Peranan Tokoh Masyarakat Dalam Mediasi Konflik. Studi kasus : Peranan Tokoh masyarakat dalam Mediasi Perselisihan Antar Warga Desa Tolang Jae dengan Dusun Adian Goti di Tapanuli Selatan.

BAB II PROFIL LOKASI PENELITAN

  2.1 Gambaran Umum Desa Tolang Jae

2.1.1 Letak Lokasi dan Batas-Batas Wilayah

  Desa Tolang Jae berada di kecamatan Sayur Matinggi,Kabupaten Tapanuli Selatan. Secara geografis, Kabupaten Tapanuli Selatan terletak diantara 0 - 2 Lintang Utara dan 98 -99 Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 1985 meter diatas permukaan laut. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas 444 482,30 Hadengan batas-batas sebagai berikut :

  • Sebelah Utara dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Tengah • Sebelah Timur dengan Kab. Padang Lawas Utara, Kab Padang Lawas dan Kab Labuhan Batu • Sebelah Selatan dengan Kabupaten Mandailing Natal • Sebelah Barat dengan Kab. Mandailing Natal dan Samudera Indonesia • Dan, ditengah Kabupaten ini terletak Kota Padang Sidimpuan Kabupaten Tapanuli Selatan adalah kabupaten yang banyak memekarkan daerah otonomi baru, sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2008 tentang pembentukan otonomi daerah. Dimana Daerah diberi hak kebebasan hak untuk berkreasi dan bekerja untuk pembangunan wilayahnya, adapun daerah
daerah-daerah otonomi yang berpisah dari kabupaten induk tapanuli selatan antara lain :

  • Kabupaten Mandailing Natal (Madina)
  • Kabupaten Padang Lawas utara (Paluta)
  • Kabupaten Padang Lawas (Palas)
  • Kota Padang Sidimpuan Kabupaten Tapanuli Selatan terbagi ke dalam 14 wilayah kecamatan dan 248 desa/kelurahan. Empat belas kecamatan itu antara lain : 1.

  Kecamatan Batang Angkola 2. Kecamatan Sayur Matinggi 3. Kecamatan Angkola Timur 4. Kecamatan Angkola Selatan 5. Kecamatan Angkola Barat 6. Kecamatan Batang Toru 7. Kecamatan Marancar 8. Kecamatan Sipirok 9. Kecamatan Arse 10.

  Kecamatan Saipar Dolok Hole 11. Kecamatan Aek Bilah 12. Kecamatan Muara Batang Toru 13. Kecamatan Tano Tombangan Angkola 14. Dan, Kecamatan Angkola Sangkunur Untuk memperjelas lihat tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1.

   Jumlah Kecamatan dan Desa/ Kelurahan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

  7

  12

  8.Sipirok

  8

  19

  13

  40

  9.Arse

  1

  5

  4

  10

  10.Saipar Dolok Hole

  5

  2

  9

  14

  11.Aek Bilah

  6 6 -

  12

  12.Muara Batang Toru

  2

  5

  2

  9

  13.Tano Tombangan Angkola - 17 -

  17

  14.AngkolaSangkunur

  1 9 -

  2

  1

  Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Tapanuli Selatan

  6

  Kecamatan Kategori Desa atau Kelurahan / Category Village or Urban Village Swadaya Swakarsa Swasembada Jumlah (total)

  (1) (2) (3) (4) (5)

  1.Batang Angkola -

  26

  10

  36

  2. Sayur Matinggi -

  17

  2

  19

  3.Angkola Timur

  1

  8

  15

  7.Marancar

  4.Angkola Selatan

  3

  12

  2

  17

  5.Angkola Barat -

  7

  7

  14

  6.Batang Toru

  1

  12

  10

  23

  10 2012 29 159 60 248 2011 29 159 60 248 2010 29 159 60 248 Khusus untuk kecamatan Sayur Matinggi mempunyai luas wilayah 37 655,69 ha, Dengan ibukota kecamatan,Kelurahan Sayur Matinggi. Desa Tolang Jae yang menjadi lokasi penelitian merupakan desa yang tedapat di kecamatan Sayur Matinggi. Jarak dari ibukota kecamatan ke lokasi penelitian sekitar 5 Km.

  Jarak dari Desa Tolang Jae ke ibukota kabupaten sekitar 63 Km, serta jarak ke Kota Medan sebagai ibukota daripada provinsi adalah 405 Km yang mana jarak ini hanya dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat sekitar 13-14 jam perjalanan. Dan untuk mencapai kecamatan Sayur Matinggi dari ibukota

  Bila dari Kota Padang Sidimpuan bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dengan biaya transportasi Rp.10.000,-, dengan menggunakan angkutan kota maupun angkutan antar kota antar Provinsi (AKAP). Sementara dari ibukota provinsi medan, bisa ditempuh dengan Angkutan antar kota antar provinsi (AKAP) melalui jalur jalan lintas barat sumatera langsungmenuju Panyabungan dengan ongkos Rp.200.000,-. Sebelum mencapai ibukota kecamatan dan panyabungan dari Kota Padang Sidimpuan bisa turun langsung di lokasi penelitian tepatnya Desa Tolang Jae. Keberadaan Desa Tolang Jae tepat berada di jalur Jalan lintas barat sumatera dan Dusun Adian Goti berada di pegunungan Desa Tolang Jae. Hampir sebagian besar masyarakat Di Desa Tolang Jae menggunakan kenderaan roda dua dan hanya sebagian kecil yang menggunakan roda empat. Di lokasi penelitian ini keberadaan transportasi seperti bus AKDP maupun AKAP sangat mudah ditemui karena lokasi ini tepat berada di jalur lintas barat sumatera.

  Desa Tolang Jae termasuk pada dataran rendah dengan sedikit bukit-bukit kecil dan persawahan masyarakat. Daerah yang berada diantara dataran tinggi sebelah barat tepatnya bukit barisan dan dataran rendah di sebelah timur sumatera utara. Berada diantara kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan Kabupaten Padang Lawas. namun lokasi Desa Tolang lebih dekat jika ke Kota Padang Sidimpuan atau ke Kecamatan Batang Angkola. Sekitar 3-4 jam perjalanan kaki ke sebelah barat Desa Tolang akan menuju pegunungan Bukit barisan menuju arah laut. Sementara sepert yang dijelaskan diatas jalan lintas

2.1.2 Keadaan Alam

  Secara umum kondisi di wilayah studi dikategorikan pada iklim tropis basah yang dicirikan adanya dua pertukaran arah angin. Dimana angin moonson barat yang bertiup dari arah utara (Asia Tenggara) dan melewati laut selat malaka tersebut akan menjadi basah oleh kandungan air yang menyebabkan musim hujan sekitar bulan juli – november. Sedangkan angin Monsoon timur yang bertiup dari arah australia pada sekitar bulan desember hingga juni merupakan angin kering yang menyebabkan kecilnya curah hujan.Curah hujan diwilayah studi minimun terjadi 79 hari/pertahun.

  Menurut ketinggian tanahnya, Kabupaten Tapanuli terdiri dari daerah dataran rendah, perbukitan dan pegunungan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 0-225 di atas permukaan laut (dpl) seluas 41.699,75 Ha (9.38%), 20-

  800 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 29.500,00 Ha (6.64%), 20-1000 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 29.166,56 (6,56), 25-925 m di atas permukaan laut (dpl) seluas 35.149,43 (7,91%), 25-1250 m di atas permukaan tanah (dpl) seluas 47.303,54 Ha (10.64%), 25-1400 m di atas permukaan laut (dpl) 37.655,69 Ha (8.47%), 50-1275 m di atas permukaan laut (dpl) 19.568,07 Ha (4.40%), dan lebih dari 100 m diatas permukaan laut (dpl) seluas 207.439,19 Ha (46,00%) dan sungai besar yang ada di Tapanuli Selatan Antara lain, sungai Batang Angkola,Sungai ini adalah sungai yang terpanjang di Tapanuli Selatan dengan

  Sedangkan merujuk pada kondisi geologi kabupaten Tapanuli Selatan secara umum didominas oleh tekstur tanah halus dan tekstur tanah sedang. Desa Tolang Jae sendiri merupakan wilayah subur dengan jenis tanah Litosol, Podsolik merah kuning dan Regosol yang sangat cocok buat tanaman pangan dan pertanian.

  Terdapat sangat banyak sumber air di Desa Tolang Jae, mulai dari mata air sumur, sumber air yang langsung dialirkan dari pegunungan dan juga sungai yang airnya sangat besar. Bila diamati faktor curah hujan yang lumayan tinggi juga mempermudah memperoleh air di desa ini. Wajar saja bila Desa ini memiliki komoditi penghasil padi yang lumayan banyak karena persawahan yang sangat luas dan kemudahan mendapat akses sumber airnya.desa ini juga merupakan penghasil tanaman pangan yang cukup berkualitas dengan luas lahan persawahan di Desa Tolang Jae sendiri seluas ± 350 Ha.

  Kabupaten Tapanuli Selatan sendiri merupakan salah satu sentra perkebunan dan pertanian di Sumatera Utara. Komoditi yang dihasilkan oleh perkebunan di kabupaten tapanuli selatan adalah karet, sawit, dan padi (beras), dan lain-lain. Dari perkembangan sektor pertanian seperti padi padatahun 2013 yang luas lahan persawahannya mencapai 29.711 Ha mampu menghasilkan rata- rata 48,78 ton perkecamatandan dalam setahun produksi padi rata-rata di Tapanuli Selatan bisa mencapai 144.824 ton. Sedangkan untuk perkebunan karet dan sawit yang terdapat di kabupaten Tapanuli Selatan, sangat menopang produksi karet dan

  Dilihat dari kegiatan bersama masyarakat di Tapanuli selatan seperti halnya Upacara masih banyak di kunjungi Upacara-upacara adat yang masih terpelihara dilingkungan adat budaya Tapanuli Selatan seperti: Siriaon (Kebahagiaan) dan Siluluton (Kemalangan/duka cita). Bahasa dibagi atas dua kelompok sub bahasa daerah yakni dialek pengucapan bahasa angkola dan bahasa mandailing.

  Seni budaya yang masih dipertahankan antara lain terdapat Seni suara (Ende),seniTari(Tortor) seni Musik (Gondang), seni ukir, lukis, pahat (Gorga), sen i sastra bahasa (Hapantunon), seni olahraga (Uti utian) dan seni beladiri yang disebut Moncak.

2.1.3 Kecamatan Sayur Matinggi

  Kecamatan Sayur Matinggi terletak pada 25 – 1.400 diatas permukaan laut (dpl) dengan luas wilayah 37.655,69 km

  2

  . Kecamatan Sayur Matinggi terletak dikabupaten tapanuli selatan dengan batas- batas sebagai berikut :

  • Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola • Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tano Tombangan Angkola • Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas • Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara Tabel 2.

  No Nagori/Desa Luas (Km²)

  1 Huta Pardomuan 18,50

  2 Aek Badak Julu 13,80

  3 Aek Badak Jae 13,00

  Jumlah dan Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Sayur Matinggi

  5 Bulu Gading 5,30

  6 Bange 8,50

  7 Tolang Jae 20,70

  8 Mondang 6,00

  9 Janji Mauli Baringin 8,00

  10 Tolang Julu

  11.50

  11 Sipange Godang 14,00

  4 Sane-Sane/ Aek Libung 9,30

  12 Sipange Julu 10,00

  13 Sialang 8,70

  14 Somanggal 17,10 Parmonangan

  15 Lumbang Huayan 16,00

  16 Sayur Matinggi 47,50

  17 Silaiya 13,40

  18 Silaiya Tanjung Leuk 9,00

  19 Sipange Siunjam 17,20 Jumlah

  Sumber : Kecamatan Sayur Matinggi Dalam Angka 2013

2.1.4 Asal – Mula Desa

2.1.4.1 Sejarah Tolang Jae

  Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia 1894-1945. Pada Tahun 1894 pertanian dan pertanahan di indonesia masih di kuasai oleh pemerintahan hindia belanda, desa sebagai sistem pemerintahan terkecil bekerja sesuai dengan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang berdasarkan hukum adat. Desa Tolang Jae adalah desa yang didirikan pada tahun 1894 oleh tiga orang tokoh adatyang mencari penghidupan dan pembukaan lahan baru di Desa Tolang Jae, adapun tiga orang tokoh tersebut antara lain :

  • Badul Haddad Lubis • Baginda Batang Hari • Dan, Zagading

  Menurut sejarah, Desa Tolang Jae dulunya adalah hutan yng sama sekali belum tersentuh oleh tangan manusia. Dan kala itu penduduk di Tapanuli Selatan adalah warga yang gemar untuk berpindah-pindah tempat tinggal, disamping mencari lahan produksi baru demi mencukupi kebutuhan hidupnya, keinginan pindah juga memiliki alasan demi mendapat tempat berkumpul yang sejalan dengan tujuan bersama. Pembukaan lahan dan pembuatan tempat tinggal baru berdasarkan kesamaan latarbelakang identitas serta adat istiadat yang sama, membuat masyarakat berkumpul dalam satu bagian kelompok komunal yang (gotong royong), dan keinginan akan bahagia ditempat yang ditempati.

  Secara ekonomi sumber pendapatan masyarakat Desa Tolang Jae adalah darihasil pertanian, tanaman yang banyak ditanami oleh warga Desa Tolang Jae adalah padi, karet, kelapa, sayur-sayuran dll.untuk padi sendiri, Desa Tolang Jae mempunyai luas lahan persawahan ± 350 habelum lagi dengan lahan perkebunan yang mencapai ±500 hektar dengan lahan yang mayoritas dimiliki oleh warga adalah tanaman sayuran dan perkebunan karet.

  Desa Tolang Jae sendiri secara kebudayaan, masyarakatnya dipengaruhi oleh perkembangan kegiatan ekonomi. Disela- sela kegiatan untuk mengolah tanah beberapa kegiatan untuk meningkatkan pola pikir, sikap dan tindakan diselenggarakan. Secara moral kegiatan keagamaan di Desa Tolang Jae mampu memberikan motivasi kepada masyarakat untuk selalu berpikir positif dalam hubungannya antar sesama manusia atau dengan Tuhan. Kegiatan keagamaan dibangun berdasarkan keyakinan masyarakat yang mayoritas memeluk agama islam. Disetiap sudut desa akan mudah didapatkan sebuah langgar (mushola) dan satu buah masjid sebagai tempat beribadah dan menjalankan kegiatan mengaji di desa ini.

  Bila diamati secara hasil dari praktek sosial masyarakat, beberapa kegiatan seni dan budaya tetap dijalankan seperti seni suara (ende), seni tari (tortor), seni musik (gondang), seni ukir, lukis dan pahat (Gorga), seni bela diri (moncak)

2.1.4.2 Keadaan Politik Desa Dari Tahun 1894 ke Masa Aturan Pasca Reformasi di Desa Tolang Jae

  Keadaan politik di setiap desa memiliki pusat administrasinya masing- masing yang di kepalai seorang kepala desa dan dibantu oleh perangkat kerjanya.

  Kepala desa yang ada ketika desa baru dibangun pada tahun 1894 oleh Badul Haddad Lubis memimpin masyarakat dalam banyak hal, mulai dari penataan kampung sampai penataan aktivitas kemasyarakatan, tidak hanya memimpin kegiatan administratif. Kepala desa ditunjuk oleh masyarakat dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap masyarakat. Kepala desa sangat dihormati ketika itu, karena ketauladanan, pengaruh politiknya dalam menyelesaikan berbagai masalah dimasyarakat maupun kemampuan ilmu sepiritualnya. Dari hasil yang ditemukan oleh penulis ada tujuh pergantian Kepala Desa Tolang Jae mulai dari dibangunnya desa sampai sekarang.

  • : Desa Tolang dipimpin Badul Haddad lubis

  Tahun 1894- 1945

  : Desa Tolang dipimpin Sutan Marayun Tahun 1945- 1950

  • : Desa Tolang dipimpin Tukar Lubis Tahun 1970- 1990
  • : Desa Tolang dipimpin Monang Lubis Tahun 1990-1999
  • : Desa Tolang dipimpin Indera sakti lubis
  • : Desa Tolang dipimpin mara indo lubis

  Tahun 1999-2010

  Tahun 2010- sekarang Dalam hal segi kebijakan dan kondisi kepemimpinan tahun ke tahun yang dikeluarkan, penulis hanya akan membahas sedikit tentang keadaan politik pada tahun 1970 -1990 dan juga pasca reformasi di Desa Tolang Jae. pada tahun 1982 kepala desa yang dipimpin oleh Tukar Lubis memberikan izin kepada warga yang datang dari Gunung Sitoli untuk menetap di Desa Tolang Jae tepatnya didolok sabottar (perbukitan desa ), banyaknya warga dari gunung sitoli yang datang untuk tinggal dan menyewa tanah di Desa Tolang Jae awalya sekitar 20 kepala keluarga (kk). Disaat kepemimpinan Desa Tolang Jae oleh Tukar Lubis,sebenarnya sudah ada penolakan dari pihak warga akan keberadaan warga nias yang ingin membentuk perkampungan di dolok sabottar Desa Tolang Jae.

  Tetapi pihak aparaturpemerintahan desa tidak terlalu merespon sikap penolakan warga terhadap pendatang tersebut. yang banyak orang mengasumsikan bahwa tidak adanya respon dari pihak aparatur desa dikarenakan adanya kepentingan pihak kepala desa dan aparaturnya dalam memamfaatkan tenaga Warga Nias (pendatang) sebagai pekerja untuk mengolah kayu dari dolok sabottar (perbukitan tempat Dusun Adian Goti Berada) ke Desa Tolang Jae.

  Berlanjut pada Pasca reformasi penyelenggaraan pemerintahan desa adalah salah satu sasaran reformasi, hal ini ditandai dengan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sekaligus mengatur Daerah Otonom dan Desa yang kemudian di revisi kembali melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 serta diubah kembali menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah.

  Dari Undang-Undang tersebut Nomor 32 Tahun 2004 dan revisi Undang- Undang Nomor 12 tahun 2008 menyebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota

  Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 dan PP No 72 Tahun 2005, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup : a.

  Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c.

  Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota; d.

  Urusan pemerintahan lainya yang oleh peraturan perundang undangan diserahkan kepada desa. Dalam melaksanakan pemerintahan Desa Tolang Jae tidak berbeda dengan Desa yang lainnya di indonesia. Pemerintahan desa dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahannya terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang memiliki kedudukan sebagai mitra kerja pemerintahan desa dan menjadi panutan masyarakat di Desa Tolang Jae.

  Kepala Desa sebagai salah satu tokoh masyarakat bertanggung jawab kepada rakyat desa, yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Kepada BPD kepala desa menyampaikan informasi pokok-pokok peratanggung jawaban namun tetap memberikan kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan atau meminta keterangan lebih lanjut hal-hal yang bertalian dengan pertanggung jawaban yang dimaksud.

  Dari segi pemilihan Kepala Desa, Kepala Desa Tolang Jae dipilih langsung oleh penduduk desa dengan masa jabatan 5 (lima) tahun. Calon kepala desa yang terpilih dengan dukungan suara terbanyak ditetapkan sebagai kepala desa oleh BPD dan disahkan oleh Bupati. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem penyelenggaraan pemerintahan sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurusi kepentingan masyarakatnya. Tugas kepala desa yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas, kepala desa mempunyai wewenang

  

  yaitu : a.

  Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa; b. Menyusun rancangan APB Desa; c. Menetapkan peraturan desa setelah dimusyawarahkan bersama dengan

  BPD; d. Merencanakan pembangunan desa; e.

  Memfasilitasi kehidupan masyarakat desa; Mengembangkan usaha ekonomi masyarakat dan perekonomian desa; g.

  Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; h. Mengembangkan teknologi tepat guna; i. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

  Kepala desa juga mempunyai hak sebagai berikut : a. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa lainnya kepada camat; b.

  Menetapkan peraturan desa setelah dimusyawarahkan bersama dengan 46 BPD;

  Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah c.

  Mengelola keuangan desa; d. Menerima penghasilan tetap setiap bulan dan atau tunjangan lainnya; e. Melimpahkan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat desa; dan f. Mengelola kekayaan desa.

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Fungsi dari BPD adalah menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, oleh karenanya BPD Desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya, yakni

   fungsi representasi .

  Keanggotaan BPD ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 210, yang berbunyi:

  1. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;

2. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD; 3.

  Masa jabatan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) masa jabatan berikutnya;

  4. Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam peraturan Daerah (Perda) yang berpedoman pada Peraturan 47 Pemerintah (PP) .

  

Sadu Wasistono & MS. M.Irawan Tahir. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung : CV Fokus

Media.hal.35

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 29, menyebutkan BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan

   Desa dan mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1.

  Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar 1945 dan mantaati segala peraturan perundang- undangan;

  2. Melakanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa;

  3. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan 4.

  Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

  5. Memproses pemilihan kepala desa; 6.

  Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;

  7. Menghormati nilai- nilai sosial budaya dan adat istiadat setempat; 8.

  Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan masyarakat. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 35, menyatakan bahwa BPD mempunyai wewenang sebagai berikut:

  1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa; 2.

  Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan 48 peraturan kepala desa;

  Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah

  3. Mengusulkan pengangkatan kepala desa dan pemberhentian kepala desa;

  4. Membentuk panitia pemilihan kepala desa; 5.

  Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

  6. Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Anggota BPD juga mempunyai hak sebagai berikut: 1.

  Mengajukan rancangan peraturan desa; Mengajukan pertanyaan; 3. Menyampaikan usul dan pendapat; 4. Memilih dan dipilih; 5. Memperoleh tunjangan;

  Dalam membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Desa tentang sumber keuangan desa terdiri dari pendapatan asli desa, bantuan dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah serta sumber penerimaan ketiga dan pinjaman desa. Sumber Pendapatan Asli Desa (PAD) meliputi : hasil usaha desa, kekayaan desa, swadaya dan partisipasi serta gotong royong dan pendapatan lain yang sah. Sumber pendapatan desa sebagaimana tersebut diatur dan dikelola dalam Anggaran dan Pendapatan Desa (APBDes) yang setiap tahunnya ditetapkan oleh Kepala Desa bersama dengan BPD yang kemudian dituangkan dalam peraturan desa.

  Kedudukan BPD dalam bidang pembangunan masyarakat desa yakni sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintahan Desa. BPD memiliki tugas untuk memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah desa terhadap kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat desa. berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi BPD dalam rangka demokratisasi desa sebagai berikut : a.

  Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat-istiadat yang hiudp dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang b.

  Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama dengan Pemerintahan Desa; c.

  Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, APDes,serta Keputusan Desa; d. Menampung aspirasi masyarakat desa, yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat desa kepada aparatur Pemerintahan Desa.

2.1.4.3 Peraturan Desa

  Peraturan Desa Tolang Jae ditetapkan oleh Kepala Desa bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peraturan Desa yang wajib dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan

  Desa; 2. Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; 3.

  Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD); 4. Peraturan desa tentang pengelolaan keuangan desa; 5. Peraturan desa tentang pembentukan Badan Milik Usaha Desa, apabila pemerintah desa membentuk BUMD; Peraturan desa tentang Pembentukan Badan Kerjasama; 7. Peraturan desa tentang Lembaga Kemasyarakatan. Selain peraturan desa yang wajib dibentuk seperti tersebut diatas, pemerintah desa juga dapat membentuk peraturan desa yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perundang-undangan lainya yang sesuai dengan kondisi sosial budaya stempat, antara lain:

  1. Peraturan desa tentang pembentukan panitia pencalonan dan pemilihan kepala desa;

  2. Peraturan desa tentang penetapan yang berhak menggunakan hak Pilih dalam pemilihan kepala desa;

  3. Peraturan desa tentang penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan dan biaya pelaksanaan pemilihan kepala desa;

  4. Peraturan desa tentang pemberian penghargaan kepada mantan kepala desa dan perangkat desa;

  5. Peraturan desa tentang penetapan pengelolaan dan pengaturan pelimpahan/pengalihan fungsi sumber-sumber pendapatan dan kekayaan desa; 6. Peraturan desa tentang pungutan desa.

  2.1.4.4 Desa Tolang Jae Sekarang

  seperti halnya Pemerintahan Desa di Kecamatan lainnya mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan berusaha semaksimal mungkin memenuhi aspirasi dan kepentingan masyarakat desa.

  Desa Tolang Jae merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan SayurMatinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan. Secara administratif di bawah pemerintahan Kecamatan Sayur Matingi. Luas wilayah Desa Tolang Jae mencapai

  2 20,70 km .

  2.1.4.5 Letak Desa Tolang Jae

  Secara geografis Desa Tolang Jae berada pada titik kordinat 01 − 11

  Lintang Utara dan 99 - 22 Bujur Timur tepatnya di Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan. Ketinggian desa rata rata di atas 862-900 m dpl

  (diatas permukaan laut) dan rata-rata suhu sekitar 24 ° C dengan kategori daerah Dingin/Sejuk. Desa Tolang Jae dengan batas-batas sebagai berikut : 1.

  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tolang Julu , Kecamatan Angkola Sayur Matinggi.

  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bange, Kecamatan Sayur Matinggi.

  3. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Batang Angkola/Siondop, Kecamatan sayur matinggi.

  Sebelah Barat berbatasan dengan Dolok gonggonan (Dusun Adian Goti), Kecamatan Angkola Barat.

2.1.5 Jumlah Penduduk

  Jumlah penduduk Desa Tolang Jae pada tahun 2012 berdasarkan pada jumlah kepala keluarga berkisar : 340 kk dengan total secara keseluruhan penduduk di Desa tolang berkisar1,485 jiwa dengan komposisi penduduk Laki- laki sebanyak 730 orang jiwa dan komposisi penduduk perempuan sebesar 755 orang jiwa. Hal ini penting untuk dipertimbangkan, karena penduduk merupakan subjek dan sasaran dalam proses pelayanan oleh pemerintah desa.

  2.1.5.1 Jumlah Penduduk Desa Tolang Jae Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.

  

Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

  Tahun 2014 Jumlah Kepala Keluarga 340 Jumlah Laki-laki (jiwa) 730 Jumlah Wanita (jiwa) 755 Total (jiwa) 1.485

  Sumber : Profil Desa Tolang Jae Tahun 2012 Menurut data statistik terakhir di Desa Tolang Jae diketahui bahwa jumlah penduduk 1.485 jiwa. Jika dilihat dari faktor jenis kelamin, maka penduduk Desa

  Tolang Jae terdiri dari 730 jiwa laki-laki dan 755 jiwa perempuan. Dengan demikian komposisi penduduk Desa Tolang Jae jumlah perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.

2.1.5.2 Jumlah Penduduk Desa Tolang Jae Berdasarkan Pekerjaan

  Wilayah Desa Tolang Jae didominasi oleh kebun dan sawah, sebagianwargapenduduk Desa Tolang Jae adalah berprofesi sebagai petani. Ada juga yang berprofesi menjadi pedagang, wiraswasta dan hanya sebahagian kecil yang berprofesi sebagai pegawai negerisipil. Jumlah penduduk Desa Tolang Jae berdasarkan pekerjaan dapat dilihat dalam tabel berikut :

  

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

  31

  Kesimpulan yang dapat ditarik dari fakta yang ada, bahwa jenis pekerjaan khususnya petani memiliki hubungan terhadap partisipasi masyarakat desa.

  Sumber : Sistem Informasi Administrasi Kependudukan KecamatanSayurMatinggi 2012.

  9 Tidak Bekerja 624 Jumlah

  66

  8 Pekerjaan Lainnya

  7 TNI/POLRI

  6 Mengurus Rumah Tangga

  No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

  5 Pelajar/Mahasiswa 151

  4 Wiraswasta 151

  8

  3 Pedagang

  10

  2 Pegawai Negeri Sipil

  1 Petani/Pekebun 468

  Minimnya partisipasi masyarakat dalam musyawarah desa dapat dimaklumi karena masyarakat desa lebih mementingkan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memilih bekerja di kebun dibandingkan mengikuti forum-forum komunikasi desa seperti musyawarah desa dan konsolidasi antar warga.

  Ada juga kemungkinan yang dapat diambil dari tingginya tingkat angka pengangguran di Desa Tolang Jae dapat mengakibatkan tingginya tingkat emosi serta mudah termobilisasi oleh pihak tertentu, untukberbenturan dengan pihak lain dalam hal perebutan sumber daya.

2.1.5.3 Jumlah Penduduk Desa Tolang Jae Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan membentuk sumber daya manusia pelayanan di desa. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tolang Jae mulai dari yang tidak sekolah sampai dengan perguruan tinggi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.

  

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

  1 Belum/Tidak Pernah Sekolah 343

  2 Tidak Tamat SD 301

  3 SD 452

  4 SMP 202

  5 SMA 170

  6 D2/D3

  7

  7 S1

  10

  8 S2/S3 Total 1.485

  Sumber : Profil Desa Desa Tolang Jae Tahun 2013 Jika dilihat dari pendidikan di Desa Tolang Jae, mayoritas warganya adalah tammatan Sekolah Dasar (SD) bahkan banyak juga warganya tidak sekolah dan tidak lulus SD. jika diasumsikan, tidak diherankan banyak himbauan ataupun arahan dari Pemerintah bahkan Tokoh Masyarakat dapat dengan mudah diabaikan karena mungkin disebabkan oleh kurangnya kesederhanaan pihak Pemerintah maupun Tokoh Masyarakat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. dengan kondisi masyarakat yang tidak berpendidikan ini juga akan dengan mudah untuk dimobilisasi oleh pihak tertentu dengan wacana yang belum tentu

2.1.6 Sejarah Dusun Adian Goti

  Pada awalnya Dusun Adian Goti adalah Dolok Sabottar yang diberi nama oleh masyarakat setempat dan pemerintah kecamatan Sayur Matinggi, Dolok Sabottar dulunyaadalah hutan pegunungan yang tepat berada di Desa Tolang Jae. Pada tahun 1982 seperti yang dijelaskan diatas, warga gunung sitoli melakukan imigrasi dari pulau nias ke tapanuli selatan tepatnya di Desa Tolang Jae dan ingin membentuk perkampungan sendiri dan sekaligus mencari lahan untuk dijadikan alat produksi dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Keberadaan warga Adian Goti pada saat itu di Desa Tolang Jae menurut penelitian yang dilakukan penulis, semua atas izin dari kepala Desa dan Perangkat Desa Tolang Jae. Jika dipandang dari segi sejarah, awalnya warga yang melakukan imigrasi dari pulau nias ke Desa Tolang Jae berkisar 20 kk dengan jumlah penduduk sekitar 34 orang yang diantaranya 16 laki-laki dan 18 perempuan.

  Dilihat dari segi usaha yang dijalankan masyarakat Dusun Adian Goti di Desa Tolang Jae hampir semua adalah petani kebun tidak ada satupun petani sawah ataupun PNS (pegawai Negeri Sipil) di Dusun ini, kondisi tempat warga Adian Goti yang bertempat tinggal dan bertani di pegunungan Desa Tolang Jae juga menjadi faktor kenapa hanya usaha kebun yang mereka andalkan. adapun pertanian yang warga Adian Goti kelola adalah tanaman karet, nilam (pewarna

  Status tanah yang ditempati oleh warga Adian Goti tahun 1982 secara langsung tidak ada kejelasan ataupun perhatian dari pihak pemerintah pada saat itu, yang artinya siapa saja berhak ambil bagian untuk mengolah tanah di dolok sabottar (Dusun Adian Goti) baik itu pendatang maupun masyarakat asli. tetapi pada tahun 2012 melalui dinas kehutanan Kabupaten Tapanuli Selatan dengan surat perintah Nomor 094/3931/2012 tanggal 11 September 2012 menegaskan bahwa Dusun Adian Goti adalah wilayah hutan lindungyang berarti bahwa tanah yang diduduki oleh warga Adian Goti adalah tanah yang dilarang untuk ditinggali maupun dibuat menjadi lahan pertanian.

  Pada tahun 2013, Menurut laporan dan peninjauan permasalahan atas lahan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan. dengan adanya perkampungan/pemukiman masyarakat nias didalam kawasan Hutan Lindung yang dihuni oleh ± 50 orang kepala keluarga telah merambah kawasan Hutan Lindung sebagai mata pencarian mereka sehari-hari. Dan pihak-pihak perangkat kerja Desa Tolang Jae baik itu kepala desa dan BPD juga menyebutkan bahwa dari dulu hingga sekarang status tanah yang diduduki oleh Dusun Adian Goti adalah tanah yang sifatnya menyewa (kontrak).

  Bahkan menurut kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil monitoring yang dilakukan oleh pihak Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan, lokasi yang menjadi keberatan masyarakat Desa Tolang Jae dan sekitarnya berada di dalam kawasan hutan lindung. Dan saran yang dilontarkan oleh pihak instansi kehutanan masyarakat yang bermukim dan merambah kawasan hutan lindung tersebut.

2.1.7. Hubungan Penduduk Asli Dan Pendatang

  Secara umum masyarakat Desa Tolang Jae mayoritas Adalah suku BatakMandailing. dilihat dari sejarah, seluruh masyarakat desa ini adalah masyarakat pendatang sama halnya dengan Dusun Adian Goti tetapi yang menjadi masalah adalah antara ruang dan waktu, berlalunya waktu ruang juga akan berbeda. masyarakat yang ada di Desa merupakan petani penggarap yang lama kelamaan menetap di desa tersebut. Mayoritas penduduk di kawasan di Desa Tolang Jae merupakan masyarakat dari suku Mandailing yang berusaha mencari lahan untuk bertani dan berkebun pada zaman hindia belanda. Dari informasi dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, banyak terjadi kecenderungan pada setiap masyarakat desa mengelompokkan dirinya sebagai kelompok pendatang dan penduduk asli.

  Jika dikaji dalam sejarah hindia belanda, banyak sekali program-program hindia belanda seperti program transmigrasi yang merupakan bagian dari siasat politik etis kolonial pada saat itu, yang memberikan kebebasan pada setiap individu dari setiap suku untuk berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain danterus membuka lahan dan menanam tanaman yang diinginkan oleh pasar global. mandailing, jawa, dan suku nias. Suku Nias dan Jawa merupakan masyarakat pendatang, dimana mereka bermigrasi dari wilayah utara dan timur Tapanuli Selatan. Kelompok masyarakat ini kemudian menetap dan mencari penghasilan dari berbagai kegiatan usaha yang ada di Desa Tolang Jae.

  Ada beberapa faktor kenapa penduduk pendatang di desa ini : 1.

  Faktor Perkawinan Faktor perkawinan menjadi alasan utama seseorang untuk menetap di suatu daerah. Dalam hal ini salah satu pihak melakukan perkawinan dengan pihak lain. Artinya, seseorang penduduk desa ini melakukan perkawinan dengan seseorang dari pihak luar desanya. Di Desa Tolang Jae, minoritas masyarakatnya banyak diikat oleh status perkawinan dengan suku jawa. Yang menjadi alasan warga suku jawa berada di desa ini.

2. Faktor Pekerjaan

  Selain faktor perkawinan, faktor pekerjaan juga menjadi satu alasan seseorang untuk tinggal dan menetap di Desa Tolang Jae. Misalnya masyarakat Suku Nias yang mencari lapangan pekerjaan baru dengan membuka lahan perkebunan di Desa Tolang Jae tepatnya di Dolok Sabottar (Dusun Adian Goti) datang dari Pulau Nias demi memperoleh alat produksi dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Jika diamati sebelum terjadinya konflik besar pada 23 desember 2013 lalu, antara Goti (Pendatang) saling berinteraksi melalui hubungan kegiatan yang sifatnya dagang. Kedekatan yang ada pada masyarakat Desa Tolang Jae dan Dusun Adian Goti dulunya hanya didasarkan hubungan kegiatan ekonomi yang saling membutuhkan antara masyarakat Asli dan Pendatang.

2.1.8. Sarana Dan Prasarana Di Desa Tolang Jae

  Dalam mendukung aktivitas masyarakat Desa Tolang Jae, maka diperlukan sarana prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti sarana prasarana di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, perhubungan dan sebagainya. Jika lihat dengan tingkat populasi penduduk yang mencapai sekitar 1.485 jiwa, mustahil jika sarana kesehatan yang tersedia saat ini minim. Dari fakta lapangan yang di ketahui, disekitar Kecamatan Sayur Matinggi. Hanya tersedia 3 buah puskemas, dan rumah sakit besar untuk pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih serius hanya terdapat di Kota Sidimpuan dan juga Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Masyarakat terkadang juga banyak yang bersusah payah membawa penderita sampai beberapa rumah sakit besar di Kota Medan. Sungguh keadaan yang sangat keliru jika kemudian hari tidak lagi muncul penyakit-penyakit baru jika upaya penyuluhan kesehatan dan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan tidak segera dipecahkan oleh pemerintah.

  Seperti yang disampaikan diatas dari segi pendidikan, Disekitar Desa (SLTA) sebanyak 2 (dua) buah, 1 (satu) SMA dan satu (satu) lagi SMK. Dan sekolah tingkat menengah pertama sebanyak 3 (tiga) buah, 2 (dua) Smp negeri dan 1 (satu) Mts negeri. Dan terdapat puluhan sekolah dasar yang tersebar disetiap desa. Jika puluhan SD tersedia, itu artinya akan ada ribuan lulusan setiap tahunnya, dan bisa dikatakan hanya sekian orang yang dapat di tampung di SMP, dan akan semakin berkurang jika sudah masuk SMA. Secara akses pendidikan yang sangat terbatas, hanya segelintir orang yang bisa menamatkan jenjang pendidikan sampai pendidikan tingkat menengah. Lebih banyak lulusan sekolah jenjang pendidikan SD.

  Untuk sarana ibadah seperti yang dijelaskan di atas, Desa Tolang Jae terdapat beberapa rumah ibadah yang berdiri atas swadaya dan gotong royong masyarakat. Rumah ibadah tersebut antara lain satu unit mesjid dan tiga unit mushola mayoritas penduduk yang ada di Desa Tolang Jae adalah muslim. Dan ada juga satu unit gereja yang hanya berada di Dusun Adian Goti.

  Sarana lain seperti fasilitas jalan di Desa Tolang Jae yang menghubungkan dusun ke dusun dan desa ke desa sebagian telah diaspal. Namun ada juga yang masih belum dilapisi oleh aspal hanya batu kerikil dan sebagian jalan juga dilapisi oleh semen, akses jalan di desa ini sebagian besar adalah jalan yang dibuat sendiri oleh warga yang ingin pergi keladangnya masing-masing. Bila turun hujan bisa dibayangkan dengan kondisi jalan tikus yang dibuat warga akan sangat licin, kecamatan dengan desa sudah mulus dilapisi dengan aspal begitu juga akses jalan dari ibukota kabupaten dengan kecamatan.

  Untuk kebutuhan penerangan, Desa Tolang Jae telah menggunakan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Namun dusun yang berada di Desa Tolang Jae seperti Dusun Adian Goti sampai saat ini belum dialiri listrik, karena Dusun adian goti berada dipegunungan Desa Tolang Jae berada sehingga penyaluran aliran listrik ke Dusun tersebut mengalami kendala jarak.

  Dilihat dari sumber air di Desa Tolang Jae seperti yang dijelaskan diatas, sumber air di Desa Tolang Jae baik untuk di konsumsi, mandi , mencuci dan sebagainya, meraka dapatkan dari aliran air sungai yang datang dari pegunungan Dolok sibottar Desa Tolang Jae. Dan sebagian masyarakat juga mendapatkan air dari sumur yang ada dirumah mereka masing-masing. Hampir setiap penduduk memperoleh air dari aliran sungai dan sumur yang berada di Desa Tolang Jae.

  Bila diamati dari segi transportasi dan kenderaan masyarakat Desa Tolang Jae, sebagian diantaranya masyarakat Desa Tolang Jae mempunyai kenderaan roda dua dan roda empat yang digunakan untuk mendukung berbagai aktivitas mereka, seperti mengangkut hasil panen dari lahan untuk dijual pada pasar terdekat atau pengada. Di Desa Tolang Jae, pasar untuk mendistribusikan hasil pertanian harus menjual ke pasar tradisional yang terletak di setiap kecamatan Sayur Matinggi, ada juga yang terkadang menjual hasil pertaniannya sampai ke pasar yang terletak di Kota Padang Sidimpuan. Sedangkan untuk membeli mereka dapatkan di pasar tradisional yang berada di pasar sangkumpal bonang dan toko- toko yang ada di sekitar Desa Tolang Jae.

  Untuk jaringan komunikasi di Desa Tolang Jae telah berjalan dengan baik, terutama seluler. Sehingga memungkinkan masyarakat desa ini menggunakan telepon seluler sementara untuk jaringan internet, selain jaringan internet di Desa Tolang Jae susah sebagian besar masyarakat Desa Tolang Jae belum mengerti menggunakan dan memanfaatkan jaringan internet yang tersedia.

2.1.9. Organisasi Sosial

  Terdapat beberapa organisasi yang berada di Desa Tolang Jae yang memberikan pengaruh terhadap pola pikir, berprilaku dan bertindak masyarakat.

  Adapun organisasi-organisasi yang masih eksis sampai saat ini adalah, Organisasi tani, seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Serikat Pemuda

  Nasional (SPN). Selain itu, terdapat juga perkumpulan wirid, serikat tolong menolong, arisan-arisan. Juga ada partai-partai politik yang turut mewarnai Desa Tolang Jae secara Politik.

  Seperti yang dijelaskan diatas, dilihat dari segi melaksanakan roda pemerintahan desa, pemerintah desa juga mempunyai struktur organisasi. Struktur ini digambarkan sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing. Struktur ini bertujuan untuk pembagian kerja-kerja dan tanggung jawab sebagai perangkat pemerintahan desa. Struktur ini saling melengkapi satu sama lain dan terikat demi

Dokumen yang terkait

Peranan Tokoh Masyarakat Dalam Mediasi Konflik. Studi kasus : Peranan Tokoh masyarakat dalam Mediasi Perselisihan Antar Warga Desa Tolang Jae dengan Dusun Adian Goti di Tapanuli Selatan.

4 139 127

Peran Dan Pelaksanaan Mediasi Dalam Menyelesaikan Sengketa Perdata Di Pengadilan Negeri Medan (Analisis Terhadap Perkara Yang Diselesaikan Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Medan)

2 106 143

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan

2 87 83

Peranan Pemerintah Desa Dalam Memberdayakan Masyarakat Bidang Pembangunan Infrastruktur Di Era Otonomi Daerah (Studi Pada Desa Simangumban Jae Kecamatan Simangumban Kabupaten Tapanuli Utara)

7 86 87

Tinjauan Yuridis Peranan Lembaga Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Asuransi Di Indonesia Studi Di Badan Mediasi Asuransi Indonesia (Bmai)

12 234 76

Proses Mediasi Dalam Penanganan Perselisihan Hubungan Industrial Karena Pemutusan Hubungan Kerja (studi kasus terhadap perselisihan PHK antara buruh MS berhadapan dengan PT. MJ di Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi Kota Malang Tahun 2013)

1 6 28

Peranan Misykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan Mustahiq : Studi kasus Majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung

2 10 143

Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Remaja : Studi kasus Siswa SMA Darussalam Ciputat

0 7 68

Peranan Kepercayaan Konsumen sebagai Variabel Mediasi dalam Meningkatkan Komitmen Konsumen berbelanja secara online di Jakarta

0 0 9

Pelaksanaan Mediasi Dalam Penyelesaian Laporan Masyarakat Di Ombudsman Republik Indonesia

0 0 134