INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (14)

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS
Disampaikan oleh:
NUR’AINI FADILLAH
NIM : 0705162012

Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Ja’far, M.A
Program Studi : Fisika 1
Semester : II

Fakultas Sains Dan Teknologi
UIN SUMATERA UTARA
2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf adalah salah satu bidang studi islam yang memusatkan pada pembersihan dan

pensucian rohani manusia yang menimbulkan akhlak yang mulia dari manusia tersebut.
Melalui studi tasawuf, manusia tersebut akan dapat mengetahui cara-cara melakukan
pembersihan dan pensucian diri serta mengamalkannya dengan benar.
Tasawuf merupakan upaya positif seseorang untuk sadar dan mengenal diri sendiri,
sehingga seseorang tersebut sampai pada tahap mengenal Tuhannya. Seperti konsep akhlak
tasawuf yang terkenal : “barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal
Tuhannya”.
Untuk mencapai tujuan tasawuf, seorang sufi mubtadi harus menemph jalan yang
panjang dan berat, melakukan berbagai macam usaha dan amal baik bersifat amal lahir
maupun amal batin. Perjalanan panjang dan berat tersebut disebut dengan istilah al-Maqamat
dan al-Ahwal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Integrasi Tasawuf Dan Sains

C. Tujuan Masalah

Resume yang saya buat bertujuan untuk :
1. memenuhi Tugas dalam matakuliah Akhlak Tasawuf dengan Tema “Pengertian Akhlak
Tasawuf dan Tujuannya”.

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Integrasi Tasawuf Dan Sains

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Integrasi Dalam Sejarah Islam
Dalam sejarah intelektual Islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan

dikembangkan dengan canggih. Center for Islamic Philosophical Studies nd Informtion
(CIPSI) pernh menyebut 216 ilmuan, teolog, dan saintis muslim yang menguasai banyak
bidang, baik ilmu-ilmu kewahyuan maupun ilmu-ilmu rasional dan empiric. Dalam sejrah
islam, ditemukan seorang ahli astronomi, ahli biologi, ahli matematika, dan ahli arsitektur
yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu keislaman seperti tauhid, fiqih, tafsir, hadits, dan
tasawuf meskipun berprofesi sebagai saintis dalam bidang ilmu-ilmu keislaman, para
pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik, dan kajian-kajian ilmiah mereka
diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan religious dan spiritual.
Dengan demikian, integrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru. Sebab, para
ilmuan muslim klasik telah mengerjakan proyek keilmuan tersebut sepanjang masa
keemasan islam. Paling tidak, secara akademik mereka menguasai seluruh disiplin ilmu

yang berkembang pesat pada masa mereka, baik ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu empiric,
maupun ilmu-ilmu kewahyuan. Mereka bahkan mengintegrasikan kedua jenis ilmu tersebut,
dan keduanya saling mendukung kegiatan akademik mereka. Meskipun mereka seorang
filsuf dan saintis, prilaku hidup mereka merupakan realisasi terhadap teori mereka mengenai
filsafat dan sufisme. Dapat isimpulkan bahwa mereka sukses mengintegrasikan antara 2
jenis ilmu tersebut, dan mengintegrasikan kedua nya dengan keyakinan dan prilaku hidup
mereka sehari-hari.

B.

Integrasi dalam ranah ontology
Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan

logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia, sehingga

ontology bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi dapat
dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Ontologi merupakan bagian dari
metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan
seperti


makna

keberadaan

dan

karekteristik

esensial

keberadaan.

Suriasumantri

menyimpulkan bahwa ontology sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang
hakikat dari objek telaah ilmu. Dengan demikian, ontologi adalah ilmu tentang teori
keberadaan, dan istilah ontologi ditunjukkan kepada pembahasan tentang objek kajian ilmu.

C. Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Istilah epistemology bersal dari bahasa Yunani, episteme yang bermakna

pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplantasi, sehingga epistemology
berarti teori pengetahuan. Epistemology dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas
pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epistemology adalah makna pengetahuan,
kemungkinan manusia meraih pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui. Runes
menjelaskan bahwa epistemology adalah cabang filsafat yang menelusuri asal (sumber),
struktur, metode, dan validitasi ilmu pengetahuan. Surisumantri menyimpulkan bahwa
epistemology sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang proses dan
prosedur menggali ilmu, metode untuk meraih ilmu yang benar, makna dan criteria
kebenaran, serta sarana yang digunakan untuk mendpatkan ilmu. Dengan demikian,
epistemology adalah ilmu tentang cara mendapatkan ilmu.

D. Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos
yang berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, criteria, dan
status metafisik dari nilai tersebut. Menurut Bunnin dan Yu, aksiologi adalah studi umum
tentang nilai dan penilaian, termasuk makna, karakteristik, dan klasifikasi nilai, serta dasar
dan karakter pertimbangan nilai. Sebab itu, aksiologi disebut dengan teori nilaia. Aksiologi
juga dimaknai sebagai studi tentang maanfaat akhir dari segala sesuatu. Suriasumantri
menyimpulkan bahwa aksiologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang
kegunaan dan penggunaan ilmu, kaitan antara penggunaan ilmu dengan kaedah moral, dan

hubungan antara prosedur dan oprasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral
dan professional. Jadi, aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu, tujuan pencarian
dan pengembangan ilmu dengan kaedah moral, serta tanggung jawab social ilmuwan.
Kajian aksiologi lebuh ditunjukkan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu, dan
etika akademik ilmuwan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Integrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru. Sebab, para ilmuan muslim klasik
telah mengerjakan proyek keilmuan tersebut sepanjang masa keemasan islam. Paling tidak,
secara akademik mereka menguasai seluruh disiplin ilmu yang berkembang pesat pada masa
mereka, baik ilmu-ilmu rasional, ilmu-ilmu empiric, maupun ilmu-ilmu kewahyuan.
Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan
membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karekteristik esensial
keberadaan. Suriasumantri menyimpulkan bahwa ontology sebagai bagian dari kajian
filsafat ilmu membahas tentang hakikat dari objek telaah ilmu.
Epistemology yaitu sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang
proses dan prosedur menggali ilmu, metode untuk meraih ilmu yang benar, makna dan

criteria kebenaran, serta sarana yang digunakan untuk mendpatkan ilmu.
Aksiologi adalah studi umum tentang nilai dan penilaian, termasuk makna,
karakteristik, dan klasifikasi nilai, serta dasar dan karakter pertimbangan nilai. Sebab itu,
aksiologi disebut dengan teori nilaia. Aksiologi juga dimaknai sebagai studi tentang
maanfaat akhir dari segala sesuatu.

Daftar Pustaka

Ja’far. 2016. Gerbang Tasawuf Dimensi Teoretis Dan Praktis Ajaran Kaum Sufi.
.