STUDI EVALUASI TINGKAT KEBERHASILAN PROG (1)

ABSTRAK
STUDI EVALUASI TINGKAT KEBERHASILAN
PROGRAM KREDIT PEMBERDAYAAN EKONOMI
MASYARAKAT PESISIR (PEMP) BERPERSPEKTIF GENDER
DI KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh :
Harsuko Riniwati dan Pety Dwi Winarti
Pemerintah telah banyak mengeluarkan program untuk mengatasi kemiskinan
masyarakat nelayan termasuk Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
(PEMP). PEMP mulai dijalankan tahun 2000, merupakan program unggulan DKP dalam
meningkatkan kesejahteraan nelayan. Semua program harusnya berdampak sama besar
terhadap laki-laki dan perempuan. Bagaimana dampak PEMP terhadap laki-laki dan
perempuan, maka perlu dilakukan evaluasi.
Tujuan penelitian untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program kredit PEMP
dilihat dari aspek gender. Metode penelitian menggunakan analisis gender. Data diperoleh
dari 25 nasabah laki-laki dan perempuan Swamitra Mina Jwalita Prigi dengan alat bantu
kuaesioner yang berisi pertanyaan tentang persepsi laki-laki dan perempuan berkaitan
dengan lima hirarkhi variabel pemberdayaan yaitu kesejahteraan, akses, partisipasi,
penyadaran diri dan kontrol atau pengambilan keputusan. Analisa data menggunakan
model pemberdayaan Longwe .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kuantitas jumlah perempuan yang

dapat mengakses program PEMP lebih rendah (144) dibandingkan laki-laki (326).
Persepsi laki-laki dan perempuan dilihat dari 5 variabel kesejahteraan, akses,partisipasi,
penyadaran diri dan pengambilan keputusan secara rating scale bahwa perempuan merasa
dampak yang lebih besar dibandingkan laki-laki pada variabel akses, partisipasi,
penyadaran diri dan pengambilan keputusan. Variabel kesejahteraan, perempuan merasa
lebih rendah dari laki-laki. Secara keseluruhan, laki-laki dan perempuan merasakan
dampak yang besar pada kelima variabel pemberdayaan.
Keyword : pemberdayaan, gender

1. PENDAHULUAN
Berbagai kebijakan pemerintah yang berbentuk program pengentasan kemiskinan
termasuk pengentasan kemiskinan kaum nelayan telah dikeluarkan oleh pemerintah,
diantaranya dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). DKP mengeluarkan
kebijakan untuk memberdayakan masyarakat perikanan sejak tahun 2000 yaitu berupa
program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Program ini merupakan
program unggulan DKP dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Pemberdayaan (empowerment) adalah suatu proses yang memberikan otonomi dan
pengambilan keputusan lebih besar kepada pekerja dalam segala faktor yang
mempengaruhi hasil kerja. (Newstrom and Davis,1997). Indikator pemberdayaan
sumberdaya manusia (SDM) menurut konsep Longwe dapat dilihat dari lima variabel,

secara hirarkhis mulai paling dasar adalah kesejahteraan, akses, partisipasi, kesadaran
kritis akan permasalahan yang dihadapi dan pengambilan keputusan. Definisi dan
indikator konsep pemberdayaan Longwe tersebut jelas menunjukkan bahwa suatu
program jika hanya berorientasi pada kesejahteraan maka program tersebut belum dapat
dikatakan berhasil. Keberhasilan pemberdayaan jika level lebih tinggi dari variabel
kesejahteraan juga tercapai yaitu akses, partisipasi, kesadaran kritis dan tertinggi adalah
jika SDM mempunyai tingkat tinggi dalam pengambilan keputusan terhadap sumberdaya.
Program PEMP yang dikeluarkan oleh DKP sendiri bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur jaringan kewirausahaan,
penguatan kelembagaan, penggalangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pemberdayaan serta diversifikasi usaha yang berkelanjutan (Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir, 2007).
Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan program PEMP, menunjukkan
peningkatan keuntungan. Penelitian lain menunjukkan keberhasilan baru mencapai tidak
lebih dari 30 %. Hasil penelitian Pratiwi (2008) tentang Program PEMP di Kedung
Cowek Surabaya, dilihat dari keuntungan usaha para nasabah Swamitra Mina sebelum
dan sesudah menerima kredit PEMP diperoleh adanya peningkatan keuntungan usaha
rata-rata dari Rp 596.610,5 menjadi Rp 823.115,25 atau sebesar 27,51%. Penelitian
Riniwati (2006) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif signifikan antara tingkat
pemberdayaan SDM dengan kinerja. Jika keberhasilan program PEMP dalam

meningkatkan kinerja tidak lebih dari 30 %, maka dapat dikatakan program PEMP pada
daerah tersebut belum mampu memberdayakan.
Bagaimanakah kondisi program PEMP di pantai Prigi Trenggalek? Bagaimana
persepsi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang mengakses program PEMP?
Apakah menurut mereka PEMP sudah dirasakan meningkatkan kesejahteraan, akses,
partisipasi, kesadaran kritis dan pengambilan keputusan terhadap sumberdaya dilihat dari
perspektif gender? Untuk mengetahui semua ini, maka perlu dilakukan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Prosedur penyaluran dana program PEMP di Kabupaten Trenggalek
b. Persepsi masyarakat (laki-laki dan perempuan) terhadap tingkat keberhasilan
Program PEMP di Kabupaten Trenggalek.
c. Dampak program PEMP di Kabupaten Trenggalek terhadap laki-laki dan
perempuan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pesisir Prigi Kecamatan Watulimo
Kabupaten Trenggalek Jawa timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Jenis data primer dan sekunder. Data primer meliputi
persepsi masyarakat (laki-laki dan perempuan) terhadap tingkat keberhasilan Program
PEMP di Kabupaten Trenggalek dan Dampak program PEMP di Kabupaten Trenggalek

terhadap laki-laki dan perempuan. Data sekunder terkait dengan prosedur penyaluran
dana program PEMP di Kabupaten Trenggalek. Teknik pengambilan data dengan
observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Teknik penentuan sampel
dilakukan dengan purposive sampling, penentuan sumber data pada orang yang
diwawancarai dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Menurut Amirin (1995)
dalam Sarastiti (2005), bertujuan disini diartikan bahwa dalam penentuan sampel itu
peneliti secara subjektif mengambil sampel dengan anggapan bahwa sampel yang diambil
itu mencerminkan (representatif) bagi penelitiannya. Pada penelitian ini sampel yang
diambil yaitu masyarakat penerima kredit PEMP yang berada di wilayah
Berdasarkan data dari koperasi Swamitra Mina Jwalita Trenggalek jumlah
masyarakat pesisir penerima kredit PEMP per 15 April 2008 yaitu 470 yang terdiri dari
326 laki-laki dan 144 perempuan. Menurut Arikunto (1993) dalam penentuan jumlah
sampel penelitian apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari
100 maka dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan ketentuan
tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah ditentukan 10% dari jumlah
keseluruhan subjek yaitu sebesar 47 orang. Namun pada penelitian ini jumlah sample
yang diambil yaitu sebanyak 50 orang yang terdiri dari 25 laki-laki dan 25 orang
perempuan.
Analisis data menggunakan teknik analisis gender adalah pendekatan penelitian

yang melihat permasalahan wanita secara utuh, baik sebagai sumber insani pembangunan
maupun insan warga negara dalam berbagai aspek yang meliputi aspek fisik, kejiwaan,
mental dan sosial ekonomi. Sedangkan orientasi gender adalah upaya untuk mengangkat
nilai-nilai wanita sebagai mitra sejajar pria yang selaras, serasi dan seimbang dalam
kehidupan keluarga, masyarakat maupun dalam pembangunan (Riniwati dan Harahap,
2002).
Untuk mencapai tujuan pertama digunakan analisis diskriptif kualitatif. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan program PEMP di Kabupaten Trenggalek diukur melalui
indikator pemberdayaan yaitu: kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, penguasaan
dan kontrol. Untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan metode Longwe melalui
kuisioner yang diberikan kepada responden. Dimana jawaban dari responden dinilai
dengan metode rating scale. Menurut Riduwan (2002) rating scale yaitu data mentah
yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pada
penelitian ini disediakan kuisioner dimana responden menjawab pertanyaan dengan
memilih dari lima jawaban yang telah disediakan dengan tingkatan/ rating scale sebagai
berikut:
5 = Sangat Baik
4 = Baik
3 = Cukup baik
2 = Kurang Baik


1 = Sangat Tidak Baik
Kuisioner disebar kepada 50 responden yang terdiri dari 25 laki-laki dan 25
perempuan. Jawaban dari responden kemudian ditabulasikan dengan data antara
responden laki-laki dan perempuan terpisah yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan
nilai antara laki-laki dan perempuan.
Metode Longwe digunakan sebagai alat analisis, yaitu menganalisis proses
pemampuan perempuan, bukan dalam arti kesejahteraan material. Tujuannya adalah
untuk memahami lima butir kriteria analisis (kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi
aktif, penguasaan dan kontrol), sehingga dapat menginterpretasikan pembangunan
perempuan sebagai suatu proses yang penting dan bagian intregal dari proses
pembangunan serta untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender dalam lima butir
tersebut (Riniwati, 2002). Komponen dalam masing-masing variabel dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Komponen variabel pemberdayaan.
Variabel
Komponen
1. Kesejahteraan
Pangan, papan, sandang, pendapatan, layanan kesehatan, angka
kematian, buta huruf, status gizi, kemampuan membaca,

menulis, kemampuan berbahasa Indonesia, dll
2. Akses
Tanah, lapangan, kredit, pelatihan, fasilitas pemasaran,
teknologi dan lain-lain.
3. Penyadaran
Isu dan kebutuhan perempuan, diskriminasi perempuan,
kemampuan, menganalisis isu sejalan dengan hak dan
kepentingan, dan lain-lain.
4. Partisipasi
Proses perencanaan, penentu kebijakan, dan administrasi
a. Pemerataan
Penetapan kebutuhan, formulasi proyek, implementasi dan
b. Keterlibatan
monitoring serta evaluasi dan lain-lain.
5. Kontrol
Keseimbangan penguasaan terhadap faktor produksi dan
distribusi manfaat tidak ada pihak pada posisi dominan atau sub
ordinat, misal: L dan P mempunyai kontrol yang sama terhadap
pendapatan.
Dalam rangka mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan dengan selain dengan

metode rating scale juga menggunakan indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN). Dimana
NTN dapat dirumuskan sebagai berikut :
NTN = Yt/Et
Yt = YFt + YNFt
Et = EFt + Ekt
Dimana :
YFt = Total penerimaan nelayan dari usaha perikanan (Rp)
YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan (Rp)
EFt
= Totalpengeluaran nelayan untuk usaha perikanan (Rp)
EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga nelayan (Rp)
t
= periode waktu (bulan, tahun, dll)
Dampak program PEMP di Kabupaten Trenggalek terhadap laki-laki dan
perempuan, dianalisis dengan matrik analisis gender (MAG). Matrik analisis gender ialah

alat untuk analisis jender atas suatu proyek pembangunan pada tingkat masyarakat. Alat
ini digunakan untuk menentukan berbagai macam akibat suatu intervensi pembangunan
pada wanita dan pria (Harsoyo, 1998).
Menurut Riniwati (2002) analisis ini dapat digunakan pada tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi proyek. Pada tahap perencanaan, alat ini
digunakan untuk menentukan apakah proyek yang akan dilakukan diharapkan
mempunyai dampak atau akibat pada gender sesuai dengan tujuannya misalnya
meningkatkan KKG (keadilan dan kesetaraan gender). Pada tahap pelaksanaan, sangat
berguna dalam mempertimbangkan apakah gender sudah dipakai dalam memperbaiki
disain proyek yang sedang dilaksanakan. Pada tahap evaluasi sangat berguna untuk
mengetahui akibat proyek secara lebih luas terhadap laki-laki dan perempuan. Pada
penelitian ini matrik analisis gender digunakan pada tahap evaluasi proyek untuk
mengetahui dampak program PEMP terhadap laki-laki dan perempuan. Analisis
dilakukan pada sekelompok orang anggota masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan secara seimbang.
Metode ini juga menggunakan empat kategori analisis, yaitu:
a.
Tenaga kerja, merujuk pada: tugas, tingkat ketrampilan, dan kapasitas
tenaga kerja (misalnya berapa banyak orang diperlukan atau berapa banyak yang
dapat dilakukan oleh setiap orang, dapatkah orang mengerjakan dengan tenaga kerja
keluarganya sendiri atau harus mengupah tenaga kerja luar)
b.
Waktu, merujuk pada perubahan lama waktu yang diperlukan untuk
melakukan tugas yang berkaitan dengan proyek.

c.
Sumberdaya, merujuk pada perubahan dalam hal: Akses terhadap modal
(pendapatan, tanah, kredit) sebagai konsekuensi dari adanya proyek dan sejauh mana
kontrol terhadap terjadinya perubahan dalam sumberdaya (lebih besar atau lebih
kecil) untuk semua tingkat analisis.
d.
Faktor sosial budaya untuk setiap tingkat atau level analisis, merujuk pada
perubahan dalam aspek sosial atas kehidupan sasaran proyek (perubahan dalam status
dan peran gender) sebagai akibat dari adanya proyek. Tabel tingkat dan kategori
analisis dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel . Tingkat dan kategori analisis pemberdayaan.
Tk. Analisis
Tenaga
Waktu
Sumberdaya
Budaya
Kategori
Analisis
Laki-laki
+

+
+
+
Perempuan
+
+
+
+
Keterangan:

Pada kolom tersebut diisi dampak positif (+) dan negatif (-) dengan adanya
proyek/kebijakan

Untuk menentukan dampak positif (+) dan negatif (-) didasarkan pada hasil
wawancara terhadap laki-laki dan perempuan

Jika dampak negatif lebih banyak daripada dampak positif berarti kebijakan
tersebut tidak atau kurang bermanfaat dan sebaliknya.

Jika dampak negatif lebih banyak bagi perempuan berarti kebijakan / proyek
tersebut kurang bermanfaat bagi perempuan

PEMBAHASAN
Prosedur Penyaluran Program PEMP
Prosedur Penjaminan Tunai Dana PEMP
DEP (Dana Ekonomi Produktif) untuk dana PEMP yang dijadikan sebagai
penjaminan tunai dikelola dengan tahapan sebagai berikut:
1. DEP dibukukan pada rekening giro atas nama koperasi Jwalita untuk kemudian
dijadikan jaminan kepada Bank BUKOPIN Cabang Malang. Bank BUKOPIN
Cabang Malang memberikan kredit kepada koperasi minimal sebesar DEP yang
dijaminkan.
2. Kredit yang diterima koperasi dari Bank BUKOPIN Cabang Malang dibukukan
sebagai Modal Tidak Tetap (MTT) pada unit usaha simpan pinjam dan disalurkan
kepada anggota atau calon anggota calon koperasi. Secara lebih jelas seperti terlihat
pada gambar 4 berikut :
Bagan Mekanisme pencairan DEP.
DKP Kab. / Kota

Bank Pelaksana

Koperasi LEPP M3
(Koperasi Jwalita)
Lembaga Keuangan
Mikro
Masyarakat Pesisir

Gambar. Bagan Mekanisme Operasional Kegiatan Penjaminan Tunai
Penyaluran kredit oleh Bank Pelaksana kepada koperasi dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Penggunaan Kredit
Kredit yang diterima dari bank pelaksana kepada koperasi dibukukan sebagai
MTT(Modal Tidak Tetap) dan dipergunakan untuk disalurkan kepada anggota dan calon
anggota sebagai pinjaman sebagaimana yang ditetapkan dalam ketentuan pemberian
pinjaman diunit usaha simpan pinjam koperasi.
b. Jangka waktu Kredit
- Jangka waktu kredit dari Bank Pelaksana kepada koperasi maksimal 3 tahun
- Jangka waktu pinjaman kepada anggota dan calon anggota koperasi disesuaikan
dengan kondisi dan jenis usaha.
c. Suku Bunga Kredit
- Tingkat suku bunga pinjaman dari Bank Pelaksana kepada koperasi maksimum
sebesar 6% efektif pertahun
- Suku bunga pinjaman ditinjau secara berkala
- Bunga pinjaman dibayar secara rutin setiap bulan

-

-

-

Bunga pinjaman yang dibebankan kepada anggota dan calon anggota koperasi
maksimal sama dengan suku bunga yang berlaku pada BPR atau Koperasi simpan
pinjam di daerah setempat
Penetapan bunga tersebut ditetapkan berdasarkan hasil keputusan musyawarah
pemangku kepentingan terkait.
Provisi kredit tidak dikenakan biaya
d. Sanksi
Apabila koperasi menunggak kewajiban pelunasan kredit selama tiga bulan berturut
turut, maka Bank Pelaksana (BUKOPIN Cabang Malang) berhak mencairkan DEP
atas nama koperasi yang dijadikan sebagai jaminan untuk digunakan sebagai
pelunasan kredit.
Apabila koperasi telah menunggak kewajibannya dan Bank Pelaksana telah
mencairkan DEP yang dijadikan jaminan, maka hal tersebut akan menjadi bahan
pertimbangan bagi koperasi tersebut untuk tidak mendapatkan alokasi DEP pada
Program PEMP tahun berikutnya maupun dana yang bersumber dari Bank Pelaksana
atau lainnya.
Apabila nasabah menunggak sampai pada waktu yang telah disepakati, maka akan
dikenakan sanksi sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan yang diterbitkan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten / Kota.

Prosedur Kredit Untuk Nasabah PEMP
Prosedur pengajuan pinjaman di Swamitra Mina LEPP-M3 Jwalita adalah sebagai
berikut:
- Mengisi formulir pengajuan
- Menyerahkan fotokopi KTP suami / istri
- Menyerahkan fotokopi jaminan (BPKB atau STNK)
- Menyerahkan fotokopi kartu keluarga (KK)
- Menyerahkan fotokopi surat nikah
- Menyerahkan fotokopi rekening listrik
- Menyerahkan surat keterangan dari desa setempat
Evaluasi Program PEMP di Kabupaten Trenggalek
Evaluasi program PEMP di Kabupaten Trenggalek dilihat dari persepsi masyarakat (lakilaki dan perempuan) terhadap tingkat keberhasilan Program PEMP di Kabupaten
Trenggalek. Analisis menggunakan kriteria pemberdayaan metode Longwe
(kesejahteraan, akses, partisipasi dan kontrol atau pengambilan keputusan)
Program PEMP bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Kabupaten Trenggalek telah menerima dana PEMP sejak tahun 2001. Sampai dengan
tahun 2007 jumlah dana yang telah diterima Kabupaten Trenggalek dari dana APBN
sebesar 2.503.031.500. Selain dana dari pusat, program PEMP ini mendapat dana
dukungan dari Pemerintah daerah Kabupaten Trenggalek mulai tahun 2002 sampai
dengan 2007 jumlah dana yang diberikan sebesar 1.048.647.000.
Program PEMP sendiri dibagi dalam tiga periode seperti yang telah diuraikan
sebelumnya yaitu Periode pertama pada tahun 2001-2003 merupakan periode inisiasi,
periode ini difokuskan pada penggalangan partisipasi dan penyadaran masyarakat serta

perintisan kelembagaan ekonomi masyarakat pesisir yang diharapkan mampu menjadi
cikal bakal holding company yang akan memayungi aktivitas ekonomi masyarakat
pesisir. Pada tahun 2001 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek
memfasilitasi pembentukan LEPP M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro
Mitra Mina) di Munjungan yang menjadi pengelola Dana Ekonomi Produktif (DEP) yang
dikucurkan melalui program PEMP. Selanjutnya pada dua tahun berturut-turut yakni pada
tahun 2002 dan 2003 dibentuk Unit Simpan Pinjam (USP) untuk kawasan Panggul dan
Prigi.
Periode kedua pada tahun 2004-2006 merupakan periode institusionalisasi,
difokuskan pada revitalisasi kelembagaan melalui peningkatan status LEPP-M3 menjadi
berbadan hukum koperasi. Pada awal periode kedua ini, yakni pada tahun 2004 dilakukan
revitalisasi kelembagaan melalui peningkatan status LEPP-M3 menjadi koperasi dengan
nama Koperasi Serba Usaha (KSU) LEPP-M3 Jwalita dengan Badan Hukum No.
1888.42/005/406.057/BH/IV/2004. Legalitas ini yang mendasari kemitraan antara KSU
LEPP-M3 Jwalita dengan Bank BUKOPIN yang mempunyai program Swamitra Mina
(Lembaga keuangan yang menyalurkan bantuan modal kepada nelayan, pembudidaya,
pengolah dan pedagang ikan maupun masyarakat pesisir lainnya). Mengingat
perkembangan dari USP Prigi yang cukup pesat maka untuk sementara sampai dengan
tahun 2007 hanya USP Prigi watulimo yang bermitra dengan Bank BUKOPIN.
Periode ketiga merupakan periode diversifikasi usaha dimana LEPP-M3
diharapkan telah menjadi holding company. Pada tahun 2007 LEPP-M3 telah mempunyai
beberapa unit usaha yakni selain Unit Simpan Pinjam, juga mendirikan kedai pesisir.
Kedai pesisir ini melayani aneka kebutuhan nelayan dengan harga relatif sama dengan
harga barang-barang di Ibukota Kabupaten. Kawasan Prigi dipilih sebagai lokasi
pendirian Kedai Pesisr dengan pertimbangan daerah ini merupakan pusat aktivitas
nelayan di Kabupaten Trenggalek sekaligus sebagai daerah wisata. Program kedai pesisir
ini kedepannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM dengan pembentukan
jaringan ritel yang menjangkau wilayah pesisir seluruh Indonesia.
Kedai pesisir didirikan melalui dana APBN dari kegiatan fasilitasi kedai pesisir
senilai Rp 200 juta yang digunakan untuk (i) rehabilitasi bangunan untuk kedai pesisir
yang sebelumnya merupakan Balai Penyuluhan Perikanan (BPP) Prigi, (ii) pengadaan
komputer untuk kedai pesisir, (iii) pengadaan (belanja) barang yang dijual di kedai pesisir
dan (iv) pelatihan tentang cara penataan outlet kedai, pengelolaan kedai dan cara
negosiasi dengan suplier.
Kedai pesisir ini didesain seperti toko swalayan yang ada di Ibukota Kabupaten
yang didukung dengan sistem komputerisasi. Tanggapan dari masyarakat Prigi terhadap
kedai pesisir cukup bagus, hal ini terlihat pada jumlah pembeli yang berbelanja dikedai
pesisir. Nilai penjualan harian kedai pesisir saat ini rata-rata mencapai Rp 3juta perhari.
Lokasi kedai pesisir berada didekat loket pintu masuk kawasan wisata Pantai Prigi dan
berada tepat didepan Hotel Prigi. Untuk kedepan kedai oesisir ini diharapkan bisa
menjadi grosir yang mampu mensuplai semua kebutuhan masyarakat pesisir.
LEPP-M3 melayani kredit kepada masyarakat pesisir, apapun profesinya yang
memenuhi kriteria tertentu. Pada tahap awal, setiap peminjam hanya diperbolehkan
meminjam Rp 5 juta, jika track record bagus, pinjaman berikutnya bisa naik dua kali
lipat. Pinjaman tertinggi saat ini telah mencapai angka Rp 60 juta rupiah. Dengan kredit
ini masyarakat dapat memutar usahanya dengan baik dan lancar dan lambat laun dapat

membangkitkan usaha di daerah pesisir. Meskipun LEPP-M3 bersaing dengan BPR
maupun bank-bank komersil lainnya dalam mencari nasabah, namun nasabah dan tingkat
pengembalian kredit cukup baik mengingat LEPP-M3 tidak hanya sekedar memberikan
pinjaman namun juga jasa konsultasi dalam rangka pengembangan usaha.
Kesejahteraan
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan indikator yang paling tepat
diukur melalui nilai tukar nelayan (NTN) yang mempertimbangkan seluruh penerimaan
(revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga nelayan. Nilai tukar nelayan
digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui perkembangan tingkat kesejahteraan
nelayan (Ustriyana,2008). Nilai tukar masyarakat Pesisir Pigi yang telah mengakses
kredit PEMP NTNnya lebih dari 1. Hal tersebut berarti bahwa keluarga nelayan
mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya
dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau
menabung dalam bentuk investasi barang.
Selain dengan melihat dari NTN untuk mengetahui kesejahteraan nelayan adalah
dengan cara rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah Swamitra Mina Jwalita Prigi
Trenggalek. Nilai rata-rata rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah laki-laki
Swamitra Mina Jwalita Prigi Trenggalek adalah sebesar 3,38. Menurut Riduwan (2002)
tafsiran nilai dari rating scale adalah sebagai berikut:5 = Sangat Baik, 4 = Baik, 3 =
Cukup baik, 2 = Kurang Baik, 1 = Sangat Tidak Baik.
Berdasarkan dari pembobotan nilai tersebut maka tingkat kesejahteraan nasabah
laki-laki dapat dikatakan cukup sejahtera. Dalam hal ini yang dimaksud dengan cukup
sejahtera ditunjukkan dengan kondisi:
1. Pendapatan yang diterima cukup untuk memenuhi kebutuhan primer
2. Kebutuhan akan pangan yang memenuhi standar kesehatan cukup tercukupi
3. Kebutuhan akan sandang yang layak cukup tercukupi
4. Kebutuhan akan papan atau tempat tinggal yang layak cukup layak
5. Pemenuhan pendidikan cukup tercukupi
6. Kebutuhan untuk rekreasi cukup terpenuhi
Nilai rata-rata rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah perempuan
Swamitra Mina Jwalita Prigi Trenggalek sebesar 3,83. Angka tersebut lebih besar dari
pada nilai rata-rata rating scale atas variabel kesejahteraan nasabah laki-laki. Angka 3,83
mengisyaratkan bahwa tingkat kesejahteraan perempuan masyarakat sasaran PEMP
adalah dalam kategori sejahtera. Artinya bahwa pendapatan, sandang, pangan, papan,
pendidikan, dan rekreasi dapat tercukupi.
Semua variabel kesejahteraan (pendapatan, sandang, pangan, papan, pendidikan,
dan rekreasi) antara laki-laki dan perempuan nilainya lebih besar pada perempuan untuk
semua variabel. Namun demikian perbedaan nilai untuk semua variabel kesejahteraan
tidak terlalu besar antara laki-laki dan perempuan dan dapat dikatakan mendekati angka
keseimbangan. Kesimpulan dari variable kesejahteraan bahwa berdasarkan persepsi
perempuan dan laki-lakiprogram PEMP di Trenggalek cukup berhasil mensejahterakan
anggotanya.

Akses
Untuk variabel akses nilai rata-rata rating scale atas variabel akses pada nasabah
laki-laki Swamitra Mina Jwalita Prigi Trenggalek sebesar 3,55, perempuan sebesar 3,44.
Akses laki-laki dan perempuan cukup tinggi. Akses laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan, walaupun perbedaannya sedikit. Akses laki-laki dan perempuan terhadap
modal (kredit PEMP), teknologi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perikanan dapat
terpenuhi dengan baik.

Kesadaran Kritis Akan permasalahan Yang dihadapi.
Nilai rata-rata rating scale atas variabel penyadaran pada nasabah laki-laki Swamitra
Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek sebesar 3,605. Nilai rata-rata rating scale atas
variabel penyadaran pada nasabah perempuan Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten
Trenggalek sebesar 4,08. Hal tersebut berarti bahwa kaum perempuan yang mengakses
kredit PEMP tingkat pemampuannya lebih tinggi. Dengan demikian keberhasilan
program PEMP bagi perempuan khususnya di Trenggalek cukup berhasil.
Partisipasi
Nilai rata-rata rating scale atas variabel partisipasi pada nasabah laki-laki
Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek sebesar 3,11 sedangkan nilai ratarata rating scale atas variabel partisipasi pada nasabah perempuan Swamitra Mina Jwalita
Prigi Kabupaten Trenggalek sebesar 3,26. Partisipasi laki-laki dan perempuan terhadap
sumberdaya cukup tinggi.
Penguasaan dan Kontrol
Nilai rata-rata rating scale atas variabel penguasaan dan kontrol pada nasabah
laki-laki Swamitra Mina Jwalita Prigi Kabupaten Trenggalek adalah sebesar 3,83,
perempuan sebesar 3,86. Nilai tersebut menunjukkan adanya persamaan atau
keseimbangan tingkat kontrol antara laki-laki maupun perempuan. Widaningrum (1998)
mengatakan bahwa persamaan kontrol berarti suatu keseimbangan penguasaan antara
perempuan dan laki-laki sehingga tidak ada satu fihakpun yang dipapankan pada posisi
dominan atau subordinat.
Pengambilan keputusan dari masyarakat pada program PEMP di Kabupaten
Trenggalek terlaksana dengan baik karena adanya sosialisasi program PEMP setiap
tahunnya yang sekaligus untuk evaluasi program PEMP selanjutnya. Sosialisasi program
PEMP di Kabupaten Trenggalek untuk tahun anggaran 2007 terlaksana pada tanggal 2
April 2007. Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan, 2007 sosilaisasi tersebut
dihadiri oleh 50orang peserta yang berasal dari unsur instansi dan masyarakat terkait,
yakni Dinas KOPERINDAG, BAPPEKAB, BPKAD, Kantor Perijinan dan Penanaman
Modal Kabupaten Trenggalek, MUSPIKA Watulimo, Pengurus KSU LEPP-M3, personel
LSM SPEKTRA dan SAMBANG DIRI, Tenaga Pendamping Desa, Kepala Desa
(Margomulyo, Prigi, Sawahan, Tasikmadu, Karanggandu), perwakilan tokoh nelayan dan
kelompok perikanan, Petugas Teknis Lapang (Prigi, Panggul, dan Munjungan),
perwakilan nasabah (Prigi, Panggul, Munjungan).

Acara sosialisasi tersebut merupakan penyampaian materi berkaitan dengan
program PEMP serta diskusi bersama para peserta. Adapun materi yang disampaikan
meliputi:
a. Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat dan program-program pengentasan
kemiskinan di Kabupaten Trenggalek yang disampaikan oleh Kepala BAPPEMAS
(Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat) Kabupaten Trenggalek
b. Kebijakan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek dalam
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Trenggalek Ir.H.Syuhada Abdullah, M.Si.
c. Perkembangan Program PEMP di Kabupaten Trenggalek yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran Kegiatan PEMP Tahun Anggaran 2007 Ir. Didik Susanto,
serta
d. Perkembangan KSU LEPP-M3 Jwalita yang disampaikan oleh Ketua KSU bapak
Fattah Ismanu.
Dalam rangka keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Trenggalek
dinnyatakan sebagai pemenang Otonomi Award 2007 yang diselenggarakan oleh Jawa
Pos Institute of Pro Otonomy (JPIP) sebagai bentuk apresiasi kepada pemerintah dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah. Terkait pemberdayaan masyarakat pesisir, Trenggalek
memperoleh penghargaan untuk kategori khusus daerah dengan terobosan inovatif dalam
pemberdayaan ekonomi lokal. Dalam hal ini Kabupaten Trenggalek dinilai berhasil
dalam menggerakkan perekonomian lokal (pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir)
dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada baik dari luar yakni Dana Ekonomi
Produktif (DEP) dari APBN maupun APBD yang dikelola baik oleh LEPP-M3 Jwalita
untuk menggerakkan perekonomian lokal yang didukung oleh sumberdaya perikanan.
Dampak Program PEMP Terhadap Laki-Laki dan Perempuan
Program PEMP merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Program PEMP ini secara umum
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur
kewirausahaan, penguatan kelembagaan, penggalangan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan pemberdayaan serta diversifikasi usaha yang berkelanjutan dan berbasis
sumberdaya lokal.
Dampak program kredit PEMP terhadap usaha yang dikelola oleh laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Trenggalek secara kuantitatif dapat dihitung seberapa besar
dampak positif dan negatif terhadap laki-laki dan perempuan. Dilihat dari tingkat analisis
laki-laki dalam semua variabel tenaga, waktu, budaya, sumberdaya dan pendapatan
terdapat 43 dampak. Hasil analisis dampak program PEMP terhadap kaum laki-laki
tersebut terdiri dari 34 dampak positif dan 9 dampak negatif. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa program PEMP 79,07% berdampak positif terhadap usaha yang dikelola
oleh kaum laki-laki dan 20,93% berdampak negatif terhadap usaha yang dikelola oleh
kaum laki-laki. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dampak positif program PEMP
lebih besar daripada dampak negatif.
Sedangkan dampak program PEMP terhadap perempuan terdapat 40 dampak.
Dampak program PEMP terhadap perempuan tersebut terdiri dari 35 dampak positif dan
5 dampak negatif. Hal tersebut berati bahwa 87,5% program PEMP berdampak positif
terhadap usaha yang dikelola oleh perempuan dan hanya 12,5% berdampak negatif.

Dengan demikian program PEMP dapat dikatakan berhasil karena dampak positif lebih
besar daripada dampak negatif.
Jika dibandingkan dampak positif PEMP antara laki-laki dan perempuan yaitu
79,07% dampak positif yang diterima laki-laki dan 87,5% dampak positif yang diterima
perempuan, maka dampak positif lebih besar pada perempuan. Hal itu berati bahwa
dampak positif lebih banyak dirasakan oleh perempuan daripada laki-laki. Namun
demikian nilai persentase dampak positif yang diterima antara laki-laki dan perempuan
tidak terlalu besar sehingga kesenjangan dampak program PEMP antara laki-laki dan
perempuan tidak terlalu besar atau dapat dikatakan tidak terjadi kesenjangan.
Dari hasil analisis dampak program PEMP terhadap laki-laki dan perempuan
menunjukkan lebih banyak dampak positif daripada negatif baik terhadap laki-laki
maupun perempuan. Hal tersebut berarti bahwa akibat dari program PEMP sesuai dengan
yang diharapkan yaitu sesuai dengan tujuan dari program PEMP untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pesisir.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Prosedur penyaluran dana program PEMP
 DEP (Dana Ekonomi Produktif) untuk dana PEMP yang dijadikan sebagai
penjaminan tunai dikelola dengan tahapan sebagai berikut:
 DEP dibukukan pada rekening giro atas nama koperasi Jwalita untuk kemudian
dijadikan jaminan kepada Bank BUKOPIN Cabang Malang. Bank BUKOPIN
Cabang Malang memberikan kredit kepada koperasi minimal sebesar DEP yang
dijaminkan.
 Kredit yang diterima koperasi dari Bank BUKOPIN Cabang Malang dibukukan
sebagai Modal Tidak Tetap (MTT) pada unit usaha simpan pinjam dan disalurkan
kepada anggota atau calon anggota koperasi.

Evaluasi tingkat keberhasilan program PEMP di Kabupaten Trenggalek
Tingkat keberhasilan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di
Kabupaten Trenggalek dilihat dari indikator pemberdayaan yaitu kesejahteraan, akses,
penyadaran, partisipasi, penguasaan dan kontrol. Semua variabel menunjukkan bahwa
keberhasilan program PEMP di Trenggalek baik untuk laki-laki dan perempuan cukup
berhasil memberdayakan masyarakat. Dampak positif juga dirasakan oleh laki-laki dan
perempuan. Dengan demikian program PEMP dalam pelaksanaannya di Trenggalek tidak
ada kesenjangan jender, namun tingkat keberhasilannya perlu ditingkatkan karena semua
rating csale dari masing-masing variabel masih dipersikan cukup oleh masyarakat baik
laki-laki maupun perempuan.
Saran
Agar pelaksanaan program PEMP dimasa yang akan datang dapat lebih baik maka
penulis merekomendasikan beberapa saran, yaitu:
- Pelaksanaan dan rancangan Program PEMP dari tingkat pusat perlu dilakukan lebih
awal sehingga pelaksanaan program ini di daerah dapat lebih cepat dan berjalan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Seperti halnya pada saat pencairan dana PEMP
bisa cair sesuai dengan tahun anggaran yang telah ditetapkan.
- Diperlukan peninjauan kembali antara jumlah ideal TPD (Tenaga Pendamping Desa)
dengan luas wilayah dan jumlah kelompok yang harus didampingi sehingga kegiatan
pendampingan secara langsung terhadap kelompok-kelompok masyarakat pesisir
berjalan optimal.
- Diperlukan Konsultan Managemen Koperasi yang dilaksanakan oleh LSM atau
Perguruan Tinggi untuk mendampingi koperasi pelaksana program agar dapat berjalan
lebih baik lagi, transparan dan akuntable.
- Perlu diadakan pendampingan dan pembinaan dalam rangka penggunaan kredit modal
kerja, untuk itu alangkah lebih baik jika klinik bisnis khususnya yang ada di wilayah
Trenggalek segara dapat di bentuk.
- Pemilihan satu koperasi sebagai pelaksana program PEMP di wilayah Trenggalek
patut untuk dipertahankan karena telah terbukti berhasil dan dapat dijadikan contoh
bagi wilayah yang lain. Dengan pemilihan satu koperasi sebagai pelaksana program
maka koperasi dapat belajar dari kegagalan pada awal-awal program untuk diperbaiki
pada pelaksanaan tahun-tahun berikutnya.
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai profil aktivitas masyarakat sebelum
dan sesudah adanya program PEMP.
- Bidang perikanan mempunyai tingkat resiko yang cukup tinggi. Pihak koperasi tidak
mau menerima kapal atau perahu sebagai agunan untuk itu perlu dibentuk Lembaga
Penjamin kredit yang bertindak sebagai lembaga / perusahaan penjamin resiko atas
tidak dilunasinya kredit yang diberikan oleh kreditur (koperasi) kepada debitur.
Lembaga penjaminan kredit diperlukan apabila kredit tidak didukung dengan agunan
yang memadai, atau dengan berdasarkan pertimbangan bahwa pemberian kredit
tersebut mempunyai tingkat risiko yang cukup tinggi.
- Perlu adanya kerjasama dengan pihak asuransi sebagai lembaga pengelola resiko
kredit.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek. 2007. Kecamatan Watulimo Dalam Angka
2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Laporan Akuntabilitas Kinerja Departemen
Kelautan Dan Perikanan 2006. http://www.LAKIP_DKP_2006. go.id. Diakses pada
09 Desember 2007 pukul 07.55
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek. 2007. Pengelolaan Lingkungan
Kelautan dan Perikanan Yang Berkelanjutan Di Kabupaten Trenggalek. Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek.
Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Trenggalek. 2007. Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP) Tahun Anggaran 2007.
Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. 2005. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Lakukan
Penyusunan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir.
http://www.dkp.go.id/content.php?c=1731 diakses pada 09 Desemder 2007 pukul
08.05 WIB
Harsoyo. 1998. Metode Harvard (Dalam Pelatihan Teknik Analisis Jender). Pusat Studi
Wanita Universitas Gadjah mada Yogyakarta.
Harsoyo. 1998. Metode Matrik Analisis Jender (Dalam Pelatihan Teknik Analisis Jender).
Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah mada Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu. 2001. Dasar – Dasar Perbankan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
http://www.hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pria. 2008.Gema Pria Online. Diakses pada 07
Januari 2008 pukul 20.30 WIB
http://www. Instrumentsonline.wordpress.com. 2008.. Kesetaraan Gender.. Diakses pada
07 Januari 2008 pukul 20.44 WIB.
Humas Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2005. Pengembangan
Jaringan Ekonomi Masyarakat Pesisir : Upaya Mencapai Tujuan MDGs.
http://www.dkp.go.id/content.php?c=2144 diakses pada 25 September 2007 pukul

05:16WIB
Humas Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pemp
Serap Hampir 600 Ribu Tenaga Kerja. http://www.dkp.go.id/content.php
=3593 diakses pada 25 September 2007 pukul 05:21
Hutagalung, Saut P. 2006. Kesejahteraan Tetap Prioritas. http://www.dkp.go.id/ diakses
pada 29 November 2007 pada pukul 05.31 WIB.
Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Humaniora. Bandung.
Mayasari, Fitriyah. 2001. Skripsi Dampak Kebijakan Sub Sektor Perikanan Terhadap
Wanita Nelayan Di Desa Kedungcowek Kecamatan Kenjeran Kotamadya Surabaya
Propinsi Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.
Najwah, Nurun. 2005. Dilema Perempuan Dalam Lintas Agama dan Budaya. PSW UIN
Sunan Kalijaga Bekerjasama dengan IISEP-CIDA. Yogyakarta
Newstrom, W John and Davis, Keith. 1997. Organizational Behaviour. Human Behaviour
at Work. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Pratiwi, Anita Dwijus. 2008. Skripsi Peranan “Swamitra Mina Jaya” Sebagai Lembaga
Keuangan Mikro Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pesisir
Melalui Kredit Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Di
Kelurahan Kenjeran Kedungcowek Kecamatan Bulak Surabaya Jawa Timur.
Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Prijono, Onny S dan Pranarka, A.M.W. 1996. Pemberdayaan. Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Centre For Strategik And International Studies Jakarta.
Rahmawati, Devi. 2006. Skripsi Pengaruh Tingkat Pemberdayaan (Empowerment)
Terhadap Kinerja Manajer Pada Perusahaan Pengolahan Komoditi Perikanan
DiPropinsi Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel Variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Riniwati, Harsuko dan Harahap, Nuddin. 2002. Buku Ajar Kajian Gender (Buku I).
Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.
Riniwati, Harsuko dan Sukesi, Keppi. 2003. Laporan Penelitian Kajian Pemberdayaan
Perempuan Di Lahan Sawah Tambak Kabupaten Lamongan. Pusat Penelitian Peran
Wanita Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya. Malang.
Riniwati, Harsuko. 2006. Disertasi Pengaruh Tingkat Pemberdayaan Manajer Perempuan
Terhadap Motivasi Ekstrinsik Dan Intrinsik Serta Kinerja Manajer Perempuan Pada

Perusahaan Perikanan Di Jawa Timur. Program Pasca Sarjana Universitas
Airlangga Surabaya.
Ryo. 2007. November, Nilai Tukar Nelayan Naik 1,77%. http://www.jatim.go.id /news.
Php?id=15832 Diakses Pada 16 januari 2008 Pada Pukul 08.18 Wib
Sarastiti, Niken Diah. 2005. Analisis Nilai Tukar Nelayan Payang Kecil Periode Bulan
Juli-September 2005 (Studi Kasus Di Desa Kranji Kecamatan paciran Kabupaten
Lamongan). Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.
Solihin, Akhmad; Karim, Muhammad; Suhana; Nugroho, Thomas. 2005. Strategi
Pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia (Bunga Rampai). Humaniora.
Bandung.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Suyatno, Thomas; Chalik, H.A; Sukada, Made; Ananda, Tinon Yunianti; Marala,
Djuhaepah T. 1995. Dasar – Dasar Perkreditan. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Tim Penyusun Directorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 2004. Pedoman Umum
PEMP 2007. Departemen Kelautan Dan Perikanan,Directorat Jenderal Kelautan
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Directorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir..
Jakarta.
Tim Penyusun Pedoman Umum Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 2007.
Pedoman Umum PEMP 2007. Departemen Kelautan Dan Perikanan,Directorat
Jenderal Kelautan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Directorat Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir.. Jakarta.
Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an. Penerbit
Paramadina. Jakarta Selatan.
Ustriyana, I Nyoman Gede. Model Dan Pengukuran Nilai Tukar Nelayan (Kasus
Kabupaten Karangasem). www.ejournal.unud.ac.id/abstrak/(8)%20socaustriyana.doc diakses pada 16 Januari 2008 pukul 08.27 WIB.
Widhaningsih, wiwi dan Abadi, Moh Fairuz. Laporan Akhir Pendampingan Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 2007 Kabupaten Trenggalek.
Widaningroem, Retno. 1998. Metode Longwe Dan Aplikasinya (Dalam Pelatihan Teknik
Analisis Jender). Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah mada Yogyakarta.

Wijono, Wiloejo wirjo. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah
Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai
Kemiskinan. www.fiskal.depkeu.go.id/bkf/kajian/wiloejo-1
Wirahadi, Pudyo Teguh. 2007. Pendidikan dan Pelatihan Perbankan. P3BK Brawijaya.
Malang.