Analisis Finansial dan Pemasaran Rotan Seel (Daemonorops melanochaetes Bl.) di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Rotan Botani Rotan

  Tellu (2005) menyatakan bahwa kelompok jenis-jenis rotan didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Ordo : Aracales Famili : Aracaceae Subfamili : Calamoideae Genus : Daemonorops Spesies : Daemonorops melanochaetes Bl. (rotan seel) merupakan salah satu contoh spesies genus Daemonorops (Plantamor, 2008).

  Bentuk batang rotan umumnya silindris dan terdiri dari ruas-ruas yang panjangnya berkisar antara 10-60cm. Sedangkan diameter rotan berkisar antara 2- 50 mm, tergantung pada jenisnya. Ruas satu dengan yang lain dibatasi oleh buku tetapi buku ini hanya ada dibagian luar batang, tidak membentuk sekat seperti pada bambu. Pada beberapa jenis tampak adanya tonjolan dan lekukan pada sisi yang berlawanan sepanjang ruas. Tonjolan dan lekukan ini tampak lebih jelas pada buku yang berasal dari jejak daun, yaitu ikatan pembuluh yang menuju ke daun (Jasni dan Rachman, 2007).

  Batang tanaman rotan merupakan bagian yang terpenting karena nilai ekonomi tanaman terletakpada batangnya. Ciri umum batang tanaman rotan adalah sebagai berikut (Januminro. 2000):

  • segitiga, tetapi selalu bersifat aktinomorf, yakni bila dibagi dua akan menjadi bagian yang setangkup.

  Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder atau

  • oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun tanaman rotan melekat pada buku-buku tersebut.

  Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yangs setiap ruas dibatasi

  • (fototrop atau heliotrop).

  Batang tanaman rotan selalu tumbuh keatas menuju sinar matahari

  • Batang rotan tidak bertambah besar diameternya meskipun bertambah tua.

Ujung batang tanaman rotam akan selalu bertambah panjang

  Rotan pada tingkat semai pada mulanya diameter batangnya tumbuh berkembang dan bertambah panjang. Pada fase pertumbuhan awal tersebut akan menentukan diameter batang di atas tanah, akan tetapi ada beberapa variasi diameter sepanjang batang. Diameter batang bagian bawah lebih besar dan makin kecil diameternya.

  Jika mahkota mencapai tajuk hutan, atau rotan secara reproduktif sudah dewasa, maka diameter batang rotan mulai mencapai ukuran sebenarnya atau mencapai maksimum (Dransfield dan Manokaran, 1994).

  Panjang batang dari pangkal hingga ujung dapat mencapai kurang lebih 250 meter, terutama bagi jenis tertentu seperti rotan manau (Calamus manan Mig) dengan diameter lebih dari 25 mm. Rotan yang berdiameter kecil pada umumnya memiliki panjang antara 10 – 15 meter (Sumarna, 1990). Beberapa jenis rotan mempunyai suatu lapisan asam kersik dibagian luar batangnya. Hal ini dapat diketahui karena dengan melengkungkan atau membengkokkan sebatang rotan, lapisan asam kersik ini akan retak dan rontok. Dengan rontoknya lapisan asam kersik ini disebut runti. Proses penghilangan lapisan kersik disebut merunti.

  Rotan berdaun majemuk, setiap daun terdiri atas anak-anak daun yang tersusun menyirip dengan duduk daun yang berselang-seling antar 1-2 helai anak daun. Ukuran panjang daun dan anak daun setiap jenis rotan berbeda-beda. Warna daun hijau dan mengkilap (leavis) atau agak kasar (glaber) karena berbulu halus.

  Bagian tengah daun melebar sedangkan bagian ujungnya meruncing (acutus). Setiap lembar pelepah daun terdapat duri atau sirus (cirrus) dengan jumlah yang berbeda-beda (6-8) menghadap kebawah di mana duri tersebut akan mengkait pada tanaman lain secara kuat. Selain duri tersebut, rotan juga dilengkapi dengan sulur panjat (Sumarna, 1990).

  Musim berbunga dan berbuah dari setiap jenis rotan disetiap tempat tumbuh berbeda-beda tergantung keadaan lingkungan tempat tumbuhnya.

  Umumnya rotan berbuah pada bulan Oktober dan Nopember, sehingga sangat dianjurkan pengumpulan buah rotan pada bulan tersebut. Buah rotan umumnya berbiji satu, namun ada juga yang berbiji dua atau tiga seperti yang terdapat pada buah Calamus koordersianus Becc. Semua jenis rotan memiliki buah yang tertutup oleh sisik yang saling tumpang tindih membentuk baris-baris vertikal.

  Syarat Tumbuh

  Rotan merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder, termasuk pada daerah perladangan berpindah dan belukar. Secara umum rotan dapat tumbuh pada berbagai keadaan seperti : di rawa, tanah kering, dataran rendah, pegunungan tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenangi air atau sama sekali bebas dari genangan air. Jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah tanah luvial, dan regosol. Pertumbuhan terbaik pada daerah-daerah lereng bukit yang cukup lembab dengan ketinggian antara 0-2900 m di atas permukaan laut, memiliki iklim basah sampai kering (Rombe, 1986).

  Secara ekologis rotan dapat tumbuh di wilayah dataran rendah, perbukitan, lembah, rawa sampai pegunungan, dengan kondisi mulai dari batu berkapur, hutan keranggas, rawa gambut, tanah al-luvial di pinggir sungai, tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenangi air. Ketebalan humus minimal 20 – 30 cm. Persyaratan iklim dari rotan berbeda-beda dans ecara umum rotan menghendaki wilayah hujan tropika dengan tipe hujan A, B, C, dan D menurut klasifikasi Schimidt & Ferguson, dengan kelembaban kurang lebih 60 % dan curah hujan antara 2000 – 4000 mm per tahun dan intensitas cahaya cukup tinggi (Sinaga, 1997).

  Penyebaran Rotan

  Jenis rotan terbanyak dan terbanyak dan tersebar luas adalah dari marga

  

Calamus yang menyebar dari Afrika Barat sampai Kepulauan Fiji, dan dari Cina

  Selatan sampai Selandia baru. Calamusmerupakan marga rotan yang paling banyak ditemuakan diantara rotan marga lainnya dari suku Palmae. Pusat keragaman jenis rotan ditemukandi Semenanjung Malaya, yaitu pada pusat daerah beriklim basah di Paparan Sunda (Dransfield,1974).

  Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam kelompok palem-paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis dan hidup pada kawasan hutan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Di Indonesia, jenis ini dapat ditemui di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa kepulauan lainnya. Bebebrapa laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpaisekitar 25 jenis, Sumatera 75 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25 jenis. Dari lebih 50 jenis yang sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan di Indonesia, ternyata baru sebagian kecil yang di ekspor; antara lain rotan manau, rotan tohiti, rotan irit, rotan sega, rotan semambu, rota pulut putih, rotan pulut merah yang kesemuanya ini termasuk dalam kelompok

  calamus (Erwinsyah, 1999).

  Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi ini seirama dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern. Faktor- faktor biologi sebagai faktor dalam (intern) meliputi perkawinan silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut faktor geografik sebagai faktor luar (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas vulkan, dan kerak bumi (Syafe’i, 1990).

  Kegunaan Rotan

  Dalam pengobatan tradisional, akar jenis rotan selian (Calamus ornatus B1) telah lama dimanfaatkan sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit ibu yang melahirkan. Daging buah jenis rotan Daemonoropdan Calamus selain enak dikonsumsi dapat dijadikan sebagai bumbu masak juga dapat dipakai untuk mencegah diare. Getah rotan yang didapat dari pengolahan jernang merupakan bahan baku industri pewarna, industri farmasi, serbuk pembuatan pasta gigi, ekstrak trannin dan sebagainya (Januminro, 2000).

  Buah rotan biasanya dikonsumsi dalam pembuatan rujak. Selain itu, buah rotan biasanya dikonsumsi oleh wanita yang sedang mengandung. Rasa buah rotan yang asam menurut masyarakat dapat mengurangi rasa mual bagi wanita hamil yang sedang mengidam (Affandi dan Patana, 2004).

  Masyarakat lokal memungut rotan untuk keperluan sendiri sebagai pengikat dalam pembuatan rumah atau gubuk kerja. Gubuk yang dibangun di kebun atau sawah semuanya menggunakan rotan sebagai pengikat tiang, lantai kerangka atap, dan daun rotan juga dijadikan sebagai atap. Rotan juga dimanfaatkan sebagai tali jemuran, tali pengikat ternak, pembuatan keranjang dan tikar (Achmad, 2008).

  Analisis Kelayakan

  Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu usaha layak untuk dilaksanakan dilihat dari sudut pandang badan-badan, orang- orang yang menanamkan modalnya ataupun orang yang berkepentingan langsung dengan usaha tersebut. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik atau tidaknya suatu kegiatan usaha telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks dapat menggunakan

  

presentvalue (PV) yang didiskon dari arus manfaat ataupun biaya selama umur

suatu kegiatan usaha (Kadariah et al, 1999).

  Zubir (2006) mengatakan jika permintaan terhadap produk yang ada serta prospeknya dimasa yang akan datang lebih kecil daripada penawarannya maka pembangunan proyek akan menghasilkan produk yang sama dan teknologi yang sama dengan perusahaan yang sudah ada di pasar tidak layak untuk dilaksanakan.

  Sebaliknya jika tersedia market space, maka perlu diperhitungkan apakah pasar yang tersedia dan perkembangannya akan mampu menampung produksi proyek tersebut.

  Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan sebagainya (Daniel, 2004).

  Pemasaran

  Pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan manejerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba (Kotler, 2000).

  Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan (Sudiyono, 2004).

  Kegiatan-kegiatan dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang /jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran. Penjualan hanyalah salah satu dari berbagai fungsi pemasaran.

  Apabila pemasar melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan produk dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan dan mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barang-barang tersebut (Riana dan Baladina, 2008).

  Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk bergantumg pada jarak antara produsen dan konsumen, cepat tidaknya produk rusak, skala produksi, keuangan pengusahaan dan lain-lain. Sebagian produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk membawa produk mereka ke pasar. Perantara pemasaran tersebut membentuk suatu saluran pemasaran (disebut juga saluran distribusi atau saluran perdagangan) (Salaka, 2010).

  Sistem distribusi barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa dilakukan dengan melalui cara langsng maupun tidak langsung.

  Keputusan untuk menditribusikan barang dalam siistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan “One time strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada sistem dimaksud (yaitu : sistem tata niagayang sedang berjalan), harga sama denga biaya marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi dari biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen (Awang, 2002).

  Dasarnya tujuan akhir seorang pengusaha adalah membuat keuntungan. Oleh karena itu, maka ia harus mampu menjual barang yang dihasilkan dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya yang di keluarkan. Dalam hubungnnya dengan masalah inilah, maka pasar menjadi relevan. Luas pasar ditentukan tiga unsur, yaitu: jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan distribusi pendapatan.

  Disamping unsur tersebut, ada pula beberapa hal yang mempengaruhi suatu pasar. Pertama adalah berakitan dengan biaya angkutan, dengan biaya angkutan yang cenderung makin rendah maka industri makin bebas untuk menetukan lokasi.

  Keadaan ini mengakibatkan daerah perkotaan dengan pasarnya yang luas makin menarik sebagai lokasi industri dan perusahaan. Pasar mempengaruhi lokasi menyangkut tentang biaya distribusi. Lokasi yang kurang tepat dapat menambah biaya distribusi yang tercermin dalam biaya yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi (Djojodipuro, 1992).

  Efisiensi pemasaran

  Menurut Mubyarto (1982) dalam Awang, dkk (2002) pemasaran suatu komoditi dikatakan efisien apabila memenuhi beberapa syarat yaitu: a) mampu mentransfer produk yang diperdagangkan dari produsen awal ke konsumen akhir dengan biaya minimal dan, b) mampu menciptakan distribusi pendapatan yang adil dari harga yang dibayar konsumen terhadap semua lembaga tataniaga yang ikut terlibat.

  Efisiensi sistem pemasaran suatu komoditi adalah sangat penting karena dapat meningkatkan pendapatan produsen (petani hutan rakyat) dan secara agregat kelak bisa memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Disamping itu, informasi tentang efisiensi pemasaran sangat membantu para pihak dan penentu kebijakan yang lebih adil sebagai dampak adanya proses distribusi barang dari produsen ke konsumen tersebut (Awang, dkk, 2002).

  Kondisi Umum Lokasi Penelitian

  Penelitian dilakukan di Kecamatan Simangambat yang terletak di wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara, berjarak 60 Km dari Kantor Bupati.Perjalanan ke Kecamatan Simangambat itu kurang lebih 120 menit dari Kota Gunungtua ibukota kabupaten Padang Lawas Utara. Kecamatan Simangambat memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.250 KK atau 46.813 jiwa dengan luas adalah 69904 Ha ( Sumber Kantor Kecamatan Simangambat).

  Kecamatan Simangambat terletak pada 01

  27

  53 ′43″ - LU dan 99 ′55″ BT dengan batas batas berikut:

  1. : Kabupaten Labuhan Batu Sebelah Utara 2.

  Sebelah Selatan : Kabupaten Padang Lawas 3. : Kabupaten Labuhan Batu Selatan

  Sebelah Barat 4. Sebelah Timur : Kecamatan Halongonan ( Sumber Kantor Kecamatan Simangambat).

  Penduduk Kecamatan Simangambat adalah mayoritas Suku Batak Angkola, namun tidak hanya suku Angkola saja yang mendiami Kecamatan Simangamnbat, melainkan terdapat suku Tapanuli, Jawa dengan masyarakat mayoritas beragama Islam dan Kristen Protestan.

  Kecamatan Simangambat merupakan daerah yang memiliki tingkat mobilitas penduduk yang tinggi karena ketersediaan akomodasi jalan yang cukup memadai. Beberapa infrastruktur yang sudah terdapat di Kecamatan Simangambat adalah sarana pendidikan seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiah, Madrasah Aliyah; Sarana kesehatan, seperti puskesmas, posyandu dan sarana ibadah seperti mesjid dan gereja.

  Perekonomian masyarakat Kecamatan Simangambat berasal dari hasil pertanian dan perkebunan. Hal ini dikarenakan hampir seluruh masyarakat Simangambat berprofesi sebagai petani turun temurun. Masyarakat Simangambat biasanya menanam padi pada lahan sawah, sedangkan pada lahan ladang ditanami dengan cabe, kacang tanah, dan pada lahan kebun ditanam dengan karet, sawit, kelapa, dan sebagian dari lahan kebun masyarakat terdapat rotan yang tumbuh.