Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga (1)

DAFTAR ISI
BAB 1 KOMPOSTER SKALA RUMAH TANGGA .......................................................................... 1
1.1 Pengenalan Komposter Skala Rumah Tangga .................................................................. 3
1.2 Pembuatan Kompos dengan Keranjang Takakura ........................................................... 5
1.3 Pembuatan Kompos dengan Bak/Tong Plastik................................................................. 6
1.4 Komposter Rumah Tangga (Ditanam) .............................................................................. 9
BAB 2 MODUL WASADES TERCAMPUR .................................................................................. 13
2.1 Pengenalan Wasades ..................................................................................................... 13
2.2 Tahap Perencanaan Modul Wasades ............................................................................. 14
2.3 Konstruksi Modul Wasades ............................................................................................ 16
2.3.1 Pembuatan Galian Modul Wasades Individual ....................................................... 16
2.3.3 Pembuatan Lapisan Dasar Wasades ........................................................................ 16
2.4 Pengoperasian Wasades ................................................................................................ 17
2.5 Pemeliharaan dan Perawatan Modul Wasades ............................................................. 18
BAB 3 MODUL WASADES TERPILAH .......................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Pengenalan Wasades ........................................................ Error! Bookmark not defined.
3.2 Tahap Perencanaan Modul Wasades ................................ Error! Bookmark not defined.
3.3 Konstruksi Modul Wasades................................................... Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Pembuatan Pondasi ....................................................... Error! Bookmark not defined.
3.3.2 Konstruksi Sistem Pelapis Dasar..................................... Error! Bookmark not defined.
3.3.3 Konstruksi Dinding ......................................................... Error! Bookmark not defined.

3.4 Pengoperasian Modul wasades ............................................ Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Tahap Pemilahan Sampah .......................................... Error! Bookmark not defined.
3.4.2 Tahap Pembuangan Sampah ...................................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Pemeliharaan dan Perawatan Modul Wasades ................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis-Jenis Sampah yang Dapat Dikomposkan. .......................................................... 4
Tabel 1.2 Proses Pembuatan Keranjang Takakura. ................................................................... 6
Tabel 1. 3 Contoh Pemasangan Komposter (ditanam). ........................................................... 12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Metode Pengomposan Skala Kawasan dengan Menggunakan Keranjang
Takakura. .................................................................................................................................... 5
Gambar 1. 2 Hasil Akhir Berupa Kompos yang Diaplikasi Pada Tanaman. ................................ 7
Gambar 1. 3 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter. .............................................. 8
Gambar 1. 4 Diagram Proses Pengomposan Rumah Tangga. ................................................... 9
Gambar 1. 5 Komposter Rumah tangga (Ditanam). ................................................................ 10
Gambar 2.1 Modul Wasades Sebagai Media untuk Membuang Sampah Masyarakat di
Kawasan Perdesaan. ................................................................................................................ 13
Gambar 2.2 Spesifikasi Teknis Modul Wasades. ..................................................................... 15
Gambar 2.3 Pagar disekeliling Modul Wasades untuk Keamanan. ......................................... 17

Gambar 2.4 Ilustrasi Sampah di Kawasan Perdesaan yang Diproses dengan Menggunakan
Modul Wasades. ...................................................................................................................... 18

BAB 1
KOMPOSTER SKALA RUMAH TANGGA
1.1 Pengenalan Komposter Skala Rumah Tangga
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, umumnya berasal dari kegiatan
manusia dan bersifat padat. Berdasarkan komposisi kimia, sampah dibedakan menjadi
sampah organik dan sampah anorganik. Hasil penelitian mengenai sampah padat di Indonesia
menunjukkan bahwa 80% diantaranya merupakan sampah organik dan diperkirakan 78% dari
sampah tersebut dapat digunakan kembali. Oleh karena itu, diperlukan suatu penanganan
khusus untuk mengolah sampah organik yang melimpah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Pada dasarnya, sampah organik seperti sisa-sisa makanan atau sampah dapur akan
mengalami pembusukan atau degradasi secara alami oleh mikroorganisme yang berlimpah
di alam. Hasil dari pembusukan atau degradasi tersebut berupa bahan seperti humus atau
yang lebih dikenal sebagai kompos. Oleh karena itu, pengomposan merupakan salah satu
teknik pengolahan sampah organik (hayati) yang mudah membusuk.
Pengomposan adalah penguraian bahan organik secara biologis, khususnya oleh
mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai sumber energi. Prinsip
dasar dalam membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alamiah agar

kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengatur aerasi dan penambahan aktivator
pengomposan. Fungsi utama kompos adalah :
Sifat fisik kompos antara lain dapat menggemburkan tanah, penggunaan kompos pada tanah
akan meningkatkan jumlah rongga sehingga tanah menjadi gembur.
Sifat kimia tanah yang mampu dibenahi dengan menggunakan kompos adalah meningkatkan
Kapasitas tukar Kation pada tanah dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyimpan air.
Sifat biologi tanah, kompos dapat meningkatkan populasi mikroorganisme dalam tanah.
Tidak semua sampah dapat dikomposkan, hanya sampah organik yang bersumber dari
tanaman atau hewan yang dapat dikomposkan (tabel 1.1).

Tabel 1.1 Jenis-Jenis Sampah yang Dapat Dikomposkan.
Sampah sayur-sayuran, sampah dapur daun, kulit telur,
Sampah organik yang BISA
limbah buah-buahan, serbuk katu atau abu kayu, kotoran
dikomposkan
ternak (sapi, kambing,unggas)
Sampah
organik

yang Produk susu, keju, yogurt, daging, ikan dan tulangkulit durian,
sebaiknya
TIDAK kulit kelengkeng, klobot jagung, kulit kelapa, kotoran (hewan
dikomposkan
dan manusia), kain dan kertas
Sampah Non organik yang Plastik, kaca, logam dan sampah B3
TIDAK BISA dikomposkan
Pengomposan aerob adalah proses dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses
penguraian sampah organik. Proses pengomposan terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa
yang mudah terurai akan segera dimanfaatkan oleh bakteri mesofilik.
Berikut gambaran umum proses pengomposan aerob :
 Proses pembusukan sampah dimulai oleh

bakteri

mesofilik

pada


suhu

o




lingkungan(30 C)
Dari proses ini dioksidasi menjadi CO2 yang menghasilkan panas
Dalam periode dua hari kemudian, suhu di dalam tumpukan sampah akan mencapai



45 C yang merupakan batas suhu bakteri mesophilik dapat hidup
Kegiatan pembusukan digantikan oleh jenis bakteri thermophilik selama lebih kurang
dua minggu mendatang











o

o

o

Suhu tumpukan sampah terus naik sampai mencapi 65 -70 C, kegiatan
mikroorganisme akan turun akibat panas yang tinggi kemudian turun kembali ke suhu
normal
Proses pembusukan sampah secara aerob sangat tergantung dari kondisi lingkungan
yang baik untuk kehidupan bakteri. Diperlukan udara dan kelembaban yang sesuai
sebagai tambahan dari bahan makanan yang sudah tersedia di dalam sampah.
Pengomposan aerob banyak diterapkan karena tidak menimbulkan bau, waktu
pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat

membunuh bakteri patogen dan telur cacing. Oleh karena itu, kompos yang dihasilkan
lebih higienis.
Pengomposan menurut skala pembuatannya dibagi dua, yaitu :
Pengomposan skala rumah tangga
Yaitu pengomposan yang material organiknya berasal dari satu kepala keluarga.
Pengomposan skala rumah tangga tidak membutuhkan tempat yang besar dan sulit
karena dapat menggunakan keranjang, tong, drum, dll.
Pengomposan skala kawasan




Yaitu pengomposan yang material organiknya berasal dari beberapa kepala keluarga,
sehingga lahan yang digunakan dan produk kompos yang dihasilkan lebih besar.
Pengomposan skala rumah tangga dapat dilakukan di kawasan perdesaan, sebagai
suatu alternatif pengolahan sampah. Sedangkan, pengomposan skala kawasan dapat
diaplikasikan sebagai pilihan metode pengolahan sampah organik di TPS 3R kawasan
perbatasan dan pulau kecil.

1.2 Pembuatan Kompos dengan Keranjang Takakura

Pengomposan aerob skala rumah yang sangat terkenal dikalangan masyarakat adalah
pengomposan dengan keranjang takakura (Gambar 2.1). Keranjang ini disebut masyarakat
sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik dengan baik
Pengompsan ini sangat cocok untuk kondisi :
 rumah tangga yang beranggotakan 4-7 orang karena keranjang yang digunakan
umumnya berukuran sekitar 40 cm x 25 cm x 70 cm.
 sampah rumah tangga yang diolah pada keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari.

Gambar 1.1 Metode Pengomposan Skala Kawasan dengan Menggunakan Keranjang
Takakura.
Hal yang menarik dari metoda pengomposan ini adalah bentuknya yang praktis, bersih dan
tidak berbau, sehingga aman digunakan di rumah. Berikut adalah cara pembuatan keranjang
takakura : Bahan utama yang dibutuhkan antara lain, bantal sekam, sampah organik dari
rumah tangga, kompos matang, keranjang plastik dan kerdus.

Tabel 1.2 Proses Pembuatan Keranjang Takakura.
Gambar

Keterangan













Siapkan semua bahan yang dibutuhkan
Siapkan keranjang plastik dan masukkan kerdus untuk
melapisi keranjang. Atur posisi kerdus agar lebih rapih
Fungsi kerdus adalah untuk menghindari masuknya
serangga, mengatur kelembaban media, tekstur yang
berpori sehingga menyerap dan membuang udara
serta air

Letakan satu set bantal sekam ke dalam keranjang

Fungsi bantal sekam antara lain sebagai media mikroba
yang akan mempercepat pembusukan sampah
organik, memiliki rongga yang besar sehingga dapat
menyerap air dan bau sampah, sifar sekam yang kering
memudahkan pengontrolan kelemabban sampah yang
akan menjadi kompos

Media kompos dimasukkan ke dalam keranjang
sebanyak ¾ bagian kemudian masukan sampah organik
yang telah dipotong berukuran kecil
Media kompos berfungsi sebagai aktivator bagi
sampah organik yang akan dimasukkan
Kemudian tutup dengan bantal sekam kedua
berikutnya tutup keranjang dengan kain sebelum
ditutup dengan plastik

1.3 Pembuatan Kompos dengan Bak/Tong Plastik
Komposter adalah suatu wadah atau tempat untuk mengolah sampah organik. Pengomposan
dengan menggunakan komposter membutuhkan dua tong komposter per rumah untuk


menjaga proses pembuangan sampah tetap berjalan secara berkelanjutan. Proses
pembuatan kompos menggunakan komposter adalah sebagai berikut :








Menyiapkan tong komposter yang diberi lubang untuk sirkulasi udara
Kompos matang dimasukkan pada dasar tong dengan ketebalan sekitar 5 cm. Kompos
matang ini berfungsi untuk membantu penyerapan air yang masih terbawa sampah
organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah anorganik
Sampah organik dari dapur atau sumber lain tidak dicampur dengan sampah
anorganik
Sisa sayur mayur dikumpulkan dan dicacah hingga berukuran lebih dari 4 cm
kemudian dimasukkan ke dalam tong komposter
Untuk mengurangi bau yang mungkin timbul selama masa penguraian, setiap
memasukkan sampah baru dapat dimasukkan juga kompos matang dengan
perbandingan 1:1 (gambar 2.2). Demikian seterusnya secara kontinyu sampai tong
komposter penuh
Kompos yang sudah matang dan berbau humus dapat segera diaplikasikan pada
tanaman (gambar 2.3)

Gambar 1. 2 Hasil Akhir Berupa Kompos yang Diaplikasi Pada Tanaman.

Gambar 1. 3 Metoda Pengisian Sampah pada Tong Komposter.
Aerasi dilakukan dengan mengaduk setiap 3 (tiga) hari sekali atau paling lambat seminggu
sekali. Sampah didalam tong komposter akan mengalami penyusutan sehingga setiap tong
sampah dapat menampung sekitar 1,5 kali kapasitasnya. Setelah penuh, maka ditutup dan
didiamkan sampai sekitar sebulan dengan pengadukan sekali seminggu. Pengisian
selanjutnya dilakukan pada tong komposter yang kedua. Pada saat tong komposter kedua
penuh, diharapkan sampah di tong komposter pertama sudah seluruhnya menjadi kompos
dan dapat dilakukan pengosongan, demikian seterusnya. Berikut adalah diagram proses
pengomposan skala rumah tangga dengan tong/bak komposter sebagai berikut :

Gambar 1. 4 Diagram Proses Pengomposan Rumah Tangga.
1.4 Komposter Rumah Tangga (Ditanam)
Komposter ini adalah alat pengomposan sampah organik rumah tangga dengan
memanfaatkan tong bekas yang ditanam ke dalam tanah (Gambar 2.5). Komposter ini
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim),
Kementerian Pekerjaan Umum.

Gambar 1. 5 Komposter Rumah tangga (Ditanam).
Spesifikasi Komposter Rumah Tangga (Tertanam) adalah :
 Mengolah sampah dapur (45 % s/d 53%) dari sampah rumah tangga.
 Mengalami proses pembusukan dengan bantuan mikroorganisme dari sampah dan
yang berada di dalam tanah.
 Kapasitas: 60 – 100 Lt (200 kg sampah) dan dapat dioperasikan untuk penampunghan
sampah antara 7 – 12 bulan per KK (5 – 6) org.
 Lama proses pengomposan (4 – 6) bulan setelah terisi penuh.
 Menghasilkan kompos (30% – c/n = 16 – 20, N=1, 79, Ca = 23, 27).
Lahan yang dibutuhkan untuk pemasangan komposter sebagai berikut :
 Lahan untuk komposter 2 m2
 Diameter galian bawah 800 mm
 Diameter galian atas 1.400 mm
 Kedalaman galian 900 mm
 Dasar komposter diletakkan minimum 30 cm di atas muka air tanah dan tutup
 Komposter di atas muka tanah setinggi 5 cm
Bahan yang digunakan dalam pembuatan komposter harus tahan korosi dan tahan
terhadap sinar matahari. Bahan tersebut terdiri dari :
 Tong plastik berukuran 50 cm x 80 cm x 110 cm, berfungsi untuk menampung dan
mengolah sampah dapur
 Pipa gas berfungsi menyalurkan gas hasil proses penguraian zat organik sehingga
aman bagi pemakai
 Dop pipa
 Kasa sebagai penghalang serangga agar tidak bersarang dalam kompos
 Tutup tong sebagai penutup agar proses pengomposan berjalan sempurna
 Kerikil sebagai media pengering
 Cara Pengoperasian Komposter :
 Penyiapan sampah dapur
 Simpan kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujungnya di dalam ember, tiriskan
air yang terkandung pada sampah
 Pemasukan sampah
 Masukkan sampah yang sudah ditiriskan ke dalam komposter pertama (tanpa kantong
plastik) dan ratakan.
 Lakukan pemasukkan sampah secara rutin setiap hari sampai komposter penuh
 Hentikan pemasukkan sampah dapur pada komposter pertama yang telah penuh,
ganti pemasukkan sampah ke komposter kedua.
 Pematangan kompos
















Biarkan sampah selama 4-6 bulan agar terjadi proses pengomposan setelah
komposter pertama terisi penuh oleh sampah
Bila sampah telah berubah menjadi kompos yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi hitam seperti tanah, keluarkan kompos tersebut dengan menggunakan garu,
sisakan kompos setebal 2 cm yang akan berfungsi sebagai starter untuk mempercepat
pengomposan selanjutnya
Kompos dianginkan selama 1 minggu untuk pendinginan di lokasi yang terhindar dari
curah hujan. Kompos tersebut dapat digunakan sebagai penggembur tanah
Selanjutnya komposter pertama dapat menampung kembali sampah dapur
Gambaran pemasangan komposter
Tanam dua buah komposter pada lokasi yang memungkinkan, hindari dari curahan air
hujan secara langsung masuk ke dalam komposter
Simpan kantong plastik yang telah dilubangi kedua ujung bagian bawah
Sampah dapur harian termasuk sisa hasil cucian piring ditampung pada ember yang
telah dilapisi plastik berlubang bagian bawahnya untuk mengalirkan air
Setelah sampah 1 hari tertampung, buang hasil tampungan ke komposter, air yang
tertampung tidak dimasukkan ke dalam komposter, lakukan secara rutin setiap hari
hingga komposter penuh
Biarkan komposter pertama yang telah penuh ditutup dan biarkan terjadi proses
pengomposan selama 4 – 6 bulan, operasional sampah pindah pada komposter ke 2
Keluarkan isi komposter jika telah berumur 4 - 6 bulan (kompos berwarna hitam &
gembur)
Kompos yang dihasilkan dianjurkan untuk kemudian dibuat pupuk
Komposter berkapasitas 100 L dapat menampung sampah dapur selama kurang lebih
7 bulan untuk 1 KK yang beranggotakan 5 orang, sedangkan 450 L untuk 10

Berikut adalah cara pemasangan komposter :

Tabel 1. 3 Contoh Pemasangan Komposter (ditanam).
Penggalian tanah
Tanah digali dengan diameter bawah 30
cm dan diameter atas 140 cm

Pemasangan kompsoter
Komposter diletakkan di tengah galian. Di
dasar galian, dipinggir dan di dalam
komposter diisi dengan kerikil setinggi 10
cm

Penimbun tanah
Tanah di timbunkan sampai mencapai 5
cm dibawah pipa udara. Selanjutnya
pasang pipa udara komposter. Selimuti
pipa gas dengan kerikil setebal 5 cm baru
di bawah lubang pemasukan sampah

BAB 2
MODUL WASADES TERCAMPUR
2.1 Pengenalan Wasades
Modul Wadah Sampah Perdesaan atau modul WASADES adalah galian tanah dengan ukuran
tertentu yang diperuntukan sebagai media pemrosesan sampah hasil kegiatan masyarakat di
kawasan perdesaan (Gambar 1.1). Wasades didesain untuk mengganti kebiasaan sebagian
masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dan membakar sampah di lahan
terbuka. Modul wasades didesain dengan sederhana agar mudah diselenggarakan di kawasan
perdesaan khususnya yang belum terjangkau pelayanan pengelolaan sampah, namun tetap
mempertimbangkan aspek-aspek kesehatan dan lingkungan.

Gambar 2.1 Modul Wasades Sebagai Media untuk Membuang Sampah Masyarakat di
Kawasan Perdesaan.
Sampah yang akan diproses dengan wasades tidak perlu dipilah terlebih dahulu. Satu unit
wasades dapat menampung sampah satu KK selama 6 bulan. Pada saat sampah sudah penuh
(setelah 6 bulan), wasades ditutup dengan tanah, kemudian dibuat galian wasades yang baru.
Beberapa kawasan perdesaan yang belum terjangkau pelayanan persampahan memiliki
kondisi alam yang masih alami, sehingga alam masih memiliki kemampuan untuk memproses
sampah secara alamiah.
Modul wasades yang akan diselenggarakan di kawasan perdesaan memiliki dua tipe
tergantung kepadatan penduduk pada suatu daerah, yaitu tipe individual dan tipe
komunal/kawasan. Tipe individual memiliki kapasitas untuk 1 KK atau 5 anggota keluarga,
sedangkan tipe komunal memiliki kapasitas untuk 10 KK atau 50 jiwa.
Kriteria modul wasades yang akan diselenggarakan di kawasan perdesaan adalah :
 Dibuat dengan sangat sederhana, yaitu berupa galian lubang.
 Mampu menampung sampah tercampur (organik dan non organik) selama 6 bulan.
 Diusahakan memiliki jarak dengan sumber air bersih minimal 10 m.
 Jarak dengan muka air tanah 1 m.
 Setelah penuh (6 bulan kemudian) wasades ditutup/dikubur dengan tanah, dan dibuat
galian wasades yang baru.

2.2 Tahap Perencanaan Modul Wasades
Tahapan dalam perencanaan sarana wadah sampah perdesaan terdiri atas :
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 7

: Tentukan sumber sampah yang akan diolah.
: Tentukan jenis wasades (individual atau komunal) berdasarkan jumlah
kepadatan penduduk.
: Hitung Kebutuhan lahan modul wasades dan spesifikasi teknis.
: Siapkan gambar teknik/gambar pendukung.
: Hitung estimasi biaya pembangunan wasades.
: Siapkan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mencangkup
Operasional-Pemeliharaan-Perawatan.
: Hitunglah kebutuhan biaya investasi dan biaya pengoperasian
pemeliharaan-perawatan

Tahap 1 : Tentukan sumber sampah yang akan diolah.
Jenis sampah yang akan diproses dengan menggunakan modul wasades adalah sampah
organik dan non organik yang berasal dari sisa dapur, makanan, kegiatan sehari-hari, dan
sampah pekarangan.
Tahap 2 : Tentukan jenis wasades (individual atau komunal) berdasarkan jumlah kepadatan
penduduk.
Tipe wasades harus ditentukan berdasarkan jumlah kepadatan penduduk masyarakat yang
ada di kawasan perdesaan. Kriterianya antara lain:
Jika kepadatan penduduk tiap desa < 20 jiwa per hektar, maka jenis wadah sampah perdesaan
yang akan diselenggarakan adalah modul wasades individual, yaitu per KK.
Jika kepadata pe duduk tiap desa ≥ 20 jiwa per hektar, aka je is wadah sa pah perdesaa
yang akan diselenggarakan adalah modul wasades komunal, yaitu per Dasawisma (terdiri dari
10 KK).
Tahap 3 : Hitung Kebutuhan Lahan Wasades dan Spesifikasi Teknis.
Modul Wasades didesain untuk menampung sampah selama 6 bulan. Wasades individual
memiliki kapasitas untuk satu KK, sedangkan wasades komunal memiliki kapasitas untuk 1
dasawisma (10 KK). Spesifikasi teknis modul wasades adalah sebagai berikut (Gambar 1.2):
 Kebutuhan Luas lahan Modul wasades individual : 2 m 2
 Galian berbentuk persegi panjang dengan rincian
Panjang : 2 m
Lebar : 1 m
Tinggi : 1 m
Lapisan dasar terdiri dari
 pasir dengan ketebalan 5 cm




batu kerikil dengan ketebalan 5 cm
batu kapur dengan ketebalan 5 cm(bila tidak ada dapat diganti dengan pasir)

Gambar 2.2 Spesifikasi Teknis Modul Wasades.
Spesifikasi teknis modul wasades komunal adalah sebagai berikut :

Kebutuhan luas lahan modul wasades : 20 m2

Galian berbentuk balok dengan rincian
Panjang : 10 m
Lebar : 2 m
Tinggi : 1 m
Atau alternatif lain yaitu
Panjang : 5 m
Lebar : 4 m
Tinggi : 1 m
Lapisan dasar terdiri dari
 pasir pasang dengan ketebalan 5 cm.
 batu kerikil dengan ketebalan 5 cm.
 batu kapur dengan ketebalan 5 cm.
Tahap 4 : Siapkan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mencangkup
Operasional-Pemeliharaan-Perawatan.
Tercantum pada bab 3 dan bab 4.

2.3 Konstruksi Modul Wasades
2.3.1 Pembuatan Galian Modul Wasades Individual
Cara membuat galian modul wasades Individual adalah sebagai berikut :
1. Tentukan lahan yang akan digunakan untuk difungsikan sebagai wasades.
2. Jarak lahan dengan sumber air bersih yaitu diusahakan 10 m, dengan jarak dengan
muka air tanah 1 m.
3. Siapkan lahan dengan ukuran 2 m2.
4. Kemudian buatlah galian dengan menggunakan sekop dengan ukuran :

Panjang
Lebar
Ketinggian

: 10 m
:2m
:1m

2.3.2 Pembuatan Galian Modul Wasades Komunal
Cara membuat galian modul wasades Individual adalah sebagai berikut :





Tentukan lahan yang akan digunakan untuk difungsikan sebagai wasades. Lahan yang
digunakan harus dapat terjangkau oleh 10 KK.
Jarak lahan dengan sumber air bersih yaitu diusahakan 10 m, dengan jarak dengan
muka air tanah 1 m.
Siapkan lahan dengan ukuran 20 m2.
Galian berbentuk balok dengan rincian
Panjang : 10 m
Lebar : 2 m
Tinggi : 1 m
Atau alternatif lain yaitu
Panjang : 5 m
Lebar : 4 m
Tinggi : 1 m

2.3.3 Pembuatan Lapisan Dasar Wasades
Sistem pelapisan dasar bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko pencemaran
sampah dan turunan yang dihasilkan kepada tanah dan air di lingkungan sekitar. Susunan
sistem pelapis yang harus dibangun adalah:

1. lapisan pertama adalah, masukkan pasir pasang ke dalam galian wasades dengan
ketebalan 5 cm, selanjutnya diratakan.
2. Lapisan kedua adalah, masukan batu kerikil dengan ketebalan 5 cm, selanjutnya
diratakan.
3. Lapisan ketiga adalah, masukan batu kapur dengan ketebalan 5 cm, selanjutnya
diratakan.
4. Alternatif lain jika salah satu dari material tersebut tidak ada maka dapat diganti
misalnya, yang tidak ada adalah batu kapur, maka dapat diganti dengan pasir/batu
kerikil. Sehingga perbandingan lapisan menjadi 1:2 (5 cm pasir pasang dan 10 cm batu
kerikil), atau sebaliknya. Tebal lapisan tetap yaitu 10 cm.
5. Modul wasades selanjutnya dapat dipasang karung berisi tanah/pasir disekeliling
modul wasades untuk mencegah air masuk. Kemudian dipasang pagar yang terbuat
dari bambu atau kayu disekeliling modul wasades untuk menghindari anak-anak
maupun hewan peliharaan masuk ke dalam modul wasades (Gambar 2.1).

Gambar 2.3 Pagar disekeliling Modul Wasades untuk Keamanan.
2.4 Pengoperasian Wasades
Operasional teknis kegiatan pengolahan sampah dengan wasades sangat sederhana tidak
memerlukan keterampilan khusus. Kegiatan pembuangan sampah rumah tangga organik dan
non organik dengan wadah sampah perdesaan dapat dilakukan 7 hari seminggu, selama 24
jam. Ketentuan :
1. Sampah yang diproses dengan wadah sampah perdesaan adalah sampah rumah
tangga yang tidak perlu dipilah. Masyarakat juga dapat berpartisipasi untuk
mengurangi jumlah sampahnya dengan cara :
2. memberikan sampah dapur organik ke hewan peliharaan (nasi, sayur sisa, kulit buah,
dll).
3. menggunakan kembali wadah plastik untuk kebutuhan sehari-hari (bekas botol air
mineral untuk tempat sabun cuci piring, kaleng biskuit untuk wadah makanan ringan).
4. Peralatan yang digunakan dan jumlah petugas
5. wadah sampah pilah (plastik)
6. Prosedur Pengoperasian
7. Pembuangan sampah dilakukan dengan melalui cara :

8. sampah dipindahkan ke wadah sampah perdesaan.
9. permukaan sampah dapat dipadatkan secara manual, yaitu dengan cara diinjak-injak.
10. wasades ditutup dengan terpal/triplek/papan/dll jika hujan.

Gambar 2.4 Ilustrasi Sampah di Kawasan Perdesaan yang Diproses dengan Menggunakan
Modul Wasades.
2.5 Pemeliharaan dan Perawatan Modul Wasades
Pemeliharaan dan perawatan wadah sampah perdesaan sangat penting dilakukan agar unit
dapat dioperasikan dengan hasil optimal dan berkelanjutan. Wadah sampah perdesaan di
desain dengan sederhana mungkin, hal ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat di
kawasan perdesaan untuk mengolah sampahnya. Tata cara pemeliharaan dan perawatan unit
tersebut yaitu:
1. Jika ada hujan turum, unit sebaiknya ditutup dengan triplek/terpal/dll.
2. Setelah modul wasades penuh, yaitu 6 bulan kemudian, modul wasades ditutup
dengan tanah.
3. Kemudian dilakukan penggalian wasades yang baru dengan mengikuti tata cara yang
sudah dilakukan pada pembuatan wasades yang sebelumnya.