DOCRPIJM 6c5cc6ea89 BAB IX9. Aspek Pembiyaan Bidang CK Kota Tangerang

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 BAB. IX ASPEK PEMBIYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA KOTA TANGERANG

  Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

  Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk : a.

  Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, b.

  Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c.

  Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 9.1.

ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain :

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah : Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

  Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a.

  Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b.

  Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c.

  Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman; d.

  Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e.

  Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a.

  Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b.

  Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 a.

  Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

   Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;  Tingkat kerawanan air minum.

  b.

  Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

   kerawanan sanitasi;  cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

  Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

  1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan

  Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema

  Corporate Social Responsibility (CSR). 5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. 6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

  Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. PROFIL APBD KOTA TANGERANG

  Profil APBD Kabupaten/Kota berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a.

  Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b.

  Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Struktur APBD Kota Tangerang selama kurun waktu 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Tabel 9.1: Perkembangan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Tahun 2010 – 2013

  T ahun -1 T ahun -2 T ahun -3 T ahun -4 PENDAPATAN DAERAH 2010 % 2011 % 2012 % 2013* % PENDAPATAN

  Pe nd apatan Asli Daerah (PAD) Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lai n-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya T OT AL PENDAPATAN Sumber : APBD tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013

  Pada perkembangan pembiayaan daerah dapat diketahui pendanaan Kota Tangerang dalam periode 4 tahun tersebut, belanja langsung mendapat porsi terbesar dibanding dengan belanja tidak langsung.Perkembangan pembiayaan daerah dapat dilihat pada tabel berikut :

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Tabel 9.2: Perkembangan Belanja Daerah Kota Tangerang Tahun 2010 – 2013

  T ahun -1 T ahun -2 T ahun -3 T ahun -4 BELANJA DAERAH 2010 % 2011 % 2012 % 2013* % BELANJA DAERAH

  Be l anja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga Be l anja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal T OT AL BELANJA DAERAH Sumber : APBD tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013

  Proporsi pendapatan dan belanja dalam APBD Kota Tangerang dalam periode tahun 2010 hingga 2013 dapat dilihat pada gambar berikut :

  Gambar 9. 1: Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanjan dalam APBD

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 9.3.

   PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA KOTA TANGERANG 9.3.1.

   Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN

  Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukimandi daerahnya.Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakanpembangunan bidang Cipta Karya. Proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanjaCipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaaninfrastruktur yang sudah ada.Tabel proporsi sektor-sektorCipta Karya dapat dilihat sebagai berikut :

  Tabel 9. 3 Alokasi APBN untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Kota Tangerang Tahun 2008

  T ahun -1 T ahun -2 T ahun -3 T ahun -4 SEK T OR Al okasi % APBD Al ok as i % APBD Al ok as i % APBD Al ok as i % APBD Pengembangan Air Minum

  Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan T ot al Belanja APBD Bidang Cipta Karya T ot al Belanja APBD Sumber : APBD tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013

  Perhitungan diatas menggambarkan alokasi APBD untuk pembangunan bidang Cipta Karya Kota Tangerang dalam periode 4 tahun adalah sebesar 0,79% sampai dengan 4,25%, dengan rata-rata pendanaan sebesar 3%yang tersebar di beberapa pos belanja layanan publik. Dari alokasi tersebut, sekitar 39% digunakan untuk pendanaan bidang PPLP. Sedangkan selebihnya digunakan untuk pendanaan bidang Bangkim 10% ,PBL 1%. Gambaran proporsi belanja Cipta Karya tersebut merupakan belanja modal dan belanja operasi & pemeliharaan.

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Gambar 6. 2 Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya Terhadap APBD

  Belanja daerah PAM 10% 1% PPLP 51%

  50% Bangkim 39% PBL

  0% 9.4.

PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 9.4.1.

   Proyeksi APBD 5 Tahun Kedepan

  Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam 5 (lima) tahun terakhir menggunakan asumsi dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam 5 (lima) tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut : 1.

  Menetukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.

  Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Y : Nilai tahun ini

  • 1

  Y : Nilai 1 tahun sebelumnya,

  • 2

  Y : Nilai 2 tahun sebelumnya

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terjadi dari PAD, Dana Perimbangan (DAU,DAK, DBH), dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan.

  Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus proyeksi goematris sebagai berikut :

  n

  Keterangan: Y : Nilai pada tahun n r : % pertumbuhan Y : Nilai pada tahun ini n : Tahun ke n (1-5)

  3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta karya terhadap APBD sama dengan eksisting, maka diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta karya dalam lima (5) tahun kedepan.Dalam perhitungan proyeksi Pendapatan APBD dalam waktu 5 Tahun,terdapat kenaikan signifikan selama periode 2014-2018, dengan total pendapatan dari Rp. 2.653 Trilyun menjadi Rp. 3.407 Trilyun, proporsi terbesar pendapatan diperoleh dari pos Dana Perimbangan sebesar 63,41 %, disusul dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu 21,52% dan sisanya adalah 15,06% bersumber dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Tabel proyeksi pendapatan APBD dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut dapat ditampilkan pada Tabel-9.9 berikut

  Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Tabel 9. 4: Proyeksi Pendpatan APBD Kota Tangerang dalam 5 Tahun Kedepan

  Re al i s as i ( mi l i ar rupi ah) Proye k s i ( mi l i ar rupi ah) Rat a-rat a

  N o Urai an Pe rtumbuhan 2010 2011 2012 2013* 2014 2015 2016 2017 2018

  PENDAPATAN Pe nd apatan Asli Daerah (PAD)

1.1 Hasil Pajak Daerah

  1.1.1 Hasil Retribusi Daerah

  1.1.2 Lain-lain Pendapatan Asli

  1.1.3 Daerah yang Sah Dana Perimbangan

1.2 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi

  1.2.1 Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum

  1.2.2 Dana Alokasi Khusus

  1.2.3 Lai n-lain Pendapatan Daerah

  1.3 yang Sah Hibah

  1.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah

  1.3.2 Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan

  1.3.3 Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

  1.3.4 J UM LAH PENDAPATAN BELANJA DAERAH Be l anja Tidak Langsung

2.1 Belanja Pegawai

  2.1.1 Belanja Hibah

  2.1.2 Belanja Bantuan Sosial

  2.1.3 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa

  2.1.4 Bab. IX | RPI2JM KOTA TANGERANG 9-11

  Re n ca n a Te r p a d u d a n P r og r a m I n v e s t a s i I n fr a s t r u k t u r J a n g k a M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9 Re al i s as i ( mi l i ar rupi ah)

  Proye k s i ( mi l i ar rupi ah) Rat a-rat a N o Urai an

  Pe rtumbuhan 2010 2011 2012 2013* 2014 2015 2016 2017 2018

  2.1.5 Belanja Tidak Terduga Be l anja Langsung

3.1 Belanja Pegawai

  3.1.1 Belanja Barang dan Jasa

  3.1.2 Belanja Modal

  3.1.3 J UM LAH BELANJA DAERAH Sumber :Hsil Analisis, 2013

  Bab. IX | RPI2JM KOTA TANGERANG 9-12

  M e n e n g a h (RP I 2 -J M ) Kot a Ta n g e r a n g 2 0 1 5 -2 0 1 9

  Dari data proyeksi APBD tersebut dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR) Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis

  Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR). Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.

  Berdasarkan NPS dalam kurun waktu 3-5 tahun kemampuan anggaran Pemerintah Kota Tangerang untuk berinvestasi dalam bidang Cipta Karya belum dapat di kategorikan mampu, hasil perhitungan proyeksi jumlah PAD dan Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus lebih kecil jika dibandingkan dengan belanja wajib yaitu minus Rp. -2.028 Trilyun.