45
20,58
18,83
23,99
23,03
25,13

b
a
a
a
a
a
a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji Turkey.

Pada akhir pengamatan, jumlah tunas berkisar antara 0,93 - 2,47 buah. Panjang stek 17,5
cm - 25 cm 22,5 cm dan 25 cm memperlihatkan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan
panjang stek 10 cm. Semakin panjang stek yang digunakan maka jumlah titik tunas/ buku yang
dimiliki yang dimiliki stek semakin banyak untuk pertumbuhan tunasnya. Stek dengan panjang 10 cm
merupakan stek yang memiliki panjang terendah daripada perlakuan lain yang digunakan sehingga
memiliki titik tunas/ buku tersedia lebih sedikit untuk pertumbuhan tunasnya. Hasil penelitian
Setiyawan (2000) menyatakan bahwa perlakuan stek 3 buku memberikan pengaruh nyata terhadap
jumlah tunas pada stek bambu apel hijau. Dan pada penelitian Belehu et all., (2004) pada stek ubi
jalar didapatkan bahwa stek ubi jalar 3 buku menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dari 1 stek
buku.
Panjang Tunas
Pengamatan panjang tunas dilakukan pada bibit berumur 10 minggu setelah tanam untuk
mengetahui pertumbuhan tunas terbaik pada beberapa panjang stek yang digunakan. Panjang tunas
yang disajikan pada Tabel 5 memperlihatkan adanya pengaruh dari panjang stek yang digunakan.
Pada akhir pengamatan, panjang tunas berkisar antara 8,66 cm – 25,13 cm. Panjang stek 10 cm
memperlihatkan pertumbuhan tunas yang kurang baik dibandingkan dengan panjang stek lainnya.
Tabel 5. Panjang tunas pada stek buah naga pada tujuh perlakuan panjang stek.
No.

Perlakuan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

A
B
C
D
E
F
G

Jumlah tunas (buah)
0,93
1,27
1,33
1,73
1,93
2,93

c
bc
bc
abc
abc
a

2,47 ab
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji Turkey.

Tunas terbentuk karena adanya proses morfogenesis yang menyangkut interaksi
pertumbuhan dan diferensiasi oleh beberapa sel yang memacu terbentuknya organ. Pertumbuhan
tunas pada stek dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan seperti bahan stek yang
digunakan, lingkungan tumbuh dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan stek (Prastowo et al.,
2006).

Panjang stek yang baik untuk masing- masing jenis tanaman berbeda satu dengan yang
lainnya (Hartmann et al., 2002). Panjang bahan stek terkait dengan tersedianya bahan cadangan
makanan. Semakin panjang stek semakin besar kesediaan bahan makanannya, begitu juga sebaliknya.
Potensi cadangan makanan yang dimiliki masing-masing stek akan menentukan pertumbuhan dan
perkembangan bibit.
Dalam penelitian ini panjang stek memegang peranan dalam pertumbuhan tunas bibit buah
naga. Semakin panjang stek yang digunakan semakin banyak cadangan makanan yang disimpannya.
Cadangan makanan ini digunakan untuk memacu pertumbuhan dari tunas (Hartmaan dan Kester,
1978).
Panjang Akar
Panjang akar dihitung pada bibit umur 10 minggu setelah tanam. Panjang akar yang
disajikan pada Tabel 6., memperlihatkan adanya pengaruh panjang stek yang digunakan. Pada akhir
pengamatan, panjang akar berkisar antara 14,13 cm – 23,70 cm. Stek buah naga dengan panjang
20cm, 22,5 cm dan 25 cm memperlihatkan pertumbuhan panjang akar yang lebih baik daripada pada
panjang stek 10 cm.
Tumbuhnya akar merupakan salah satu indikasi dari keberhasilan stek yang dilakukan
karena akar memegang peranan penting bagi tanaman. Fungsi dari akar yaitu menyerap air dan
mineral terlarut, transportasi unsur hara, pengokoh batang dan penyimpan cadangan makanan.
Semakin panjang akar yang terbentuk semakin memudahkan tanaman dalam menjalankan fungsinya,
salah satunya dalam penyerapan unsur hara.
Tabel 6. Panjang akar pada stek buah naga pada tujuh perlakuan panjang stek.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perlakuan
A
B
C
D
E
F
G

Panjang akar (cm)
14,13 b
17,30 ab
19,57 ab
16,40 ab
22,51 a
23,70 a
22,87 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji Turkey.

Proses pembentukan akar pada tanaman dari hasil perbanyakan secara stek berbeda dengan
yang berasal dari penyemaian benih. Akar pada stek terbentuk secara adventif dari kambium dan
bagian node (buku). Akar pada stek terbentuk karena pelukaan, dan akar terbentuk dari jaringan
parenchym (Moko, 2004).
Keberhasilan stek dicirikan oleh didapatnya bibit yang memiliki perakaran dan pertumbuhan
yang baik dalam jumlah yang banyak pada satuan waktu tertentu (Pranoto, 1986). Fungsi dari akar
yaitu menyerap air dan mineral terlarut, transportasi unsur hara, pengokoh batang dan penyimpan
cadangan makanan. Semakin panjang akar yang terbentuk semakin memudahkan tanaman dalam
menjalankan fungsinya, salah satunya dalam penyerapan unsur hara.
Pertumbuhan dan perkembangan akar dipengaruhi oleh kandungan bahan stek yang
digunakan terutama persediaan dari karbohidrat dan nitrogen. Menurut Hartmaan dan Kester (1978),
stek yang mengandung karbohidrat yang tinggi dan nitrogen yang cukup akan membentuk akar dan
tunas. Semakin panjang stek yang digunakan maka pertumbuhan panjang akarnya semakin baik
karena lebih banyak cadangan makanan yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan akarnya.
Ditambahkan oleh Magingo et all., (2001), bahwa pertumbuhan akar pada stek batang
dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan panjang stek. Semakin panjang stek yang digunakan
maka pertumbuhan panjang akarnya semakin baik karena lebih banyak cadangan makanan yang
digunakan untuk mendukung pertumbuhan akarnya.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas, dan
panjang akar pada stek buah naga dipengaruhi secara nyata oleh panjang stek. Sedangkan persentase
stek tumbuh dan persentase stek bertunas pada stek buah naga tidak dipengaruhi oleh panjang stek.
Pertumbuhan stek yang terbaik dapat terlihat pada panjang stek di atas 20 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2007. Budidaya Buah Naga. www.kphjember.com. (26 Desember 201).
Belehu, T and P.S. Hammes. 2004. Effect of Temperature, Soil Moisture Content and Type of Cutting
on Establishment of Sweet Potato Cuttings. African Journal Plant Soil 21(2): p. 85-89.
Febriana, S. 2009. Pengaruh Konsentrasi ZPT dan Panjang Stek terhadap Pembentukan Akar dan
Tunas pada Stek Apokad (Persea americana Mill). Skripsi; Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Flora Fauna. 2008. Budidaya Buah Naga. http://infokebun.wordpress.com. (26 Desember 2011).
Harjadi, S. S. 1989. Dasar Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. ;506.
Hartmann, H. T. and D. E. Kester. 1978. Plant Propagation. Principles and Practice. Prentice Hall of
India. New Delhi : p. 702.
Hartmann, H.T and D.E. Kester. 1983. Plant Propagation-Principle and Practices . Prentice Hall
International Inc. New York : p. 238.
Hartmann, H. T. and D. E. Kester Hartmann, H. T. and D. E. Kester., F.T. Davies, Jr, R.L.Geneve.
2002. Plant Propagation: Principles and Practices. 7th edition. Prentice Hall Inc: p. 770.
Leakey, R.R.B. 1999. Nauclea diderrichii: rooting of stem cuttings, clonal variation in shoot
dominance, and branch plagiotropism. Trees 4: p. 164-169.
Magingo, F.S.S. and J.Dick, J.M.C.P. 2001. Propagation of Two Miombo Woodland Trees by Leafy
Stem Cuttings Obtained from Seedlings. Agroforestry Systems 51: p. 49–55.
Moko, H. 2004. Teknik Perbanyakan Tanaman Hutan Secara Vegetative. Informasi Teknis 2(1): hal.
1-20.
Pranoto, C. 1986. Pengaruh Pemberiaan IBA dan Campuran IBA-NAA Terhadap Keberhasilan Stek
Cemara Kipas (Thuja orientalis L.). Laporan Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Prastowo, N.H., J.M. Roshetko dan G.E.S. Manurung. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan
Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International.
Bogor.
Santoso, B.B, Hasnam, Hariyadi, S. Slamet dan S.P. Bambang. 2008. Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Stek Batang: Pengaruh Panjang dan
Diameter Stek. Buletin Agronomi. (36) (3) ;255-262.
Setiyawan, A. 2000. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam pada Transplanting Setek Cabang 1
Buku dan 2 Buku Bambu Ampel Hijau. Skripsi; Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. ;48.
Triatminingsih, R. 2009. Teknologi Budidaya dan Prospek Pengembangan Buah Naga (Hylocereus
sp.). Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Padang.
Wikipedia. 2011. Buah Naga. http://id.wikipedia.org. (26 Desember 2011).