KONSEP ILMU PEMERINTAHAN DAN NEGARA

KONSEP ILMU PEMERINTAHAN DAN NEGARA
DR. H. DADANG SUFIANTO, MM

Negara adalah suatu wilayah dipermukan bumi yang kekuasaannya, abik politik, militer, social,
maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada pada diwilayah tersebut. Negara juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu system atau aturan yang berlaku bagi semua
individu diwilayah tersebut dan berdiri secara independent. Syarat primer sebuah Negara adalah
memiliki rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Adapun syarat sekundernya adalah
mendapat pengakuan dari Negara lain. Kedaulatan, yaitu bahwa Negara diakui oleh warganya
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat Negara itu berada.
Keberadaan Negara, seperti organisasi secara umum adalah untuk memudahkan anggotanya
(rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam
dokumen yang disebut sebagai konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi
oleh rakyat sebagai anggota Negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama,
konstitusi merupakan dokumen hokum tertinggi pada suatu Negara karena konstitusi mengatur
cara Negara dikelola. Di Indonesia, konstitusi disebut sebagai Undang Undang Dasar.
Pengambilan keputusan dalam pembentukan Undang-Undang harus dilakukan secara
demokratis, yaitu menghormati hak setiap orang untuk terlibat dalam pembuatan keputusan yang
akan mengikat mereka. Seperti juga dalam organisasi biasa, aka nada orang yang mengurus
kepentngan rakyat banyak. Dalam suatu Negara modern, orang-orang yang mengurus kehidupan
rakyat banyak dipilih secara demokratis pula.

Dalam bentuk modern, Negara berkaitan dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan
bersama dengan cara-cara yang demokratis, bentuk paling kongkret pertemuan Negara denga
rakyat adalah pelayanan public, yaitu pelayanan yang diberikan Negara pada rakyat, terutama
cara Negara memberikan pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan. Fungsi pelayanan paling
dasar adalah pemberian rasa aman. Negara dianggap mampu menjalankan fungsi pelayanan
keamanan bagi seluruh rakyat apabila semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman dalam
kehidupanya. Dalam perkembanganya banyak Negara memiliki layanan yang berbeda bagi
warganya.
A.

1

KONSEP NEGARA
1. Definisi Negara
Beberapa definisi Negara menurut para ahli, sebagaimana dikutip dan dijelaskan oleh
Inu Kencana (2007) adalah sebagai berikut :1
a. Benedictus de Spinoza : Negara adalah susunan masyarakat yang integral
(kesatuan) antara semua golongan dan bagian dari seluruh anggota masyarakat
(persatuan masyarakat organis);
b. R.M. MacIver: Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di

dalam suatu masyarakat di suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa
c. Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat yang memonopoli penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

Loc. Cit., Inu Kencana SyafiII Ilmu PemerintahanI hlm.99.

d.

Prof. Miriam Budiardjo: Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan
(kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa Negara merupakan
suatu organisasi kekuasaan yang teratur, kekuasaanya bersifat memaksa dan monopoli,
suatu organisasi yang bertugas mengurus kepentingan bersama dalam masyarakat dan
persekutuan yang memilikiwilayah tertentu dan dilengkapai alat perlengkapan Negara.
Negara merupakan integrasi kekuasaan politik, organisasi pokok kekuatan politik,

agensi (alat) masyarakat yang memegang kekuasaan mengatur hubungan antar
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan didalamnya. Dengan
demikian, Negara mengintegrasikan dan membimbing berbagai kegiatan social
penduduknya kearah tujuan berama.
2. Esensi Negara
Negara merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Negara memiliki sifat memaksa, monopoli, dan
mencakup semua.
Istilah Negara telah digunakan sejak zaman dahulu, misalnya pada zaman Yunani
Kuno. Aristoteles (384-322 SM) dalam buku Politica merumuskan pengertian Negara.
Saat itulah istilah polis diartikan sebagai Negara kota (City State) yang berfungsi
sebagai tempat tinggal bersama warga Negara dengan pemerintah dan benteng untuk
menjaga keamanan dari serangan musuh. Plato (guru Aristoteles) melihat bahwa
Negara timbul karena adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang beragam dan
mendorong mereka untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan. Contoh bentuk polis
adalah Sparta dan Athena yang pada saat itu telah mengenal pemerintahan dengan
system demokrasi langsung.
Secara etimologi, istilah “Negara” berasla dari terjemahan bahasa asing, yaitu Staat
(Belanda dan Jerman) dan State (Inggris). Kata Staat ataupun State berasal dari bahasa
latin, yaitu Status dan Statum yang artinya menempatkan dalam keadaan berdiri,

membuat bersiri, atau menempatkan. Kata Status juga dapat diartikan sebagai keadaan
tegak dan tetap. Nicholo Machiavelli memperkenalkan istilah La Stato dalam buku II
Prancipe. Ia mengartikan Negara sebagai kekuasaan yang mengajarkan cara raja
memerintah dengan sebaik-baiknya.
Kata “Negara” yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sangsekerta,
yaitu Nagari atau Nagara yang berarti wilayah, kota, atau penguasa.
Hakikat Negara dimaksudkan adalah penggambaran tentang sifat Negara. Negara
sebagai wadah suatu bangsa yang diciptakan oleh Negara. Tujuan Negara merupakan
kepentingan utama dari tatanan suatu Negara.

3. Teori Negara Hukum Rechtstaat
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945 menyebutkan “Negara Indonesia Negara hokum.” Negara hokum dimkasud
adalah Negara yang menegakkan supremasi hokum untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.2
Secara umum, dalam setiap Negara yang menganut paham Negara hokum, selalu
berlaku tiga prinsip dasar, yaitu supremasi hokum (supremacy of law), kesetaraan
dihadapan hokum (equality before the law), dan penegakan hokum dengan cara tidak
bertentangan dengan hokum (due process of law).
Prinsip penting dalam Negara hokum adalah perlindungan yang sama (equal

protection) atau persamaan dalam hokum (equality before the law). Perbedaan
perlakuan hokum hanya boleh jika ada alasan yang khusus, misalnya anak-anak
dibawah umur 17 tahun mempunyai hak yang berbeda dengan anak-anak yang diatas
17 tahun. Perbedaan ini memiliki alasan yang rasional. Akan tetapi, perbedaan
perlakuan tidak dibolehkan jika tanpa alasan yang logis, misalnya karena perbedaan
warna kulit, gender, agama dan kepercayaan, sekte tertentu dalam agama, atau
perbedaan status, seperti tuan tanah dan petani miskin. Meskipun demikian, perbedaan
perlakuan tanpa alasan yang logis seperti ini hingga saat ini masih banyak terjaadi
diberbagai Negara, termasuk dinegara yang hukumnya sudah maju.3
Menurut Dicey, berlakunya konsep kesetaraan dihadapan hokum (equality before the
law) adalah semua orang harus tunduk pada hokum dan tidak seorangpun berada diatas
hokum (above the law).4
B.

ASAL USUL NEGARA
1. Asal Usul Negara
Beberapa abad sebelum masehi, para Filsuf Yunani, seperti Socrates, Palto, dan
Aristoteles telah mengajarkan beberapa teori tentang Negara. Telaah mereka tentang
ilmu Negara dan hokum masih berpengaruh hingga saat ini sekalipun pengertian
mereka tentang Negara pada saat itu hanya meliputi lingkungan kecil, yaitu lingkungan

kota atau Negara yang disebut Polis.
Plato menamakan bukunya Politeia (soal-soal Negara kota) dan bukunya yang lain
Politicos (ahli polis, ahli Negara kota). Aristoteles menamakan bukunya Politica (ilmu
tentang Negara kota). Dari kata terebutlah asal kata “politik” yang berarti hal-ihwal dan
seluk beluk Negara.

2

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik IndonesiaI Panduan Pemasyarakatan UndangUndang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (sesuai dengan urutan Bab, Pasal, dan Ayat),
Jakarta: Sekretaris Jenderal MPR RII 2010I Hlm. 46.
3
Op. Cit.,Hlm. 154.
4
Munir FuadyI Teori Negara Hukum Modern (Reschtstaat). Bandung : Refka ditamaI 2009I
Hlm. 207.

2. Mulai Dikenalnya Istilah Negara
Istilah Negara mulai dikenal pada masa renaisans di Eropa pada abad ke-51 melalui
Niccolo Machiavelli yang mengenal istilah Lo Stato dalam bukunya II Principe.
Semula istilah tersebut digunakan untuk menyebut sebagaian dari jabatan Negara,

kemudian diartikan juga sebagai aparat Negara, dan “orang-orang yang memegang
tampuk pemerintahan beserta staf-stafnya” ataupun “susunan tata pemerintahan atas
suatu masyarakat diwilayah tertentu.”5
Lo Stato pada masa itu juga digunakan untuk menyebut pihak yang diperintah
(dependent). Namun, pada masa pemerintahan absolute raja-raja, state (Negara)
diartikan sebagai pemerintah. Istilah ini kemudian disepadankan dengan L’Etat
(Prancis), The State (Inggris), Det Staat (Jerman), De Staat (belanda), dan Negara
(Indonesia).
3. Teori Asal Mula Terjadinya Negara
Asal mula terjadinya Negara dilihat berdasarkan pendekatan teoretis ada beberapa
macam, yaitu sebagai berikut :6
a. Teori Ketuhanan
Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan
terjadi tanpa kehendak-Nya. Friederich Julius Stahl (1802-1861) menyatakan
bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses evolusi, mulai dari
keluarga, menjadi bangsa dan kemudian menjadi negara. “Negara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan karena perkembangan dari
dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan kehendak
Tuhan,” katanya.
Demikian pada umumnya negara mengakui bahwa selain merupakan hasil

perjuangan atau revolusi, terbentuknya negara adalah karunia atau kehendak Tuhan.
Ciri negara yang menganut teori Ketuhanan dapat dilihat pada UUD berbagai
negara yang antara lain mencantumkan frasa: “Berkat rahmat Tuhan …” atau “By
the grace of God”. Doktrin tentang raja yang bertahta atas kehendak Tuhan (divine
right of king) bertahan hingga abad XVII.
b. Teori Perjanjian
Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara, manusia hidup
sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada masyarakat dan
peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan mudah terjadi di mana pun dan
kapan pun. Tanpa peraturan, kehidupan manusia tidak berbeda dengan cara hidup
5
6

Loc. Cit., Miriam BudiardjoI Hlm. 13.
Lo. Cit., Inu Kencana SyafiiI Ilmu PemerintahanI Hlm. 102.

binatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes: Homo homini lupus
dan Bellum omnium contra omnes. Teori Perjanjian Masyarakat diungkapkannya
dalam buku Leviathan. Ketakutan akan kehidupan berciri survival of the fittest
itulah yang menyadarkan manusia akan kebutuhannya: negara yang diperintah oleh

seorang raja yang dapat menghapus rasa takut.
Demikianlah akal sehat manusia telah membimbing dambaan suatu kehidupan yang
tertib dan tenteram. Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat (contract social).
Perjanjian antarkelompok manusia yang melahirkan negara dan perjanjian itu
sendiri disebut pactum unionis. Bersamaan dengan itu terjadi pula perjanjian yang
disebut pactum subiectionis, yaitu perjanjian antarkelompok manusia dengan
penguasa yang diangkat dalam pactum unionis. Isi pactum subiectionis adalah
pernyataan penyerahan hak-hak alami kepada penguasa dan berjanji akan taat
kepadanya.
Penganut teori Perjanjian Masyarakat antara lain: Grotius (1583-1645), John Locke
(1632-1704), Immanuel Kant (1724-1804), Thomas Hobbes (1588-1679), J.J.
Rousseau (1712-1778).
Ketika menyusun teorinya itu, Thomas Hobbes berpihak kepada Raja Charles I
yang sedang berseteru dengan Parlemen. Teorinya itu kemudian digunakan untuk
memperkuat kedudukan raja. Maka ia hanya mengakui pactum subiectionis, yaitu
pactum yang menyatakan penyerahan seluruh haknya kepada penguasa dan hak
yang sudah diserahkan itu tak dapat diminta kembali. Sehubungan dengan itulah
Thomas Hobbes menegaskan idealnya bahwa negara seharusnya berbentuk
kerajaan mutlak/ absolut.
John Locke menyusun teori Perjanjian Masyarakat dalam bukunya Two Treaties

on Civil Government bersamaan dengan tumbuh kembangnya kaum borjuis
(golongan menengah) yang menghendaki perlindungan penguasa atas diri dan
kepentingannya. Maka John Locke mendalilkan bahwa dalam pactum subiectionis
tidak semua hak manusia diserahkan kepada raja. Seharusnya ada beberapa hak
tertentu (yang diberikan alam) tetap melekat padanya. Hak yang tidak diserahkan
itu adalah hak azasi manusia yang terdiri: hak hidup, hak kebebasan dan hak milik.
Hak-hak itu harus dijamin raja dalam UUD negara. Menurut John Locke, negara
sebaiknya berbentuk kerajaan yang berundang-undang dasar atau monarki
konstitusional.
J.J. Rousseau dalam bukunya Du Contract Social berpendapat bahwa setelah
menerima mandat dari rakyat, penguasa mengembalikan hak-hak rakyat dalam
bentuk hak warga negara (civil rights). Ia juga menyatakan bahwa negara yang
terbentuk oleh Perjanjian Masyarakat harus menjamin kebebasan dan persamaan.
Penguasa sekadar wakil rakyat, dibentuk berdasarkan kehendak rakyat (volonte
general). Maka, apabila tidak mampu menjamin kebebasan dan persamaan,
penguasa itu dapat diganti.

Mengenai kebenaran tentang terbentuknya negara oleh Perjanjian Masyarakat itu,
para penyusun teorinya sendiri berbeda pendapat. Grotius menganggap bahwa
Perjanjian Masyarakat adalah kenyataan sejarah, sedangkan Hobbes, Locke, Kant,

dan Rousseau menganggapnya sekadar khayalan logis.
c. Teori Kekuasaan
Teori Kekuasaan menyatakan bahwa negara terbentuk berdasarkan kekuasaan.
Orang kuatlah yang pertama-tama mendirikan negara, karena dengan kekuatannya
itu ia berkuasa memaksakan kehendaknya terhadap orang lain sebagaimana disindir
oleh Kallikles dan Voltaire: “Raja yang pertama adalah prajurit yang berhasil”.
Karl Marx berpandangan bahwa negara timbul karena kekuasaan. Menurutnya,
sebelum negara ada di dunia ini telah terdapat masyarakat komunis purba. Buktinya
pada masa itu belum dikenal hak milik pribadi. Semua alat produksi menjadi milik
seluruh masyarakat. Adanya hak milik pribadi memecah masyarakat menjadi dua
kelas yang bertentangan, yaitu kelas masyarakat pemilik alat-alat produksi dan yang
bukan pemilik. Kelas yang pertama tidak merasa aman dengan kelebihan yang
dimilikinya dalam bidang ekonomi. Mereka memerlukan organisasi paksa yang
disebut negara, untuk mempertahankan pola produksi yang telah memberikan posisi
istimewa kepada mereka dan untuk melanggengkan pemilikan atas alat-alat
produksi tersebut.
H.J. Laski berpendapat bahwa negara berkewenangan mengatur tingkah laku
manusia. Negara menyusun sejumlah peraturan untuk memaksakan ketaatan kepada
negara.
Leon Duguit menyatakan bahwa seseorang dapat memaksakan kehendaknya
terhadap orang lain karena ia memiliki kelebihan atau keistimewaan dalam bentuk
lahiriah (fisik), kecerdasan, ekonomi dan agama.
d. Teori Perjanjian
Menurut teori ini, terjadinya Negara karena adanya perjanjian sekelompok manusia
(masyarakat) yang semula hidup sendiri-sendiri. Penganjur teori ini adalah Thomas
Hubbes, Jhon Locke, J.J. Rousseau, Plato, dan Aristoteles.
Ketika menghendaki kondisi alam sehingga timbul kekerasan. Jika tidak mengubah
cara-caranya, manusia akan musnah, untuk itu manusiapun bersatu untuk mengatasi
tantangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan
bersama.
e. Teori Alamiah

Para penganut teori hukum alam menganggap adanya hukum yang berlaku abadi
dan universal (tidak berubah, berlaku di setiap waktu dan tempat). Hukum alam
bukan buatan negara, melainkan hukum yang berlaku menurut kehendak alam.
C.

TEORI KEDAULATAN NEGARA
a. Teori Kedaulatan Tuhan
Adalah kedaulatan dimana kekuasaan tertinggi suatu negara berasal dari tuhan (agama
yang dianut suatu negara). Teori ini berkembang pada abad pertengahan, antara abad V
sampai abad XV. Tokoh-tokoh nya antara lain Agustinus, Thomas Aquinas, dan
Marsilius. Teori ini terjadi di negara-negara otoriter.
Saat itu raja dianggap sebagai wakil Tuhan. Tapi, karena merasa mewakili Tuhan
dalam melaksanakan kekuasaan, raja sering merasa berkuasa dan berbuat semaunya,
tanpa memikirkan rakyat. Keadaan ini mendorong timbulnya pandangan atau teori baru
mengenai kedaulatan, yaitu kedaulatan negara.
b. Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini, kedaulatan yang memiliki atau bahkan memegang kekuasaan
tertinggi didalam suatu negara adalah hukum. Oleh sebab itu baik raja, rakyat, bahkan
negara harus runduk kepada hukum. Tokoh teori ini antara lain adalah Krabbe.
Menurut teori ini, hokum adalah pernyataan penilaian yang terbit dari kesadaran
hokum manusia dan hokum merupakan sumber kedaulatan.
c. Teori Kedaulatan Rakyat
Adalah suatu kedaulatan dimana kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat. Teori ini
berdasarkan pada anggapan bahwa kedaulatan yang dipegang raja atau penguasa itu
berasal dari rakyat. Oleh sebab itu raja atau penguasa, harus bertanggung jawab kepada
rakyat. Tokoh teori ini antara lain Jean Jacques Rousseau. Teori ini terjadi dinegara
demokrasi yang sudah stabil.
Dengan demikian, dapat disimpulkan kedaulatan rakyat mempunyai makna sebagai
berikut:
- Kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat;
- Kekuasaan pemerintah atau penguasa berasal dari rakyat;
- Pemerintah atau pengusa bertanggung jawab kepada rakyat dan bekerja untuk
kesejahteraan rakyat.
d. Teori Kedaulatan Negara
Teori Kedaulatan Negara adalah kedaulatan yang berasal dari dari negara itu sendiri.
Negaralah yang menciptakan hukum, jadi rakyat harus tunduk kepada negara. Tokohtokohnya adalah Jean Bodin dan George Jellinek.

Menurut Jean Bodin, perlu diperhatikan bahwa pada hakekatnya teori kedaulatan
negara iru atau Staats-souvereiniteit, hanya menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi itu
ada pada negara, entah kekuasaan itu bersifat absolut, entah sifatnya terbatas, dan ini
harus dibedakan dengan pengertian ajaran Staats-absolutisme. Karena dalam ajaran
Staats-souvereiniteit itu pada prinsipnya hanya dikatakan bahwa kekuasaan tertinggi ini
mungkinbersifat absolut, tetapi mungkin juga bersifat terbatas. Sedang dalam ajaran
Staats-absolutisme dikatakan bahwa kekuasaan negara itu bersifat absolut, jadi berarti
tidak mungkin bersifat terbatas, dalam arti baahwa negara itu kekuasaannya meliputi
segala segi kehidupan masyarakat, sehingga mengakibatkan para warga negara itu tidak
lagi mempunyai kepribadian.
Menurut George Jellinek mengatakan bahwa hukum itu adalah merupakan penjelmaan
daripada kehendak atau kemauan negara. Jadi juga negaralah yang menciptakan
hukum, maka negara dianggap satu-satunya sumber hukum, dan negaralah yang
memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Di luar negara tidak ada satu organpun
yang berwenang menetapkan hukum.
e. Teori Kedaulatan Elite
Teori Elit adalah suatu kedaulatan yang ada di tangan para penentu politik yang
merupakan beberapa orang elit politik. Kedaulatan ini berada ditengah antara
kedaulatan negara dan kedaulatan rakyat.
suatu negara, memiliki kedaulatan berarti berhak atas ketiga poin berikut:
1. Menjadi negara yang berdiri sejajar dengan negara-negar merdeka lain;
2. Memiliki kekuasaan atau hak untuk mengatur dan mengurus negaranya sendiri
tanpa campur tangan negara lain;
3. menjadi negara yang meimiliki kekuasaan atau hak untuk berinteraksi dan
bekerjasama dengan negara lain.
D.

SYARAT NEGARA DAN PEMERINTAHAN UMUM
1. Syarat Negara
Victor Situmorang dalam bukunya, Intisari Ilmu Negara (1987), menyatakan bahwa
berdirinya sebuah Negara ditandai dengan terpenuhinya syara-syarat sebagai Negara.
Sebuah Negara dikatakan eksis apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :7
a. Mempunyai Wilayah/Daerah Tertentu
Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah yang
terdiri atas darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang jauh
dari laut tidak memerlukan wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat akan
menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan melaksanakan
fungsinya.

7

Victor SitumorangI Intisari Ilmu Negara, Jakarta : Bina

ksaraI 1987I Hlm. 132

Wilayah suatu Negara tidak dipengaruhi batas ukuranya. Walaupun pernah terjadi
Negara yang wilayah negaranya kecil tidak dapat menjadi anggota PBB, sejak
tahun 1990, Negara seperti Andora, Liechtenstein, Monaco, San Marino, dan
Tuvalu telah bergabung menjadi anggota PBB.
b. Adanya Rakyat
bahwa di dalam daerah/wilayah tersebut terdapat masyarakat yang mempunyai citacita untuk bersatu. Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang tinggal di
negara tersebut dan dipersatukan oleh suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai
rakyat pada suatu ngara maka pemerintahan tidak akan berjalan. Rakyat juga
berfungsi sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
c. Adanya Pemerintahan
Adanya pemerintahan, yaitu pemerintah yang berdaulat atas daerah dan rakyatnya.
Pemerintahan yang baik terdiri atas susunan penyelengara negara seperti lembaga
yudikatif, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk
menyelengarakan kegiatan pemerintahan yang berkedaulatan.
Suatu Negara harus memiliki pemerintah, baik seorang maupun beberapa orang
yang mewakili warganya sebagai badan politik serta hokum dinegaranya, dan
dipertahankan wilayah negaranya. Pemerintah dengan kedaulatan yang dimilikinya
merupakan penjamin stabilitas internal dalam negaranya, disamping merupakan
penjamin kemampuan memenuhi kewajiban dalam pergaulan internasional.
Pemerintah inilah yang mengeluarkan kebijakan dalam rangka mencapai
kepentingan nasional negaranya, baik dalam negaranya dalam rangka
mempertahankan integritas negaranya maupun diluar negaranya melaksanakan
politik luar negeri untuk tujuan tersebut.
d. Adanya Pengakuan
Adanya Pengakuan negara dari negara-negara lain. Untuk dapat disebut sebagai
negara yang sah membutuhkan pengakuan negara lain baik secara de facto (nyata)
maupun secara de yure. Sekelompok orang bisa saja mengakui suatu wilayah yang
terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan, namun tidak akan disetujui
dunia internasional jika didirikan di atas negara yang sudah ada.
Pengakuan dalam hokum internasional termasuk persolan yang cukup rumit karena
sekaligus melibatkan masalah hokum dan politik. Unsure-unsur hokum dan politik
sulit untuk dipisahkan secara jelas karena pemberian dan penolakan suatu
pengakuan oleh suatu Negara dipengaruhi pertimbangan politik, sedangkan
akibatnya mempunyai ikatan hokum.

Pengakuan ada dua jenis, yaitu pengakuan terhadap negara baru serta pengakuan
terhadap pemerintahan baru. Institut Hukum Internasional (the Institute of
International Law) mendefinisikan pengakuan terhadap suatu negara baru sebagai
suatu tindakan satu atau lebih negara untuk mengakui suatu kesatuan masyarakat
yang terorganisir yang mendiami wilayah tertentu, bebas dari negara lain serta
mampu menaati kewajiban-kewajiban hukum internaisonal dan menganggapnya
sebagai anggota masyarakat internasional.
Dalam masalah pengakuan terhadap suatu negara terdapat dua teori, yaitu teori
konstitutif dan deklaratif. Teori konstitutif berpendapat bahwa suatu negara dapat
diterima sebagai anggota masyarakat internasional dan memperoleh statusnya
sebagai subjek hukum internasional hanya melalui pengakuan. Sedangkan teori
deklaratif lahir sebagai reaksi dari teori konstitutif yang menyebutkan bahwa
pengakuan hanyalah merupakan penerimaan suatu negara oleh negara-negara
lainnya. Jika mengacu pada instrument hukum internasional mengenai hak-hak dan
kewajiban negara yang terdapat dalam Konvensi Montevidio 1933, maka
pengakuan terhadap suatu negara bersifat deklaratif yang menyebutkan “…The
political existance of the state is independent of recognition by other states. Even
before recognition of a state has the right to defend its integrity and independence
to provide for it conservation and prosperity, and consequently, to organize itself
as it sees fit, to legislate upon its interest, administer its services, and to define the
jurisdiction and competence of its courts” (Pasal 3 Konvensi Montevidio 1933.). Pada
intinya bahwa hukum internasional menganggap bahwa kedaulatan suatu negara
baru tidak dipengaruhi oleh pengakuan negara lain.
Keberadaan negara-negara baru tersebut tidak harus diikuti oleh pengakuan negaranegara di dunia. Tanpa pengakuan dari negara lain, suatu negara tetap memiliki hak
untuk mempertahankan kesatuan dan kemerdekaan negaranya demi mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran bagi negaranya. Serta untuk menegakkan
kekuasaan dan kewenangan pengadilan di negaranya. Faktanya banyak negara yang
lahir di dunia tanpa adanya pernyataan pengakuan, tetapi bukan berarti bahwa
kelahiran negara baru itu ditolak oleh negara-negara lain. Contohnya Negara Israel
yang lahir tanggal 14 Mei 1948 sampai sekarang masih tetap tidak diakui oleh
negara-negara Arab kecuali Mesir dan Yordania, yang telah membuat perjanjian
perdamaian dengan negara tersebut. Namun ada pengecualian bahwa kelahiran
suatu negara ditentang oleh dunia internasional dan yang menjadi dasar
pertimbangannya mengacu pada sikap PBB, yaitu melalui resolusi-resolusi yang
dikeluarkan.
Sama dengan pengakuan terhadap suatu negara baru, pengakuan terhadap
pemerintahan baru tidak terlepas dari kepentingan politik semata-mata. Pengakuan
terhadap pemerintahan yang baru berkaitan dengan unsur negara yang ketiga yaitu
pemerintah yang berdaulat, serta unsur kemampuan mengadakan hubungan
kerjasama dengan negara lain. Dalam memberikan pengakuan biasanya ada
beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan negara lain untuk mengakuinya,
yaitu:

1. Pemerintahan yang permanent. Artinya adalah apakah pemerintahan yang baru
tersebut dapat mempertahankan kekuasaannya dalam jangka waktu yang lama
(reasonable prospect of permanence),
2. Pemerintah yang ditaati oleh rakyatnya. Artinya apakah dengan adanya
pemerintah yang berkuasa tersebut, rakyat di negara tersebut mematuhinya
(obedience of the people),
3. Penguasaan wilayah secara efektif. Artinya apakah pemerintah baru tersebut
menguasai secara efektif sebagian besar wilayah negaranya,
4. Pemerintah tersebut juga harus stabil,
5. Pemerintah tersebut harus mampu dan bersedia memenuhi kewajibankewajiban internasionalnya.
6. Kesanggupan dan kemauan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
internasional.

Pada dasarnya pengakuan terhadap negara baru dan pemerintahan baru berakibat
hukum bagi negara yang diakui dan negara yang mengakui (diplomatik). Akan
tetapi pengakuan juga berakibat hukum pada tindakan-tindakan negara yang diakui
diberlakukan sah dan keabsahannya itu tidak dapat diuji (Huala Adolf, Op. cit. hal 105.).
Tindakan-tindakan negara yang dimaksud juga harus berdasarkan hukum
internasional.
e. Adanya Tujuan Negara
Tujuan bersama dalam suatu negara menentukan setiap gerak dan tingkah laku,
seperti lazimnya sebuah organisasi yang mempunyai tujuan tertentu. Sebagai suatu
organisasi kekuasaan, ketentuan mengenai tujuan negara menjadi penting karena
pada hakekatnya tujuan negara menentukan bagaimana cara mengatur dan
menyusun negara yang bersangkutan.
Memperhatikan unsur-unsur tersebut di atas, maka negara dapat dikategorikan
sebagai sebuah organisasi atau persekutuan bangsa/kekuasaan atau rakyat/hukum
yang mempunyai tiga paham yaitu :
1. Cita-cita untuk bersatu yang hidup (ada atau menetap) dalam suatu daerah/
wilayah tertentu untuk waktu yang tidak terbatas;
2. Dipimpin oleh (tunduk pada) suatu pemerintah (kekuasaan) yang sama dan
yang berdaulat/tertinggi yang dapat mengaturhidup bersama serta ;
3. Demi melaksanakan kebahagiaan umum agar dapat mencapai tujuan bersama
2. Hakikat Pemerintahan Umum
Menurut Bayu Surianingrat (1990:13), yang diartikan dengan Pemerintahan Umum
adalah mencakup seluruh urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh dan menjadi

tanggung jawab Pemerintah Pusat, termasuk di dalamnya urusan pemerintahan
Daerah.8
Dalam UU 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah pemerintahan
umum mencakup urusan pemerintahan setelah dikurangi dengan urusan Daerah dan
dikurangi pula dengan instansi vertikal (urusan pemerintahan umum yang dilaksanakan
oleh Instansi Vertikal).
Ruang Lingkup pemerintahan umum meliputi kegiatan petugas Pamong Praja yang
dalam jabatan kepala pemerintahan daerah administrasi negara adalah wakil
Pemerintah Pusat yang memegang kekuasaan sipil di daerah dan pada dasarnya
bertanggung jawab sebagai kepala territorial dan sebagai wali rakyat dengan tidak
mengurangi kewenangan pejabat-pejabat dinas teknis, spesialistis baik militer maupun
sipil.
Pemerintahan Umum mencakup tugas-tugas sebagai berikut (Gubernur, Residen):
1. Mewakili kekuasaan dan menegakkan kewibawaan Pemerintah Pusat;
2. Menjamin keamanan dan ketertibang umum;
3. Melaksanakan kebijakan politik pemerintah pusat;
4. Menguasai lingkungan daerah hukumnya dan kekayaan alam milik Negara;
5. Memegang kendali atas penduduk;
6. Memelihara dan memajukan kemakmuran dan kesejahteraan daerah.
Ruang Lingkup Pemerintahan Umum Menurut UU No. 5 Tahun 1974 sebagaimana
dijelaskan bahwa Urusan Pemerintahan Umum adalah Urusan pemerintahan yang
meliputi bidang-bidang:
a. Ketentraman dan Ketertiban;
b. Politik;
c. Koordinasi;
d. Pengawasan;
e. Urusan Pemerintahan Lainnya yang tidak termasuk dalam tugas suatu Instansi dan
tidak termasuk urusan rumah tangga Daerah.
Urusan tersebut tanggung jawab Kepala Wilayah yang merupakan Wakil Pemerintah
Pusat yaitu Gubernur, Bupati/Walikota dan Camat.
Kepala Wilayah Mempunyai Wewenang:
1. Membina Ketentraman dan Ketertiban sesuai Kebijakan Pemerintah;
2. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan dibidang Pembinaan Ideologi Negara dan
Politik;
3. Koordinasi dengan instansi vertikal, Dinas-dinas Daerah dalam perencanaan
dan pelaksanaan;
4. Membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah;
5. Mengusahakan secara terus menerus agar Perpu dan Perda dijalankan oleh Instansiinstansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pejabat-pejabat yang ditugaskan
8

Bayu Surya NingratI Organisasi Pemerintahan Wilayah atau Daerah, Jakarta : ksara BaruI
1990. Hlm. 13.

untuk itu serta mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan;
6. Melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan atau berdasarkan
peraturan perundang-undangan diberikan kepadanya;
7. Melaksanakan segala tugas pemerintahan yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu
Instansi lainnya.
Sedangkan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
adalah berdasarkan perintah pasal 14 ayat (3) telah dikeluarkan PP Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan meliputi kewenangan pusat dan kewenangan
daerah. Kewenangan Pusat meliputi:
a. Politik Luar Negeri
b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan Fiskal Nasional
f. Agama
Sementara itu Kewenangan Daerah meliputi urusan wajib yakni yang terkait dengan
Penyelenggaraan Pelayanan Dasar, seperti Pendidikan, dan Kesehatan serta urusan
pilihan yang terkait dengan potensi unggulan seperti, Pertambangan, Perikanan,
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Pariwisata. (PP Nomor 38 Tahun 2007,
Diselenggarakan melalui asas Otonomi dan Tugas Pembantuan).