58 BAB IV TADABBUR AL-QUR’AN PERSPEKTIF MAHASISWA TAFSIR HADIS DAN PROGRAM KHUSUS TAFSIR HADIS

BAB IV
TADABBUR AL-QUR’AN PERSPEKTIF MAHASISWA TAFSIR HADIS DAN
PROGRAM KHUSUS TAFSIR HADIS
Tadabbur al-Qur’an yang penulis teliti dalam penelitian ini lebih terfokus
kepada tadabbur al-Qur’an artian memahami al-Qur‟an. Sedangkan tadabbur alQur’an dalam artian lainnya seperti membaca dan mengamalkan dan yang lainnya
tidak termasuk dalam penelitian ini.

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai

beberapa hal. Pertama, metode yang digunakan mahasiswa untuk men-tadabburi alQur’an, Kedua, media yang digunakan untuk men-tadabburi al-Qur’an. Ketiga,
pengalaman yang dirasakan mahasiswa dalam men-tadabburi al-Qur’an.
A. Metode yang Digunakan Mahasiswa untuk Mentadabburi al-Qur’an
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan
mahasiswa dalam memahami al-Qur‟an. Untuk menggali informasi mengenai
metode yang digunakan mahasiswa dalam men-tadabburi al-Qur’an, maka
peneliti mengklasifikasikan masalah dalam 2 aspek, yaitu:
1. Konsep Tadabbur Al-Qur’an Menurut Mahasiswa
Dalam memahami makna dari kata tadabbur al-Qur’an mahasiswa
Salah seorang mahasiswa menjelaskannya dengan mengungkapkan beberapa
hal.


Salah seorang mahasiswa Tafsir Hadis dengan Inisial “DPEK”

mengatakan bahwa:

58

59

“Tadabbur al-Qur’an yaitu memahami al-Qur‟an atau
menindak lanjuti al-Qur‟an dengan cara melihat terjemahan ataupun
dengan menggunakan kitab tafsir. Intinya yaitu memahami alQur‟an lebih lanjut supaya kita memahami apa kandungankandungan yang ada di dalam al-Qur‟an.” 1
Selain itu, mengenai makna tadabbur al- Qur’an hal serupa juga di
ungkapkan oleh mahasiswa Program Khusus Tafsir Hadis yang berinisial “H”
mengatakan bahwa:
“Tadabbur al-Qur’an yaitu memahami al-Qur‟an, kegiatan
setelah membaca al-Qur‟an kemudian memahami apa yang kita
baca dengan memahami kandungan hukumnya.” 2
Kemudian, seperti yang diungkapkan tentang tadabbur al- Qur’an
oleh mahasiswa Tafsir Hadis yang berinisial “MI” yang mengatakan bahwa:
“Kalau menurut saya tadabbur al-Qur’an yaitu mengkaji atau

mencari makna yang lebih dalam dari ayat-ayat al-Qur‟an untuk
memahami makna-makna al-Qur‟an tersebut.” 3
Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa tadabbur al- Qur’an
seperti yang dikatakan oleh mahasiswa Tafsir Hadis yang yang berinisial “S”
mengatakan bahwa :
“Tadabbur al-Qur’an yaitu mengkaji al-Qur‟an sedalamdalamnya, mulai dari memahami al-Qur‟an secara lafaz, ayat per
ayat, kemudian melihat maksud hukum dari ayat tersebut, dan

11

DPEK, Mahasiswi Tafsir Hadis Angkatan 2014 Lokal A, Fakultas Ushuluddin, wawancara
langsung, 17 Juli 2017
2

H, Mahasiswi Program Khusus Tafsir Hadis Angkatan 2014, Fakultas Ushuluddin,
wawancara langsung, 18 Juli 2017
3

MI, Mahasiswi Tafsir Hadis Angkatan 2014 Lokal A, Fakultas Ushuluddin Ruang U 3,
wawancara langsung, 12 Juli 2017


60

hukum disitu ada banyak sekali jika dilihat dari berbagai sudut, dan
banyak ibrah yang dapat kita ambil.”4
Sebagaiamana yang diungkapkan oleh mahasiswa Tafsir Hadis
yang berinisial “YFR” tentang tadabbur al- Qur’an yang mengatakan bahwa:
“Tadabbur al-Qur’an terdiri dari dua kata tadabbur dan alQur‟an, dimana tadabbur adalah memahami dan mendalami alQur‟an yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW
yang membacanya mendapat pahala baik di dalam shalat maupun di
luar shalat.” 5
Hal serupa juga dikatakan oleh mahasiswa Tafsir Hadis yang
berinisial “RI”6 juga menjelaskan tentang tadabbur al- Qur’an dengan
mengatakan bahwa:
“Tadabbur al-Qur’an yaitu memahami al-Qur‟an secara
mendalam, baik dari segi ayat kauniyah ataupun yang lainnya.”7
Sedangkan mahasiswa Program Khusus Tafsir Hadis yang berinisial
“KA” mengatakan tadabbur al- Qur’an dengan mengatakan bahwa bahwa:
“Tadabbur al-Qur’an berasal dari kata dubbur yang
merupakan bagian dari tubuh kita yang tugasnya mencerna sampai
lumat melalui tahapan dan proses yang akhirnya menghasilkan

intisari. Maksudnya yaitu kita tidak hanya memahami al-Qur‟an
secara harfiah, tapi meninjau lebih dalam dari al-Qur‟an dan
merasakan al-Qur‟an berada pada tahapan tertinggi. Jadi tababbur
4

S, Mahasiswi Tafsir Hadis Angkatan 2014 Lokal B, Masjid Kampus, wawancara langsung,
15 Juli 2017
5

YFR, Mahasiswi Tafsir Hadis Angkatan 2014 Lokal B, Wisma Sayyidah, wawancara
langsung, 10 Juli 2017
6

RI, Mahasiswi Tafsir Hadis Angkatan 2013, Fakultas Ushuluddin, wawancara langsung, 12

juli 2017
7

Ibid.


61

al-Qur’an yaitu mengambil pelajaran dan pengajarannya dari mulai
membaca, mamahami sampai pada mengamalkan.” 8
Seperti yang diungkapkan saudara “J” tentang tadabbur al-Qur’an
yang mengatakan bahwa:
“Tadabbur al-Qur’an yaitu dimana ketika seseorang
membaca al-Qur‟an dia mengerti dengan yang dibaca dan
mengaplikasikan dalam apa yang diamalkan.”9
Juga dikatakan oleh saudara “R” tentang tadabbur al-Qur’an yang
mengatakan bahwa :
“Tadabbur al-Qur’an yaitu suatu hal harus bagi setiap
muslim apalagi bagi mahasiswa Program Khusus Tafsir Hadis baik
itu untuk pribadi dalam beramal maupun untuk berbagi kepada
orang lain yang membutuhkannya. Dimana tadabbbur yaitu
mendalami secara dalam makna dari al-Qur‟an itu sendiri mulai dari
memahami secara harfiahnya, kemudian melihat makna tersirat
dibalik tersebut. Serta memahami inti dari al-Qur‟an.”10
M. Qurash Shihab menjelaskan bahwa perintah ber-tadabbur
(memahami) ini mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan al-Qur‟an,

baik redaksi maupun kandungannya, petunjuk maupun mukjizatnya. Perintah
tadabbur ini adalah anjuran untuk mengamati setiap ketetapan hukum yang
ditetapkannya, kisah yang dipaparkannya, nasihat yang disampaikannya, dan

8

KA, Mahasiswi Program Khusus Tafsir Hadis Angkatan 2014, Wisma Sayyidah, wawancara
langsung, 12 Juli 2017
9

J, Mahasiswi Program Khusus Tafsir Hadis Angkatan 2013 , Kos Lubuk Lintah, wawancara
langsung, 20 Juli 2017
10

R, Program Khusus Tafsir Hadis Angkatan 2013 , Fakultas Ushuluddin, wawancara
langsung, 10 Juli 2017

62

lain-lain, yang turun dalam berbagai tempat: di Mekah, Madinah, atau di

tempat lain, malam atau siang, saat perang atau damai, sedih ataupun
senang.11
Jadi berdasarkan pendapat mahasiswa dalam memahami tadabbur
al-Qur’an penulis menyimpulkan bahwa: Tadabbur al-Qur’an menurut
mahasiswa Tafsir Hadis dan Program Khusus Tafsir Hadis yaitu: memahami
makna yang terkandung dari ayat-ayat al-Qur‟an yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW baik secara lafaz, maupun secara tersirat dari
lafaz tersebut, dengan megungkap makna-makna yang terkandung di
dalamnya serta hukum-hukum yang dipaparkannya, mulai dari membaca
kemudian memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan analisa yang penulis paparkan dapat diketahui bahwa
pendapat dari mahasiswa Tafsir Hadis dan Program Khusus Tafsir Hadis
mengenai tadabbur Al-Qur’an sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh
para mufasir.

2. Metode yang Digunakan dalam Men-tadabburi al-Qur’an
Pada poin ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan
mahasiswa dalam memahami al-Qur‟an. Metode tafsir terbagi kepada empat
bagian: tahlili, ijmali, maudhu’i dan muqarran.


11

M Qurays Shihab, Tafsir al-Misbah,(Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 2, hal. 528

63

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
menyimpulkan tiga metode yang digunakan mahasiswa dalam memahami alQur‟an:
a. Metode Ijmali
Nasrudin Baidan menjelaskan, metode ijmali dalam menafsirkan alQur‟an

yaitu

menafsirkan

ayat-ayat

al-Qur‟an

dengan


cara

mengungkapkan makna global, mudah dimengerti, dan enak dibaca.
Menafsirkan al-Qur‟an dengan metode ini mengikuti susunan al-Qur‟an.12
Metode ijmali yang digunakan mahasiswa dalam memahami alQur‟an sebagaimana yang diungkapkan saudara “MI” yang mengatakan
bahwa:
“Saya mulai memahami al-Qur‟an ketika mulai intensif
menghafal a-Qur‟an, dimana dengan memulainya dari juz 30
kemudian berlanjut pada juz 1 sampai seterusnya, karena dengan
memahami makna ayat-ayat yang dibaca akan lebih
memudahkan dalam menghafal al-Qur‟an dan juga membuat kita
paham dengan apa yang di maksud dengan ayat tersebut. Karena
al-Qur‟an
mengandung
banyak
pengetahuan.
Hmm
memahaminya tu mengunakan terjemahan.13
Hal yang serupa juga dikatakan oleh saudara “H” dan Saudara “R”

yang berkaitan dengan metode ijmali yang digunakannnya dalam
memmahami al-Qur‟an, seperti dikatakan bahwa:

12

hal. 32-44
13

Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
Wawancara dengan “MI, DPEK dan KA” , Loc. Cit.

64

“Ketika membaca al-Qur‟an saya alhamdulillah bisa
mengartikan sendiri ayat-ayat tersebut, karena sudah terbiasa
sehari-hari bergelut dengan bahasa Arab , dan hanya sebagian kecil
saja dari kosa kata ayat-ayat al-Qur‟an yang tidak dapat diketahui,
jadi secara umum semuanya insyaallah bisa dimengerti secara
umum dan bisa dipahami”14
Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara “KA” yang

mengatakan terkait dengan memahami al-Qur‟an dengan metode ijmali
bahwa :
“Kegiatan yang rutin saya lakukan dalam memahami alQur‟an yaitu pertama dengan membaca ayat-ayat al-Qur‟an,
kemudian membaca terjemahan, dan dalam memahaminya yang
rutin saya hanya membaca terjemahan saja. Jadi memahaminya
hanya global saja dan tidak secara mendalam, dan juga untuk
menghafal al-Qur‟an itu juga dibaca terjemahannya karena bagi
saya itu lebih mudah untk dihafal”15
Metode ijmali dalam memahami al-Qur‟an yang dipakai oleh
mahasiswa Tafsir Hadis dan Program Khusus Tafsir Hadis berdasarkan
hasil wawancara yang penulis lakukan yaitu memahami al-Qur‟an dari
awal surat sampai seterusnya hanya dengan mengunakan terjemahan alQur‟an dan menggunakan ilmu yang dimiliki dari kosa kata bahasa Arab
maupun kaedah-kaedah yang sudah dipelajari.16
Dalam memahami al-Qur‟an dengan metode ijmali, berdasarkan
hasil wawancara yang penulis lakukan, mahasiswa memahaminya
menggunakan terjemahan saja, jadi itu termasuk dalam metode ijmali.
14

Wawancara dengan H dan R, Loc. Cit.
Wawancara dengan KA, Loc. Cit.
16
Wawancara dengan “R,H,KA,S,MI”, Loc. Cit.

15

65

b. Metode Tahlili
Nasrudin Baidan mengatakan bahwa metode tahlili yaitu suatu
metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat alQur‟an dari seluruh aspek serta menerangkan makna-makna yang
tercakup di dalamnya sesuai dengan kecendrungan mufasir yang
menafsirkan ayat tersebut. 17
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan saudara “S”
dimana dia mengatakan bahwa:
“Saya mulai memahami al-Qur‟an secara intensif sejak
semester 6, dengan cara memahaminya mulai dari surat al-Fatihah
dan sekarang masih di dalam surat al-bagarah, karena dengan
memahami al-Qur‟an secara berurutan kita akan dapat memahami
al-Qur‟an secara utuh, karena semua isi al-Qur‟an itu sangat penting
dan merupakan pedoman hidup setiap umat Islam. Dari masingmasing kata- kata dalam al-Qur‟an itu ada kaedah tertentu yang
memiki makna yang dalam sehingga banyak hal yang terdapat
dalam satu kata, ketika ingin mengetahui suatu permasalahan maka
akan ditinjau ulang apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang
terdapat dalam kata tersebut, dan disanalah kita melihat banyak
kejadian dan hal-hal dalam kehidupan kita sendiri bahwa apa yang
disampaikan itu banyak hal yang terkandung di dalamnya”18 dan
juga saya mengikuti kajian tafsir yang juga gurunya menjelaskan
menggunakan tafsir al-Maraghi secara tahlili.
Seperti dalam surat al-Fatihah bahwa Seperti ketika membaca
surat al-Fatihah dimana kenapa ayat pertama dalam surat al-Fatihah
dengan alhamdulilllah, itu mengisyaratkan segala sesuatu yang kita
perbuat harus dimulai dengan memuji Allah dengan menyebut
namanya seperti membaca bismillah, trus kenapa iyakana’budu
didahulukan dari pada iya kanasta’in, itu mengisyaratkan bahwa
bahwa kita menyembah Allah dulu baru memintak padanya, begitu
juga dengan hubungan dengan makhluk disana dituntut bahwa kita

17
18

Nasruddin Baidan, Loc. Cit.
Wawancara dengan S, Loc. Cit.

66

harus menghormati orang dulu, seperti orang tua, guru ataupun
yang lainnya sebelum kita meminta sesuatu kepada mereka.”19
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode tahlili yang dipakai oleh mahasiswa Tafsir Hadis yaitu dengan
memahami al-Qur‟an dengan secara berurutan dengan memahami dari
berbagai aspek. Dengan mengunakan kitab tafsir tahlili berupa al-Misbah
serta mengikuti kajian tafsir yang metode penyampaiannya secara tahlili.
c. Metode Mawdhu’i
Nasrudin Baidan mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
metode mawdhu’i dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an yaitu
membahas ayat-ayat al-Qur‟an sesuai dengan tema atau judul yang
ditetapkan. Dimana semua ayat yag berkaitan di himpun kemudian dikaji
secara mendalam dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti
asbab al-nuzul, kosa kata dan sebagainya. 20
Dalam memahami al-Qur‟an secara mawdhu’i sebagai mana yang
diungkapkan saudara “MI” dalam hal hukum mengatakan bahwa:
“Dalam ayat tentang shalat dimana dijelaskan aqimusshala li
dhuluki syamsi..... dimana ayat tersebut menjelaskan tentang
perintah melaksanakan shalat, kemudian dalam ayat tersebut juga
dijelaskan waktu-waktu shalat yaitu shalat maghrib, isya dan subuh.
Kemudian pada ayat selanjutnya dijelaskan bahwa shalat tidak
hanya shalat wajib tapi ada juga shalat sunat seperti shalat tahajut.
Mengenai ayat tersebut juga dijelaskan bahwa shalat itu ada
ketentuan-ketuan yag harus dijaga, sehingga shalat itu benar-benar
19
20

Ibid.
Nasrudin Baidan, Loc. Cit.

67

dilakukan dengan tuntunan yang benar seperti yang diajarkan
Rasulullah SAW. dan kalau kita sudah terbiasa shalat, maka shalat
itu akan menjadi kebutuhan bagi kita.21

Dalam kisah Nabi Yusuf yang terdapat secara tematik dalam alQur‟an seperti yang disampaikan oleh saudara R mengatakan bahwa:
“Kisah Yusuf, karena kisah Yusuf tersebut dikisahkan secara
utuh dalam satu surat dan kisahnya lengkap dalam al-Qur‟an,
sementara kisah-kisah lain diceritakan dalam ayat-ayat yang
terpisah. Dimana dalam kisah nabi Yusuf kita dapat mengambil
hikmah dan pengajaran bahwa ketika awal-awal kisah dijelaskan
bahwa nabi Yusuf banyak mendapat ujian dan cobaan, namun pada
akhir kisahnya semua ujian tersebut berakhir kebahagian, dimana
kisah-kisah tersebut Allah menyebutkan diawalnya nabi Yusuf
dimasukan kedalam penjara dan sumur dan terpisah dengan
orangtuanya, dan diakhirnya dia dipertemukan dengan orangtuanya,
dan menjadi orang yang sangat penting di negaranya dan dia juga
berbaikan dengan saudara- saudaranya. yang dapat kita ambil yaitu
dibalik ujian itu pasti ada hikmah dari setiap cobaan dan kebahagian
yang akan kita rasakan dan kesabarran itu akan berbuah manis.
Hal senada juga dikatakan oleh “S, YFR, MI, R, RI, DPFK, J, KA
dan H” bahwa mereka memahami al-Qur‟an dengan metode maudhui
terhadap ayat-ayat tertentu yang ingin diketahui, atau karena ada tugas
kuliah dengan berpedoman kepada kitab tafsir, buku-buku keislaman
serta mengikuti kajian tafsir dan bertanya pada yang lebih mengetahui,
agar pemahaman lebih utuh dan tidak salah dalam memahami maksud
ayat-ayat al-Qur‟an.22

21
22

Wawancara dengan MI, Loc. Cit.
Wawancara Dengan Semua Subjek.

68

Berdarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap
mahasiswa TH dan PK-TH penulis menemukan bahwa pada umumnya
mahasiswa memahami al-Qur‟an menggunakan metode mawdhu’i dalam
memahami al-Qur‟an.
Jadi berdasarkan keterangan dan contoh-contoh di atas penulis
berkesimpulan mahasiswa TH dan PK-TH pada umumnya memahami alQur‟an secara mendalam menggunakan metode mawdhu‟i agar
pemahamannya lebih utuh dan terfokus. Dengan melihat beberapa ayat
yang terkait baik itu dalam satu surat seperti kisah Yusuf atau yang
lainnya.
Berdasarkan paparan pada pembahasan tentang metode yang digunakan
mahasiswa dalam memahami al-Qur‟an dapat diketahui bahwa: mahasiswa
Tafsir Hadis dalam memahami al-Qur‟an dengan menggunakan tiga metode
(Tahlili, ijmali, mawdhu’i), sedangkan mahasiswa Program Khusus Tafsir Hadis
memahami al-Qur‟an dengan dua metode (ijmali, mawdhu’i), perbedaan lain
dalam metode mahasiswa Tafsir Hadis dan Program Khusus Tafsir Hadis dalam
memahami al-Qur‟an yaitu mahasiswa Program Khusus Tafsir Hadis pada
umumnya sudah bisa memahami al-Qur‟an dengan ilmu Bahasa Arab yang
dimiliki (menterjemahkan sendiri), sedangkan mahasiswa Tafsir Hadis pada
umumnya memahami al-Qur‟an menggunakan terjemahan.

69

B. Media yang Digunakan untuk Men-tadabburi al-Qur’an
Pada poin ini akan di jelaskan media yang digunakan mahasiswa dalam
memahami al-Qur‟an. Dimana ditemukan bahwa masing-masing mahasiswa
dalam memahami al-Qur‟an tidak hanya menggunakan satu media tapi media
yang digunakan beragam.
Hal ini terlihat dari wawancara yang penulis lakukan, berdasarkan
wawancara dengan saudara “DPEK” dia mengatakan bahwa media yang
digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an yaitu:
“Dalam memahami al-Qur‟an ketika saya ingin mengetahui suatu
permasalahan dalam al-Qur‟an yaitu melalui tafsir secara langsung, kitab
tafsir yang sering saya gunakan yaitu kitab tafsir al-Azhar karena gaya
bahasa tafsir al-Azhar lebih mudah dimengerti bagi saya sendiri, trus
ketika kita membacanya lansung tersentuh hati dan langsung ngena ke
diri apa yang dijelaskannya dari pada pakai tafsir lainnya. Seperti Fi
Zilalil Qur‟an tafsir tersebut bagi saya itu bahasanya sulit dipahami.
Kemudian saya juga mengikuti pengajian tafsir setiap minggunya di
masjid dekat rumah yang diadakan setiap hari kamis setelah ashar, yang
dimana ustaz yang menjelaskannya itu dari pesantern al-Risalah.
Kemudian ketika saya menghafal al-Qur‟an saya juga memahaminya
menggunakan al-Qur‟an terjemahan karena dengan memahami
terjemahan dari ayat-ayat al-Qur‟an akan lebih memudahkan saya dalam
memahami al-Qur‟an.”23

Jadi berdasarkan wawancara tersebut penulis menyimpulkan bahwa
media yang digunakan saudara PDEK yaitu:
1. Al-Qur‟an terjemahan
2. Kitab tafsir al-Azhar
3. Melalui kajian tafsir
23

Wawancara Dengan DPEK, Loc. Cit.

70

Kemudian saudara MI menagatakan dalam wawancara bahwa media yang
digunakannya dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
“Dalam memahami al-Qur‟an secara berurutan dari awal saya
memahaminya menggunakan al-Qur‟an terjemahan saja, kemudian ketika
saya ingin memahami ayat al-Qur‟an terhadap suatu persoalan tertentu
yang ingin saya ketahui biasanya saya memahaminya dengan kitab tafsir
yang biasa saya gunakan yaitu al-Misbah karna di dalamnya dijelaskan
penafsirannya
secara
detail,
mulai dari kosa kata dan pemahasannya sesuai dengan kondisi sekarang
karena ulama yang mengarangnya merupakan ulama kontemporer.
Kemudian Ibn Katsir, karena di dalam Menafsirkannya Ibn Katsir
menafsirkan berdasarkan riwayat-riwayat, hadis nabi dan shahabah,
sehinnga lebih menambah wawasan. Kemudian saya juga memahami
menggunakan internet dan buku-penunjang lain, seperti buku-buku fiqh
yang berkaitan dengan tema-tema tertentu.”24
Berdasarkan yang disampaikan saudara MI penulis menyimpulkan bahwa
media yang digunakannya dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
1. Al-Qur‟an terjemahan
2. Kitab tafsir al-Misbah dan Ibn Katsir
3. Buku-buku figh
4. Melalui internet
Kemudian saudara S mengatakan bahwa media yang digunakannya
dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
“Ketika memahami ayat-ayat al-Qur‟an ada kata-kata yang dapat saya
pahami sendiri, namun kalau tidak paham saya menggunakan terjemahan
al-Qur‟an, dan juga saya mengikuti kajian tafsir setiap minggunya di
masjid saya tinggal, dimana dalam menafsirkan ayat-ayat ustaznya
menyampaikan dengan berurutan dari awal surat dan setiap minggunya
itu 3 ayat, dan penjelasannya menggunakan tafsir al-Maraghi, dimana
jika kita memahaminya berdasarkan kitab tafsir maka kita akan
24

Wawancara Dengan MI, Loc. Cit.

71

mengetahui bahwa lafaz al-Qur‟an itu multifungsi, serta jika ingin lebih
tau kadang-kadang saya juga mengunakan google, dan juga bertanya
lansung pada yang lebih mengetahui atau bertanya dalam perkuliahan
pada dosen.”25
Jadi berdasarkan keterangan di atas, media yang digunakan saudara S
dalam memahami al-ur‟an yaitu:
1. Menterjemahkan sendiri
2. Al-Qur‟an terjemahan
3. Kitab tafsir al-Maraghi
4. Mengikuti kajian tafsir
5. Google
Sedangkan saudara YFR mengatakan bahwa media yang digunakannya
dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
“Untuk memahami al-Qur‟an yang saya lakukan yaitu dengan melihat
terjemahan, kemudian kadang-kadang dengan kitab tafsir Jalalain dan
ada juga dengan internet baik itu Facebook dll dan bertanya pada yang
lebih mengetahui seperti guru dan teman yang lebih paham.”

Jadi berdasarkan wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa media
yang digunakan saudara YFR dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
1. Al-Qur‟an terjemahan
2. Kitab tafsir Jalalain
3. Orang yang lebih mengetahui
4. Internet (Facebook dll)
25

Wawancara Dengan S, Loc. Cit.

72

Kemudian saudara RI mengatakan bahwa media yang digunakannya
dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
“Dalam memahami al-Qur‟an terhadap suatu ayat yang menarik dan
yang ingin saya ketahui saya memahaminya mengunakan terjemahan,
kemudian kalau pembahasannya sangat dibutuhkan itu menggunakan
tafsir al-Misbah, Hamka dan al-Maraghi. Karena kitab tafsir tersebut
lebih condong pembahasnya kepada kemasyarakatan dan lebih
kontemporer. Dimana penjelasannya sesuai dengan situasi sekarang
sehingga mudah dipahami. Untuk memahami ayat-ayat yang berkaitan
dengan pembahsan terkini biasanya saya melihat kepada google dengan
mencari ayat-ayat berdasarkan tema tertentu.”26
Jadi berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa media
yang digunakan dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
1. Terjemahan al-Qur‟an
2. Kitab tafsir al-Misbah, al-Azhar dan al-Maraghi
3. Google, yang berkaitan dengan ayat-ayat dan permasalahan tertentu secara
tematik.
Kemudian saudara KA mengatakan bahwa media yang digunakannya
dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
“Dalam memahami al-Qur‟an saya biasanya menterjemahkan sendiri,
trus kalau tidak tau di lihat pada terjemahan al-Qur‟an. Mengunakan kitab
tafsir Ibn Katsir, Trus kalau mengenai pemahaman lebih suka tafsir alKasyaf al- Jamaksyari, seperti judulnya sendiri „menyikap‟ disana cara
penyampainnya lebih runtun dan lebih menyikap segala sesuatu dengan
dalam dan mudah dipahami dan menyikap dengan cara pandang kita serta
rasio lebih dikuatkan disitu, hukum dan syariah lebih dikuatkan juga, dan
juga saya sering mendengarkan acara TV terkait al-Qura‟n, serta bukubuku kuliah, trus saya juga ikut grup kajian tafsir di WA yang nama

26

Wawancara Dengan RI, Loc. Cit.

73

groupnya Akhwatun Nisa’, trus pakai vidio-vidio ceramah ustaz Ali
Hidayat ada juga.”27
Jadi berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa media
yang digunakan saudara KA yaitu:
1. Menterjemahkan sendiri
2. Terjemahan al-Qur‟an
3. Kitab tafsir Ibn Katsir, al-Kasyaf, dan Jamaksyari
4. Buku-buku perkuliahan
5. Acara TV
6. Internet: group WA, vidio youtube
Berdasarkan wawancara dengan saudara H mengatakan bahwa media
yang digunakannya dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
“Dengan menterjemah sendiri yang paling penting yaitu mengusai
bahasa Arab, dan menengok tafsirannya dan melihat pendapat mufasir
tehadap permasalahan tersebut. dan dulu juga ada ikut kajian tafsir di
mushala yang dilakukan secara tematik pada setiap bulan Ramadhan
sehingga tema- tema tersebut dapat dipahami secara utuh. Juga dengan
tafsir al-Sa‟di, Ibn Katsir dan al-Munir, dimana dalam tafsir al-Sa‟di
penjelasannya lebih ringkas dan mudah dipahami, dan membuat kita
tidak bosan dengan apa yang dijabarkan, dan dia menyebutkan inti-inti
ayat tersebut.”28
Jadi media yag digunakan oleh saudara H dalam memahami al-Qur‟an
yaitu:

27
28

Wawancara Dengan KA, Loc. Cit.
Wawancara Dengan H, Loc. Cit.

74

1. Menterjemah sendiri
2. Kitab tafsir al-Sa‟di, Ibn Katsir dan al-Munir
3. Mengikuti kajian tafsir
Sedangkan saudara J mengatakan bahwa media yang digunakannya dalam
memahami al-Qur‟an yaitu:
“Kalau dalam rutunitas hanya mengunakan terjemahan saja. Namun
kalau dalam melaksanakan tugas kuliah dan kepentingan tertentu yang
menghendaki pada lebih mendalam baru menggunakan tafsir. Dimana
kitab tafsir yang biasa saya gunakan yaitu al-Maraghi, al- Qurthubi,
dimana kitab tafsir tersebut lebih mudah dipahami dan bahasanya saya
rasa lengkap dan lebih mudah, dan juga kadang-kadang mendengarkan
ceramah di Radio kalau dia membahas tentang ayat al-Qur‟an.”29

Jadi berdasarkan wawancara tersebut penulis berkesimpulan bahwa media
yang digunakan saudar J dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
1. Terjemahan al-Qur‟an
2. Tafsir al-Maraghi, al- Qurthubi
3. Mendengarkan radio
Kemudian berdasarkan wawancara dengan saudara R, dia mengatakan
bahwa media yang digunakannya dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
“Dengan melihat al-Qur‟an terjemahan yang perkata. Karena saya
punya al-Qur‟an terjemahan perkata. Jadi ketika masuk ayat yang sulit
lansung lihat al-Qur‟an terjemahan sendiri. dan dalam waktu tertentu
mengunakan tafsir yang ada dari internet yaitu Ibn Katsir, Maktabah
Syamela, dan di masjid saya ada pembahasan kajian tafsir setiap dua kali
seminggu. Dimana ustaz menjelaskan ayat-ayat dengan hadis yang

29

Wawancara Dengan J, Loc. Cit.

75

berkaitan dengan pembahasan tersebut. Kemudian di adakan diskusi
kalau ada pertannyaan yang ingin ditanyakan oleh jamaah.”30
Berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa media yang
digunakan oleh saudara R dalam memahami al-Qur‟an yaitu:
1. Terjemahan al-Qur‟an
2. Kitab tafsir Ibn Katsir
3. Mengikuti kajian tafsir
4. File komputer
5. Internet
Berdasarkan teori Seels dan glasgow mengklasifikasikan media dalam
dua bentuk yaitu media tradisional dan media mutakhir.
a. Media tradisisional meliputi:
1) Visual diam yang diproyeksikan: proyeksi overhead, slide, film stripe.
2) Visual yang tak diproyeksikan: gambar, poster, foto, chart, dan grafik.
3) Audio: rekaman, kaset.
4) Penyajian multimedia: slide plus suara.
5) Visual dinamis yang diproyeksikan: film, televisi,vidio.
6) Cetak: buku teks, modul dan majalah ilmiah.
7) Permainan: teka-teki.
8) Realia: model, specimen, dll.
30

Wawancara Dengan R, Loc. Cit.

76

b. Media teknologi mutakhir
1) Media berbasis telekomunikasi: telekomferensi, kuliah jarak jauh.
2) Media berbasis mikroprosesor: komputer (online/file), interaktif dan
compact disk.31
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, penulis menemukan bahwa
media yang digunakan mahasiswa dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an sangat
banyak. Berdasarkan teori tersebut secara keseluruhan penulis menyimpulkan
bahwa:
1. Media Cetak
Berdasarkan hasil wawancara dengan “R,MI, DPEK, S, YFR, RI, J, H,
KA” penulis menemukan bahwa media cetak yang digunakan untuk
memahami al-Qur‟an diantaranya yaitu:
a. Terjemahan al-Qur‟an al-Karim
Secara keseluruhan semua informan mengatakan bahwa media
pertama yang mereka gunakan untuk memahami al-Qur‟an adalah
terjemahan Departemen Agama RI.
b. Kitab tafsir
Dalam menjadikan kitab tafsir sebagai media yang penting dalam
memahami al-Qur‟an informan berbeda-beda dalam memilih kitab
tafsir yang digunakan. Ibn Katsir, al-Azhar, al-Misbah, Jalalain, alMaraghi, al-Kasyaf, al-Sa‟di, Jamksyari, al-Qurthubi.
31

Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2014)., hal. 123-124

77

c. Buku-buku keislaman
2. Audio
Berdasarkan hasil wawancara penulis menemukan bahwa media Audio
yang digunakannya yaitu dari Radio dimana itu ada pengajian-pengajian dalam
setiap minggunya.
3. Vidio (Ceramah dengan tema tafsir, TV)
4. Orang yang lebih mengetahui
5. Kajian tafsir/ceramah
6. Media komunikasi mutakhir (komputer/internet)
Berdasarkan apa yang penulis pahami dari keterangan informan penulis
menyimpulkan bahwa media komputer atau internet yang digunakan
diantaranya yaitu:
a. Goggle
b. Group WA
c. Facebook / Group Facebook
d. File komputer
7. Dengan menterjemahkan sendiri berdasarkan kosa kata dan ilmu yang dimiliki.
Jadi berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, media yang digunakan
mahasiwa Tafsir Hadis dan Program Khusus Tafsir Hadis bermacam-macam. Dan
masing-masing mahasiswa menggunakan lebih dari dua media.

78

C. Pengalaman yang Dirasakan Mahasiswa dalam Mentadabburi Al-Qur’an
Pada poin ini akan dipaparkan mengenai pengalaman yang dirasakan
mahaiswa ketika memahami al-Qur‟an dimana pengalaman merupakan sesuatu
yang sangat berharga dalam kehidupan, dalam hal ini pengalaman yang pernah
dirasakan oleh informan dalam memahami al-Qur‟an diantaranya yaitu:
Saudara DPEK dalam wawancara mengatakan bahwa pengalaman
yang dirasakan ketika dia memahami al-Qur‟an yaitu:
“Ketika membaca juz 30 di sana saya merasa bahwa dahsyatnya
hari kiamat surga dan neraka. Di sana membuat kita sadar dengan
kesalahan kita serta menyiapkan bekal yang lebih lagi untuk akhirat.
Dan juga ketika ayat yang menjelaskan tentang syukur ”apabila kamu
bersyukur maka akan aku tambah nikmatku” dalam sehari-hari saya
rasakan, bahwa ketika kita mensyukuri nikmat Allah walaupun itu
sedikit maka benar-benar kita temukan bahwa Allah benar-benar
memberikan dan menambah nikmat nya untuk kita dan hal itu
membuat kita begitu terharu dan lebih taat kepada Allah. Serta dengan
memahami al-Qur‟an saya merasakan banyak hal yang selama ini tidak
kita ketahui menjadi kita ketahui. Dan juga dalam shalat ketika kita
paham dengan ayat-ayat yang kita baca maka kita akan merasakan
ketenangan dan merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diri kita.”32
Jadi berdasarkan pengalaman yang dialami oleh saudari DPEK dapat
penulis simpulkan bahwa ketika memahami al-Qur‟an akan merasakan berbagai
hal diantaranya yaitu:
a. Menambah rasa syukur kepada Allah
b. Menyadarkan dari kesalahan dan kekhilafan
c. Menambah ilmu pengetahuan
32

Wawancara dengan DPEK, Loc. Cit.

79

d. Berusaha untuk lebih giat lagi dalam beramal untuk bekal akhirat
e. Mendatangkan ketentraman dan kedamaian dalam diri
f. Menambah rasa kagum kepada Allah dengan kebesarannya.
Saudara MI dalam wawancara menyebutkan bahwa pengalaman yang
pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
“Ketika membaca ayat-ayat al-Qur‟an lebih tau tentunya, lebih
paham, lebih tenang dan dapat pelajaran dari apa yang dibaca dan
dapat juga diambil hukum-hukum yang terdapat didalamnya. kadangkadang dalam berusaha memahami al-Qur‟an dirasakan terharu
terhadap apa yang disampaikan, kemudian ketika membaca tentang
kisah kisah juga terharu dan ketika memahami al-Qur‟an tersebut hati
jadi lebih tenang dan damai. Yang umumya rasa terharu dan rasa
tenang”.33
Jadi berdasarkan pengalaman yang dialami oleh saudara MI dapat
penulis simpulkan bahwa ketika memahami al-Qur‟an akan merasakan berbagai hal
diantaranya yaitu:
a. Merasakan bertambahnya pengetahuan
b. Merasa terharu dengan apa yang diungkapkan dalam al-Qur‟an
c. Merasakan ketenangan dan kedamaian
Saudara S dalam wawancara menyebutkan bahwa pengalaman yang
pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
“Ketika saya memahami ayat-ayat al-Qur‟an saya merasa
penyesalan ketika bertemu dengan ayat-ayat yang menjelaskan tentang
orang-orang fasik, dimana dia sudah tau tapi tetap saja melakukan hal
33

Wawancara Dengan MI, Loc. Cit.

80

tersebut dan juga bertambah ilmu karena disana banyak hal-hal baru yang
selama ini belum kita ketahui namun pada akhirnya kita tahu dengan
membaca, ketika berbuat sesuatu ketika dekat dengan Al-Qur‟an maka
kita akan selamat karena kita yakin bahwa Allah akan membantu kita
dalam setiap langkah. Ketika mempelajari tafsir kita mengetahui bahwa
lafaz itu multi fungsi dimana apa yang disampaikan itu benar-benar
dirasakan ketika kita melakukan suatu perbuatan dan amal shaleh, ketika
saya melihat mahasiswa jurusan lain selain TH lebih semangat membaca
dan mentadabburi al-Qur’an sedangkan kita saja banyak alasan untuk
memahami al-Qur‟an. Masak mahasiswa lain ajha bisa kenapa kita tidak
memahaminnya.”34
Jadi berdasarkan pengalaman tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa ketika seseorang memahami al-Qur‟an maka ia akan merasakan:
a. Merasakan penyesalan terhadap sikap ketika sudah mengetahui tapi tetap
melakukan hal-hal yang dilarang
b. Bertambah pengetahuan
c. Menjadi termotifasi untuk menjadi yang lebih baik
d. Merasa Allah selalu ada
e. Merasa dibimbing oleh Allah dalam setiap langkah kehidupan
Saudara

YFR

dalam

wawancara

menyebutkan

bahwa

pengalaman yang pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
“Kemudian pengalaman yang pernah saya rasakan dalam
surat favorit saya dimana ketika saya memahami surat al-„Asr
dalam ayat itu saya merasa sangat tersindir karena disitu
dijelaskan bahwa demi masa, dan Allah bersumpah demi waktu
dimana waktu itu adalah kesempatan, jadi Allah menjelaskan
bahwa manusia semuanya merugi kecuali yang beramal shaleh,
beriman dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
dimana dalam ayat ini saya merasa karena saya sering sekali
melalaikan waktu-waktu yang saya miliki. Disanalah saya
34

Wawancara Dengan S, Loc. Cit.

81

merasa sangat menyesal. Jangankan memahami, atau membaca
sedangkan mendengarkan saja akan membuat hati tenang. Ketika
memahami al-Qur‟an akan menambah pengetahuan didalamnya
dan banyak hal-hal yang belum dipahami menjadi tahu. Dan ayat
al-Qur‟an berkembang sesuai pertumbuhan zaman, seperti
banyaknya penemuan-penemuan ilmiah yang menjelaskan
tentang sesuatu yang sebenarnya ada di dalam al-Qur‟an.”35
Jadi berdasarkan pengalaman tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa ketika seseorang memahami al-Qur‟an maka ia akan merasakan:
a. Marasa banyak kesalahan yang diperbuat
b. Merasakan ketenangan
c. Bertambahnya pengetahuan
d. Merasakan keagungan Allah
Saudara RI dalam wawancara menyebutkan bahwa pengalaman
yang pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
“Surat al-isra‟ dijelaskan bahwa tumbuhan-tumbuhan
bertasbih, dan itu dibuktikan oleh ilmuan non muslim yang
dibuat dan direkan dan ia melihat hasil surfeinya hasilnya itu
menunjukan tentang ayat-ayat al-Qur‟an. dari segi kosa kata,
pribahasa dan al-Qur‟an itu tidak ada tandingannya. Ketika kita
melihat bahwa banyak hal yang terkuak dari al-Qur‟an yang
sudah berabad-abad lalu yang kemudian benar-benar terjadi. Dan
itulah yang membuat kita takjub terhadap al-Qur‟an. Yang sesuai
dengan apa yang dibuktikan oleh ilmuan. Dan rasanya sangat
takjub.”36
Jadi berdasarkan pengalaman tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa ketika seseorang memahami al-Qur‟an maka ia akan merasakan:
a. Merasakan ke agungan Allah
35
36

Wawancara Dengan YFR, Loc. Cit.
Wawancara Dengan RI, Loc. Cit.

82

b. Bertambahnya ilmu pengetahuan
c. Takjub dengan kebesaran Allah
Saudara KA dalam wawancara menyebutkan bahwa pengalaman
yang pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
“Pernah dulu saya pingsan dan melihat ada yang putihputih cahayanya waktu shalat karna ingin paham dengan alQur‟an yang dibaca, trus ditekatkan diri untuk paham akhirnya
setelah itu saya pingsan saat shalat tahajut. Dan kemudian pada
hari selanjutnya setelah kejadian tersebut rasanya selalu ada
orang yang mengikuti dan membuat bangun untuk shalat tahajut
setiap malamnya seperti ada memercikan air ke wajah. Saya
merasa lebih tentram, ketika membaca al-Qur‟an dengan hati
yang masih polos dan belum banyak bergaul maka itu teras
melayang dan beban hidup terasa ringan. Dulu waktu masih MA
ketika membaca dan paham dengan ayat yang dibaca dalam
shalatpun sering nangis. tapi sekarang karena sudah banyak
pergaulan banyak yang kurang dalam diri. Dan rasanya agak
jauh dari al-Qur‟an. Rasanya banyak perubahan yang menurun
rasanya.”37
Jadi berdasarkan pengalaman tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa ketika seseorang memahami al-Qur‟an maka ia akan merasakan:
a. Merasakan hal yang diluar logika
b. Mampu membuat kita menangis
c. Membuat kita dekat dengan Allah
Saudara H dalam wawancara menyebutkan bahwa pengalaman
yang pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
“Ketika ayat tersebut ada kaitannya dengan yang dirasakan
atau ayat tersebut sesuai dengan permasalahan maka akan terasa

37

Wawancara Dengan KA, Loc. Cit.

83

betul apa yang disampaikan sehingga membuat kita terharu, dan
masalah jadi hilang masalah.”38

Jadi berdasarkan pengalaman tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa ketika seseorang memahami al-Qur‟an maka ia akan merasakan:
a. Merasa terharu
b. Membantu dalam meyelesaikan masalah
Saudara R dalam wawancara menyebutkan bahwa pengalaman
yang pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
“Ketika ada masalah yang sangat besar lalu saya
meemukan bahwa ada ayat-ayat yang menjelasan tersebut dan
ketika kita kita membacanya maka akan membuat masalah itu
terselesaikan, dan menemukan solusi dari masalah-masalah kita.
Ketika itu kita lihat tafsirannya secara mendalam agar kita
merasa lebih tenang. ketika memahami itu ada rasa bahwasanya
al-Qur‟an memberi solusi terhadap masalah yang kita alami.
Juga ketika kita memahami ayat-ayat al-Qur‟an banyak
kesalahan-kesalahan dari apa yang kita perbuat selama ini dan
banyak hal kurang dari amal kita rasanya.”39
Jadi berdasarkan pengalaman tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa ketika seseorang memahami al-Qur‟an maka ia akan merasakan:
a. Menjadi solusi dari masalah yang dihadapi
b. Menyadari kekurangan
c. Merasakan amal ibadah kita masih banyak yang kurang
Saudara J dalam wawancara menyebutkan bahwa pengalaman
yang pernah dirasakan ketika memahami al-Qur‟an yaitu:
38
39

Wawancara Dengan H, Loc. Cit.
Wawancara Dengan R, Loc. Cit.

84

“Secara spesifik dan khusus bagi saya kurang terasa.
Namun itulah banyak hal yang kita lakukan dan rasakan maka
kita akan merasa bahwa dalam kehidupan kita ada bimbingan
dari apa yang dibaca dan dipahami dari ayat-ayat al-Qur‟an.dan
bertambah ilmunya”.40
Jadi berdasarkan pengalaman tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa ketika seseorang memahami al-Qur‟an maka ia akan merasakan:
a. Mendapat bimbingan dari Allah
b. Mendapatkan ilmu pengetahuan
Berdasarkan teori buah dari tadabbur al-Qur’an yang dikemukakan oleh
Muhammad Syauman ar-Ramli ketika seseorang telah mentadabburi al-Qur‟an maka
banyak hal yang akan dirasakannya, dan hal itu merupakan buah dari tadabbur alQur‟an. Dalam hal ini buah dari tadabbur al-Qur’an yaitu:
a. Mendatangkan keyakinan hati
b. Menambah keimanan
c. Mendulang ilmu dan selamat dari syubhat
d. Tidak tergoda dengan dunia dan dekat dengan akhirat
e. Mengenal hakikat dunia yang sesungguhnya
f. Mengokohkan dan bersatu dalam menghadapi perpecahan dan perselisihan
g. Ketenteraman dari segala yang mengerikan
h. Menggapai rasa takut, harap dan ketenangan

40

Wawancara Dengan J, Loc. Cit.

85

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa
mahasiswa PK-TH angkatan 2013 dan 2014 maka pengalaman yang dirasakan ketika
seseorang memahami al-Qur‟an yaitu:
a. Mendatangkan keyakinan hati
Dengan bertambah syukur kepada Allah, merasakan keagungan Allah,
melihat kemuliaan Allah, menyadari kesalahan-kesalah, tamaknya cahaya
dari wajah.
b. Menambah keimanan
Dengan bertambahya keimanan kepada Allah, semangkin cinta kepda
Allah dan al-Qur‟an, merasa dekat dengan Allah,
c. Mendulang ilmu dan selamat dari syubhat
Memperoleh ilmu yag bermanfaat, mendapatkan hidayah, mendapatkan
petunjuk.
d. Mengenal hakikat dunia yang sesungguhnya
Merasa dibimbing oleh Allah dalam setiap langkah kehidupan, merasa
setiap permasalahan di temukan solusinya.
e. Mengokohkan dan bersatu dalam menghadapi perpecahan dan perselisihan
Terselesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan petunjuk yang
diperoleh dari Allah melalui al-Qur‟an,
f. Ketenteraman dari segala yang mengerikan

86

Merasakan ketenteraman hati, kedamaian, kerasakan kesejukan, merasa
terharu dengan apa yang disampaikan.
g. Menggapai rasa takut, harap dan ketenangan
Merasa takut berbuat dosa, takut dengan azab Allah, merasa banyak dosa
dan harus bertaubat kepada Allah, merinding dengan azab yang dikisahkan
Allah, terharu dengan janji Allah, dan lebih hati-hati berbuat sesuatu agar
tidak terjerumus kepada kemaksiatan.