LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWAT (6)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC
LP TBC (tuberkulosis)

TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN
TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. ( Irman Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika).
Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi akibat mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Junaidi,
Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta: Buana Ilmu Populer).

ANATOMI dan FISIOLOGI

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru meliputi 2 bagian yaitu :
Saluran pernafasan bagian atas (upper respiratory Airway).
Secara umum fungsi utama dari saluran pernafasan atas adalah:
Air conduction kepada saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas.
Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing.
Warming filtration dan humadification dari udara yang inspirasi.
Terdiri dari :


Hidung (cavum nasalis)
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam. rongga hidung
Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.Dinamakan sesuai dengan
tulang dimana dia derada terdiri atas sinus frotalis,sinus etmoidalis,sinus spenoidalis,dan sinus
maksilaris.Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan humidifikasi,meringankan
berat tulang tengkorak,serta mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.
Faring (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinxfaringeal).
Laring (tenggorok)
terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan
dari farinx. sampai ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya.
Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membrane

Saluran pernafasan bagian bawah (lower airway).
Ditinjau dari fungsinya umum,saluran pernafasan bagian bawah terbagi menjadi dua

komponen,yaitu sebagai berikut :
Saluran udara kondusif

:

Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis,terdiri atas trakea,bronki,dan bronkioli.
Satuan respiratorius terminal ( kadang kala disebut dengan acini) :

Yaitu saluran udara konduktif,fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan
keluar dari satuan respiratorius terminal,yana merupakan tempat pertukaran gas yang
sesungguhnya.Alveoli merupakan bagian dari satuan respiratorius terminal.
Terdiri dari :
Trakea
Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx sarnpai
kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua
bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot
Bronkus dan bronkiolus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis

kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan
lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian
menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil
yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh
otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveoli

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas sinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat

sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus yang melapisi
rongga toraksdipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru –paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu
parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang
berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus
dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial
venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
Torak, diafragma dan pleura
Rongga torak berfungsi melindungi paru-paru,jantung,dan pembuluh darah besar.Bagian rongga
thoraks terdiri atas 12 iga (kosta.Pada bagian atas torak di daerah leher terdapat dua otot
tambahan inspirasi adalah skaleneus dan sternokleidomastoideus.Otot sklaneus menaikkan
tulang iga ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk memperluas rongga dada atas dan menstabilkan
dinding dada.Otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum.Otot parastemal,trapezius, dan
pektoralis juga merupakan otot tambahan inspirasi yang berguna untuk meningkatkan kerja
panas.
Diantara tulang igaterdapat otot interkostal.Otot interkostal eksternum yang menggerakkan

tulang iga ke atas dan ke depan,sehingga dapat meningkatkan diameter anteroposterior dari
dinding dada.
Diafragma terletak di bawah rongga toraks.Pada keadaan relaksasi,diafragma ini berbentuk
kubah.Pengaturan otot diafragma (nervus frenikus)terdapat pada tulang belakang (spinal cord)

di servikal ke-3 (C3).Oleh karena itu,jika terjadi kecelakaan pada syaraf C3,maka akan
menyebabkan gangguan ventilasi.
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru.Terdapat 2 macam pleura,yaitu
parietal yang melapisi rongga toraks dan pleura viseral yang menutupi setiap paru-paru.Diantara
kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua
permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi,dan mencegah pemisahan toraks
dan paru-paru.Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir sehingga
mencegah terjadinya kolaps paru.Jika pleura bermasalah seperti mengalami peradangan,maka
udara cairan dapat maasuk ke dalam rongga pleura.Hal tersebut dapat menyebabkan paru-paru
tertekan dan kolaps.

Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan
C02 dikeluarkan keudara ekspirasi dapat dibagi menjadi 2 stadium yaitu :
Stadium pertama
Ventilasi yaitu : masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. karena ada selisih

tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot.

Stadium kedua
Transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu :
Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara darah sistemik
dan sel.-sel jaringan
Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam
alveolus.
Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna menipak-an
stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi,
dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru

Transportasi yaitu : tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan
mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas.
Perfusi yaitu : pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru
membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam
kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang
normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang
kecuali pada apeks paru-paru.


ETIOLOGI
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobacterium
tuberculosis tipe humanus,sejenis kuman yang berbentuk panjang 1-4mm dan tebal 0,30,6mm.Terdiri atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam,gangguan
kimia dan fisik.Kuman ini tahan pada udara kering dan keadaan dingin (lemari es) dan sifatnya
dormant yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Dan juga bersifat aerob.
Tuberculosis paru merupakan infeksi saluran penting pernafasan.Basil mycobacterium masuk ke
dalam jaringan paru melalui saluran nafas (dropplet infection) sampai alveoli an terjadilah
infeksi primer (Ghon) kemudian ke kelenjar getah bening,terjadilah primer kompleks yang
disebut “Tuberculosis Primer”.Sebagian besar mengalami penyembuhan .Peradangan terjadi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhdap basi mycobacterium,pada usia 1-3
th.Sedangkan “Tuberculosis Post Primer”(reinfection) adalah peradangan terjadi jaringan paru
oleh karena penularan ulang.

TANDA dan GEJALA
Sistemik

:

Malaise,anoreksia, berat badan menurun, keringat malam


Akut : demam tinggi,seperti flu,menggigil
Milier : demam akut,sesak nafas,sianosis
Respiratorik

:

Batuk lama lebih dari 2 minggu, sputum yang mukoid/mukopurulen, yeri dada, batuk darah, dan
gejala lain yaitu bila ada tanda-tanda penyebaran ke organ lain seperti pleura akan terjadi nyeri
pleura, sesak nafas ataupun gejala meningeal yaitu nyeri kepala, kaku kuduk, dll.

KLASIFIKASI TBC PARU
Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam 2 bentuk yaitu :
Tuberkulosis primer
Adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap
bakteri TB.Bila bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran pernafasan dan mencapai alveoli
atau bagian terminal saluran pernafasan,maka bakteri akan ditanggkap dan dihancurkan oleh
makrofag yang berada di alveoli.Jika pada proses ini,bakteri ditanggkap oleh makrofag yang
lemah,maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan
menghancurkan makrofag.Dari proses ini,dihasilkan bahan kemotaksis yang menarik monosit

(makrofag) dari aliran darah embentuk tuberkel.Sebelum menghancurkan bakteri makrofag
harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan oleh limfosit T.
Tidak smua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama.Ada makrofag yang
berfungsi pembunuh,pencerna bakteri,dan merangsang limfosit.Beberapa makrofag
menghasilkan protease elastase,kolagenase,serta colony stimulating faktor untuk merangsang
produksi monosit dan granulosit pada sumsum tulang.Bakteri TB mwnyebar melalui saluran
perrnafasan melalui getah bening regional (hilus) membentuk epitiolit granuloma.Granuloma
mengalani nekrosis sentral sebagai akibat timbulnya hipersensitifitas seluler (delayed
hipersensitifity) terhadap bakteri TB.Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes
tuberkulin.Hipersensitifitas seluler terlihat sebagai akumulasi lokal dari lifosit dan makrofag.

Bakteri TB yang berada dalam alveoli akan membentuk fokus lokal (fokus ghon),sedangkan
fokus inisial bersama-sama dengan limfa denopati bertempat di hilus (kompleks primer
ranks)dan disebut juga TB primer.Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral dengan sub
pleura terletak di atas atau di bawah sifura interlobaris,atau di bagian basal dari lobus
inferior.Bakteri ini menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan
tersangkut pada berbagai organ.Jadi TB primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.

Tuberkulosis sekunder
Telah terjadi resolusi dari infeksi primer,sejumlah kecil bakteri TB masih hidup dalam keadaan

dorman di jaringan parut.Sebanyak 90% diantaranya tidak mengalami kekambuhan.Reaktifasi
penyakit TB (TB paca primer/TB sekunder) terjadi bila daya tahan tubuh menurun,
alkoholisme,keganasan,silikosis,DM,dan aids.
Berbeda dengan TB primer pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan orga lainnya jarang
terkena,lesi lebih terbatas dan terlokalisasi.Reaksi imunologis terjadi dengan adanya
pembentukan granuloma,mirip dengan yang terjadi pada TB primer.Tetapi,nekrosis jaringan
lebih mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut tuborkulema.
Plotease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menybabkan pelunakan bahan kaseosar.
Secara umum, dapat dikatakan bahawa terbentuknya kafisatas dan manifestasi lainnya dari TB
sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas .
TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber eksogen , terutama
pada usia tua dengan riwayat massa muda pernah terinfeksi bakteri TB. Bisanya hal ini terjadi
pada daerah artikel atau segmen postarior lobus superior, 10-20 mm dari pleura dan segmen
apikel lobus interior.Hal ini mungkin disebabkan oleh kaadar oksigen yang tinggi didaerah ini
sehingga mengungtungkan untuk pertumbuhan penyakit TB.
Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru . Kerusakan paru disebabkan oleh produksi
sitokin yang berlebihan . Kavitas diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal dan berisi pembuluh
darah vulmonal. Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lainnya

pada kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergilus yang menumbuhkan

micotema(isa,2001).

PATOFISIOLOGI
Port de’entri kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,saluran pencernaan
dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air bone) yaitu melalui
inhalasi dropplet yang mengandung kuman-kuman basil tubercle yang terinfeksi.
Basil tubercle yang mencapai alveolus biasanya diinhalasi terdiri satu sampai tiga gumpalan
basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruang alveolus yaitu bawah an mengakibatkan
peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit
bacteria,namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.Pneumonia selular ini dapat sembuh
dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus
dan bakteri akan terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel.Basil juga menyebar melalui
getah bening menuju ke getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tubercle epiteloit,yang dikelilingi
oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 hr.

KOMPLIKASI
Komplikasi dini:
pleuritis
efusi pleura
empiema

laringitis
TB usus

Komplikasi lanjut
obstruksi jalan napas
kor pulmonale
amiloidosis
karsinoma paru
sindrom gagal napa
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan Rontgen thoraks ,sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan suatu
kelainan pada paru.
Pemeriksaan Rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini
bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAI,apakah sama
baiknya dengan respon klien.Penyembuhan yang lengkap seringkali terjadi di beberapa area dan
ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap.

Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi
nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskular, bronkhiektasis, dan
emfisema perisikatrisial.

Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan
lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen Thoraks biasa.

Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta
mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal sebelum
penggunaan OAT.
Hasil pemeriksaan Rontgen thoraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier. Pada
beberapa klien TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil Rontgen thoraks, tetapi ada
beberapa kasus, bentuk milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan penyakitnya.

Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri.Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainya harus
dilihat sifat koloni,waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan
kepekaan terhadap OAT dan percobaan,dan perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen Mycobacterium.
Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium TB adalah :
Sptum klien
Urine
Cairan kumbah lambung
Bahan-bahan lin seperti,pus,cairan serebrospinal(sumsum tulang belakang),cairan
pleura,jaringan tubuh,feses,dan swab tenggorok

Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif adalah
pemeriksaan laju endap darah (LED).Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan
peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA(Loman,2001)

PENATALAKSANAAN MEDIS
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian :

Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan kontak,yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita
TB paru BTA positif.
Mass chest X-ray,yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu
misalnya:
Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan
Penghuni rumah tahanan
Siswa-siswi pesantren
Vaksinasi BCG, yaitu reaksi positif jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat
reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7hr setelah penyuntikan.
Kemoprokfilaksis,yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12bln dengan tujuan
menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
Komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis ke pada masyarakat di
tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.
Pengobatan Tuberkolosis Paru
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati,juga untuk mencegah
kematian,kekambuhan,resistensi terhadap OAT,serta memutuskan mata rantai penularan.

Penemuan Penderita

Penatalaksanaan Terapeutik
Nutrisi adekuat
Kemoterapi

:

Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif diberikan selama 1824bln,dosis 10-20 mg/kg BB /hr melalui oral.
Kombinasi (NH,rifampicin,dan pyrazinamid) diberikan selama 6bln.
Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler) dan ethambutol.
Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti TB,untuk mengurangi respon
peradangan,misalnya pada meningitis.
Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil.Dilakukan dengan mengangkat jaringan
paru yang rusak.
Pencegahan

:

Menghindari kontak dengan orang yang terifeksi basil TB,pertahanan intake nutrisi yang yang
adekuat.Pemberian imunisasi BCG untuk menigkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi basil
TB virulen.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TBC PARU

PENGKAJIAN

Anamnesis
Keluhan utama
Tuberculosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah klien gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang
asimptomatik.
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim
kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
Keluhan respiratoris, meliputi :
Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat non produktif / produktif / sputum
bercampur darah.
Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan utama untuk meminta
pertolongan kesehatan.Hal ini disebabkan rasa takut klien pada darah yang keluar dari jalan
nafas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood
streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah.
Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal

Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena TB

Keluhan sistemis, meliputi :
Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam
influenza, hilang timbul dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek.
Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu-bulan.
Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas-walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.

Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang bersifat
ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “Ya atau Tidak” atau hanya dengan
anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus
menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul (onset). Pada klien dengan pneumonia,
keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk
yang biasa dan dipasaran.
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan,
mula-mula nonproduktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi
kerusakan jaringan. Batuk akan timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus,
dimana terjadi iritasi bronkhus selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkhus, batuk
akan menjadi produktif yang berguna untuk membuang produk ekskresi peradangan dengan
sputum yang bersifat mukoid atau purulen.

Klien TB paru sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah menimbulkan kecemasan
pada diri klien karena batuk darah sering dianggap sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit
yang diidapnya. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan pelayanan
keperawatan yang baik pada klien dengan memberi penjelasan tentang kondisi yang sedang
terjadi pada dirinya.
Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak
napas, maka perawata perlu mengarahkan atau menegaskan pertanyaan untuk membedakan
antara sesak napas yang disebabkan oleh gangguan pada sistem pernapasan dan sistem
kardiovaskular.
Sesak napas yang disebabkan oleh tb paru, biasanya akan ditemukan gejala jika tingkat
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertainya seperti efusi
pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan
sesak napas, maka dapat dibedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak.

Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain,
pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes
melitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu masih
relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi
dimasa lalu. Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering
kali klien mengacaykan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang
seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada
klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya
anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.

Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini
pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam
rumah.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas padang dengan
menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu,perlu dinilai secara umum tentang kesadaran
klien yang terdiri atas compos mentis, apatis, samnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Seorang perawt perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang konsep anatomi
fisiologi umum sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umum, kesadaran dan pengukuran
GCS bila kesadaran klien menurun yang memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak
napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti
hipertensi.

PENGKAJIAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkn perawat untuk
memperoleh presepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat
mengumpulkan data hasil pemeriksaan klien tentang kapasitan fisik dan intelektual saat ini.
Data ini penting untuk menentukan tigkat perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang
saksama. Pada kondisi klinis, klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan bertingkat
sesuai dengan keluhan yang dialaminya.

Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman klien bertempat tinggal. Hal ini penting
mengungat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman
padat dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di tempat yang kumuh
dengan pentilasi dan pencahayaan sinar mathari yang kurang.
TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang masyarakat miskin karena tidak
sanggup meningkatkan daya tahan tubuh non spesifik dan mengkonsumsi makanan kurang
bergizi. Selain itu, juga karena ketidak sanggupan membeli obat, ditambah lagi kemiskinan
membuat individu nya diharuskan bekerja secara fisik sehingga memprsulit penyembuhan
penyakitnya.
Klien TB paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka sering kali tidak menyadari
bahwa penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal yang penting. Pendidikan yang
rendah sering kali menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai taraf hidup yang baik. Padahal, taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk
penjagaan kesehatan umumnya dan dalam menghadapi infeksi.

DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
AKTIFITAS/ ISTIRAHAT
Gejala

:

- Kelelahan umum dan kelemahan

- Nafas pendek karena kerja
- Kesulitan tidur pada malam atau demam malam
- Hari, menggigil, dan / berkeringat.
- Mimpi buruk

Tanda

: - Takikardia, Takipnea/ dispnea pada keja

- Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut)

INTEGRITAS EGO
Gejala

:

- Adanya /faktor stres lama

- Masalah keuangan, rumah
- Perasaan tak berdaya/ tak ada harapan
- Populasi budaya/ etnik : amerika asli atau, Imigran dari amerika tengah, asia tenggara,
indian.

Tanda

: - Menyangkal (khususnya selama tahap dini)

- Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala

:

- Kehilangan nafsu makan

- Tak dapat mencerna
- Penurunan berat badan

Tanda

:

- Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik

- Kehilangan otot / hilang lemak subkutan

NYERI /KENYAMANAN
Gejala

:

- Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda

: - Berhati-hati pada area yang sakit

- Perilaku distraksi, gelisah

PERNAFASAN
Gejala

:

- Batuk, produktif / tak produktif

- Nafas pendek

Tanda

:

- Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit

- Luas / fibrosis parenkin paru dan pleura)
- Pengembangan pernafasan tak simetri (efusi pleura)
- Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
- Pleura / penebalan pleural). Bunyi nafas :menurun/
Tak ada secara bilateral / unilateral. (efusi pleural/
Pneumotoraks). Bunyi nafas tubuler dan / bisikan
pektoral diatas lesi luas. Krekels tercatat diatas
- Aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk
- Pendek ( krekels postusik)
- Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid
- Kuning, / bercak darah
- Deviasi trakeal (penyebab bronkogenik)
- Tak perhatian , mudah terangsang yang nyata,

- Perubahan mental ( tahap lanjut)

KEAMANAN
Gejala

:

- Adanya kondisi penekanan imun,contoh AIDS,

Kanker.Tes HIV positif.

Tanda

: - Demam rendah atau sakit panas akut.

INTERAKSI SOSIAL
Gejala

:

- Perasaan isolasi /penolakan karena penyakit me-

Nular. Perubaahan pola biasa dalam tanggung jawab kapasitas fisik untuk melakanakan peran.

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala

:

- Riwayat keluarga TB

- Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk
- Gagal untuk membaik/kambuhnya TB.
- Tidak berpartisipasi dengan terapi.

Pertimbangan
Rencana Pemulangan

: DRG menujukan rerata lama dirawat : 6,6 hari
:

Memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan

bantuan perawatan diri dan pemeliharaan rumah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptitis, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/faringeal.
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efekftif
paru,atelektasis,kerusakan membran alveolar-kapiler,dan edema bronkial
Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan,
anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh
Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas
Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan pengobatan yang berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
.Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan dengan kerusakan
jaringan/tambahan infeksi.

PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Diagnosa pertama

Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptitis, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakheal/faringeal
Tujuan : Kebersihan jalan nafas kembali efektif
Kriteria evaluasi :
-klien dapat melakukan batuk efektif
-pernafasan klien normal (16-20) tanpa penggunaan alat bantu nafas.Bunyi nafas normal ,Rh-/dan pergerakan pernafasan normal

Rencana intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi pernapsan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu
napas)

Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi

sekret dan ketidakefelaktifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja pernapsan
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum, dan adanya hemoptisis
Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).
Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkhial dan memerlukan
intervensi lebih lanjut.
Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan bantu klien berlatih napas dalam dan batuk efektif
Posisi fowler memasksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk
dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali tidak diindikasikan

Hidrasi yang

adekuat membantu mengecerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas

Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan pengisapan (suction)

Mencegah

obstruksi dan aspirasi. Pengisapan diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2
fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirazinamid, Strptomisin, dan Etambutol
Agen mukolitik

Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk

memudahkan pembersihan
Bronkodilator

Bronkodilator meningkatkan diameter percabangan trakeobronkhial sehingga

menurunkan tahanan terhadap aliran udara
Kortikosteroid

Kortikosteroid berguna untuk keterlibatan luas pada hipoksemia dan bila

reaksi inflamasi mengancam kehidupan

Diagnosa kedua

Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan : pola nafas kembali efektif
Kriteria evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif
Irama,frekuensi,dan kedalaman pernafasan berada pada batas normal,pada pemeriksaan
Rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan,dan bunyi nafas terdengar jelas.

Rencana intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab

Dengan mengindentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan

jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat
Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis, dan perubahan tanda vital
Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologis dan
nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok akibat hipoksia
Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan miring pada sisi yang sakit, bantu klien latihan
napas dalam dan batuk efektif

Posisi fowler memasksimalkan ekspansi paru dan menurunkan

upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke
jalan napas besar untuk dikeluarkan
Auskultasi bunyi napas

Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi

satu lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unilateral)
Kaji pengembangan dada dan posisi trakhea

Ekspandi paru menurun pada area kolaps.

Deviasi trakhea ke arah sisi yang sehat pada tension pneumothoraks
Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis atau kalau perlu WSD

Bertujuan sebagai evakuasi

cairan atau udara dan memudahkan ekpansi paru secara maksimal
Bila dipasang WSD ; periksa pengontrol pengisap dan jumlah isapan yang benar
Mempertahankan tekanan negatif intrapleural yang meningkatkan ekspansi paru optium
Periksa batas cairan pada botol pengisap dan pertahankan pada batas yang ditentukan

Air

dalam botol penampung berfungsi sebagai sekat yang mencegah udara atmosfer masuk kedalam
pleura
Observasi gelembung udara dalam botol penampung

Gelembung udara selama ekspirasi

menunjukkan keluarnya udara dari pleura sesuai dengan yang diharapkan. Gelembung biasanya
menurun seiring dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya gelembung udara dapat
menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah optimal atau tersumbatnya selang drainase

Setelah WSD dilepas, tutup sisi labung masuk dengan kassa steril dan observasi tanda yang
dapat menunjukkan berulangnya pneumothoraks seperti napas pendek, keluhan nyeri.

Deteksi

dini terjadinya komplikasi penting seperti berulangnya pneumothoraks

Diagnosa ketiga

Resiko tinggi ganguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efekftif
paru,atelektasis,kerusakan membran alveolar-kapiler,dan edema bronkial
Tujuan : gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
Melaporkan adanya/penurunan dipsnea
Klien menunjukkan tidak ada gejala distres pernafasan.
Menunjukkan perbaikan Ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri
dalam rentan normal.

Rencana intervensi Rasional
Mandiri
Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi thoraks, dan
kelemahan
TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkhopneumonia sampai
inflamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura, dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap
pernapasan bervariasi dari gejala ringan, dispnea berat, sampai distres pernapasan

Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, dan perubahan warna kulit, termasuk
membran mukosa dan kuku

Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat

dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh
Tunjukan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk klien dengan fibrosis
dan kerusakan parenkim paru

Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah

kolaps/penyempitan jalan napas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan
mengurangi napas pendek
Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai
keadaan klien

Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan

dapat menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai
keadaan klien.

Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dan

dapat menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi pemeriksaan AGD

Penurunan kadar 02 (P02) dan atau saturasi dan peningkatan

PC02 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi atau perubahan program terapi.

Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan

Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia

yang terjadi akibat penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
Kortikosteroid

Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada hipoksemia dan bila

reaksi inflamasi mengancam kehidupan

Diganosa keempat

Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan,
anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh
Tujuan : intake nutrisi klien terpenuhi
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang menjadi adekuat
Pernyataan motifasi kuta untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

Rencana intervensi Rasional
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, derajat penurunan berat badan, integritas
mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual atau muntah dan diare

Memvalidasi dan

menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)
Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake gizi
Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu)

Berguna

dalam mengukur keefektifan intake gizi dan dukungan cairan
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah
intervensi atau pemeriksaan per-oral Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa
sputum atau obat pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah
Fasilitas pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering

Memaksimalkan intake

nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat
Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien
Kolarborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum, dan albumin
Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya

Kolaborasi untuk pemberian multivitamin

Multivitamin bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari peningkatan laju metabolisme umum

Diagnosa kelima

Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
( ketidakmampuan untuk bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas
Tujuan : klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga tidak terjadi kecemasan
Kriteria evaluasi :
Klien terlihat mampu bernafas secara normal dan mampu beradaptasi dengan
keadaanya.Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai.

Rencana intervensi Rasional
Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping yang ada

Pemanfaatan sumber koping yang ada

secara konstruktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stress
Ajarkan teknik relaksasi

Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan klien

Hubungan saling percaya

membantu memperlancar proses terapeutik
Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas. Tindakan yang tepat diperlukan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi
kecemasan

Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya

Rasa cemas merupakan efek emosi

sehingga apabila sudah terindentifikasi dengan baik, maka perasaan yang mengganggu dapat
diketahui

Diagnosa keenam

Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi ,aturan pengobatan yang berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
Tujuan : klien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan
Kriteria evaluasi :
klien terlihat mengalami penurunan potensi penularan penyakit yang ditunjukkan oleh
kegagalan kontak klien.

Rencana intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum,
pengetahuan klien sebelumnya, dan suasana yang tepat)

Keberhasilan proses pembelajaran

dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan kondusif
Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan mengapa
pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama

Meningkatkan partisipasi klien dalam

program pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya kondisi fisik klien sebelum
jadwal terapi selesai
Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala atau tanda reaktivasi penyakit
(hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, dan vertigo)

Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang memerlukan evaluasi
lanjut
Tekanan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang mengandung protein dan kalori yang
tinggi serta intake cairan yang cukup setiap hari

Diet TKTP dan cairan yang adekuat

memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal itu akan
meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan penyakitnya.

Diagnosa ketujuh

Infeksi,resiko tinggi,(penyebaran/aktifasi ulang) berhubungan dengan kerusakan
jaringan/tambahan infeksi
Tujuan : infeksi karena jaringan/tambahan infeksi dapat teratasi
Kriteria evaluasi :
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi
menunjukkan teknik/melakukan pola hidup untu meningkatkan lingkungan yang aman

Rencana intervensi Rasional
Kaji patologi penyakit ( aktif/fase tak aktif : diseminasi infeksi melalui bronkus untuk
membatasi jaringan atau melalui alian darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama batuk,bersin,meludah,bicara,tertawa,menyanyi.

Membantu

pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah
pengaktifan berulang/komplikasi.Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran
kemungkinan transmisi membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk
mencegah infeksi ke orang lain.

Identifikasi orang lain yang berisiko ,contoh anggota rumah,sahabat karib/teman.

Orang-

orang yang terpajang ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya
infeksi.
Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari
meludah..kaji pembuangan tissue sekali pakai dan tehnik mencuci tangan yang tepat.dorong
untuk mengulangi demontrasi.

Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.

Kaji tindakan kontrol infeksi sementara,contoh masker atau isolasi pernafasan.

Dapat

membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan
penyakit menular.
Awasi suhu sesuai indikasi .

Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.

Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberculosis,contoh tahanan
bawah (lkoholisme,mal nutrisi/bedah bypass intestinal): gunakan obat penekan
imun/kortikostreroid;adanya diabetes melitus,kanker,kalium.

Pengetahuan tentang faktor ini

mebantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

Periode singkat berakhir 2 s/d 3 hari

setelah kemoterapi awal,tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang,resikopenyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya
terapi. Alat dalam pengawsan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi.
Dorong memilih/mencerna makanan seimbang.berikan makan sering kecil makanan kecil pada
jumlah makanan besar yang tepat. Adanya anoreksia/mal nutrisi sebelumnya merendahkan
tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.makan kecil dapat
meningkatkan pemasukan semua.

Kolaborasi

Pirazinamida (PZA/aldinamide),para-amino salicic
(PAS),silokserin(seromicin),streptomicin(strisin).

Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi

resistens terhadap/tidak toleran obat primer.
Awasi pemeriksaan laboraturium,contoh hasil usap sputum.

Pasien yang mengalami 3 usapan

negatif (memerlukan 3 s/d 5 bulan),perlu mentaati program obat,dan asimptomatik akan
diklasifikasikan tak menyebar.