NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA (2)

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
DR.Bahder Johan Nasution, SH.,SM., M.hum./Pricilia Ryana
priciliaryana@students.unnes.ac.id
1. DATA BUKU
Judul Buku
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit
Kota penerbit
Bahasa Buku
Jumlah halaman
ISBN buku

: Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
: DR.Bahder Johan Nasution, SH.,SM., M.hum.
: Mandar Maju
: 2014
: Bandung
: Bahasa Indonesia
: 286
: 978-979538-382-6


2. PEMBAHASAN REVIEW
Sudah sejak lama persoalan negara hukum dan hak asasi manusia,
selalu diperbincangkan dikalangan ahli-ahli hukum ketatanegaraan dan
dikalangan para pemikir-pemikir politik. Tujuannya untuk mencari suatu
konsep yang ideal, tentang negara hukum dan perlindungan hak asasi
manusia, namun berabad-abad lamanya konsep negara hukum dan
perlindungan hak asasi manusia yang dianggap ideal tersebut, selalu
menjadi perdebatan. Terlebih-lebih selama ini ada kesan bahwa pemahaman
terhadap hak asasi manusia sering dimaknakan secara dangkal karena
hanya dianggap sebagai pedoman moral semata-mata. Pemahaman yang
demikian merupakan pemahaman yang keliru, pemahamannya bukan
hanya pada tatanan moral tapi juga pada tatanan hukum. Kenyataan
menunjukkan akibat pemahaman yang dangkal terhadap hak asasi
manusia, penghormatan dan penegakan terhadap hak asasi tersebut sering
tidak dilaksanakan secara tepat sebagaimana yang dicita-citakan oleh
negara hukum.
Bertolak dari kenyataan yang demikian, buku ini disusun dengan
mengacu pada berbagai literatur ilmu hukum ketatanegaraan, ilmu politik
dan filsafat, di dalamnya diuraikan secara jelas mengenai pemikiranpemikiran konsep negara hukum dan hak asasi manusia, konsep kedaulatan

dan demokrasi, konsep perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia.Sehingga pemahaman terhadap negara hukum dan hak asasi
manusia dapat dipahami secara utuh, dalam arti pemahamannya bukan
hanya pada tataran konsep negara hukum secara legal formal, tapi juga
pemahaman pada tataran teoritis dan filosofis. Begitu juga dengan
pemahaman terhadap hak asasi manusia bukan hanya pemahaman secara
konseptual tapi juga pemahaman dalam bentuk penghormatan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia yang diimplementasikan melalui
penegakan hukum hak asasi manusia tersebut.
Buku ini terdiri dari 14 bab, pada bab pertama Pada Bab Pertama yang
merupakan pendahuluan, bab ini terdiri dari dua sub yaitu pengertian
negara hukum dan hubungan negara hukum dengan hak asasi manusia.
Pada sub bab ini pengantar penulis menjelaskan mengenai konsep negara
hukum dan hubungan negara hukum dengan hak asasi manusia. Dalam sub
bab ini penulis mengungkapkan mengenai masih terdapatnya banyak
perdebatan mengenai pengertian negara hukum itu sendiri,.Khususnya apa

yang
dimaksud
dengan

negara
hukum
dalam
arti
yang
sesungguhnya,terlebih dulu kita harus tau paham betul mengenai
pengertian negara hukum itu sendiri,sebab tanpa memahami terlebih
dahulu pengertian negara hukum akan sulit mendiskripsian secara utuh
mengenai apa yang dimaksud dengan negara hukum. Perdebatan mengenai
konsep Rechtsstaat dan konsep Rule of Law, begitu banyak para peneliti dan
pakar hukum yang menulis adanya konsep tersebut yang melakukan
perdebatan.
Dalam bab ini penulis membahas perbedaan system negara hukum.
Pada dasarnya kedua negara tersebut menonjolkan perbedaan yang sangat
tajam, dimana konsep negara hukum rechstaat terlihat besarnya peranan
pejabat pemerintahanya artinya rakyat harus tunduk pada hukum dan
mengutamakan asas rechmatigheid sedangkan konsep rule of law yaitu
melakukan control terhadap pmerintahan dalam melindungi HAM
menggunakan prinsip equality before the law (persamaan didepan hukum).
Hubungan negara hukum dengan HAM dapat kita kaji dari sudut

pandang demokrasi, sebab HAM dan demokrasi merupakan konsep
kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan. Konsepsi demokrasi
memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip
persamaan dan kesederajatan manusia. Prinsip demokrasi / kedaulatan
rakyat dapat menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan. Misalnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
bangsa Indonesia memahami The Universal Declaration of Human Rights
1948 , merupakan pernyataan umat manusia yang mengandung nilai – nilai
universal yang wajib dihormati. Bagian terpenting dari bab pendahuluan ini
adalah sub bab mengenai hubungan negara hukum dengan HAM. Penulis
menjawab hubungan anatara negara hukum dengan HAM bukan hanya
dalam bentuk formal dalam arti bahwa perlindungan hak asasi manusia
merupakan cir utama konsep negara hukum, tetapi hubungan terlihat dari
segi materil. Hubungan dari segi materil digambarkan dengan sikap tindak
peneyelenggara negara harus bertumpu pada aturan hukum sebagai asas
legalitas.
Pada bab yang kedua yang berjudul konsep pemikiran tentang negara
hukum, penulis membahas mengenai konsep Rechstaat, Rule of law,
Socialist legality, religy legality dan nomokrasi islam. Metode yang
digunakan dalam sub bab ini adalah metode perbandingan. Penulis

melakukan perbandingan dengan beberapa konsep negara hukum, konsep
konsep yang menjadi objek perbandingan penulis terkait dengan tinjauan
umum mengenai konsep pemikiran tentang negara hukum. Perbandingan
konsep Rechstaat dan rule of law dimana perbedaannya adalah bahwa
kedua konsep tersebut ditopang oleh system hukum yang berbeda, dimana
karakteristik konsep rechstaat adalah administrative dan karakteristik Rule
of law adalah Judical. Persamaannya adalah bahwa kedua konsep itu sama
sama menekankan pada perlindungan HAM. Pada bab ini penulis
menekanan bagaimana perlindungan HAM pada Negara hukum yang pada
dasarnya merupakan bagian terpenting dari sebuah Negara hukum yaitu
Hak Asasi Manusia.
Pada bab ketiga yang berjudul landasan teoritis negara hukum
terdapat beberapa sub bab yang terdiri dari teori kedaulatan hukum,
kedaulatan rakyat dan demokrasi, pemisahan (pembagian) kekuasaan dan
teori hubungan kedaulatan hukum dengan kedaulatan rakyat. Penulis telah
membawakan berbagai teori dan para pemikir yang dipelopori para sarjana,

dalam teori kedaulatan hukum dipelopori oleh Krabbe yang mengatakan
bahwa kedudukan hukum berada diatas negara dan karena oleh itu negara
harus tunduk pada hukum, kemuduian Hans Kelsen dengan teori

stuefenbau. Teori kedaulatan rakyat mempelopori dari karya JJ Rousseau “Du
Contract Sosial”, pemikiraan kontrk sosial dan pembagian kekuasaan antara
lain Thomas Hobbes, John Locke dan Montesquieu. Makna dari teori tersebut
kedaulatan rakyat, bahwa kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat. Dengan
metode perbandingan antara teori satu dengan yang lain dapat disimpulkan
bahwa kelemahan dari teori kedaulatan hukum yang diajukan oleh krabbe
adalah bahwa hukum bersumber dari perasaan hukum seseorang, padahal
itu bersifat sangat subjektif.
Pada bab keempat yang berjudul Indonesia negara Hukum yang
terdiri dari beberapa sub bab yaitu konsep negara hukum Indonesia,
konsep cita hukum Indonesia dan konsep politik hukum Indonesia. Konsep
negara hukum Indonesia dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 disebutkan
bahwa Indonesia adalah negara hukum, yang berdasarkan atas hukum
(Rechstaat) tidak atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Keunggulan negara
Indonesia adalah negara hukum, UUD 1945 sebagai hukum dasar
menempatkan hukum pada posisi yang menentukan dalam system
ketatanegaraan Indonesia, kelemahannya untuk menentukan apakah suatu
negara merupakan negara hukum / tidak, instrument yang tepat adalah
konstitusi negara bersangkutan. Konsep cita hukum Indonesia ( rechtsidee)
di pelopori oleh Rudolf stammler, dan gustav. Dalam konstitusi negara

Indonesia cita hukum tidak akan terpisahkan dari perkembangan gagasan
ketenagaraan Indonesia sejak kemerdekaan. Cita hukum yang dianut
Indonesia merupakan cita dasar yang bersumber pada pembukaan UUD
1945 sbg sumber hukum tertinggi dan sbg moral dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Konsep politik hukum Indonesia pancasila
adalah sumber dari segala sumber hukum. Gagasan dan Konsep Negara
Hukum demokratis tempat di mana HAM dimajukan dan dilindungi terus
hidup dan membara di pikiran dan hati para pendiri bangsa. Hal itu nampak
nyata pada penyusunan konstitusi-konstitusi yang berlaku di Indonesia,
yakni Konstitusi RIS 1949 dan UUD S 1950. Dalam konstitusi-konstitusi itu
dimasukkan Pasal-pasal yang termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB
tahun 1948. Hal itu menunjukkan perkembangan pemikiran para pendiri
bangsa
yang
menegaskan,
bahwa
ketentuan-ketentuan
tentang
penghormatan, pemajuan dan perlindungan HAM perlu dan penting untuk
dimasukkan kedalam konstitusi negara

Pada bab kelima yang berjudul konsep keadilan negara hukum yang
terdiri dari menurut pemikiran klasik dan modern, konsep keadilan
pemikiran klasik dikemukakan aristoles, plato,dan agustinus. Kemudian
modern muncul aliran liberalisme yang terkandung cinta toleransi dan
kebebasan hati nurani. Konsep keadilan didasarkan pada aliran filsuf,
konsep tersebut banyak perdebatan mengenai makna keadilan. Keadilan
memiliki tujuan dan karakteristik. Konsep-konsep keadilan selalu
didasarkan pada suatu aliran tertentu sesuai dengan kondisi pemikiran
manusia pada saat itu. Dari definisi beberapa teori yang berbeda-beda
tentang keadilan, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa keadilan yaitu
suatu kewajiban moral yang mengikat antara anggota masyarakat yang
satu dengan lainnya. Keadilan sendiri dijelaskan oleh penulis yaitu sebagai
nilai yang menjadi tujuan yang disepakati bersama oleh anggota
masyarakat.

Pada bab keenam yang berjudul konsep keadilan menurut pandangan
bangsa Indonesia terdiri dari sub bab yaitu menurut pancasila,
pembentukan hukum nasional,dan sebagai ide hukum nasional. Bagi
bangsa Indonesia kaitan teori dengan keadilan yang berdasarkan pancasila
adalah konsepsi dan persepsi keadilan itu harus sesuai dengan perasaan

suatu bangsa.
Pada bab ketujuh yang berjudul pemahaman tentang hak asasi
manusia yang terdiri dari sub bab yaitu istilah hak asasi manusia, sejarah
perjuangan hak asasi manusia, perjuangan hak asasi manusia dinegara
berkembang. Human Rigts , droits de I’homme, Istilah hak asasi manusia
tidak bisa terlepas dari perkemabangan instrument hak asasi manusia,
diawali dari deklarasi universal hak asasi manusia 1948, diawali piagam
PBB kemudian deklarasi 1948. Pada sub bab kedua yang membahas
tentang sejarah perjuangan hak asasi, penulis menjelaskan bahwa secara
tinjauan historis mengenai perjuangan hak asasi secara terpadu dimulai di
Inggris dengan dirumuskannya hak asasi manusia dalam piagam Magna
Charta pada tahun 1215 dan pada tahun-tahun selanjutnya banyak
deklarasi yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia dengan pelopor
Inggris.
Pada bab ke delapan yang berjudul pemikiran filosofis dan teoritis
tentang HAM terdiri dari sub bab yaitu pemikiran filosofis tentang HAM, dan
teoritis. Penulis membandingkan pemikiran mana yang lebih mendekati
dengan konsep HAM. Pemikiran teoritis memiliki konseptual HAM dan telah
melampui tiga generasi, pemikiran teoritis sekitar abad ke 20, dimana
pemikan tersebut merupakan pemkikiran yang modern, tetapi gelombang

permasalahan yang dihadapi saat ini bukan lagi kejahatan genosida,
kemanusiaan atau perang tetapi lebih bersifat mengakar yaitu kemiskinan
dan keterbelakangan.
Pada bab ke Sembilan yang berjudul teori teori tentang sumber HAM
terdiri dari sub bab yaitu penganut hukum alam, positivisme hukum,
sosialisme marxisme, dan bangsa Indonesia. Penulis menggunakan metode
perbandingan, dimana mencari kelebihan setiap pandangan tersebut.
Dalam konsep hukum alam (natural law) salah satu bagian adalah hak
berupa pemberian dari alam (natural rights) karena dalam hak pada hukum
alam adanya system keadilan yang berlaku universal.
Pada Bab ke sepuluh yang berjudul Rasionalisasi dari Hukum alam ke
Hukum positif terdiri dari beberapa sub bab yaitu konsep hak kodrat
menurut pandangan penganut hukum alam dan hukum positif. pemikiran
Thomas Hobbes, John Locke, Montesquieu, Rousseau dan Immanual Kant
sangat berpengaruh pada perkembangan HAM. Pandangan HAM baik yang
bersumber dari pemikiran barat maupun pandangan Indonesia menunjukan
bahwa HAM diakui eksentasinya sebagai hak yang melekat pada diri
manusia sesuai dengan harkat dan martabat.
Pada bab ke sebelas yang berjudul pernyataan umum HAM yang terdiri
dari sub bab yaitu makna dan sifat universalnya. Penulis mengungkapkan

tentang The Universal Declaration of Human Rights dan Piagam PBB
mengungkapkan konsep keadilan, kemajuan sosial, kebebasan. The
Universal Declaration of Human Rights tidak mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum melainkan hanya sebagai kewajiban moral saja.
Deklarasi tsb untuk memajukan norma yang ada dalam moralitas dan hak
hak yang dirumuskan bukan merupakan hak hukum melainkan hak moral
yang berlaku secara universal. kesimpulannya pada hakikatnbya

merupakan penjabaran dari ketentuan ketentuan yang tercantum dalam
program PBB dan merupakan implementasi dari Program PBB.
Pada Bab ke duabelas yang berjudul perlindungan terhadap HAM yang
terdiri dari sub bab yaitu subtansi HAM dan penghormatan terhadap HAM.
konsep kebebasana maupun jaminan atas kebebasan tidak dapat
dipisahkan dari system nilai dan asas yang mengilhami. dalam masyarakat
demokrasi, kebebasan yang melekat pada manusia, jaminan terhadap hak
serta rule of law membentuk suatu tritunggal. penghormatan dan
perlindungan HAM bukan merupakan kewajiban moral tetapi kewajiban
hukum. penghormatan terhadap hak asasi merupakan orientasi bagi
pengaturan HAM melalui pembentukan hukum yang optimal.
Pada bab ketiga belas yang berjudul HAM dalam Hukum Nasional yang
terdiri dari sub bab yaitu HAM dalam UUD dan perpu. MPR RI mengesahkan
perubahan UUD 1945, perubahan pertama disahkan dalam siding tahunan
MPR RI 2000, 2001,2002. perubahan pada tahun 2002 tercantum dalam
bab XA tentang HAM. sesuai dengan UUD 1945 yang mengamanatkan
pemajuan dan perlindungan HAM dalam kehidupan bermasyarakat, serta
berbangsa dan bernegara.
Pada bab ke empatbelas yang berjudul penegakan hukum HAM di
Indonesia yang terdiri dari sub bab yaitu perlindungan dan pengakuan
hukum terhadap HAM dan pengadilan HAM. Gagasan mengenai
perlindungan dan penghormatan diadopsi kedalam pemikiran mengenai
pembatasan kekuasaan ( aliran Konstitusionalisme) aliran tsb member
warna modern terhadap ide demokrasi, sehingga perlindungan konstitusi
terhadap HAM dianggap sebagai ciri utama yang perlu ada dalam setiap
negara hukum yang demokrasi. UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM diIndonesia yang berwenang mengadili pelanggaran HAM yang berat
yaitu pengadilan ad hoc. untuk menjamin penegakan hukumn yang adil dan
penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan, saksi dan
korban diberikan perlindungan oleh hukum melalui UU No. 13 Tahun 2003
Bagi pembaca yang berlatar belakang non hukum, uraian-uraian yang
bersifat teknis dan kondifikatif itu memang sedikit kurang menarik,
lampiran-lampiran yang menghiasi setengah dari halaman buku ini
membuat kajian-kajian lebih bersifat dasar belum nampak. Apa yang
disuguhkan penulis lebih merupakan antrologi dokumen-dokumen legal
tentang hak asasi manusia maupun pemikiran-pemikiran tentangnya. Kajian
mendasar belum terlalu menonjol. Sebagai pengetahuan umum tentang
dasar-dasar legal penegakan HAM tentunya buku ini cukup memadai. Akan
tetapi menempatkannya sebagai buku akademis yang lebih bermutu dalam
pengertian kajian dan narasinya yang menarik dan enak dibaca oleh
pembaca, termasuk pembaca non Fakultas Hukum masih belum. Barangkali
ini juga menjadi masukan bagi penulis , manakala buku ini mau dijadikan
sebagai konsumsi pasar.
Terlepas dari kekurangan dari segi substansi tentu buku ini sangat
menarik, lebih-lebih karena didalamnya dibicarakan hal yang mendasar
tentang manusia, yakni Hak Asasi Manusia. Apa yang mau ditegaskan oleh
penuls lewat buku ini sebenarnya cukup jelas, yakni memahami manusia
perlu juga mengetahui aspek-aspek legal dan historis serta tokoh-tokoh
yang memikirkan Hak Asasi Manusia. Pengetahuan seperti ini merupakan
modal yang sangat mendasar untuk memperjuangkan hak-hak asasi
manusia. Pada buku ini juga dikaji dengan bahasa yang cukup mudah
dipahami tidak terlalu rumit, jadi para pembaca tidak harus mengulang-

ulang dalam memahami isi buku ini karena biasanya buku-buku yang
berbau hukum memang sulit dipahami apalagi untuk kalangan non hukum
tetapi pada buku ini terlalu sulit karena penuls tidak terlalu bertele-tele
dalam menjelaskan, buku ini berdasarkan HAM secara teoritis dan secara
filosofis. Seperti yang dikatan oleh filsuf Yunani, pengetahuan yang
memadai merupakan dasar untuk bertindak secara memadai, maka bagi
mahasiswa dan siapa saja yang terlibat dalam perjuangan HAM,
pengetahuan yang cukup luas tentang HAM merupakan modal yang sangat
penting. Pengetahuan yang memadai itulah dasar untuk memperjuangkan
HAM secara lebih maksimal lagi. Dalam pemikiran filsuf Yunani inilah
menurut saya, kehadiran buku ini menjadi nilai tambah.
3. LAMPIRAN