Al A ZAMI DAN FENOMENA QIRAAT ALQURAN AN

Al-A’ZAM Ī DAN FENOMENA QIRAAT ALQURAN:
ANTARA MULTIPLE READING DENGAN VARIANT
READING

Khaer uddin Yusuf
IAIN Palu, Jln. Diponegor o No. 23 Palu Sulawesi Tengah
e-mail: khaer _yusuf@yahoo.com

Abst r ak: Ar tikel ini membahas salah satu fenomena dalam Ilmuilmu Alqur an dar i sudut pandang salah sat u t okoh kont empor er
yait u Mu ḥammad Mu ṣṭāfā al-A’zam ī. Ia mengungkapkan bahwa
salah satu pintu masuk ser angan or ientalis t er hadap otentititas
Alqur an adalah melalui fenomena qir aat. Al-A’zam ī mengkr itisi
pendapat or ientalis dar i segi metodologi, pr oses analisis dan hasil
kajian yang t er kesan dipaksakan. Tidak adanya t anda t it ik dan
diakr itikal tidak menjadi masalah bagi teks Alqur an, kar ena
sistem pembacaan yang benar adalah diajar kan Nabi melalui
hafalan. Sist em bacaan yang benar sudah ada dalam benak par a
sahabat Nabi saw. Ist ilah yang digunakan dalam masalah qir aat
juga tidak ter lepas dar i per hatian al-A’zam ī, istilah Mult iple
(banyak) bacaan lebih t epat unt uk digunakan dar ipada var iant
(var iasi) bacaan.

Absr act : This ar t icle discusses one of t he phenomena in t he
sciences of the Qur an employing the point of view of the
cont empor ar y muslim scholar , Mu ḥammad Mu ṣṭāfā al-A’zam ī. He
asser ted that one of the entr ances used by the Or ientalist t o
assault the authenticity of the Qur ' an was thr ough qir aat
phenomenon. Al-A’zam ī cr itisized the Or ientalist’s views in ter ms
of methodology, of analysis pr ocess and of study r esult s. The
nonexistance of a dot and diacr iticals did not become a pr oblem
for the text of the Kor an since the syst em of the tr ue r ecitation
was t aught by t he pr ophet t hr ough memor izat ion. The t r ue
system of r eciting the Qur ’an had alr eady existed in the minds of
the Companions of the Pr ophet. The ter ms used in r ecitation
cannot also be separ ated fr om Al-A’zam ī’s attention. He said that
the ter m “ multipl e” (many) r ecitaions is mor e pr oper ly used
t han t he t er m “ var iant ” (var ious) r ecit at ions.
Kat a Kunci: qir aat , mult iple qir aat, tanda titik, diakr itikal

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

PENDAHULUAN

Alqur an mer upakan kit ab suci yang menjadi sumber
inspir asi bagi par a peneli t i, bahkan bisa menjadi r uh pengger ak
unt uk kemajuan kehidupan manusia bila diser t ai dengan upaya
memahami ayat-ayatnya.1 Oleh kar ena it u, sudah menjadi sebuah
kehar usan khususnya bagi umat Islam, unt uk menjadikannya
sebagai pedoman pokok dalam menjal ani kehidupan sosial .
Apapun pr oblemat ika dalam kehidupan manusia sehar usnya
dikembalikan dan dicar i jawaban ser t a r elevansinya dalam
Alqur an .2
Kajian t ent ang Alqur an t idak hanya digandr ungi oleh par a
pengkaji dari kalangan umat Islam, par a or i entali s t idak kalah
int ensnya dalam mengkaji Alqur an, bahkan menur ut Syamsuddin
Ar i ef, mer eka dalam mengkaji Alqur an, bagaikan ‘zombie’ pat ah
tumbuh hilang ber ganti .3 Keulet an mer eka dalam mengkaji
Alqur an menjadi per hatian M. Nur khalis Set iawan dkk. dan
menganjur kan kepada par a penelit i dari kalangan umat Islam
sekar ang agar mencont oh mer eka dar i segi kesungguhan dan
keser iusan. Ia juga menghar apkan agar par a peneli t i Muslim tidak
ber sikap skept if dan apologet if t er hadap t emuan mer eka, t api
lebih kepada sikap kr it is kar ena it u mer upakan konsekuensi at as

per kembangan keilmuan.4
Salah sat u fenomena t ent ang Alqur an yang menjadi
per hat ian or ient alis adalah masalah qir aat , pandangan mer eka
1

Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Daur ah Al-Qur an Kajian Ilmu Tajwid
Disusun Secar a Aplikat if , (Jakar t a: Mar kaz Al-Qur an, 2010), h. 8. Lihat juga:
Khaer uddin Yusuf, “ Or ientalis dan Duplikasi Bahasa Al-Qur an (Telaah dan
Sanggahan at as Kar ya Chr ist oph Luxenber g)” dalam Hunafa: Jur nal St udia
Islamika, Vol. 9, No. 1, (Juni 2012), h. 149.
2
Ai ḍ bin ’Abdull āh al-Qar n ī, The Way Of Al-Qur an, ter j. Desi Anggr eini (cet.
ke-1; Jakar t a: Gar afindo, 2007), h. 9.
3
Syamsuddin Ar if, Al-Qur an dan Diabolisme Pemikir an , (Jakar t a: Gema
Insani Pr ess, 2007), h. 16.
4
Lihat : M. Nur Khalis Set iawan dkk (Ed.), Or ient alisme Al-Qur an dan Hadis,
(Yogyakar t a: Naweasea Pr ess, 2007), h.64-65.


84

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

t er hadap qir aat Alqur an sangat jauh ber beda dengan pemahaman
par a ahl i dari kalangan muslim, hal ini bermula dar i pandangan
or ient alis t er hadap t eks Alqur an yang menganggap bahwa
Alqur an adalah dokumen t er tulis at au t eks, istilah yang selalu
mer eka pakai adalah “ wr it ing” dan “ r eading t he t ext ” (tulisan dan
pembacaan dar i t eks t er t ulis). Ber beda dengan pandangan ilmuan
Muslim yang mengat akan bahwa Alqur an adalah bacaan dari
hapalan at au “ r ecitat ion fr om memor y ” .5 Per bedaan pandangan
yang mendasar inilah kemudian menjadi jur ang pemisah ant ar a
par a penelit i dar i kalangan muslim dan or ient alis sampai kepada
hasil dan kesimpulan dari penelit an mer eka semua dalam
kait annya qiraat Alqur an .
Salah seor ang Ulama Muslim kont empor er yang sangat
kr it is t er hadap pandangan-pandangan or ient alis adalah:

Muḥammad Muṣṭāfā al-A’zam ī, t ulisannya t entang t eks Alqur an
bisa di jadikan r ujukan utama bagi penelit i Alqur an, bahkan bisa
dianggap sebagai suat u yang amat signifikan di er a moder n ini.
Khususnya dalam menghadapi wacana-wacana bar u t ent ang
Alqur an t ermasuk dalam masalah qir aat Alquran yang banyak
digugat oleh par a or i ent ali s, memer lukan t anggapan-t anggapan
ilmi ah, kr it is, fakt ual, akt ual ser t a akur at . Ber angkat dari
per masalahan-per masalahan di at as maka sangat per lu unt uk
mengur aikan dalam t uli san i ni pandangan Muḥammad Muṣṭāfā
al-A’zam ī t ent ang fenomena qir aat Alqur an ser t a bant ahanbant ahannya t er hadap pendapat par a or ient ali s.
BIOGRAFI SINGKAT AL-A’ZAM Ī
Sebelum menelaah pemikir an Mu ḥammad Mu ṣṭāfā alA’zam ī t ent ang qir aat Alqur an , maka penulis ber kehar usan unt uk
memapar kan secar a singkat siapa sebenar nya tokoh yang akan
dibahas pendapat nya dalam t uli san ini, agar par a pembaca bisa
lebih objektif dalam mengungkap pemikir an-pemi kir annya dan
5

Syamsuddin Ar if, Al-Qur an, Or ientalisme dan Luxenber g, dalam

Al-


Insan: Jur nal Kajian Islam, Vol. 1. No. 1, (Januar i 2005) h. 14-17.

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

85

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

agar t idak mel ahir kan analisa yang subjektif ser t a menyudutkan.
Ber ikut ini biogr afi singkat al-A’zam ī yang penulis salin dari
beber apa r ujukan, t er masuk dar i buku kar angan beliau sendir i.
Muḥammad Muṣṭāfā al-A’zam ī adalah salah seor ang
cendekiawan t er kemuka di bidang ilmu Hadis, lahir di Mau, India
pada awal t ahun t iga puluhan. Pendidikan per t ama di Dār al’Ul ūm Deoband, India (1952), Univer sitas al-Azhar , Kair o, (M.A.,
1955), Univer sitas Cambr i dge (Ph.D., 1966). Gur u Besar Em er itus
(pensiun) pada Univer sit as King Sa’ud (Ri yad) dan beliau per nah
menjabat sebagai kepala jur usan St udi Keislaman, dan memiliki
kewar ganegar aan Saudi Ar abia. Pr ofesor al-A’zam ī per nah
menjabat sebagai sekr et ar is Per pust akaan Nasional , Qat ar ;

Associat e Pr ofesor pada Univer si t as Umm al-Qur ā (Mekah);
Sebagai Cendekiawan t amu pada Univer sit as Michigan (Ann
Ar bor ); Fellow Kunjungan pada St . Cr oss College (Univer sit as
Oxfor d).6
Pr ofessor Tamu Yayasan Raja Faisal di bidang St udi Islam
pada Univer sit as Princet on, Cendekiawan Tamu pada Univer sit as
Color ado (Boulder ). Bel iau juga sebagai Pr ofessor kehor m at an
pada Univer sit as Wales (Lampet er ). Kar ya-kar yanya antar a lain,
Studies in Ear ly Hadit h Liter at ur e, Hadith Methodology dan
Liter atur nya, On Schacht’s Or igin of Muhammadan Jur ispr udence,
Dir asat fi al-Hadit h an-Nabawi , Kuttab an-Nabi , Manhaj an-Naqd `ind
al-`Ilal Muhaddithin , dan al-Muhaddit hin min al-Yamamah . Beber apa
buku yang di edit nya ant ar a lain , al-` Ilah of lbn al-Madini , Kitab atTamyiz of Imam Muslim , Maghazi Rasulullah of `Ur wah bin Zubayr ,
Muwatta Imam Malik , Sahih ibn Khuzaimah , dan Sunan ibn Majah .
Beber apa kar ya al-A’zam ī t elah dit er jemahkan ke dalam beber apa
bahasa lai n. Kar ya yang akan dat ang ant ar a lain, The Qur ’anic
Challenge: A Pr omise Fulfilled (Tant angan AIqur an: Suatu Janji yang
M. M. Al-A’zam ī, The Hist or y of The Qur anic Text From Revelat ion t o The
Compilat ion: A Compar at ive St udi wit h The Old and New Test aments, ter j. Dr . Anis
6


Malik Thaha dkk, (Cet . ke-1; Jakar t a: Gema Insani Pr ess, 2005) h. 411.

86

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

Telah Ter penuhi), dan The Isnad System : Its Or igins and Aut hent icit y
(Sist em Isnad: Keaslian dan Kesahihannya). Pada t ahun 1980
beliau menerima Hadiah Int er nasional Raja Faisal unt uk st udi
keislaman.7
Al-A’zam ī dikenal dengan sebut an spesialis penakluk t esis
kaum or ient alis, baik dalam bidang Alqur an apalagi di bidang
Hadis yang memang mer upakan keahli an beliau. Sumbangan
pent ing al-A’zam ī t er ut ama dal am ilmu hadis adal ah diser t asinya
di Univer sit as Cambr idge, Inggr is, ''Studies in Ear ly Hadit h
Lit er atur e'' (1966), secar a akademi k mampu mer unt uhkan
pengar uh kuat dua or i entalis Yahudi , Ignaz Gol dziher (1850-1921)

dan Joseph Schacht (1902-1969), t ent ang hadi s. Ri set Goldziher
(1890) ber kesimpulan bahwa kebenar an hadis sebagai ucapan
Nabi Muhammad saw. t idak t er bukt i secar a il miah. Hadis
hanyalah bikinan umat Islam abad kedua Hijr iah. Oleh Al-A’zam ī
ber hasil di pat ahkan secar a ilmiah.8
Set elah l ama mapan dalam st udi Hadis, al-A’zam ī mer ambah
bidang st udi Alqur an. Namun int i kajiannya sama: menyangkal
st udi or ient al is yang menyangsikan ot ent isit as Al qur an sebagai
kit ab suci. Ia menulis buku “ The Histor y of The Qur anic Text Fr om
Revelation to The Compilat ion: A Comparat ive St udi wit h The Old and
New Testaments” (2003), yang juga ber isi per bandingan dengan

sejar ah Per janjian Lama dan Bar u. Buku ini dasarnya diselesaikan
di Riyadh, Saudi Ar abia, pada bulan safar 1420 H/ Mei 1999. Lalu
dir evisi beber apa kali yang t er akhir di Riyad pada Januar i 2003.9
Buku it u t elah di t er jemahkan dalam bahasa Indonesia “ Sejar ah
Teks Alqur an dar i Wahyu Sampai Kompilasi ” diter jemahkan oleh Dr .
Ani s Malik Thoha dkk. dan dit er bit kan oleh Gema Insani Pr ess
7


Ibid.

8

Nusantar a Centr e Of Islamic Study: For um Kajian Keislaman Lintas
Or mas, Mazhab, Alir an, Pemikir an, “ Muhammad Must afa Al-A’zam ī” , dalam:
ht t p:/ / pesant r enonlinenusant ar a.blogspot .com/ 2012/ 02/ muhammad-must afa
-al-azami.ht ml (diakses Febr uar i 2014).
9
Lihat Pengantar beliau dalam Bukunya: The Hist or y…, h. xxxv

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

87

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

Jakar t a (2005). Gagasan-gagasan beliau di pr omosikan di
Indonesia oleh salah seor ang mur idnya yait u: Pr of. K.H. Ali
Must afa Ya’qub, M.A. Ia mengat akan: “ Syafi’i per nah dijuluki

" pembela sunah" oleh penduduk Mekah kar ena ber hasil
memat ahkan ar gumen pengi ngkar sunah, sebutan lai n hadis.
Pada masa kini, al-A’zam ī pant as dijuluki “ pembela eksist ensi
hadis” kar ena berhasil mer unt uhkan ar gument asi or ientalis yang
menolak hadis ber asal dari Nabi." 10
AL-A’ZAM Ī DAN FENOMENA QIRAAT ALQURAN
Menur ut al -A’zam ī, sal ah sat u pintu ger bang masuknya
ser angan pihak or ient ali s t er hadap Alqur an adalah dengan
membuat kekacauan t er hadap naskah t eks Alqur an it u sendir i.
Menur ut nya, ada sekit ar 250.000 naskah Alqur an dalam bent uk
manuskr ip, secar a lengkap m aupun sebaian-sebagi an, sejak abad
petama hijr ah hingga har i ini. Dalam jumlah yang sangat banyak
it u, kesalahan –kesalahan t elah diklasifi kasikan dalam li ngkungan
akademi k pada dua kelompok disengaja maupun t idak disengaja.
Dan dalam koleksi manuskr ip yang banyak ini sudah past i dal am
sekejap mat a par a penulis boleh melakukan kesalahan yang t idak
disengaja. Ilmuwan yang membahas subjek it u t ahu dan paham
bet ul bagai mana susahnya kesalahan konsent rasi sesaat dapat
membahayakan, sebagaimana dibicar akan secar a gamblang dalam
beber apa kar ya t ulis or ient al is.11
Al-A’zam ī
lalu
mengkr itik
par a or ientalis yang
menggunakan met odologi dalam mengupas t ent ang kesalahankesalahan pembacaan yang ada dal am kit ab Per janji an Lama dan
Per janjian Bar u, dengan memakai ist ilah seper t i t r ansposisi,
haplogr afi , dan dit t ogr afi yang kadang-kadang dit ujukan pada
penulis yang sudah meninggal dunia guna mengali hkan per hat ian
yang ada dalam pikir annya dimana ia melakukan kesalahan sejak
r ibuan tahun silam. Metode pembacaan seper t i ini menur ut Al10

Lihat testimoni beliau disampul bagian belakang buku The Hist or y ...

11

Ibid ., h. 167.

88

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

A’zam ī tidak mungki n dapat dit er apkan t erhadap Alqur an,
dimana t er jadi banyak kesalahan- yang jel as ada akibat kelet ihan
dalam penulisan dianggap sebagai var iasi yang bet ul-bet ul t er jadi,
sebagai bukt i yang dianggap dapat mer usak kit ab suci kaum
muslimin.12
Al-A’zam ī kemudian mencoba mengur aikan kekeli r uan par a
or ient alis t ent ang qir aat Alqur an, yang menganggap bahwa
per bedaan bacaan dalam Alqur an adalah akibat kekelir uan dalam
penuli san bahasa Ar ab (palaeogr afi) zaman dahulu, t idak ada t it ik
dan t idak t anda diakr it ikal. Sanggahan al-A’zam ī t er hadap
anggapan par a or ient ali s t er sebut diur aikan pada bagian ber ikut .
Sist em Bacaan (Qi raat ) Adalah Sunnah Mut t abaah .
Al-A’zam ī memandang bahwa ant ar a t eks Alqur an dan
pr oses pembacaannya ser t a pewahyuannya adalah sat u kesatuan
yang tidak t er pisahkan, i a mengat akan: Ilmu qir aat yang benar
(ilmu seni baca Alqur an secar a t epat ) diper kenalkan oleh Nabi
Muhammad saw. Sendir i, suat u pr akt ik (Sunnah) yang
menunjukkan t at a car a bacaan set iap ayat . Aspek ini juga
ber kait an er at dengan kewahyuan Alqur an. Teks Alqur an t elah
dit ur unkan dalam bent uk ucapan lisan dan dengan mengumumkannya secat a lisan pula ber ar t i Nabi Muhammad saw.
secar a ot omat is menyediakan t eks dan car a pengucapan pada
umat nya, kedua-duanya har am unt uk ber cer ai.13
Pada zaman sahabat saja t idak ada seor ang pun yang ber ani
mengada-ada membuat bacaan sendir i , semua bent uk bacaan
sekecil apapun mer upakan warisan dar i Nabi Muhammad saw.
Ini lah yang t er ekam dalam sejar ah par a sahabat Nabi, diant ar anya
adalah ket ika Umar dan Hisham bin hakim ber seli sih bacaan
t ent ang sepot ong ayat dalam sur at al-Fur qan walaupun per nah
sama-sama belajar langsung dari Nabi, Umar ber t anya pada

12

Ibid .
Ibid ., h. 168.

13

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

89

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

Hisham, siapa yang t elah mengajar inya, Dia Menjawab Nabi
Muhammad saw.14 Demiki an kejadian ser upa dial ami sahabat yang
lain yait u Ubay bin Ka’ab.15
Demiki an juga seor ang ahli t at a bahasa yang menyat akan
bahwa bacaan kat a-kat a t er t ent u, menur utnya lebih disukai jika
mengi kuti t at a car a at ur an bahasa kar ena per ubahan dalam t anda
diakr i t ikal t idak membawa makna yang ber ar t i. Nampak sangat
jelas dar i apa yang diur aikan di at as bahwa ilmuwan-ilmuan t et ap
memegang t eguh sist em bacaan yang diper kenalkan melalui
salur an at au sumber yang sah guna menolak usaha mengada-ada
ser t a t etap memper tahankan pandangan bahwa qir aat hukumnya
sunnah yang t idak ada seor ang pun memiliki wewenang unt uk
mengubah seenaknya.
Bukti-bukti seper t i it ulah yang menjadi landasan al-A’zam ī
unt uk menyangkal pendapat or ient alis t ermasuk Goldziher ,
bahkan Ia menambahkan dengan mengat akan: “ kit a per l u
mencat at , biasanya or ang-or ang t idak mau membeli mushaf di
pasar mur ahan set elah belanja wakt u pagi dar i penjual i kan dan
sayur an lalu pulang menghafal sur ah secar a pr ibadi” .16 Ol eh
kar ena it u, menur unt nya belajar secar a li san melalui seor ang
inst r ukt ur yang memiliki ot or it as keilmuan sangat diper lukan,
biasanya r at a-r at a lima ayat per hari.
Tr adi si yang disampaikan al-A’zam ī di at as bisa kit a
t emukan di akhir seper empat per t ama abad per t ama hijriah
ket ika Abu Bakr bin Ayyash (w. 193 h) belajar Alqur an dar i Ibn Abi
Al-Najud (w. 127 h), sewakt u Ia masih mudah.17 Dar i sinilah alA’zam ī menyimpulkan bahwa t idak ada bacaan ber mula dar i
kevakuman at au hasil t ebakan seor ang penggubah yang dilakukan
Muhammad bin Ismail al-Bukhar i, Ṣaḥīḥ al-Bukh ārī, “ Faḍā‘il al-Qur ’an”
hadis no.6936, (Mesir : Al-Amir iyah, 1314 H.), h. 9.
15
Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim , “ Mufassir in” , hadis no. 273, juz 1, (Beir ut: Dār alIḥyā al-Tur aṡ al-’Ar abī, t .t h.), h. 561
16
Al-A’zam ī, The Hist or y ..., h. 169
17
Ibn Mujahid, Kit āb al-Sab’ah, S. Daif (ed.), (Kair o: t.p., 1972), h. 71.
14

90

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

secar a pr ibadi di mana ket ika mulai muncul lebih banyak bacaan
or ang-or ang yang memiliki ot or it as, semua sumber dapat dil acak
sampai kepada Nabi Muhammad saw.
Per lu Banyak Ragam Sist em Bacaan: Unt uk Penyeder hanaan
Bacaan bagi A’jamiy (Non Ar ab).
Sanggahan al -A’zam ī t er hadap or ient ali s juga bisa ki t a lihat
dar i pendapat nya yang mengat akan bahwa banyaknya r agam
bacaan sangat diper lukan unt uk mempermudah bagi mer eka yang
t idak bisa ber bahasa ar ab dengan dial ek Qur aisy. Menur ut nya,
kesat uan di alek l azim Nabi saw. gunakan sewakt u masih di Mekah
mulai sirna set ibanya di Madinah. Dengan meluasnya ekspansi
Islam meli nt asi belahan wilayah Ar ab lain dengan suku bangsa
dan dialek bar u, ber ar t i dialek kaum Qur aisy suli t unt uk
diper tahankan.18
Al-A’zam ī lal u mengutip hadis yang dir i wayat kan Oleh
Imam Bukhar i:
“ Ubay bin Ka’b melapor kan bahwa Nabi saw. ber ada dekat lokasi Ban ū
Ghifar , Malaikat Jibr il datang dan ber kata: “ Allah telah menyur uh kamu
membaca Alqur an kepada kaummu dalam sat u dialek,” lalu Nabi
ber sabda: “ Saya mohon ampunan Allah. Kaumku t idak mampu unt uk
itu” lalu Jibr il datang lagi untuk kedua kalinya dan ber kata, “ Allah telah
menyur uhmu agar membacakan Alqur an pada kaummu dalam dua
dialek” , Nabi Muhammad saw lalu menjawab “ Saya mohon ampunan
Allah kaumku t idak akan mampu melakukannya,” Jibr il dat ang lagi
ketiga kalinya dan ber kata, “ Allah telah menyur uhmu untuk
membacakan Alqur an kepada kaummu dalam tiga dialek” dan lagi-lagi
Nabi Muhammad saw ber kat a ” saya mohon ampunan Allah kaumku
t idak akan mampu melakukannya” lalu Jibr il dat ang kepadanya
keempat kalinya dan menyatakan “ Allah telah mengizinkanmu
membacakan Alqur an kepada kaummu dalam t ujuh dialek, dan dalam
19
dialek apa saja mer eka gunakan, sah-sah saja.”

Hadis lain yang dikut ipnya unt uk memper kuat argumennya
adalah hadis r iwayat Ibn Hanbal yait u:
Al-A’zam ī, The Hist or y ..., h. 169.
Muslim, Ṣaḥīḥ…, hadis no. 1789

18
19

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

91

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108
“ Ubay bin Ka’b melapor kan: “ Rasululllah saw ber temu Malaikat Jibr il di
bat u Mir a’ (di pinggir Madinah dekat Quba’) dan ber kat a kepadanya
“ saya diut us kepada suat u bangsa but a hur uf, dan diant ar anya, or ang
tua miskin, nenek-nenek, dan juga anak-anak,” Jibr il menjawab “ jadi
sur uh saja mer eka membaca Alqur an dalam t ujuh dialek (aḥr uf ).” 20

Hadis-hadis yang mengukuhkan bahwa Alqur an dit ur unkan
dalam t ujuh dialek ( sab’tu aḥruf ) sangat l ah kuat kebenar annya,
bahkan m enur ut Imam al-Suyu ṭī lebih dar i dua puluh sahabat
t elah mer i wat kan
hadis t ent ang i t u.21 Al-A’zam ī lalu
menambahkan, ada empat puluh pendapat il muwan t ent ang
makna aḥr uf (secar a liter al: hur uf-hur uf). Beber apa kalangan
mengar t i kan begit u jauh. Tet api kebanyakan sepakat bahwa
t ujuan ut ama adalah m ember ikan kemudahan membaca Alqur an
bagi mer eka yang t idak t er biasa dengan dial ek or ang Qur aisy.
Konsesi diber ikan melalui anugr ah All ah swt .22
Kendat ipun demi kian, al-A’zam ī t idak memungkir i bahwa
adanya banyak dial ek yang berlai nan t elah memicu per selisihan
pada dasawar sa ber ikutnya, dan hal it u memper cepat langkah
‘Uṡmān menyi apkan sebuah mushaf dalam dialek or ang Qur aisy,
yang pada akhirnya, jumlah semua r agam bacaan yang ter dapat
dalam ker angka lima mushaf r esmi t i dak lebih dar i empat puluh
kar akt er . Namun per selisihan di ant ar a mer eka bukan kar ena
yang sat u benar dan yang lain salah, tetapi hanya kar ena mer eka
mendapat kan pengajar an dari Nabi sesuai dengan dial eknya
masing-masing, sehingga ant ar a mer eka belum saling m enget ahui
bent uk bacaan yang diajar kan oleh Nabi kepada masing-masing
sahabat . Al-A’zam ī lal u menyampaikan ket at nya per iwayat an
qir aat ini sehingga selur uh pembaca yang dit ugaskan mengajar
Alqur an wajib mengikut i t eks mushaf t er sebut dan agar m eneli t i
sumber ot or it as dar i mana mer eka mempelajar i bacaan

20

Ibn Hanbal, Musnad V. 132, hadis no. 21242 (t.tp.: t.p., t.th.)
Lihat: Im ām Jal āl al-Dīn al-Suy ūṭī , al-It qān f ī ‘Ulum al-Qur ‘ān , M. Abu AlFaḍl Ibr āhīm (Ed.) (Kair o: t.p., 1967), h. 131-141.
22
Al-A’zam ī, The Hist or y ..., h. 170.
21

92

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

sebelumnya.23 Al-A’zam ī mengat akan bahwa or ang yang memiliki
per anan sangat pent ing dalam pengumpulan Alqur an adalah
Zaid bin Ṡābit . Kesimpulannya it u didasar i oleh ungkapan Zaid
bahwa (al-qir ā’ah sunnah muttaba’ah,24 seni bacaan qir aat Alqur an
mer upakan sunnah yang mest i dipatuhi dengan sungguhsungguh).
Sebab-sebab Munculnya Banyak ( Mult iple) Bacaan.
Sebagaimana dipapar kan di awal bahwa penyebab
munculnya var iant r eading (r agam bacaan) menur ut beber apa
or ient alis adal ah t idak adanya t anda t it ik dalam mushaf Usmani,
ini ber ar ti mer upakan peluang bebas bagi pembaca member i
t anda sendi ri sesuai dengan kont eks makna ayat yang ia pahami,
demi ki an kat a A. Jeffr y.25 Ia member i cont oh bahwa jika seseor ang
menemukan kat a t anpa t anda t it i k seper t : “ ‫ ”ﺑﹺﻌﻠﻤﻪ‬maka boleh saja
di baca: ‫ﻌﻠﻤﻪ‬‫ﺗ‬, ‫ﻌﻠﻤﻪ‬‫ﻧ‬, at au ‫ﻌﻠﻤﻪ‬‫ ﻳ‬sesuai dengan pilihan kar akt er nya.
Sehi ngga menur utnya menggunakan t anda tit ik dan t anda
lai nnya amat diper lukan guna menyesuaikan pemahaman sendir i
t er hadap ayat it u.
Pendapat ser upa sebelum zaman A. Jeffr y, Goldziher dan
lai nnya ber usaha meyakinkan bahwa menggunakan skr ip yang
t idak ada t anda t it ik t elah mengaki bat kan munculnya per bedaan
bacaan. Dalam memper kuat anggapannya, Goldziher menyuguhkan beber apa cont oh potensial yang ia bagi kedalam dua
kelompok.26

- Per bedaan bacaan kar ena t idak adanya t anda t it ik. sebagai
cont oh:

Al-A’zam ī, The Hist or y ..., h. 171.
Al-Suy ūṭī, al-It qān …, h. 211.
25
A. Jefrr y, “ The Textual Histor y of the Qur an” in A Jeffr y, The Qur an as
Scr ipt ur e, (New Wor k: R.F Moor e Co., 1952), h. 97.
26
’Abd al- Ḥal īm Najj ār , Mazāhib al-Tafsīr al-Isl āmī, Ter jemahan bahasa
Ar ab Goldziher , (Kair o: t.p., 1955), h. 9-16.
23

24

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

93

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

·
·
·

‫ ﻭﻣﺎ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﺴﺘﻜﱪﻭﻥ‬dapat di baca: ‫ ﺗﺴﺘﻜﺜﺮﻭﻥ‬.(QS 7:48)
‫ ﺇﺫﺍ ﺿﺮﺑﺘﻢ ﰲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﷲ ﻓﺘﺒﻴﻨﻮﺍ‬dapat dibaca: ‫ﻓﺘﺜﺒﺘﻮا‬. (QS 4: 94)
‫ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﺳﻞ ﺍﻟﺮﻳﺎﺡ ﺑﺸﺮﺍ‬dapat dibaca: ‫( ﻧﺸﺮا‬QS 7: 57)
27

- Per bedaan bacaan kar ena t idak adanya t anda diakr it ikal
Apa yang dilont ar kan oleh A. Jefry dan Gol dziher diat as,
menur ut al-A’zam ī per lu diuji kebenar annya. Menur ut nya,
pendapat seper t i it u mungkin bisa saja dianggap sah bagi m er eka
yang tidak mengenal sejar ah seni baca Alqur an (qir aat ). Tet api,
walau bagaimana pun semua t eori har us ber hadapan pada ujian
t er lebih dahulu sebelum diper t imbangkan sebagai t eor i yang sah,
namun dalam kajian Islam kat a al-A’zam ī, hal seper t i it u
ber kembang dengan sat u car a yang siap pakai t anpa memer lukan
ujian. Jadi m ar ilah kit a evaluasi per nyat aan-per nyat aan mer eka
t ambahnya.28
Lebih lanjut al-A’zam ī menambahkan bahwa t ampaknya
Jeffr y dan Goldziher benar -benar melupakan t r adisi pengajar an
secar a lisan, sat u mandat at au per int ah yang hanya melalui
seor ang instr ukt ur kelas kakap, sehingga ilmu seni baca Alqur an
it u t idak diper oleh dengan sembar angan. Bukt inya, kat a alA’zam ī, adalah: banyak sekali ungkapan Alqur an yang dapat
secar a kont ekst ual dimasukkan lebih dar i sat u t it ik dan t anda
diakr i t ikal, t et api dalam banyak hal, seor ang ilmuwan hanya
membaca dengan sat u car a. Walau suatu saat muncul per bedaan
(dan ini sangat jar ang sekali t er jadi) kedua ker angka bacaan t et ap
mengacu pada Mushaf Usmani, dan tiap kelompok dapat
menjast ifikasi bacaanya at as dasar ot or it as mat a r ant ai at au
silsilah yang ber akhir pada Nabi Muhammad saw. At as dasar ini
kit a dapat menyingkir kan t i ap pembaca yang member i bacaan

Ini cont oh yang salah. lihat : Ibn Mujahid, Kit āb…, h.281-282.
Lihat: Al-A’zam ī, The Histor y..., h. 173.

27
28

94

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

yang “ nyeleneh ” yang ingin memasukkah t it ik dan diakr it ikal
sesuai seler a keinginannya sendir i.29
Unt uk memper kuat pendapat al-A’zam ī, Ia member i kan
beber apa contoh: ‫ﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ‬‫ﻣﻠ‬ bisa juga di baca: ‫ﻣﻠﹾﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ (QS: 114:2).
‫ﺪ‬‫ﺮﺷ‬ ‫ ﻭﺇﻥ ﻳﺮﻭ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟ‬bisa juga dibaca: ‫ﺪ‬‫ﺷ‬‫( ﺍﻟﺮ‬QS: 7:146), juga ayat : ‫ﺇﻥ‬
‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﺭﺍﺩ ﺑﻜﻢ ﺿ‬dapat dibaca : ‫ا‬‫ﺿﺮ‬
 (QS: 48:11), dan l ain-lain.
Sebenar ya banyak sekali cont oh yang di kemukakan oleh alA’zam ī unt uk memper kuat pendapat nya, namun penuli s hanya
menampilkan beber apa saja unt uk t idak memper panjang
pembahasan. Hakekat nya, menur ut beliau, secar a lit er al ada
r ibuan cont oh dimana kedua-dua bent uk kat a secar a kont ekst ual
adalah sah t et api hanya sat u yang dipakai secar a kolekt if; jadi
sebenar nya banyak lagi cont oh yang sama dengan yang mer eka
kemukakan dan malahan mengungguli t eor i Jeffry dan Goldziher .
Unt uk memper kuat sanggahannya, mari kit a lihat analogi
al-A’zam ī ber ikut : ji kalau memasukkan t anda t it ik kepada t eks
yang t idak mempunyai t itik, per tanyannya kemudian adalah:
kapan kesalahan t ekstual yang mengakibat kan ker usakan dan
menjadi ber bahaya? Jawabnya adalah ket ika kit a t idak m emiliki
alat ukur dalam membedakan mana yang benar dan m ana yang
salah, inilah yang menjadi penyebab yang membahayakan.30 Ini
pulal ah yang menjadi kekelir uan par a or ient alis dalam menil ai
Alqur an. Menur ut al-A’zam ī, mer eka t idak memiliki dan
memahami t olak ukur nya. Al-A’zam ī mencontohkan: seandainya
kit a memiliki dua manuskr ip, masi ng-msing mengandung ber i kut :
‫ “ ﻗﺒﻞ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﰒ ﻫﺮﺏ‬dia mencium wanit a dan kemudian melar i kan
dir i ” dan ‫ “ ﻗﺘﻞ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﰒ ﻫﺮﺏ‬Di a membunuh wanita kemudain dia
melar ikan dir i” . Sekar ang dalam keadaan ket iadaan kont eks yang
kit a jadikan indikasi, unt uk memut uskan yang benar menjadi
sangat t idak m ungkin: jelas sekali kit a menghadapi pr oblem
t ekstual. Andaikan kemudian kit a mempunyai sepuluh manuskr ip
29

Ibid.
Ibid., h. 175.

30

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

95

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

dengan mat a r ant ai t r ansmisi yang ber beda, sembilan diant ar nya
memuat kalimat : ‫ ﻗﺒﻞ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﰒ ﻫﺮﺏ‬sedangkan yang kesepuluh
memuat : ‫ “ ﻓﻴﻞ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﰒ ﻫﺮﺏ‬Gajah per empuan kemudian dia
ber lar i” . Selain t idak jelas kal imat i ni juga ber t ent angan dengan
manuskr ip yang lain, yang semuanya set uju pada makna yang
masuk akal, jadi jelas bahwa membuang kat a gajah menjadi sat usat unya jawaban yang dapat dipahami. Sama halnya dengan
manuskr ip Alqur an. Jika kit a pilih ser at us m ushaf, yang ber asal
dar i beber apa t empat dan masing-masing memuat t ulisan t angan
dan t anggal yang ber beda, dan jika keselur uhan sama kecuali sat u
mushaf—lagi -lagi, jika kesalahannya t idak masuk akal—maka
semua or ang yang ber akal akan menilainya sebagai keganjilan
yang salah t ulis.31
Hal l ain dari kesalahan or ient alis yang dibant ah oleh alA’zam ī adalah pendapat A. Jeffr y yang menuduh kaum muslimin
memalsukan kit ab mer eka sendi ri dengan mengat akan:
Ket ika kit a membuka Alqur an, kit a menemukan bahwa manuskr ip
zaman klasik t idak ada yang mempunyai t anda hur uf hidup (vowels) dan
semuanya ditulis dalam skr ip Kufi yang sangat ber beda dengan skr ip
yang dipakai pada naskah zaman sekar ang. Memoder nkan skr ip dan
or t ogr afi, dengan member ikan t anda hur uf hidup dan t anda t it ik pada
teks, dan itu benar -benar telah t er jadi, mer upakan sesuatu yang
disengaja, akan tetapi usaha mer eka itu mel ibatkan pemalsuan teks,
32
itulah masalah kita sekar ang.

Jeffr y t elah melakukan kesalahan mendasar dan fat al
menur ut al -A’zam ī, dengan mengkl aim bahwa yang ter dahulu
dinamakan mushaf dan dit ulis dalam skr ip Kufi , padahal kat a alA’zam ī, sebenar nya t eks it u dit ulis dalam skr ip Hejazi ber bent uk
mir ing.33 Yang lebih par ah lagi kat a al-A’zam ī adalah pendapat
Jeffr y yang mengakui skr ip Kufi sangat ber beda dar i skr ip yang
digunakan har i ini , dan bahkan menganggap pembahar uan skrip
31

Ibid.

32

A. Jeffr y, “ The Text ual …, h. 89-90.
33
Skr ip Hejazi bisa dilihat bentuk dan contohnya dalam buku Al-A’zam ī,
The Histor y ... pada gambar 7.1, h. 108

96

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

sebagai bent uk pemalsuan. Al-A’zam ī l alu member ikan jawaban
logis dengan mengat akan: andai kan saya menulis ar t ikel
selur uhnya dengan t angan
dan mengir imkannya kepada
pener bit , har uskah saya anggap bahwa dia ber salah kar ena
memalsukan ar tikel saya ket ika saya melihat t uli san saya dalam
bent uk hur uf Helvet ika at au Time New Roman? Apakah bahasa
Ar ab dianggap bahasa mati, seper t i halnya huruf Hier oglyphic,
dan apakah Alqur an sudah hi lang ber at us-r at us t ahun, seper t i
Taur at , lal u pemalsuan t eks t er jadi jauh ke belakang set elah i t u;
kar ena kit a coba ber usaha mer aba-r aba, membaca buku yang
sudah lama hil ang dalam bent uk skr ip yang tidak dapat dibaca,
dan memaksakan sangkaan kit a pada keselur uhan t eks.34
Kenyat aannya, walaupun skr ip Kufi masih dapat dibaca har i ini,
dan t r adisi pengalihan (tr ansmisi) Alqur an secar a lisan t elah
menjiwai kaum muslimin, menjadikan per soalan yang ada
semakin t er ang, m aka Jeffr y t idak mempunyai masalah lagi yang
per lu diper t ahankan mat i-mat ian kat a al -A’zam ī.
Sebab lai n dari munculnya var iant bacaan menur ut Jeffr y
adalah per bedaan kar ena beber apa pembaca menggunakan t eks
yang ber t anggalkan sebelum mushaf Usmani, yang kebetulan
ber beda dengan ker angka Ushmani dan yang t idak di musnahkan
walaupun ada per int ah dar i khalifah. Pendapat Jeffr y diat as
menur ut al-A’zam ī, t elalu di besar -besar kan t anpa ada bukt i yang
kuat , dan t idak dapat dibuktikan kebenar annya. Al-A’zam ī
mencot ohkan bahwa, koleksi Jeffr y t ent ang varian dari Mushaf
Ibn Mas’ ūd dianggap t idak sah kar ena sejak awal t idak ada
sat upun dalam daft ar bacaannya yang menyebut Mushaf Ibn
Mas’ūd. Kebanyakan bukt i yang ada hanya menyat akan bahwa
Ibnu Mas’ūd menyebut ayat ini dengan car a begi t u t anpa ada
bukt i mat a r ant ai r iwayat . Sehingga dengan t egas al-A’zam ī
mengumpamakan pendapat Jeffr y dengan cer it a omong kosong,
sekedar kabar bur ung dan supaya dia dapat meningkat kan
Al-A’zam ī, The Hist or y ... h. 176

34

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

97

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

anggapan yang ber nilai mur ahan sebagai ar gument asi melawan
bacaan yang t er bukt i bet ul guna membant ah met ode yang
membedakan ant ar a per iwayat yang jujur dan yang palsu.
Ti dak hanya sampai di sit u, t uduhan Jeffr y menyebar
kepada mushaf yang l ainnya. Oleh kar ena i t u, al-A’zam ī seger a
menjawab dengan ringkas t ent ang riwayat yang salah
menyat akan bahwa Khalifah Ali membaca sat u ayat yang
ber t ent angn dengan Mushaf Usmani . Bacaan yait u: ( ‫ﻭﺍﻟﻌﺼﺮ ﻭﻧﻮﺍﺋﺐ‬
‫ ﺇﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻟﻔﻲ ﺧﺴﺮ‬،‫( )ﺍﻟﺪﻫﺮ‬menambahkan dua kat a pada ayat
103:1).35. Al -A’zam ī lal u mengutip: pengar ang buku Al -Mabani 31
yang mengecam bahwa dalam r iwayat ini ada tiga kesalahan:

- Asim bin Abi al-Najud, salah seor ang mahasiswa cemer lang AlSulami, yang kemudian jadi salah seor ang mahasiswa Al i yang
dihor mat i, mengai t kan bahwa Ali membaca ayat ini sama
seper t i yang ada di Mushaf Usmani .

- Ali menjadi khalifah set elah t er bunuhnya Usman. Apakah dia
per caya bahwa pendahulunya ber salah kar ena menghil angkan
kat a-kat a t er t ent u, t ent unya ini kewajiban Ali unt uk
membetulkan kesalahannya. Jika t idak maka akan dit uduh
mengkhianat i keper cayaannya.

- Usaha Usman pendapat kan dukungan dar i selur uh umat
Muslim; Ali sendir i ber kat a bahwa t idak ada seorang pun yang
ber suar a menent ang, dan kal au dia mer asa t idak suka t ent u i a
akan mar ah.36
Pandangan ini kat a al-A’zam ī hanya sat u dar i ber ibu
pandangan dar i sahabat Nabi Muhamm ad saw. yang ber semangat
menyaksikan pecahan Alqur an t ua, sebagai mana kuatnya
kesaksian mer eka wakt u menyet ujui keutuhan naskah Alqur an.
Jadi t idak ada t ambahan, pengur angan, maupun menyelewengan.
35

A. Jeffry, Mater ials for The Hist or y of Texs of The Qur an , (Leiden: : The Old
Cidices, 1937), h. 192.
36
Al-A’zam ī, The Hist or y …, h. 106.

98

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

Siapa saja yang menolak pendapat ini dan mencoba unt uk
membawa bar ang bar u seper t i par a or ient alis, yang mengklaim
ini adalah t eks sebelum Usmani yang disukai oleh sahabat ini at au
it u, adalah fitnah buat par a sahabat yang sangat kuat imannya.37
Ibn Mas’ūd sendir i , pengar ang Al-Maṣāḥif dan yang melengkapi
ber macam-macam qir aat yang t idak sama dengan t eks Usmani ,
menolak unt uk mengkat egorikan nilai mer eka seper t i Alqur an.
Dia ber kat a: “ Kit a t idak mengakui bacaan Alqur an kecuali
membaca apa yang t er t ulis dalam Mushaf Usmani . Jika ada
seseor ang yang membaca sesuatu yang ber t ent angan dengan
Mushaf ini dalam shalat , maka saya akan m enyur uhnya shalat
kembali.38
Kesalahan Jeffry dar i segi met odologi juga dikritik oleh AlA-zami, menur ut nya, Jeffry selalu ingin mener apkan met odologi
kajian Bi ble ke dalam Alqur an, padahal keduanya t idak sama.
Tahap pembent ukan per janji an lama dan per janjian bar u t er jadi
dalam wakt u yang penuh per ubahan, keadaan polit ik wakt u it u
menjadikan dua t eks t er sebut benar -benar acak-acakan. Ia
menganalogikan secara t epat t ent ang per ilaku kejahat an ini ke
dalam t eks Alqur an, ilmuwan Bar at melihat semua bukt i umat
Islam dengan penuh pr asangka. Ada ker aguan t er hadap
kebenar an pada variasi m ateri yang menghantui pikir an Jeffry,
namun demikian dia t idak per nah mencant umkan dalam
bukunya.39 Dal am bukunya ( Mat er ials) Jeffr y mengat akan:
Beber apa var ian kelihatnnya tidak mungkin ter jadi secar a bahasa...
beber apa kalangan ber usaha member ikan kesan bahwa per bedaan ini
mer upakan kelanjut an hasi l cipt aan par a ahli ilmu bahasa
(philologer s)... hanya saja, sebagian besar menganggap suatu kelanjutan
kehidupan hakiki sejak sebelum zaman teks Usmani, kendati hanya
setelah melewati pencar ian kajian kr it is kei lmuan moder n... apakah kit a

Ibn Abī Dawud, Kit āb Al-Maṣāhif , A. Jeffr y (Ed.), (Kair o: t.p., 1936), h. 22
Ibid ., h. 53-54.
39
Al-A’zam ī, The Hist or y …, h. 179.
37

38

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

99

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108
mesti bebas menggunakannya dalam r ekonstr uksi yang dituju tentang
40
sejar ah t eks Alqur an .

Al-A’zam ī dengan singkat mengat akan bahwa jasa ini dan
pencar ian kr it is t er hadap keilmuan modern yang dil akukan Jeffr y
sebagai mana yang disebut diat as, sayangnya, t idak lebih dar i
slogan gaya bar u yang t ak ber ar t i.
Sekali lagi bisa dilihat dari ur aian di at as bahwa Jeffr y dalam
pengumpulan mat eri unt uk keper luan penelit iannya, menggunakan met odologi orient alis, dan sangat t idak adil kar ena dia
menolak car a kr itis kaum Muslimin dalam m enganalisis isnad .41.
Dia menjelaskan kr it erianya:
Metode or ang-or ang yang dianalisis adalah mengumpulkan semua
pendapat , spekulasi, asas pr aduga, dan kecender ungan unt uk
menyimpulkan melalui pemilihan dan penemuan yang sesuai dengan
t empat , wakt u dan kondisi pada wakt u it u ser t a mengambil
per t imbangan t eks t anpa menghir aukan mat a r ant ai r iwayat . Unt uk
membangun t eks Taur at dan Injil sama car anya dengan pembuat an t eks
42
puisi Homer at au sur at Ar ist ot le, sang filosof.

Unt uk menjawab penjelasan Jeffr y diat as, al-A’zam ī
menggunakan met odologi kr it i k insnad Hadi s. Jeff r y, menur utnya,
sangat t idak adil dan t idak menger t i apa yang dimaksud dengan
par a ulama salaf dalam mengkrit ik isnad Hadis. Ia mengat akan
bahwa sudah t ent u kit a t idak dapat mengembalikan masa lampau,
t et api kita dapat mengingat sebagian yang ada melalui sistem
per saksian dan per t imbangannya. Menur ut met odologi penelit ian
dan pendir ian ilmuwan Musli m, dalam masalah saksi sangat t idak
adil jika menempat kan per saksian or ang-or ang jujur dan amanah
sejajar t ingkat annya dengan pembohong. Tet api met odologi
Jeffr y member ikan pengakuan pembohong sama seper t i seor ang
yang jujur .43

40

A. Jeffry, Mat er ials…, h. x
Isnad adalah: Rantai saksi yang ter li bat dalam per iwayatan kejadian.
42
Lihat : Ibn Abī Dāwūd, Kit āb al-Maṣāḥif, h. 4.
43
Al-A’zam ī, The Hist ory …, h. 177.
41

100

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

Al-A’zam ī juga menguatkan sanggahannya dengan
anal oginya yang seder hana bahwa, kasus yang diungkapkan Jeffr y
sama dengan seseor ang yang memiliki sebuah r umah sejak
beber apa gener asi dan mempunyai bukt i yang diper l ukan untuk
mendukung klaimnya, t iba-t iba suat u wakt u ada or ang yang
kelihat annya asing t idak t ahu dar i mana ia dat ang mengklaim
bahwa r umah it u kepunyaannya. Dengan menggunakan
met odologi Jeffr y, kat a al-A’zam ī, maka kit a har us mener ima
klaim or ang asing it u dan mengusir or ang yang t inggal di r umah
walaupun cer it a si or ang asing ini salah dan ber tent angan dengan
per kat aan semua or ang. Selama t ujuan mer eka t er laksana, dia
dan t eman penyokongnya mener ima mat er ial yang ber beda-beda
seper t i yang dit uduhkan kepada t ulisan Ibn Mas’ūd at au siapa
saja, t er lepas sumber yang ada dapat diper caya at au t idak, dan
memandang r endah kekayaan bacaan yang begi tu t er kenal.44
Per ubahan Kat a Ber dasar kan Kesamaannya.
Selain A. Jeffr y dan Goldziher sebagaimana yang sudah
dijelaskan pendapat nya di at as, Blacher e dan yang lainnya
menganggap bahwa di zaman masyar akat Muslim t er dahulu,
mengubah sebuah kat a dalam ayat Alqur an unt uk mencar i
kesamaan adal ah sangat dibolehkan.45 Alasan yang melandasi
anggapan mer eka ada dua fakt or :

- Al- Ṭabar ī melapor kan melalui Umar bahwa Nabi saw ber kat a: “
Oh Umar , semua Alqur an adalah bet ul

(contohnya Alqur an akan

tetap sah walau tak sengaja anda ter lewat dar i ayat ke ayat lain),
kecuali anda t ak sengaja t ergelincir dar i sat u ayat yang mendukung
r ahmat Allah pada seseorang mengabar kan tentang mur ka-Nya ,
46

atau sebaliknya” .

44

Ibid.

45

R. Blacher e, Int roduct ion au Cor an , (Par is: t.p., 1974), h. 69-70. lihat juga:
’Abd al- Ṣabūr Ṣahin, Tārīkh al-Qur an, (Kair o: t.p., 1966). h. 84-85.
46
Mu ḥammad bin Jar īr al- Ṭabar ī, Tafsīr al-Ṭabar ī, (edisi 3, Kairo: t.p. 1968)
h. i dan 13.

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

101

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

- Alasan kedua yang melandasi anggapan par a or ient alis ini
adalah, di dalam banyak hal, qir aat Ibn Mas’ūd dan yang
lainnya dibumbui ulasan t afsir (‫ﺗﻔﺴﲑﻳﺔ‬
mendokument asikan seper t i ber ikut ini :

‫)ﻗﺮﺍﺀﺓ‬.

Al-Bukhari

” Nafi mer iwayat kan, “ Apabila Ibn Umar membaca Alqur an dia t ak akan
ber bicar a dengan siapapun sampai dia selesai membacanya. Suatu
ketika saya memegang Alqur an saat ia membaca Sur ah Al-Baqar ah
melalui hafalanya; tiba-tiba dia ber henti pada ayat ter tentu dan
ber t anya, “ t ahukah anda, dalam keadaan apa ayat ini t elah dit ur unkan?
“ saya menjawab “ t idak” . Dia ber akat a, “ Ayat ini dit ur unkan dalam
47
kedaan ini dan it u” . Lalu ia mener uskan bacaannya.

Kedua Hadis inilah yang dijadikan l andasan oleh Blacher e
unt uk ber pendapat bahwa Ul ama t er dahulu bebas mengubah kat a
dalam Alqur an unt uk mencar i kesamaannya. Hadis per t ama
menur ut Blacher e membukt ikan dir inya sebagai dasar yang kuat
membolehkan khayalan aktif imaginat if bagi mer eka yang t et ap
memaksakan pendapat bahwa per samaan kat a dapat di pakai
sebebas mungkin selama r uh kat a-kat a it u t et ap diper t ahankan.
Al-A’zam ī mer asa aneh dengan pendapat or ient alis yang
sat u ini, oleh kar ena it u Ia memulai kr it ikannya dengan
per t anyaan singkat : Adakah masalah seper t i ini per nah t er jadi?
Kit a t ahu dar i hukum per janjian kit a bahwa t i dak ada seor ang
pengar ang yang akan member i per setujuan mengganti
kalimat nya dengan kat a-kat a per samaan (synonyms), wal aupun
kat a-kat a i t u dipilih secar a t elit i. Dalam m asalah Alqur an , yang
bukan buat an penduduk bumi ini, Nabi Muhammad saw. sendir i
t idak memiliki wewenang mengubah ayat -ayat nya. Jadi
bagaimana mungkin ia akan membolehkan or ang lain
melakukannya?48 Analoginya kat a al -A’zam ī: jika seseor ang salah
Al-Bukhar i, Ṣaḥīḥ…, jilid vi, hadis no .50
Al-A’zam ī, The Hostor y..., h. 180. Al-A’zam ī memper kuat sanggahannya
dengan mengutip Q.S. 10:15 “ Dan apabila dibacakan kepada mer eka ayat -ayat kami
47

48

yang nyata, or ang-or ang yang t idak mengharapkan per t emuan dengan kami ber kat a:
“ dat angkanlah Al-Qur an yang lain dar i ini atau gant ilah dia. “ Katakanlah (oh
Muhammad), “ t idaklah pat ut bagiku menggant ikannya dar i pihak dir iku sendir i. Aku

102

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

mengut ip peker ja kant or secar a t ak sengaja, mungkin
pengar uhnya sangat kecil, t et api salah kutip seor ang hakim akan
dapat menghasut sikap ber t olak belakang yang lebih besar ; lant as
bagaimana jika seseor ang dengan sengaja salah dalam mengut ip
kit ab All ah?.49
Oleh kar ena it u, kata al -A’zam ī, seseor ang yang sudah biasa
membaca dar i hapalan t ahu per sis bagaim ana ot ak akan mudah
t er gelincir , lompat ke sur ah lai n dan set engahnya lagi
dit inggalkan sedangkan ia sendir i t idak begitu sadar . Kar ena
mer asa t akut akan membuat kesalahan seper t i i ni , or ang-or ang
memilih unt uk t idak membaca selur uhnya hanya dar i hafalan
saja. Wal aupun Nabi Muhammad saw. selalu menganjur kan
sahabat nya unt uk menghafal dan membaca sebanyak mungki n,
per nyat aannya sangat menolong at au mer ingankan r asa
kecemasan yang dir asakan oleh masyar akat dalam hal ini .50
Pada hadi s kedua di at as, dapat sim pulkan bahwa beber apa
ilmuwan mengajukan cat at an penjelasan (Qir aah Tafsīr iyyah ) pada
pendengar annya sewakt u ia membacakan Alquran .51 Di Sinilah
Bl acher e dan yang lainnya, t er masuk Goldziher , menganggap
bahwa beber apa t ambahan adalah mer upakan t afsir (pejelasan).
Namun, menur ut al-A’zam ī, ini t idak dapat dianggap sebagai
var ian r eading (bacaan yang ber beda-beda) yang sah dan t idak pula
dapat dianggap sebagai bagian dari Alqur an. Kekelir uan par a
or ient alis di at as, kat a al -A’zam ī, adal ah pendapat m er eka yang
menyat akan bahwa ilmuwan ini ber maksud mengembangkan t eks
Alqur an. Padahal sangat jelas bahwa par a sahabat t er dahulu
menyisipkan penjelasan t afsir it u unt uk cacat an kepentingan
pr ibadinya, dan it u bukanlah bagi an dari Alqur an. Maka l ebih
t egas al-A’zam ī menanggapi bahwa anggapan seper t i ini adalah
t idak mengikut i kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku t akut jika
mendur hakai t uhanku kepada siksa har i yang besar (Kiamat ).”
49
Ibid ., h. 180
50
Ibid.
51
’Abd al- Ṣabūr Ṣahin, Tārīkh …, h. 15-16.

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

103

Vol. 11, No.1, Juni 2014: 83-108

sebagai hinaan t er hadap Tuhan, m enyidir secar a t ak langsung
bahwa sahabat mer asa lebih pandai dar i Allah yang Maha Tahu
dan Maha Bijkasana.
Satu hal yang per lu penulis gar is bawahi di penghujung
t ulisan ini, bahwa al-A’zam ī kur ang set uju dengan penggunaan
ist ilah yang selalu dipakai oleh or ient ali s kait annya dengan qi r aat
Alqur an. Sebagaimana yang kit a lihat dar i Ur aian diat as bahwa
or ientalis selalu menggunakan istilah Var iant Reading (var iasi
bacaan) ket ika ber bicar a masalah qir aat . Sement ar a al-A’zam ī
lebih condong menggunakan istlah Mult iple Reading (banyak
bacaan), apa alasan al-A’zam ī?
Menur ut al-A’zam ī, var iasi adalah suat u ist ilah yang secar a
definit if dapat member i nuansa akan ket idakpast ian. Analoginya,
kat a al -A’zam ī, ji ka pengar ang asli menulis sat u kalimat dengan
cat anya sendir i, kemudian dir usak akibat kesalahan dalam
menulis lal u kit a m emper kenalkan prinsip ket idakpast ian, maka
akhirnya penyunt ing yang t idak dapat membedakan mana yang
betul dan mana yang salah, akan melet akkan sesuka hat inya ke
dalam t eks. Sedangkan lainnya dimasukkan ke dalam cacat an
pinggir an. Demikian halnya dengan masalah var iant (r agam
bacaan). Akan t et api masalah Alqur an jelas berlainan kar ena Nabi
Muhammad saw. sat u-sat unya khali fah All ah sebagai pener ima
wahyu dan t r ansmisinya, secar a pr ibadi mengajar kan ayat -ayat
dalam banyak car a. Di sini t idak ada dasar ker agu-r aguan, t ak
t er dapat ist ilah kabut hi t am maupun kebimbangan. Dan kat a
var iant t ampak gagal dalam member i ar t i yang masuk akal . Dalam
pandangan al-A’zam ī, kat a mult iple member i jauh lebih member i
penjelasan akur at . Oleh kar ena it u, Ia hendak menggi ring m er eka
pada pemakai an “ mult iple r eading” (banyak bacaan). Salah sat u
alasan yang melat ar belakangi fenomena ini adalah adanya
per bedaan dial ek dalam bahasa ar ab yang per lu diber i t empat
selekas mungkin, seper t i t elah kit a bicar akan di at as. Alasan
kedua, menur ut al-A’zam ī, adalah bisa jadi mer upakan upaya
memper jelas masalah dengan upaya yang lebih baik, beber apa

104

Hunafa: Jur nal St udia Islamika

Khaer uddin Yusuf, al-A’zam ī dan Fenomena Qir aat …

makna yang t er sirat dalam ayat t er t ent u dengan menggunakan
dua kat a, yang semuanya mungkin r esmi dar i per int ah Allah swt.
Cont oh yang sangat jelas dalam hal ini adal ah Q.S. al-Fat i hah,
yang ayat ke empat dibaca mālik (‫ = ﻣﺎﻟﻚ‬pemil ik) at au malik ( ‫= ﻣﻠﻚ‬
r aja) di har i pembalasan. Kedua-dua kat a t adi diajar kan oleh Nabi
Muhammad saw. dan oleh kar ena i t u menjadikannya bacaan yang
banyak ( mult iple), bukan ber agam (var iant ).52
Akibat dar i penggunaan ist ilah var iasi, kat a al-A’zam ī,
ber ujung pada penolakan par a or ient alis t er hadap ket er angan
yang diber ikan oleh pihak muslim dan ingin coba-coba
mer ekayasa t eor i sendir i . Sebagai kepanjangan upaya membuat
Alqur an edisi krit ikal , t ujuannya ingin m enyor oti var iasi bacaan.
Pada t ahun 1926 Ar t hur Jeffr y menyepakat i beker jasama dengan
Pr of. Ber gst r asser dalam menyiapkan sebuah ar sip mat er i
(potongan ayat-ayat Alqur an ) agar di suat u masa memungki nkan
menulis sejar ah per kembangan t eks Alqur an.53 Menur ut al-A’zam ī
dalam pencar iannya dia menelit i kur ang l ebih 170 jil id, beber apa
sumber masih dapat diper caya, namun banyak ber nilai kelas
mur ahan. Kol eksinya t ent ang var iasi sampai 300 hal aman dalam
bent uk cet ak, mencakup mushaf pr ibadi yang dihasilkan oleh
sekit ar t iga puluh or ang ilmuan.54
Demikian alasan dan penjelasan al-A’zam ī, sehingga Ia lebih
senang menggunakan istilah mult iple (banyak) bacaan dar ipada
var iant (r agam at au var iasi) bacaan.
KESIMPULAN
Set elah mencer mati hipot esis par a or ient alis di at as
mengenai fenomena qir aat Alqur an, dapat disimpulkan bahwa alA’zam ī dengan bukt i yang akur at dan t epat dapat memat ahkan
pendapat or ient alis yang t er kesan dipaksakan. A. Jeffr y, Goldziher
dan Blacher e, misalnya, menganggap bahwa ter jadinya var iasi
Al-A’zam ī, The Hist ory ..., h. 171.
Lihat: A. Jeffr y, Mater ials…
54
Al-A’zam