NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JAS

NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
Oleh Abu Sopian
Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang
Kata Kunci
Pelelangan umum, pelelangan terbatas, pelelangan sederhana, pemilihan
langsung, seleksi umum, seleksi sederhana, penunjukan langsung, pengadaan
langsung, harga perkiraan sendiri, negosiasi, gaji dasar, biaya personil, biaya non
personil, unit biaya personil, dan spesifikasi teknis barang/jasa.
Abstrak
Pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan melalui dua cara yaitu 1) cara
swakelola dan 2) melalui penyedia barang/jasa. Pengadaan barang/jasa dengan cara
swakelola adalah pengadaan barang/jasa yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi
sendiri. Pengadaan melalui penyedia barang/jasa adalah pengadaan barang/jasa yang
dikerjakan penyedia barang/jasa. Yang dimaksud penyedia barang/jasa adalah orang
peseorangan atau badan usaha yang pekerjaannya menyediakan barang atau jasa.
Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan melalui penyedia barang/jasa,
pihak pemerintah harus memilih dengan tepat penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk
menjadi penyedia barang/jasa. Pertimbangan utama dalam memilih penyedia
barang/jasa adalah nilai harga penawaran dan kualitas atau spesifikasi teknis barang
yang ditawarkan. Pihak pemerintah sebagai pembeli tentu menginginkan barang/jasa
dengan kualitas atau spesifikasi teknis yang terbaik yang harga penawarannya murah.

Sedangkan pihak penyedia barang/jasa sebagai pengusaha yang menginginkan
keuntungan akan berupaya untuk menawarkan barang/jasa pada tingkat harga yang
setinggi mungkin untuk setiap spesifikasi atau kualitas barang.
Untuk mencapai suatu kesepakatan dimana harga dan kualitas teknis
barang/jasa sesuai dengan keinginan pihak pemerintah dan pihak penyedia barang/jasa
dapat dilakukan negosiasi antara pemerintah dan penyedia barang/jasa.

A. Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui penyedia
barang/jasa, pemilihan penyedia barang dan jasa harus dilaksanakan dengan cara
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan perundangan
yang khusus dibuat sebagai acuan utama dalam pengadaan barang/jasa adalah
Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 sebagaimana telah direvisi dengan Peraturan
Presiden nomor 70 tahun 2012. Petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Presiden

tersebut adalah Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) nomor 14 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara:

1. Pelelangan (Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, Pelelangan Sederhana,
dan Pemilihan Langsung);
2. Seleksi (Seleksi Umum dan Seleksi Sederhana);
3. Penunjukan Langsung;
4. Pengadaan Langsung;
5. Sayembara; dan
6. Kontes.
Dalam hal pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan dengan cara Seleksi,
Penunjukan Langsung, dan Pengadaan Langsung, kesepakatan antara pemerintah dan
penyedia tentang kualitas teknis dan harga barang/jasa harus dilakukan melalui proses
negosiasi. Sedangkan pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan cara
Pelelangan, Sayembara, dan Kontes tidak boleh dilakukan negosiasi.
B. Dasar Hukum Negosiasi
Ketentuan yang mewajibkan dilakukannya negosiasi untuk setiap metode
pemilihan tersebut diatur di dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 sebagai
berikut:
1. Pasal 38 ayat (3) yang berbunyi “Penunjukan langsung dilakukan dengan negosiasi
baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga
pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan”.
2. Pasal 49 ayat (7) “semua evaluasi penawaran Pekerjaan Jasa Konsultansi harus

diikuti dengan klarifikasi dan negosiasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung non-personil
yang dapat diganti (reimburseable cost) dan/atau biaya langsung personil yang
dinilai tidak wajar.
b. Aspek biaya yang perlu diklarifikasi atau dinegosiasi terutama:
1) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya;
2) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; dan
3) biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di pasar/kewajaran
biaya;
c. Klarifikasi dan negosiasi terhadap unit biaya langsung dilakukan berdasarkan
daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor Pajak Penghasilan tenaga
ahli konsultan yang bersangkutan;

d. Biaya satuan dari biaya langsung personil paling tinggi 4 (empat) kali gaji dasar
yang diterima tenaga ahli tetap dan paling tinggi 2,5 (dua koma lima) kali
penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap; dan
e. Unit biaya langsung personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang telah
ditetapkan.
C. Tujuan Negosiasi
Negosiasi dilakukan bukan saja untuk mencapai kesepakatan tentang harga

dan kualitas teknis barang/jasa tetapi untuk memperoleh harga yang sesuai dengan
harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Materi
pokok yang menjadi objek negosiasi adalah harga dan kualitas teknis barang/jasa. Dari
sisi harga tentu saja semakin tinggi harga yang disepakati semakin besar keuntungan
yang diperoleh penyedia. Dari sisi kualitas barang/jasa semakin tinggi kualitas
barang/jasa semakin sulit mengerjakannya dan semakin banyak membutuhkan biaya
untuk mewujudkan barang tersebut. Karena itu penyedia barang/jasa menginginkan
harga yang tinggi dan/atau kualitas barang/jasa yang rendah. Sebaliknya bagi
pemerintah sebagai pemilik anggaran dan penguna barang/jasa tentu menginginkan
harga yang rendah dan/atau kualitas barang/jasa yang tinggi.
Negosiasi dilakukan antara (Pokja ULP) Kelompok Kerja Unit Layanan
Pengadaan mewakili pemerintah dengan pimpinan perusahaan Penyedia Barang/jasa
yang telah terpilih (melalui proses seleksi atau melalui proses penunjukan langsung)
yang akan ditunjuk sebagai penyedia barang/jasa.
Dalam proses negosiasi Pokja
ULP dan Pimpinan Perusahaan Penyedia Barang/Jasa mempunyai kedudukan yang
sama dan masing-masing pihak memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak
keinginan pihak lainnya. Keputusan yang disepakati sebagai hasil negosiasi akan
dituangkan dalam Berita Acara Negosiasi yang akan ditindaklanjuti dengan
penandatangan kontrak. Karena itu negosiasi harus dilakukan dengan iktikad baik

dalam rangka mewujudkan akuntabilitas proses pengadaan barang/jasa pemerintah.
Meskipun para pihak yang melaksanakan negosiasi memiliki kebebasan untuk
menetapkan isi kesepakatan, termasuk bebas untuk tidak sepakat dengan apa yang
dikehendaki salah satu pihak, namun setiap pihak harus taat dan tunduk pada
ketentuan yang berlaku.
Karena itu jika ada salah satu pihak memaksakan
kehendaknya yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, maka hal itu
tidak saja dapat berakibat kegagalan dalam negosiasi tetapi dapat menyebabkan
munculnya permasalahan hukum lainnya. Pokja ULP dapat membatalkan penetapan
pemenang jika pihak penyedia tetap mempertahankan harga yang terlalu tinggi. Pihak
penyedia yang dibatalkan sebagai penyedia akibat dari kegagalan proses negosiasi
tentu tidak akan menerima begitu saja kegagalan negosiasi tersebut. Jika terdapat

pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang merugikan penyedia hal itu
dapat dijadikan alasan untuk melakukan gugatan melalui pengadilan.
D. Proses Pengadaan Yang Harus Melalui Negosiasi
Negosiasi hanya dilakukan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan dengan cara Seleksi, Penunjukan Langsung, dan Pengadaan Langsung.
Sedangkan pada proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilaksanakan dengan
metode pelelangan, sayembara, dan kontes tidak dibolehkan negosiasi. Hal tersebut

secara eksplisit diatur dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 36 ayat
(4) yang berbunyi “dalam pelelangan umum tidak ada negosiasi teknis dan harga” dan
pasal 37 ayat (4) yang berbunyi “dalam pelelangan sederhana tidak ada negosiasi
teknis dan harga”.
Seleksi Umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk
pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultansi yang memenuhi
syarat. Seleksi Sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang
bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Penunjukan langsung
adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1
(satu) penyedia barang/jasa. Pengadaan Langsung adalah pengadaan barang/jasa
langsung kepada penyedia barang/jasa tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan
langsung.
Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat. Pelelangan Terbatas
adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi dengan jumlah
penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang
kompleks. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,- (lima miliar
rupiah). Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan

gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat
ditetapkan berdasarkan harga satuan. Kontes adalah metode pemilihan penyedia
barang yang memperlombakan barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga
pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
Pertanyaan yang sering ditanyakan terutama oleh para peserta Diklat
Pengadaan Barang/Jasa dan Pokja ULP adalah, mengapa negosiasi hanya dilakukan
pada proses Seleksi, Penunjukan Langsung, dan Pengadaan Langsung dan tidak
boleh dilakukan dalam proses pelelangan. Menurut hemat penulis hal tersebut
disebabkan karena dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan cara pelelangan, kontes, dan sayembara, faktor utama yang dipersaingankan

dalam menentukan pemenang adalah harga. Sebaliknya dalam proses pemilihan
penyedia yang dilaksanakan dengan cara seleksi faktor harga bukan merupakan faktor
utama yang dipersaingankan. Uraian lebih lanjut tentang hal ini silahkan baca artikel
yang ditulis oleh penulis dengan judul “Larangan Negosiasi Dalam Proses Lelang”.
Selain dalam tahapan pemilihan penyedia barang/jasa, negosiasi dapat juga
dilaksanakan pada masa pelaksanaan kontrak atau setelah kontrak ditandatangani.
Negosiasi dimaksud adalah negosiasi antara PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
dengan penyedia barang/jasa yang dilakukan dalam rangka perubahan kontrak.
Kemungkinan perubahan kontrak antara PPK dan penyedia dapat terjadi berdasarkan

pasal 87 Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 apabila terdapat perbedaan yang
signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan Kerangka Acuan
Kerja yang telah ditentukan dalam kontrak. Namun pelaksanaan pasal 87 tersebut
dibatasi oleh ketentuan pasal 51 ayat (1) Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010
yang tidak membolehkan adanya pekerjaan tambah kurang dalam kontrak lumpsum.
Karena itu perubahan kontrak yang diatur dalam pasal 87 Perpres 70 tahun 2012 hanya
untuk Kontrak Harga Satuan dan porsi harga satuan dalam Kontrak Gabungan (Lump
sum dan Harga Satuan).
Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditentukan dalam PPK
bersama penyedia dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain:
a) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
b) Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
c) Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan;
d) Melaksanakan pekerjaan tambah/kurang yang belum tercantum dalam kontrak
yang diperlukan untuk penyelesaian seluruh pekerjaan;
Perubahan kontrak tersebut hanya untuk kontrak lumpsum dan forsi harga satuan
dalam kontrak gabungan dengan ketentuan:
a. Tidak menyebabkan nilai kontrak naik lebih dari 10% nilai kontrak awal
b. Tersedia dana anggaran untuk pekerjaan tambah.

Perintah perubahan dibuat oleh PPK secara tertulis kepada penyedia, ditindaklanjuti
dengan negosiasi teknis dan biaya dengan tetap mengacu pada ketentuan yang
tercantum dalam kontrak awal. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara
sebagai dasar penyusunan addendum kontrak.

E. Waktu Negosiasi

Berdasarkan pasal 58 ayat (1) dan (2) Perpres nomo 70 tahun 2012 dalam
tahap pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan metode seleksi umum
maupun seleksi sederhana, negosiasi dilakukan setelah selesai masa sanggah dan
telah ada kepastian bahwa tidak ada peserta yang mengajukan sanggahan banding. Ini
berarti penyedia yang melaksanakan negosiasi dengan Pokja ULP adalah penyedia
yang telah ditetapkan dan telah diumumkan sebagai pemenang seleksi serta tidak
disanggah oleh peserta seleksi lainnya atau sanggahan yang diajukan peserta seleksi
telah dijawab oleh Pokja ULP dan atas jawaban sanggah tersebut tidak diajukan
sanggahan banding.
Jadwal waktu negosiasi yang diletakkan setelah habis masah sanggah
menunjukkan bahwa dalam proses seleksi hasil negosiasi teknis dan harga tidak
dijadikan dasar untuk menetapkan pemenang seleksi. Penetapan pemenang seleksi
didasarkan pada persyaratan administrasi, teknis, dan harga sesuai dengan yang telah

ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Namun demikian menjelang akhir proses
pemilihan penyedia barang/jasa, Pokja ULP dan Penyedia yang telah menjadi
pemenang seleksi harus memastikan bahwa harga penawaran dan kualitas teknis yang
akan
dijadikan
dasar
penyusunan
kontrak
adalah
wajar
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu perlu dilakukan negosiasi teknis dan harga.
Apakah hasil negosiasi masih dapat dijadikan alasan untuk menggugurkan
atau membatalkan pemenang seleksi.
Atas pertanyaan tersebut jawabnya, hasil
negosiasi dapat dijadikan dasar untuk untuk menggugurkan atau membatalkan
pemenang seleksi. Untuk itu diciptakan ketentuan yang memungkinkan Pokja ULP
dan Penyedia berada pada posisi tawar menawar yang seimbang. Di satu sisi, Pokja
ULP tidak dapat seenaknya meminta agar penyedia menurunkan harga dan/atau

menaikkan kualitas teknis penawarannya, di sisi lain, Penyedia tidak boleh bertahan
pada harga penawaran yang tidak wajar dan kualitas teknis yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

F. Tata Cara Negosiasi
Negosiasi dilakukan oleh Pokja ULP terhadap penyedia yang telah ditetapkan
sebagai pemenang seleksi dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pihak penyedia adalah:
a) Direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi;
b) Penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi
yang namanya tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar;
c) Pihak lain yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan mendapat surat kuasa
atau pendelegasian wewenang yang sah dari direktur utama/pimpinan
perusahaan/pengurus koperasi;

2.

3.

4.

5.

6.

7.

d) Kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan
dengan dokumen otentik;
e) Pejabat yang menurut perjanjian Kerja Sama Operasi (KSO) berhak mewakili
kemitraan.
Negosiasi memperhatikan kesesuaian antara bobot pekerjaan dengan tenaga ahli
dan/atau tenaga pendukung yang ditugaskan, serta mempertimbangkan kebutuhan
perangkat/fasilitas pendukung yang proporsional guna mencapai hasil kerja yang
optimal;
Negosiasi ditujukan untuk memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif
dengan mempertahankan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis
yang diajukan penyedia;
Aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasikan terutama:
a. Kesesuaian rencana dengan jenis pengeluaran biaya;
b. Volume kegiatan dan jenis pengeluaran;
c. Biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di pasaran.
Klarifikasi dan negosiasi terhadap biaya personil dilakukan berdasarkan daftar gaji
yang telah diaudit dan/atau bukti setor PPh tenaga ahli bersangkutan dengan
ketentuan:
a. Biaya satuan dari baya langsung personil maksimul 4 (empat) kali gaji dasar
yang diterima oleh tenaga ahli tetap dan/atau 2,5 (dua koma lima) kali gaji dasar
yang diterima oleh tenaga ahli tidak tetap.
b. Unit biaya personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang dihitung
berdasarkan tingkat kehadiran dengan ketentuan:
 1 (satu) bulan dihitung minimal 22 (dua puluh dua) hari kerja;
 1 (satu) hari kerja dihitung minimal 8 (delapan) jam kerja.
Negosiasi
terhadap
biaya
tenaga
pendukung
(tenaga
teknik
dan
penunjang/administrasi) dilakukan berdasarkan harga pasar tenaga pendukung
tersebut;
Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung non personil yang
dapat diganti (direct reimbursable cost) dan/atau biaya langsung personil
(remuneration) yang dinilai tidak wajar.

G. Kesimpulan
1. Negosiasi memiliki arti sangat penting dalam mencapai kesapakatan antara
pemerintah sebagai pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa tentang
harga dan kualitas teknis barang/jasa;
2. Negosiasi hanya dibolehkan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan dengan cara seleksi, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung;
3. Negosiasi dilakukan oleh pihak yang berwenang;

4. Harga satuan yang dapat dinegosiasikan adalah biaya langsung non personil
yang dapat diganti (direct reimbursable cost) dan/atau biaya langsung personil
(remuneration) yang dinilai tidak wajar;
5. Negosiasi terhadap biaya personil (reminiration) dilakukan berdasarkan gaji
dasar yang telah diterima oleh tenaga ahli yang dibuktikan dengan hasil audit
atau bukti setor PPh;
c. Biaya satuan dari baya langsung personil maksimul 4 (empat) kali gaji dasar
yang diterima oleh tenaga ahli tetap dan/atau 2,5 (dua koma lima) kali gaji dasar
yang diterima oleh tenaga ahli tidak tetap.
d. Unit biaya personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang dihitung
berdasarkan tingkat kehadiran dengan ketentuan:
 1 (satu) bulan dihitung minimal 22 (dua puluh dua) hari kerja;
 1 (satu) hari kerja dihitung minimal 8 (delapan) jam kerja.

Daftar Pustaka:
1. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010
2. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012
3. Peraturan Kepala LKPP nomor 14 tahun 2012
4. Peraturan Kepala LKPP nomor
5. Sopian, Abu. Dasar-Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta, In Media, 2014.
6. Sopian, Abu. Tata Cara Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi, Jogjakarta, Pustaka Felicha,
2012.
7. Kuncoro. Agus. Begini Tender Yang Benar, Jogjakarta, Primaprint, 2013