Proses Pengolahan Limbah Cari Rumah Saki

Proses Pengolahan Limbah Cari Rumah Sakit dengan Sistem
Biofilter AnAerob dan Aerob
Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat
potensial. Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit adalah
terbatasnya dana yang ada untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya,
khususnya untuk rumah sakit tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu
dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta
harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Selain
itu perlu menyebar-luaskan informasi teknologi khususnya untuk pengolahan air limbah rumah
sakit, sehingga dalam memilih teknologi pihak pengelola rumah sakit mendapatkan hasil yang
optimal.
Rumah sakit adalah merupakan fasilitas sosial yang tak mungkin dapat dipisahkan dengan
masyarakat, dan keberadaannya sangat diharapkan oleh masyarakat, karena sebagai manusia atau
masyarakat tentu menginginkan agar keseahatan tetap terjaga. Oleh karena itu rumah sakit
mempunyai kaitan yang erat dengan keberadaan kumpulan manusia atau masyarakat tersebut. Di
masa lalu, suatu rumah sakit dibangun di suatu wilayah yang jaraknya cukup jauh dari dareah
pemukiman, dan biasanya dekat dengan sungai dengan pertimbangan agar pengelolaan limbah
baik padat maupun cair tidak berdampak negatip terhadap penduduk, atau bila ada dampak
negatip maka dampak tersebut dapat diperkecil.
Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, lokasi rumah sakit yang dulunya

jauh dari daerah pemukiman penduduk tersebut sekarang umumnya telah berubah dan berada di
tengah pemukiman penduduk yang cukup padat, sehingga masalah pencemaran akibat limbah
rumah sakit baik limbah padat atau limbah cair sering menjadi pencetus konflik antara pihak
rumah sakit dengan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Dengan pertimbangan alasan tersebut, maka rumah sakit yang dibangun setelah tahun 1980 an
telah diwajibkan menyediakan sarana limbah padat maupun limbah cair. Namun dengan semakin
mahalnya harga tanah, serta besarnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan peningkatan sarana
penunjang pelayanan kesehatan yang baik, dan di lain pihak peraturan pemerintah tentang
pelestarian lingkungan juga semakin ketat, maka pihak rumah sakit umumnya menempatkan
sarana pengolah limbah pada skala prioritas yang rendah. Akibatnya, sering terjadi benturan
perbedaan kepentingan antar pihak rumah sakit dengan masyarakat atau pemerintah. Dengan
adanya kebijakan legal yang mengharuskan pihak rumah sakit agar menyediakan fasilitas
pengolahan limbah yang dihasilkan, mengakibatkan biaya investasi maupun biaya operasional
menjadi lebih besar.
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air
yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa
organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta
mikro-organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar,


maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan
standar yang berlaku.
Dengan adanya peraturan yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air
limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan teknologi pengolahan air limbah
rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu dikembangkan. Hal ini mengingat
bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup
mahal, sedangkan di lain pihak dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air
limbah tersebut sangat terbatas sekali. Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya
dapat membangun unit alat pengolah air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang
cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini
masih membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah
sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit
dengan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat kedala yang
cukup besar yakni kurangnya tersedianya teknologi pengolahan yang baik dan harganya murah.
Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana
pihak rumah sakit tidak/belum mampu untuk membangun unit alat pengilahan air limbah sendiri,
sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah sakit yang membuang air limbahnya ke
saluran umum.
PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh
kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air
bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis
rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll.; air limbah laboratorium; dan
lainya. Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair
klinis umumnya mengadung senaywa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah
dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal
dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut
dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat menggagu
proses pengolahannya.Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air
limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara kimiafisika, Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain, dan
selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis. Diagram proses pengelolaan air
limbah rumah sakit secara umum dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini.
Di dalam pengelolaan air limbah rumah sakit, maka yang perlu diperhatikan adalah sistem
saluran pembuangan air. Saluran air limbah dan saluran air hujan harus dibuat secara terpisah.
Air limbah rumah sakit baik yang berasal dari buangan kamar mandi, air bekas ccucian, air
buangan dapur serta air limbah klinis dikumpulkan ke bak kontrol dengan saluran atau pipa
tertutup, selanjutnya dialirkan ke unit pengolahan air limbah. Setelah dilakukan pengolahan, air
hasil olahannya dibuang ke saluran umum. Untuk air hujan dapat langsung dibuang kesaluran
umum melalui saluran terbuka.


Teknologi Pengolahan Air Limbah
Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya menggunakan teknologi
pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimiafisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara),
kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik.
Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD
yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi. Dalam makalah ini uraian dititik beratkan pada
proses pengolahan air limbah secara aerobik.
Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni
proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan
melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam. Proses
biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas
mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikro-organime
yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses
pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar/konvesional (standard
activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam
oksidasi sistem parit) dan lainya.
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah dimana mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut
melekat pada permukaan media. Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara

ini antara lain : trickling filter atau biofilter, rotating biological contactor (RBC), contact
aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya. Proses pengolahan air limbah secara biologis
dengan lagoon atau kolam adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas
dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh
secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses
penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukam proses
aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau
kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang
dikategorikan sebagai proses biologis dengan biakan tersuspensi.

Teknologi Proses Pengoalahan Air Limbah Rumah SakitTeknologi proses pengolagan air
limbah yang digunakan untuk mengolah air limbah rumah sakit pada dasarnya hampir sama
dengan teknologi proses pengolahan untuk air limbah yang mengandung polutan organik
lainnya. Pemilihan jenis proses yang digunakan harus memperhatikan bebrapa faktor antara lain
yakni kualitas limbah dan kualitas air hasil olahan yang diharapkan, jumlah air limbah, lahan
yang tersedia dan yang tak kalah penting yakni sumber energi yang tersedia.
Berapa teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit yang sering digunakan yakni antara
lain: proses lumpur aktif (activated sludge process), reaktor putar biologis (rotating biological
contactor, RBC), proses aerasi kontak (contact aeration process), proses pengolahan dengan
biofilter “Up Flow”, serta proses pengolahan dengan sistem “biofilter anaerob-aerob”.


Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Lumpur AktifPengolahan air limbah dengan proses
lumpur aktif secara umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir,
serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen. Secara umum proses pengolahannya
adalah sebagai berikut. Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung ke dalam bak
penampung air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah serta
dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar. Kemudian, air limbah
dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap awal berfungsi untuk
menurunkan padatan tersuspensi (Suspended Solids) sekitar 30 – 40 %, serta BOD sekitar 25
%.
Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak
aerasi ini air limbah dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil
penguraian zat organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya.
Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa dalam
jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan menguaraikan senyawa
polutan yang ada di dalam air limbah.
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak


aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan(over flow) dari bak pengendap akhir
dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar
setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum.
Dengan proses ini air limbah rumah sakit dengan konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat di
turunkan kadar BOD nya menjadi 20 -30 mg/lt. Skema proses pengolahan air limbah rumah sakit
dengan sistem aerasi kontak dapat dilihat pada gambar diatas. Surplus lumpur dari bak
pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, sedangkan air
resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur aktif
ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga tidak
memerlukan tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dalam
jumlah yang besar. Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain yakni kemungkinan dapat
terjadi bulking pada lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup
besar.

Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Reaktor Biologis Putar (Rotating Biological
Contactor, Rbc)
Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC adalah salah satu teknologi
pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi secara biologis dengan
sistem biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni

air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme
(microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor.
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik
yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul
atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke
dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini mikro-organisme miaslanya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya
tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang

terdiri dari mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-organisme akan
menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen
yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa
organik dalam air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut tercelup kedalam
air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah yang
mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di atas permuaan air, mikroorganisme menyerap okigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan
senyawa organik. Enegi hasil penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses perkembang-biakan atau metabolisme.
Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar dari biofilm dan
terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang
ada pada mediumnya, sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada

permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air.
Pertumbuhan mikro-organisme atau biofilm tersebut makin lama semakin tebal, sampai akhirnya
karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar.
Selanjutnya, mikro-organisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya
hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam air
limbah. Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun konstruksinya sederhana,
kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar, lumpur
yang terjadi relatf kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak
menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari sistem RBC yakni sensitif terhadap temperatur.

Proses Pengolahan

Bak Pemisah Pasir
Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran yang berupa
pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya
sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada
inlet kolam pemisah pasir tersebut.
Bak Pengendap Awal
Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal. Di dalam bak
pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal

di dalam bak pengedap awal adalah 2 – 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan
daan dipompa ke bak pengendapan lumpur.
Bak Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air limbah tersebut
dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun / kecil,
maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama
air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.
Kontaktor (reaktor) Biologis Putar
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau plastik
dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam
keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira
2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan tumbuh pada permukaan media yang
berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Film biologis tersebut terdiri dari
berbagai jenis/spicies mikro-organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan lainnya. Mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senaywa organik
yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya
beratnya akan mengelupas dengan sedirinya dan lumpur orgnaik tersebut akan terbawa aliran air
keluar. Selanjutnya laisan biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan media
dengan sendirinya.

Bak Pengendap Akhir

Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak pengendap
akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif,
lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih
berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relaitif sudah jernih, selanjutnya
dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak
pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.
Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri coli, bakteri
patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk
mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak
khlorinasi untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak
khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu
sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi
air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.
Bak Pemekat Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir dikumpulkan di
bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan
dengan cara didiamkan sekitar 25 jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air
supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang
telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara
periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
Keunggulan dan Kelemahan RBC
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah denga sistem RBC antara lain :


Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.



Untuk kapasitas kecil / paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif konsumsi energi
lebih rendah.



Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi beban
pengoalahan.



Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih
besar.



Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti pada proses lumpur aktif.

Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara
lain yakni :


Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.



Sensitif terhadap perubahan temperatur.



Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.



Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang timbul bau yang
kurang sedap.

Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Aerasi KontakProses ini merupakan pengembangan
dari proses lumpur aktif dan proses biofilter. Pengolahan air limbah dengan proses aerasi kontak
ini terdiri dari dua bagian yakni pengolahan primer dan pengolahan sekunder.
Pengolahan Primer
Pada pengolahan primer ini, air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk
menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui
screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir
dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol
aliran.
Pengolahan sekunder
Proses pengolahan sekunder ini terdiri dari bak kontaktor anaerob (anoxic) dan bak kontaktor
aerob. Air limpasan dari bak pengendap awal dipompa dan dialirkan ke bak penenang, kemudian
dari bak penenang air limbah mengalir ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah
ke atas (Up Flow). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan
plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai
dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob
dialirkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi ini diisi dengan media dari bahan pasltik
(polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara
sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah
serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak
dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan
media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik. Proses ini
sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak
khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk
membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi

dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan
aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), cara ini dapat menurunkan
konsentrasi nutrient (nitrogen) yang ada dalam air limbah. Dengan proses ini air limbah rumah
sakit dengan konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat di turunkan kadar BOD nya menjadi 20 -30
mg/lt. Surplus lumpur dari bak pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak
pengering lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah.

Keunggulan Proses Aerasi Kontak


Pengelolaannya sangat mudah.



Biaya operasinya rendah.



Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.



Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.



Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.



Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter “Up Flow”
Proses pengolahan air limbah dengan biofilter “up flow” ini terdiri dari bak pengendap, ditambah
dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil atau batu pecah, plastik atau
media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau facultatif aerobik Bak pengendap terdiri atas 2 ruangan, yang pertama berfungsi
sebagai bak pengendap pertama, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur
sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak
terendapkan di bak pertama, dan air luapan dari bak pengendap dialirkan ke media filter dengan
arah aliran dari bawah ke atas.
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter kemudian dibubuhi dengan khlorine atau
kaporit untuk membunuh mikroorganisme patogen, kemudian dibuang langsung ke sungai atau

saluran umum. Skema proses pengolahan air limbah dengan biofilter “Up Flow” dapat dilihat
seperti terlihat dalam Gambar di bawah ini.
Biofilter “Up Flow” ini mempunyai 2 fungsi yang menguntungkan dalam proses pengolahan air
buangan yakni antara lain :
1. Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter lama
kelamaan mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang
disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses
penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air
limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut.
Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya
(BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD cara ini
dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) dan
konsentrasi total nitrogen dan posphor.
2. Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem
aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air
buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak
filter. Sistem biofilter Up Flow ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa
memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok digunakan untuk
mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.


Proses dengan Biofilter “Anaerob-Aerob” ini mempunyai beberapa keuntungan yakni :


Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter
mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga
biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan
pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian
secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan
mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas
bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin
besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BODdan COD, cara ini dapat
juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) , deterjen
(MBAS), ammonium dan posphor.



Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem
aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air
buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak
filter. Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa
memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok digunakan untuk
mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar



Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi penghilangan senyawa phospor
menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja.
Phenomena proses penghilangan phosphor oleh mikroorganisne pada proses pengolahan
anaerob-aerob dapat diterangkan seperti pada Gambar III.8. Selama berada pada kondisi
anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan keluar
sebagi akibat hidrolosa senyawa phospor. Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan
untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air limbah. Efisiensi
penghilangan BOD akan berjalan baik apabila perbandingan antara BOD dan phospor (P)
lebih besar 10. (Metcalf and Eddy, 1991). Selama berada pada kondisi aerob, senyawa
phospor terlarut akan diserap oleh bakteria/mikroorganisme dan akan sintesa menjadi

polyphospat dengan menggunakan energi yang dihasik oleh proses oksidasi senyawa
organik (BOD). Dengan demikian dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat
menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar.
Keunggulan Proses Biofilter “Anaerob-Aerob”
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerb-aerob antara lain
yakni :


Pengelolaannya sangat mudah.



Biaya operasinya rendah.



Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.



Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.



Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.



Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.



Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.

Kriteria Perencanaan
Kriteria Perencanaan Bak Pengendap
Bak pengendap harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain :



Bahan bangunan harus kuat terhadap tekanan atau gaya berat yang mungkin timbul dan
harus tahan terhadap asam serta harus kedap air.



Jumlah ruangan disarankan minimal 2 (dua) buah.



Waktu tinggal (residence time) 1s/d 3 hari.



Bentuk Tangki empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 s/d 3 : 1.



Lebar Bak minimal 0,75 meter dan panjang bak minimal 1,5 meter.



Kedalaman air efektif 1-2 meter, tinggi ruang bebas air 0,2-0,4 meter dan tinggi ruang



Untuk penyimpanan lumpur 1/3 dari kedalaman air efektif (laju produksi lumpur sekitar
0,03 – 0,04 M3/orang /tahun ).



Dasar bak dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan
pengurasan lumpur.



Pengurasan lumpur minimal dilakukan setiap 2 – 3 tahun.

Kriteria Perencanaan Biofilter “Up Flow”
Untuk merencanakan biofilter “Up Flow” harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni :


Bak biofilter terdiri dari 1 (satu) ruangan atau lebih.



Media filter terdiri dari kerikil atau batu pecah atau bahan plastik dengan ukuran diameter
rata-rata 20 -25 mm , dan ratio volume rongga 0,45.



Tinggi filter (lapisan kerikil) 0,9 -1,2 meter.



Beban hidrolik filter maksimum 3,4 M3/m2/hari.



Waktu tinggal dalam filter 6 -9 jam (didasarkan pada volume rongga filter).

Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob
Proses ini pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan pengembangan dari proses
proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak Pengolahan air limbah dengan proses
biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob
(anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor
khlor.

Air limbah yang berasal dari rumah tangga dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk
menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui
screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir
dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol
aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan
arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan
media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat
lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat
organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak
kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, pasltik (polyethylene), batu apung atau
bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada
permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air
maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan
efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak
(Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak
khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk
membunuh micro-organisme patogen.
Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai
atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat
menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan
lainnya.

Bak Kontaktor Khlorine
Unit prototipe alat pengolahan air limbah rumah tangga tersebut dapat dilengkapi dengan bak
khlorinasi (bak kontaktor) yang berfungsi untuk mengkontakan khlorine dengan air hasil
pengolahan. Air limbah yang telah diolah sebelum dibuang ke saluran umum dikontakkan
dengan khlorine agar mikroorganisme patogen yang ada di dalam air dapat dimatikan. Senyawa
khlor yang digunakan adalah kaporit dalam bentuk tablet.
RANCANG BANGUN UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN
SISTEM BIOFILTER ANAEROB-AEROB
Proses Pengolahan
Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah
domistik maupun air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui
saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan ke bak kontrol. Fungsi bak kontrol adalah untuk
mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit
pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu
gosok dan lainnya agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah.
Dari bak kontrol, air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi
menjadi tiga buah ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob
tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow), serta bak stabilisasi. Selanjutnya dari bak
stabilisai, air limbah dialirkan ke unit pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri
dari beberapa buah ruangan yang berisi media untuk pembiakan mikro-organisme yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalan air limbah.

Setelah melalui unit pengolahan lanjut , air hasil olahan dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam
bak khlorinasi air limbah dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh mikroorganisme patogen
dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau
saluran umum.
Bentuk Dan Prototipe Alat
Rancangan prototipe alat dirancang yang digunakan untuk uji coba pegolahan air limbah rumah
sakit ditunjukkan seperti pada Gambar IV.1. Prototipe alat ini secara garis besar terdiri dari bak
pengendapan/pengurai anaerob dan unit pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob.
Bak pengurai anaerob dibuat dari bahan beton cor atau dari bahan fiber glas (FRP), disesuaikan
dengan kondisi yang ada. Ukuran bak pengurai anaerob yakni panjang 160 cm, lebar 160 cm,
dan kedalaman efektif sekitar 200 cm, dengan waktu tinggal sekitar 8 jam.
Unit pengolahan lanjut dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat dalam bentuk yang kompak
dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang 310 cm, lebar 100 cm dan tinggi 190 cm.
Ruangan di dalam alat tersebut dibagi menjadi beberapa zona yakni rungan pengendapan awal,
zona biofilter anaerob, zona biofilter aerob dan rungan pengendapan akhir.
Media yang digunakan untuk biofilter adalah batu apung atau batu pecah dengan ukuran 1-2 cm,
atau ari bahan lain misalnya zeolit, batubara (anthrasit), palstik dan lainnnya. Selain itu, air
limbah yang ada di dalam rungan pengendapan akhir sebagian disirkulasi ke zona aerob dengan
menggunakan pompa sirkulasi.
Kapasitas Alat
Prototipe alat ini dirancang untuk dapat mengolah air limbah sebesar 10 -15 m3/hari, yang dapat
melayani rumah sakit dengan 30 –50 bed.

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

4 81 27

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID - SPIRONOLAKTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

15 131 27

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Divisi Humas Dan Rumah Tangga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat

5 91 1

Sistem Informasi Pengolahan Data Pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP4K Kabupaten Sukabumi

10 84 1