PERANAN DINAS KOPERASI DAN UMKM KOTA SUR
MAKALAH
PERANAN DINAS KOPERASI DAN UMKM KOTA
SURAKARTA DALAM PEMBERDAYAAN UMKM
Disusun oleh :
LANGGENG BANGKIT UTOMO
NIM F1117037
EKONOMI PEMBANGUNAN B (TRANSFER)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
UMKM merupakan kelompok usaha yang mempunyai peran signifikan di
Indonesia dengan jumlah pelaku usaha mikro yang cukup besar di sektor informal.
Hal ini merupakan gejala informalisasi perekonomian, dimana tenaga kerja yang
tidak dapat terserap ke sektor formal, dapat beralih ke sektor informal (Hartono
dan Hartomo, 2016, p16). Hal ini tentu memberi manfaat besar, yaitu yaitu
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, karena UMKM memiliki
karakteristik padat karya. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar,
UMKM diharapkan menjadi salah satu cara yang efektif di dalam mengurangi
pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia. Sulistiyani (2004) dalam
(Pamungkas,
2017,
p4)
menyatakan
bahwa
kebijakan
penanggulangan
kemiskinan tidak dapat terlepas dari pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bisa diwujudkan dalam pengembangan
UMKM, dimana hal tersebut sangat penting untuk bisa mewujudkan perekonomian
masyarakat yang baik. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mengembangkan
UMKM ditengah persaingan usaha yang semakin ketat. Bukan hanya persaingan
di dalam negeri saja, tetapi pengembangan UMKM juga bertujuan untuk dapat
bersaing dengan produk – produk dari luar negeri. Bahkan pada saat ini daerah –
daerah di Indonesia bergerak untuk memberdayakan UMKM di daerah masing –
masing.
Kuncoro (2009) dalam (Setyanto, et.al 2015, p4) menyatakan bahwa
tantangan yang dihadapi UMKM masih cukup berat untuk memperkuat
perekonomian nasional. Pembinaan UMKM lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah dan pengusaha
mikro menjadi pengusaha kecil. Di dalam pengembangannya, UMKM menghadapi
beberapa kendala, antara lain kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen
sumber daya manusia, informasi pemasaran, dan keuangan. Sumber Daya
Manusia yang baik sangat diperlukan UMKM saat ini, terlebih sekarang persaingan
sangat ketat. (Husen, et.al, 2015, p10) menyatakan bahwa kualitas Sumber Daya
Manusia yang rendah, berarti memiliki produktivitas yang rendah pula, yang pada
gilirannya upahnya rendah.
Secara spesifik, permasalahan yang dihadapi UMKM antara lain: Pertama,
kelemahan dalam memperoleh dan memperluas pangsa pasar. Kedua,
kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan di dalam memperoleh
sumber permodalan. Ketiga, Kelemahan di dalam organisasi dan manajerial
sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan di dalam bekerja sama
antar pengusaha kecil. Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, yang terjadi
karena adanya persaingan yang saing mematikan. Keenam, pembinaan yang
kurang terpadu dan
kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat
terhadap pengusaha kecil Kuncoro (2009) dalam (Setyanto, et.al, 2015, p207)
Kota Surakarta sebagai kota budaya dan kota bersejarah yang mempunyai
daya tarik wisatawan, memiliki karakteristik dan ciri khas tersendiri, seperti budaya
kota Solo yang sangat kental akan budaya jawa. Roqib (2007) dalam (Astuti dan
Pratama, 2017, p92) menyatakan bahwa meskipun budaya jawa sangat beragam,
tetapi hakikatnyaberpusat pada keraton di Solo dan Yogyakarta. Dari kebudayaan
akan memunculkan kegiatan ekonomi seperti kegiatan produksi dan konsumsi
(Cahyani, 2015, p94). Oleh karena itu, ini merupakan suatu peluang bagi Kota
Surakarta untuk memasarkan apa yang menjadi potensi Kota Surakarta melalui
produk – produk yang dihasilkan UMKM di Kota Surakarta.
Di Kota Surakarta sendiri, telah banyak UMKM – UMKM yang mungkin
telah banyak dikenal di luar kota karena ciri khasnya, seperti industri batik dan
blangkon yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat di luar Kota Solo. Salah
satu sentra industri batik di Kota Surakarta da di Laweyan. (Setyanto, et.al, 2015,
p208) menyatakan bahwa kampung batik Laweyan merupakan sentra industri
batik di Kota Surakarta yang memiliki daya tarik yang sangat besar. Daya tarik ini
meliputi kondisi sosial ekonomi, kondisi peninggalan budaya, dan kondisi industri
batik. Pada awalnya, batik Laweyan hanya didominasi desain batik tradisional
saja. Tetapi setelah ada kampung batik Laweyan, motif desainnya telah
berkembang, hal ini dikarenakan oleh permintaan pasar dan usaha untuk
menampilkan karya – karya unik dan khas di gerai untuk menarik minat para
wisatawan, maka dengan munculnya motif baru yaitu motif modern dan abstrak.
Motif ini biasanya merupakan motif yang banyak disukai para remaja.
Selain industri batik, di Kota Surakarta juga terdapat industri blangkon yang
terletak di daerah Serengan. (Anis dan Widiasari, 2015, p4) menyatakan bahwa
industri blangkon yang berpusat di Kelurahan Serengan sudah ada sejak 70 tahun
yang lalu yang dipelopori oleh Bapak Kuswanto. Dewasa ini pengrajin blangkon
sudah berjumlah 32 orang yang terikat dalam paguyuban pengrajin blangkon yang
diketuai oleh Bapak Ananta Karyana. Kondisi ini membuat Kelurahan Serengan
mendapat julukan sebagai kampung blangkon.
Dari besarnya potensi dan peluang yang dimiliki Kota Surakarta, maka
peran dari Dinas Koperasi dan UMKM penting adanya. Hal ini untuk memfasilitasi
para pelaku UMKM yang masih banyak mempunyai kekurangan dari berbagai sisi.
Dengan munculnya Dinas Koperasi dan UMKM di tengah – tengah UMKM, maka
dapat menjadi fasilitator yang akan mengarahkan UMKM menjadi lebih
berkualitas, yang pada akhirnya akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalahnya adalah: “Apa peran Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta di
dalam pemberdayaan UKM di Kota Surakarta? “
BAB III
KAJIAN LITERATUR
a. UMKM
Menurut (Suyahya, 2014, p25) sesuai dengan Undang – Undang No 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian UMKM
adalah sebagai berikut:
a) Usaha Mikro adalah usaha milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana yang diatur
dalam Undang – Undang ini.
b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang – Undang ini.
c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang – Undang
ini.
(Suci, 2017, p54) kriteria UMKM Menurut Pasal 6 Undang – Undang No
20 tahun 2008 tentang kriteria UMKM dalam bentuk permodalan adalah
sebagai berikut:
a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
i.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah)
b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
i.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah)
c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
i.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar
lima
ratus
juta
rupiah)
sampai
paling
banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
b. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh
atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan
masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan
kebutuhan, dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih
alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi
yang dimiliki secara mandiri (Widjajanti, 2011, p16)
(Hadi, 2010, p1) mengartikan konsep pemberdayaan sebagai
pemberian kepercayaan kepada individu di dalam suatu organisasi dan
mendorong untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik –
baiknya.
Pemberdayaan merupakan upaya memberdayakan (mengembangkan
klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna
mencapai kehidupan yang lebih baik (Rifa'I, 2013, p132)
Shardlow (2005) dalam (Rifa'I, 2013, p132) menyatakan bahwa
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,
maupun
komunitas
berusaha
mengontrol
kehidupan
sendiri
dan
mengusahakan membentuk masa depan mereka sendiri sesuai apa yang
mereka inginkan. Gagasan ini mengartikan pemberdayaan sebagai upaya
mendorong klien melakukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam
kaitannya upaya penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien, sehingga
klien memiliki kekuasaan penuh atas masa depannya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkul nilai – nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan yang bersifat people centred, parsipatory,
empowering, and sustainable Chambers (2005) dalam (Rifa'I, 2013, p132).
(Rifa'I, 2013, p132) Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat
dilihat dari tiga sisi, yaitu: Pertama, enabling, yaitu menciptakan suasana atau
iklim dimana masyarakat dapat berkembang. Disini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap individu dan masyarakat mempunyai potensi untuk
dapat dikembangkan. Kedua, empowering, yaitu memperkuat daya atau
potensi yang dimiliki masyarakat. Diperlukan langkah yang lebih positif dan
nyata dari sekedar penciptaan iklim atau suasana. Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf
pendidikan, derajat kesehatan, dan akses ke dalam sumber kemajuan
ekonomi, seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Masukan
pemberdayaan
ini
menyangkut
pembangunan
sarana
dan
prasaranadasar fisik, seperti jalan, listrik, dan fasilitas pelayanan dan
kesehatan,
serta
ketersediaan
lembaga
pendanaan,
pelatihan,
dan
pemasaran. Ketiga, protecting, memberdayakan juga memiliki arti melindungi.
Hal ini berarti memberi perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah untuk
menghindari terjadinya yang lemah bertambah lemah yang dikarenakan
kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.
Keberdayaan masyarakat adalah dimilikinya daya, kekuatan atau
kemampuan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi potensi serta masalah
yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya secara mandiri.
Keberdayaan masyarakat diukur melalui tiga aspek, yaitu kemampuan dalam
pengambilan keputusan, kemandirian, dan kemampuan memanfaatkan usaha
untuk masa depan (Widjajanti, 2011, p16).
Payne (2005) dalam (Rifa'I, 2013, p132) menyatakan bahwa tujuan dari
pemberdayaan masyarakat adalah untuk membantu masyarakat memperoleh
daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
mereka lakukan yang terkait dengan diri mereka sendiri, termasuk mengurangi
efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki potensi yang cukup besar di
sektor UMKM. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak UMKM di Kota
Surakarta. Terlebih Kota Surakarta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Hal ini
merupakan sebuah peluang yang harus dimanfaatkan oleh Kota Surakarta. Untuk
memanfaatkan peluang tersebut, pelaku UMKM dan Pemerintah Kota dalam hal
ini adalah Dinas Koperasi dan pelaku UMKM harus bersinergi untuk
mengembangkan UMKM. UMKM yang tanggung, mandiri, dan berdaya saing tentu
akan memberi dampak yang baik bagi perekonomian masyarakat dan
pembangunan daerah itu sendiri.
Di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta, Dinas Koperasi dan
UMKM menjalankan kegiatan dan program yang merupakan wujud nyata dari
rencana dan strategi yang telah direncanakan. Kegiatan ini tentu telah disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan UMKM di Kota Surakarta. (Paramasari, 2009,
p) menyatakan bahwa kegiatan – kegiatan yang dilakukan Dinas Koperasi dan
UMKM yaitu menjalankan
Program Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif UMKM . Program ini bertujuan untuk meningkatkan
Sumber Daya Manusia UMKM yang tangguh dan mempunyai jiwa wirausaha.
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia
UMKM, sehingga pada akhirnya akan terwujud UMKM yang kuat, mandiri, inovatif,
dinamis, dan berdaya saing tinggi. Untuk mendukung program tersebut maka
kegiatan
yang
dilakukan
adalah
dengan
menyelenggarakan
pelatihan
kewirausahaan yang termasuk juga pelatihan manajerial.
Jiwa kewirausahaan merupakan hal yang sangat penting yang harus
dimiliki oleh setiap pengusaha, terutama pelaku UMKM. Karena dengan memiliki
jiwa kewirausahaan, maka di dalam melakukan usaha akan selalu memunculkan
ide – ide baru dan berani mengambil risiko dari usahanya. Dengan begitu, maka
akan tercipta produk – produk dari UMKM yang berdaya saing. Selain itu,
kemampuan manajerial juga dibutuhkan di dalam mengelola suatu UMKM.
Kemampuan manajerial yang baik akan membawa pada UMKM yang sehat dan
dapat mencapai keuntungan secara optimal.
(Paramasari, 2009, p88) Berikut adalah contoh pelatihan – pelatihan dan
materi yang diberikan selama pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Surakarta selama tahun 2008:
1. Pelatihan kewirausahaan bagi UMKM, dengan materi:
a. Pengenalan potensi
b. Motivasi berusaha
c. Teknik pemasaran dan pengembangan pasar
d. Teknik promosi yang efektif
e. Praktik tentang kewirausahaan
2. Pelatihan manajemen usaha kecil bagi UMKM, dengan materi:
a. Pemasaran
b. Permodalan
c. Administrasi usaha
d. Manajemen usaha
3. Pelatihan mengenai akuntansi dasar, dengan materi:
a. Pengertian akuntansi koperasi
b. Bukti pembukuan
c. Buku besar dan latihan
d. Kas, kasi, kartu barang, dan latihan
e. Laporan keuangan neraca dan buku besar
f.
Daftar saldo dan latihan
g. Laporan keuangan neraca dan buku besar
h. Laporan hasil usaha
4. Pelatihan ekspor impor bagi UMKM, dengan materi:
a. Bagaimana memulai ekspor
b. Strategi pemasaran
c. Bagaimana meningkatkan pendapatan melalui ekspor
d. Tatacara ekspor
e. Pengalaman ekspor
5. Pemberian Bintek peningkatan SDM berperspektif gender, dengan materi:
a. Kesetaraan gender
b. Penataan produk bagi UMKM wanita
c. Bagaimana berwirausaha
6. Pelatihan handycraft, dengan materi:
a. Pembuatan box
b. Perhiasan dari manik – manik
c. Handycraft bunga
d. Tutup gelas hias / batik
e. Souvenir lilin
f.
Bros
g. Kerudung sulam pita
h. Tas sulam pita
Selain berbagai pelatihan kewirausahaan, peran Dinas Koperasi dan
UMKM di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta yaitu dengan
memberikan fasilitas yang berupa tempat untuk UMKM berjualan. Tempat tersebut
terletak di sepanjang Jalan Diponegoro, dan bernama Night Market Ngarsopuro
yang berupa kawasan strategis untuk menjual produk – produk dari UMKM.
Malalui surat tugas yang diberikan Walikota Surakarta Nomor: 090/2154/XII/2009
kepada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta menugaskan untuk
memfasilitasi dan menetapkan regulasi bagi pedagang untuk mandiri, sehingga
eksistensi kegiatan pedagang Night Market Ngarsopuro dapat terjaga. Diharapkan
tempat tersebut bisa digunakan untuk UMKM dalam berjualan dengan tujuan
dapat meningkatkan penjualan produk UMKM (Budi, 2011, p71).
(Budi, 2011, p90) menyatakan bahwa di dalam memberdayakan UMKM,
Dinas Koperasi dan UMKM juga melakukan peningkatan pemasaran UMKM
melalui pameran dan misi dagang di dalam dan luar negeri. Dengan mengikuti
pameran, maka akan meningkatkan penjualan produk – produk UMKM. Pameran
dagang di dalam dan di luar negeri biasanya diadakan setiap tahun. Berikut adalah
contoh pameran dagang yang diikuti oleh UMKM di Kota Surakarta melalui Dinas
Koperasi dan UMKM pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 UMKM di Kota
Surakarta mengikuti beberapa pameran dagang, antara lain:
a. InaCraft, SmesCo, Gelar Batik Nusantara di Jakarta
b. Jateng Expo di Semarang
c. Pameran dagang dan pariwisata di Kamboja
d. Festival Topeng di Korea dan pameran UMKM di Dubai
Sedangkan pada tahun 2010 UMKM di Kota Surakarta mengikuti beberapa
pameran dagang, antara lain:
a. InaCraft di Jakarta
b. APEKSI di Surakarta
c. Jateng Expo di Semarang
d. SmesCo di Jakarta
e. PPE di Jakarta
f.
Pameran UMKM di Dubai
(Paramasari, 2009, p80) Tujuan dilakukannya promosi produk UMKM yaitu:
a. Sebagai ajang promosi dan pemasaran dari produk – produk UMKM baik
nasional maupun internasional.
b. Mempromosikan produk – produk UMKM untuk meraih pasar global untuk
mengantisipasi masuknya produk – produk luar negeri.
c. Merupakan forum untuk bertukar wawasan, baik antar pengusaha maupun
dengan masyarakat untuk meingkatkan kualitas produk.
d. Sebagai ajang kompetisi di dalam menumbuhkan kreasi dan prestasi di dunia
kerajinan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan mengenai peran Dinas Koperasi dan UKM Kota
Surakarta di dalam pemberdayaan UMKM di Kota Surakarta, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta, hal yang dilakukan Dinas
UMKM dan Koperasi yaitu dengan menjalankan “Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM”. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang tangguh dan
mempunyai jiwa wirausaha. Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya
kualitas Sumber Daya Manusia UMKM, sehingga pada akhirnya akan terwujud
UMKM yang kuat, mandiri, inovatif, dinamis, dan berdaya saing tinggi. Cara –
cara yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelatihan kepada pelaku
UMKM di Kota Surakarta.
b. Di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta, selain melalui “Program
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM”, Dinas
UMKM dan Koperasi juga mempromosikan produk UMKM dengan mengirim
UMKM untuk mengikuti pameran dagang di dalam negeri maupun luar negeri.
Tujuan dari mengikuti pameran dagang ini adalah agar produk UMKM dari Kota
Surakarta semakin dikenal oleh masyarakat yang pada akhirnya akan
meningkatkan penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Anis, M., & Widiasari, N. (2015). Analisis Kesiapan Industri Kreatif Menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)(Studi Kasus Industri Blangkon di Serengan
Surakarta).
Astuti, R. T., & Pratama, Y. P. (2017). KRATON: MENJAGA PEREMPUAN,
MENJAGA KEBUDAYAAN (STUDI KASUS ABDI-DALEM PEREMPUAN
KRATON KASUNANAN SURAKARTA). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan,
15(2).
Budi, P. S. (2011). Strategi pemberdayaan umkm dalam peningkatan penjualan
produk di night market Ngarsopuro oleh dinas koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) kota Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas
Maret).
Cahyani, O. P., Sriiwiyanto, H. S., Pratama, Y. P., & Samudro, B. R. (2017).
BATU NISAN: POLA PENGRAJIN DAN KORELASINYA TERHADAP BUDAYA
(Studi Kasus Kampung Gondang Kelurahan Manahan). Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan, 15(1).
Hadi, A. P. (2010). Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan Dalam
Pembangunan. Jurnal Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat
Agrikarya (PPMA).
Hartono, H., & Hartomo, D. D. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN UMKM DI SURAKARTA. Jurnal Bisnis
dan Manajemen, 14(1), 15-30.
Husen, C., Kaluge, D., & Pratama, Y. P. (2017). Kajian Nilai-Nilai Pancasila Di
Sektor Perbankan: Peningkatan Peran Perbankan Dalam Pemerataan Sebagai
Wujud Dari Keadilan Sosial di Perekonomian Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan, 15(2).
Pamungkas, L. H. A., Susilo, S., & Pratama, Y. P. (2017). Peranan Pertanian
Sistem Arealan dan Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Studi Kasus
Desa Manukan Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Ilmu Ekonomi
dan Pembangunan, 15(1).
Paramasari, D. A. (2009). Strategi Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta
dalam Pengembangan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
(Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret).
Rifa’i, B. (2013). Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Labsite Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Sumber,
100(100), 2-59.
Setyanto, A. R., Samudro, B. R., Pratama, Y. P., & Soesilo, A. M. (2015). Kajian
Strategi Pengembangan UMKM Melalui Media Sosial (Ruang Lingkup Kampung
Batik Laweyan). Sustainable Competitive Advantage (SCA), 5(1).
Setyanto, A. R., Samodra, B. R., & Pratama, Y. P. (2015). Kajian Strategi
Pemberdayaan UMKM Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan Asean
(Studi Kasus Kampung Batik Laweyan). ETIKONOMI, 14(2).
Suci, Yuli Rahmini. "Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di
Indonesia." Cano Ekonomos 6, no. 1 (2017): 51-58.
Suyahya, I. (2017). KELEMBAGAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DAN PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT. JABE (Journal of Applied
Business and Economic), 1(1), 24-30.
Widjajanti, K. (2011). Model pemberdayaan masyarakat.
PERANAN DINAS KOPERASI DAN UMKM KOTA
SURAKARTA DALAM PEMBERDAYAAN UMKM
Disusun oleh :
LANGGENG BANGKIT UTOMO
NIM F1117037
EKONOMI PEMBANGUNAN B (TRANSFER)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
UMKM merupakan kelompok usaha yang mempunyai peran signifikan di
Indonesia dengan jumlah pelaku usaha mikro yang cukup besar di sektor informal.
Hal ini merupakan gejala informalisasi perekonomian, dimana tenaga kerja yang
tidak dapat terserap ke sektor formal, dapat beralih ke sektor informal (Hartono
dan Hartomo, 2016, p16). Hal ini tentu memberi manfaat besar, yaitu yaitu
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, karena UMKM memiliki
karakteristik padat karya. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar,
UMKM diharapkan menjadi salah satu cara yang efektif di dalam mengurangi
pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia. Sulistiyani (2004) dalam
(Pamungkas,
2017,
p4)
menyatakan
bahwa
kebijakan
penanggulangan
kemiskinan tidak dapat terlepas dari pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bisa diwujudkan dalam pengembangan
UMKM, dimana hal tersebut sangat penting untuk bisa mewujudkan perekonomian
masyarakat yang baik. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mengembangkan
UMKM ditengah persaingan usaha yang semakin ketat. Bukan hanya persaingan
di dalam negeri saja, tetapi pengembangan UMKM juga bertujuan untuk dapat
bersaing dengan produk – produk dari luar negeri. Bahkan pada saat ini daerah –
daerah di Indonesia bergerak untuk memberdayakan UMKM di daerah masing –
masing.
Kuncoro (2009) dalam (Setyanto, et.al 2015, p4) menyatakan bahwa
tantangan yang dihadapi UMKM masih cukup berat untuk memperkuat
perekonomian nasional. Pembinaan UMKM lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah dan pengusaha
mikro menjadi pengusaha kecil. Di dalam pengembangannya, UMKM menghadapi
beberapa kendala, antara lain kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen
sumber daya manusia, informasi pemasaran, dan keuangan. Sumber Daya
Manusia yang baik sangat diperlukan UMKM saat ini, terlebih sekarang persaingan
sangat ketat. (Husen, et.al, 2015, p10) menyatakan bahwa kualitas Sumber Daya
Manusia yang rendah, berarti memiliki produktivitas yang rendah pula, yang pada
gilirannya upahnya rendah.
Secara spesifik, permasalahan yang dihadapi UMKM antara lain: Pertama,
kelemahan dalam memperoleh dan memperluas pangsa pasar. Kedua,
kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan di dalam memperoleh
sumber permodalan. Ketiga, Kelemahan di dalam organisasi dan manajerial
sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan di dalam bekerja sama
antar pengusaha kecil. Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, yang terjadi
karena adanya persaingan yang saing mematikan. Keenam, pembinaan yang
kurang terpadu dan
kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat
terhadap pengusaha kecil Kuncoro (2009) dalam (Setyanto, et.al, 2015, p207)
Kota Surakarta sebagai kota budaya dan kota bersejarah yang mempunyai
daya tarik wisatawan, memiliki karakteristik dan ciri khas tersendiri, seperti budaya
kota Solo yang sangat kental akan budaya jawa. Roqib (2007) dalam (Astuti dan
Pratama, 2017, p92) menyatakan bahwa meskipun budaya jawa sangat beragam,
tetapi hakikatnyaberpusat pada keraton di Solo dan Yogyakarta. Dari kebudayaan
akan memunculkan kegiatan ekonomi seperti kegiatan produksi dan konsumsi
(Cahyani, 2015, p94). Oleh karena itu, ini merupakan suatu peluang bagi Kota
Surakarta untuk memasarkan apa yang menjadi potensi Kota Surakarta melalui
produk – produk yang dihasilkan UMKM di Kota Surakarta.
Di Kota Surakarta sendiri, telah banyak UMKM – UMKM yang mungkin
telah banyak dikenal di luar kota karena ciri khasnya, seperti industri batik dan
blangkon yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat di luar Kota Solo. Salah
satu sentra industri batik di Kota Surakarta da di Laweyan. (Setyanto, et.al, 2015,
p208) menyatakan bahwa kampung batik Laweyan merupakan sentra industri
batik di Kota Surakarta yang memiliki daya tarik yang sangat besar. Daya tarik ini
meliputi kondisi sosial ekonomi, kondisi peninggalan budaya, dan kondisi industri
batik. Pada awalnya, batik Laweyan hanya didominasi desain batik tradisional
saja. Tetapi setelah ada kampung batik Laweyan, motif desainnya telah
berkembang, hal ini dikarenakan oleh permintaan pasar dan usaha untuk
menampilkan karya – karya unik dan khas di gerai untuk menarik minat para
wisatawan, maka dengan munculnya motif baru yaitu motif modern dan abstrak.
Motif ini biasanya merupakan motif yang banyak disukai para remaja.
Selain industri batik, di Kota Surakarta juga terdapat industri blangkon yang
terletak di daerah Serengan. (Anis dan Widiasari, 2015, p4) menyatakan bahwa
industri blangkon yang berpusat di Kelurahan Serengan sudah ada sejak 70 tahun
yang lalu yang dipelopori oleh Bapak Kuswanto. Dewasa ini pengrajin blangkon
sudah berjumlah 32 orang yang terikat dalam paguyuban pengrajin blangkon yang
diketuai oleh Bapak Ananta Karyana. Kondisi ini membuat Kelurahan Serengan
mendapat julukan sebagai kampung blangkon.
Dari besarnya potensi dan peluang yang dimiliki Kota Surakarta, maka
peran dari Dinas Koperasi dan UMKM penting adanya. Hal ini untuk memfasilitasi
para pelaku UMKM yang masih banyak mempunyai kekurangan dari berbagai sisi.
Dengan munculnya Dinas Koperasi dan UMKM di tengah – tengah UMKM, maka
dapat menjadi fasilitator yang akan mengarahkan UMKM menjadi lebih
berkualitas, yang pada akhirnya akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalahnya adalah: “Apa peran Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta di
dalam pemberdayaan UKM di Kota Surakarta? “
BAB III
KAJIAN LITERATUR
a. UMKM
Menurut (Suyahya, 2014, p25) sesuai dengan Undang – Undang No 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian UMKM
adalah sebagai berikut:
a) Usaha Mikro adalah usaha milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana yang diatur
dalam Undang – Undang ini.
b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang – Undang ini.
c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang – Undang
ini.
(Suci, 2017, p54) kriteria UMKM Menurut Pasal 6 Undang – Undang No
20 tahun 2008 tentang kriteria UMKM dalam bentuk permodalan adalah
sebagai berikut:
a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
i.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah)
b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
i.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah)
c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
i.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar
lima
ratus
juta
rupiah)
sampai
paling
banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
b. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh
atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan
masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan
kebutuhan, dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih
alternatif pemecahannya dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi
yang dimiliki secara mandiri (Widjajanti, 2011, p16)
(Hadi, 2010, p1) mengartikan konsep pemberdayaan sebagai
pemberian kepercayaan kepada individu di dalam suatu organisasi dan
mendorong untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik –
baiknya.
Pemberdayaan merupakan upaya memberdayakan (mengembangkan
klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna
mencapai kehidupan yang lebih baik (Rifa'I, 2013, p132)
Shardlow (2005) dalam (Rifa'I, 2013, p132) menyatakan bahwa
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,
maupun
komunitas
berusaha
mengontrol
kehidupan
sendiri
dan
mengusahakan membentuk masa depan mereka sendiri sesuai apa yang
mereka inginkan. Gagasan ini mengartikan pemberdayaan sebagai upaya
mendorong klien melakukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam
kaitannya upaya penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien, sehingga
klien memiliki kekuasaan penuh atas masa depannya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkul nilai – nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan yang bersifat people centred, parsipatory,
empowering, and sustainable Chambers (2005) dalam (Rifa'I, 2013, p132).
(Rifa'I, 2013, p132) Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat
dilihat dari tiga sisi, yaitu: Pertama, enabling, yaitu menciptakan suasana atau
iklim dimana masyarakat dapat berkembang. Disini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap individu dan masyarakat mempunyai potensi untuk
dapat dikembangkan. Kedua, empowering, yaitu memperkuat daya atau
potensi yang dimiliki masyarakat. Diperlukan langkah yang lebih positif dan
nyata dari sekedar penciptaan iklim atau suasana. Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf
pendidikan, derajat kesehatan, dan akses ke dalam sumber kemajuan
ekonomi, seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Masukan
pemberdayaan
ini
menyangkut
pembangunan
sarana
dan
prasaranadasar fisik, seperti jalan, listrik, dan fasilitas pelayanan dan
kesehatan,
serta
ketersediaan
lembaga
pendanaan,
pelatihan,
dan
pemasaran. Ketiga, protecting, memberdayakan juga memiliki arti melindungi.
Hal ini berarti memberi perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah untuk
menghindari terjadinya yang lemah bertambah lemah yang dikarenakan
kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.
Keberdayaan masyarakat adalah dimilikinya daya, kekuatan atau
kemampuan oleh masyarakat untuk mengidentifikasi potensi serta masalah
yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya secara mandiri.
Keberdayaan masyarakat diukur melalui tiga aspek, yaitu kemampuan dalam
pengambilan keputusan, kemandirian, dan kemampuan memanfaatkan usaha
untuk masa depan (Widjajanti, 2011, p16).
Payne (2005) dalam (Rifa'I, 2013, p132) menyatakan bahwa tujuan dari
pemberdayaan masyarakat adalah untuk membantu masyarakat memperoleh
daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
mereka lakukan yang terkait dengan diri mereka sendiri, termasuk mengurangi
efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki potensi yang cukup besar di
sektor UMKM. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak UMKM di Kota
Surakarta. Terlebih Kota Surakarta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Hal ini
merupakan sebuah peluang yang harus dimanfaatkan oleh Kota Surakarta. Untuk
memanfaatkan peluang tersebut, pelaku UMKM dan Pemerintah Kota dalam hal
ini adalah Dinas Koperasi dan pelaku UMKM harus bersinergi untuk
mengembangkan UMKM. UMKM yang tanggung, mandiri, dan berdaya saing tentu
akan memberi dampak yang baik bagi perekonomian masyarakat dan
pembangunan daerah itu sendiri.
Di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta, Dinas Koperasi dan
UMKM menjalankan kegiatan dan program yang merupakan wujud nyata dari
rencana dan strategi yang telah direncanakan. Kegiatan ini tentu telah disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan UMKM di Kota Surakarta. (Paramasari, 2009,
p) menyatakan bahwa kegiatan – kegiatan yang dilakukan Dinas Koperasi dan
UMKM yaitu menjalankan
Program Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif UMKM . Program ini bertujuan untuk meningkatkan
Sumber Daya Manusia UMKM yang tangguh dan mempunyai jiwa wirausaha.
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia
UMKM, sehingga pada akhirnya akan terwujud UMKM yang kuat, mandiri, inovatif,
dinamis, dan berdaya saing tinggi. Untuk mendukung program tersebut maka
kegiatan
yang
dilakukan
adalah
dengan
menyelenggarakan
pelatihan
kewirausahaan yang termasuk juga pelatihan manajerial.
Jiwa kewirausahaan merupakan hal yang sangat penting yang harus
dimiliki oleh setiap pengusaha, terutama pelaku UMKM. Karena dengan memiliki
jiwa kewirausahaan, maka di dalam melakukan usaha akan selalu memunculkan
ide – ide baru dan berani mengambil risiko dari usahanya. Dengan begitu, maka
akan tercipta produk – produk dari UMKM yang berdaya saing. Selain itu,
kemampuan manajerial juga dibutuhkan di dalam mengelola suatu UMKM.
Kemampuan manajerial yang baik akan membawa pada UMKM yang sehat dan
dapat mencapai keuntungan secara optimal.
(Paramasari, 2009, p88) Berikut adalah contoh pelatihan – pelatihan dan
materi yang diberikan selama pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Surakarta selama tahun 2008:
1. Pelatihan kewirausahaan bagi UMKM, dengan materi:
a. Pengenalan potensi
b. Motivasi berusaha
c. Teknik pemasaran dan pengembangan pasar
d. Teknik promosi yang efektif
e. Praktik tentang kewirausahaan
2. Pelatihan manajemen usaha kecil bagi UMKM, dengan materi:
a. Pemasaran
b. Permodalan
c. Administrasi usaha
d. Manajemen usaha
3. Pelatihan mengenai akuntansi dasar, dengan materi:
a. Pengertian akuntansi koperasi
b. Bukti pembukuan
c. Buku besar dan latihan
d. Kas, kasi, kartu barang, dan latihan
e. Laporan keuangan neraca dan buku besar
f.
Daftar saldo dan latihan
g. Laporan keuangan neraca dan buku besar
h. Laporan hasil usaha
4. Pelatihan ekspor impor bagi UMKM, dengan materi:
a. Bagaimana memulai ekspor
b. Strategi pemasaran
c. Bagaimana meningkatkan pendapatan melalui ekspor
d. Tatacara ekspor
e. Pengalaman ekspor
5. Pemberian Bintek peningkatan SDM berperspektif gender, dengan materi:
a. Kesetaraan gender
b. Penataan produk bagi UMKM wanita
c. Bagaimana berwirausaha
6. Pelatihan handycraft, dengan materi:
a. Pembuatan box
b. Perhiasan dari manik – manik
c. Handycraft bunga
d. Tutup gelas hias / batik
e. Souvenir lilin
f.
Bros
g. Kerudung sulam pita
h. Tas sulam pita
Selain berbagai pelatihan kewirausahaan, peran Dinas Koperasi dan
UMKM di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta yaitu dengan
memberikan fasilitas yang berupa tempat untuk UMKM berjualan. Tempat tersebut
terletak di sepanjang Jalan Diponegoro, dan bernama Night Market Ngarsopuro
yang berupa kawasan strategis untuk menjual produk – produk dari UMKM.
Malalui surat tugas yang diberikan Walikota Surakarta Nomor: 090/2154/XII/2009
kepada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta menugaskan untuk
memfasilitasi dan menetapkan regulasi bagi pedagang untuk mandiri, sehingga
eksistensi kegiatan pedagang Night Market Ngarsopuro dapat terjaga. Diharapkan
tempat tersebut bisa digunakan untuk UMKM dalam berjualan dengan tujuan
dapat meningkatkan penjualan produk UMKM (Budi, 2011, p71).
(Budi, 2011, p90) menyatakan bahwa di dalam memberdayakan UMKM,
Dinas Koperasi dan UMKM juga melakukan peningkatan pemasaran UMKM
melalui pameran dan misi dagang di dalam dan luar negeri. Dengan mengikuti
pameran, maka akan meningkatkan penjualan produk – produk UMKM. Pameran
dagang di dalam dan di luar negeri biasanya diadakan setiap tahun. Berikut adalah
contoh pameran dagang yang diikuti oleh UMKM di Kota Surakarta melalui Dinas
Koperasi dan UMKM pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 UMKM di Kota
Surakarta mengikuti beberapa pameran dagang, antara lain:
a. InaCraft, SmesCo, Gelar Batik Nusantara di Jakarta
b. Jateng Expo di Semarang
c. Pameran dagang dan pariwisata di Kamboja
d. Festival Topeng di Korea dan pameran UMKM di Dubai
Sedangkan pada tahun 2010 UMKM di Kota Surakarta mengikuti beberapa
pameran dagang, antara lain:
a. InaCraft di Jakarta
b. APEKSI di Surakarta
c. Jateng Expo di Semarang
d. SmesCo di Jakarta
e. PPE di Jakarta
f.
Pameran UMKM di Dubai
(Paramasari, 2009, p80) Tujuan dilakukannya promosi produk UMKM yaitu:
a. Sebagai ajang promosi dan pemasaran dari produk – produk UMKM baik
nasional maupun internasional.
b. Mempromosikan produk – produk UMKM untuk meraih pasar global untuk
mengantisipasi masuknya produk – produk luar negeri.
c. Merupakan forum untuk bertukar wawasan, baik antar pengusaha maupun
dengan masyarakat untuk meingkatkan kualitas produk.
d. Sebagai ajang kompetisi di dalam menumbuhkan kreasi dan prestasi di dunia
kerajinan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan mengenai peran Dinas Koperasi dan UKM Kota
Surakarta di dalam pemberdayaan UMKM di Kota Surakarta, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta, hal yang dilakukan Dinas
UMKM dan Koperasi yaitu dengan menjalankan “Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM”. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang tangguh dan
mempunyai jiwa wirausaha. Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya
kualitas Sumber Daya Manusia UMKM, sehingga pada akhirnya akan terwujud
UMKM yang kuat, mandiri, inovatif, dinamis, dan berdaya saing tinggi. Cara –
cara yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelatihan kepada pelaku
UMKM di Kota Surakarta.
b. Di dalam memberdayakan UMKM di Kota Surakarta, selain melalui “Program
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM”, Dinas
UMKM dan Koperasi juga mempromosikan produk UMKM dengan mengirim
UMKM untuk mengikuti pameran dagang di dalam negeri maupun luar negeri.
Tujuan dari mengikuti pameran dagang ini adalah agar produk UMKM dari Kota
Surakarta semakin dikenal oleh masyarakat yang pada akhirnya akan
meningkatkan penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Anis, M., & Widiasari, N. (2015). Analisis Kesiapan Industri Kreatif Menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)(Studi Kasus Industri Blangkon di Serengan
Surakarta).
Astuti, R. T., & Pratama, Y. P. (2017). KRATON: MENJAGA PEREMPUAN,
MENJAGA KEBUDAYAAN (STUDI KASUS ABDI-DALEM PEREMPUAN
KRATON KASUNANAN SURAKARTA). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan,
15(2).
Budi, P. S. (2011). Strategi pemberdayaan umkm dalam peningkatan penjualan
produk di night market Ngarsopuro oleh dinas koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) kota Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas
Maret).
Cahyani, O. P., Sriiwiyanto, H. S., Pratama, Y. P., & Samudro, B. R. (2017).
BATU NISAN: POLA PENGRAJIN DAN KORELASINYA TERHADAP BUDAYA
(Studi Kasus Kampung Gondang Kelurahan Manahan). Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan, 15(1).
Hadi, A. P. (2010). Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan Dalam
Pembangunan. Jurnal Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat
Agrikarya (PPMA).
Hartono, H., & Hartomo, D. D. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN UMKM DI SURAKARTA. Jurnal Bisnis
dan Manajemen, 14(1), 15-30.
Husen, C., Kaluge, D., & Pratama, Y. P. (2017). Kajian Nilai-Nilai Pancasila Di
Sektor Perbankan: Peningkatan Peran Perbankan Dalam Pemerataan Sebagai
Wujud Dari Keadilan Sosial di Perekonomian Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan, 15(2).
Pamungkas, L. H. A., Susilo, S., & Pratama, Y. P. (2017). Peranan Pertanian
Sistem Arealan dan Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Studi Kasus
Desa Manukan Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Ilmu Ekonomi
dan Pembangunan, 15(1).
Paramasari, D. A. (2009). Strategi Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta
dalam Pengembangan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
(Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret).
Rifa’i, B. (2013). Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Labsite Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Sumber,
100(100), 2-59.
Setyanto, A. R., Samudro, B. R., Pratama, Y. P., & Soesilo, A. M. (2015). Kajian
Strategi Pengembangan UMKM Melalui Media Sosial (Ruang Lingkup Kampung
Batik Laweyan). Sustainable Competitive Advantage (SCA), 5(1).
Setyanto, A. R., Samodra, B. R., & Pratama, Y. P. (2015). Kajian Strategi
Pemberdayaan UMKM Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan Asean
(Studi Kasus Kampung Batik Laweyan). ETIKONOMI, 14(2).
Suci, Yuli Rahmini. "Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di
Indonesia." Cano Ekonomos 6, no. 1 (2017): 51-58.
Suyahya, I. (2017). KELEMBAGAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DAN PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT. JABE (Journal of Applied
Business and Economic), 1(1), 24-30.
Widjajanti, K. (2011). Model pemberdayaan masyarakat.