KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1

KUMPULAN ESAY PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS 1B/2017

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan yang Diampu Oleh Bapak Husamah, S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN OLEH : BIOLOGI KELAS 1B

NIM 201610070311050-201610070311097

PENDIDIKAN BIOLOGI

Peduli Pendidikan Daerah (Intan Sri Uji P 093)......................................................................42

Menyongsong Indonesia Baru dengan Pendidikan Budi Pekerti (Cahyaningtyas P 094).......43

Masalah Kurikulum Yang Berlarut-larut (Faridatuz Zakiyah 095).........................................44

Membangun Motivasi Belajar Dengan Fun Learning Discussion (Tiska Sukma A 096.........45

Pilih Mana Daftar Cpns Atau Sm3t….? (Faura Dea A.P 097)................................................46

Pendidikan Untuk Jaminan Masa Depan

Oleh:

Reza Samudra Rizky Agathis

(Pendidikan Biologi, Kelas I B, NIM 201610070311050)

Pendidikan adalah menuntun manusia dari ketidak bisa an menjadi bisa dan menjadikan manusia mempunyai rasa tanggung jawab.Dengan adanya pendidikan kita bisa menjadi orang yang berguna bagi masyarakat sekitar dan negara.Dalam masyarakat orang yang berpendidikan akan dihargai keberadaannya bukan berarti orang yang tidak berpendidikan tidak di hargai keberadaannya namun yang berpendidikan akan lebih tinggi derajatnya.Bukan saja pendidikan yang utama dalam masyarakat namun juga perilaku kita kepada masyarakat sekitar.

Pendidikan di Indonesia saat ini semakin menurun karena banyaknya lulusan SD maupun SMP yang tidak melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi namun mereka memilih bekerja.Dilaporkan, BPS mencatat bahwa penyerapan tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan yang rendah, yaitu Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.Terhitung Februari 2015, pekerja dengan latar belakang pendidikan SD tercatat sebanyak 54,6 juta orang atau 45,19 % dari total pekerja.Sedangkan pekerja dengan pendidikan SMP tercatat sebanyak 21,5 juta atau 17,77 %.

“Masih banyak tenaga kerja itu SMP ke bawah”,ungkap Kepala BPS, Suryamin,saat ditemui di kantornya, Selasa (5/5/2015). Menurut Suryamin, meski demikian jumlah tersebut masih ada peningkatan jumlah lulusan Sekolah Menengah Atas, yang naik dari 17,95 juta menjadi 18,91 juta orang.Begitu juga dengan lulusan Sekolah Menengah Kejuruhan dan Universitas.Namun lulusan Diploma I hingga Diploma III justru tercatat maenurun tipis dari 3,25 juta menjadi 3,13 juta orang.

Kabar memprihatinkan datang bagi dunia pendidikan tanah air. Empat lembaga survei internasional menempatkan tingkat pendidikan di Indonesia pada

rangking bawah. Organization for Economic and Development (OECD) menempatkan Indonesia di urutan 64 dari 65 n egara. The Learning Curve menempatkan Indonesia pada posisi buncit dari 40 negara yang disurvei. Sementara rangking bawah. Organization for Economic and Development (OECD) menempatkan Indonesia di urutan 64 dari 65 n egara. The Learning Curve menempatkan Indonesia pada posisi buncit dari 40 negara yang disurvei. Sementara

di posisi 69 dari 76 negara.“World Literacy meranking kita di urutan 60 dari 61 negara," papar Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji dalam seminar nasional

pendidikan.

Pendidikan Untuk Jaminan Masa Depan

Mungkin sedikit demi sedikit kita sadar akan pentingnya dunia pendidikan. Pada zaman sekarang pendidikan sangat penting untuk menunjang masa depan yang lebih baik, tapi pada kenyataanya masih banyak anak bangsa yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, banyak anak-anak yang yang sudah bekerja karna keterbatasan ekonomi, sementara kita ketahui anak-anak itu adalah yang akan melanjutkan bangsa ini pada kedepannya, dan apa yang akan terjadi pada bangsa kita jika generasi penerusnya tidak mendapat pendidikan yang semestinya.

Fungsi pendidikan tentu sangat jelas,dengan mendapatkan pendidikan yang cukup kita akan bisa mendapat masa depan yang lebih baik. Saat ini mencari kerja sangatlah sulit. Bila kita tidak punya latar pendidikan yang cukup baik kita akan kalah bersaing dengan pencari kerja lain.Semakin baik jenjang pendidikan kita diharapkan akan semakin besar untuk mendapat pekerjaan yang bagus dengan gaji yang cukup memungkinkan untuk kita mendapat taraf hidup yang lebih baik. Jadi, kunci masa depan adalah pendidikan dalam tingkatan tertentu, Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mencari pekerjaan.Pendidikan juga dapat mengubah pola pikir kita karena dari beberapa orang sangat berbeda pola pikir dan pendidikan juga mengasah kemampuan dan keterampilan kita dalam menghadapi masalah dan menyelesaikannya dengan cara yang cepat dan tepat..Orang yang berpendidikan di tuntut untuk lebih aktif dalam mengamalkan ilmu kita ke dunia masyarakat.

Solusi nya untuk pendidikan adalah Pemerintah harus memperbaiki

pendidikan di indonesia, mulai dari sarana belajar, tenaga pengajar yang ahli, dan bentuan pendidikan (beasiswa) bagi masyarakat yang tidak mampu, sehingga semua lapisan masyarakat dapat mendapatkan pendidikan yang layak yang mampu menunjang kehidupan di kedepannya nanti, bukan hanya pemerintah yang berperan untuk memajukan pendidikan di indonesia tapi semua harus ikut ambil bagian dalam hal ini, seperti orang tua yang harus meperhatikan pendidikan anaknya, supaya menjamin masa depannya.Yang paling utama adalah niat dari kita sendiri untuk sekolah atau berpendidikan yang tinggi untuk menjamin masa yang akan datang.

Daftar Pustaka

http://www.kompasiana.com/umikholifah/pentingnya- pendidikan-untuk-masa- depan_54f5ee95a33311327e8b4662.

Jpnn.com/read/2016/04/27/393409/sedih-pendidikan-Indonesia-Urutan-Bawah di Survei-Internasional.

Suara.com/bisnis/2015/05/05/192409/bps-pekerja-di-Indonesia-nasib-didominasi- lulusan Sd dan Smp.

Perubahan Kurikulum Sia-Sia

Oleh:

Jihan Fildzah Nabilah

(Pendidikan Biologi, Kelas 1B, NIM. 201610070311051)

Kurikulum merupakan peran gkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Indonesia sendiri sudah mengalami 11 kali pergantian kurikulum. Hal ini dikarenakan kurikulum selalu menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada di lingkungan masyarakat.

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tututan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Kurikulum berbasis karakter dan kopetensi diharapkan mampu memecahkan beragai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan menyiapkan peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, da evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan hasil guna. Oleh karena itu, merupakan langkah positif ketika pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bai tingkat berikutya. Lalu, apa yang salah dengan dengan kurikulum 2013 ini? Mengapa kurikulum ini akan diganti lagi? Padahal kurikulum ini belum terealisasi secara sempurna.

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. menurut Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd. dalam bukunya, hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini berasis karater dan kopetensi, yang secara konseptual meiliki beberapa keunggulan. Petama : kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah. Kedua : kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kopetensi boleh jadi mendasai pengembangan kemampuan- kemampuan lain. Ketiga : ada biang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. Dari ketiga keunggulan tersebut, nantinya akan terbentuk sistem pendidikan yang memang sangat diutuhkan oleh negara kita saat ini. Secara konseptual kurikulum 2013 ini sangat bagus dari kurikulum-kurikulum terdahulu. Akan tetapi meskipun awalnya Kurikulum 2013 ini sudah disosialisasikan, namun tetap saja banyak tenaga pendidik yang tidak paham dengan Kurikulum 2013. Sehingga kurikulum 2013 dianggap merepotkan dan sulit untuk dilakukan.

Pada dasarnya, bukan kuriulum 2013 yang merepotkan, akan tetapi para pendidik yang masih belum faham dan mengerti benar tentang konsep kurikulum tersebut. Sehingga, banyak para pendidik yang belum menerapkan sistem kurikulum 2013 ini. Juga pada para siswa yang masih belum bisa meninggalkan proses kurikulum yang lalu. Karena dianggap kurikulum yang baru ini lebih menyusahkan siswa, karena pembelajaran siswa yang dulunya sangat tergantung pada penjelasan guru kini berubah degan tidak tergantungnya pada penjelasan guru, tetapi juga buku yang disediakan pemerintah. Hal tersebut dirasa semakin sulit dikarenakan variasi Pada dasarnya, bukan kuriulum 2013 yang merepotkan, akan tetapi para pendidik yang masih belum faham dan mengerti benar tentang konsep kurikulum tersebut. Sehingga, banyak para pendidik yang belum menerapkan sistem kurikulum 2013 ini. Juga pada para siswa yang masih belum bisa meninggalkan proses kurikulum yang lalu. Karena dianggap kurikulum yang baru ini lebih menyusahkan siswa, karena pembelajaran siswa yang dulunya sangat tergantung pada penjelasan guru kini berubah degan tidak tergantungnya pada penjelasan guru, tetapi juga buku yang disediakan pemerintah. Hal tersebut dirasa semakin sulit dikarenakan variasi

Kurikulum 2013 ini akan menjadi kurikulum yang sia-sia jika kurikulum ini diganti dengan kurikulum yang baru. Karena kurikulum 2013 baru berjalan kuranglebih 3 tahun terakhir, sehingga selama ini masih banyak sekolah yang berusaha menciptakan dan beradaptasi dengan proses pembelajaran kurikulum 2013. Banyak juga para pendidik yang lebih nyaman dengan pembelajaran seperti ini. Tidak hanya itu, jika kurikulum 2013 ini berubah lagi, besar kemungkinan para pendidik dan sekolah-sekolah sulit lagi menyesuaikan kembali pada kurikulum yang baru. Lebih baik kurikulum 2013 ini tetap dilaksanakan, sehingga tidak menjadi kurikulum yang sia-sia.

Kurikulum 2013 seharusnya bisa dijadikan sebagai tonggak perbaikan berkesinambungan dalam pendidikan, perbaikan-perbaikan selanjutnya dapat dilakukan oleh guru dan kepala sekolah, sehingga tidak harus ganti mentri pendidikan ganti kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, H. E..2013.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Kualitas Pendidikan di Pondok Pesantren Modern Lebih Unggul dari Full Day School

Seperti yang kita ketahui, perubahan peraturan pendidikan di tingkat sekolah dasar dan menengah sering terjadi secara mendadak dan sepihak namun secara tidak langsung mempunyai dampak positif untuk kemajuan bangsa Indonesia. Perubahan peraturan-peraturan pendidikan tersebut dari waktu ke waktu menimbulkan dampak yang cukup besar. Dapat diibaratkan bahwa peraturan pendidikan adalah pondasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Pondasi tersebut akan berpengaruh terhadap performa guru dan perkembangan belajar siswa.

Kebimbangan yang dirasakan para guru untuk menerapkan peraturan terbaru dari pemerintah mengenai full day school dimana dalam

pelaksanaannya pembelajaran dilakukan dari mulai pagi hingga sore hari, secara rutin sesuai dengan program pada tiap jenjang pendidikannya. Full day school mengandung arti system pendidikan yang menerapkan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sehari penuh dengan memadukan system pengajaran yang intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pendalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreativitas.

Ditilik dari kurikulumnya, system pendidikan full day school memiliki relevansi dengan pendidikan terpadu atau pendidikan boarding school (pendidikan pondok pesantren modern). Pendidikan terpadu ini banyak diterapkan dalam lembaga pendidikan umum yang berlabel Islam. Dalam konteks pendidikan Islam, pendidikan terpadu artinya memadukan ilmu umum dengan ilmu agama secara seimbang dan terpadu.

Di Indonesia sudah banyak bermunculan Sekolah Islam Terpadu. Tentang perlunya model pendidikan terpadu, disampaikan oleh presiden Soekarno dalam catatannya, “Di Bawah Bendera Revolusi”, bahwa

pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, sebaiknya juga mengajarkan pengetahuan umum. Bahkan menurutnya, Islam science bukan hanya pengetahuan Qur’an dan Hadits saja, Islam science adalah pengetahuan Qur’an dan hadits plus pengetahuan umum. Mimpi Soekarno itu dapat dilihat di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Kurkulum yang diterapkan Imam Zakarsyi di Pondok Modern Gontor adalah 100% umum dan 100% agama

Namun baik full day school maupun pondok pesantren modern, sama- sama bertujuan untuk menciptakan siswa yang berkualitas dari segi ilmu pengetahuan umum maupun ilmu agamanya.

Pengguanaan Media Audio Visual Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh :

Ratih Hanifatun Sholda

(Pendidikan Biologi, Kelas 1B, NIM 201610070311053)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah sangat menyebar pesat di berbagai penjuru dunia salah satunya di Indonesia. Kemajuan teknologi meliputi berbagai macam kegunaan. Salah satunya sebagai media komunikasi. Dalam hal ini Semua orang baik orang lanjut usia, orang dewasa, remaja bahkan anak usia dini sudah dapat menggunakan berbagai macam media dari kemajuan teknologi tersebut, seperti media sosial (facebook, twitter, instragam, path dan lain sebagainya). Selain sebagai media komunikasi, kemajuan teknologi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran khususnya anak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini ditujukan bagi anak prasekolah agar dapat mengembangkan potensi sejak dini yaitu dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial, dan emosianal sesuai dengan tingkat usianya. Pada anak usia dini anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitive untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka yang terjadi pada setiap anak itu berbeda-beda seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual.

Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Masa ini juga merupakan masa untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, Bahasa, sosial emosional, agama dan moral, menurut Montessori (dalam Santoso 2012: 13). Oleh sebab itu di butuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih diutamakan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini di lakukan Karena metode ini lebi sesuai dengan anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Maka para pendidik memanfaatkan hal ini untuk mendidik mereka dengan cara bermain sambil belajar yaitu di samping mereka bermain, mereka sekaligus mengasah keterampilan dan kemampuannya. Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya Karena pada usia dini adalah masa-masa perkembangan memori otak yang pesat.

Anak- anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri- ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya dan kreativitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas yaitu melalui bermain. Oleh Karena itu pendidikan di Taman Kanak-kanak yang menekankan beramain sambal belajar dapat mendorong anak untuk mengeluarkan daya kreativitasnya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan media dalam pembelajaran mulai beraneka ragam jenis karakteristik yang beragam, salah satunya adalah media audio visual. Media audio visual ini digunakan Karena banyak anak-anak yang kurang berminat saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kurang minat serta konsentrasi anak, maka hal yang paling cocok adalah dengan menggunakan metode pembelajaran dengan media audio visual. Karena media tersebut dapat membantu memudahkan proses pembelajaran. Misalnya sesuatu yang ada di lingkungan sekitar yang sulit untuk di bawa masuk ke dalam kelas. Seperti seorang guru ingin menjelaskan kanguru itu seperti apa dan bagaimana tapi guru tersebut tidak bisa membawa langsung kanguru tersebut ke dalam kelas. Maka dengan menggunakan media audio visual dapat mengatasi kesulitan-kesulitan guru untuk membuktikan dan menjelaskan pembelajran yang akan di ajarkan, tetapi selain itu guru juga harus menguasai media audio visual. Jika guru menguasai media tersebut dengan baik maka tidak akan ada kendala saat guru menggunakan media tersebut untuk proses pembelajaran.

Media audio visual adalah media yang dapat dilihat dan di dengar, contohnya kartun upin ipin adalah sebuah film kartun anak yang di gemari oleh semua kalangan terutama anak-anak. Makna dari film animasi tersebut adalah anak menjadi lebih menghargai teman, saling membantu saat teman sedang mengalami kesulitan, saling memberi semangat di saat teman mulai putus asa, gotong raya, tidak mengenal kata putus asa saat mereka dalam kesulitan, selalu ada ide-ide cemerlang, bisa memanfaatkan bahan- bahan yang ada di sekitar mereka untuk di buat mainan, anak lebih menghargai dan menghormati seorang guru, semangat dalam segala hal seperti menggambar, bercerita, Media audio visual adalah media yang dapat dilihat dan di dengar, contohnya kartun upin ipin adalah sebuah film kartun anak yang di gemari oleh semua kalangan terutama anak-anak. Makna dari film animasi tersebut adalah anak menjadi lebih menghargai teman, saling membantu saat teman sedang mengalami kesulitan, saling memberi semangat di saat teman mulai putus asa, gotong raya, tidak mengenal kata putus asa saat mereka dalam kesulitan, selalu ada ide-ide cemerlang, bisa memanfaatkan bahan- bahan yang ada di sekitar mereka untuk di buat mainan, anak lebih menghargai dan menghormati seorang guru, semangat dalam segala hal seperti menggambar, bercerita,

Sejak saat itu setelah anak-anak melihat film animasi salah satu nya film upin ipin tersebut minat anak-anak menjadi bersemangat untuk menggambar seperti apa yang di lihat pada film tersebut. Selain itu minat belajar anak pun juga meningkat yaitu anak menjadi lebih aktif untuk mengikuti kegiatan, senang saat mengikuti kegiatan, tidak bermalas-malas, berantusias dalam mengikuti kegiatannya, bahkan anak-anak akan menginginkan kegiatan tersebut untuk di ulangi kembali.

Dengan gambar menarik dan lucu perhatian anak akan langsung tertuju kesana. Sehingga akan menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar dan suara yang lucu tidak akan membuat anak cepat bosan, sehingga mendorong anak untuk mengetahui lebih jauh sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar. ( Ermayani, 2009)

Ada beberapa dampak positif dari meningkatkan minat belajar dengan perkembangan audio visual yaitu dapat melahirkan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar, di karenakan media audio visual itu membuat anak tidak cepat bosan, melainkan merangsang anak untuk tahu lebih jauh. Terdapat unsur hiburan yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga membuat anak semakin suka dan berminat untuk belajar.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa media audio visual sebagai media pembelajaran yang dapat di gunakan untuk meningkatkan minat belajar anak usia dini. Penggunaan media audio visual dapat membantu guru untuk meningkatkan minat belajar anak dengan menarik serta suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.

Dafar Pustaka

Eliyawati, cucu.2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Pendidikan Nasional Siswanto

PERMASALAHAN PROFESIONALISME GURU

Guru, kata yang tak asing bagi pendengarnya. Ialah seseorang berbudi pekerti luhur, sopan tutur katanya, ramah perilakunya, dan seorang pahlawan yang perjuangannya tak dapat di tukar dengan uang. Guru professional adalah guru yang mendidik, mengajar, melatih, membimbing, mengarahkan, mengevaluasi dengan sabar dan penuh tanggung jawab. Tapi apakah semua itu terdapat pada semua guru di

Indonesia? Banyak permasalahan yang muncul akibat perilaku maupun tata cara guru dalam mendidik anak didik.

Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran. Dengan kata lain guru adalah sebagai perantara, motivator, inspirator bagi anak didik agar dapat mengubah keadaan bangsa menjadi baik. Tetapi banyak permasalahan pendidikan yang timbul salah satunya yaitu permasalahan profesionalisme guru. Kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu profesionalisme, merupakan penampilan seseorang yang mencerminkan bahwa ia memiliki profesi yang terfokus pada sikap dan komitmen seseorang untuk bekerja secara maksimal atau mempunyai standar yang tinggi. Guru memiliki keprofesionalismean berbeda- beda, ada yang berprofesionalisme tinggi, sedang dan rendah. Jika rendah maka banyak permasalahan yang muncul dan terus bertambah sehingga mengakibatkan jatuhnya kemajuan bangsa.

Sampai saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, sehingga diharapkan bagi guru untuk benar-benar memiliki profesionalisme yang tinggi. Banyak guru beranggapan untuk menjadi profesionalisme hanya tuntutan kerja, sebenarnya untuk menjadi guru professional itu lebih dari tuntutan kerja. Adapun guru yang beranggapan bahwa menjadi guru merupakan pencitraan yang baik tetapi tidak mementingkan profesionalnya dan menjadi seenaknya sendiri seperti tidak masuk kelas untuk pembelajaran dan lebih mementingkan bergosip atau beraktivitas yang tidak bermanfaat, memberikan nilai dengan seenaknya, dan banyak lagi. Sehingga anak didik merasa tidak nyaman akan perilaku dan sikap guru yang seperti itu dan mereka memilih bersenang-senang dan mengacuhkan pembelajaran, itu dapat berakibat fatal dan menjadi suatu kebiasaan yang buruk bagi anak didik.

Tak hanya itu, banyak guru dalam proses pembelajaran tidak menggunakan norma maupun etika seperti marah yang berujung dengan kata yang kasar, mencemooh anak didik, memukul, hingga berperilaku tidak adil antara murid satu dengan yang lain (mendapat perilaku istimewa), masalah seperti itu juga menimbulkan masalah yang sangat berpengaruh terhadap anak didik. Anak didik pun

acuh tak acuh terhadap pembelajarn yang disampaikan oleh guru. Peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” maksudnya ialah anak didik mencontoh apa

yang telah guru perbuat, maka dari itu guru harus memberikan contoh yang baik dan menjadi panutan yang baik pula.

Masalah yang lain dapat diketahui juga dengan adanya penelitian diberbagai sekolah seperti banyak guru tidak layak menajar, guru yang berprestasi tidak ada atau minim penghargaan, dan latar belakang guru. Itulah pemicu dari ketidak profesionalisme seorang guru.

Terdapat pula permasalahan yang dihadapi oleh guru seperti guru tidak lagi dihargai oleh anak didik, kurikulum yang terus berganti, ketidak sejahteraan seorang guru, penghargaan pada profesi guru kurang optimal, kinerja guru dipandang rendah dan kurang maksimal, dan adanya kemajuan teknologi pun guru dapat tergantikan.

 Guru tidak lagi dihargai oleh anak didik Yaitu dimana keadaan dalam sebuah proses pembelajaran yang tidak

berjalan dengan lancar, dimana anak didik tidak menghiraukan guru dan asyik sendiri dengan apa yang dilakukan seperti bicara dengan kawan, bermain hp, makan didalam kelas, dan bisa juga beralasan ke toilet demi meninggalkan pelajaran.

 Kurikulum yang terus berganti Dengan pergantian terus menerus sangat menyusahkan guru dan

membuat guru terus mengeluh karena harus membuat RPP dan sebagainya menurut kurikulum yang berlaku. Ditambah banyak guru

yang memiliki pekerjaan sampingan sehingga itu sangat mengganggu pekerjaan seorang guru. Banyak kendala yang harus guru alami seperti saat proses pembelajaran harus menggunakan teknologi, sedangkan guru yang telah lanjut usia sudah telat untuk belajar tentang teknologi.

 Ketidak sejahteraan seorang guru Ketidak sejahteraan guru menyebabkan niat awal guru menjadi

berubah. Dimana seorang guru harus memikirkan pekerjaannya sebagai guru yang harus memikirkan metode pembelajaran, belajar kembali untuk memenuhi kapasitas dirinya untuk mengtransfer ilmu kepada anak didik, menggunakan media sarana yang digunakan untuk media pembelajaran dan sisi lain juga seorang guru juga memikirkan untuk memenuhi kesejahteraan dan keperluan hidup keluarganya. Sehingga kewajiban seorang guru dapat tersisihkan dengan kewajiban untuk keluarganya. Banyak hal yang menjadi pemicu ketidak sejahteraan guru maka harus dilakukan peningkatan kesejahteraan guru agar profesionalisme guru pun meningkat dan lebih fokus pada profesinya sebagai guru.

 Penghargaan pada profesi guru kurang optimal Di kalangan guru DP3 sudah tak asing lagi yaitu untuk meningkatkan

pangkat para guru tetapi penilaiannya tidak seperti yang sesungguhnya yang harus bekerja lebih keras seperti DP3 karena penilaian tergantung oleh Kepala Sekolah dan kemungkinan besar tidak akan memberikan penilaian yang objektif sehingga guru yang malas pun dapat menaikkan pangkatnya lebih mudah dibandingkan dengan guru yang rajin. Adanya hal seperti itu dapat menurunkan motivasinya untuk berprestasi dan berprofesional.

 Kinerja guru dipandang rendah dan kurang maksimal SDM yang rendah membuat kinerja guru dipandang rendah daripada

orang lain yang memiliki profesi yang dianggap lebih tinggi daripada guru. Sebenarnya seseorang yang berprofesi tinggi tidak akan berhasil tanpa adanya guru yang memberikan ilmu dengan kasih saying dan penuh kesabaran. Masyarakat tidak memahami masalah yang ada pada lingkup keperguruan yang menjadikan mereka buta akan kinerja seorang guru.

 Adanya kemajuan teknologi pun guru dapat tergantikan Teknologi berkembang semakin pesat yang dapat memengaruhi secara

besar kehidupan dalam pendidikan. Seperti tugas yang dapat dikirim melalui sosial media, e-mail, edmodo, dan aplikasi yang lain. Lalu seperti halnya kurikulum K13 yang menuntut siswa lebih aktif, dapat dipastikan nantinya materi dari guru ataupun tugas dapat di kirim melalui teknologi. Itu mengancam kedudukan seorang guru yang digantikan oleh kemajuan teknologi. Karena banyak yang berfikiran bahwa menggunakan teknologi lebih praktis tanpa adanya tatap muka dan masuk ke sekolah, anak didik hanya menggunakan laptop atau gadget untuk menerima materi, mencari informasi dan materi, besar kehidupan dalam pendidikan. Seperti tugas yang dapat dikirim melalui sosial media, e-mail, edmodo, dan aplikasi yang lain. Lalu seperti halnya kurikulum K13 yang menuntut siswa lebih aktif, dapat dipastikan nantinya materi dari guru ataupun tugas dapat di kirim melalui teknologi. Itu mengancam kedudukan seorang guru yang digantikan oleh kemajuan teknologi. Karena banyak yang berfikiran bahwa menggunakan teknologi lebih praktis tanpa adanya tatap muka dan masuk ke sekolah, anak didik hanya menggunakan laptop atau gadget untuk menerima materi, mencari informasi dan materi,

Solusi terhadap masalah tersebut yaitu dengan mengurangi beban guru dari perubahan kurikulum, meingkatkan kesejahteraan guru, adanya wawasan tentang kinerja guru bagi masyarakat agar masyarakat tidak salah faham terhadap apa yang dilakukan guru saat mengajar anak didik, adanya penilaian objek agar semua guru bermotivasi menjadi professional, menanamkan kecintaan dan kasih sayang terhadap guru oleh anak didik agar terjalin hubungan yang wajar antara guru dan anak didik sehinggga anak didik pun lebih mengahargai adanya seorang guru, dan guru tidak tergantikan oleh kemajuan teknologi karena guru tidak hanya memberikan materi tetapi guru pun memberi nasihat, bekal agama, noram dan etika dalam bermasyarakat, dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah dalam pendidikan bisa juga dari profesionalisme seorang guru dan hubungan guru dengan anak didik. Perilaku dan sikap anak didik tergantung bagaimana guru menyikapinya. Jelaslah bahwa untuk menjadi seorang guru tidak dapat dari sembarang orang yang tanpa melalui system pendidikan profesi dan seleksi yang baik.

https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/permasalahan- pendidikan-masa-kini/

https://harunalrasyidleutuan.wordpress.com/2010/01/22/frofesi-guru-dan- permasalahannya-profesional-guru-dan-permasalahannya/

http://jhaylover.blogspot.co.id/2011/05/profesionalitas-guru-tantangan-dan.html

Pendidikan Antikorupsi Berbasis Keluarga

korupsi memang menjadi penyakit yang seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di pemerintahan, tapi juga di berbagai aspek kehidupan kita,Korupsi memang telah menjadi virus mematikan yang akan menghancurkan moralitas bangsa dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ironisnya, pelaku korupsi yang sudah terbukti bersalah banyak dilakukan oleh kaum muda yang masih mempunyai masa depan cerah di masa mendatang.

Lebih ironis lagi, korupsi dilakukan dengan melibatkan satu keluarga, mulai dari ayah, anak, suami-istri, paman, keponakan, dan lain sebagainya.Jika perkembangan korupsi yang melibatkan satu komponen keluarga tidak dicegah sejak sekarang, bukan tidak mungkin anak-anak Indonesia di masa mendatang akan menjadi generasi koruptor yang siap menghancurkan bangsa ini. Saya sangat khawatir jika trend korupsi yang melibatkan satu keluarga akan berakibat pada gaya hidup generasi muda.

Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi berbasis keluarga merupakan gerakan nyata untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran kepada anak sejak usia dini agar Pendidikan antikorupsi berbasis keluarga merupakan gerakan nyata untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran kepada anak sejak usia dini agar

Penanaman nilai-nilai antikorupsi berbasis keluarga tidak bisa sekadar dirumuskan dalam kurikulum pendidikan di sekolah, tetapi harus melibatkan peran orangtua dalam menumbuhkan kesadaran antikorupsi sejak dini kepada anak-anak mereka. Artinya, gerakan antikorupsi harus dimulai sejak anak sudah bisa melakukan komunikasi secara lancar dengan orangtuanya.

Bagaimana Peran Orangtua?

Permasalahan korupsi yang melibatkan satu komponen keluarga, haruslah menjadi pelajaran bagi para orangtua untuk berkomitmen dalam membentuk keperibadian dan karakter anak secara baik dan sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama. Para orangtua sebisa mungkin bisa memetik hikmah dari permasalahan korupsi yang melibatkan generasi muda dan hubungan kekeluargaan yang semakin masif.

Lalu apa fungsi keluarga bagi pembentukan karakter antikorupsi? Syamsul Yusuf dalam “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”, mengatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai fungsi biologi, ekonomi, pendidikan (edukatif), sosialisasi, perlindungan (proteksi), rekreatif, dan agama (religius). Sebagai pendidikan pertama, keluarga sangat tepat dijadikan solusi atas setiap persoalan yang menimpa anak usia dini. Melalui pendidikan keluarga, anak akan terdidik dan terbiasa dengan aktivitas yang berguna dan bermanfaat bagi

kehidupannya kelak. (Syamsul yusuf,2005) Seorang ibu dalam kehidupan keluarga merupakan faktor yang sangat

menentukan terhadap proses pembentukan karakter anak agar terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh norma hukum dan agama. Dalam proses pembentukan karakter itu, peran ibu memainkan peran yang sangat urgen dalam mengajarkan nilai- nilai kejujuran sebagai modal awal dalam berinteraksi dengan lingkungan.Kejujuran adalah suatu tindakan yang lurus, tidak berbohong, dan tidak curang dalam situasi apa pun. Kejujuran merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam pendidikan antikorupsi, karena tanpa sifat kejujuran seseorang tidak akan memperoleh kepercayaan dari siapa pun. Ketika anak sudah mengerti dengan tugas-tugas perkembangannya, orangtua harus segera mungkin menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada dirinya.

Dalam kehidupan keluarga, seorang anak tidak boleh dibiarkan hidup dengan kemewahan harta dan selalu dimanja untuk memenuhi keinginannya. Jika kita membiarkan anak hanya hidup berfoya-foya dan menghabiskan uang untuk kesenangan sesaat, maka bisa dipastikan gaya hidup itu akan menular sampai usia dewasa. Tanpa kita sadari, keluarga menjadi salah satu pemicu seorang anak untuk melakukan korupsi, karena pola hidup konsumtif dan hedonis yang dibina dari keluarga.

Maka pendidikan antikorupsi dengan penanaman hidup sederhana dalam keluarga merupakan salah satu instrumen nyata dalam menumbuhkan kesadaran sejak

dini bagi anak untuk menempa hidup dengan kesederhanaan. Ini karena, hidup sederhana menjadi bagian penting dari nilai antikorupsi untuk tidak hidup serakah dan selalu mensyukuri nikmat Tuhan dengan penuh kelapangan.

Akhirnya, pendidikan antikorupsi berbasis keluarga harus benar-benar dimulai dari peran penting orangtua dalam mendidik anak-anak mereka dengan penuh perhatian, kasih sayang, dan rasa cinta yang mendalam. Pendidikan tentang kejujuran, kedisiplinan, dan kesederhanaan dalam lingkungan keluarga merupakan bentuk- bentuk pencegahan antikorupsi sejak dini dan diharapkan tetap menjadi pegangan hidup ketika seorang anak sudah memasuki usia dewasa dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahan.

6 Sekolah sebagai Setir Kendali Positif Negatif Anak

Oleh :

Sintia Elita Maharani

(PendidikanBiologi, Kelas 1B, NIM. 201610070311057)

Lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan karakter anak. Bila anak berada pada lingkungan yang baik maka akan dapat memberikan pengaruh yang baik pula bagi perkembangan karakter anak, dan begitu juga sebaliknya. Selain anak, orang tua juga harus jeli dan pintar dalam memilihkan lingkunganya, karena akan menentukan perkembangan karakter anak. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan tempat anak melaukan kegiatan sehari – harinya selain keluarga, seperti lingkungan sekolah maupun lingkungan di masyarakat.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga, Oleh karena itu, haruslah benar-benar jeli dalam memilih tempat sekolah untuk anak. Jangan gegabah atau asal-asalan. Bagaimanapun, lingkungan sekolah akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sebab di era sekarang ini justru lebih dari 50% waktu anak digunakan di sekolah. Yang mana, di sekolah tersebut ada berbagai macam anak yang memiliki perilaku baik dan buruk. Jika seorang anak berteman dengan anak lainnya yang memiliki perilaku baik maka bisa jadi si anak menjadi ikut baik atau bahkan lebih baik. Tapi sebaliknya, apabila seorang anak berteman dengan anak lainnya yang memiliki perilaku buruk, bisa juga si anak menjadi buruk. Pengaruh lingkungan sekolah, khususnya jaringan pertemanan yang terjadi di dalam nya sangat berpengaruh besar dalam membentuk kepribadian anak. Atas gesekan – gesekan pergaulan antara teman – teman disekolah itulah dapat mengubah seorang anak menjadi baik (positif) maupun buruk (negative).

Peran peraturan dan tegaknya hukum disekolah pun juga memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian anak. Misal ada sekolah yang kurang tegas dalam menegakkan peraturan / hukumnya, maka bisa jadi siswa nya menjadi teledor atau bahkan tidak karu – karuan.

Sebaiknya jika ingin memilih sekolah, tempat dimana anak akan menghabiskan lebih dari 50% waktunya di tempat tersebut, maka hendaknya Sebaiknya jika ingin memilih sekolah, tempat dimana anak akan menghabiskan lebih dari 50% waktunya di tempat tersebut, maka hendaknya

Mengapa anak sangat rentan terhadap lingkungan nya , karena anak memiliki rasa ingin tau yang besar, rasa ingin coba – coba , dan lain sebagainya. Anak dan remaja juga masih belum memiliki pemikiran yang cukup matang untuk menolak hasutan – hasutan di sekitarnya. Terlebih bahaya lagi dengan anak yang terletak pada masa akhir kanak –kanak dan mulai remaja. Terkadang apa yang mereka dapat tidak di pikir terlebih dahulu, tapi langsung ditelan mentah – mentah. Contohnya hasutan untuk mencuri, tanpa di olah pikir terlebih dahulu , dengan iming – iming mereka langsung saja terhasut dan melakukan pencurian. Meski suatu ketika si anak bisa mendapat sanksi jika ketahuan , tapi sekali lagi bahwa jika sudah terbiasa maka selamanya akan dibawalah kebiasaan itu. Entah itu dalam keadaan biasa ,apalagi tertekan / terhimpit.

Masa kanak-kanak dengan demikian merupakan rentang waktu yang terjadinya proses pembentukan entitas seseorang. Kesalahan yang terjadi dalam proses pembentukan pada fase ini akan menimbulkan efek negative yang sulit diatasi pada rentang waktu berikutnya dan akan berdampak buruk pada keseluruhan rentang usia anak dan merembet pada masyarakat di sekitarnya. Selain itu, setiap fase memiliki kondisi-kondisi dan tuntutan tuntutan yang khas bagi

masing-masing individu. Oleh karena itu, kemampuan individu untuk bersikap dan bertindak dalam menghadapi satu keadaan berbeda dari satu fase ke fase yang lain. Hal itu kelihatan jelas ketika seseorang mengekspresikan emosi-emosinya.

Beberapa hal yang terjadi di lingkungan sekolah , antara lain Contoh Kasus di Lingkungan Sekolah yang berdampak Posistif:  Kebijakan sekolah untuk selalu melakukan upacara bendera setiap hari

senin maupun setiap tanggal 17, hal ini dapat membuat anak setidaknya sedikit ingat tentang rasa nasionalisme

 Belajar untuk berdiskusi, belajar berani bicara didepan umum juga melalui lingkungan sekolah  Mendapat sanksi jika melanggar peraturan seperti merokok, bicara kasar, dll. Diharapkan dari kebiasaan untuk tidak bicara kasar di sekolah dapat menjadi kebiasaan yang dapat dibawa hingga ke rumah dan lingkungan masyarakat.

 Adanya jaringan pertemanan yang membuat anak aktif mengikuti kegiatan hingga dapat mengembangkan potensi dirinya dan mampu menorehkan prestasi

 Dan lain sebagainya.

Contoh Kasus di Lingkungan Sekolah yang berdampak Negatif :  Terkadang ada sekolah yang tidak pernah diadakan upacara bendera,

seperti sekolah – sekolah yang ada di desa. Ambil contoh saja sebuah sekolah dasar yang ada didaerah saya. Sangat jarang sekali sekolah itu melakukan upacara.

 Tidak ada sanksi bagi siswa yang telat  Adanya hasutan antar teman untuk merokok, mencuri, membolos,

minum minuman keras, dll.  Kurangnya perhatian sekolah atas pelanggaran yang dilakukan siswa, dll.

Disini terlihat jelas bahwa jaringan pertemanan yang terjadi dalam lingkup sekolah sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. Sebenarnya, peran dari seorang guru juga ikut berperan disini. Seorang guru yang mampu mendekati muridnya hingga si anak merasa nyaman, hingga si anak mampu menganggap guru tersebut sebagai teman, sahabat, sekaligus orangtuanya, itu jauh lebih baik. Karena dari posisi tersebut maka jelaslah bahwa si anak telah percaya pada guru tersebut. Guru bisa menggunakan keadaan itu untuk membimbing dan mengarahkan lebih banyak, jika anak melakukan kesalahan. Karena dewasa ini, justru yang memegang posisi untuk saling membimbing dan mengarahkan anak adalah para teman / sahabatnya. Sebab tidak lagi jika mereka ada masalah kemudian bercerita pada orangtuanya, tapi justru pada teman / sahabatnya. Sedangkan teman / sahabatnya tersebut belum pasti tau betul yang lebih benar, terkadang ada juga teman yang justru malah menjerumuskan. Nah, itu yang berbahaya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari sini bahwa yang dimaksud setir kendali adalah sebuah pengendali atau yang menentukan arah, atau yang memiliki banyak peran dalam suatu hal tersebut. Dan lingkungan sekolah pun ternyata dapat memberikan pengaruh positif dan negative untuk tumbuh kembang anak. Pengaruh itu didapat dari kebiasaan, baik dari kebijakan sekolah maupun jaringan pertemanan yang terjadi. Maka sebaiknya, anak dengan pengawasan orang tua harus lebih selektif untuk memilih tempat sekolah terlebih lagi dengan lingkungan pergaulannya, dengan siapa saja bertemannya. Sebab 2 faktor , yaitu lingkungan sekolah beserta segala jaringan pertemanan yang terjadi karenanya sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian baik dan buruk anak.

DaftarPustaka

Bams Bang. 2015. Pengaruh lingkungan terhadap karakter anak. (Online).

( http://www.kompasiana.com/www.bsaja/pengaruh-lingkungan-terhadap- karakter-anak_55107a8ea333117c39ba844a , diakses 14 Desember 2016).

Djauhary, Drs. Thantawy (Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan) . Problematika Pendidikan Keluarga dan Sekolah dalam Mencerdaskan Anak Didik . (Online). ( http://lektur.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3 8&Itemid=61 , diakses 14 Desember 2016).

Perguruan Tinggi Ujung Tombak Hadapi MEA

Oleh:

Ainiatul Mufidah

(Pendidikan Biologi, Kelas 1B, NIM. 201610070311058)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Ekonomi ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Tantangan MEA dalam dunia pendidikan yang akan dihadapi antara lain, menjamurnya lembaga pendidikan asing, standar dan orientasi pendidikan yang makin pro pasar, serta pasar tenaga kerja yang dibanjiri tenaga kerja asing. Untuk itu era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain. Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara, yaitu ; penguasaan inovasi (45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), dan kekayaan sumber daya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pada tiga kemampuan di atas.dalam hal ini peningkatan peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah pendidikan, salah satunya dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai disertai dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, sebisa mungkin agar dimanfaatkan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Peran pemerintah MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Ekonomi ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Tantangan MEA dalam dunia pendidikan yang akan dihadapi antara lain, menjamurnya lembaga pendidikan asing, standar dan orientasi pendidikan yang makin pro pasar, serta pasar tenaga kerja yang dibanjiri tenaga kerja asing. Untuk itu era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain. Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara, yaitu ; penguasaan inovasi (45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), dan kekayaan sumber daya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pada tiga kemampuan di atas.dalam hal ini peningkatan peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah pendidikan, salah satunya dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai disertai dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, sebisa mungkin agar dimanfaatkan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Peran pemerintah

Peran pendidikan dalam menghadapi MEA

Pendidikan mengemban peran penting dalam membangun sumber daya manusia yang kompetitif dan mampu bersaing dengan negara lain. Oleh karena itu untuk menyambut MEA 2015, pendidikan harus mampu mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, peka dan kritis dalam menghadapi tantangan maupun perubahan-perubahan yang akan terjadi di dunia pendidikan mendatang. Tantangan MEA dalam dunia pendidikan yang akan dihadapi antara lain, menjamurnya lembaga pendidikan asing, standar dan orientasi pendidikan yang makin pro pasar, serta pasar tenaga kerja yang dibanjiri tenaga kerja asing.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dalam mencapai kesuksesan di era globalisasi. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan suatu bangsa. Maka pendidikan harus menjadi prioritas bagi pembangunan, dengan tidak mengenyampingkan sektor lain. Untuk memajukan pendidikan tidak hanya dengan merubah kurikulum dan melengkapi sarana dan prasarana saja, melainkan juga memperhatikan pembangunan SDM yang akan mengemban pendidikan tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai pendidikan yang lebih baik dimasa datang, yang menjadi prioritas utama untuk hal ini adalah pembenahan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan yang berkualitas serta merata ke seluruh lapisan masyarakat, dan yang paling utama adalah menumbuhkan kesadaran bagi setiap elemen masyarakat serta pemerintah maupun pihak-pihak yang bersangkutan untuk berbenah diri.

Menyiapkan sumber daya manusia yang kompetitif memang bukan pekerjaan mudah yang dapat dilakukan secara instant. Akan tetapi, apabila pendidikan di Indonesia mampu membekali siswa dengan pengetahuan serta keterampilan yang memadai, maka lulusan pendidikan Indonesia akan memiliki rasa percaya diri serta motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri secara optimal, sehingga mampu bersaing secara global. Akan tetapi, dunia pendidikan di Indonesia masih mempunyai sekian banyak rintangan terkait dengan kualitas pendidikan diantaranya, keterbatasan akses kepada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, juga mutu guru itu sendiri yang dinilai masih kurang.

ada beberapa faktor yang masih menjadi kelemahan Indonesia dalam bersaing di pasar global, yakni rendahnya kemampuan inovasi, kesiapan teknologi, riset dan pendidikan tinggi serta infrastruktur

Alternatif Solusi

Perguruan tinggi adalah ujung tombak dalam memperbaiki daya saing Indonesia berhadapan dengan negara lain di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) . Maka dari itu untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang memiliki keterampilan dan berdaya saing tinggi . Pendidikan tinggi betul-betul menjadi mentalitas, keterampilan dan keahlian, serta menghasilkan generasi penerus bangsa, yang berintegritas, beretos kerja dan berkepribadian yang berlandaskan gotong royong sebagai agen perubahan, menjadi pendorong perubahan pikiran, sikap, dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan bangsa Indonesia.