Analisis Finansial dan Pemasaran Rotan Seel (Daemonorops melanochaetes Bl.) di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara

(1)

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN ROTAN SEEL

(

Daemonorops melanochaetes Bl.

) DI KECAMATAN

SIMANGAMBAT KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

SKRIPSI

Oleh:

HAFNITA MISRAWATI HARAHAP 091201005/MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

ABSTRAK

HAFNITA MISRAWATI HARAHAP. Analisis Finansial dan Pemasaran Rotan Seel (Daemonorops melanochaetes Bl.) di Kecamatann Simangmbat Kabupaten

Padang Lawas Utara. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan YUNUS

AFIFUDDIN.

Rotan merupakan salah satu tanaman hasil hutan bukan kayu. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan, salah satu adalah batang yang diolah menjadi pakkat. Namun, saat ini sangat terbatas informasi mengenai nilai

ekonomi dari pakkat, sehingga masyarakat kurang tertarik untuk

mengusahakannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial dan alur pemasaran dari pakkat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara. Responden dari penelitian ini adalah pelaku usaha pakkat dan pelaku usaha penjualan

pakkat.Metode analisis data yang digunakan adalah analisis finansial dan analisis pemasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pakkat ini layak untuk diusahakan karena nilai R/C Ratio lebih dari satu yaitu 2,4 dengan BEP volume produksi sebanyak 490 unit dan BEP harga sebesar Rp. 245,22 serta jangka waktu kembali modal adalah setelah 1,22 kali produksi. saluran pemasaran pakkat

dimulai dari petani, pengumpul, pengecer, dan sampai kepada konsumen. Kata Kunci: Rotan, Kelayakan Finansial, Margin Pemasaran, Pakkat


(3)

ii

ABSTRACT

HAFNITA MISRAWATI HARAHAP. Financial Analysis and Marketing Rotan Seel (Daemonorops melanochaetes Bl.) in Kecamatan Simangmbat, Kabupaten North Padang Lawas.Under Academic Supervisionof AGUS PURWOKO and YUNUS AFIFUDDIN.

Rattan is one plant timber forest products. Almost all parts can be used, one of the which is processed into pakka. Today, information of pakkat economic value is limitted, so that people were uninterested in process it. Therefore, this study aimed to analyze the financial feasibility and marketing of pakkat groove. The research was conducted in the Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang LawasUtara. Respondents of this study ispakkat businesses and entrepreneurs pakkat sales. Data analysis methods used are financial analysis and marketing analysis.

The Results showed that the effort is worth it for cultivated pakkat because the value of R / C ratio of more than one volume is 2.4 with BEP production by 490 units and BEP price of Rp. 245.22, and the period after the return of capital is 1.22 times the production. Pakkat marketing groove starts from farmers, collectors, retailers, and through to consumers. There are 2 lines with margin value from broom Rp. 900,00.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunungtua, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11April 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari ayahanda Raja Sahnan Harahap dan ibu Masriani Siregar. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 1 Gunungtua pada tahun 1997 – 2003, kemudian dilanjutkan di SMP N 3 Padang Bolak pada tahun 2003 – 2006, lalu dilanjutkan di SMA N 2 Plus Sipirok pada tahun 2006 – 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di program studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengolahan Ekosistem Hutan pada tahun 2011 di di Taman Hutan Raya (Tahura). Pada bulan Februari – Maret 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani Banyuwangi Utara.Pada tahun yang sama penulis melaksanakan penelitian dengan judul : Analisis Finansial dan Pemasaran Rotan Seel (Daemonorops melanochaetes Bl.) di Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitianyang

berjudul “Analisis Finansial dan Pemasaran Rotan Seel (Daemonorops

melanochaetes Bl.) di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara”. Hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan seminar hasil penelitian di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepadakedua orang tuapenulis yang telah mendidik penulis selamai ni.Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si. dan Yunus Afifuddin S.Hut., M.Si. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latarbelakang ... 1

Permasalahan ... 3

Tujuan ... 4

Manfaat ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Rotan ... 5

Botani rotan ... 5

Syarat tumbuh... 8

Penyebaran ... 8

Kegunaan rotan ... 9

Analisis kelayakan ... 10

Pemasaran ... 12

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 14

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

Alat ... 16

Metode Pengumpulan Data ... 16

Metode Analisis Data ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden... 24

Deskripsi usaha rotan muda (pakkat) ... 25

Proses produksi rotan muda (pakkat) ... 27

Analisis kelayakan finansial usaha rotan muda atau pakkat ... 29

Biaya produksi dan pendapatan ... 30

Revenue cost ratio (R/C) ... 33


(7)

vi

Analisis pemasaran ... 35

Analisis margin pemasaran dan margin keuntungan pakkat ... 37

Efesiensi Pemasaran ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(8)

DAFTAR TABEL

No. Halaman.

1.Rekapitulasi karakteristik responden menurut karakteristik umur ... 24

2.Rekapitulasi karakteristik responden menurut tingkat pendidikan ... 25

3.Biaya penyusutan peralatan usaha pakkat dalam sekali produksi ... 30

4.Biaya variabel usaha pakkat dalam sekali produksi ... 31

5.Biaya total usaha pakkat dalam sebulan ... 31

6.Penerimaan total dari usaha pakkat dalam sekali produksi ... 31

7.Keuntungan dari usaha pakkat dalam sekali produksi ... 32

8.Hasil perhitungan R/C Ratio dari usaha pakkat ... 33

9.Nilai BEP unit produksi dan rupiah dari usaha pakkat ... 34

10.Hasil rekapitulasi nilai BEP dari usaha pakkat ... 34

11.Payback period dari usaha pengolahan pakkat ... 35

12.Analisis Margin Keuntungan Distribusi Pakkat (Saluran I)... 39

13.Analisis Margin Pemasaran Distribusi Pakkat (Saluran I) ... 39

14.Analisis Margin Keuntungan Distribusi Pakkat (Saluran II) ... 40

15.Analisis Margin Pemasaran Distribusi Pakkat (Saluran II) ... 40


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman.

1.Area pengambilan rotan muda (pakkat) ... 26

2.Pembersihan lokasi pengambilan... 27

3.Pemilihan batang yang berumur 2-3 tahun... 28

4.Proses pembersihan pelepah berduri ... 28


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman. 1.Kuesioner responden/petani pakkat ... 48 2.Kuesioner responden/penjual pakkat ... 50 3.Analisis biaya produksi pakkat dalam sekali produksi (1 minggu) di Kecamatan

Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara ... 52 4.Perhitungan analisis biaya dan pendapatan, R/C ratio, break event point

(BEP) dan payback period ... 54 5.Rekapitulasi biaya tataniaga pakkat saluran I ... 55 6.Rekapitulasi biaya tataniaga pakkat saluran II ... 55


(11)

ABSTRAK

HAFNITA MISRAWATI HARAHAP. Analisis Finansial dan Pemasaran Rotan Seel (Daemonorops melanochaetes Bl.) di Kecamatann Simangmbat Kabupaten

Padang Lawas Utara. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan YUNUS

AFIFUDDIN.

Rotan merupakan salah satu tanaman hasil hutan bukan kayu. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan, salah satu adalah batang yang diolah menjadi pakkat. Namun, saat ini sangat terbatas informasi mengenai nilai

ekonomi dari pakkat, sehingga masyarakat kurang tertarik untuk

mengusahakannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial dan alur pemasaran dari pakkat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara. Responden dari penelitian ini adalah pelaku usaha pakkat dan pelaku usaha penjualan

pakkat.Metode analisis data yang digunakan adalah analisis finansial dan analisis pemasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pakkat ini layak untuk diusahakan karena nilai R/C Ratio lebih dari satu yaitu 2,4 dengan BEP volume produksi sebanyak 490 unit dan BEP harga sebesar Rp. 245,22 serta jangka waktu kembali modal adalah setelah 1,22 kali produksi. saluran pemasaran pakkat

dimulai dari petani, pengumpul, pengecer, dan sampai kepada konsumen. Kata Kunci: Rotan, Kelayakan Finansial, Margin Pemasaran, Pakkat


(12)

ABSTRACT

HAFNITA MISRAWATI HARAHAP. Financial Analysis and Marketing Rotan Seel (Daemonorops melanochaetes Bl.) in Kecamatan Simangmbat, Kabupaten North Padang Lawas.Under Academic Supervisionof AGUS PURWOKO and YUNUS AFIFUDDIN.

Rattan is one plant timber forest products. Almost all parts can be used, one of the which is processed into pakka. Today, information of pakkat economic value is limitted, so that people were uninterested in process it. Therefore, this study aimed to analyze the financial feasibility and marketing of pakkat groove. The research was conducted in the Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang LawasUtara. Respondents of this study ispakkat businesses and entrepreneurs pakkat sales. Data analysis methods used are financial analysis and marketing analysis.

The Results showed that the effort is worth it for cultivated pakkat because the value of R / C ratio of more than one volume is 2.4 with BEP production by 490 units and BEP price of Rp. 245.22, and the period after the return of capital is 1.22 times the production. Pakkat marketing groove starts from farmers, collectors, retailers, and through to consumers. There are 2 lines with margin value from broom Rp. 900,00.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rotan merupakan komoditas utama hasil hutan bukan kayu, karena memiliki nilai jual yang tinggi dan pasaran yang luas terutama pasar ekspor. Pada awal perdagangan rotan, Indonesia mengekspor rotan asalan, rotan mentah dalam bentuk rotan bulat di samping ekspor dalam bentuk produk barang setengah jadi dan produk barang jadi. Sejak itu, Indonesia dikenal sebagai penghasil rotan terbesar di dunia karena dalam pasaran internasional Indonesia mampu menyediakan sekitar 80 % kebutuhan rotan di dunia.

Rotan merupakan tumbuhan khas daerah tropis dengan penyebaran terbanyak di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Irian Jaya. Hasil inventarisasi rotan menunjukkan bahwa rotan sebagai tumbuhan bawah terdapat pada areal hutan seluas kurang lebih 39 juta hektar, sedangkan areal hutan yang berpotensi rotan seluas kurang lebih 9,369 juta hektar, dengan potensi rotan tiap hektar adalah antara 98 kg sampai 3850 kg berat kering dengan rata-rata 970 kg (Rombe, 1986). Penyebaran dan potensi rotan di Indonesia hasil inventarisasi tahun 2006, tidak tersebar secara merata di seluruh nusantara. Penyebaran rotan di Indonesia meliputi 20 provinsi dengan total areal hutan yang ditumbuhi rotan seluas 9,9 juta hektar. Potensi produksi terbanyak terdapat di Sulawesi Tenggara 6,5 ton/ha, Kalimantan Barat 3,85 ton/ha, Sulawesi Selatan 1,95 ton/ha, Irian Jaya 1,8 ton/ha, dan Kalimantan Timur 1,21 ton/ha.

Pemanenan rotan semuanya dilakukan oleh masyarakat lokal yang bertempat tinggal di sekitar hutan. Masyarakat lokal yang bekerja sebagai


(14)

pemanen rotan merupakan unsur utama dalam perdagangan rotan, karena tanpa pemanenan rotan tidak ada rotan yang diperdagangkan. Kegiatan pemanenan rotan oleh masyarakat lokal biasanya dilakukan sebagai kerja sampingan, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun, ada juga kelompok pemanen rotan yang menjadikan pemanenan rotan sebagai usaha pokok.

Anakan (tunas rotan) atau biasa disebut pokrol rotan dijadikan sebagai bahan untuk sayur bagi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Jenis rotan yang dimanfaatkan pokrolnya sebagai sayur adalah rotan berdiameter besar seperti

Daemonorops dan beberapa jenis Calamus. Selain pokrol rotan, juga dikenal umbut rotan yaitu bagian pucuk sepanjang kurang lebih 100 cm dari batang rotan dewasa dapat digunakan sebagai sayur oleh masyarakat Aceh, sedangkan masyarakat Tapanuli mengenal dengan nama pakkat.

Kecamatan Simangambat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Padang Lawas Utara yang berpotensi menghasilkan pakkat. Rotan yang diolah menjadi pakkat sangat diminati oleh masyarakat terutama pada bulan-bulan tertentu misalnya pada bulan Ramadhan. Oleh karena itu, kebanyakan industri pakkat hanya mengolah ini pada bulan Ramadhan karena pada saat itu permintaan dan nilai rotan muda atau pakkat sangat tinggi. Berbeda pada bulan-bulan biasa permintaan pakkat pun sedikit dan secara otomatis masyarakat yang mengolah rotan muda atau pakkat juga akan berkurang.

Tanaman rotan yang menghasilkan pakkat kurang diminati untuk diolah karena masyarakat sekitar menganggap bahwa pakkat memiliki nilai jual yang rendah. Oleh karena itu, perlu diketahui nilai finansial dari pakkat tersebut agar nantinya dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pakkat juga


(15)

3

berguna untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Disamping itu, nilai kelayakan usaha yang dijalankan oleh produsen yang mengusahakan pengolahan pakkat ini juga perlu dinilai agar dapat diketahui apakah usaha pakkat tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Sehingga hasil penelitian ini akan menjadi informasi bagi masyarakat yang ingin menjadi petani pakkat ini.

Hasil pakkat yang diolah menjadi makanan memiliki nilai jual yang dapat dipasarkan di pasaran. Selain itu pemahaman dan informasi tentang pemasaran pakkat masih menjadi salah satu faktor yang menyebabkan minimnya kesediaan masyarakat untuk mengolah pakkat. Dengan menganalisis pemasaran pakkat ini, diharapkan dapat diketahui bagaimana tingkat pemasaran pakkat di Kecamatan Simangambat. Selama dipasarkan, apakah pakkat hanya dikonsumsi setiap individu atau adakah pakkat yang diolah kedalam bentuk lain sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari pakkat ini. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian tentang “Analisis Finansial dan Pemasaran Rotan Seel (Daemonorops melanochaeates Bl.) di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara”.

Permasalahan

Masalah pokok penelitian ini adalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan finansial dari usaha pakkat di Kecamatan

Simangambat?

2. Bagaimana alur pemasaran dari pakkat yang diusahakan oleh masyarakat Kecamatan Simangambat?


(16)

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis kelayakan finansial dari usaha pakkat di Kecamatan Simangambat. 2. Analisisalur pemasaran dari pakkat yang diusahakan oleh masyarakat

Kecamatan Simangambat.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang analisis kelayakan finansial usaha pakkat di Kecamatan Simangambat.

2. Memberikan informasi tentang alur pemasaran pakkat di Kecamatan


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Rotan Botani Rotan

Tellu (2005) menyatakan bahwa kelompok jenis-jenis rotan didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Ordo : Aracales

Famili : Aracaceae

Subfamili : Calamoideae

Genus : Daemonorops

Spesies : Daemonorops melanochaetes Bl. (rotan seel) merupakan salah satu contoh spesies genus Daemonorops (Plantamor, 2008).

Bentuk batang rotan umumnya silindris dan terdiri dari ruas-ruas yang panjangnya berkisar antara 10-60cm. Sedangkan diameter rotan berkisar antara 2-50 mm, tergantung pada jenisnya. Ruas satu dengan yang lain dibatasi oleh buku tetapi buku ini hanya ada dibagian luar batang, tidak membentuk sekat seperti pada bambu. Pada beberapa jenis tampak adanya tonjolan dan lekukan pada sisi yang berlawanan sepanjang ruas. Tonjolan dan lekukan ini tampak lebih jelas pada buku yang berasal dari jejak daun, yaitu ikatan pembuluh yang menuju ke daun (Jasni dan Rachman, 2007).


(18)

Batang tanaman rotan merupakan bagian yang terpenting karena nilai ekonomi tanaman terletakpada batangnya. Ciri umum batang tanaman rotan adalah sebagai berikut (Januminro. 2000):

- Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder atau segitiga, tetapi selalu bersifat aktinomorf, yakni bila dibagi dua akan menjadi bagian yang setangkup.

- Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yangs setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun tanaman rotan melekat pada buku-buku tersebut.

- Batang tanaman rotan selalu tumbuh keatas menuju sinar matahari

(fototrop atau heliotrop).

- Ujung batang tanaman rotam akan selalu bertambah panjang.

Batang rotan tidak bertambah besar diameternya meskipun bertambah tua. Rotan pada tingkat semai pada mulanya diameter batangnya tumbuh berkembang dan bertambah panjang. Pada fase pertumbuhan awal tersebut akan menentukan diameter batang di atas tanah, akan tetapi ada beberapa variasi diameter sepanjang batang. Diameter batang bagian bawah lebih besar dan makin kecil diameternya. Jika mahkota mencapai tajuk hutan, atau rotan secara reproduktif sudah dewasa, maka diameter batang rotan mulai mencapai ukuran sebenarnya atau mencapai maksimum (Dransfield dan Manokaran, 1994).

Panjang batang dari pangkal hingga ujung dapat mencapai kurang lebih 250 meter, terutama bagi jenis tertentu seperti rotan manau (Calamus manan Mig) dengan diameter lebih dari 25 mm. Rotan yang berdiameter kecil pada umumnya memiliki panjang antara 10 – 15 meter (Sumarna, 1990). Beberapa jenis rotan


(19)

7

mempunyai suatu lapisan asam kersik dibagian luar batangnya. Hal ini dapat diketahui karena dengan melengkungkan atau membengkokkan sebatang rotan, lapisan asam kersik ini akan retak dan rontok. Dengan rontoknya lapisan asam kersik ini disebut runti. Proses penghilangan lapisan kersik disebut merunti.

Rotan berdaun majemuk, setiap daun terdiri atas anak-anak daun yang tersusun menyirip dengan duduk daun yang berselang-seling antar 1-2 helai anak daun. Ukuran panjang daun dan anak daun setiap jenis rotan berbeda-beda. Warna daun hijau dan mengkilap (leavis) atau agak kasar (glaber) karena berbulu halus. Bagian tengah daun melebar sedangkan bagian ujungnya meruncing (acutus). Setiap lembar pelepah daun terdapat duri atau sirus (cirrus) dengan jumlah yang berbeda-beda (6-8) menghadap kebawah di mana duri tersebut akan mengkait pada tanaman lain secara kuat. Selain duri tersebut, rotan juga dilengkapi dengan sulur panjat (Sumarna, 1990).

Musim berbunga dan berbuah dari setiap jenis rotan disetiap tempat tumbuh berbeda-beda tergantung keadaan lingkungan tempat tumbuhnya. Umumnya rotan berbuah pada bulan Oktober dan Nopember, sehingga sangat dianjurkan pengumpulan buah rotan pada bulan tersebut. Buah rotan umumnya berbiji satu, namun ada juga yang berbiji dua atau tiga seperti yang terdapat pada buah Calamus koordersianus Becc. Semua jenis rotan memiliki buah yang tertutup oleh sisik yang saling tumpang tindih membentuk baris-baris vertikal.


(20)

Syarat Tumbuh

Rotan merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder, termasuk pada daerah perladangan berpindah dan belukar. Secara umum rotan dapat tumbuh pada berbagai keadaan seperti : di rawa, tanah kering, dataran rendah, pegunungan tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenangi air atau sama sekali bebas dari genangan air. Jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah tanah luvial, dan regosol. Pertumbuhan terbaik pada daerah-daerah lereng bukit yang cukup lembab dengan ketinggian antara 0-2900 m di atas permukaan laut, memiliki iklim basah sampai kering (Rombe, 1986).

Secara ekologis rotan dapat tumbuh di wilayah dataran rendah, perbukitan, lembah, rawa sampai pegunungan, dengan kondisi mulai dari batu berkapur, hutan keranggas, rawa gambut, tanah al-luvial di pinggir sungai, tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara periodik digenangi air. Ketebalan humus minimal 20 – 30 cm. Persyaratan iklim dari rotan berbeda-beda dans ecara umum rotan menghendaki wilayah hujan tropika dengan tipe hujan A, B, C, dan D menurut klasifikasi Schimidt & Ferguson, dengan kelembaban kurang lebih 60 % dan curah hujan antara 2000 – 4000 mm per tahun dan intensitas cahaya cukup tinggi (Sinaga, 1997).

Penyebaran Rotan

Jenis rotan terbanyak dan terbanyak dan tersebar luas adalah dari marga

Calamus yang menyebar dari Afrika Barat sampai Kepulauan Fiji, dan dari Cina Selatan sampai Selandia baru. Calamusmerupakan marga rotan yang paling


(21)

9

banyak ditemuakan diantara rotan marga lainnya dari suku Palmae. Pusat keragaman jenis rotan ditemukandi Semenanjung Malaya, yaitu pada pusat daerah beriklim basah di Paparan Sunda (Dransfield,1974).

Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam kelompok palem-paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis dan hidup pada kawasan hutan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Di Indonesia, jenis ini dapat ditemui di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa kepulauan lainnya. Bebebrapa laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpaisekitar 25 jenis, Sumatera 75 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25 jenis. Dari lebih 50 jenis yang sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan di Indonesia, ternyata baru sebagian kecil yang di ekspor; antara lain rotan manau, rotan tohiti, rotan irit, rotan sega, rotan semambu, rota pulut putih, rotan pulut merah yang kesemuanya ini termasuk dalam kelompok

calamus(Erwinsyah, 1999).

Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi ini seirama dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor biologi sebagai Faktor-faktor dalam (intern) meliputi perkawinan silang, mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut faktor geografik sebagai faktor luar (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas vulkan, dan kerak bumi (Syafe’i, 1990).


(22)

Dalam pengobatan tradisional, akar jenis rotan selian (Calamus ornatus

B1) telah lama dimanfaatkan sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit ibu yang melahirkan. Daging buah jenis rotan Daemonoropdan Calamus selain enak dikonsumsi dapat dijadikan sebagai bumbu masak juga dapat dipakai untuk mencegah diare. Getah rotan yang didapat dari pengolahan jernang merupakan bahan baku industri pewarna, industri farmasi, serbuk pembuatan pasta gigi, ekstrak trannin dan sebagainya (Januminro, 2000).

Buah rotan biasanya dikonsumsi dalam pembuatan rujak. Selain itu, buah rotan biasanya dikonsumsi oleh wanita yang sedang mengandung. Rasa buah rotan yang asam menurut masyarakat dapat mengurangi rasa mual bagi wanita hamil yang sedang mengidam (Affandi dan Patana, 2004).

Masyarakat lokal memungut rotan untuk keperluan sendiri sebagai pengikat dalam pembuatan rumah atau gubuk kerja. Gubuk yang dibangun di kebun atau sawah semuanya menggunakan rotan sebagai pengikat tiang, lantai kerangka atap, dan daun rotan juga dijadikan sebagai atap. Rotan juga dimanfaatkan sebagai tali jemuran, tali pengikat ternak, pembuatan keranjang dan tikar (Achmad, 2008).

Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu usaha layak untuk dilaksanakan dilihat dari sudut pandang badan-badan, orang-orang yang menanamkan modalnya ataupun orang-orang yang berkepentingan langsung dengan usaha tersebut. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik atau tidaknya suatu kegiatan usaha telah dikembangkan berbagai macam


(23)

11

indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks dapat menggunakan

presentvalue (PV) yang didiskon dari arus manfaat ataupun biaya selama umur suatu kegiatan usaha (Kadariah et al, 1999).

Zubir (2006) mengatakan jika permintaan terhadap produk yang ada serta prospeknya dimasa yang akan datang lebih kecil daripada penawarannya maka pembangunan proyek akan menghasilkan produk yang sama dan teknologi yang sama dengan perusahaan yang sudah ada di pasar tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika tersedia market space, maka perlu diperhitungkan apakah pasar yang tersedia dan perkembangannya akan mampu menampung produksi proyek tersebut.

Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan sebagainya (Daniel, 2004).

Pemasaran

Pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan manejerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan


(24)

oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba (Kotler, 2000).

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan (Sudiyono, 2004).

Kegiatan-kegiatan dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang /jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran. Penjualan hanyalah salah satu dari berbagai fungsi pemasaran. Apabila pemasar melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan produk dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan dan mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barang-barang tersebut (Riana dan Baladina, 2008).

Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk bergantumg pada jarak antara produsen dan konsumen, cepat tidaknya produk rusak, skala produksi, keuangan pengusahaan dan lain-lain. Sebagian produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk membawa produk mereka ke pasar. Perantara pemasaran tersebut membentuk suatu saluran pemasaran (disebut juga saluran distribusi atau saluran perdagangan) (Salaka, 2010).

Sistem distribusi barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa dilakukan dengan melalui cara langsng maupun tidak langsung. Keputusan untuk menditribusikan barang dalam siistem tataniaga yang sedang


(25)

13

berjalan disebut dengan “One time strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada sistem dimaksud (yaitu : sistem tata niagayang sedang berjalan), harga sama denga biaya marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi dari biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen (Awang, 2002).

Dasarnya tujuan akhir seorang pengusaha adalah membuat keuntungan. Oleh karena itu, maka ia harus mampu menjual barang yang dihasilkan dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya yang di keluarkan. Dalam hubungnnya dengan masalah inilah, maka pasar menjadi relevan. Luas pasar ditentukan tiga unsur, yaitu: jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan distribusi pendapatan. Disamping unsur tersebut, ada pula beberapa hal yang mempengaruhi suatu pasar. Pertama adalah berakitan dengan biaya angkutan, dengan biaya angkutan yang cenderung makin rendah maka industri makin bebas untuk menetukan lokasi. Keadaan ini mengakibatkan daerah perkotaan dengan pasarnya yang luas makin menarik sebagai lokasi industri dan perusahaan. Pasar mempengaruhi lokasi menyangkut tentang biaya distribusi. Lokasi yang kurang tepat dapat menambah biaya distribusi yang tercermin dalam biaya yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi (Djojodipuro, 1992).

Efisiensi pemasaran

Menurut Mubyarto (1982) dalam Awang, dkk (2002) pemasaran suatu komoditi dikatakan efisien apabila memenuhi beberapa syarat yaitu: a) mampu mentransfer produk yang diperdagangkan dari produsen awal ke konsumen akhir dengan biaya minimal dan, b) mampu menciptakan distribusi pendapatan yang


(26)

adil dari harga yang dibayar konsumen terhadap semua lembaga tataniaga yang ikut terlibat.

Efisiensi sistem pemasaran suatu komoditi adalah sangat penting karena dapat meningkatkan pendapatan produsen (petani hutan rakyat) dan secara agregat kelak bisa memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Disamping itu, informasi tentang efisiensi pemasaran sangat membantu para pihak dan penentu kebijakan yang lebih adil sebagai dampak adanya proses distribusi barang dari produsen ke konsumen tersebut (Awang, dkk, 2002).

Kondisi Umum Lokasi Penelitian a. Letak dan luas wilayah

Penelitian dilakukan di Kecamatan Simangambat yang terletak di wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara, berjarak 60 Km dari Kantor Bupati.Perjalanan ke Kecamatan Simangambat itu kurang lebih 120 menit dari Kota Gunungtua ibukota kabupaten Padang Lawas Utara. Kecamatan Simangambat memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.250 KK atau 46.813 jiwa dengan luas adalah 69904 Ha ( Sumber Kantor Kecamatan Simangambat).

Kecamatan Simangambat terletak pada 01027′43″ - LU dan 99053′55″ BT dengan batas batas berikut:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Labuhan Batu 2. Sebelah Selatan : Kabupaten Padang Lawas

3. Sebelah Barat : Kabupaten Labuhan Batu Selatan 4. Sebelah Timur : Kecamatan Halongonan


(27)

15

b. Keadaan sosial budaya dan ekonomi

Penduduk Kecamatan Simangambat adalah mayoritas Suku Batak Angkola, namun tidak hanya suku Angkola saja yang mendiami Kecamatan Simangamnbat, melainkan terdapat suku Tapanuli, Jawa dengan masyarakat mayoritas beragama Islam dan Kristen Protestan.

Kecamatan Simangambat merupakan daerah yang memiliki tingkat mobilitas penduduk yang tinggi karena ketersediaan akomodasi jalan yang cukup memadai. Beberapa infrastruktur yang sudah terdapat di Kecamatan Simangambat adalah sarana pendidikan seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiah, Madrasah Aliyah; Sarana kesehatan, seperti puskesmas, posyandu dan sarana ibadah seperti mesjid dan gereja.

Perekonomian masyarakat Kecamatan Simangambat berasal dari hasil pertanian dan perkebunan. Hal ini dikarenakan hampir seluruh masyarakat Simangambat berprofesi sebagai petani turun temurun. Masyarakat Simangambat biasanya menanam padi pada lahan sawah, sedangkan pada lahan ladang ditanami dengan cabe, kacang tanah, dan pada lahan kebun ditanam dengan karet, sawit, kelapa, dan sebagian dari lahan kebun masyarakat terdapat rotan yang tumbuh.


(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital dan lembar kuesioner.

Prosedur Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil observasi lapangan, kuisioner, dan wawancara terhadap petani pakkat secara rutin. Data sekunder diperoleh melalui sumber resmi dan instansi terkait (Tabel 1):

No. Uraian Data Sumber Data Bentuk Data Keterangan

1. Karakteristik Keluarga

Petani pakkat Data primer Kuesioner

2. Jumlah penduduk Instansi

Pemerintah/Kecamatan

Data sekunder Hardcopy

3. Sosial ekonomi Instansi

Pemerintah/Kecamatan

Data sekunder Hardcopy 4. Peta Administrasi Instansi

Pemerintah/Kecamatan

Data sekunder Hardcopy

5. Gambaran umum

wilayah penelitian

Instansi

Pemerintah/Kecamatan


(29)

17

Penentuan sempel responden dilakukan dengan metode purposive

sampling yaitu sampel yang diambil adalah masyarakat yang mengusahakan pakkat secara rutin yaitu sebanyak 27 KK. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Penelitian ini juga akan dilakukan pada pelaku usaha penjualan pakkat dimulai dari petani, pengumpul, penyalur hingga ke konsumen.Pemilihan sampel dilakukan dengan metode

snowball sampling.

Metode Analisis Data

Data analisis dengan menggunakan data produksi dalam jangka waktu sekali produksi. Analisis yang dilakukan berupa analisis finansial dan analisis pemasaran.

1. Analisis Finansial

Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan analisis biaya dan pendapatan, Revenue Cost Ratio, Pendekatan Break Event Point (BEP) dan

Payback Period.

a. Analisis biaya dan pendapatan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Menurut Aziz (2003), rumus perhitungan biaya produksi, penerimaan dan keuntungan adalah sebagai berikut.

Biaya produksi: TC = TFC + TVC Keterangan:

TC = Total Cost (Biaya Total per bulan)


(30)

Penerimaan : TR = P x Q Keterangan:

TR = Total Revenue (Penerimaan Total per bulan) P = Price per Unit (Harga jual per unit per bulan) Q = Quantity (Jumlah Produksi per bulan)

Keuntungan: I = TR – TC

Keterangan:

I = Income (Pendapatan Bersih atau Keuntungan per bulan) TR = Total Revenue (Penerimaan Total per bulan)

TC = Total Cost (Biaya Total per bulan)

b. Revenue Cost Ratio (R/C)

Revenue cost ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total, yang menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Menurut Kuswadi (2007) Revenue cost ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C = TC TR

Keterangan:

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Kriteria penilaian R/C

R/C < 1 = usaha pengolahan rotan muda mengalami kerugian R/C > 1 = usaha pengolahan rotan muda memperoleh keuntungan R/C = 1 = usaha pengolahan rotan muda mencapai titik impas


(31)

19

c. Pendekatan Break Event Point

Pendekatan Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Menurut Alamsyah (2005), perhitungan BEP (konsep titik impas) yang dilakukan atas dasar unit produksi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BEP (Q) = TFC P/unit – VC/unit Keterangan:

BEP (Q) = titik impas dalam unit produksi TFC = biaya tetap total

P = harga jual per unit

VC = biaya tidak tetap per unit

Biaya tidak tetap per unit (VC) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

VC/unit =

Jumlah Produksi Biaya Variabel Total

Perhitungan BEP atas dasar unit rupiah dapat dilakukan dengan rumus: BEP (Rp) =

Y TC Keterangan:

BEP (Rp) = titik impas dalam rupiah TC = biaya produksi total (Rp)


(32)

Kriteria penilaian BEP

Apabila produksi rotan muda melebihi produksi pada saat titik impas (dalam satuan unit produksi) maka usaha pakkat mendatangkan keuntungan. Sedangkan jika harga jual rotan muda melebihi harga jual pada saat titik impas (atas dasar unit rupiah) maka usaha pakkattersebut juga akan mendatangkan keuntungan.

d. Payback Period

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha atau proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Menurut Adalina (2008) bahwa masa

pembayaran kembali atau payback period (PP) dari suatu investasi

menggambarkan lamanya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Payback Period = x 1 tahun

Jika masa pengembalian investasi (payback periode) lebih singkat daripada umur proyek yang ditentukan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan. Pada dasarnya semakin cepat payback periode menunjukkan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor.


(33)

21

2. Analisis Pemasaran

a. Metode pengumpulan data

Data-data yang dihasilkan dari wawancara dan penyebaran kuisioner dikumpulkan dan dihitung dengan menggunakan rumus margin pemasaran dan margin keuntungan.

b. Analisis data

Secara sistematis nilai margin pemasaran, marjin keuntungan dan efisiensi operasional dirumuskan sebagai berikut (Awang, 2002):

MP = Pr-Pf atau MP = ∑ Bi + ∑ Ki Keterangan:

- MP = Marjin Pemasaran

- Pr = Harga Tingkat konsumen

- Pf = Harga tingkat Produsen

Besarnya bagian harga yang diterima petani/masyarakat (Sp) dari harga yang dibayarkan konsumen bisa diketahui dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Sp = x 100%

Keterangan:

- Sp = Harga yang diterima petani

- Pf = Harga pembelian pemasaran ditingkat produsen - Pr = Harga penjualan pemasaran ditingkat konsumen


(34)

Untuk mengetahui jumlah keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut:

П = M – Bp Keterangan:

- П = Keuntungan lembaga pemasaran

- M = Margin pemasaran

- Bp = Biaya penjualan (Adiwilaga, 1996).

Sedangkan persen margin keuntungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

%II = 1 + x 100%

Keterangan:

- %II = Persentase margin - II = Margin keuntungan - Hp = Harga penjualan

3. Efisiensi pemasaran

Menurut Mubyarto (1983) yaitu analisis untuk mengetahui tingkat efisiensi operasional (atau efisiensi teknis, yaitu tingkat kemampuan menyampaikan/mendistribusikan barang dalam sistem tata niaga yang berjalan dengan biaya minimum). Dapat diformulasikan sebagai berikut:

1. Mark up on cost = x 100 %


(35)

23

2. Mark up on selling = x 100%

Besarnya nilai efisiensi pemasaran akan menentukan tingkat efisiensi operasional sistem tataniaga yang berjalan. Nilai efisiensi pemasaran diukur dalam persen (%). Nilai efisiensi pemasaran yang makin rendah (kecil) menunjukkan bahwa, tingkat efisiensi tataniaga suatu komoditi makin tinggi dan jika nilai tersebut semakin besar (tinggi) maka dikatakan sistem tata niaga yang sedang berjalan memiliki tingkat efisiensi operasional yang semakin rendah. Strategi yang dapat dilakukan oleh produsen dan lembaga pemasaran untuk meningkatkan efisiensi pemasaran adalah dengan memperluas pasar dan memperkecil marjin pemasaran.Strategi memperluas pasar dapat ditempuh dengan memperbesar permintaan konsumen dan pelaksanaan pemasaran tertata. Pemasaran dianggap efisien bila memenuhi dua syarat yaitu :

- Mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen

dengan biaya semurah-murahnya

- Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang

dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan pemasaran tersebut.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden di Kecamatan Simangambat adalah petani atau masyarakat secara keseluruhan yang mengusahakan pakkat. Responden lain adalah pedagang pengumpul yang mengumpulkan di daerah tersebut. Dalam menunjang saluran pemasaran, pedagang pengumpul berperan penting dalam mendistribusikan suatu barang sampai akhirnya pada konsumen. Hasil rekapitulasi kuesioner responden baik itu petani maupun pedagang atau pengumpul menurut karakteristik umur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi karakteristik responden menurut karakteristik umur

No. Kelompok Umur

(Tahun)

Frekuensi

(orang) Proporsi (%) Keterangan

1. 31 – 40 11 40,74 petani, pengecer

2. 41 – 50 7 25,93 petani, pengecer

3. > 50 9 33,33 petani, pengumpul

Jumlah 27 100

Berdasarkan hasil data kuisioner dilapangan diperoleh responden sebanyak 27 orang. Dimana menurut karakteristik umur, kelompok umur responden antara 31-40 memiliki distribusi yang paling tinggi sebanyak 11 orang dengan proporsi 40,74 %, dan kelompok umur responden 41-50 tahun memiliki distribusi sebanyak 7 orang dengan proporsi 25,93 % serta responden dengan umur>50 tahun memiliki ditribusi sebanyak 9 orang dengan proporsi 33,33 %. Baik petani maupun penjual banyak terdapat pada usia produktif yaitu 30 – 50 tahun yaitu berjumlah 18 orang dengan jumlah proporsi adalah sebesar 66,67 %. Hal ini menunjukkan bahwa umur merupakan salah satu faktor faktor penting dalam suatu kegiatan produksi. Semakin tua umur, maka akan mempengaruhi dalam


(37)

46

proses berjalannya kegiatan seperti semakin lambat dalam bekerja, dan sebaliknya semakin muda umur maka akan lebih mudah dan cekatan dalam bekerja.

Rekapitulasi karakteristik responden dari petani maupun pengecer atau pengumpul menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi karakteristik responden menurut tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi

(orang) Proporsi (%) Keterangan

1. SD 20 74,08 petani, pengecer,

pengumpul

2. SMP 6 22,22 petani

3. SMA 1 3,33 petani, pengecer

Jumlah 27 100

Selain berdasarkan umur karakteristik responden dapat dikategorikan berdasarkan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan dari masing-masing responden juga berbeda. Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan didominasi pada tingkat SD sebanyak 20 orang dengan proporsi 74,08 %. Tingginya angka pada tingkat SD ini disebabkan para responden dahulunya memiliki latar belakang ekonomi kurang mampu, sehingga tidak mempu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Deskripsi Usaha Pakkat

Usaha pakkat ini terdapat di Desa Tanjung Botung, Ulok Tano, Pagaran Tonga, Tanjung Maria, di Kecamatan Simangambat. Lahan yang dijadikan lokasi pengambilan pakkat ini merupakan perkebunan karet dan sawit. Dulunya lahan perkebunan ini merupakan hutan alam yang dikonversi oleh masyarakat secara turun-temurun. Luas area untuk pengambilan pakkat ini berbeda-beda antara desa satu dengan yang lainnya. Untuk desa Tanjung Botung sekitar 2 Ha, Ulok Tano 3


(38)

Ha, Pagaran Tonga 10 Ha, Tanjung Maria 2 Ha. Pemilik Lahan ini adalah masyarakat masing-masing desa.

Tumbuhan rotan ini tidak ada perawatan khusus yang dilakukan terhadap tanaman rotan ini. Masyarakat beranggapan mereka tidak perlu merawat, karena ketika mereka telah memanen pakkat, pada akhirnya pakkat akan tumbuh sendiri, dan rotan tumbuh dengan cepat sehingga tidak perlu menanam kembali. Umumnya rotan yang dipanen adalah rotan muda yang disebut dengan pakkat, dimana umur rotan muda (pakkat) yang bisa dipanen tersebut kurang lebih 2-3 bulan. Rotan muda (pakkat) yang dipanen adalah bagian ujung dari batang kurang lebih ukurannya 1 meter. Biasanya rotan muda (pakkat) digunakan masyarakat

simangambat sebagai sayuran dan bagi masyarakat Simangambat pakkat

merupakan makanan khas.

Area untuk pengambilan pakkat dapat dilihat pada Gambar 1.


(39)

48

Proses produksi pakkat

1. Persiapan peralatan

Persiapan peralatan merupakanhal yang paling penting dalam pemanenan

pakkat, dimana dalam pemanenan harus berhati-hati karena rotan memiliki duri yang tajam. Peralatan yang digunakan dalam memanen pakkat adalah parang, sarung tangan, dan sepatu bot.

2. Pembersihan lokasi pengambilan

Biasanya di area pengambilan pakkat banyak ditumbuhi ilalang dan tumbuhan lain. Maka sebelum mengambil pakkat, petani membersihkan lokasi terlebih dahulu untuk mempermudah pengambilan pakkat tersebut (Gambar 3).

Gambar 2. Pembersihan lokasi pengambilan

3. Memilih batang yang bisa dipanen

Dalam pemilihan batang yang dapat dipanen adalah rotan yang berumur 2-3 bulan dan panjangnya sudah mencapai 3m seperti pada gambar 3. Rotan muda atau pakkat yang dipanen adalah bagian ujung dari batang kurang lebih


(40)

Gambar 3. Pemilihan batang berumur 2-3 bulan

4. Pembersihan pelepah yang berduri

Setelah Bagian ujung batang pakkat yang sudah dipotong sepanjang 1 meter. Kemudian pelepah yang berduri dibersihkan dengan parang dan harus berhati-hati agar tidak terkena duri. Proses pembersihan pelepah dapat dilihat pada Gambar 4.


(41)

50

5. Pengangkutan pakkat

Setelah rotan di panen hampir 300 batang/hari, kemudian pengangkutan dari lahan ke rumah dengan berjalan kaki dan membuat tumpukan rotan di kepala. Petani menjunjung tumpukan pakkat tersebut dari tempat pengambilan pakkat ke rumah kurang lebih 2 km (Gambar 5).

Gambar 5. Pengangkutan pakkat

Analisis Finansial Usaha Pakkat

Analisis finansial digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pakkat di Kecamatan Simangambat ini apakah usaha tersebut baik dan layak untuk dilakukan. Pada penelitian ini analisis finansial yang digunakan adalah analisis biaya dan pendapatan, analisis R/C ratio, analisis break even point, dan


(42)

Biaya produksi dan pendapatan usaha

Perhitungan biaya produksi dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani dan dilakukan selama satu periode produksi yaitu dalam waktu satu minggu.Biaya produksi terdiri atas biaya tidak tetap dan biaya tetap. Menurut Daniel (2004), biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi.

Berdasarkan penelitian ini, yang termasuk kedalam biaya tetap adalah biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan setiap dilakukannya pemanenan pakkat. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam pemanenan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Biaya penyusutan peralatan usaha pakkat dalam satu kali produksi (seminggu)

No Jenis Peralatan Harga Beli

(Rp)

Masa Pakai (tahun)

Biaya Penyusutan Per Sekali Produksi

(Rp)

1. Parang 50.000 1 1.041,67

2. Sepatu bot 80.000 2 833,33

3. Sarung tangan (4) 30.000 1 666,67

4. Kain 25.000 1 520,83

5. Tas (Tampa) 10.000 1 208,33

Total 197.000 3.270,83

Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh atau biaya yang akan berubah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang akan diproduksi.Biaya yang termasuk biaya variabel adalah rincian biaya yang digunakan dalam satu kali produksi adalah sebagai berikut (Tabel 4).


(43)

52

Tabel 4. Biaya variabel usaha pakkat dalam satu kali produksi (semingu)

No Jenis Pemakaian Satuan Harga

satuan(Rp) Jumlah (Rp)

1. Transportasi 6L Liter 6.000 36.000

2. Konsumsi 8 Bungkus 8.000 160.000

3. Biaya Lain 4 - 5.000 20.000

4. Upah tenaga kerja 1 orang Hari 60.000 60.000

5. Tali Plastik 10 buah buah 1.500 15.000

Total 291.000

Biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total dalam jangka waktu satu kali produksi. Rincian biayanya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya total usaha pakkat dalam satu kalii produksi (seminggu)

Uraian Nilai Per Produksi (Rp) Persentase (%)

Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total

3.270,83 291.000,00

1,00 98,89

Biaya Produksi Total 294.270,83 100

Biaya produksi total dalam satu kali produksi dari usaha pakkat di Kecamatan Simangambat Kabupaten adang Lawas Utara adaalah sebesar Rp. 294.270,83. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa biaya variabel total mendominasi dalam struktur biaya total dalam usaha pakkat yaitu sebesar 98,89 % sementara biaya tetap total adalah 1 %. Hal ini disebabkan biaya tetap total hanya biaya penyusutan peralatan setiap kali produksi sementara biaya variabel total adalah biaya yang dikeluarkan setiap produksi berlanjut.

Penerimaan total diperoleh dari hasil perkalian antara harga jual per unit dengan jumlah produksi pakkat dalam satu kali produksi. Rincian biayanya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penerimaan total dari usaha pakkat dalam satu kali produksi (seminggu)

Uraian Satuan Nilai Per Produksi


(44)

Penerimaan Total Rupiah 720.000,00

Penerimaan total dalam satu kali produksi yang diterima oleh petani adalah sebesar Rp. 720.000,00. Penerimaan total dipengaruhi oleh harga jual per unit dan jumlah produksi. Pada saat penelitian, harga jual per unit dari pakkat

adalah Rp. 600,00 dan jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu kali produksi adalah 1200 batang.

Harga jual per unit dan jumlah produksi dipengaruhi oleh permintaan pasar. Semakin tinggi permintaan pasar maka harga jual per unit dan jumlah produksi akan meningkat. Biasanya terjadi ketika bulan Ramadhan dimana permintaan pasar meningkat. Sebelum bulan Ramadhan atau hari biasa, harga pakkat per batang dijual dengan harga antara Rp. 500,00 sampai dengan Rp. 600,00. Ketika bulan Ramadhan harganya bisa mencapai Rp. 1.000,00 sampai Rp. 1.200,00 per batang. Setelah Ramadhan, harga pakkat turun kembali ke kisaran harga Rp. 500,00 sampai dengan Rp. 600,00.

Pendapatan bersih atau keuntungan diperoleh dari penerimaan total dalam sekali produksi dikurangi dengan biaya total produksi dalam satu kali produksi. Rincian biayanya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Keuntungan dari usaha pakkat dalam sekali produksi

Uraian Nilai Per Produksi (Rp)

Penerimaan Total Biaya Produksi Total

720.000,00 294.270,83

Keuntungan 425.729,17

Perhitungan pendapatan bersih atau keuntungan dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar pendapatan bersih atau keuntungan yang diperoleh petani pakkat dalam setiap produksinya. Keuntungan yang diperoleh petani pakkat


(45)

54

produksi adalah sebesar Rp. 425.729,17 dengan penerimaan total sebesar Rp. 720.000,00 per sekali produksi dan biaya produksi total sebesar Rp.

294.270,83 per sekali produksi.

Ananlisis Revenue cost ratio (R/C)

Analisis R/C ratio ini diperoleh dari hasil perbandingan penerimaan total dengan biaya total. Analisis ini gunakan untuk mengetahui apakah usaha biaya yang dikeluarkan dalamusaha pakkat dalam 1 minggu menguntungkan atau tidak.Analisis R/C Ratio dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Hasil perhitungan R/C ratio dari usahapakkat

Uraian Satuan Nilai

Penerimaan Total Biaya Produksi Total

Rupiah Rupiah

720.000,00 294.270,83

R/C Ratio 2,4

Berdasarkan Tabel 8 diperoleh hasil bahwa besarnya nilai Revenue Cost Ratio pakkat selama 1 minggu adalah sebesar 2,4. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pakkat di Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara mengalami keuntungan. Hal ini sesuai dengan kriteria penilaian dari analisis R/C Ratio adalah jika R/C Ratio < 1 maka usaha pengolahan mengalami kerugian, jika R/C Ratio > 1 maka usaha pengolahan mengalami keuntungan, dan jika R/C Ratio = 1 maka usaha pengolahan mencapai titik impas.

Analisis Pendekatan break even point (BEP)

Analisis Break Even Point (BEP) diperlukan dalam studi kelayakan adalah untuk menunjukkan besarnya titik impas dimana usaha tidak rugi dan tidak untung. Break Even Point (BEP) bertujuan untuk menunjukkan biaya yang sama


(46)

dengan pendapatan. Perhitungan BEP berdasarkan biaya produksi dan harga produksi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai BEP unit produksi dan rupiah dari usaha pakkat

Uraian Satuan Nilai

Biaya Produksi Total Biaya Variabel Total Harga Jual per Unit Jumlah Produksi Rupiah Rupiah Rupiah Unit (batang) 294.270,83 291.000,00 600,00 1.200,00 BEP Unit Produksi

BEP Unit Rupiah

unit Rupiah

490,00 245,22

Hasil rekapitulasi nilai BEP yang dihasilkan dari usaha pakkat dalam satu kali produksi berupa nilai BEP atas dasar unit produksi dan atas dasar unit rupiah dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil rekapitulasi nilai BEP dari usaha pakkat

No. BEP Satuan Nilai Produksi Selisih

1 Unit Produksi Batang 490,00 1200 710,00

2 Unit Rupiah Rupiah 245,22 600 354,78

Hasil perhitungan BEP Biaya Produksi dan BEP harga produksi dari usaha

pakkat di Kecamatan Simangambat diketahui bahwa nilai BEP adalah 490 batang. Artinya, usaha ini tidak akan mengalami kerugian ataupun keuntungan jika memproduksi pakkat sebanyak 490 batang. Dari penelitian yang dilakukan bahwa petani mampu memproduksi sebanyak 1200 batang dalam satu kali produksi. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pakkat mendatangkan keuntungan.

Perhitungan nilai BEP atas dasar unit rupiah dari usaha pakkat adalah mendapat nilai sebesar Rp. 245,22 dalam satu kali produksi. Artinya, usaha ini tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan jika menjual pakkat seharga Rp. 245,22 per batang dalam satu kali produksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa petani mampu menjual pakkat seharga Rp. 600,00 per batang. Dengan ini, usaha rotan muda atau pakkat ini mendatangkan keuntungan bagi


(47)

56

pengusaha karena harga jual pakkat lebih tinggi dari harga titik impas yang dihasilkan.Hal ini sesuai dengan pernyataan Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwaapabila produksi pakkat melebihi produksi pada saat titik impas (dalam satuan unit produksi) maka usaha pakkat mendatangkan keuntungan.

Analisis Payback Period

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha atau proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Analisis ini menggunakan perbandingan antara investasi dengan keuntungan bersih dikalikan satu kali produksi. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Payback period dari usaha rotan muda atau pakkat

Uraian Satuan Nilai

Investasi Net Benefit

Rupiah Rupiah

488.000,00 425.729,17

Payback Period Produksi 1,22

Hasil perhitungan payback period dari usaha rotan muda pakkat di Kecamatan Simangmbat adalah selama 1,22 kali produksi. Artinya, dengan investasi sebesar Rp. 488.000,00 dan keuntungan bersih sebesar Rp. 425.729,17

selama satu kali produksi akan dapat dikembalikan dalam jangka waktu 1,22 kali produksi. Pengembalian modal usaha pakkat tergolong cepat, dikarenakan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani rendah. Sehingga tidak terlalu berpengaruh pada jumlah pendapatan petani dalam satu kali produksi.

Analisis Pemasaran


(48)

hingga kepada konsumen.Pemasaran rotan muda atau pakkat yang ada di Kecamatan Simangambat biasanya dijual langsung di pasar, tetapi ada juga dijual kepada pengumpul. Dari hasil wawancara, pasar terdekat berada di Kecamatan Simangambat yang berjarak 15 Km yaitu terdapat di Desa Ulok Tano atau Poken Minggu.

Saluran pemasaran hasil pakkat di Kecamatan Simangambat terdapat 4 pelaku pasar, yaitu :

1. Petani (Produsen)

Petani merupakan orang yang menyediakan hasil pakkat yang berada di kecamatan tersebut. Hasil pakkat tersebut yang akan dijual kepada konsumen dan kepada para agen atau pengumpul.

2. Pengumpul (Agen)

Pengumpul atau agen merupakan pengumpul yang datang dari dalam atau luar kecamatan Simangambat yang secara langsung datang kerumah para petani untuk membeli pakkat. Selanjutnya pengumpul akan menjual kepada para pedagang ataupun para agen yang menjual secara eceran tergantung permintaan.

3. Pedagang atau pengecer

Pedagang merupakan penjual yang secara langsung menjual kepada konsumen dipasar. Pedagang ada yang bersifat secara langsung dipasar ada juga yang menjual pakkat dengan cara berkeliling desa atau disebut juga dengan paralong-along.


(49)

58

Konsumen akhir dalam penelitian ini adalah pemakai hasil pakkat. Konsumen umumnya rumah tangga ataupun rumah makan dan kosumen membeli dari pedagang baik eceran maupun dalam jumlah banyak.

Saluran pemasaran hasil pakkat di Kecamatan Simangambat tidak terlalu banyak melibatkan lembaga atau pelaku pasar. Umumnyasaluran pemasaran hasil

pakkat di Kecamatan Simangambat melibatkan petani pakkat, pengumpul, pengecer dan konsumen. saluran pemasaran hasil rotan muda atau pakkat yang dilakukan responden (petani) di Kecamatan Simangambat terdapat duasaluran pemasaran, yaitu:

1. Saluran 1 ini, petani (produsen) menjual pakkat ke pengumpul, dimana pengumpul mendatangi rumah petani. Kemudian dari pengumpul tersebut dipasarkan ke konsumen secara langsung. Konsumen biasanya adalah rumah makan atau masyarakat antar desa, kecamatan, kabupaten. Jika digambarkan dalam bagan alir yaitu:

2. Saluran 2 ini, petani (produsen) menjual pakkat ke pengumpul, kemudian dari pengumpul rotan muda atau pakkat tersebut dijual ke pedagang atau pengecer, selanjutnya pengecer rotan muda atau pakkat dipasarkan ke konsumen akhir. Konsumen akhir biasanya rumah makan atau masyarakat yang berasal dari luar kecamatan dan luar kabupaten.Jika digambarkan dalam bagan alir yaitu:

Petani Pengumpul Pengecer Konsumen


(50)

Analisis margin pemasaran dan margin keuntungan pakkat

Berdasarkan data wawancara dan kuesioner yang diperoleh dari lapangan bahwa terdapat harga jual masing-masing saluran pemasaran. Harga jual tiap alur berbeda mulai dari harga jual petani sampai harga jual pedagang besar antar kota, sehingga didapat selisih dan angka marjin pemasaran.

Saluran I

Pelaku pemasaran pakkat diketahui bahwa tiap pelaku mendapatkan keuntungan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan dalam memasarkan pakkat

menggunakan harga jual dan biaya pemasaran yang berbeda. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa bagian yang diterima petani pakkat (farmer share) sebesar 40% yang diperoleh dari pembagian antara harga jual dari petani dengan harga jual pada konsumen. Berdasarkan nilai farmer share tersebut maka dapat dilihat keterkaitan pemasaran antara petani dengan konsumen, dengan nilai 40% dengan margin pemasaran Rp. 900, sehingga bagi petani hal ini kurang efisien.

Distribusi marjin pemasaran di tiap tingkat tidak merata dan keuntungan tertinggi dinikmati oleh pengumpul yaitu sebesar 51,26%. Jika membandingkan biaya keuntungan antara petani dan pengumpul, sudah sewajarnya pengumpul memperoleh marjin keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan petanikarena pengumpul menanggung biaya yang tertinggi, sehingga pakkat yang dipasarkan dari pengumpul hingga kepada konsumen mengalami peningkatan yang tinggi.Berikut rincian margin keuntungan dan marjin pemasaran pada masing-masing pelaku pasar di Kecamatan Simangambat.


(51)

60

Tabel 12. Analisis Margin Keuntungan Distribusi Pakkat (Saluran I)

Pelaku pasar Jenis Harga Biaya (Rp.) Share (%)

Petani Harga jual 600 40

Pengumpul Harga beli 600 -

Harga jual 900 -

Biaya pemasaran 131,1 -

Margin keuntungan 768,9 -

Persen margin keuntungan 51,26

Konsumen Harga beli 1500

Total margin keuntungan 768,9

Tabel 13. Analisis Margin Pemasaran Distribusi Pakkat (Saluran I)

Pelaku pasar Jenis harga Nilai per unit Persentase

Petani Harga jual 600 40

Pengumpul Harga jual 1500

Margin pemasaran 900

Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat nilai margin pemasaran yang diterima saluran pemasaran I sebesar 900. Nilai margin pemasaran pakkat ini besar karena mendekati harga yang diterima konsumen, hal ini dikarenakan terdapat peningkatan harga pada pelaku pasar yaitu pada pengumpul disebabkan pada pengumpul terdapat proses produksi sehingga harga jual mengalami peningkatan.

Saluran II

Saluran II, bagian farmer share yang diterima petani pakkat sama seperti saluran I yaitu memiliki nilai sebesar 40%. nilai margin keuntungan terbesar diterima oleh pengecer yaitu sebesar Rp. 590. hal ini sama seperti saluran I yaitu dalam memasarkan pakkat menggunakan harga jual dan biaya pemasaran yang berbeda.


(52)

Tabel 14. Analisis Margin Keuntungan Distribusi Pakkat (Saluran II)

Pelaku pasar Jenis Harga Biaya (Rp.) Share (%)

Petani Harga jual 600 40

Pengumpul Harga beli 600 -

Harga jual 900 -

Biaya pemasaran 131,1 -

Margin keuntungan 168,9 -

Persen margin keuntungan 18,76

Pengecer Harga beli 900 -

Harga jual 1500 -

Biaya pemasaran 10 -

Margin keuntungan 590 -

Persen margin keuntungan 39,33

Konsumen Harga beli 1500

Total margin keuntungan 758,9

Tabel 15. Analisis Margin Pemasaran Distribusi Pakkat (Saluran II)

Pelaku pasar Jenis harga Nilai per unit persentase

Petani Harga jual 600 40

Pengumpul Harga jual 900 60

Pengecer Harga jual 1500 100

Margin pemasaran 900

Berdasarkan Tabel 15. dapat dilihat nilai margin pemasaran yang diterima saluran pemasaran II sama seperti saluran pemasaran I Rp.900. Nilai margin pemasaran pakkat ini besar karena mendekati harga yang diterima konsumen, hal ini dikarenakan terdapat peningkatan harga pada pelaku pasar yaitu pada pengumpul disebabkan pada pengumpul terdapat proses produksi sehingga harga jual mengalami peningkatan.

Berdasarkan data margin pemasaran dan margin keuntungan di atas, usaha ini memperoleh keuntungan yang berbeda pada tiap-tiap lembaga pemasaran. Perbedaan harga yang terjadi antara petani dengan pengumpul ataupun pengecer disebabkan karena banyak faktor, salah satunya adalah transportasi dan selisih keuntungan diantara pelaku. Hal ini sesuai dengan pernyataan Badan Urusan


(53)

62

Logistik (1996) perbedaan harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen disebut margin pemasaran. Margin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan yang diambil pedagang. Tinggi rendahnya biaya mencerminkan seberapa besar layanan pasar yang diberikan serta kerusakan atau penyusutan komoditas yang dipasarkan. Sedangkan keuntungan yang diperoleh pedagang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan itu sendiri dikeluarkan oleh harga jual dan volume penjualan.

Efisensi pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah kemampuan jasa-jasa pemasaran untuk dapat menyampaikan suatu produk dari produsen ke konsumen secara adil dengan memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat untuk suatu produk yang sama. Dalam penelitian ini untuk mengetahui efesiensi pemasaran dilakukan dengan parameter mark up on selling digunakan untuk mengetahui tingkat efesiensi operasional suatu sistem tata niaga yang sedang berjalan. Nilai efesiensi tersebut adalah untuk menentukan tingkat kemampuan menyampaikan/ mendistribusikan barang dalam sistem tataniaga yang berjalan dengan biaya minimum.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat dua saluran pemasaran, dengan dua saluran pemasaran ini maka dapat dilihat tingkat efesiensi dari masing-masing saluran. Besarnya nilai efesiensi pemasaran dapat dilihat pada tabel 16.


(54)

Tabel. 16 Nilai Mack up on selling pada Masing-Masing Saluran Pemasaran

Pelaku pasar Saluran (%)

I II

Pengumpul 33 33

Pengecer 40 40

Berdasarkan hasil di atas, saluran pemasaran I dan II dikatakan efisien karena memiliki nilai mark up on selling <50%. Namun saluran pemasaran yang paling efisien adalah bagian dari pengumpul, karena nilai mark up on selling nya lebih rendah dari pengecer. Disebut efisien karena biaya yang ditanggung konsumen adalah 33 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awang, dkk (2002) yang menyatakan pemasaran suatu komoditi dikatakan efisien apabila memenuhi beberapa syarat yaitu: mampu mentransfer produk yang diperdagangkan dari produsen awal ke konsumen akhir dengan biaya minimal dan mampu menciptakan distribusi pendapatan yang adil dari harga yang dibayar konsumen terhadap semua lembaga tataniaga yang ikut terlibat.


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Usaha rotan muda atau pakkat layak untuk dijalankan karena nilai RC rationya lebih dari 1 yaitu 2,4 dengan titik impas 490 unit dan titik impas harga sebesar Rp. 245,22, serta payback period adalah setelah 1,22 kali produksi.

2. Terdapat duasaluran pemasaran pakkat di Kecamatan Simangambat. Margin pemasaran dari pakkat ini adalah sebesar Rp.900,00.

3. Semua saluran pemasaran pakkat di Kecamatan Simangambat efesien, dikatakan efesien karena memiliki nilai mark up on selling dibawah 50 %.

Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Usaha pakkat penting diperhatikan dan didukung, termasuk perhatian `dari pemerintah, termasuk dalam hal penyediaan pasar untuk pakkat yang dihasilkan petani karena dapat meningkatkan pendapatan lokal.

2. Diharapkan kepada petani yang memanfaatkan pakkat agar lebih melestarikan atau membudidayakan pakkat.

3. Sebaiknya masyarakat membudidayakan pakkat dilahan masing-masing, mengingat usaha pakkat ini memiliki nilai ekonomi yang baik.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 2008. Norma Adat Seko Lodang dalam Pemanfaatan Sumber Daya Hutan dan Lahan. Buletin Penelitian Vol. 7. No 1. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin

Adalina, Y. 2008. Analisis Finansial Usaha Lebah Madu Apis mellifera L. Pusat Litbang Konservasi Alam. Bogor

Adiwilaga. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Alumni Bandung. Bandung

Affandi, O. dan P. Patana. 2004. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Cagar Alam Dolok Sibual-Buali Kecamatan Sipirok Tapanuli Selatan). USU Digital Library. Medan. tanggal 23 September 2012).

Alamsyah, I. 2005. Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri Kemplang Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu dan Ikan. Jurnal Pembangunan Manusia. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.

Awang, S dkk. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta Hal. 69-81.

Aziz, N. 2003. Pengantar Mikro Ekonomi. Bayumedia. Malang.

Badan Urusan Logistik. 1996. Studi Analisis Keterpaduan Pasar Pada Sistem Pemasaran Komoditas Pangan Strategis. Lembaga Penelitian IPB. Bogor. Daniel, M. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Dransfield, J. 1974. A Note on the Genius Cornera (Palmae: Lepidocaryoideae). The Malaysian Forester.

and N. Manokaran. 1994. Rattans, Plants Resources of South-East Asia 6. PROSEA.

Erwinsyah. 1999. Kebijakan Pemerintah Dan Pengaruhnya Terhadap Pengusahaan Rotan Di Indonesia. Enviromental Policy and Instituonal Strengtheining IQC. Jakarta.

Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur, P.F.L. Maspaitella dan R.C.G. Varley.2007. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi kedua. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta


(57)

47

Hafifuddin, Aisyah dan Budiman. 2001. Analisis Margin Dan Efisiensi Pasaran Rumput Laut Di Desa Mandelle, Kecamatan Mandelle. Kabupaten Pangket. Agribisnis x (3) : 38-48

Januminro, CFM. 2000. Rotan Indonesia Potensi Budidaya Pemungutan Pengelolaan Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Kansius. Yogyakarta.

Jasni dan O. Rachman. 2007. Sifat Dasar dan Pengenalan Cacat Rotan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Kadariah, Karlina dan Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit FAkultas Eknomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Kottler, P. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Penerbit Salmeba Empat. Jakarta.

Krisnamurthi, B. 2009.Langkah sukses Menuju Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kuswadi. 2007. Analisis Keekonomian Proyek. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Plantamor. 2008. Informasi Spesies Rotan. http//www.plantamor.com (diakses

tanggal 23 September 2012).

Purwanti, R. 2007. Pendapatan Petani Dataran Tinggi Sub Das Malino. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 4.

Riana, F.D. dan Baladina, N. 2008. Teori Pemasaran, Aspek Pasar Dan Strategi Pemasaran Perusahaan Agribisnis. Modul Perkuliahan. Universitas Brawijaya.

Rombe, Y.L. 1986. Inventarisasi Potensi Rotan Indonesia. Proceedings Lokakarya Nasional Rotan, Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kerjasama dengan I.D.R.C.

Salaka, F. J. 2010. Tesis: Strategi Kebijakan Pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Sanusi, Dj. 2012.Rotan Kekayaan Hutan Belantara Indonesia. Brilian Internasional. Surabaya.

Sinaga, M. 1997. Teknik Budidaya Rotan. jurnal/1297112.pdf (diakses tanggal 23 September 2012).


(58)

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya: Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian.UMM Press. Malang.

Sumarna, Y. 1990. Silvikultur dan Pengenalan Jenis rotan. Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.

Syafe’i, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Tellu, A. T. 2002. Potensi dan Pola Penyebaran Jenis-Jenis Rotan Di Hutan Cagar Alam Morowali.

Zubir, Z. 2006. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Eknomi Universitas Indonesia, Jakarta.


(59)

50

KUESIONER PETANI PAKKAT

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN ROTAN SEEL (Daemonorops melanochaetes Bl.) DI KECAMATAN SIMANGAMBAT KABUPATEN

PADANG LAWAS UTARA PENGENALAN TEMPAT

Kecamatan Simangmbat

Kabupaten Padang Lawas Utara

Provinsi Sumatera Utara

No. Urut Sampel

PETUGAS Enumerator

Tanggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(60)

I. Identitas Responden

1. Nama/Usia :

2. Jenis Kelamin :

3. Suku :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan utama : 6. Pekerjaan sampingan : 7. Jumlah anggota keluarga:

II. Data Umum Hutan tanaman rotam

1. Berapa lama usaha pakkat ini berdiri?... 2. Berapa lama waktu yang ditempuh untuk ke hutan?... 3. Pakkat yang diperoleh apakah untuk konsumsi sendiri atau

dipasarkan?...

4. Pada umur berapa pakkat ini bisa di hasilkan? ………

5. Kapan masa panen pakkat dan jangka waktunya?……….

6. Bagaimana proses pemanenannya, apakah diambil langsung atau

dipungut?……….

7. Berapa banyak batang yang Bapak peroleh dalam sekali

produksi?………

8. Adakah biaya yang bapak keluarkan untuk ke hutan?

9. Apakah bapak membayar orang lain untuk kegiatan pemanenan? a. Iya b. Tidak

10. Jika iya, berapa upah yang Bapak berikan?

11. Setelah pakkat terkumpul, apa tahap selanjutnya yang dilakukan? ……….

12. Pakkat tersebut dikonsumsi sendiri atau dijual?………

13. Jika di jual, pakkat yang bapak jual dalam bentuk apa?

a.Per ikat b. perbatang

14.Per ikatnya berapa rupiah?……….

15.perbatangnya berapa rupiah? ……….

16.Alat yang digunakan untuk mengambil pakkat? ……….

III. Pemasaran

1. Penjualan dilakukan dimana?

a.Di rumah penjual b. Di pasar c. Di rumah pembeli

2. Jika pilihan (a) atau (c), adakah hubungan kekeluargaan dengan pembeli? ………

3. Jika ke pasar, jarak yang ditempuh dari rumah berapa Km (atau satuan lain)? ………


(61)

52

4. Apakah ada kendala yang Bapak hadapi saat melakukan pemasaran?

a.Ada b. Tidak ada

b. Jika ada kendala, tolong disebutkan!

……….………. ……….………. ……….……….


(62)

KUESIONER

PEDAGANG PERANTARA

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN ROTAN SEEL (Daemonorops melanochaetes Bl.) DI DESA MANANTI KECAMATAN SIMANGAMBAT

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PENGENALAN TEMPAT

Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara

Provinsi Sumatera Utara

No. Urut Sampel

PETUGAS Enumerator

Tanggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(63)

54

1. Identitas

a. Nama/Usia :

b. Jenis Kelamin :

c. Suku :

d. Pendidikan :

e. Pekerjaan utama : f. Pekerjaan sampingan : g. Jumlah anggota keluarga:

2. Berapa lama usaha yang Bapak/Ibu miliki?

3. Sejak kapan Bapak pembeli pakkat?………

4. Sebelum menjual kembali, berapa banyak jumlah pakkat yang dikumpulkan? 5. Produk apa saja yang Bapak/Ibu jual?

………

6. Pakkat yang Bapak beli, bapak jual kembali dengan harga berapa?

a. Per ikat…………

b. Per batang………

7. Apakah Bapak melakukannya sendiri atau ada pekerja?………..

8. Jika ada, Berapa upah yang Bapak berikan untuk

pekerja?………..

9. Berapa banyak (perikat/batang) yang dikumpulkan sebelum dijual kembali? ………

10.Berapa biaya perikatnya yang Bapak bayar?………

11.Berapa jumlah penjualan pakkat yang laku terjual setiap harinya?

12.Berapa biaya transportasi?………

13.Berapa biaya retribusi?……….

14.Bagaimana sistem penjualan pakkat dilakukan?

Tempat Jual : a. Rumah b. Pasar c. Rumah makan

Asal pembeli : a. Satu Desa b. Satu Kecamatan c. Satu Kabupaten d.Luar Kabupaten

Status pembeli : a. Konsumen Langsung b. Pedagang

15.Apakah ada kendala yang Bapak hadapi saat melakukan pemasaran?

a. Ada b. Tidak ada

16.Jika ada kendala, tolong disebutkan!

……….………. ……….………. ……….……….


(64)

Lampiran 3. Analisis biaya produksi pakkat dalam sekali produksi (1 minggu) di Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara

No. Biaya Item Pemakaian Harga Satuan

(Rp) Jumlah (Rp) 1 Biaya Tetap Penyusutan peralatan

- Parang - Sepatu bot - Sarung Tangan - Kain

- Tas (Tampa)

1 buah 1 buah 4 buah 1 buah 1 buah 50.000,00 80.000,00 5000,00 25.000,00 10.000,00 1.041,67 833,33 666,67 520,83 208,33

Total 3.270,83

2 Biaya Variabel Transportasi Konsumsi Biaya lain-lain Upah tenaga kerja Tali plastik 4L 8 buah - 1 orang 10 buah 6.000,00 8.000,00 5.000,00 60.000,00 1.500,00 24.000,00 160.000,00 20.000,00 60.000,00 15.000,00

Total 291.000,00


(65)

56

Lampiran 4. Perhitungan analisis biaya dan pendapatan, R/C ratio, break event point (BEP) dan payback period

a. Analisis Biaya dan Pendapatan TC = TFC + TVC

= Rp. 3.270,83+ Rp. 291.000,00 = Rp. 294.270,83

TR = P x Q

= Rp. 600,00 x 1200 = Rp. 720.000,00 I = TR – TC

= Rp.720.000,00 – Rp. 294.270,83 = Rp. 425.729,17

b. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) R/C =

TC TR

= Rp. 720.000,00 Rp. 294.270,83 = 2,4

c. Pendekatan Break Event Point (BEP) BEP (Q) = TC

P/unit – VC/unit = Rp. 294.270,83

Rp. 600,00 = 490 batang BEP (Rp) =

Y TC =

1200

Rp. 294.270,83 = Rp. 245,22 d. Payback Period

Payback Period = Investasi x 1 tahun Net Benefit

= Rp. 488.000,00 Rp. 425.729,17


(66)

= 1 kali produksi

Lampiran 6. Rekapitulasi Biaya Tataniaga Pakkat Saluran I

Pelaku pemasaran Jenis biaya tataniaga Biaya pemasaran (Rp) Jumlah produk yang dipasarkan Biaya tataniaga per unit (Rp)

Pengumpul Transportasi

Tenaga Kerja

48.000 70.000

900 53,33

77,77

Total 131,1

Lampiran 7. Rekapitulasi Biaya Tataniaga Pakkat Saluran II

Pelaku pasar Jenis biaya

tataniaga Biaya Pemasaran (Rp) Jumlah produk yg dipasarkan (unit) Biaya tataniaga per unit Rp)

Pengumpul Transportasi

pengambila pakkat Transportasi keluar daerah Tenaga kerja 12.000 36.000 70.000

900 13,33

40 77,77 Pedagang/pe ngecer Bahan Pendukung Tali

5000 500

10


(1)

b. Jika ada kendala, tolong disebutkan!

……….………. ……….………. ……….……….


(2)

KUESIONER

PEDAGANG PERANTARA

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN ROTAN SEEL (Daemonorops melanochaetes Bl.) DI DESA MANANTI KECAMATAN SIMANGAMBAT

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PENGENALAN TEMPAT Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara No. Urut Sampel

PETUGAS Enumerator

Tanggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

1. Identitas

a. Nama/Usia : b. Jenis Kelamin : c. Suku : d. Pendidikan : e. Pekerjaan utama : f. Pekerjaan sampingan : g. Jumlah anggota keluarga:

2. Berapa lama usaha yang Bapak/Ibu miliki?

3. Sejak kapan Bapak pembeli pakkat?………

4. Sebelum menjual kembali, berapa banyak jumlah pakkat yang dikumpulkan? 5. Produk apa saja yang Bapak/Ibu jual?

………

6. Pakkat yang Bapak beli, bapak jual kembali dengan harga berapa? a. Per ikat…………

b. Per batang………

7. Apakah Bapak melakukannya sendiri atau ada pekerja?……….. 8. Jika ada, Berapa upah yang Bapak berikan untuk

pekerja?………..

9. Berapa banyak (perikat/batang) yang dikumpulkan sebelum dijual kembali? ………

10.Berapa biaya perikatnya yang Bapak bayar?……… 11.Berapa jumlah penjualan pakkat yang laku terjual setiap harinya?

12.Berapa biaya transportasi?……… 13.Berapa biaya retribusi?………. 14.Bagaimana sistem penjualan pakkat dilakukan?

Tempat Jual : a. Rumah b. Pasar c. Rumah makan

Asal pembeli : a. Satu Desa b. Satu Kecamatan c. Satu Kabupaten d.Luar Kabupaten

Status pembeli : a. Konsumen Langsung b. Pedagang

15.Apakah ada kendala yang Bapak hadapi saat melakukan pemasaran? a. Ada b. Tidak ada

16.Jika ada kendala, tolong disebutkan!

……….………. ……….………. ……….……….


(4)

Lampiran 3. Analisis biaya produksi pakkat dalam sekali produksi (1 minggu) di Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara

No. Biaya Item Pemakaian Harga Satuan

(Rp) Jumlah (Rp)

1 Biaya Tetap Penyusutan peralatan

- Parang

- Sepatu bot

- Sarung Tangan

- Kain

- Tas (Tampa)

1 buah 1 buah 4 buah 1 buah 1 buah 50.000,00 80.000,00 5000,00 25.000,00 10.000,00 1.041,67 833,33 666,67 520,83 208,33

Total 3.270,83

2 Biaya Variabel Transportasi

Konsumsi Biaya lain-lain Upah tenaga kerja Tali plastik 4L 8 buah - 1 orang 10 buah 6.000,00 8.000,00 5.000,00 60.000,00 1.500,00 24.000,00 160.000,00 20.000,00 60.000,00 15.000,00

Total 291.000,00


(5)

Lampiran 4. Perhitungan analisis biaya dan pendapatan, R/C ratio, break event

point (BEP) dan payback period

a. Analisis Biaya dan Pendapatan TC = TFC + TVC

= Rp. 3.270,83+ Rp. 291.000,00 = Rp. 294.270,83

TR = P x Q

= Rp. 600,00 x 1200 = Rp. 720.000,00 I = TR – TC

= Rp.720.000,00 – Rp. 294.270,83 = Rp. 425.729,17

b. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) R/C =

TC TR

= Rp. 720.000,00 Rp. 294.270,83 = 2,4

c. Pendekatan Break Event Point (BEP) BEP (Q) = TC

P/unit – VC/unit = Rp. 294.270,83

Rp. 600,00 = 490 batang BEP (Rp) =

Y TC =

1200

Rp. 294.270,83 = Rp. 245,22 d. Payback Period

Payback Period = Investasi x 1 tahun Net Benefit


(6)

Lampiran 6. Rekapitulasi Biaya Tataniaga Pakkat Saluran I Pelaku pemasaran Jenis biaya tataniaga Biaya pemasaran (Rp) Jumlah produk yang dipasarkan Biaya tataniaga per unit (Rp) Pengumpul Transportasi

Tenaga Kerja

48.000 70.000

900 53,33

77,77

Total 131,1

Lampiran 7. Rekapitulasi Biaya Tataniaga Pakkat Saluran II Pelaku pasar Jenis biaya

tataniaga Biaya Pemasaran (Rp) Jumlah produk yg dipasarkan (unit) Biaya tataniaga per unit Rp) Pengumpul Transportasi

pengambila pakkat Transportasi keluar daerah Tenaga kerja 12.000 36.000 70.000

900 13,33

40 77,77 Pedagang/pe ngecer Bahan Pendukung Tali

5000 500

10