Strategi pengembangan daerah tujuan wisata

TUGAS KEPARIWISATAAN
STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA
DAERAH BULELENG, BALI.

Oleh :
NI WAYAN SRI WULANDARI
A1B 013 111

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2016

TUGAS STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA
DAERAH BULELENG, BALI.

Latar Belakang
Peran pariwisata bagi Bali, secara ekonomi, sudah tidak dapat diragukan lagi karena
pariwisata telah dapat membuka lowongan kerja dan kesempatan berusaha yang lebih luas
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan devisa negara. Namun, sampai
saat ini pembangunan pariwisata Bali nampaknya belum dapat menyentuh seluruh lapisan
masyarakat Bali karena pembangunan pariwisata Bali Utara, Barat dan Timur masih jauh

tertinggal dibandingkan Bali Selatan. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, dalam
seminar nasional pariwisata di Universitas Udayana tanggal 28 Februari 2009 mengatakan
bahwa pembangunan pariwisata di Bali Selatan seperti Kabupaten Badung, Kota Denpasar
dan sebagian Kabupaten Gianyar telah melampaui ambang batas (over load), sementara di
Bali Utara, Barat dan Timur masih jauh di bawah ambang batas (under load).
Kawasan Pariwisata Kuta, Sanur, Nusa Dua, dan Ubud selalu ramai dikunjungi
wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Meskipun kawasan Nusa Dua baru
dikembangkan sekitar tahun 1980-an, namun sekitar tahun 1990-an kawasan ini telah menjadi
kawasan yang terkenal ke seluruh dunia sebagai kawasan pariwisata mewah dan eksklusif.
Selanjutnya, Kawasan Ubud kondisinya tidak jauh berbeda dengan Kawasan Nusa Dua.
Kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan sehingga pariwisata sudah menjadi sumber
penghasilan utama masyarakat setempat yang dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor
lain seperti pertanian, peternakan dan industri kerajinan. Sebaliknya, Kabupaten Buleleng
yang memiliki wilayah paling luas diantara kabupaten-kabupaten yang lain di Bali mendapat
kunjungan wisatawan yang masih rendah.
Kabupaten Buleleng selama lima tahun terakhir memiliki tingkat kunjungan
wisatawan yang lebih rendah dibandingkan dengan Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
Padahal dari segi jumlah dan nilai, Kabupaten Buleleng memiliki daya tarik wisata yang
paling banyak dibandingkan dengan Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar. Kalau
ketimpangan pembangunan pariwisata ini dibiarkan tentu akan membawa dampak-dampak

negatif terhadap pariwisata Bali. Pujaastawa, et al. (2005:4) mengemukakan dampak-dampak
negatif tersebut berupa makin meningkatnya kesenjangan ekonomi antara Bali Selatan
dengan wilayah Bali lainnya, kepadatan penduduk, persaingan hidup serta ancaman terhadap
lingkungan.
Dalam rangka mengurangi dampak-dampak negatif tersebut maka perlu dilakukan
pemerataan pembangunan pariwisata terutama ke daerah-daerah yang masih memiliki

wilayah cukup luas seperti Kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng melalui Surat
Keputusan Bupati No. 93 tahun 2003 telah menetapkan Pura Beji Sangsit, Pura Dalem Kelod
Sangsit dan Pura Dalem Segara Madu Jagaraga sebagai daya tarik wisata budaya. Walaupun
demikian tingkat kunjungan wisatawan ke tiga daya tarik wisata tersebut masih rendah dan
pengelolaannya belum secara maksimal sehingga dampak terhadap ekonomi masyarakat
kurang dirasakan.
Berdasarkan penjabaran di atas maka dalam penelitian ini peneliti ingin mencari
strategi yang tepat untuk menggali, memperkenalkan dan mengembangkan pariwisata budaya
Kabupaten Buleleng, khususnya Desa Sangsit, Jagaraga, dan Sawan.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidenntifikasi masalah yaitu
Kabupaten Buleleng memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah menarik dibandingkan

dengan Kabupaten Badung dan Gianyar baik dari segi keindahan alam dan keanekaragaman
budayanya namun selama lima tahun terakhir memiliki tingkat kunjungan wisatawan yang
lebih rendah apalagi pengelolaannya belum secara maksimal sehingga dampak terhadap
ekonomi masyarakat kurang dirasakan maka dari itu perlu dilakukan pemerataan
pembangunan pariwisata terutama ke daerah-daerah yang masih memiliki wilayah cukup luas
seperti Kabupaten Buleleng.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis SWOT dan strategi pengembangan wisata
yang ada di Kabupaten Buleleng, khususnya Desa Sangsit, Jagaraga, dan Sawan ?
Kajian Teori
1. Strategi Pengembangan Wisata
Menurut Marpaung (2002:52) strategi merupakan suatu proses penentuan nilai
pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang
menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakantindakan yang mengarah pada masa depan.
Alwi, at al. (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:538) menyatakan
bahwa pengembangan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menjadikan sesuatu
menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna. Pengembangan merupakan suatu
proses/aktivitas memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa


dengan meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi lebih
menarik dan berkembang.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, daya
tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Peraturan Daerah Provinsi Bali
No. 3 Tahun 1991 pasal 1 menyebutkan bahwa pariwisata budaya adalah jenis
kepariwisataan yang dalam pengembangannya menggunakan kebudayaan Bali yang
dijiwai agama Hindu sebagai potensi dasar yang dominan. Damanik dan Weber
(2006:13) menyatakan bahwa daya tarik wisata yang baik sangat terkait dengan empat
hal yaitu: memiliki keunikan, orijinalitas, otentisitas, dan keragaman.
2. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat)
Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik atas kekuatan dan
kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal
yang dihadapi suatu wilayah. Analisis ini digunakan untuk memperoleh hubungan
antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal dalam analisis SWOT adalah
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal yang dihadapi
adalah peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Keterkaitan antara faktor internal
dan ekstemal tersebut digambarkan dalam matriks SWOT yang nantinya digunakan
untuk menentukan altematif strategi pengembangan pembangunan.

Ada delapan langkah dalam menentukan matriks SWOT, yaitu :
1. Menyusun peluang eksternal dari usaha (obyek wisata)
2. Menyusun ancaman eksternal dari usaha (obyek wisata)
3. Menyusun kekuatan internal dari usaha (obyek wisata)
4. Menyusun kelemahan internal dari usaha (obyek wisata)
5. Memadukan kekuatan internal dan peluang eksternal sebagai strategi SO
6. Memadukan kekuatan internal dan ancaman eksternal sebagai strategi ST
7. Memadukan kelemahan internal dan ancaman eksternal sebagai strategi WO
8. Memadukan kelemahan internal dan ancaman eksternal sebagai strategi WT
Matriks SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-faktor strategis
suatu sektor yang menggambarkan bagaimana peluang-peluang dan ancaman
ekstemal yang dihadapi dapat dipertemukan dengan kelemahan-kelemahan dan
kekuatankekuatan intemal untuk menghasilkan em pat kelompok kemungkinan
altematif strategis. Empat kelompok alternatif strategis tersebut adalah :
a. SO (strength-opportunity): menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
b.

mengambil peluang yang ada
ST (strength-threat) : menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi
ancaman yang ada


c.

WO (weakness-opportunity) : Berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari

d.

peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan.
WT (weakness-threat) : Berusaha untuk meminimumkan kelemahan dan
menghindari ancaman yang ada.

Pemilihan alternatif strategi yang terbaik dilakukan dengan memberikan nilai dan
rangking sesuai tingkat kepentingannya.

Hasil dan Pembahasan
Sebelum melakukan strategi pengembangan, perlu terlebih dahulu menentukan faktorfaktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) daya tarik wisata budaya
Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, kemudian memadukan dengan faktor-faktor peluang dan
ancaman dari luar (lingkungan eksternal).
A. Faktor-faktor kekuatan (Strength):
1) Terdapat beberapa pura yang bernilai sejarah dan bentu yang khas, seperti Pura Beji

Sangsit, Pura Dalem Kelod Sangsit, Pura Dalem Segara Madu Jagaraga, Pura Subak
Beraban Jagaraga dan Gook Rangsasa.
2) Terdapat kerajinan pande besi dan gong di Desa Sawan.
3) Terdapat sekaa-sekaa kesenian (di desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan) dan tokoh
seniman Gede Manik dari Desa Jagaraga
4) Terdapat organisasi subak dalam wujud fisik dan non fisik seperti Pura Subak
Beraban Jagaraga, Pura Bedugul, Pura Desa/Bale Agung Jagaraga, upacara bukakak
dan upacara ngusaba.
5) Terdapat pasar tradisional di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan
B. Faktor-faktor Kelemahan (Weaknesses)
1) Kurangnya aksesibilitas menuju Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan yang disebabkan
oleh jarak yang jauh dari bandara Ngurah Rai dan dari sentral pariwisata Bali Selatan
dan Gianyar, kondisi jalan yang berliku-liku serta adanya jalan alternatif yang rusak.
2) Kurang tersedianya prasarana dan sarana penunjang pariwisata, yang mana di
Kecamatan Sawan hanya terdapat sebuah hotel non-bintang (Hotel Berdikari &
Restaurant) di Desa Sangsit Dangin Yeh dan sebuah bungalow di Desa Kerobokan.
3) Kurang tersedianya sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan di bidang pariwisata, yang disebabkan oleh banyaknya tenaga-tenaga
kerja pariwisata yang bekerja di Bali Selatan, Gianyar dan kapal pesiar.
4) Kurangnya promosi dan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata yang diakibatkan

oleh keterbatasan sumber daya manusia dan dana.
C. Faktor-faktor Peluang (Opportunities)

1) Beberapa pura telah ditetapkan sebagai daya tarik wisata budaya seperti Pura Beji
Sangsit, Pura Dalem Kelod Sangsit dan Pura Dalem Segara Madu Jagaraga oleh
pemerintah Kabupaten Buleleng (berdasarkan Keputusan Bupati Buleleng No. 93
Tahun 2003).
2) Kecenderungan wisatawan Eropa terhadap pariwisata budaya.
3) Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi maka dapat mempromosikan
daerah tujuan wisata ke berbagai negara dan dengan kemajuan alat transportasi, jarak
yang jauh tidak lagi menjadi kendala utama dalam melakukan perjalanan wisata.
4) Citra pariwisata budaya Bali yang baik. Keunikan dan keragaman budaya Bali,
termasuk keramahtamahan orang Bali yang sudah terkenal di seluruh dunia sejak
berabad-abad yang lalu menjadi peluang besar bagi pengembangan daya tarik wisata
budaya Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan.
D. Faktor-faktor Ancaman (Threats)
1) Ancaman terorisme yang memiliki jaringan internasional selalu menjadi ancaman
bagi pariwisata.
2) Krisis ekonomi global yang mempengaruhi hampir seluruh penduduk dunia dapat
menyebabkan menurunnya pendapatan penduduk dunia dan mengurangi motivasi

untuk melakukan perjalanan.
3) Situasi politik dan ekonomi nasional yang tidak stabil. Masalah-masalah politik dan
korupsi yang tidak pernah tuntas sewaktu-waktu dapat mengganggu keamanan dan
ekonomi nasional serta mempengaruhi pariwisata.
4) Persaingan yang ketat antara daerah tujuan wisata baik di dalam maupun luar negeri.
Strategi dan Program Pengembangan
Berdasarkan analisis matriks SWOT, strategi alternatif pengembangan daya tarik
wisata budaya Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan adalah sebagai berikut.
A. Strategi Strength Opportunites (SO), merupakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan dan diversifikasi
produk serta mempertahankan keaslian daya tarik wisata tersebut. Program-program
pengembangan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Wisata Trekking
Menyusuri keindahan alam pertanian, perkebunan dan keanekaragaman mata
pencaharian masyarakat seperti bertani, kerajinan pande besi dan pande gong (di
Desa Sawan), pande bokor (di Desa Menyali) dengan berjalan kaki merupakan
pengalaman yang menarik bagi wisatawan. Kehidupan para petani yang masih
tradisional seperti nyulamin, ngarit, ngulah kedis dan sebagainya akan menjadi

sumber informasi yang sangat menarik bagi wisatawan karena hal tersebut

merupakan sesuatu yang langka bagi mereka.
2. Wisata Bahari
Pengembangan wisata bahari di Desa Sangsit didasari atas keberadaan pelabuhan
Sangsit sebagai pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan ketersediaan fasilitas dermaga
untuk pendaratan kapal-kapal kecil. Wisatawan yang memiliki hobby memancing,
berenang, berperahu dan berjemur dapat menghabiskan waktunya di pelabuhan
Sangsit.
3. Wisata Kuliner
Banjar Pabean Desa Sangsit yang terkenal dengan produksi ikannya perlu
dikembangkan wisata kuliner seperti Desa Jimbaran dan Kedonganan di Bali Selatan.
Hal tersebut sangat cocok di bangun cafe atau warung makan khusus seafood.
Makanan yang disuguhkan berupa masakan dari ikan laut seperti ikan goreng, ikan
bakar, sate ikan, pepes ikan, sup ikan dengan beraneka bumbu seperti sambal bawang
mentah, sambal sere, sambal terasi, sambal tomat, sambal kecap dan lain sebagainya.
4. Wisata Spiritual
Pura-pura di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan seperti Pura Beji dan Pura Dalem
Kelod Sangsit, Pura Dalem Segara Madu Jagaraga, Pura Batu Bolong Sawan, dan
Gook Rangsasa Sangsit memiliki nilai magis dan lingkungan yang tenang sehingga
pura-pura tersebut sangat cocok dijadikan tempat meditasi atau semadi.
5. Wisata Belajar Menari dan Menabuh

Desa Sawan dan Jagaraga memiliki tokoh seniman tari dan tabuh sedangkan Desa
Jagaraga juga memiliki banyak seniman yang sudah terkenal dan berpengalaman
dalam mengajar tari dan gamelan Bali
6. Wisata Agro.
Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan merupakan wilayah pertanian dan perkebunan
sangat luas yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata agro. Dengan harga
tertentu wisatawan dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan pertanian seperti
memetik buah yang ada di kebun, belajar cara pembibitan, penananam dan
pemeliharaan tanaman tropis pada petani lokal.
B. Strategi Strength Threats (ST), merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman, menghasilkan strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan daya
tarik wisata budaya dengan program seperti menjaga dan meningkatkan keamanan daya
tarik wisata budaya dan lingkungan Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan. Peningkatan
keamanan dilakukan dengan bekerjasama dengan petugas keamanan dari kepolisian dan
masyarakat setempat seperti hansip dan pecalang dengan mendirikan pos-pos keamanan

lingkungan. Para petugas keamanan tersebut perlu juga dibekali pengetahuan pariwisata
dan bahasa asing yang memadai agar dapat memberikan pelayanan yang memuaskan.
C. Strategi Weaknesses Opportunities (WO), merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan
prasarana/sarana pokok dan penunjang pariwisata dan strategi promosi. Program-progam
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Menyediakan dan memelihara fasilitas kamar mandi/toilet.
2) Menyediakan fasilitas parkir.
3) Memperbaiki jalan yang rusak
4) Menyediakan fasilitas akomodasi dengan memanfaatkan rumah-rumah penduduk.
5) Menyediakan fasilitas rumah makan yang menyajikan makanan khas tradisional.
6) Membangun pasar seni yang menjual cinderamata hasil kerajinan masyarakat
7) Mengadakan pertunjukan kesenian di daerah tersebut.
8) Mendirikan Tourist Information Services (TIS) dengan bekerjasama dengan biro
perjalanan wisata atau pramuwisata yang ada di Bali sehingga mempermudah
pemasaran terhadap daya tarik wisata lainnya.
D. Strategi Weaknnesses Threats (WT), merupakan strategi untuk meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman yang menghasilkan strategi pengembangan sumber
daya manusia pariwisata melalui program-program sebagai berikut.
1. Membentuk lembaga pengelola pariwisata sehingga dapat mempermudah dalam
melakukan perencanaan, pengelolaan dan kontrol terhadap kepariwisataan di Desa
Sangsit, Jagaraga dan Sawan.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pariwisata. Hal ini dapat
dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan informal. Jalur formal dilakukan
melalui pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan kepariwisataan mulai dari
sekolah kejuruan sampai tingkat magister, sedangkan jalur informal dapat dilakukan
melalui pelatihan-pelatihan pada industri pariwisata baik di hotel-hotel maupun di
restoran.
3. Mengadakan penyuluhan sadar wisata. Dikarenakan sebagian besar masyarakat
bekerja sebagai petani, nelayan dan pengerajin yang kurang memahami arti pariwisata
maka dari itu perlu disadarkan akan pentingnya pariwisata bagi mereka.
4. Membangun jalan setapak. Hal ini untuk menjaga kesucian dan daya dukung purapura yang menjadi daya tarik wisata di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan perlu
dibuatkan jalan setapak di sekeliling pura dan gardu pandang sebagai tempat
melakukan pemotretan atau pemandangan sehingga wisatawan yang berkunjung
cukup dari luar areal pura. Dan setiap pura perlu dipasang papan-papan pengumuman
untuk tidak memasuki pura dengan sembarangan.

Lampiran - Lampiran

Pantai Pelabuhan Sangsit

Subak Beraban Jagaraga

Pura Dalem Kelod Sangsit

Pura Beji Sangsit

Kerajinan pande besi dan gong di Desa Sawan.

Sekaa-sekaa kesenian Desa Sawan

Sate ikan khas Buleleng

Seniman tari klasik Buleleng