PENERAPAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS DALA

PENERAPAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KINERJA GURU KELAS III SEKOLAH SD NEGERI ROWOSARI SALATIGA
Eni Mariani
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
942016011@student.uksw.edu

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengadakan penerapan supervisi kunjungan kelas dalam upaya
meningkatkan kinerja guru kelas III SD Negeri Rowosari Salatiga untuk peningkatan kualitas
pendidikan pada aspek pembelajaran dilembaga sekolah. Metode yang digunakan dalam
penerapan supervisi ini ialah menggunakan teknik observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan terdapat guru yang masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
saat mengajar, maka dari penerapan supervisi ini peneliti dapat memberikan kontribusi yang sangat
berarti dalam meningkatkan keterampilan guru saat mengajar untuk meningkatkan prestasi
akademik siswa
Kata kunci: Supervisi, Kunjungan Kelas, Kinerja Guru.

I. PENDAHULUAN
Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan ialah mewujudkan sistem dan
iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas untuk membentuk ahlak mulia, kreatif,

inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, keterampilan
serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia
Indonesia (GBHN 1999-2004). Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
berintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari
pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama-sama
telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan
pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melaui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan
sistem evaluasi., perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Kualitas pendidikan pada umumnya dan
prestasi belajar siswa di sekolah pada khususnya merupakan hasil suatu proses interaksi berbagai
faktor yaitu guru, siswa, kurikulum, buku paket, metodologi pengajaran, laboratotium dan faktor
lainnya (Rasdi Ekosiswoyo: 2007). Guru sebagai ujung tombak proses pendidkan memiliki banyak
dimensi peran yang harus diembannya dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai
ujung tombak, kualitas guru akan menentukan kualitas mutu layanan dan lulusan yang dihasilkan.
Untuk menjaga kualitas pendidikan diselenggarakan, komponen guru merupakan salah satu
prioritas konsentrasi manajemen pendidikan (Suharsimi dan Lia: 2012).

Namun, pada kenyataan yang muncul dengan pertanyaan mengapa upaya perbaikan kualitas
pendidikan selama ini kurang berhasil ?. Hal ini disebabkan oleh strategi pembangunan pendidikan
selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi

bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi
ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga
kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat
menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi
input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (McMahon, 1999) tidak
berfungsi sepenuhnya dilembaga pendidikan (sekolah), serta banyak keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki guru menyebabkan kualitas layanan menjasi rendah. Latar belakang pendidikan,
tidak bisa dipungkiri ada banyak kasus disekolah guru mengampu suatu mata pelajaran yang bukan
haknya, keterbatasan fisik, kondisi psikologis guru, pengalaman/ pemahaman tentang lembaga,
pengalaman bekerja, kekurang mampuan melakukan adaptasi dengan adanya perubahan (metode,
kebijakan teknologi) menyebabkan kualitas layanan menjadi rendah (Suharsimi dan Lia: 2012).
Melihat hal ini, maka dalam lembaga pendidikan perlu diadakan supervisi. Supervisi
merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi lebih manusiawi. Dalam
kegiatan supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung unsur
pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangannya, bukan semata-mata
kesalahannya, untuk dapat diberi tahu bagaimana cara meningkatkannya (Suharsimi dan Lia;
2012). Melalui supervisi, diharapkan seorang guru dapat: (1) bekerja keras dan demokratis, (2)
ramah dan suka mendengarkan orang lain, (3) sabar, (4) luas pandangan dan menaruh perhatian
kepada orang lain, (5) penampilan pribadi yang menyenangkan dan sopan santun, (6) jujur, (7)
suka humor, (8) kemampuan kerja yang baik dan konsisten, (9) menaruh perhatian pada problem

siswa, (10) fleksibel dalam cara mengajar, (11) bisa menggunakan pujian dan mau memperbaiki,
(12) pandai dalam mengajar pada bidang studi (Sahertian, 1994).
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis bertujuan untuk melakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Kelas III
Sekolah SD Negeri Rowosari Salatiga”.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Supervisi
Istilah supervisi yang berasal dari bahasa inggris terdiri dari dua akar kata, yaitu: “super” yang
artinya “di atas”, dan vision, mempunyai arti “melihat”, maka secara keseluruhan supervisi
diartikan sebagai “melihat dari atas”. Supervisi adalah kegiatan mengamati, megidentifikasi mana
hal-hal yang sudah benar, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan
maksud agar dapat dengan tepat mencapai tujuan kegiatan dimaksud, yaitu memberikan
pembinaan, baik kepada guru maupun kepala sekolah. Kemudian supervisi merupakan istilah baru
yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi lebih manusiawi (Suharsimi dan Lia: 2012). Charter
Good's Dictionary of Education (dalam Mulyasa, 2002), mendefinisikan supervisi sebagai segala
usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan

jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan
metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran. Sementara dalam Petunjuk Pelaksanaan

Supervisi Pendidikan di Sekolah, supervisi diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Depdikbud,
1994). Dalam kegiatan supervisi pelaksana bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan diawasi diketahui kekurangannya, bukan sematamata kesalahannya, untuk dapat diberitahu bagaimana cara meningkatkannya (Suharsimi dan Lia:
2012).
Berdasarkan hasil uraian dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah segala
usaha dari bentuk pengawasan yang dilakukan dengan kegiatan mengamati, megidentifikasi mana
hal-hal yang sudah benar, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan
maksud agar dapat dengan tepat mencapai tujuan kegiatan yang dimaksud oleh atasan kepada
bawahan seperti kepala sekolah kepada staf atau guru-guru disekolah untuk memperbaiki
pengajaran (pembinaan), menstimulasi agar diketahui kekurangannya, dalam hal ini bukan hanya
mencari kesalahan semata, tujuan dari supervisi untuk meningkatkan proses pembelajaran agar
kualitas sekolah menjadi lebih baik. Dalam pelaksanaannya supervisi dapat dilakukan secara
supervisi dalam individu maupun supervisi dalam kelompok.
Tujuan dan prinsip-prinsip supervisi
Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui
pembinaan dan peningkatan profesi belajar.
Sesuai tujuan diatas maka dalam tataran praktis, supervisi dilakukan untuk:
1.
2.

3.
4.
5.

Menginternalisasikan tujuan pendidikan yang diselenggarakan
Mengintroduksi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan siswa
Peningkatan etos, produktivitas, dan efisiensi kerja
Peningkatan profesionalisme, dan
Demokratisasi

Menilik dari tujuannya, maka kegiatan ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Ilmiah (scientific) yaitu:
a. Sistematis, artinya dilakukan secara teratur, berencana dan kontinyu.
b. Objektif, artinya bukan didasarkan atas prasangka tetapi didasarkan atas data-data
objektif/ formasi.
c. Menggunakan instrument yang baik untuk mengumpulkan data atau informasi yang
diteliti atau cermat.
2. Demokratis, yaitu berdasarkan atas dasar musyawarah, mengandung ju=iwa kekeluargaan
yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
3. Kooperatif, yaitu dilakukan dalam situasi kerjasama, bertujuan mengembangkan usaha

bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4. Kontruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif dalam
menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

5. Terbuka yaitu bahwa kegiatan supervisi dilakukan tanpa mengandung unsur “sembunyisembunyi” tetapi di lakukan dengan terbuka dan terus terang dengan pemberitahuan
terlebih dahulu.
6. Komprehensif, yaitu sarana yang lengkap mulai dari kepala sekolah, guru-guru, tata-usaha,
(ditinjau dari pelaksanaannya) dan meliputi aspek yaitu kurikulum, sarana,
ketatalaksanaan, keuangan, kesiswaan, dan humas.
Teknik-teknik Supervisi
Teknik-teknik dalam supervisi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan kelas (classroom visitation), di bedakan atas;
a. Kunjungan yang dilakukan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada guru yang
akan disupervisi.
b. Kunjungan incidental yang dilakukan tanpa memberitahukan terlebih dahulu.
c. Kunjungan yangdilakukan dengan memberikan undangan dari guru yang
bersangkutan.
2. Observasi kelas (classroom observation) yaitu kegiatan supervisi dilakukan dengan cara
menunggu guru (calon guru) yang sedang mengajar dikelas mulai dari awal hingga akhir
pelajaran. Observasi kelas inilah kegiatan supervisi paling sistematis dan teliti karena

semua gerak-gerik guru sedabg mengajar tidak ada yang terlewat untuk diamati.
3. Percakapan pribadi (individual conference) yaitu diskusi yang dilakukan oleh sekelompok
guru (pada umumnya guru yang memegang bidang studi yang sama), baik yang diatur
terlebih dahulu maupun incidental. Manfaat yang dapat dipetik dari diskusi ini antara lain:
a. Tukar menukar pengalaman tentang cara-cara mengatasi kesulitan dalam mengajar.
b. Tukar menukar informasi tentang cara-cara baru yang mereka peroleh agar pengajaran
dapat berlangsung lebih efektif.
c. Saling melengkapi sumber bahan mengajar, alat pelajaran atau sarana lain.
d. Mengurangi keraguan-keraguan guru dalam menghadapi kelasnya.
e. Mempercepat korps guru.
f. Menyamakan pengertian mereka tentang kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
4. Saling berkunjung mengunjungi (intervisitation)
a. Calon guru atau guru baru menunggui guru yang sedang memberikan pelajaran contoh
(model les)
b. Seseorang guru sedang menemui kawannya yang sedang mengajar untuk menambah
pengalaman mengajarnya.
5. Musyawarah atau pertemuan
a. Adanya keikutsertaan secara stimulasi antara guru, kepala sekolah dan penilik sekolah
dalam penataan atau dalam penyampaian informasi tentang kebijakan pemerintah

sehingga semua komponen tersebut memiliki pemahaman yang sama.
b. Adanya pertemuan rutin antara guru, kepala sekolah dan penilik tersebut untuk
membicarakan masalah-masalah yang sedang dihadapi dan cara pemecahannya.

6. Supervisi yang dilakukan dengan media, dengan tujuan pengalaman mereka khususnya
menyangkut hal-hal yang berhubungan denga pelajaran.
7. Pusat sumber beajar (learning resource center) suatu lembaga yang menangani persediaan,
pelayanan semua jenis pelajaran bukan hanya meminjamkan tetapi juga membuatkan,
memberi bimbingan dalam mempelajari cara mengajar, membuat persiapan tertulis,
perekaman dan sebagainya.
8. Validasi taman sejawat, satu jenis kegiatan supervisi yang telah dicobakan di Indonesia
sejak tahun 1979 dan saat ini telah dilaksanakan disekolah pendidikan guru.
Langkah-langkah supervisi
Untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal maka dilalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pertemuan pendahuluan
Pertama pendahuluan ini merupakan satu langkah awal yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan supervisi. Yang dilakukan dalam pertemuan pendahuluan ini
adalah:
a. Menciptakan suasana kekeluargaan yang intim antara guru dengan supervisor
(establish rapport) agar komunikasi selama kegiatan dapat berjalan secara efektif.

b. Membuat kesepakatan (contract) antara guru dengan supervisor tentang aspek proses
belajar mengajar yang akan dikembangkan dan ditingkatkan misalnya: khusus
keterampilan bertanya, cara memotivasi siswa dan sebagainya. Jadi dengan singkat
dalam penemuan pendahuluan ini disepakati bersama mengenai:
1. Sasaran atau keterampilan mengajar yang akan diamati secara cermat oleh
supervisor.
2. Strategi observasi yang akan dilaksanakan.
3. Panduan atau instrument observasi yang akan di gunakan.
4. Kriteria atau tolak ukur yang akan digunakan dalam pengisian observasi.
2. Perencanaan oleh guru dan supervisor
Jika pada pertemuan pendahuluan baru disepakati sasaran, instrument dan kriteria yang
digunakan, maka dalam langkah kedua ini di buat bersama perencanaan pelaksanaan
observasi. Dalam perencanaan ini dirundingkan:
a. Persiapan mengajar tertulis yang sudah dibuat terlebih dahulu untuk di bicarakan
kekurangan-kekurangan yang mungkin masih perlu dibenahi, serta membicarakan
bagian dari persiapan tertulis tersebut yang akan mendapat perhatian khusus.
b. Persiapan media atau alat-alat pelajaran yang akan digunakan sekaligus strategi
penggunaannya.
c. Cara-cara mencatat atau perekaman data yang akan digunakan oleh supervisor serta
arah pengambilan data. Hal ini perlu dibicarakan agar guru tidak merasa terganggu

pada waktu sedang beraksi.
3. Pelaksanaan latihan mengajar dan observasi.
Pada waktu ini guru melaksanakan mengajar dan supervisor melakukan pengamatan
secara cermat, dengan menggunakan instrumen observasi. Dalam melakukan observasi ini
dapat dilakukan beberapa cara:

a. Pengamatan dilakukan secara terus menerus selama guru mengajar, tetapi hanya
menekankan dan mencatat bagian yang menjadi sasaran saja, sedangkan kegiatan
lain dicatat kesan umumnya saja.
b. Pengamatan intensif dilakukan setiap selang beberapa menit dan dalam jangka
waktu tertentu. Beberapa alternative yang biasa dilakukan adalah:
1. Periode 5 menit, yaitu mengamati 5 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 5
menit, berhenti lagi 5 menit dan seterusnya.
2. Periode 10-5, yaitu mengamati 10, berhenti 5 menit, mengamati 10 menit lagi,
berhenti 5 menit dan seterusnya.
3. Periode 15-5 yaitu mengamati 15 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 15
menit, lalu berhenti 5 menit dan seterusnya.
4. Mengamati terus mnerus tetapi pencatatan dilakukan setiap 2 menit atau 4
menit.
Catatan: dalam menggunakan periodisasi ini apabila ada aspek yang

ditekankan, harus dimuati secara trus menerus agar tidak kehilangan jejak.
4. Mengadakan analisis data
Hal-hal yang perlu didiskusikan adalah:
a. Kesenjangan antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya.
b. Hasil rekaman baik yang dituliskan dalam instrumen observasi maupun dalam kaset
(apabila rekaman dilakukan dengan foto atau film tentu saja belum dapat diikutkan
untuk didikusikan saat ini).
c. Cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian umpan balik. Apabila disepakati
bahwa umpan balik di sampaikan secara tertulis agar terdokumentasikan dengan baik
maka setelah selesai diskusi analisis data rekaman, supervisor menuliskan kesimpulan
akhir umpan balik kepada guru. Jika umpan balik dilakukan secara lisan, perlu diatur
waktu penyampaian serta siapa saja yang akan diundang.
5. Diskusi memberikan umpan balik
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan umpan balik dilakukan oleh supervisor kepada
guru yang sedang berlatih mengajar meningkatkan keterampilannya. Pemberian umpan
balik harus dilakukan dengan segera dan objektif mengenai sasaran yang telah di bicarakan
dalam pertemuan pendahuluan.
Tujuan kegiatan supervisi adalah memberikan bimbingan agar guru yang di supervisi
mendapatkan peningkatan dalam hal keterampilan mengajarnya. Sehubungan dengan
pemberian umpan balik ada rambu-rambu sebagai berikut:
a. Sesudah latihan selesai, (calon) guru diminta mengungkapkan persepsi (kesan)nya mengenai kegiatan mengajar yang dia lakukan.
b. Supervisor bersama-sama dengan guru menganalisis kegiatan tersebut langkah
demi langkah di lengkapi dengan data hasil pengamatan supervisor. Yang penting
dalam langkah ini aalah melatih guru agar dapat melakukan penilaian terhadap diri
sendiri.
c. Dalam mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik dan kekurangan dalam latihan,
supervisor tidak boleh menunjuk dengan tegas dan keras secara langsung (seperti

hakim) tetapi melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan
mengorek kelemahan sendiri sehingga akhirnya guru menyadari kekurangannya.
d. Hal yang perlu diingat bahwa dalam langkah ini supervisor tidak boleh lupa harus
sekali-kali memberikan ulasan positif, pujian, penguatan, penghargaan terhadap
guru agar ada perasaan puas dan bangga selanjutnya tumbuh kemauan keras untuk
memperbaiki dirinya.
e. Pada akhir diskusi supervisor bersama guru menarik kesimpulan dari latihan yang
baru saja di lakukan yaitu hal-hal yang sudah berhasil dan hal-hal yang masih
harus diperbaiki pada lain kesempatan.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana penelitian ini berusaha untuk
memahami sebuah peristiwa dan kaitannya dengan objek penelitian. Data penelitian ini didapat
dari peristiwa-peristiwa secara langsung dari keadaan sesungguhnya dilapangan dan dilakukan
secara wajar tanpa dipengaruhi oleh peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran
nyata mengenai kinerja guru dalam proses pembelajaran dikelas III SD Negeri Rowosari Salatiga.
Data dari penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder:
1. Data primer adalah data yang merupakan informasi utama dalam penelitian kualitatif ini. Data
primer didapat melalui kegiatan observasi dan wawancara, yang menjadi data dalam penelitian ini
adalah mendeskripsikan hasil observasi dari kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Data sekunder adalah data yang didapat dari buku-buku referensi berupa pengertian-pengertian
dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Adapun pengambilan data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik observasi dan
wawancara. Penjelasan mengenai observasi dan wawancara dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Obeservasi
Observasi merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian kualitatif. Observasi dilakukan
untuk mengetahui keadaan dan kondisi sekolah, baik dari guru, siswa, lingkungan sekolah dan lain
sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui pendapat, harapan, keinginan,
keyakinan dan proses belajar yang berlangsung di Sekolah. Kegiatan wawancara dilakukan
melalui tanya jawab dengan kepala sekolah. Inastrumen yang gunakan dalam wawancara dibuat
secara terstruktur untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Milles dan Hubberman (dalam Tohirin, 2012: 141) menjelaskan bahwa analisis data merupakan
salah satu langkah dalam proses penemuan penelitian melalui proses reduksi data, yaitu data
disakring lalu disusun lagi, setelah itu dipaparkan kemudian disimpulkan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini akan disajikan lembar pengamatan, lembar pengisian, pelaksanaan
pelajaran di kelas, dan hasil wawancara (Suharsimi Arikunto: 2012) sebagai berikut:
LEMBAR PENGAMATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
IDENTITAS DATA
Nama Sekolah

: SDN ROWOSARI

Kelas

: III

Nama Guru

: Hesti Wahyu Amaliya, S.Pd

Bidang Studi

: PKN, MTK, IPA, IPS, MATEMATIKA, Bhs.Indonesia, Bhs.Inggris

Sub Bidang Studi

: IPS

Pokok Bahasan

: Memperkenalkan Struktur Walikota dan Bupati

Hari/ Tanggal

: Kamis/ 17 November 2016

Waktu Pengamatan

: 07.00-09.00

Mulai Pukul

: 07.00

Berakhir Pukul

: 09.00

Nama Pengamat

: Eni Mariani

PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda check ( √ ) pada kolom B(Baik), S(Sedang), K(Kurang), sesuai dengan keadaannya.
PERSIAPAN TERTULIS
B
Rumusan Tujuan Instruksional Khusus
a. Ditinjau dari bentuk tingkah laku
b. Ditinjau dari kekhususannya
c. Ditinjau dari sasaran
d. Ditinjau dari ukuran keberhasilan
Imbangan aspek ingatan, pemahaman, pemahaman aplikasi dan aspekaspek lain dalam tujuan istruksional khusus kesesuaian antara tujuan
dengan materi pelajaran kesesuaian antara dengan Metode/ pendekatan,
kesesuaian antara:
a. Alat pelajaran dengan tujuan
b. Alat pelajaran dengan materi
c. Alat pelajaran dengan usia siswa
Ketetapan pemilihan sumber bahan keragaman sumber bahan








S





K

Evaluasi
a. Frekuensi pemberian dan ketetapan waktu
b. Kualitas butir-butir soal
c. Kesesuaian dengan tujuan instruksional khusus
d. Cara memberikan skor







PELAKSANAAN PELAJARAN DI KELAS
B
I. PENDAHULUAN
1. Cara memasuki ruangan kelas
2. Perhatian terhadap hal-hal yang sekiranya menganggu jalannya
pelajaran
3. Kontak awal dengan siswa-siswi dalam kelas (mengucapkan
salam, absensi, menyuruh menyipakan alat yang diperlukan, dsb)
4. Perhatian kepada seluruh kelas
II. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
1. Cara menghubungkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang
akan diberikan
2. Penjelasan tentang tujuan instruksional khusus
3. Penyampaian pokok materi pelajaran
4. Penggunaan alat pelajaran/ media
5. Cara mengikutsertakan siswa dalam kegiatan
6. Penuh tidaknya keterlibatan siswa
7. Banyaknya siswa yang dapat terlibat dalam kegiatan
8. Cara menyampaikan informasi
9. Cara memberikan informasi tentang materi baru
10. Cara mengajukan pertanyaan (bahasa, rumusan)
11. Banyaknya siswa yang mendapat kesempatan menjawab
pertanyaan
12. Hubungan pertanyaan dengan cara memotivasi siswa
13. Cara memotivasi siswa pada umumnya
14. Cara memberikan jawaban terhadap pertanyaan siswa
15. Hubungan antara guru dengan siswa (akrab)
16. Hubungan antara siswa dengan satu dengan yang lain
17. Keseluruhan interaksi belajar mengajar
18. Suasana kelas (hidup, terlalu tenang dan mati)
19. Cara guru menolong siswa yang tidak tertib
20. Menolong siswa yang mengalami kesulitan belajar
21. Menangani siswa yang lebih cepat dari yang lain
22. Menggunakan kalimat dengan jelas dan sederhana
23. Melaksanakan kegiatan belajar dengan logis dan berurutan
24. Pemberian contoh untuk menerangkan pelajaran
25. Kesesuaian antara contoh dengan taraf berfikir dan lingkungan
siswa
26. Variasi pertanyaan yang diajukan

S

K








































27. Efektivitas penggunaan waktu yang tersedia
28. Perhatian tertuju hanya kepada pelajaran yang sedang diajarkan
III. AKHIR PELAJARAN
1. Membuat kesimpulan pelajaran (oleh guru, guru bersama siswa
atau siswa sendiri)
2. Mengadakan penilaian perseorangan
3. Mengadakan evaluasi terhadap kelas
4. Cara memberikan motivasi kepada siswa agar belajar lebih lanjut
5. Hasil (prestasi) siswa yang diajarkan
6. Catatan yang dibuat oleh siswa













HASIL WAWANCARA
NO

INDIKATOR

1.

Guru
mengungkapkan
persepsi kesannya
mengenai kegiatan
belajar
mengajar
yang telah dilakukan

KISI-KISI
HASIL WAWANCARA
SUBYEK
INSTRUMEN
WAWANCARA
1. Apakah
dalam 1. Pada saat mengajar saya Guru Kelas III
pelaksanaan
berusaha untuk mengatur
pembelajaran
kelas menjadi kelas yang
menyenangkan ?
menyenangkan,
saya
2. Apa kesan yang
mengadakan
umpan
dirasakan
oleh
balik kepada siswa
guru mengenai
dengan teknik tanya
proses
jawab.
pembelajaran ?
2. Kesannya
dalam
menghadapi siswa setiap
tahunnya berbeda-beda,
untuk
yang
tahun
kemarin sedikit mudah
dan
tidak
terlalu
mengalami
kesulitan
karena siswa tahun
kemarin penalarannya
cepat dalam menjawab
pertanyaan
yang
diberikan guru, akan
tetapi untuk tahun ini
guru
mengalami
kesulitan
dalam
menangani siswa kelas
III
yang
memiliki
karakter atau sifat sedikit
bandel,
terkadang
sukanya bermain pada
saat proses pembelajaran
dikelas, serta pada saat
dikelas guru memberikan

soal,
pada
tingkat
penalarannya
siswa
masih
mengalami
kesulitan yaitu dalam
menjawab soal yang
diberikan oleh guru,
maka saya mengatakan
kesannya
dalam
menghadapi siswa pada
tahun ini lebih sulit
dibanding siswa tahun
kemarin.
2.

3.

Supervisor bersama 1. Apakah
guru 1. Saya selalu berusaha dan Guru Kelas III
guru menganalisis
menggunakan
selalu
mengutamakan
langkah
demi
waktu
secara
waktu seefisien mungkin
langkah mengenai
efesien
dalam
jika
tidak
adanya
penilaian
melaksanakan
kendala.
pembelajaran?
2. Saya
mencoba
menggunakan
teknik
2. Bagaimana guru
tanya
jawab
untuk
menciptakan
mengasah pengetahuan
kondisi
siswa
pembelajaran
dikelas ?
Mengidentifikasi
1. Apakah
guru 1. Iya,
pada
saat Guru Kelas III
hal-hal yang sudah
mengalami
mengendalikan
kelas
baik dari kekurangan
kesulitan dalam
terhadap siswa yang
dalam latihan dan
mengendalikan
masih
mengalami
mengaplikasikan
kelas pada saat
banyak kesulitan dalam
(kendala/ kesulitan
mengajar ?
segala hal, saya merasa
2. Apa kendala yang
saat mengajar)
masih
mengalami
di alami oleh guru
banyak sekali kendala,
?
belum lagi ditambah
dengan kekurangannya
alat
peraga
yang
seharusnya disediakan
oleh sekolah.
2. Menangani siswa yang
terkadang asyik bermain
sendiri
dan dengan
teman-temannya,
kekurangan alat peraga
yang
harusnya
disediakan oleh sekolah
untuk mengajar, untuk
RPP terkadang masih

4.

Menarik kesimpulan
dari hasil mengajar,
hal-hal yang sudah
berhasil dan hal-hal
yang
harus
diperbaiki

ada
yang
belum
terselesaikan
sesuai
dengan target indikator
karena
keterbatasan
siswanya yang masih
lambat menangkap apa
yang dijelaskan oleh
guru, motivasi siswa juga
masih kurang untuk
sekolah
sehingga
menjadi tantangan bagi
saya dalam mengajar,
sedangkan keterbatasan
waktu juga.
1. Bagaimana cara 1. Saya menerapkan model Guru Kelas III
guru mengatur
ceramah
berhubung
kelas pada saat
karena kekurangannya
kesulitan yang
alat peraga, tapi jika ada
dihadapi ?
alat peraga yang bisa
digunakan maka guru
2. Apa saja yang
gunakan.
Sebenarnya
menjadi
saya mau menerapkan
kekurangan bagi
model diskusi, akan
guru
dalam
tetapi jika dilihat dari
proses
siswa yang terkadang
pembelajaran ?
selalu asyik bermain
sendiri dan teman-teman,
maka
saya
tidak
menerapkan
model
tersebut.
2. Masih kekurangannya
alat
peraga
yang
disediakan oleh sekolah.

Hasil Pembahasan
Tahap awal yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pertemuan pendahuluan
terhadap guru kelas III yang akan disupervisi, dimana langkah dari pertemuan pendahuluan
merupakan satu langkah awal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan supervisi. Dalam
kegiatan ini peneliti dan guru menentukan jadwal yang telah disepakati secara bersama tentang
supervisi yang akan dilakukan, kemudian membuat kesepakatan mengenai keterampilan mengajar
yang akan diamati, panduan atau instrument observasi yang akan digunakan. Instrument
pengamatan disusun dengan penilaian berskala yaitu B(Baik), S(Sedang), K(Kurang).
Tahap kedua dilakukan perencanaan oleh guru dan peneliti atau supervisor yang menentukan
tentang persiapan mengajar, persiapan media yang digunakan, dan cara-cara mengobservasi saat

berada didalam ruang kelas. Hal ini perlu dibicarakan agar guru tidak merasa terganggu pada
waktu sedang mengajar.
Tahap ketiga yaitu dilakukan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada
kelas III dan di supervisi oleh peneliti yang bertindak langsung sebagai supervisor. Dalam hal ini
peneliti mengobservasi sesuai dengan instrument yang telah disepakati bersama.
Tahap keempat peneliti mengajak guru kelas untuk mendiskusikan apa yang telah dilaksanakan
oleh guru pada saat mengajar. Dalam hal ini peneliti mewawancarai dengan menanyakan
bagaimana kesan guru dalam mengajar dan apa saja kesulitan yang dialami oleh guru pada saat
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, serta menanyakan apakah boleh jika dalam hal ini
peneliti ingin memberikan umpan balik atau kerjasama dalam proses mengajar untuk memperbaiki
kesulitan yang dialami oleh guru.
Tahap kelima peneliti memberikan umpan balik setelah mendengar bagaimana kesan guru dan
apa saja yang menjadi kesulitan yang di alami oleh guru pada saat mengajar. Dalam hal ini peneliti
memberikan umpan balik untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar melalui
rekomendasi, karena proses yang dilakukan harus secara bertahap yaitu berhubungan dengan
kecerdasan siswa dan keterbatasan waktu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penerapan supervisi kunjungan kelas di atas, peneliti dapat memberikan
kontribusi yang sangat berarti dalam meningkatkan keterampilan guru saat mengajar untuk
meningkatkan prestasi akademik siswa. Supervisi yang telah dilakukan oleh supervisor yaitu
peneliti sendiri dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang harus di tingkatkan. Dalam
hal ini guru masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran saat mengajar, karena
keterbatasan dari tingkat kognitif siswa yang rata-rata masih rendah, kurangnya motivasi siswa
untuk sekolah dengan sungguh-sungguh, kekurangan bahan ajar yang seharusnya disediakan oleh
sekolah, guru masih mengalami kesulitan dalam strategi mengendalikan siswa yang suka bermain
sendiri maupun bersama teman sekelasnya pada saat jam pelajaran.
REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan di atas, sebagai umpan balik dari supervisor (peneliti)
merekomendasikan untuk kegiatan tersebut dapat dilaksanakan untuk melatih keterampilan guru
dalam mengajar. Rekomendasi ini dapat dilakukan oleh guru secara bertahap yaitu sebagai berikut:
1. Siswa cepat mengerti jika proses pembelajaran dilakukan dengan praktek langsung,
contohnya jika dalam pelajaran IPA, maka guru dapat menggunakan alam sekitar dalam
mengenalkan secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran.
2. Cara guru memotivasi siswa yaitu ciptakanlah sehari-hari kegiatan pembelajaran yang
menarik minat belajar siswa, tanamkan juga rasa percaya kepada mereka bahwa mereka
pasti bisa, guru bisa lebih mendekatkan diri terhadap siswa, disaat seperti ini siswa akan
suka terhadap suasana belajar disekolah.
3. Apabila alat peraga dalam mengajar belum disediakan oleh sekolah, guru harus berani
mengutarakan hal tersebut kepada kepala sekolah, jika memang masih belum terpenuhi

juga guru dapat berusaha membuat peralatan mengajar dari bahan seadanya atau
memanfaatkan barang-barang bekas (mengembangkan imajinasi dan kreativitas).
4. Jika melihat basic nya siswa lebih suka ke arah bermain, maka pada saat mengajar guru
tidak hanya menggunakan model ceramah, tapi guru dapat beralih ke model pembelajaran
mind mapping (guru harus bisa secara efektif dalam menyediakan alat pembelajaran).

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi dan Yuliana Lia. 2012. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta. Aditya Media
Setiyono Imam. 2005. Jurnal: Supervisi Pendidikan Sekolah Dasar. Surabaya. Vol. 6
Ekosiswoyo Rasdi. 2007. Jurnal: Kepemimpinan kepala Sekolah yang Efektif Kunci Pencapaian
Kualitas Pendidikan. Semarang. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 14, Nomor 2, hal 76-82.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

SOAL LATIHAN UTS IPA KELAS 1 SEMESTER 1 GANJIL 2016 KUMPULANSOALULANGAN

5 199 1

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62