PENERAPAN METODE TOKEN EKONOMI DALAM MEN

TUGAS MK MODIFIKASI PERILAKU
“PENERAPAN METODE TOKEN EKONOMI DALAM

MENINGKATKAN PERILAKU MEMBUANG SAMPAH DI TEMPAT
SAMPAH PADA SISWA TK PWRI SAWAHAN – SURABAYA”

Disusun o leh :
Eduardo Saratoga

111111145

Ana Zubaidah

111211131026

Lela Trisdiana

111211131041

Meylissa One P.


111211131151

Fathu Rohmi M.

111211131160

Purani Galih R.

111211132011

Siti Zainab Budianti

111211133003

Rossyalita Bunga A.

111211133067

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
APRIL 2015


BAB I
PENDAHULUAN
Menanamkan sejak dini kepedulian dalam menjaga lingkungan sangatlah
penting. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
lingkungannya sehingga banyak orang-orang yang membuang sampah sembarangan.
Masalah membuang sampah merupakan suatu dilemma dimana seseorang dihadapkan
dengan dua pilihan yaitu apakah ia harus membuang sampah pada tempat sampah atau
tidak. Hal ini terkait dengan penalaran moral seseorang, dimana penalaran moral
merupakan pertimbangan bagaimana seseorang sampai pada keputusan bahwa sesuatu
itu baik atau buruk (Setiono, 2008).
Masalah membuang sampah sembarangan sangat berbahaya jika tertanam dalam
diri anak-anak karena anak-anak merupakan generasi muda penerus bangsa. Dalam
perkembangan manusia, anak-anak terbentuk dari apa yang ditanamkan sejak kecil.
Anak-anak tentunya mempelajari hal-hal baik dan buruk dari orang dewasa atau orang
tuanya. Oleh karena itu orang tua dan lingkungan berperan sangat penting untuk
mengajarkan dan mencontohkan perilaku yang baik dan buruk. Banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku membuang sampah pada tempatnya seperti kebiasaan di rumah,
lingkungan masyarakat, sekolah, guru yang kurang memberikan contoh teladan atau
memperagakan dan anak itu sendiri. Pembiasaan yang dilakukan setiap hari ternyata

belum dapat meningkatkan kesadaran anak. Anak belum dapat melakukan hal-hal atau
perbuatan yang diharapkan untuk peduli dengan lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang di lakukan di TK PWRI,
Anak-Anak di TK PWRI khususnya kelompok B masih banyak yang belum mampu
menerapkan perilaku membuang sampah pada tempat sampah. Ada sebagian yang
sudah menerapkannya karena diminta oleh guru untuk membuang sampah yang
dihasilkannya, tetapi jika sampah itu bukan sampah anak tersebut maka anak tersebut
tidak mau untuk membuang sampah tersebut. Sejauh ini, metode yang digunakan oleh
guru dalam meningkatkan perilaku tersebut adalah dengan memberikan pujian sebagai
reinforcement verbal.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba melakukan penerapan metode
lain yang memungkinkan dapat meningkatkan perilaku membuang sampah di tempat
sampah pada siswa TK B di TK PWRI Sawahan Surabaya. Metode tersebut adalah
token ekonomi. Token ekonomi merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku
dengan cara pemberian satu kepingan (satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setiap
kali setelah perilaku sasaran muncul. Dalam token ekonomi tingkah laku yang
diharapkan muncul bisa diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga
hasil perilaku yang diharapkan oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan
oleh anak (Sran, 2010).


BAB II
LANDASAN TEORI
Teori token ekonomi
Token ekonomi adalah program modifikasi perilaku dengan menggunakan
kepingan yang diberikan kepada individu setiap kali target perilaku muncul, kemudian
kepingan-kepingan yang telah terkumpul dapat ditukarkan dengan hadiah (reward)
idaman subjek (Soekadji, 1983). Tujuan dari token ekonomi adalah memperkuat
perilaku tertentu dari individu, yang mana perilaku tersebut sangat jarang dilakukan
oleh individu dan juga menurunkan perilaku yang ingin ubah. Token ekonomi dapat
diterapkan di berbagai seting, misal dalam seting pendidikan, sosial, atau yang lainnya.
Poin yang diterima individu pada saat melakukan perilaku yang diinginkan
disebut token. Token dipasangkan dengan penguat yang lain, sehingga token menjadi
conditioned reinforcer yang memperkuat perilaku tertentu. Token diberikan kepada
individu dengan langsung setelah perilaku tersebut muncul, kemudian token tersebut
dikumpulkan oleh individu, dan setelah itu ditukarkan dengan backup reinforcer.
Backup reinforcer diperoleh hanya dengan menukarkan sejumlah token yang telah
dikumpulkan. Token hanya dapat diperoleh dengan memunculkan perilaku yang
diinginkan. Pemilihan backup reinforcer didasarkan pada keberhargaan penguat bagi
individu dalam lingkungan modifikasi tersebut dilakukan. Dengan penguat tersebut

individu dimotivasi untuk menggunakan perilaku yang diinginkan dan meninggalkan
perilaku yang tidak diinginkan. Token ekonomi memiliki beberapa komponen penting
yaitu:
1. Target perilaku yang diinginkan diperkuat.
2. Token digunakan sebagai conditioned reinforcer.
3. Backup reinforcer didapatkan dengan menukarkan sejumlah token.
4. Mengatur penguat untuk pemberian token.

5. Menghitung token-token yang akan ditukarkan menjadi backup reinforcer.
6. Waktu dan tempat untuk menukarkan token-token menjadi backup reinforcer.
2.1 Mengimplementasikan token ekonomi.
Setelah menentukan perilaku yang ingin dikuatkan dengan token
ekonomi, terapis harus membuat rencana komponen-komponen dari token
ekonomi secara hati-hati untuk memastikan kesuksesan program token ekonomi.
Berikut penjelasan mengenai komponen token ekonomi yang harus disiapkan :


Menjelaskna target perilaku
Langkah


pertama

dalam

merencanakan

token

ekonomi

adalah

mengidenifikasi dan menjelaskan target perilaku yang akan diperkuat dalam
program ini. Target perilaku akan bervariasi dalam token ekonomi bergantung
pada orang-orang yang diperlakukan dan karakter dari lingkungan perlakuan.
Kriteria dalam memilih target perilaku adalah perilaku-perilaku yang penting
dalam kehidupan sosial atau bermakna untuk calon individu yang akan
mendapat perlakuan. target perilaku yang telah diidentifikasi penting untuk
dijelaskan dengan hati-hati. Definisi perilaku yang objektif dari target perilaku
membantu untuk memastikan bahwa individu memahami perilaku apa yang

diharapkan muncul dari individu.


Mengidentifikasi item-item yang digunakan sebagai token
Token yang digunakan harus benda nyata yang dapat diberikan dengan
langsung setelah setiap target perilku muncul. Token juga harus praktis dan tidak
menyusahkan terapis untuk membawa dan membagikannya dalam lingkungan
perlakuan. selain itu token juga harus dapat diakumulasikan serta dibawa dan
disimpan oleh individu, karena dalam banyak kasus token-token yang telah
didapatkan tidak disimpan oleh individu.



Mengidentifikasi item-item lain yang juga dapat digunakan sebagai token dalam
token ekonomi
Token yang dipilih tidak bisa didapatkan dari sumber yang lain. Token
tidak efektif jika individu dapat memperoleh token dari sumber lain. Jadi terapis
harus membuat pencegahan dalam pencurian, penggandaan, atau pemalsuan
token dari sumber yang lain. Untuk mencegah hal-hal tersebut, terapis membuat
tanda jumlah dari poin yang telah diperoleh pada daftar master. Cara lainnya

yaitu dengan menyalin rekaman poin yang diperoleh.



Mengidentifikasi backup reinforcer
Token hanya sebagai conditioned reinnforcer, sehingga keefektifan token
ekonomi bergantung pada backup reinforcer. Maag (1999 dalam Miltenberger,
2012) mengatakan bahwa penguat yang berbeda akan memiliki efektifitas yang
berbeda juga untuk orang-orang yang berbeda, sehingga backup reinforcer harus
dipilih secara khusus untuk orang-orang yang mendapat perlakuan token
ekonomi. Backup reinforcer adalah hal-hal yang dapat dikonsumsi seperti,
makanan, mainana, atau aktifitas yang bisa menjadi penguat. Backup reinforcer
hanya dapat diperoleh dengan sejumlah token. Penguat yang digunakan dalam
token ekonomi adalah yang bukan merupakan kebutuhan dasar, misal kebutuhan
dasar orang adalah makan, maka yang dijadikan penguat adalah bonus makan
snack atau dessert.



Memutuskan jadwal yang tepat untuk memberikan penguatan

Terapis memberikan token bergantung pada kemunculan target perilaku
yang diinginkan. Namun sebelum token ekonomi diimplementasikan, harus
menentukan jadwal penguatan untuk token ekonomi. Perilaku yang lebih
penting atau lebih sulit mendapatkan token yang lebih banyak daripada perilaku
yang kurang penting atau kurang sulit, misal dalam membentuk perilaku
prososial mendapatkan 6 token jika menyelesaikan semua pekerjaan rumah,
sedangkan untuk perilaku menyisir rambut hanya mendapatkan 1 token. Jadwal

pemberian penguat dapat menggunakan teknik seperti fixed ratio atau variabel
ratio untuk mempertahankan perilaku, misal siswa akan mendapat token setiap
menjawab dengan benar selama satu sesi, setelah sesi satu siswa akan mendapat
token setiap menjawab benar sebanyak 5 kali, dan syarat mendapatkan token
tersebut akan terus meningkat, namun peningkatan ini juga bergantung pada
kemampuan individu yang akan diubah perilakunya.


Menentukan jumlah token yang dapat ditukarkan
Backup reinforcer hanya dapat diperoleh dengan sejumlah token yang
didapatkan dari perilaku yang diinginkan muncul. Setiap backup reinforcer
harus mempunyai harga, atau tingkatan untuk jumlah token yang dapat

ditukarkan dengan backup reinforcer, misal backup reinforcer berupa nonton TV
bernilai 5 token dan backup reinforcer berupa jalan-jalan ke mall bernilai 10
token. Item-item yang lebih kecil ditukarkan dengan token yang lebih sedikit
dan sebaliknya. Terapis harus menentukan jumlah maksimal token yang dapat
diperoleh setiap harinya dan mengatur nilai tukar yang sesuai.



Menentukan waktu dan tempat untuk menukarkan token
Klien menumpuk token untuk perilaku yang diinginkan dari waktu ke
waktu karena mereka berpartisipasi dalam program tersebut. Secara berkala,
klien

diperbolehkan

untuk

bertukar

token


mereka

untuk

reinforcers

cadangan.Untuk itu waktu dan tempat untuk pertukaran yang haruslah
direncanakan terlebih dahulu.


Memutuskan apakah menggunakan response cost
Komponen response cost tidak selalu digunakan dalam token ekonomi.
Jika tujuan token ekonomi untuk memperkuat perilaku tertentu dan tidak ada
masalah perilaku, token ekonomi tidak termasuk response cost. Jika ada perilaku
yang tidak dinginkan bersaing dengan perilaku yang diinginkan, response cost
mungkin termasuk dalam token ekonomi. Dalam program response cost,

kehilangan token lebih efektif digunakan sebagai hukuman . Untuk
mengimplikasikan response cost, terapis harus menentukan target perilaku yang
tidak diinginkan untuk mengambil token yang telah didapat oleh individu.


Mengatur dan melatih anggota yang lain.
Sebelum token ekonomi diimplementasikan pertama kali, anggota harus
dilatih dapat menjalankan program token ekonomi dengan baik. Menulis
instruksi semua komponen dari program dan melatih kemampuan dalam
berperilaku saat pelaksanaan program.

2.2 Kekurangan dan kelebihan token ekonomi
Kekurangan yang mungkin terjadi dalam penggunaan token ekonomi antara lain :


Waktu dan usaha yang dilakukan untuk mengatur dan melaksanakan program.



Biaya untuk pembelian penguat-penguat / reinforcements cadangan.



Pelatihan staff dan management. Token ekonomi akan mengalami kesulitan
penerapan ketika diberikan dalam keadaan yang kompleks, rumit dan melibatkan
individu dalam skala besar.

Keuntungan penggunaan token ekonomi antara lain :


Token dapat digunakan untuk mereinforce target perilaku sesaat setelah terjadinya
perilaku



Sebuah token ekonomi sangatlah terstruktur sehingga target perilaku yang
diinginkan seringkali direinforce secara lebih konsisten.

 Fungsi token sebagai penguat tidak terlalu dihiraukan pada pembentukan keadaan
khusus yang memungkinkan untuk bertahan lama pada klien setiap saat karena token
merupakan penguat / reinforce yang dikondisikan secara umum, penguat / reinforce
dipasangkan dengan berbagai macam penguat / reinforce lain.
 Token mudah diberikan dan mudah pula bagi penerima untuk. menyimpannya

 Token reinforcement dapat diukur dengan mudah sehingga perilaku yang berbeda
dapat menerima reinforcement yang berbeda pula, lebih besar atau lebih kecil ( token
yang lebih banyak atau lebih sedikit ).
 Respon yang diiginkan akan lebih mudah dilaksanakan karena penerima telah
menyimpan banyak token yang mungkin dihilangkan seluruhnya pada saat perilaku
yang bermasalah sedang terjadi.
 Penerima token dapat belajar keterampilan khusus yang ada pada proses perencanaan
untuk waktu yang akan datang dengan menyimpan banyak token untuk pemerolehan
lain yang lebih luas.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alasan pemilihan metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen
peneliti memberikan

time-series. Dimana

perlakuan kepada subjek selama beberapa hari sehingga

pengambilan data pun dilakukan sejumlah hari yang ditentukan. Kemudian peneliti akan
membandingkan data pretest dan postest. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data melalui observasi dengan event recording sebagai teknik pencatatannya.
Peneliti menggunakan metode token ekonomi dalam memodifikasi perilaku
subjek. Metode token ekonomi merupakan program modifikasi perilaku dengan
menggunakan kepingan yang diberikan kepada individu setiap kali target perilaku
muncul, kemudian kepingan-kepingan yang telah terkumpul dapat ditukarkan dengan
hadiah (reward) idaman subjek (Soekadji, 1983). Penelitian ini didasarkan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shadiqi, dkk (2010) yang memprediksikann
bahwa token ekonomi juga efektif digunakan dalam mengendalikan pola perilaku
membuang sampah di sungai pada masyarakat pinggiran sungai Martapura. Sehingga
peneliti mencoba membuktikan prediksi tersebut dengan menerapkan metode token
ekonomi dalam meningkatkan perilaku membuang sampah di tempat sampah.
3.3 Alasan pemilihan subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa TK B sejumlah +50 orang di TK PWRI
kecamatan Sawahan, Surabaya. Berdasarkan survei tempat yang dilakukan oleh peneliti
pada hari kamis, 16 April 2015 pukul 11.25 s/d 12.10, peneliti melihat bahwa
lingkungan sekitar sekolah termasuk dalam kategori cukup kotor. Hal tersebut
ditunjukkan oleh banyaknya sampah yang ada di halaman sekolah, serta data pretest
yang menunjukkan bahwa hanya beberapa siswa yang membuang sampah di tempat
sampah. Hal ini didukung pula oleh penuturan guru bahwa siswa masih belum cukup
sadar untuk membuang sampah di tempat sampah, mereka masih sering mengabaikan
sampah-sampah di dekat mereka, mereka masih harus diingatkan oleh guru dalam

membuang sampah di tempat sampah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan penelitian
ini pada siswa di TK B PWRI Sawahan, Surabaya.
3.4 Desain pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di TK PWRI dengan subjeknya adalah 50 siswa dari TK
B. Pengambilan data dilakukan selama 5 kali dengan keterangan: 1 kali sebagai data
baseline, 3 kali sebagai data dengan penerapan perlakuan, dan 1 kali sebagai postest.
Berikut adalah rinciannya:
Pada hari pertama, tim peneliti akan melakukan observasi selama proses
pembelajaran. Kemudian pada akhir pembelajaran, tim akan melakukan sosialisasi
dengan siswa. Sosialisasi tersebut dilakukan di halaman sekolah. Inti dari sosialisasi
tersebut adalah berkenalan dengan siswa TK B, menjelaskan tata cara pelaksanaan
kegiatan, serta membagikan Nametag.
Pada hari kedua, selama + 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai, tim
akan mengingatkan aktivitas apa yang akan dilakukan pada hari tersebut. Tim juga
mengajak siswa untuk menyepakati berapa chip yang harus mereka kumpulkan pada
hari tersebut. Chip yang harus mereka kumpulkan adalah rentang 3 sampai 5 chips.
Chip tersebut diperoleh setiap kali siswa membuang sampah di tempat sampah. Chip
yang telah diperoleh akan ditarik kembali oleh tim peneliti ketika diketahui bahwa
subjek tidak membuang sampah di tempat sampah. Jika siswa telah berhasil
mengumpulkan sejumlah chip yang telah disepakati, siswa dapat menukarkan chips
tersebut kepada tim peneliti. Siswa berhak memilih hadiah apa yang mereka inginkan.
Penukaran chip hanya berlaku pada hari itu saja.
Pada hari ketiga, +15 menit sebelum pembelajaran dimulai, tim juga akan
mengingatkan kembali aktivitas yang akan dilakukan pada hari tersebut. Kemudian,
secara bersama-sama tim peneliti dan siswa menentukan berapa chip yang harus
dikumpulkan pada hari itu. Chip yang harus mereka kumpulkan adalah rentang 4
sampai 6 chips. Chip yang telah diperoleh akan ditarik kembali oleh tim peneliti ketika
diketahui bahwa subjek tidak membuang sampah di tempat sampah Jika siswa telah
berhasil mengumpulkan sejumlah chip yang telah disepakati, siswa dapat menukarkan
chips tersebut kepada tim peneliti. Siswa berhak memilih hadiah apa yang mereka

inginkan. Penukaran chip hanya berlaku pada hari itu saja. Begitu juga untuk hari
ketiga. Namun, chip yang harus mereka kumpulkan adalah rentang 5 sampai 7 chips.
Untuk melihat apakah perilaku membuang sampah di tempat sampah pada siswa
TK B PWRI menetap, maka posttest perlu dilakukan. Posttest merupakan pengambilan
data yang dilakukan dengan tanpa memberikan perlakuan apapun terhadap subjek yang
telah memperoleh perlakuan sebelumnya. Posttest dilaksanakan pada hari Senin, 27
April 2015, yakni 3 hari setelah pemberian perlakuan. Pada posttest ini, tim peneliti
akan melakukan observasi. Pada akhir sesi, + 09.00 s/d 9.30, tim peneliti akan
menginformasikan kepada siswa mengenai siapa yang telah terpilih sebagai ‘Duta
Lingkungan’. Setelah itu, tim peneliti berpamitan dan penelitian berakhir.
3.5 Penjelasan A-B-C
Dalam pelaksanaan modifikasi perilaku ini yang merupakan anteseden adalah
kegiatan siswa saat di kelas dan di halaman. Siswa yang sebelumnya sedang dalam
proses mengajar belajar dan sedang istirahat menjadi alasan perilaku. Dalam proses
belajar siswa di TK tersebut, sering menggunakan bahan-bahan dan materi nyata,
mengakibatkan banyak serpihan materi atau sampah-sampah kecil yang menjadi
sampah di dalam kelas. Siswa kelas B taman kanak-kanak disini diajarkan mengenai
lingkungan dan diinstruksikan untuk membuang sampah pada tempatnya. Baik
sampahnya yang berada di sekitar tempat duduknya maupun sampah di tempat lain.
Siswa diajarkan untuk bersih terhadap lingkungannya. Sehingga, instruksi yang
diberikan ini menjadi salah satu bentuk intervensi yang diberikan kepada siswa kelas B.
Kemudian, dengan anak-anak memahami pentingnya kebersihan dan memahami
instruksi, maka anak membuang sampah pada tempatnya. Perilaku membuang sampah
pada tempatnya ini merupakan behavior. Nantinya, perilaku ini akan diperkuat dengan
memberikan pujian atas sikapnya membuang sampah pada tempatnya, juga mendapat
token yang dapat ditukar dengan hadiah., sehingga perilaku anak akan menetap dan
bertahan. Di akhir hari pemberian perilaku aka nada pemilihan siswa sadar lingkungan
di depan kelas.
Consequence atau perilaku yang mengikuti Behavior yang terbentuk akibat
adanya anteseden adalah harapan bahwa kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar

menjadi perilaku yang baik dan menjadi kebiasaan sehari-hari. Selain itu perilaku ini
diharapkan dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan memupuknya pada
siswa sejak dini. Sedangkan consequence pada masa kini adalah terbentuknya kemauan
siswa untuk membuang sampah pada tempatnya dan tercipta lingkungan bersih di dalam
kelas dan di halaman sekolah.

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil perolehan data
Pretest (Senin, 20 April 2015)
Observer
I (Rossallyta B. A)
II (Ana Zubaidah)
III(Siti Zainab B.)
Jumlah
Rata-rata kemunculan

Membuang sampah
tidak di tempat sampah
20 perilaku
18 perilaku
13 perilaku
51
1,13

Membuang sampah di
tempat sampah
10 perilaku
6 perilaku
12 perilaku
28
0,6

Data diatas merupakan data pretest sebelum perlakuan diberikan kepada subjek.
Pelaksanaan pretest dilakukan pada hari senin, 20 april 2015 dari jam 7.00 s/d 9.30.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi perilaku membuang sampah di
tempat sampah sebanyak 28 dengan frekuensi perilaku tidak membuang sampah di
tempat sampah sebanyak 51. Data menunjukkan bahwa rata-rata perilaku membuang
sampah tidak di tempat sampah lebih tinggi, sebanyak 1,13 dibandingkan perilaku
membuang sampah di tempat sampah, yakni sebanyak 0,6.

Test hari ke-1 (Selasa, 21 April 2015)
Observer 1: Rossallyta Bunga Asmara
Observer 2: Purani Galih Rutinata
Kelas B1

Jumlah perilaku yang muncul: 27

No

Nama Lengkap

Panggilan

1
2
3
4
5
6

Astrit Firdiana P
Ariel Firman M
Alvi Aulia A
Anya Aurelia
Az-Zahra M. K
Bella Wahyu A

Astrit
Ariel
Alvi
Anya
Zahra
Bella

Jumlah Chip
yang
Diperoleh
2
2
0
5
0
1

Batas
Minimal
Perolehan
Chip
3
3
3
3
3
3

Keterangan

Perilaku
muncul dan
mencapai
target

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Babby Rossa P
Devi Nuraini P
Eva Safitri
Galang Bintang
C. W
Habibi B
Hadi Ananda P
Isabela Regina P
M. Ircham J
M. Arif S
Nindhi R. H
Rafael Alvino R
Reivina Z
Ryan Adi P
Siti Sarah N. K
Wahyu Adi N
Yanuar Yoga P
Shera Ivana T

Rossa
Devi
Eva

0
1
1

3
3
3

Galang

0

3

Habibi
Nanda
Isabela
Anto
Arif
Nindhi
Rafael
Reivina
Ryan
Sarah
Wahyu
Yoga
Shera

0
0
2
1
3
0
0
0
1
4
1
3
0

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

Kelas B2
Jumlah perilaku yang muncul: 24
1 Aisyah A
Aisyah
1
2 Alvino Bima L
Vino
5
3 Arival P. H
Rival
0
4 Anaya A. A
Anaya
2
5 Achmad F. A
Ave
0
6 Afrizya A. P
Afriza
0
7 Achmad N
Noven
0
Breyen Vinoel
8
Breyen
2
K. B
9 Friska Dewi R
Friska
2
10 Icha Allisia R
Icha
0
11 Izza Nurul F
Izza
0
12 Jessica M. S
Jessica
1
13 Kezya Queen A Kezya
0
14 M. Hilmi A
Hilmi
2
15 M. Fatony
Fatony
2
16 Mahesa R. N
Mahesa
0
17 M. Yusuf
Yusuf
1
18 Ramadhani D. P Dhani
4
19 Sazyana F. F
Sazy
2
20 S. J. Wikrama
Rama
0
21 Safira Aulia D
Fira
0
22 Slavino L. M
Slavino
0
Akumulasi perilaku yang muncul di Kelas B1 + B2

Perilaku
muncul tapi
tidak
mencapai
target

Perilaku
tidak muncul

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51

Data diatas merupakan data hari pertama penerapan token ekonomi. Siswa
diberikan chip setiap kali mereka membuang sampah di tempat sampah. Pada hari
pertama, siswa harus mengumpulkan 3 chip. Observasi dilakukan selama jam sekolah
subjek, yaitu jam 7.00 hingga 9.30. Data menunjukkan bahwa perilaku membuang
sampah pada tempat sampah muncul dengan frekuensi total sebanyak 51 dan terdapat 6
siswa yang berhasil memenuhi target capaian yakni mengumpulkan minimal 3 chip.
Maka, rata-rata kemunculan perilaku adalah 1,13. Artinya, pada hari pertama rata-rata
siswa membuang sampah di tempat sampah satu kali.

Test hari ke-2 (Rabu, 22 April 2015)
Observer 1: Fathu Rohmi Mashula
Observer 2: Siti Zainab
Kelas B1

Jumlah perilaku yang muncul: 78

No

Nama Lengkap

Panggilan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Astrit Firdiana P
Ariel Firman M
Alvi Aulia A
Anya Aurelia
Az-Zahra M. K
Bella Wahyu A
Babby Rossa P
Devi Nuraini P
Eva Safitri
Galang Bintang
C. W
Habibi B
Hadi Ananda P
Isabela Regina P
M. Ircham J
M. Arif S
Nindhi R. H
Rafael Alvino R
Reivina Z
Ryan Adi P
Siti Sarah N. K

Astrit
Ariel
Alvi
Anya
Zahra
Bella
Rossa
Devi
Eva

1
0
0
4
0
5
3
4
6

Batas
Minimal
Perolehan
Chip
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Galang

6

5

Habibi
Nanda
Isabela
Anto
Arif
Nindhi
Rafael
Reivina
Ryan
Sarah

3
1
3
0
6
2
0
0
6
6

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jumlah Chip
yang
Diperoleh

Keterangan

Perilaku
muncul dan
mencapai
target

Perilaku
muncul tapi
tidak
mencapai
target

Perilaku
tidak muncul

21
22
23

Wahyu Adi N
Yanuar Yoga P
Shera Ivana T

Wahyu
Yoga
Shera

5
5
2

Kelas B2
Jumlah perilaku yang muncul: 74
1 Aisyah A
Aisyah
3
2 Alvino Bima L
Vino
11
3 Arival P. H
Rival
0
4 Anaya A. A
Anaya
2
5 Achmad F. A
Ave
6
6 Afrizya A. P
Afriza
0
7 Achmad N
Noven
8
Breyen Vinoel
8
Breyen
4
K. B
9 Friska Dewi R
Friska
9
10 Icha Allisia R
Icha
3
11 Izza Nurul F
Izza
2
12 Jessica M. S
Jessica
6
13 Kezya Queen A Kezya
0
14 M. Hilmi A
Hilmi
6
15 M. Fatony
Fatony
0
16 Mahesa R. N
Mahesa
5
17 M. Yusuf
Yusuf
3
18 Ramadhani D. P Dhani
4
19 Sazyana F. F
Sazy
4
20 S. J. Wikrama
Rama
0
21 Safira Aulia D
Fira
9
22 Slavino L. M
Slavino
1
Akumulasi perilaku yang muncul di Kelas B1 + B2

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
152

Untuk hari kedua, target chip yang harus dikumpulkan oleh subjek adalah lima
chip. Pengambilan data dilakukan dengan setting yang sama. Setiap kali subjek
membuang sampah, subjek memperoleh satu chip. Data diatas menunjukkan bahwa
terdapat 16 siswa yang berhasil mengumpulkan 5 chip. Meskipun hanya 16 siswa yang
berhasil memperoleh 5 chip, data menunjukkan bahwa rata-rata siswa telah
menunjukkan perilaku membuang sampah di tempat sampah sebanyak 3,37. Artinya,
pada hari kedua, masing-masing subjek menunjukkan perilaku membuang sampah di
tempat sampah sebanyak 3 kali.

Test hari ke-3 (Kamis, 23 April 2015)
Observer 1: Edoardo Saratoga
Observer 2: Meylysa One P
Kelas B1
No

Nama Lengkap

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Astrit Firdiana P
Ariel Firman M
Alvi Aulia A
Anya Aurelia
Az-Zahra M. K
Bella Wahyu A
Babby Rossa P
Devi Nuraini P
Eva Safitri
Galang Bintang
C. W
Habibi B
Hadi Ananda P
Isabela Regina P
M. Ircham J
M. Arif S
Nindhi R. H
Rafael Alvino R
Reivina Z
Ryan Adi P
Siti Sarah N. K
Wahyu Adi N
Yanuar Yoga P
Shera Ivana T

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Kelas B2
1 Aisyah A
2 Alvino Bima L
3 Arival P. H
4 Anaya A. A
5 Achmad F. A
6 Afrizya A. P
7 Achmad N
8 Breyen Vinoel
K. B

Jumlah perilaku yang muncul: 111
Batas
Jumlah Chip
Minimal
Panggilan
yang
Perolehan
Diperoleh
Chip
Astrit
1
7
Ariel
4
7
Alvi
4
7
Anya
0
7
Zahra
0
7
Bella
3
7
Rossa
7
7
Devi
1
7
Eva
13
7
Galang

14

7

Habibi
Nanda
Isabela
Anto
Arif
Nindhi
Rafael
Reivina
Ryan
Sarah
Wahyu
Yoga
Shera

0
1
6
6
3
8
7
2
12
6
6
7
0

7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7

Jumlah perilaku yang muncul: 100
Aisyah
3
Vino
13
Rival
0
Anaya
1
Ave
9
Afriza
6
Noven
0
Breyen
0

7
7
7
7
7
7
7
7

Keterangan

Perilaku
muncul dan
mencapai
target

Perilaku
muncul tapi
tidak
mencapai
target

Perilaku
tidak muncul

9 Friska Dewi R
Friska
11
10 Icha Allisia R
Icha
5
11 Izza Nurul F
Izza
7
12 Jessica M. S
Jessica
6
13 Kezya Queen A Kezya
0
14 M. Hilmi A
Hilmi
6
15 M. Fatony
Fatony
1
16 Mahesa R. N
Mahesa
13
17 M. Yusuf
Yusuf
1
18 Ramadhani D. P Dhani
6
19 Sazyana F. F
Sazy
5
20 S. J. Wikrama
Rama
0
21 Safira Aulia D
Fira
7
22 Slavino L. M
Slavino
0
Akumulasi perilaku yang muncul di Kelas B1 + B2

7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
211

Pada hari ketiga, subjek diberikan tawaran untuk berapa chip yang harus
dikumpulkan. Kemudian, dengan kesepakatan antara subjek dan tim peneliti, pada hari
tersebut subjek harus mengumpulkan minimal 7 chip. Data diatas menunjukkan bahwa
kemunculan perilaku membuang sampah pada tempat sampah mencapai frekuensi total
sebanyak 211 dengan 13 subjek yang berhasil memenuhi target capaian untuk
mengumpulkan minimal 7 chip. Maka, rata-rata kemunculan perilaku pada hari ketiga
adalah 4,9. Artinya, rata-rata subjek menunjukkan perilaku membuang sampah di
tempat sampah sebanyak 4-5 kali.

Postest (Senin, 27 April 2015)
Observer
I (Edoardo Saratoga)
II (Ana Zubaidah)
Jumlah
Rata-Rata kemunculan

Membuang sampah
tidak di tempat sampah
0
0
0
0

Membuang sampah di
tempat sampah
10 perilaku
9 perilaku
19
0,42

Data diatas merupakan hasil observasi sebagai data postest. Dimana tim peneliti
melakukan pengambilan data tanpa memberikan manipulasi apapun terhadap subjek.
Data menunjukkan bahwa rata-rata kemunculan perilaku membuang sampah di tempat
sampah adalah 0,42.

Dengan begitu, peneliti memperoleh gambaran hasil dari penerapan metode
token ekonomi pada perilaku membuang sampah di tempat sampah pada siswa TK B
PWRI Sawahan, Surabaya.
Grafik penerapan token ekonomi
3.5
3.13

3
2.5

Membuang sampah di
tempat sampah
Membuang sampah tidak
di tempat sampah

2
1.5
1

1.13

0.5 0.6
0
Baseline

0.4
0
Perlakuan

0
Postest

4.2 Pembahasan
Data pretest menunjukkan bahwa kemunculan perilaku membuang sampah tidak
di tempat sampah adalah sebesar 1,13 dan perilaku membuang sampah di tempat
sampah adalah sebesar 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku membuang sampah di
tempat sampah pada siswa TK B PWRI Sawahan, Surabaya belum cukup tinggi. Hal ini
didukung oleh pernyataan guru sekolah yang mengungkapkan bahwa sebagian dari
mereka membuang sampah di tempat sampah setelah disuruh oleh guru. Ketika ada
sampah di dekat mereka, mereka belum memiliki inisiatif untuk membuangnya
meskipun bukan sampah miliknya.
Maka, untuk meningkatkan perilaku membuang sampah di tempat sampah pada
siswa TK B PWRI Sawahan, Surabaya perlu adanya perlakuan. Perlakuan yang
diberikan adalah pemberian keping atau chip yang merupakan bagian dari token
ekonomi. Pemberian keping tersebut diberikan pada setiap kali siswa membuang
sampah di tempat sampah. Pada hari pertama, subjek harus mengumpulkan 3 chip.
Artinya mereka harus memunculkan perilaku membuang sampah di tempat sampah
sebanyak 3 kali untuk memperoleh 3 chip yang kemudian ditukarkan dengan snack

yang merupakan backup reinforcer. Data menunjukkan bahwa rata-rata kemunculan
perilaku membuang sampah di tempat sampah adalah sebesar 1,13. Data ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perilaku membuang sampah di tempat sampah
pada penerapan hari pertama.
Pada hari kedua, chip yang harus dikumpulkan adalah 5. Artinya mereka harus
memunculkan perilaku membuang sampah di tempat sampah sebanyak 5 kali untuk
memperoleh 5 chip yang kemudian ditukarkan dengan Yakult yang merupakan backup
reinforcer. Data menunjukkan bahwa rata-rata kemunculan perilaku membuang sampah
di tempat sampah adalah sebesar 3,37. Data ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
perilaku membuang sampah di tempat sampah pada penerapan hari kedua dibandingkan
hari pertama.
Pada hari ketiga, chip yang harus dikumpulkan adalah minimal 7. Artinya
mereka harus memunculkan perilaku membuang sampah di tempat sampah minimal 7
kali untuk memperoleh 7 chip

yang kemudian ditukarkan dengan pensil yang

merupakan backup reinforcer. Data menunjukkan bahwa rata-rata kemunculan perilaku
membuang sampah di tempat sampah adalah sebesar 4,9. Data ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan perilaku membuang sampah di tempat sampah pada penerapan hari
ketiga dibandingkan hari kedua.
Sementara itu

hasil postest menunjukkan bahwa kemunculan perilaku

membuang sampah di tempat sampah adalah 0,42. Dibandingkan dengan hasil pretest
yang sebesar 0,6 rata-rata kemunculan perilaku pada postest mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan karena selama pembelajaran tidak ada aktivitas yang memungkinkan
untuk membuang sampah dan waktu istirahat mereka hanya berkisar 7 – 10 menit dari
yang seharusnya yaitu 15 menit. Meskipun perilaku membuang sampah di tempat
sampah itu menurun pada postest, namun kualitas dari 0,42 tetap lebih tinggi dibanding
0,6. Hal ini telah disepakati berdasarkan pertimbangan dari perilaku membuang sampah
tidak di tempat sampah yang tidak muncul.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode token
ekonomi dalam meningkatkan perilaku membuang sampah di tempat sampah berhasil.
Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil perbandingan pretest, perlakuan dan postest.

BAB V
PENUTUP
5.1 Evaluasi
Pelaksanaan dari penerapan rancangan modifikasi perilaku yang telah kami buat
dapat dinyatakan berjalan cukup baik dan berhasil. Hal ini dikarenakan respon dari
siswa-siswa TK kelas B cukup antusias ketika pelaksanaa kegiatan rancangan
modifikasi dimulai. Terlihat pada saat hari pertama diterapkan, tidak terdapat siswa
yang membuang sampah sembarangan. Siswa sudah langsung mengerti bahwa sampah
seharusnya di buang di tempat sampah. Sama halnya seperti hari kedua, kelas siswa
semakin bersih. Tidak ada sampah jajan maupun makanan di dalam kelas karena sudah
di buang di temapt sampah. Apabila terdapat teman yang menghasilkan sampah, maka
siswa mengingatkan temannya untuk membuang pada tempat sampah.
Hanya saja, kami tidak dapat menggeneralisasikan bahwa metode yang telah
kami rancang berjalan sangat efektif. Hal ini dikarenakan, kami hanya menggunakan
sampel satu sekolah di Surabaya. Kemudian, kurangnya hari untuk menerapkan metode
ini juga berpengaruh karena kami hanya menggunakan waktu 3 hari untuk melakukan
metode ini di sekolah. Maka dari itu, untuk penelitian selanjutnya lebih baik dilakukan
dalam waktu yang cukup lama dan dilakukan di beberapa sekolah di Surabaya agar
terbukti keefektifitasannya.
5.2 Kesimpulan
Rancangan yang kami buat dalam modifikasi ini berhasil memunculkan perilaku
yang diharapkan yaitu berupa peningkatan perilaku siswa membuang sampah pada
tempat sampah. Perilaku

ini ditunjukan dengan adanya kemauan siswa untuk

membersihkan mejanya, dari sampah hasil kegiatan di kelas serta sampah jajan/mainan,
dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Perilaku membuang sampah pada tempat
sampah ini diharapkan semakin menguat dan menjadi kebiasaan sehari-hari pada siswa
di kela tersebut. Meskipun dalam aplikasi dari metode ini masih berjalan selama tiga
hari saja, kami merasa optimis jika kebiasaan ini bisa terbentuk pada siswa TK di kelas

B sekolah PWRI. Sehingga dengan meningkatnya perilaku membuang sampah pada
tempat sampah, siswa TK PWRI kelas B diharapkan mampu menjaga kebersihan
lingkungan kelas dan sekolahnya dan menciptakan lingkungan bersih.
5.3 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan supaya periode pengambilan
data untuk postest dilakukan beberapa kali. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
data yang lebih valid dan kredibel untuk menggambarkan bahwa perilaku tersebut
meningkat bukan karena adanya backup reinforcement, melainkan sudah menjadi
perilaku yang menetap.

Daftar Pustaka
Asril, N.M., Ni, Luh.P.,& Desak, P.P. (2014). Penerapan Teknik Token Economy
Berbantuan Media Kartu Pasangan Dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Pada Anak Usia Dini. E-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Vol
2 No 1
Boniecki, Kurt dan Stacy Moore. (2003). Breaking the Silence: Using a Token Economy
to Reinforce Classroom Participation. Teaching Of Psychology, vol. 30, no. 3.
http://apadiv2.org/ebooks/tips2011/I-12- 03Boniecki2003.pdf. (28 april 2012)
Miltenberger, R.G. (2012). Behavior modification: principle and procedur, fifth edition.
Belmont. Wadsworth.
Mulyani, R.R. (2013). Penerapan Token Economy untuk Meningkatkan Atensi dalam
Mengerjakan Tugas Pada Anak ADHD. Jurnal SAINS dan Praktik Psikologi. Vol
1(I), 37-47
Nurmawati,Eka Indah. (2013). Penerapan Metode Modifikasi Perilaku Token Economy
untuk
Mengurangi
Conduct
Disorder.
Tersedia
pada:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/pskip/article/viewFile/1373/1467.
Diakses
pada tanggal 28 April 2015.
Shadiqi, dkk (2010). Token economy dalam modifikasi perilaku membuang sampah ke
sungai pada masyarakat pinggiran sungai Martapura. Banjarbaru. Universitas
Lambung Mangkurat
Setiono, Kusdwiratri. (2008). Psikologi Perkembangan, Kajian Teori Piaget,Selman,
Kohlberg, dan Aplikasi Riset. Widya Padjadjaran.
Sran, S. K. (2010). Assessing the value of choice in a token system. Journal of Applied
Behavior Analysis, 44 (1), 1-18.

PROPOSAL
PENERAPAN
MODIFIKASI
PERILAKU
Metode token ekonomi

Disusun o leh :
Eduardo Saratoga 111111145
Ana Zubaidah 111211131026
Lela Trisdiana 111211131041
Meylissa One P. 111211131151
Fathu Rohmi M. 111211131160
Purani Galih R. 111211132011
Siti Zainab Budianti 111211133003
Rossyalita Bunga A. 111211133067

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

INFORMED CONCENT
(Surat Pernyataan Kesediaan)

Kami mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, akan
melakukan penelitian di TK PWRI kecamatan Sawahan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku. Penelitian ini
dilakukan dengan menerapkan metode Token Ekonomi dalam
meningkatkan perilaku membuang sampah di tempat sampah pada
siswa TK B.
Dengan demikian, kami meminta kesediaan Bapak/ Ibu selaku
pihak sekolah untuk mengizinkan kami melaksanakan penelitian ini di
TK PWRI kecamatan Sawahan. Data yang kami peroleh akan dijamin
kerahasiaannya dan dipertanggungjawabkan sebagai data ilmiah.

Menyetujui,

Kepala TK PWRI

Ketua Penelitian

PENERAPAN METODE TOKEN EKONOMI DALAM
MENINGKATKAN PERILAKU MEMBUANG SAMPAH DI
TEMPAT SAMPAH
Token ekonomi merupakan sebuah program modifikasi perilaku
dengan menggunakan kepingan yang diberikan kepada individu setiap kali
target perilaku muncul, kemudian kepingan-kepingan yang telah terkumpul
dapat ditukarkan dengan hadiah (reward) idaman subjek (Soekadji, 1983).
Telah banyak penelitian yang meneliti tentang efektivitas metode token
ekonomi dalam modifikasi perilaku. Sehingga peneliti hendak melihat
kembali apakah metode token ekonomi dapat diterapkan pula dalam
meningkatkan perilaku membuang sampah di tempat sampah. Subjek
penelitian ini adalah siswa TK B di TK PWRI, kecamatan Sawahan, kota
Surabaya.
Target perilaku dalam penelitian ini adalah Perilaku membuang
sampah di tempat sampah. Sehingga, indikator keberhasilan dari penelitian
ini adalah: (1) setelah makan atau melakukan hal yang menghasilkan
sampah, siswa membuang sampah di tempat sampah, (2) siswa
menemukan sampah, kemudian membuang sampah di tempat sampah, (3)
siswa melakukan hal tersebut tidak dalam arahan, perintah dan paksaan
dari orang lain.
Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan:
Hari
Waktu
Rencana kegiatan
pelaksanaan
Kamis, 16 April
11.25 s/d 12.10
Survei tempat pengambilan
2015
data
Senin, 20 April
6.30 – 7.00
Tim melakukan sosialisasi
2015
dengan guru mengenai teknis
pelaksanaan
Yang harus ada:
Surat izin, Jadwal kegiatan, kontrak dan
desain kegiatan.
7.00 – 9.30

9.30 – 9.45

Tim melakukan observasi
sebagai data awal (pretest)
Yang harus ada:
Form observasi dan ATK
Tim melakukan sosialisasi
dengan siswa.
Yang harus ada:
Nametag (kepala Thomas) yang akan

Checklis
t

Selasa, 21 April
2015

7.00 – 9.30

diberikan pada siswa
Sebelum tim melakukan
pengambilan data, tim
menyampaikan kembali
mengenai panduan
pelaksanaan kegiatan
Yang harus ada:
Form observasi, Pocker chip berwarna
merah sejumlah + 200, reward (Fullo,
momogi, chocolatos, richeese)

Rabu, 22 April
2015

Kamis, 23 April
2015

7.00 – 9.30

7.00 – 9.30

7.00 – 9.15

9.15 – 9.30

Sebelum tim melakukan
pengambilan data, tim
menyampaikan kembali
mengenai panduan
pelaksanaan kegiatan
Yang harus ada:
Form observasi, Pocker chip berwarna
kuning sejumlah + 300, reward (buku
tulis, buku gambar A5)
Sebelum tim melakukan
pengambilan data, tim
menyampaikan kembali
mengenai panduan
pelaksanaan kegiatan
Yang harus ada:
Form observasi, Pocker chip berwarna
hijau sejumlah + 200, reward (Rautan,
pensil dan penghapus)
Tim melakukan observasi
sebagai data akhir (posttest)
Yang harus ada:
Form observasi
Tim melakukan terminasi
dengan siswa dan pihak
sekolah
Yang harus ada:
rekapitulasi data, penghargaan untuk
siswa-siswi yang terpilih sebagai DUTA
LINGKUNGAN, kenang-kenangan
untuk pihak sekolah

KONTRAK UNTUK PIHAK SEKOLAH DAN ORANG TUA
Sasaran kegiatan ini adalah untuk SISWA TK B sejumlah + 50 siswa.
Kegiatan ini berupa keharusan membuang sampah di tempat sampah
selama di sekolah. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama tiga hari:
Selasa, Rabu, Kamis. Sehingga selama tiga hari tersebut kami
meminta kesediaan pihak sekolah untuk bekerjasama dalam beberapa
hal sebagai berikut:
1. Baik pihak sekolah maupun orangtua dimohon untuk tidak
menyediakan atau membawakan sampah dari rumah dan/atau
luar sekolah.
2. Baik Tim peneliti, pihak sekolah maupun orang tua dimohon untuk
tidak memberikan stimulus apapun dalam bentuk instruksi atau
arahan untuk siswa supaya membuang sampah. Artinya, kita
tidak diperbolehkan untuk menyuruh atau memaksa siswa
untuk membuang sampah. (biarkan mereka melakukan atas
kesadaran dan inisiatif mereka sendiri)
3. Pihak sekolah sebaiknya tidak membersihkan sampah, kecuali
untuk membersihkan debu, tanah, dan air. (kondisional). Sebab,
Tim peneliti berharap supaya sampah berupa plastik, kertas,
bekas rautan atau menghapus, serta bungkus makanan dan
minuman dapat dibuang oleh siswa TK B.
Ketentuan diatas tidak diikuti dengan tujuan atau maksud tertentu
selain untuk mengontrol subjek. Kontrol yang dimaksudkan disini tidak
untuk membatasi ruang gerak subjek. Namun, kontrol perlu dilakukan
agar perilaku yang menjadi target dari penelitian ini dapat muncul
dengan sendirinya dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

KONTRAK UNTUK SISWA
Kegiatan akan dilakukan selama 3 hari. Kegiatan ini berupa keharusan
membuang sampah di tempat sampah. Sampah yang boleh dibuang
adalah sampah milik siswa sendiri maupun milik orang lain. Artinya, jika
siswa menemukan sampah meskipun bukan miliknya, siswa
diperbolehkan untuk membuang sampah tersebut di tempat sampah.
Siswa perlu mengetahui bahwa setiap kali siswa membuang sampah
(dengan jumlah satu atau lebih) di tempat sampah, berhak memperoleh
satu chip berupa gerbong kereta Thomas. Apabila pada hari pertama,
siswa dapat mengumpulkan 3 sampai 5 chip (sesuai kesepakatan pada
hari itu) maka siswa berhak menukarkan chips tersebut kepada tim
peneliti untuk memperoleh hadiah (sesuai pilihan siswa).
Pada hari kedua, apabila siswa dapat mengumpulkan 4 sampai 6 chip
(sesuai kesepakatan pada hari itu) maka siswa berhak menukarkan
chips tersebut kepada tim peneliti untuk memperoleh hadiah pengganti
(sesuai pilihan siswa).
Pada hari ketiga, apabila siswa dapat mengumpulkan 5 sampai 7 chip
(sesuai kesepakatan pada hari itu) maka siswa berhak menukarkan
chips tersebut kepada tim peneliti untuk memperoleh hadiah pengganti
(sesuai pilihan siswa).
Peraturan pelaksanaan
1. Siswa harus membuang sampah di tempat sampah yang telah
disediakan. Sampah yang dimaksud adalah sampah plastik,
kertas, bekas makanan atau minuman, bekas rautan atau
menghapus.
2. Siswa diperbolehkan membuang sampah berupa daun, akar,
bunga atau sejenisnya jika sampah tersebut berada di ruang
kelas. Bukan dari hasil memetik.
3. Membuang sampah dapat dilakukan selama proses pembelajaran,
dengan ketentuan tidak mengganggu proses belajar
4. Siswa akan memperoleh satu chip dalam setiap membuang
sampah di tempat sampah.
5. Siswa boleh menyimpan chip yang belum atau telah ditukarkan
dengan hadiah. Artinya, kalau siswa menghendaki untuk
menyimpan chips, siswa harus menukarkan dulu.
6. Siswa hanya diperkenankan membuang sampah yang ada di
lingkungan sekolah. Tidak diperkenankan membawa sampah dari
rumah dan/atau luar sekolah.
7. Siswa tidak diperbolehkan mencuri sampah milik teman tanpa
memperoleh izin dari pemiliknya

Persyaratan memperoleh dan menukarkan chip
1. Setiap kali siswa membuang sampah di tempat sampah, siswa
berhak memperoleh satu chip. Artinya, satu kali membuang
sampah di tempat sampah, siswa akan memperoleh satu chip.
2. Siswa diperkenankan membuang sampah lebih dari satu. Namun,
jumlah chip yang diperoleh tetap dihitung berdasarkan berapa
kali siswa membuang sampah di tempat sampah. Misalnya: salah
satu siswa membuang 3 sampah, maka jumlah chip yang akan ia
peroleh adalah 1. Bukan 3 chip. (perhatikan kembali aturan No.
2).
3. Setelah mengumpulkan sejumlah chip yang telah disepakati, siswa
berhak memperoleh hadiah dengan menukarkan chip yang
memiliki warna yang sama pada tim peneliti.
4. Siswa tidak diperbolehkan untuk meminjam chip milik teman
yang belum atau telah ditukarkan dengan hadiah.