HUKUM BANK ASI DAN DONOR DARAH
HUKUM BANK ASI ( AIR SUSU IBU)
Disampaikan oleh : TAUFIQ RAHMAN AZHAR
HUKUM BANK ASI ( Air Susu Ibu )
ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi utama bagi bayi sejak keluar dari
rahim hingga berusia dua tahun. Karena keutamaannya inilah, kandungan
ASI tidak bisa digantikan oleh susu formula apa pun juga. sebelum teknologi
kedokteran ditemukan, Islam telah t menganjurkan agar bayi hanya diberi
asupan ASI saja,karena ASI memilki keunggulan diantaranya :
Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan fisik serta kecerdasan.
Mengandung zat kekebalan
Melindungi bayi dari alergi
Aman dan terjamin kebersihannya ,karena langsung disusukan
kepada bayi dalam keadaan segar.
Tidak akan pernah basi,mempunyai suhu yang tepat dan dapat
diberikan kapan saja dan dimana saja.
Membantu memperbaiki refeks menghisap,menelan dan pernapsan
bayi.
Allah menganjurkan agar para ibu menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. ( QS.Al Baqarah :
233 )
Islam memberikan jalan keluar apabila ada ibu yang karena satu
dan lain hal tidak bisa menyusui bayinya. Keadaan inilah yang terjadi pada
diri Rasulullah Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. Beliau tidak hanya
menyusu pada ibu kandungnya sendiri melainkan disusukan pada ibu susu
yaitu Tsuwaibah hamba sahaya Abu Lahab dan Halimah al-Sa’diyah. Dari
hubungan ini, antara ibu yang menyusui dan anak menjadi mahram yaitu
orang yang tidak boleh atau haram dinikahi selamanya. Kondisi ini berlaku
juga pada saudara sepersusuan yang pernah menyusu pada ibu yang sama
baik anak kandung ibu tersebut maupun bukan.
Disinilah keistimewaan Islam yang mempersaudarakan seseorang
dengan orang lainnya karena bermula dari sepersusuan. Ada kejelian di sini
untuk menelusuri siapa saja yang pernah menjadi anak susu dari seorang
perempuan agar tidak salah menikahi seseorang yang menjadi mahram
karena sepersusuan.Ada kedekatan satu sama lain meskipun mungkin tidak
pernah bersua, tapi terpapar jelas nasab satu sama lain. Tidak ada
kerancuan dalam hal ini karena sungguh, Islam sangat menjaga hubungan
nasab dan persaudaraan karena sepersusuan.
Pada saat ini jika bayi tidak mendapatkan ASI dari ibu kandung karena
sesuatu hal , ASI dapat diperoleh melalui ASI Donor .“Sementara ASI donor
digunakan untuk : bayi prematur, bayi yang sakit (gagal ginjal kronik,
penyakit metabolik, defisiensi IgA, alergi). Untuk memudahkan menolong
bayi tersebut saat ini didirikan Bank ASI .
Di dunia ada beberapa Bank ASI, Amerika Selatan 154 buah, Prancis
19 buah, Italia 18 buah, India ,Kuwait ,Cina dan beberapa banyak di rumah
sakit-rumah sakit.
-1Di Belanda Bank ASI dilakukan dengan cara mengumpulkan ASI ibu
pedonor yang telah diseleksi. Ibu donor memerah ASI dan menyimpannya
dalam freezer di rumah. Setiap 2 minggu petugas bank ASI mengambil ke
rumah ibu dengan mobil berpendingin. Listrik tak boleh padam. Perlakuan di
dalam bank ASI steril (cuci tangan, baju/topi khusus), Susu dipasteurisasi
sebelum diberikan ke penerima
Hukum Bank ASI
Perbedaan pandangan ulama terhadap munculnya keberadaan Bank
ASI , mengakibatkan mereka berbeda pendapat di dalam menyikapi
munculnya Bank ASI :
Pendapat Pertama
Menyatakan bahwa mendirikan bank ASI hukumnya boleh.
Diantara alasan mereka bahwa bayi yang mengambil air susu dari
bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI
tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu
langsung dengan cara menghisap puting payudara perempuan yang
mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya.
Sedangkan dalam bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah
dikemas. Pendapat ini mengambil Madzhab Hanaf mengenai : “ ARRadha,a “adalah isapan anak yang disusui terhadap susu (payudara) wanita anak Adam
pada waktu tertentu. Hal ini seperti Madzhab Dhohiriyah yang berpendapat
bahwa persusuan yang mengharamkan hanyalah dengan cara seorang bayi
menghisap puting payudara perempuan secara langsung. Selain itu, maka
tidak dianggap susuan yang mengharamkan,.bila tidkmenghisap langsung
putingnya. Mereka berpegang kepada pengertian secara lahir dari kata
menyusui :
ّضا َع ِة
َ ّم َن الر
.Pendapat Kedua bahwa mendirikan Bank ASI hukumnya haram
Pendapat pertama dianggap lemah , karena Lafadh “Ats Tsadyi“
(puting payu dara) tidak dimaksudkan bahwa menyusui tersebut harus
dengan cara manual sebagaimana lazimnya seorang bayi menyusu dengan
menghisap puting payudara ibunya, tetapi maksudnya adalah umur ketika
anak sedang menyusui.
Sebagaimana orang Arab sering mengatakan: fulan meninggal di puting
payudara, artinya meninggal waktu kecil, pada umur menyusu. Dari situ,
bisa dikatakan bahwa jika seorang bayi minum susu seorang perempuan
dari botol, maka bayi tersebut telah menjadi anak susuannya secara sah.
(Ibnu al- Arabi, Aridhatu al Ahwadzi : 5/ 97, Al Mubarkufuri, Tuhfatu al
Ahwadzi, Beirut, Daar al Kutub al Ilmiyah, 1990, cet ke – 1, Juz : 4/ 263).
Sebagaimana Madzhab Maliki dan Syafi’i mempunyai pendapat
yang sama yaitu :
Madzab Maliki, ar-Radha’ adalah sampainya air susu perempuan pada
perut meskipun perempuan itu mati atau masih kecil, dengan menggunakan
alat (untuk memasukkan sesuatu ke dalam perut) atau melalui suntikan
yang menjadi makanan.
Madzab Syafii mendefinisikan ar-Radha’ sebagai “Sampainya air susu
wanita atau apa yang dihasilkan dari air susu tersebut pada perut bayi atau
otak/sum-sumnya
Dari pendapat-pendapat di atas, pendapat Maliki lebih mencakup dan
menyeluruh dibandingkan dengan definisi-definisi lainnya. Definisi madzab
Maliki telah memenuhi syarat yang jami’ (mencakup) dan mani’ (terbatas)
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘masuk ke dalam perut’ sudah
jelas di sini yaitu masuk ke dalam perut anak yang disusukan. Sampainya
air susu ke dalam perut baik jumlahnya air susunya banyak atau sedikit
atau bahkan sekadar mengisap (sedikit sekali) maka termasuk ke dalam
definisi ini.
-2Jika syarat ini terpenuhi maka haram menikahi anak tersebut dengan ibu
yang menyusukan atau saudara sepersusuan.
Diharamkannya Bank ASI ini akan menyebabkan tercampurnya
nasab tidak diketahui , karena susuan yang mengharamkan dalam
pernikahan bisa terjadi dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut,
walaupun tanpa harus dilakukan penyusuan langsung, sebagaimana
seorang ibu yang menyusui anaknya, terdapat di dalam firman Allah swt :
ّضا َع ِة
َ ض ْعنَ ُك ْم َوأَ َخ َواتُ ُكم ّم َن الر
َ َْوأُ ّمهَاتُ ُك ُم اللّتِي أَر
“(Diharamkan atas kamu mengawini) Ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara
perempuan sepersusuan.” (Qs an Nisa’ : 23)
فقال انها تحل لى. أري? ععى اانة حمزة: عن اان عناا اا النني ص
ويحرم من الرضاعة ما يحرم من النسب. انها اانة اخي من الرضاعة
() متفق ععيه
Dari Ibnu Abbas : Bahwa nabi SAW. Diminta untuk menikahi anak Hamzah,
maka sabdanya : “Sesungguhnya ia tidk halal bagiku, karena itu anak bagi
saudara susuku. Karena haram dari penyusuan itu apa-apa yang diharamkan
dengan nasab.
Bank ASI hadir membuat rancu hubungan saudara
sepersusuan .Sehingga tidak diketahui saudara sepesusuan yang haram
untuk dinikasi. Makna menyusui di sini tidak sekadar aktifitas menyusu
langsung seorang bayi pada puting payudara seorang ibu. Menyusui di sini
adalah masuknya air susu seorang ibu ke dalam perut bayi meskipun
caranya bermacam-macam misalnya saja dengan memakai alat tertentu.
Donor ASI melalui bank ASI, jelas-jelas akan merancukan hubungan mahram
atau persaudaraan karena sepersusuan. Pendonor hanya sekadar
memasukkan informasi dirinya sebatas nama dan hal-hal umum
sebagaimana seseorang akan mendonorkan darahnya. Tidak akan terlacak
siapa saja bayi-bayi yang pernah mengkonsumsi air susunya, sehingga tidak
jelas bagi seseorang siapa bermahram dengan siapa. Jangan sampai terjadi
kelak di kemudian hari, seorang laki-laki menikah dengan seorang
perempuan yang ternyata pernah mengkonsumsi ASI dari wanita pendonor
ASI yang sama. Bila ini terjadi maka kedua anak manusia ini telah
melakukan keharaman karena menikahi mahram yang terjadi karena ikatan
saudara sepersusuan.
درء الحفاس? مق?م ععى جعب الحصالح
“Menghindari kerusakan-kerusakan itu harus didahulukan dari pada mengambil
kemaslahatan”
Diantara madharat-madharat yang akan ditimbulkan dari pendirian
Bank ASI adalah :
1. Terjadinya percampuran nasab, jika distribusi ASI tersebut ,tidak
diatur secara ketat.
2. ASI yang disimpan dalam Bank, berpotensi untuk terkena virus dan
bakteri yang berbahaya, bahkan kwalitas ASI bisa menurun drastis,
sehingga kelebihan-kelebihan yang dimiliki ASI yang disimpan ini
semakin berkurang, jika dibandingkan dengan ASI yang langsung
dihisap bayi dari ibunya.
3. Dikhawatirkan ibu-ibu yang berada dalam taraf kemiskinan, ketika
melihat peluang penjualan ASI kepada Bank dengan harga tinggi,
mereka akan berlomba-lomba untuk menjual ASI-nya dan sebagi
gantinya mereka memberikan susu formula untuk anak mereka.
4. Ibu-ibu yang sibuk beraktivitas dan mempunyai kelebihan harta,
akan semakin malas menyusui anak-anak mereka, karena bisa
membeli ASI dari Bank dengan harga berapapun.
-3Majmai al Fiqh al Islami OKI dalam Muktamar yang diselenggarakan di
Jeddah pada tanggal 1-6 Rabi’u at Tsani 1406 H/ 22-28 Desember 1985 M
memutuskan bahwa pendirian Bank ASI di negara-negara Islam tidak
dibolehkan, dan seorang bayi muslim tidak boleh mengambil ASI dariBank
ASI tersebut..
Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan
dengan beberapa syarat :
1. Setiap ASI yang dikumpulkan di Bank ASI, harus disimpan di tempat
khusus dengan menulis nama pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI
yang lain.
2. Setiap bayi yang mengambil ASI tersebut harus ditulis juga dan
harus diberitahukan kepada pemilik ASI tersebut, supaya jelas
nasabnya.Dengan demikian, percampuran nasab yang dikhawatirkan
oleh para ulama yang melarang bisa dihindari
3. Selain itu secara medis ibu pendonor harus sehat, yang paling
penting suami dan isteri ikhlas menyumbangkan ASI untuk anak
orang lain.
4. Donor ASI itu sepanjang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan
kemaslahatan manusia.
5. Pencatatan donor ASI harus benar dan jelas indentitasnya , kedua
keluarga harus dipertemukan serta diberikan sertifikat. Karena 5 kali
meminum susu dari ibu menyebabkan menjadi mahramnya si anak
dengan keluarga si ibu susu. Artinya anak mereka tidak boleh
menikah. Masalah menyusu langsung dan tidak langsung, itu hanya
masalah teknik mengeluarkan susu saja, hukumnya sama.
“Jika sudah 5 kali meminum susu maka jatuh hukum mahram kepada
keduanya,”
Madzhab Syafi’i dan Hanbali mengatakan bahwa susuan yang
mengharamkan adalah jika telah melewati 5 kali susuan secara
terpisah. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah ra, bahwasanya beliau
berkata :
س
َ
ٍ ت َم ْععُو َما
ٍ ض َعا
َ آا َع ْش ُر َر
ٍ ت ي َُح ّر ْم َن ثُ ّم نُ ِس ْخ َن اِ َخ ْح
ِ ْاا فِي َحا أُ ْن ِم َل ِم ْن ْالقُر
ّ صعّى
ّ ت فَتُ ُوفّ َي َرسُو ُل
آا
ٍ َم ْععُو َما
َ ِا
ِ ْاُ َععَ ْي ِه َو َسعّ َم َوهُ ّن فِي َحا يُ ْق َرأُ ِم ْن ْالقُر
"Dahulu dalam Al Qur`an susuan yang dapat menyebabkan menjadi mahram ialah
sepuluh kali penyusuan, kemudian hal itu dinasakh (dihapus) dengan lima kali
penyusuan saja. Lalu Rasulullah saw wafat, dan ayat-ayat Al Qur`an masih tetap di
baca seperti itu."( HR Muslim )
Kesimpulan :
1 Bank ASI yag tidak jelas asal usulnya donor ASI-nya dan tidak
jelas pemakainya yang akan merancukan hubungan mahram atau
persaudaraan karena sepersusuan. Hukumnya haram .
2
Bank ASI yang jelas donor ASI nya dan penggunanya dicatat
dan
diberitahukan
kepada
donornya
dan
keluarga
penggunanya , yang sesuai dengan syarat syarat secara syarii
dibolehkan.
-4-
Disampaikan oleh : TAUFIQ RAHMAN AZHAR
HUKUM BANK ASI ( Air Susu Ibu )
ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi utama bagi bayi sejak keluar dari
rahim hingga berusia dua tahun. Karena keutamaannya inilah, kandungan
ASI tidak bisa digantikan oleh susu formula apa pun juga. sebelum teknologi
kedokteran ditemukan, Islam telah t menganjurkan agar bayi hanya diberi
asupan ASI saja,karena ASI memilki keunggulan diantaranya :
Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan fisik serta kecerdasan.
Mengandung zat kekebalan
Melindungi bayi dari alergi
Aman dan terjamin kebersihannya ,karena langsung disusukan
kepada bayi dalam keadaan segar.
Tidak akan pernah basi,mempunyai suhu yang tepat dan dapat
diberikan kapan saja dan dimana saja.
Membantu memperbaiki refeks menghisap,menelan dan pernapsan
bayi.
Allah menganjurkan agar para ibu menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. ( QS.Al Baqarah :
233 )
Islam memberikan jalan keluar apabila ada ibu yang karena satu
dan lain hal tidak bisa menyusui bayinya. Keadaan inilah yang terjadi pada
diri Rasulullah Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. Beliau tidak hanya
menyusu pada ibu kandungnya sendiri melainkan disusukan pada ibu susu
yaitu Tsuwaibah hamba sahaya Abu Lahab dan Halimah al-Sa’diyah. Dari
hubungan ini, antara ibu yang menyusui dan anak menjadi mahram yaitu
orang yang tidak boleh atau haram dinikahi selamanya. Kondisi ini berlaku
juga pada saudara sepersusuan yang pernah menyusu pada ibu yang sama
baik anak kandung ibu tersebut maupun bukan.
Disinilah keistimewaan Islam yang mempersaudarakan seseorang
dengan orang lainnya karena bermula dari sepersusuan. Ada kejelian di sini
untuk menelusuri siapa saja yang pernah menjadi anak susu dari seorang
perempuan agar tidak salah menikahi seseorang yang menjadi mahram
karena sepersusuan.Ada kedekatan satu sama lain meskipun mungkin tidak
pernah bersua, tapi terpapar jelas nasab satu sama lain. Tidak ada
kerancuan dalam hal ini karena sungguh, Islam sangat menjaga hubungan
nasab dan persaudaraan karena sepersusuan.
Pada saat ini jika bayi tidak mendapatkan ASI dari ibu kandung karena
sesuatu hal , ASI dapat diperoleh melalui ASI Donor .“Sementara ASI donor
digunakan untuk : bayi prematur, bayi yang sakit (gagal ginjal kronik,
penyakit metabolik, defisiensi IgA, alergi). Untuk memudahkan menolong
bayi tersebut saat ini didirikan Bank ASI .
Di dunia ada beberapa Bank ASI, Amerika Selatan 154 buah, Prancis
19 buah, Italia 18 buah, India ,Kuwait ,Cina dan beberapa banyak di rumah
sakit-rumah sakit.
-1Di Belanda Bank ASI dilakukan dengan cara mengumpulkan ASI ibu
pedonor yang telah diseleksi. Ibu donor memerah ASI dan menyimpannya
dalam freezer di rumah. Setiap 2 minggu petugas bank ASI mengambil ke
rumah ibu dengan mobil berpendingin. Listrik tak boleh padam. Perlakuan di
dalam bank ASI steril (cuci tangan, baju/topi khusus), Susu dipasteurisasi
sebelum diberikan ke penerima
Hukum Bank ASI
Perbedaan pandangan ulama terhadap munculnya keberadaan Bank
ASI , mengakibatkan mereka berbeda pendapat di dalam menyikapi
munculnya Bank ASI :
Pendapat Pertama
Menyatakan bahwa mendirikan bank ASI hukumnya boleh.
Diantara alasan mereka bahwa bayi yang mengambil air susu dari
bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI
tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu
langsung dengan cara menghisap puting payudara perempuan yang
mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya.
Sedangkan dalam bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah
dikemas. Pendapat ini mengambil Madzhab Hanaf mengenai : “ ARRadha,a “adalah isapan anak yang disusui terhadap susu (payudara) wanita anak Adam
pada waktu tertentu. Hal ini seperti Madzhab Dhohiriyah yang berpendapat
bahwa persusuan yang mengharamkan hanyalah dengan cara seorang bayi
menghisap puting payudara perempuan secara langsung. Selain itu, maka
tidak dianggap susuan yang mengharamkan,.bila tidkmenghisap langsung
putingnya. Mereka berpegang kepada pengertian secara lahir dari kata
menyusui :
ّضا َع ِة
َ ّم َن الر
.Pendapat Kedua bahwa mendirikan Bank ASI hukumnya haram
Pendapat pertama dianggap lemah , karena Lafadh “Ats Tsadyi“
(puting payu dara) tidak dimaksudkan bahwa menyusui tersebut harus
dengan cara manual sebagaimana lazimnya seorang bayi menyusu dengan
menghisap puting payudara ibunya, tetapi maksudnya adalah umur ketika
anak sedang menyusui.
Sebagaimana orang Arab sering mengatakan: fulan meninggal di puting
payudara, artinya meninggal waktu kecil, pada umur menyusu. Dari situ,
bisa dikatakan bahwa jika seorang bayi minum susu seorang perempuan
dari botol, maka bayi tersebut telah menjadi anak susuannya secara sah.
(Ibnu al- Arabi, Aridhatu al Ahwadzi : 5/ 97, Al Mubarkufuri, Tuhfatu al
Ahwadzi, Beirut, Daar al Kutub al Ilmiyah, 1990, cet ke – 1, Juz : 4/ 263).
Sebagaimana Madzhab Maliki dan Syafi’i mempunyai pendapat
yang sama yaitu :
Madzab Maliki, ar-Radha’ adalah sampainya air susu perempuan pada
perut meskipun perempuan itu mati atau masih kecil, dengan menggunakan
alat (untuk memasukkan sesuatu ke dalam perut) atau melalui suntikan
yang menjadi makanan.
Madzab Syafii mendefinisikan ar-Radha’ sebagai “Sampainya air susu
wanita atau apa yang dihasilkan dari air susu tersebut pada perut bayi atau
otak/sum-sumnya
Dari pendapat-pendapat di atas, pendapat Maliki lebih mencakup dan
menyeluruh dibandingkan dengan definisi-definisi lainnya. Definisi madzab
Maliki telah memenuhi syarat yang jami’ (mencakup) dan mani’ (terbatas)
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘masuk ke dalam perut’ sudah
jelas di sini yaitu masuk ke dalam perut anak yang disusukan. Sampainya
air susu ke dalam perut baik jumlahnya air susunya banyak atau sedikit
atau bahkan sekadar mengisap (sedikit sekali) maka termasuk ke dalam
definisi ini.
-2Jika syarat ini terpenuhi maka haram menikahi anak tersebut dengan ibu
yang menyusukan atau saudara sepersusuan.
Diharamkannya Bank ASI ini akan menyebabkan tercampurnya
nasab tidak diketahui , karena susuan yang mengharamkan dalam
pernikahan bisa terjadi dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut,
walaupun tanpa harus dilakukan penyusuan langsung, sebagaimana
seorang ibu yang menyusui anaknya, terdapat di dalam firman Allah swt :
ّضا َع ِة
َ ض ْعنَ ُك ْم َوأَ َخ َواتُ ُكم ّم َن الر
َ َْوأُ ّمهَاتُ ُك ُم اللّتِي أَر
“(Diharamkan atas kamu mengawini) Ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara
perempuan sepersusuan.” (Qs an Nisa’ : 23)
فقال انها تحل لى. أري? ععى اانة حمزة: عن اان عناا اا النني ص
ويحرم من الرضاعة ما يحرم من النسب. انها اانة اخي من الرضاعة
() متفق ععيه
Dari Ibnu Abbas : Bahwa nabi SAW. Diminta untuk menikahi anak Hamzah,
maka sabdanya : “Sesungguhnya ia tidk halal bagiku, karena itu anak bagi
saudara susuku. Karena haram dari penyusuan itu apa-apa yang diharamkan
dengan nasab.
Bank ASI hadir membuat rancu hubungan saudara
sepersusuan .Sehingga tidak diketahui saudara sepesusuan yang haram
untuk dinikasi. Makna menyusui di sini tidak sekadar aktifitas menyusu
langsung seorang bayi pada puting payudara seorang ibu. Menyusui di sini
adalah masuknya air susu seorang ibu ke dalam perut bayi meskipun
caranya bermacam-macam misalnya saja dengan memakai alat tertentu.
Donor ASI melalui bank ASI, jelas-jelas akan merancukan hubungan mahram
atau persaudaraan karena sepersusuan. Pendonor hanya sekadar
memasukkan informasi dirinya sebatas nama dan hal-hal umum
sebagaimana seseorang akan mendonorkan darahnya. Tidak akan terlacak
siapa saja bayi-bayi yang pernah mengkonsumsi air susunya, sehingga tidak
jelas bagi seseorang siapa bermahram dengan siapa. Jangan sampai terjadi
kelak di kemudian hari, seorang laki-laki menikah dengan seorang
perempuan yang ternyata pernah mengkonsumsi ASI dari wanita pendonor
ASI yang sama. Bila ini terjadi maka kedua anak manusia ini telah
melakukan keharaman karena menikahi mahram yang terjadi karena ikatan
saudara sepersusuan.
درء الحفاس? مق?م ععى جعب الحصالح
“Menghindari kerusakan-kerusakan itu harus didahulukan dari pada mengambil
kemaslahatan”
Diantara madharat-madharat yang akan ditimbulkan dari pendirian
Bank ASI adalah :
1. Terjadinya percampuran nasab, jika distribusi ASI tersebut ,tidak
diatur secara ketat.
2. ASI yang disimpan dalam Bank, berpotensi untuk terkena virus dan
bakteri yang berbahaya, bahkan kwalitas ASI bisa menurun drastis,
sehingga kelebihan-kelebihan yang dimiliki ASI yang disimpan ini
semakin berkurang, jika dibandingkan dengan ASI yang langsung
dihisap bayi dari ibunya.
3. Dikhawatirkan ibu-ibu yang berada dalam taraf kemiskinan, ketika
melihat peluang penjualan ASI kepada Bank dengan harga tinggi,
mereka akan berlomba-lomba untuk menjual ASI-nya dan sebagi
gantinya mereka memberikan susu formula untuk anak mereka.
4. Ibu-ibu yang sibuk beraktivitas dan mempunyai kelebihan harta,
akan semakin malas menyusui anak-anak mereka, karena bisa
membeli ASI dari Bank dengan harga berapapun.
-3Majmai al Fiqh al Islami OKI dalam Muktamar yang diselenggarakan di
Jeddah pada tanggal 1-6 Rabi’u at Tsani 1406 H/ 22-28 Desember 1985 M
memutuskan bahwa pendirian Bank ASI di negara-negara Islam tidak
dibolehkan, dan seorang bayi muslim tidak boleh mengambil ASI dariBank
ASI tersebut..
Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan
dengan beberapa syarat :
1. Setiap ASI yang dikumpulkan di Bank ASI, harus disimpan di tempat
khusus dengan menulis nama pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI
yang lain.
2. Setiap bayi yang mengambil ASI tersebut harus ditulis juga dan
harus diberitahukan kepada pemilik ASI tersebut, supaya jelas
nasabnya.Dengan demikian, percampuran nasab yang dikhawatirkan
oleh para ulama yang melarang bisa dihindari
3. Selain itu secara medis ibu pendonor harus sehat, yang paling
penting suami dan isteri ikhlas menyumbangkan ASI untuk anak
orang lain.
4. Donor ASI itu sepanjang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan
kemaslahatan manusia.
5. Pencatatan donor ASI harus benar dan jelas indentitasnya , kedua
keluarga harus dipertemukan serta diberikan sertifikat. Karena 5 kali
meminum susu dari ibu menyebabkan menjadi mahramnya si anak
dengan keluarga si ibu susu. Artinya anak mereka tidak boleh
menikah. Masalah menyusu langsung dan tidak langsung, itu hanya
masalah teknik mengeluarkan susu saja, hukumnya sama.
“Jika sudah 5 kali meminum susu maka jatuh hukum mahram kepada
keduanya,”
Madzhab Syafi’i dan Hanbali mengatakan bahwa susuan yang
mengharamkan adalah jika telah melewati 5 kali susuan secara
terpisah. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah ra, bahwasanya beliau
berkata :
س
َ
ٍ ت َم ْععُو َما
ٍ ض َعا
َ آا َع ْش ُر َر
ٍ ت ي َُح ّر ْم َن ثُ ّم نُ ِس ْخ َن اِ َخ ْح
ِ ْاا فِي َحا أُ ْن ِم َل ِم ْن ْالقُر
ّ صعّى
ّ ت فَتُ ُوفّ َي َرسُو ُل
آا
ٍ َم ْععُو َما
َ ِا
ِ ْاُ َععَ ْي ِه َو َسعّ َم َوهُ ّن فِي َحا يُ ْق َرأُ ِم ْن ْالقُر
"Dahulu dalam Al Qur`an susuan yang dapat menyebabkan menjadi mahram ialah
sepuluh kali penyusuan, kemudian hal itu dinasakh (dihapus) dengan lima kali
penyusuan saja. Lalu Rasulullah saw wafat, dan ayat-ayat Al Qur`an masih tetap di
baca seperti itu."( HR Muslim )
Kesimpulan :
1 Bank ASI yag tidak jelas asal usulnya donor ASI-nya dan tidak
jelas pemakainya yang akan merancukan hubungan mahram atau
persaudaraan karena sepersusuan. Hukumnya haram .
2
Bank ASI yang jelas donor ASI nya dan penggunanya dicatat
dan
diberitahukan
kepada
donornya
dan
keluarga
penggunanya , yang sesuai dengan syarat syarat secara syarii
dibolehkan.
-4-