MENGASAH KEMAMPUAN HOTS LITERASI DAN HAS

MENGASAH KEMAMPUAN HOTS, LITERASI, DAN HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS 5 SD DENGAN PROJECT BASE LEARNING
MEMBUAT MAINAN BERBASIS GERAK DAN GAYA
Doni Riadi
SD Alam Ar-Ridho, Semarang
doniriadi@gmail.com
Abstrak : Salah satu ciri pembelajaran abad 21 adalah kegiatan pembelajaran yang mengasah
HOTS (high order thinking skill) dan literasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan HOTS, literasi, dan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Alam Ar-Ridho TA.
2017/2018 dengan model belajar PjBL (project base learning) berupa proyek membuat mainan
berbasis gerak dan gaya. Tahap awal, siswa mengakses ragam literasi untuk mencari ide/inspirasi
karya, kemudian dalam tahap proses pembuatan karya melibatkan kemampuan HOTS, yaitu :
menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating). Pada tahap
akhir, siswa mempresentasikan dan mendemonstrasikan hasil karyanya. Untuk hasil belajar IPA
berupa tes tulis materi gerak dan gaya, ketuntasan belajar siswa mencapai 90,9 % dengan nilai
rata-rata 80,5.
Kata Kunci : HOTS, Literasi, project base learning, mainan berbasis gerak & gaya

Abstract : One of 21st learning characteristic is learning based on HOTS (high order thinking
skill) sharpening and literacy. This goal research is to enrichment HOTS, literacy, and IPA
learning result of 5th grade SD Alam Ar-Ridho students academic year 2017/2018 with PjBL

model by making toys based on motion and force project. In the beginning, students access vary
of literacy to find idea or inspiration, then in the process making toys, students using HOTS
skill : analyzing, evaluating, and creating. In the last stage, students presented and demonstrated
their project. For the IPA learning result by evaluation test of motion and force subject, students
learning mastery is 90,9 % and GPA 80,5.
Keywords : HOTS, Literation, project base learning, toys based on motion & force

PENDAHULUAN
Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi agar memiliki
kecakapan/skill Abad 21. Kurikulum 2013 menjabarkan pembelajaran abad 21 tersebut memiliki
ciri-ciri diantaranya : memiliki keunggulan literasi, memiliki budaya berpikir tingkat tinggi
(HOTS), kegiatan belajar berorientasi pada skill 4C (collaborative, communication, critical
thinking, and creativity), dan tidak canggung dengan kemajuan TIK yang berkembang cepat.
Pembudayaan berpikir tingkat tinggi (HOTS) seperti yang diamanahkan kurikulum
mengubah wajah kegiatan pembelajaran di kelas. Dari semula yang mengandalkan ingatan dan
hafalan menuju ke penguatan daya analisis, evaluasi, dan kreasi. Karena itu, rumusan masalah
penelitian ini yang pertama adalah bagaimana mengasah kemampuan HOTS dan literasi siswa
khususnya kelas 5 SD dalam pembelajaran IPA. Kedua, bagaimana implementasi model
pembelajaran project base learning (PjBL) membuat mainan berbasis gerak dan gaya dapat
mengasah kemampuan HOTS, literasi dan hasil belajar IPA siswa.

1

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi model PjBL
membuat mainan berbasis gerak dan gaya dapat mengasah kemampuan HOTS, literasi, dan hasil
belajar IPA siswa kelas 5 SD Alam Ar-Ridho, Semarang tahun ajaran 2017/2018. Sedangkan
manfaat penelitian, secara teoretik untuk menambah khasanah pengetahuan tentang kegiatan
pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan HOTS dan literasi siswa. Pada praktiknya,
penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah bagi guru. Disamping guru harus benarbenar menguasai materi dan strategi pembelajaran, guru pun dihadapkan pada tantangan dengan
lingkungan dan intake siswa. Secara khusus, manfaat penelitian ini bagi guru adalah agar guru
dapat merancang pembelajaran dalam rangka pembudayaan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Manfaat untuk siswa, agar dapat melatih kemampuan HOTS dan penggunaan beragam
jenis literasi yang mendukung dalam proses penyelesaian proyeknya.
Penerapan HOTS dalam pembelajaran Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengkondisikan
peserta didik agar dapat berpikir kritis, logis, dan sistematis sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran. Berpikir tingkat tinggi merujuk pada kemampuan memahami informasi dan bernalar
bukan sekedar mengingat kembali (recall) informasi. Kemampuan nalar itu meliputi
menganalisis, mengevaluasi, dan mengrkreasi/mencipta. Adapun pengukuran kemampuan HOTS
berdasarkan pada kemampuan: 1) Transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) Memproses dan
menerapkan informasi, 3) Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4)
Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) Menelaah ide dan informasi

secara kritis (Kemdikbud, 2018).
Setiap jenjang HOTS memiliki kemampuan yang berbeda sebagaimana yang tercantum
dalam tabel Anderson & Krathwol (2015:120-133) berikut:
Tabel 1. Jenjang HOTS dan Kata Kerja Operasional
Jenjang HOTS
Analisis
Evaluasi

Mencipta

Kata Kerja Operasional
Menilai, membandingkan, mengkritik, mengurutkan,
membedakan, menentukan, mengurutkan
Mengevaluasi, menilai, mengkritik, memilih/
menyeleksi, menghubungkan, memberikan
pendapat
Merakit, mendesain, merancang, membuat,
memformulasikan

Sedangkan tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk

membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara
menyeluruh. Selama ini berkembang pendapat bahwa literasi hanya ada dalam pembelajaran
bahasa atau di kelas bahasa. Pendapat ini tentu saja tidak tepat karena literasi berkembang
rimbun dalam bidang matematika, sains, ilmu sosial, teknik, seni, olahraga, kesehatan, ekonomi,
agama, prakarya dan lain-lain (Dirjen Dikdasmen Kemdikbud, 2018)
Penerapan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek (project
based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problem solving),menemukan (discovery/inquiry) menjadi
peluang bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS (Higher Order
Thinking Skill). Tinggal bergantung kepada kemampuan guru dalam merancang dan
mengimplementasikannya pada pembelajaran (Apandi, 2017).
Menurut Prayitno (2015), Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran
yang dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk merencanakan aktivitas belajar,
2

melaksanakan proyek secara individu atau kolaboratif dalam memecahkan permasalahannya, dan
pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain yang
dapat dijadikan rekomendasi dalam memecahkan permasalahannya. Perbandingan model belajar
PjBL dengan model belajar konvensional ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Berbasis Proyek

KONVENSIONAL
Berpusat pada guru
Dibimbing guru
Mendengarkan, mengingat,
mengulangi
4. Kemandirian
5. Pengambilan keputusan oleh guru
6. Pengetahuan atas fakta, istilah dan isi
7. Instruksi langsung
8. Pelajaran singkat dan terisolasi
dengan jawaban yang telah
ditentukan sebelumnya
9. Berbasis standar
10. Penilaian Ujian
11. Aktivitas berbasis sekolah
1.
2.
3.

BERBASIS PROYEK

Berpusat pada siswa
Mandiri
Menemukan, Menerapkan,
menyajikan
Kolaborasi
Siswa dan guru mengambil keputusan
Kecakapan Abad-21
Beragam strategi instruksional
Penyelidikan jangka panjang
Berbasis standar
Penilaian yang sedang berlangsung
Kaitan dunia nyata

Pembelajaran HOTS dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Sudjana (2008: 22), hasil
belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil pembelajaran dalam kurikulum 2013 dinilai secara autentik. Menurut
Permendikbud No. 22 Tahun 2016, penilaian otentik (authentic assesment) menilai kesiapan
peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang mampu
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak

pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.
Setidaknya ada dua artikel yang relevan dengan judul penelitian ini. Pertama, berjudul
Implementasi Project Based Learning dalam Pembelajaran Abad 21 pada Mata Pelajaran IPA
Kelas V SD N Jetis II Nglora, Kec. Saptosari, Kab. Gunungkidul yang ditulis oleh Wendhie
Prayitno (2015). Proyek dalam artikel ini berangkat dari materi IPA sistem pernafasan manusia.
Bentuknya berupa pencarian solusi terkait pencemaran udara yang terjadi di sekolah karena
letaknya yang berdekatan dengan kandang sapi dan debu pada musim kemarau. Salah satu luaran
proyek adalah rekomendasi hasil diskusi siswa yang diberikan kepada perangkat RT setempat.
Yang kedua, artikel yang ditulis oleh Widodo S. Wibowo (2014) berjudul Implementasi
Model Project-Based Learning (PjBL) dalam Pembelajaran Sains untuk Membangun 4C Skills
Peserta Didik sebagai Bekal dalam Menghadapi Tantangan Abad 21. Artikel ini menegaskan
bahwa Model PjBL merupakan salah satu model yang mampu menjembatani tidak saja HOTS
tetapi juga tercapainya 4C Skills (collaborate, communication, critical thinking, and creativity)
dalam pembelajaran sains. Pada PjBL, peserta didik melewati proses inkuiri yang lebih luas guna
merespon pertanyaan yang kompleks, permasalahan, atau tantangan. Model ini memiliki sintaks:
start with the essential question, design a plan for the project, create a schedule, monitor the
students and the progress of the project, assess the outcome, dan evaluate the experience.

3


METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SD Alam Ar-Ridho Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang
Kota Semarang, Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan sumber data penelitian kelas 5A yang
berjumlah 22 orang.
Variabel bebas penelitian ini adalah project base learning (PjBL) membuat mainan
berbasis gerak & gaya. Variabel terikatnya adalah kemampuan HOTS, literasi, dan hasil
pembelajaran IPA.
Instrumen penelitian berupa observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui metode project
base learning dan wawancara untuk mendapatkan atau konfirmasi data dari siswa secara lisan
tentang keberhasilan metode project base learning. Sedangkan teknik pengumpulan data berupa
Nontes dan Tes Tulis. Nontes menggunakan tabel pengamatan dan Tes Tulis berupa tes evaluasi
dengan soal/pertanyaan HOTS. Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif.
Desain prosedur penelitian, dimulai dari pengenalan konsep gerak & gaya oleh guru,
kemudian guru meminta siswa untuk membuat proyek individu membuat mainan berbasis gerak
& gaya dengan tahapan : mengakses literasi untuk mencari ide proyek, merancang/mendesain
proyek, menyiapkan bahan dan alat, tahap membuat, presentasi dan demonstrasi proyek, diskusi
analisis & evaluasi karya/proyek. Diakhiri dengan tes tertulis evaluasi materi IPA dengan soal
HOTS.
Pembelajaran dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah

pendahuluan, dimana guru melakukan apersepsi, penguatan konsep IPA, dan pencarian ide
proyek. Pertemuan kedua adalah pembuatan proyek. Pertemuan ketiga adalah diskusi dan
evaluasi. Pada saat melakukan apersepsi, guru menyampaikan tujuan dan dasar yang ingin
dicapai, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang akan dibahas dalam
pembelajaran melalui pertanyaan kerangka kurikulum (kompetensi). Pertanyaan tersebut terdiri
dari Pertanyaan Mendasar (Essensial), Pertanyaan Unit dan Pertanyaan Isi (Konten). Pertanyaan
yang disampaikan pada sesi pendahuluan yaitu pertanyaan mendasar dan unit, sedangkan
pertanyaan isi digunakan untuk melakukan evaluasi pembelajaran pada saat pertemuan terakhir
bersama pertanyaan analisis proyek.
Tabel 3. Pertanyaan dalam Kerangka Kurikulum & Proyek
Pertanyaan dalam Lingkup Kurikulum (Kompetensi Dasar)
Pertanyaan Mendasar (Esensial)
1. Apakah manfaat gerak dan gaya bagi kehidupan?
Pertanyaan Unit
2. Apakah yang dimaksud dengan gerak?
3. Sebutkan macam-macam gaya yang kamu ketahui!
Pertanyaan Isi (Konten)
4. Apakah yang dimaksud dengan gaya gravitasi dan berikan
contohnya! (Nilai maks.=10)
5. Sebutkan peralatan rumah tangga yang menggunakan prinsip gerak

dan gaya! (Nilai maks.=10)
6. Sebutkan jenis-jenis olahraga yang mengandalkan gerak dan gaya!
(Nilai maks.=10)
Pertanyaan Analisis Proyek (HOTS)
Pertanyaan Proyek
7. Apa saja jenis gaya yang terlibat di dalam proyek mainanmu? (Nilai
maks.=10)
8. Bagaimana cara kerja mainan berbasis gaya karyamu? (Nilai
maks.=20)
9. Apa sajakah hal-hal yang mempengaruhi agar proyek mainanmu
dapat bekerja dengan baik? (Nilai maks.=20)
10. Apakah proyek mainanmu bekerja sesuai harapan? Jelaskan inovasi

4

yang menurutmu perlu dilakukan agar proyek mainanmu menjadi
lebih baik? (Nilai maks.=20)

Alur berpikir penelitian disajikan dalam bagan berikut ini :
HOTS


LITER
HOT
ASI
S
Konsep

Questioni
ng

PROYEK

SKILL
4C

Hasil
Belaj
ar

Sikap

Analisis
Evaluasi
Kreasi
Pemahama
n
Tes
Evaluasi
IPA (HOTS)
Mandiri
Integritas

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada pertemuan pertama (2x35 menit), siswa diberi kebebasan untuk mencari ide proyek dengan
menggunakan literasi yang ada di perpustakaan sekolah atau sudut baca di kelas. Setelah
menemukan ide, siswa kemudian merancang proyeknya meliputi gambar sketsa dan menentukan
alat dan bahan yang dibutuhkan untuk dibawa keesokan harinya pada pertemuan kedua. Bila
belum menemukan ide yang cocok dari buku yang tersedia, siswa dapat menggunakan literasi
TIK dan internet dibantu keluarga di rumah. Data hasil judul proyek masing-masing siswa
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Judul Proyek dan Jenis Literasi
Nama Siswa
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22

Kreasi/Judul Proyek
Mobil tenaga kincir karet
Keajaiban magnet dan pasir
Kapal kincir air
Ketapel
Mobil jet balon
My archer
Kapal layar
Pedang starwars
Kapal uap
Racing car magnet
Lilin listrik
Football magnet
Panah pena karet
Mobil jet balon
Mobil kincir karet
Pedang starwars
Panah balon
Bottle car
Kapal listrik
Pot putar
Mobil pot tanaman
Kapal layar

Gaya yang Terlibat
Pegas, gesek
Magnet, gesek
Pegas
pegas
Pegas, gesek
Pegas, tarik (otot)
Gesek, dorong
Listrik
Dorong
Magnet, gesek
Listrik
Magnet, gesek
Pegas
Pegas
Pegas
Listrik
Pegas
Tarik (otot), gesek
Llistrik
Pegas, gravitasi
Tarik (otot), gesek
Gesek, dorong

5

Jenis Literasi
Buku perpustakaan
Buku di kelas
Buku di kelas
Buku di kelas
Youtube-internet
Youtube-internet
Buku di kelas
Youtube-internet
Youtube-internet
Buku di perpustakaan
Buku di kelas
Youtube-internet
Buku di kelas
Youtube-internet
Buku di perpustakaan
Youtube-internet
Buku di kelas
Buku di kelas
Buku di perpustakaan
Buku di kelas
Buku di kelas
Buku di kelas

Dokumentasi kegiatan mulai dari tahap perencanaan hingga demonstrasi karya ada dalam
gambar-gambar berikut.

Gambar 2. Literasi sebagai sumber inspirasi

Gambar 3. Proses pembuatan karya

Gambar 4. Presentasi karya

Gambar 5. Demonstrasi karya
6

Berikut ini adalah hasil belajar IPA siswa.
Tabel 5. Hasil Belajar IPA Materi Gerak & Gaya
Nilai
No.

Nama Siswa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R 10

11.

R 11

12.

R 12

13.

R 13

14.

R 14

15.

R 15

16.

R 16

17.

R 17

18.

R 18

19.

R 19

20.

R 20

21.

R 21

22.

R 22

KKM/
KBM
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65

Evaluasi
70
65
80
90
75
80
85
60
85
80
85
100
70
80

65
90
65
65
65
65
65
65
65

RATA-RATA

65

85
75
80
90
80
85
80
80,5

Pembahasan
Kegiatan HOTS Pertama
Dari Tabel 4. Judul Proyek dan Jenis Literasi, dapat kita ketahui bahwa literasi yang digunakan
siswa untuk mencari ide proyek sains berasal dari 3 sumber, yaitu buku di perpustakaan, buku di
sudut baca kelas, dan internet (Youtube). Pada tahap ini terjadi proses analisis dan evaluasi
pertama yaitu memilih dan memilah informasi sesuai kebutuhan. Hal ini sesuai dengan strategi
7

literasi dalam pembelajaran kurikulum 2013 di sekolah dasar yang dikembangkan oleh Dirjen
Dikdasmen Kemdikbud.
Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk membangun
pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh.
Selama ini berkembang pendapat bahwa literasi hanya ada dalam pembelajaran bahasa
atau di kelas bahasa. Pendapat ini tentu saja tidak tepat karena literasi berkembang rimbun
dalam bidang matematika, sains, ilmu sosial, teknik, seni, olahraga, kesehatan, ekonomi,
agama, prakarya dll. (Robb, L, 2003).
Konten dalam pembelajaran adalah apa yang diajarkan, adapun literasi adalah bagaimana
mengajarkan konten tersebut. Oleh sebab itu, bidang-bidang yang telah disebutkan dan
lintas bidang memerlukan strategi literasi dalam pembelajarannya. Strategi literasi dalam
pembelajaran akan menguatkan karakter siswa dan mengembangkan kompetensinya
sebagai warga global di abad ke-21.
Kegiatan HOTS Kedua
Pada tahap pembuatan karya, diharapkan muncul HOTS kedua berupa kreasi atau
modifikasi karya dari literasi yang diaksesnya, sebagai bukti siswa melakukan tindakan HOTS
khususnya pada level evaluasi dan kreasi. Jadi, karya yang dibuat tidak persis sama dengan
contohnya. Baik contoh dari buku atau internet maupun dengan sesama siswa yang membuat
karya yang sama jenisnya. Beberapa modifikasi yang dilakukan siswa pada tahap pembuatan
terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 6. HOTS pada Tahap Proses Pembuatan Proyek
No.
1.

Nama Siswa
R3, R9, R19

2.

R10, R12

3.

R17

4.

R1, R5, R14, R15,
R21

Modifikasi/Kreasi
Ketiga responden melakukan modifikasi dari bentuk kapal layar
konvensional yang dibuat oleh R7 dan R22.
 R3 menggerakkan kapal dengan menggunakan kincir yang berasal dari
putaran karet (gaya pegas)
 R9 menggunakan uap dari air dalam kaleng yang dipanaskan lilin
sebagai gaya dorong
 R19 menggunakan dinamo listrik untuk menggerakan kapal
Kedua responden melakukan modifikasi dari mainan yang menggunakan
hukum dasar magnet yang dibuat R2.
 R10 menjadikannya sebagai media balap mobil (racing car)
 R12 menjadikannya sebagai media bermain sepak bola magnet
Meskipun R13 menggunakan buku yang sama dan jenis mainan yang sama
dengan R17, yaitu membuat panah mini, tetapi R17 melakukan modifikasi
dengan mengganti karet sebagai gaya pegas dengan balon. Sehingga
karyanya menjadi panah balon, bukan panah karet.
Lima responden melakukan modifikasi dari karya R18 yang membuat
mainan berupa mobil-mobilan dari botol plastik bekas yang ditarik
menggunakan tali (konvensional).
 R1 dan R15 membuang tali, dan menggerakan mobil dari karet yang
dipuntir dan menggerakan kicir angin.
 R5 dan R14 membuang tali dan menggunakan prinsip jet propulsion
dari balon dan sedotan sebagai gaya dorong mobil.
 R19 masih menggunakan tali tetapi menambahkan media tanam dan
tanaman, sehingga menjadi mobil pot tanaman.

8

Pada tahap HOTS kedua ini, siswa melatih kemampuan motorik halus dan kemampuan
berpikir ilmiah melalui aktivitas pengujian (trial and error) saat mengerjakan proyek. Menurut
Sutarno (2007:93), keterampilan proses sains mempunyai beberapa aspek antara lain mengamati,
menyimpulkan, mengklarifikasikan, mengkomunikasikan, melakukan percobaan, merumuskan
masalah, melakukan prediksi, membuat hipotesis, merancang penyelidikan, melakukan
interpretasi, dan komunikasi ilmiah.
Kegiatan HOTS Ketiga
Kegiatan pembelajaran HOTS yang ketiga adalah saat siswa mempresentasikan dan
mendemonstrasikan karyanya. Pada tahap ini, siswa melakukan analisis apa saja gaya yang
terlibat di dalam karyanya dan memaparkan cara kerjanya. Siswa juga melakukan evaluasi, saat
karya yang dibuatnya tidak berjalan sesuai harapan. Evaluasi ini berasal dari siswa itu sendiri
maupun dari siswa lain yang memberi masukan atau tanggapan. Pada tahap ini, siswa juga dapat
menemukan dan mengusulkan inovasi agar karyanya menjadi lebih baik.
Contohnya seperti R9 saat mendemonstrasikan karyanya berupa kapal uap. Ternyata,
setelah keempat lilin dinyalakan, kapal uap miliknya tak kunjung berjalan, atau berjalan sangat
lambat. Menurut evaluasi R9, hal itu disebabkan karena panas yang dihasilkan lilin kurang,
sehingga uap yang dihasilkan sedikit. R9 mendapat masukan dari siswa lain bahwa lubang
kaleng kapal uapnya terlalu besar, sehingga uap yang dihasilkan langsung bocor tidak mampu
memberi gaya dorong bagi kapalnya.
Contoh evaluasi kedua, dari R10 yang membuat Racing Car berbasis magnet. Saran
inovasi untuk R10 dari siswa lainnya adalah jalan raya yang dibuat terlalu sederhana karena
treknya 100 % lurus. Seharusnya treknya dibuat berliku seperti balapan mobil pada umumnya.
Evaluasi berikutnya dari R3 yang membuat kapal dengan putaran kincir berbasis karet
(pegas). Menurut R3, ia terbalik meletakkan posisi kincir. Posisi yang benar harusnya moncong
botol yang runcing berada di depan, sehingga kapal dapat melaju lebih cepat. Hal ini
diutarakannya, setelah ia menguji coba kapal dengan posisi moncong kapal pada bagian alas
botol, kapal melaju lambat karena gaya gesek dengan air menjadi lebih besar.
Pada tahap ini, siswa menganalisis/mengevaluasi masalah yang muncul dari proyeknya
dan berusaha untuk mencari solusi, sebagai pembelajaran untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Widiyawati, AP & Ardianto, A (2017), pendidikan IPA memang
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, pembelajaran IPA perlu ditekankan pada pemberian pengalaman langsung agar siswa
dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan HOTS Keempat (Hasil Belajar IPA)
Kegiatan HOTS berikutnya adalah saat mengerjakan soal tes tulis. Siswa menjawab soal
pertanyaan isi (pertanyaan kurikulum) dan pertanyaan analisis proyek yang masuk dalam
kategori soal HOTS. Pada tes evaluasi ini siswa menuliskan hasil analisisnya berdasarkan
pertanyaan yang tersedia.
Kegiatan HOTS keempat ini dapat juga dikatakan sebagai hasil belajar IPA materi gerak
dan gaya. Dari data Tabel 5. Hasil Belajar IPA Materi Gerak & Gaya diperoleh hasil bahwa 90,9
persen siswa berada di atas nilai ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 80,5.
Hasil di atas membuktikan bahwa kegiatan pembelajaran HOTS dengan project base
learning dapat mendukung penguasaan materi IPA siswa. Hal ini juga diperkuat dengan hasil
9

penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Purwanto, dan Hasanah (2017) bahwa terdapat pengaruh
model pembelajaran project based learning (PjBL) terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa.
Kemampuan HOTS khususnya analisis melatih kemampuan siswa untuk menguraikan
suatu hal ke dalam bagian-bagiannya dan dapat mencari keterkaitan antara bagian-bagian
tersebut. Menganalisis adalah kemampuan memisahkan materi/informasi ke dalam bagianbagian yang relevan, mengetahui bagaimana bagian-bagian itu saling berhubungan, dan
membedakan fakta dari khayalan. Kemampuan analisis ini juga termasuk kemampuan
menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan atau
mengomentari suatu bukti (Novianti, 2017). Dalam hal ini, kemampuan analisis siswa, terasah
melalui medium praktik menganalisis proyek individu.

PENUTUP
Dari hasil observasi, wawancara, dan hasil belajar IPA, dapat disimpulkan bahwa implementasi
model pembelajaran project base learning (PjBL) membuat mainan berbasis gerak & gaya dapat
mengasah kemampuan HOTS, literasi dan hasil belajar IPA siswa. PjBL membuat mainan
berbasis gerak & gaya paling tidak mengasah kemampuan HOTS siswa dalam empat tahap, yaitu
tahap pemanfaatan literasi sebagai sumber ide proyek, tahap pembuatan karya, tahap presentasi
dan demonstrasi karya, dan tahap tes evaluasi soal HOTS.
Project base learning (PjBL) berhasil membuat hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Alam
Ar-Ridho pada materi gerak & gaya berada pada 90,9 persen siswa di atas nilai ketuntasan
minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 80,5.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar Sekolah Alam ArRidho; ibu Mia Inayati Rachmania (Direktur Sekolah Alam Ar-Ridho), ibu Arif Rakhmawati
(Kepala SD Alam Ar-Ridho), teman sekolega khususnya Ibu Titin Supriyanti dan Ibu Wahyu
Widowati (guru kelas V SD Alam Ar-Ridho TA 2017/2018), dan orang tua murid kelas 5A yang
mendukung proses pencarian ide dengan menyediakan sarana TIK dan internet yang dibutuhkan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada UPTD Pendidikan Kec. Tembalang,
khususnya Ibu Mintarsih, M.Pd dan Ibu Sri Hastuti, M.Pd (Pengawas TK/SD Dabin IV Kec.
Tembalang) yang telah melakukan pengawasan dan memberikan motivasi hingga kegiatan
pembelajaran di kelas ini dapat dituangkan menjadi artikel ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (Eds). 2015. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. (Terjemahan Agung
Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitkan tahun 2001)
Apandi, Idris. 2017. Pembelajaran dan Penilaian HOTS. Diakses pada 28 Juni 2018.
https://www.kompasiana.com/idrisapandi/pembelajaran-dan-penilaianhots_58d8e31e8d7a61cc217f38c2
Dirjen Dikdasmen Kemdikbud. 2018. Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar :
Modul Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013. Jakarta
Dirjen Dikdasmen Kemdikbud. 2018. Pengembangan Butir Soal HOTS. Jakarta
10

Novianti, Nur. 2017. Pengembangan Kemampuan Berpikir Analisis Siswa SD Melalui Apresiasi
Karya Seni Rupa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2017. PGSD FIP Universitas
PGRI Semarang: 163-167.
Prayitno, Wendhie. 2015. Implementasi Project Based Learning dalam Pembelajaran Abad 21
pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD N Jetis II Nglora, Kec. Saptosari, Kab.
Gunungkidul.
LPMP
Yogyakarta.
Diakses
tanggal
28
Juni
2018.
http://lpmpjogja.org/best-practice-implementasi-project-based-learning-dalampembelajaran-abad-21/
Rahayu, H, Purwanto, J, & Hasanah, D. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika-COMPTON Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
Volume 4, Nomor 1 Juni 2017: 21-28
Robb, L. 2003. Teaching Reading in Social Studies, Science, and Math: Practical Ways to
Weave Comprehension Strategies Into Your Content Area Teaching. New York:
Scholastic Professional Books.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sutarno. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Wibowo, SW. 2014. Implementasi Model Project-Based Learning (PjBL) dalam Pembelajaran
Sains untuk Membangun 4C Skills Peserta Didik sebagai Bekal dalam Menghadapi
Tantangan Abad 21. Prosiding Seminar Nasional IPA V 2014 Jurusan IPA Terpadu
UNNES Semarang:275-286
Widiyanti, AP & Ardiyanto, A. 2017. Pengaruh Model Snowball Throwing Berbantu Media
Kincir Air Materi Energi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri Brumbung
Kecamatan Mranggen Tahun Pelajaran 2016/2017. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan 2017. PGSD FIP Universitas PGRI Semarang: 156-162.

* Artikel ini telah dipresentasikan di Seminar Pendidikan Nasional yang diselenggarakan oleh
Universitas PGRI Semarang, 14 Juli 2018 dan dimuat dalam prosiding seminarnya.

11