TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Batubara

  TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Batubara

  ITIK KELINCI

  7 Tanjung Tiram 34100 6500 6550

  6 Sei Balai 32500 12500 8500 102

  5 Talawi 30500 46900 4210 172

  4 Lima Puluh 81500 8950 46000 15550 710

  3 Air Putih 4550 7500 21300 3500 1250

  2 Sei Suka 32.988 850 7500 15500 320

  35

  1 Medang Deras 46.382 650 47300 20100

  6.894 NO KECAMATAN JENIS TERNAK KET AYAM BURAS AYAM RAS T AYAM RAS P

  Kabupaten Batubara adalah salah sat Adapun data penyebaran ternak di Kabupaten Batubara adalah sebagai berikut : Tabel 1.Data perkembangan populasi ternak Kab. Batubara tahun 2012

  7 Tanjung Tiram 852 2.65 923 520 Jumlah 27.598 330 22730 11.406

  6 Sei Balai 1.959 18 4.721 2730 565

  5 Talawi 3.284 26 3.716 2.649 1.076

  4 Lima Puluh 17.919 65 5.694 3.459 950

  3 Air Putih 351 182 1.226 45 780

  2 Sei Suka 3.012 20 3.957 885 1.421

  1 Medang Deras 221 19 766 715 1.582

  NO KECAMATAN JENIS TERNAK KET SAPI KERBAU KAMBING DOMBA BABI

  45 Jumlah 262520 17950 188000 73960 2.634 Sumber : DINAS PETERNAKAN KAB. BATUBARA (2012)

  Fenotipik

  Setiap sifat yang diekspresikan seekor hewan disebut fenotipe. Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. Karakterisasi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif (Noor, 2008).

  Salah satu metode dengan melihat adanya perbedaan fenotip dan genotip akibat adanya seleksi dan mutasi dapat juga dimanfaatkan untuk mengetahui jarak genetik adalah analisis keragaman (Komenes, 1999).

  Keragaman Fenotip

  Pada dasarnya keragaman fenotip merupakan keragaman yang dapat diamati disebabkan oleh adanya keragaman genetik dan keragaman lingkungan. Sumber keragaman lainnya adalah keragaman yang timbul akibat interaksi antar faktor genetikn dengan faktor lingkungan. Keragam genetik bisa disebabkan oleh gen-gen aditif dan juga gen yang tidak aditif. Aksi gen yang tidak aditif ini bisa disebabkan oleh aksi gen dominan dan aksi gen epistasis. Jadi secara lengkap keragaman fenotipik dipengaruhi oleh keragaman aditif, keragaman gen dominan, keragaman interaksi genetik dan lingkungan, keragaman lingkungan (faktor iklim, cuaca, makanan, penyakit dan sistem manajemen) dan keragaman gen epistasis (Noor, 1995).Keragaman fenotip dapat diketahui dengan mengukur bagian-bagian tubuh atau morfometrik (Noor, 2008).

  Klasifikasi Penyebaran Ayam Kampung

  Pada asalnya ayam kampung ini telah lama diternak didan negara-negara dunia ketiga lain. Dengan masuknya pedagang-pedagang luar suatu masa dahulu khususnya pedagang dari Negarini yang membawa baka ayam yang dinamakan Canton telah disilangkan dengan ayam di sini maka lahirlah generasi kedua ayam kampung ini. Pada zaman penjajahan Inggeris di tanamaka dikacukkan dengan ayam- ayam yang terdapat di sini. Sejak itu lahirlah berbagai gelaran ayam kampung seperti ayam botak, atau ayam Jepun dan bermacam-macam lagi gelaran mengikut tempat dan logat (Wikipedia, 2013).

  Ayam Kampung jenis ayam asli Indonesia. Ayam Kampung dikelompokkan ke dalam 31 galur ayam lokal (Nataamijaya, 2008). Ayam lokal dapat digolongkan sebagai tipe pedaging (ayam Pelung, ayam Nagrak, ayam Gaok, dan ayam Sedayu), petelur (ayam Kedu Hitam, ayam Kedu Putih, ayam Nusa Penida, ayam Nunukan, ayam Merawang, ayam Wareng, dan Ayam Sumatera) dan dwiguna (ayam Sentul, ayam Bangkalan, ayam Olagan, ayam Kampung, ayam Ayunai, ayam Melayu, dan ayam Siem). Selain itu dikenal pula ayam tipe petarung (ayam Banten, ayam Ciparage, ayam Tolaki, dan ayam Bangkok) dan ayam kegemaran atau hias, seperti ayam Pelung, ayam Gaok, ayam Tukung, ayam Burgo, ayam Bekisar dan ayam Walik. Ayam Kampung betina memiliki bulu leher, punggung, dan sayap yang berwarna lurik abu-abu, bulu dada berwarna putih, dan bulu ekor berwarna hitam keabuan. Sartika (2000), menyatakan bahwa keragaman karakteristik fenotipik (kinerja produktivitas,kualitas telur, ukuran dan jengger tinggi) pada ayam Kampung masih tinggi pada populasi dasar sehingga untuk program seleksi dapat dilakukan.

  Gambar 1. Ayam Kampung Betina dan Ayam Kampung Jantan Sumber : Wikipedia (2013)

  Mansjoer (1985) menyatakan bahwa nenek moyang ayam Kampung adalah ayam hutan merah (Gallus gallus). Dilaporkan bahwa jarak genetik antara ayam Kampung dengan ayam hutan merah (Gallus gallus) lebih dekat dibandingkan dengan ayam hutan hijau (Gallus varius). Berdasarkan hasil penelitian Sartika et al. (2004), ayam Kampung dan ayam Sentul mempunyai hubungan kekerabatan yangpaling dekat (satu kelompok) kemudian diikuti oleh ayam Kedu Hitam dan ayamPelung. Ilustrasi ayam Kampung disajikan pada Gambar 1.

  Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung

  Menurut Hutt (1949) pengukuran pada tulang ternak unggas merupakan suatu cara yang akurat untuk menentukan ukuran tubuh. Hasil penelitian Nishida et al, (1980) menyatakan bahwa bentuk tubuh ayam Kampung di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan panjang sayap dan tinggi jengger. Ukuran tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank, efektif digunakan dalam menduga konformasi tubuh (Nishida et al., 1982).

  Pengukuran ukuran linear permukaan tubuh ternak sebagai sifat kuantitatif dapat digunakan dalam seleksi (Mulliadi, 1996). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengukuran ukuran linear permukaan tubuh tersebut dilakukan untuk memperoleh perbedaan ukuran-ukuran tubuh dalam populasi ternak. Perbedaan ukuran tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan yang berbeda pada setiap ternak (Scanes, 2003).

  Karakteristik Ayam Kampung

  Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang telah berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi, maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991). Penyebaran ayam kampung hampir merata di seluruh pelosok tanah air. Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya yang tidak seragam. Warna bulu, ukuran tubuh dan kemampuan produksinya tidak sama merupakan cermin dari keragaman genetiknya. Disamping itu badan ayam kampung kecil, mirip dengan badan ayam ras petelur tipe ringan (Rasyaf, 1998).

  Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari rumpun yang bersangkutan. Karakterisasi merupakan langkah penting yang harus ditempuh apabila akan melakukan pengelolaan sumberdaya genetik secara baik (Chamdi, 2005).

  Karakterisaasi dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif adalah sifat- sifat produksi dan reproduksi atau sifat yang dapat diukur. Ekspresi sifat ini ditentukan oleh banyak pasangan gen dan dipengaruhi oleh lingkungan, baik internal (umur dan seks) maupun eksternal (iklim, pakan, penyakit dan pengelolaan) (Noor, 2008).

  Ukuran-ukuran tubuh sering dipakai secara rutin sebagai parameter pengganti dalam menduga bobot hidup ternak, sedangkan analisis keragaman dan korelasi banyak digunakan dalam mengkarakterisasi hubungan sifat-sifat fenotip dan genetik (Salako, 2006).

  Morfometri Ayam Kampung

  Morfometri mengacu kepada bentuk analisis kuantitatif, sebuah konsep yang meliputi ukuran dan bentuk.Analisis morfometri biasanya dilakukan pada suatu organisme yang berguna dalam bentuk, kofarian antara faktor ekologi dan bentuk, serta untuk memperkirakan parameter genetik- kuantitatif bentuk (Wikipedia, 2012).

  Morfometri dapat digunakan untuk mengukur suatu sifat evolusi dengan mendeteksi perubahan dalam bentuk dan menyimpulkan sesuatu dari ontogeni fungsi atau hubungan evolusioner.Tujuan utama morfometri adalah untuk menguji hipotesis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi suatu bentuk tubuh organisme (Wikipedia, 2012).

  Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT)

  Bank Data Global PBB untuk SDGT berisi informasi sejumlah 7.616 breed ternak, atau sekitar 20% dari breed yang dilaporkan tersebut dikatagorikan dalam status beresiko. Pertimbangan terbesar disebabkan oleh maka 62 breed ternak telah punahdalam enam tahun terakhir, sehingga dapat diperkirakan bahwa satu breed ternak hilang tiap bulannya. Data ini menampilkan hanya sebagian kecil gambaran tentang erosi genetik yang telah, sedang dan akan terus terjadi. Inventarisasi breed ternak dan khususnya survei besaran dan struktur populasi pada tingkat breed ternak tidaklah mencukupi di banyak bagian dunia. Data populasi tidak tersedia untuk 36% dari breed ternak yang ada (Wikipedia, 2012).

  Sejarah sumber daya genetik ternak (SDGT) dimulai 12.000 sampai 14.000 tahun yang lalu. Ribuan tahun yang lalu setelah diseleksi oleh alam dan manusia, hanyutan genetik, inbreeding dan crossbreeding berkontribusi terhadap keragaman SDGT dan memungkinkan dilakukan budidaya ternak dalam berbagai lingkungan dan sistem produksi (Pusat penelitian dan pengembangan Peternakan, 2009).

  Program impor ternak telah menimbulkan dua masalah besar: (1) interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan. Masalah ini timbul pada pengimporan ternak hidup dan embrio, dengan ternak impor yang kurang terencana.Persilangan antar bangsa ternakyang tidak diatur secara professional dengan hanya mengedepankan aspek ekonomi tanpa memperhatikan aspek pelestarian sumberdaya genetiknya, maka penerus generasi bangsa Indonesia berpotensi kehilangan sumberdaya genetik ternaknya yang mungkin saja memiliki banyak keunggulan (Wikipedia, 2013).

  Dalam populasi yang besartidak terjadi seleksi, migrasi dan perkawinan terjadi secara acak, frekuensi gen dan genotipik akan sama dari generasi ke generasi. Untuk sepasang gen dengan frekuensi q dan 1- q, maka frekuensi ketiga genotip pada frekuensi ini dikatakan berada dalam keseimbangan atau biasa disebut dengan keseimbangan Hardy-Weinberg. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan keseimbangan hukum Hardy-weinberg dalam populasi yaitu adanya: (1) Hanyutan genetik (genetic drift), (2) Arus gen (gene flow), (3) Mutasi, (4) Perkawinan tidak acak, dan (5) Seleksi alam (Warwick et al., 1990).

  Jarak Genetik

  Jarak genetik adalah perselisihadalam satu spesies tertentu.Jarak genetik diukur dengan berbagai parameter.Jarak genetik yang kecil menunjukkan hubungan genetik yang dekat dan sebaliknya, jarak genetik yang besar menunjukkan hubungan genetik yang jauh.Jarak genetik dapat digunakan untuk membandingkan persamaan genetik antara spesies yang berbeda, seperti misalnya manusia danyang berbeda (Wikipedia, 2012).

  Variasi genetik dan kelenturan terjadi jika genom memiliki norma reaksi yang berbeda. Variasi ini dapat diperlihatkan dalam beberapa cara. Jika koefisien polynomial diestimasi untuk setiap gen. Keragaman antar koefisien ini adalah variasi genotif dari kelenturan. Jika hanya ada dua lingkungan maka variasi genetik kelenturan dapat juga diukur sebagai suatu koreksi antar

  Pendugaan jarak genetik dalam memahami proses evolusi suatu bangsa ternak dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti, pendekatan analisis molekuler seperti analisis polimorfisme protein darah (Gunawan,1988). Metode pengukuran jarak genetik yang lebih murah dan sederhana dapat dilakukan dengan penentuan pola perbedaan sifat fenotipik yang dapat ditemukan dalam setiap individu ternak (Brahmantiyo et al., 2003).

  Jarak genetik merupakan tingkat perbedaan gen (perbedaan genom) diantara suatu populasi atauspesies (Nei, 1987).

  Penelitian tentang karakter genetik telah banyak dilakukan dalam memahami proses evolusi genetik suatu bangsa ternak dengan pendekatan analisis molekuler seperti analisis polimorfisne protein darai. Hal ini disebabkan oleh sifat seleksi pada tingkat molekuler hanya terjadi secara alami, bukan hasil rekayasa rnanusia (Hartl, 1988).

  Selanjutnya ditarnbahkan bahwametode pengukuranjarak genetik yang lebih murah dan sederhana dapat dilakukan dengan penentuanpolaperbedaan sifat fenotipik,yangdapat ditemui dalan setiap individu ternak (Brahrnantiyo et al., 2003).

  Habitat Ayam Kampung

  Ayam dipercaya para ahli berasal dariayam hutan merah (ayam bangkiwa,

  

Gallus gallus ) yang hidup diamun demikian, pengujian molekular menunjukkan

  kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan.Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe(dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago,

  

rooster ) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memilikilebih besar, dan

  ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek (Wikipedia, 2013). ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon (Wikipedia, 2013).

  Penentuan sample pada ternak

  Cara menentukan jumlah sampel penelitian menggunakan tabel ataupun rumus cukup bervariasi. Misalnya ada yang menggunakan rumus seperti rumus Slovin maupun tabel pengambilan sampel yang cukup populer yaitu Tabel Krejcie dan Morgan. Tulisan ini mengetengahkan pula cara menentukan sampel penelitian menggunakan tabel. Namun, tabel yang akan digunakan adalah tabel Cohen Manion dan Morrison.

  Tabel Cohen Manion dan Morrison (satu tabel dengan tiga penulis) ini cukup menarik. Pertama, penentuan populasi yang diprediksi dalam pengambilan sampelnya hingga 1 juta anggota populasi. Kedua, tabel ini merinci Taraf Keyakinan penelitian dari 90%, 95% dan 99% yang masing-masing taraf memiliki jumlah sampel berbeda. Ketiga, tabel ini pun merinci Interval Keyakinan penelitian (alpha) yaitu dari 0,1, 0,05, hingga 0,01. Baiklah, tabel tersebut adalah sebagai berikut:

  Tabel 2. Interval Keyaninan Penelitian Sumber : http:// blogspot.com Perhatikan tabel di atas. Paling kiri terdapat kolom populasi. Kolom kedua berisikan Taraf Keyakinan penelitian 90% yang berisi subkolom (dari kiri ke kanan) alpha 0,1, 0,05, dan 0,01.

  Kolom ketiga berisikan Taraf Keyakinan penelitian 95% yang terdiri atas subkolom (dari kiri ke kanan) alpha 0,1, 0,05, dan 0,01. Kolom keempat berisikan Taraf Keyakinan penelitian 99% yang terdiri atas subkolom (dari kiri ke kanan) alpha 0,1, 0,05, dan 0,01.

  Cara penggunaannya juga cukup mudah. Misalnya seorang peneliti bernama Sutarno menemukan bahwa populasi target penelitiannya berjumlah 7.500 orang. Taraf Keyakinan penelitian yang diterapkan Sutarno pada penelitiannya adalah 95% dengan alpha 0,01. Dengan demikian sampel penelitian yang harus diambil Sutarno adalah 934. Semakin tinggi taraf keyakinan maka semakin tinggi pula sampel yang harus diambil.