MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
4
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATUS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dibimbing olrh :
Ns. Venny Erlisa Riska Irawan, S.Kep, M.Kep
Disusun Kelompok 8 :
Nabilatul Ummah
(1501070397)
Ni Ketut Lidya Oktapiani
(1501070399)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatus ”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak Program Studi S1- Keperawatan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, Ns.
Venny Erlisa Riskia Irawan, S.Kep,M.Kes yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Malang, 19 Maret 2018
Penulis
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. .LATAR BELAKANG
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal
bernafas
secara
spontan
dan
teratur
segera
setelah
(Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan
berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia
ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi
baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,20111) .penilaian
statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan
bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas
bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2006) yang
mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia
berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt(2001)
perdarahan
pada
memperlihatkan
bayi
sebagai
bahwa
akibat
frekuensi
gangguan
hipoksia
sangat
tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai
akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini
akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari
pertama setelah lahir(james,2009). Penyelidikan patologi anatomis yang
dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(2011) Menunjukkan nekrosis berat
dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.
7
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami
apa yang dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut
asuhan keperawatannya.
1.3. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
4. Apa patofisiologi asfiksia ?
5. Apa komplikasi Asfiksia ?
6. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia ?
1.4 Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1. Mengetahui definisi Asfiksia
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis Asfiksia
3. Mengetahui komplikasi Asfiksia
4. Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
5. Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
6. Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
2.1.1
Konsep Asfiksia Neonatorum
Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir
(Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
bisa bernafas secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,2004).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa
faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
2.1.2
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya asfiksia,
antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus
9
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan
kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
2.1.3
Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
2.1.4
Patway
10
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan faktor lain : anestesi,
resentasi janin abnormal
obat-obatan narkotik
ASFIKSIA
Janin kekurangan O2
Dan kadar CO2 meningkat
Nafas cepat
paru-paru terisi cairan
Pola nafas
tak efektif
Apneu
suplai O2
ke otak
suplai O2
dlm darah
Kerusakan otak
hipotermia
DJJ & TD
respiratorik
Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan
Kematian bayi
Proses keluarga
terhenti
Asidosis
Resiko
infeksi
tidak adekuat
Gg. Kebutuhan nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh
Gejala Klinik
Gg.perfusi ventilasi
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
oksigen
Nafsu makan
2.1.5
Gg.meta
Bolisme &
perubahan
asam basa
11
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
a. Pernafasan terganggu
b. Detik jantung berkurang
c. Reflek / respon bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
2.1.6
Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia
atau hipoksia janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukan tanda-tanda gawat janin untuk menentukan
bayi yang akan dilahirkan terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang
perlu mendapatkan perhatikan.
1.
Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit,
selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensinya turun sampai dibawah
100/menit, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya.
2.
Mekonium Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
terus timbul kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
prosentase kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan
bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.
Pemeriksaan pH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya
pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai
12
tanda bahaya. Dengan penilaian pH darah janin dapat ditemukan derajat
asfiksia yaitu :
Tabel 1.1. Penilaian pH Darah Janin
NO
Hasil Apgar Score
Derajat Asfiksia
Nilai pH
1.
0–3
Berat
< 7,2
2.
4–6
Sedang
7,1 – 7,2
3.
7 – 10
4.
Dengan Menilai Apgar Skor
Ringan
Sumber : Wiroatmodjo, 1994
> 7,2
Cara yang digunakan untuk menentukan derajat asfiksia yaitu
dengan penilaian Apgar Skor. Apgar mengambil batas waktu 1 menit
karena dari hasil penyelidikan sebagian besar bayi baru lahir mempunyai
Apgar terendah pada umur tersebut dan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan tindakan resusitasi aktif. Sedangkan nilai Apgar lima menit
untuk menentukan prognosa dan berhubungan dengan kemungkinan
terjadinya gangguan neurologik di kemudian hari. Ada lima tanda (sign)
yang dinilai oleh Apgar, yaitu :
Tabel 1.2 Apgar Skor
Tanda-tanda
Vital
Nilai = 0
Nilai = 1
Nilai = 2
1. Appearance
(warna kulit)
Seluruh tubuh bayi Warna kulit tubuh
berwarna kebiru- normal, tetapi
biruan atau pucat tangan dan kaki
berwarna kebiruan
Warna kulit
seluruh tubuh
normal
2.
Pulse
(denyut
jantung)
Tidak ada
100 x/ menit
3.
Grimace
(Respons
reflek)
Tidak ada
Menyeringai/
meringis
Meringis, menarik,
batuk, atau bersin
saat
stimulasiMeringis,
menarik, batuk,
atau bersin saat
stimulasi
4.
Activity
Lemah, tidak ada
Lengan dan kaki
Bergerak aktif dan
13
(tonus otot)
5.
gerakan
dalam posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan
Respiratio Tidak bernapas
n
(usaha
bernafas)
spontan
Menangis lemah,
Menangis kuat,
terdengar seperti
pernapasan baik
merintih, pernapasan dan teratur
lambat dan tidak
teratur
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena
peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan
memburuk bila frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah
berkembang. Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah
nomor dua. Bila apnea berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak
berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang
hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung dari dua tanda penting tersebut.
Ada 3 derajat Asfiksia dari hasil Apgar Skor diatas yaitu :
1. Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.
Bayi dalam keadaan merintih, adanya retraksi sela iga, dengan
nafas takipnea ( >60x/menit), bayi tampak sianosis, adanya
pernafasan
cupping
hidung,
bayi
kurang
aktifitas,
pada
pemeriksaan auskultasi terdapat .ronchi, rales, dan wheezing.
2. Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung menurun
menjadi (60 – 80x/menit), usaha nafas lambat, tonus otot baik, bayi
masih bereaksi terhadap rangsangan, bayi sianosis, tidak terjadi
kekurangan O2 yang bermakna selama proses persalinan.
3. Nilai Apgar 0-3, asfiksia berat
14
Pada
pemeriksaan
ditemukan
frekuensi
jantung
kecil
( 1500 gram menggunakan D10%
23
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250 - < 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg
4.
BB/hari
Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
5. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia,
kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan
ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
6. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat
gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta
dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain
halnya dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif
7. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang
diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)
a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan
hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan
24
gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran
neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan
usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi
preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37
C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C,
nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia
berat pernafasan belum teratur.
.
8. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya
dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita
dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1)
Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia
Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
25
Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x
10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah
sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi
cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi
asidosis metabolik.
PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post
asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
2)
HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
Natrium (normal 134-150 mEq/L)
Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3)
Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
3.2.1
Analisa data dan Perumusan Masalah
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data
dan menghubungkan data tersebut dalam konsep, teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
26
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien
(Effendi Nasrul,1995 : 23).
Tabel 1.3 Analisa Data dan Perumusan Masalah
Sign / Symptoms
1. Pernafasan tidak teratur,
Kemungkinan Penyebab
- Riwayat partus lama
Masalah
Gangguan
pernafasan cuping hidung,
- Pendarahan peng-obatan.
pemenuhan
cyanosis, ada lendir pada
- Obstruksi pulmonary
kebutuhan O2
hidung dan mulut, tarikan
- Prematuritas
inter-costal, abnormalitas
gas darah arteri.
2. Akral dingin, cyanosis
- lapisan lemak dalam kulit hipotermia
pada ekstremmitas,
tipis
keadaan umum lemah,
suhu tubuh dibawah
normal
3. Keadaan umum lemah,
- Reflek menghisap lemah
gangguan
reflek menghisap lemah,
pemenuhan
masih terdapat retensi
kebutuhan nutrisi.
pada sonde
4. Suhu tubuh diatas normal,
- Sistem Imunitas yang
tali pusat layu, ada tanda-
Resiko infeksi
belum sempurna
tanda infeksi, abnormal
- Ketuban mekonial
kadar leukosit, kulit
- Tindakan yang tidak
kuning, riwayat persalinan
aseptik
dengan ketuban mekonial
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang
respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalahmasalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien
asfiksia antara lain:
27
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post
asfiksia berat.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
3. hipotermia
4. Resiko infeksi
28
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No.
1
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Gangguan pemenuhan
Tujuan:
kebutuhan O2
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Intervensi
1. Letakkan bayi terlentang
Rasional
1. Memberi rasa nyaman dan
dengan alas yang data,
mengantisipasi flexi leher yang
sehubungan dengan post Kriteria:
kepala lurus, dan leher
dapat mengurangi kelancaran
asfiksia berat
sedikit tengadah/ekstensi
jalan nafas.
- Pernafasan normal 40-60
kali permenit.
dengan meletakkan bantal
- Pernafasan teratur.
atau selimut diatas bahu
- Tidak cyanosis.
bayi sehingga bahu
- Wajah dan seluruh tubuh
terangkat 2-3 cm
Berwarna
kemerahan 2. Bersihkan jalan nafas,
(pink variable).
mulut, hidung bila perlu.
- Gas darah normal
2. Jalan nafas harus tetap
dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas
PH = 7,35 – 7,45
yang sempurna.
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal
dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
3. Deteksi dini adanya kelainan.
29
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
4. Kolaborasi dengan tim
2.
Rasional
4. Menjamin oksigenasi jaringan
medis dalam pemberian
yang adekuat terutama untuk
O2 dan pemeriksaan
jantung dan otak. Dan
kadar gas darah arteri.
peningkatan pada kadar PCO2
menunjukkan hypoventilasi
1. Letakkan bayi terlentang 1. Mengurangi kehilangan panas
Resiko terjadinya
Tujuan
hipotermi sehubungan
Tidak terjadi hipotermia
diatas pemancar panas
pada suhu lingkungan sehingga
dengan adanya roses
Kriteria
(infant warmer)
meletakkan bayi menjadi hangat
persalinan yang lama
Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
dengan ditandai akral
dingin suhu tubuh
Akral hangat
Warna seluruh tubuh kemerahan 2. Singkirkan kain yang
dibawah 36° C
sudah dipakai untuk
mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas
handuk / kain yang
kering dan hangat.
2. Mencegah kehilangan tubuh
melalui konduksi.
30
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
3. Observasi suhu bayi tiap 3. Perubahan suhu tubuh bayi
6 jam.
dapat menentukan tingkat
hipotermia
4. Kolaborasi dengan team 4. Mencegah terjadinya
medis untuk pemberian
hipoglikemia
Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin
3.
diberikan.
1. Lakukan observasi BAB 1. Deteksi adanya kelainan pada
Gangguan pemenuhan
Tujuan
kebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
dan BAK jumlah dan
eliminasi bayi dan segera
sehubungan dengan
Kriteria
frekuensi serta
mendapat tindakan / perawatan
reflek menghisap
- Bayi dapat minum pespeen /
konsistensi.
yang tepat.
lemah.
personde dengan baik.
- Berat badan tidak turun lebih 2. Monitor turgor dan
dari 10%.
mukosa mulut.
2. Menentukan derajat dehidrasi
dari turgor dan mukosa mulut.
- Retensi tidak ada.
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
31
4.
3. Monitor intake dan out
3. Mengetahui keseimbangan
put.
4. Beri ASI sesuai
cairan tubuh (balance)
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
kebutuhan.
5. Lakukan kontrol berat
secara adekuat.
5. Penambahan dan penurunan
badan setiap hari.
1. Lakukan teknik aseptik
berat badan dapat di monito
1. Pada bayi baru lahir daya tahan
Resiko terjadinya
Tujuan:
infeksi
Selama perawatan tidak terjadi
dan antiseptik dalam
komplikasi (infeksi)
memberikan asuhan
Kriteria
- Tidak
ada
tubuhnya kurang / rendah.
keperawatan
tanda-tanda 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Mencegah penyebaran infeksi
infeksi.
sesudah melakukan
- Tidak ada gangguan fungsi
nosokomial.
tindakan.
tubuh.
Tabel 1.4 Perencanaan / Intervensi
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
3. Pakai baju khusus/ short 3. Mencegah masuknya bakteri
waktu masuk ruang
dari baju petugas ke bayi
32
isolasi (kamar bayi)
4. Lakukan perawatan tali
4. Mencegah terjadinya infeksi dan
pusat dengan triple dye 2
memper-cepat pengeringan tali
kali sehari.
pusat karena mengan-dung anti
biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, 5. Mengurangi media untuk
pakaian) dan lingkungan
bayi.
6. Observasi tanda-tanda
pertumbuhan kuman.
6. Deteksi dini adanya kelainan
infeksi dan gejala
kardinal
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No. Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
7. Hindarkan bayi kontak
7. Mencegah terjadinya
dengan sakit.
8. Kolaborasi dengan tim
penularan infeksi.
8. Mencegah infeksi dari
medis untuk pemberian
antibiotik.
pneumonia
33
9. Siapkan pemeriksaan
laboratorat sesuai advis
dokter yaitu pemeriksaan
DL, CRP.
9. Sebagai pemeriksaan
penunjang.
4.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan
keperawatan
adalah
pelaksanaan
asuhan
keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah
ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
5.
Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam
rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang
rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan
keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan
keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan
didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
34
35
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat
lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa
50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan
untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia
muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi
ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua
DAFTAR PUSTAKA
36
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATUS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dibimbing olrh :
Ns. Venny Erlisa Riska Irawan, S.Kep, M.Kep
Disusun Kelompok 8 :
Nabilatul Ummah
(1501070397)
Ni Ketut Lidya Oktapiani
(1501070399)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatus ”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak Program Studi S1- Keperawatan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, Ns.
Venny Erlisa Riskia Irawan, S.Kep,M.Kes yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Malang, 19 Maret 2018
Penulis
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. .LATAR BELAKANG
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal
bernafas
secara
spontan
dan
teratur
segera
setelah
(Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan
berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia
ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi
baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,20111) .penilaian
statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan
bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas
bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2006) yang
mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia
berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt(2001)
perdarahan
pada
memperlihatkan
bayi
sebagai
bahwa
akibat
frekuensi
gangguan
hipoksia
sangat
tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai
akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini
akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari
pertama setelah lahir(james,2009). Penyelidikan patologi anatomis yang
dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(2011) Menunjukkan nekrosis berat
dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.
7
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami
apa yang dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut
asuhan keperawatannya.
1.3. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
4. Apa patofisiologi asfiksia ?
5. Apa komplikasi Asfiksia ?
6. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia ?
1.4 Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1. Mengetahui definisi Asfiksia
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis Asfiksia
3. Mengetahui komplikasi Asfiksia
4. Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
5. Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
6. Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
2.1.1
Konsep Asfiksia Neonatorum
Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir
(Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
bisa bernafas secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,2004).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa
faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
2.1.2
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya asfiksia,
antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus
9
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan
kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
2.1.3
Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
2.1.4
Patway
10
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan faktor lain : anestesi,
resentasi janin abnormal
obat-obatan narkotik
ASFIKSIA
Janin kekurangan O2
Dan kadar CO2 meningkat
Nafas cepat
paru-paru terisi cairan
Pola nafas
tak efektif
Apneu
suplai O2
ke otak
suplai O2
dlm darah
Kerusakan otak
hipotermia
DJJ & TD
respiratorik
Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan
Kematian bayi
Proses keluarga
terhenti
Asidosis
Resiko
infeksi
tidak adekuat
Gg. Kebutuhan nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh
Gejala Klinik
Gg.perfusi ventilasi
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
oksigen
Nafsu makan
2.1.5
Gg.meta
Bolisme &
perubahan
asam basa
11
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
a. Pernafasan terganggu
b. Detik jantung berkurang
c. Reflek / respon bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
2.1.6
Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia
atau hipoksia janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukan tanda-tanda gawat janin untuk menentukan
bayi yang akan dilahirkan terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang
perlu mendapatkan perhatikan.
1.
Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit,
selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak
banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensinya turun sampai dibawah
100/menit, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya.
2.
Mekonium Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
terus timbul kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
prosentase kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan
bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.
Pemeriksaan pH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya
pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai
12
tanda bahaya. Dengan penilaian pH darah janin dapat ditemukan derajat
asfiksia yaitu :
Tabel 1.1. Penilaian pH Darah Janin
NO
Hasil Apgar Score
Derajat Asfiksia
Nilai pH
1.
0–3
Berat
< 7,2
2.
4–6
Sedang
7,1 – 7,2
3.
7 – 10
4.
Dengan Menilai Apgar Skor
Ringan
Sumber : Wiroatmodjo, 1994
> 7,2
Cara yang digunakan untuk menentukan derajat asfiksia yaitu
dengan penilaian Apgar Skor. Apgar mengambil batas waktu 1 menit
karena dari hasil penyelidikan sebagian besar bayi baru lahir mempunyai
Apgar terendah pada umur tersebut dan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan tindakan resusitasi aktif. Sedangkan nilai Apgar lima menit
untuk menentukan prognosa dan berhubungan dengan kemungkinan
terjadinya gangguan neurologik di kemudian hari. Ada lima tanda (sign)
yang dinilai oleh Apgar, yaitu :
Tabel 1.2 Apgar Skor
Tanda-tanda
Vital
Nilai = 0
Nilai = 1
Nilai = 2
1. Appearance
(warna kulit)
Seluruh tubuh bayi Warna kulit tubuh
berwarna kebiru- normal, tetapi
biruan atau pucat tangan dan kaki
berwarna kebiruan
Warna kulit
seluruh tubuh
normal
2.
Pulse
(denyut
jantung)
Tidak ada
100 x/ menit
3.
Grimace
(Respons
reflek)
Tidak ada
Menyeringai/
meringis
Meringis, menarik,
batuk, atau bersin
saat
stimulasiMeringis,
menarik, batuk,
atau bersin saat
stimulasi
4.
Activity
Lemah, tidak ada
Lengan dan kaki
Bergerak aktif dan
13
(tonus otot)
5.
gerakan
dalam posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan
Respiratio Tidak bernapas
n
(usaha
bernafas)
spontan
Menangis lemah,
Menangis kuat,
terdengar seperti
pernapasan baik
merintih, pernapasan dan teratur
lambat dan tidak
teratur
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena
peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan
memburuk bila frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah
berkembang. Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah
nomor dua. Bila apnea berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak
berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang
hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung dari dua tanda penting tersebut.
Ada 3 derajat Asfiksia dari hasil Apgar Skor diatas yaitu :
1. Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.
Bayi dalam keadaan merintih, adanya retraksi sela iga, dengan
nafas takipnea ( >60x/menit), bayi tampak sianosis, adanya
pernafasan
cupping
hidung,
bayi
kurang
aktifitas,
pada
pemeriksaan auskultasi terdapat .ronchi, rales, dan wheezing.
2. Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung menurun
menjadi (60 – 80x/menit), usaha nafas lambat, tonus otot baik, bayi
masih bereaksi terhadap rangsangan, bayi sianosis, tidak terjadi
kekurangan O2 yang bermakna selama proses persalinan.
3. Nilai Apgar 0-3, asfiksia berat
14
Pada
pemeriksaan
ditemukan
frekuensi
jantung
kecil
( 1500 gram menggunakan D10%
23
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250 - < 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg
4.
BB/hari
Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
5. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia,
kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan
ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
6. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat
gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta
dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain
halnya dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif
7. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang
diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)
a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan
hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan
24
gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran
neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan
usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi
preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37
C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C,
nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia
berat pernafasan belum teratur.
.
8. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya
dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita
dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1)
Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia
Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
25
Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x
10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah
sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi
cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi
asidosis metabolik.
PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post
asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
2)
HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
Natrium (normal 134-150 mEq/L)
Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3)
Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
3.2.1
Analisa data dan Perumusan Masalah
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data
dan menghubungkan data tersebut dalam konsep, teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
26
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien
(Effendi Nasrul,1995 : 23).
Tabel 1.3 Analisa Data dan Perumusan Masalah
Sign / Symptoms
1. Pernafasan tidak teratur,
Kemungkinan Penyebab
- Riwayat partus lama
Masalah
Gangguan
pernafasan cuping hidung,
- Pendarahan peng-obatan.
pemenuhan
cyanosis, ada lendir pada
- Obstruksi pulmonary
kebutuhan O2
hidung dan mulut, tarikan
- Prematuritas
inter-costal, abnormalitas
gas darah arteri.
2. Akral dingin, cyanosis
- lapisan lemak dalam kulit hipotermia
pada ekstremmitas,
tipis
keadaan umum lemah,
suhu tubuh dibawah
normal
3. Keadaan umum lemah,
- Reflek menghisap lemah
gangguan
reflek menghisap lemah,
pemenuhan
masih terdapat retensi
kebutuhan nutrisi.
pada sonde
4. Suhu tubuh diatas normal,
- Sistem Imunitas yang
tali pusat layu, ada tanda-
Resiko infeksi
belum sempurna
tanda infeksi, abnormal
- Ketuban mekonial
kadar leukosit, kulit
- Tindakan yang tidak
kuning, riwayat persalinan
aseptik
dengan ketuban mekonial
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang
respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalahmasalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien
asfiksia antara lain:
27
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post
asfiksia berat.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
3. hipotermia
4. Resiko infeksi
28
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No.
1
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Gangguan pemenuhan
Tujuan:
kebutuhan O2
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Intervensi
1. Letakkan bayi terlentang
Rasional
1. Memberi rasa nyaman dan
dengan alas yang data,
mengantisipasi flexi leher yang
sehubungan dengan post Kriteria:
kepala lurus, dan leher
dapat mengurangi kelancaran
asfiksia berat
sedikit tengadah/ekstensi
jalan nafas.
- Pernafasan normal 40-60
kali permenit.
dengan meletakkan bantal
- Pernafasan teratur.
atau selimut diatas bahu
- Tidak cyanosis.
bayi sehingga bahu
- Wajah dan seluruh tubuh
terangkat 2-3 cm
Berwarna
kemerahan 2. Bersihkan jalan nafas,
(pink variable).
mulut, hidung bila perlu.
- Gas darah normal
2. Jalan nafas harus tetap
dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas
PH = 7,35 – 7,45
yang sempurna.
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal
dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
3. Deteksi dini adanya kelainan.
29
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
4. Kolaborasi dengan tim
2.
Rasional
4. Menjamin oksigenasi jaringan
medis dalam pemberian
yang adekuat terutama untuk
O2 dan pemeriksaan
jantung dan otak. Dan
kadar gas darah arteri.
peningkatan pada kadar PCO2
menunjukkan hypoventilasi
1. Letakkan bayi terlentang 1. Mengurangi kehilangan panas
Resiko terjadinya
Tujuan
hipotermi sehubungan
Tidak terjadi hipotermia
diatas pemancar panas
pada suhu lingkungan sehingga
dengan adanya roses
Kriteria
(infant warmer)
meletakkan bayi menjadi hangat
persalinan yang lama
Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
dengan ditandai akral
dingin suhu tubuh
Akral hangat
Warna seluruh tubuh kemerahan 2. Singkirkan kain yang
dibawah 36° C
sudah dipakai untuk
mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas
handuk / kain yang
kering dan hangat.
2. Mencegah kehilangan tubuh
melalui konduksi.
30
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
3. Observasi suhu bayi tiap 3. Perubahan suhu tubuh bayi
6 jam.
dapat menentukan tingkat
hipotermia
4. Kolaborasi dengan team 4. Mencegah terjadinya
medis untuk pemberian
hipoglikemia
Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin
3.
diberikan.
1. Lakukan observasi BAB 1. Deteksi adanya kelainan pada
Gangguan pemenuhan
Tujuan
kebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
dan BAK jumlah dan
eliminasi bayi dan segera
sehubungan dengan
Kriteria
frekuensi serta
mendapat tindakan / perawatan
reflek menghisap
- Bayi dapat minum pespeen /
konsistensi.
yang tepat.
lemah.
personde dengan baik.
- Berat badan tidak turun lebih 2. Monitor turgor dan
dari 10%.
mukosa mulut.
2. Menentukan derajat dehidrasi
dari turgor dan mukosa mulut.
- Retensi tidak ada.
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
31
4.
3. Monitor intake dan out
3. Mengetahui keseimbangan
put.
4. Beri ASI sesuai
cairan tubuh (balance)
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
kebutuhan.
5. Lakukan kontrol berat
secara adekuat.
5. Penambahan dan penurunan
badan setiap hari.
1. Lakukan teknik aseptik
berat badan dapat di monito
1. Pada bayi baru lahir daya tahan
Resiko terjadinya
Tujuan:
infeksi
Selama perawatan tidak terjadi
dan antiseptik dalam
komplikasi (infeksi)
memberikan asuhan
Kriteria
- Tidak
ada
tubuhnya kurang / rendah.
keperawatan
tanda-tanda 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Mencegah penyebaran infeksi
infeksi.
sesudah melakukan
- Tidak ada gangguan fungsi
nosokomial.
tindakan.
tubuh.
Tabel 1.4 Perencanaan / Intervensi
No.
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
3. Pakai baju khusus/ short 3. Mencegah masuknya bakteri
waktu masuk ruang
dari baju petugas ke bayi
32
isolasi (kamar bayi)
4. Lakukan perawatan tali
4. Mencegah terjadinya infeksi dan
pusat dengan triple dye 2
memper-cepat pengeringan tali
kali sehari.
pusat karena mengan-dung anti
biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, 5. Mengurangi media untuk
pakaian) dan lingkungan
bayi.
6. Observasi tanda-tanda
pertumbuhan kuman.
6. Deteksi dini adanya kelainan
infeksi dan gejala
kardinal
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No. Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
7. Hindarkan bayi kontak
7. Mencegah terjadinya
dengan sakit.
8. Kolaborasi dengan tim
penularan infeksi.
8. Mencegah infeksi dari
medis untuk pemberian
antibiotik.
pneumonia
33
9. Siapkan pemeriksaan
laboratorat sesuai advis
dokter yaitu pemeriksaan
DL, CRP.
9. Sebagai pemeriksaan
penunjang.
4.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan
keperawatan
adalah
pelaksanaan
asuhan
keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah
ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
5.
Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam
rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang
rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan
keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan
keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan
didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
34
35
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat
lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa
50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan
untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia
muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi
ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua
DAFTAR PUSTAKA
36
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.