Analisis Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes

KABUPATEN BREBES SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Agribisnis

Oleh : HERI PUJIANTO

H 0808059

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

CV. NILAM KENCANA JAYA DI KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Heri Pujianto H0808059

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 21 September 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP Umi Barokah, SP, MP Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP NIP. 196703311993032001 NIP. 197301292006042001 NIP. 19780715 200112 2 001

Surakarta, September 2012 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) CV. Nilam Kencana Jaya Di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes”, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc, selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Priya Prasetya, MS selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, dukungan, semangat, kritik, dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP, selaku Pembimbing Utama skripsi yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Umi Barokah, SP, MP, selaku Pembimbing Pendamping dalam skripsi ini,

terimaksih atas diskusi, bimbingan serta arahan kepada penulis.

7. Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP selaku Dosen Penguji yang memberikan

masukan/saran yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Ir. Sri Marwanti, MS selaku pengganti Pembimbing Akademik atas bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penulis.

9. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama kegiatan studi di Fakultas Pertanian Universitas Surakarta.

bantuan kepada penulis selama penelitian.

11. Keluarga pemilik (Ua Nurdin, Ua Martini, Kang Edi, Kang Epung dan Farida) serta seluruh karyawan CV. Nilam Kencana Jaya yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.

12. Bapak Trimo yang telah mempersiapkan nafkah bagi keluarga, pengorbanan, dukungan, amanat-amanat, serta menjadi motivator bagi penulis. Mohon maaf apabila penulis belum bisa menjadi anak yang seperti Bapak inginkan.

13. Ibu Oom Komariah yang telah memberikan kasih sayang, bimbingan, do’a yang luar biasa, pengorbanan, serta dukungan dan semangat bagi penulis. Mohon maaf apabila penulis belum bisa membalas dan membahagiakan Ibu.

14. Adeku tercinta Lugas yang selalu menjadi motivator penulis, semoga kau mempunyai masa depan yang lebih baik dari penulis. Mba Ika, Mba Dwi terimakasih atas dukungannya.

15. Keluarga besarku Bani Maksudin dan Bani Djoyodikromo terimakasih atas dukungan dan petuah-petuah yang telah diberikan kepada penulis. Ua Ipin dan Kang Dodi terimakasih atas dukungannya.

16. Sahabat kos Pondok “Ragil” dan tim Futsal “FUSABI’08” (Hendro, Dika, Udin, Bayu, Agung, Arya, Heru, Lilik, Nova, Rendi, Nanda, Kiki, Budi, Ari dan Adnan) atas kesediaan tempat dan kebersamaan kalian selama ini.

17. Seluruh teman-teman Agribisnis 2008, 2009, 2010 dan 2011 yang telah bersama- sama berjuang dalam kegiatan studi di Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

18. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga sumbangan pemikiran ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin.

Surakarta, September 2012

1. Data Luas dan Produksi Nilam di Kabupaten Brebes Tahun 2010...........................................................................................

2. Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan yang Diadakan... 9

3. Komposisi Penduduk Kecamatan Bantarkawung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011..........................................................

4. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia Kecamatan Bantarkawung Tahun 2011......................................................... 34

5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kecamatan Bantarkawung Tahun 2011......................................................... 35

6. Jumlah Usaha Menurut Jenis Usaha di Kecamatan Bantarkawung Tahun 2011......................................................... 36

7. Identitas Pemilik Usaha CV. Nilam Kencana Jaya..................... 37

8. Biaya Tetap Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011........................ 44

9. Biaya Variabel Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011........................ 45

10. Biaya Total Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011........................ 46

11. Penerimaan Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya Per Bulan di Kabupaten Brebes Tahun 2011....... 47

12. Keuntungan Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011........................ 48

13. Profitabilitas Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011........................ 49

14. Efisiensi Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011........................ 49

15. Risiko Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes Tahun 2011........................

1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam...................

14

2. Kerangka berfikir pendekatan masalah Analisis Risiko Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes....................................................................

22

3. Skema Penyulingan Minyak Nilam.........................................

43

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penyusutan dan Biaya Bunga Modal Sendiri Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011.................

61 Lampiran 2

Produktivitas dan Rendemen Hasil Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011......................................

62 Lampiran 3

Biaya Bahan Baku Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011..............................................................

63 Lampiran 4

Biaya Bahan Bakar Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011....................................................

64 Lampiran 5

Biaya Listrik, Transportasi dan Lain-lain Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011.................

65 Lampiran 6

Biaya Tenaga Kerja Keluarga Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011……..............................

66 Lampiran 7

Biaya Tenaga Kerja Luar Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011……..............................

67 Lampiran 8

Total Biaya Tenaga Kerja Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011.....................................

68 Lampiran 9

Penerimaan Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011..............................................................

69 Lampiran 10 Profitabilitas Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011...............................................................

69 Lampiran 11 Efisiensi Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun

70 Lampiran 12 Risiko Usaha Penyulingan Minyak Nilam Tahun 2011..........................................................................

70 Lampiran 13 Daftar Pertanyaan Penelitian....................................

73 Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian............................................

79 Lampiran 15 Peta Kabupaten Brebes.............................................

81 Lampiran 16 Peta Kecamatan Bantarkawung................................

RINGKASAN

Heri Pujianto. H0808059. 2012. “Analisis Usaha Penyulingan Minyak

Nilam (Patchouli Oil) CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung

Kabupaten Brebes”. Skripsi dengan pembimbing Dr. Ir. Minar Ferichani, MP dan Umi Barokah, SP, MP. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, tingkat efisiensi dan tingkat risiko usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes.

Metode penelitian yang digunakan adalah analytical descriptive. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi kasus. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di CV. Nilam Kencana Jaya Kecamatan Bantakawung, Kabupaten Brebes dengan pertimbangan yaitu lokasi tersebut telah mulai mengusahakan usaha penyulingan minyak nilam sejak tahun 1989. Selain itu lokasi tersebut mampu bertahan hingga sekarang dan satu-satunya usaha penyulingan minyak nilam yang mampu berkembang hingga menjadi sebuah Commanditaire Vennootschop (CV) di Kecamatan Bantarkawung. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder.

Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya total yang dikeluarkan dalam usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya untuk satu tahun yaitu tahun 2011 proses penyulingan sebesar Rp 2.359.672.735,5 yang terbagi menjadi biaya tetap sebesar Rp 59.620.735,5 dan biaya variabel sebesar Rp 2.300.052.000,-. Sedangkan penerimaan sebesar Rp 3.159.822.000,-. Sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 800.149.264,5 dan profitabilitas dari usaha ini sebesar 33,90 % selama satu tahun yaitu tahun 2011.

Usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya. yang dijalankan selama ini nilai efisiensi sebesar 1,34 berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan oleh pengusaha akan didapatkan penerimaan 1,34 kali dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 1,03651 dan batas bawah keuntungan Rp -71.548.098,89. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peluang kerugian yang harus ditanggung oleh pemilik usaha penyulingan CV. Nilam Kencana Jaya yakni sebesar Rp 71.548.098,89 selama tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan agar CV. Nilam Kencana Jaya mulai menerapkan teknologi yang lebih modern dalam proses produksi agar diperoleh rendemen minyak yang lebih tinggi. Selain itu juga lebih meningkatkan penerimaan dengan cara memanfaatkan limbah dari

nilam bekas penyulingan untuk dibuat menjadi pupuk dan memanfaatkan pasar ekspor

minyak nilam dengan memasarkan minyak nilamnya langsung ke luar negeri.

SUMMARY

Heri Pujianto. H0808059. 2012. “Business Analysis of Patchouli Oil

Refining (Patchouli Oil) CV. Nilam Kencana Jaya In Bantakawung District

Brebes Regency”. Thesis with supervisor Dr. Ir. Ir. Minar Ferichani, MP dan Umi Barokah, SP, MP. Ferichani Minar, MP and Umi Barokah, SP, MP. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

The purpose of this study was to determine the cost, revenue, profit, profitability, efficiency and level of business risk patchouli oil refining CV. Nilam Kencana Jaya in Bantakawung District Brebes Regency.

The research method used was analytical descriptive. While the techniques used in this research is a case study technique. Determining the location of a deliberate (purposive) that CV. Nilam Kencana Jaya Bantakawung district, Brebes considering the site has started to commercialize patchouli oil refining business since 1989. Furthermore the site can survive up to now and the only one capable of patchouli oil refining business grew to become a Commanditaire Vennootschop (CV) in Bantarkawung District. The data used are primary and secondary data.

The results showed that the total cost incurred in patchouli oil refining business CV. Nilam Kencana Jaya patchouli for a year ie in 2011 the refining process of Rp 23.596.727.355 which is divided into a fixed fee of Rp 59.620.735,5 and the variable cost of Rp 2.300.052.000,-. While revenue of Rp 3.159.822.000,-. So obtain

a profit of Rp 800.149.264,5 and the profitability of the business by 33,90% during the year, namely the year 2011. Patchouli oil refining businesses CV. Nilam Kencana Jaya this long-run efficiency value of 1,34 means that each Rp 1,00 issued by produsen know will get 1,34 times the revenue of the costs incurred. The value of the coefficient of variation of 1,03651 and the lower profit of Rp -71.548.098,89. This may imply that there is a chance that the loss should be borne by the business owner refining CV. Nilam Kencana Jaya which amounted to Rp 71.548.098,89 during the year 2011. Based on the results of this study suggested that the CV. Nilam Kencana Jaya began to apply more modern technology in the production process in order to obtain a higher yield of oil. It also further enhances revenue by utilizing the waste from the former refinery patchouli to be made into fertilizer and take advantage of export markets to sell oil patchouli oil directly patchouli abroad.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilam yang sering juga disebut Pogostemon cablin Benth merupakan tanaman yang belum begitu dikenal secara meluas oleh masyarakat. Tanaman nilam sendiri merupakan tanaman yang berbentuk perdu, tak begitu tinggi, paling tinggi 120 cm, tumbuh berumpun dan warna daunnya hijau kemerahan (Daud, 1991). Hasil yang diperoleh dari tanaman nilam adalah berupa minyak, yaitu minyak nilam. Minyak nilam diperoleh dengan proses penyulingan daun, batang atau cabang tanaman nilam (Anonim, 2009).

Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki prospek ekonomi yang cerah dalam merebut pasar lokal maupun global. Minyak nilam digunakan sebagai bahan baku, bahan pencampur dan fiksatif (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik (Mustika dan Nuryani, 2006). Minyak nilam merupakan bahan baku utama yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh minyak yang lain dalam industri parfum.

Komoditi minyak nilam dalam istilah perdagangan internasional dikenal dengan nama Patchouli Oil (Essential Oil Of Patchouli). Bahkan negara Indonesia telah mendapat sebutan produsen Patchouli Sumatra, karena dahulu sebagian besar tanaman nilam diusahakan oleh petani di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Sejak sebelum Perang Dunia II, walaupun daunnya saat itu belum dapat diolah sendiri tapi tanaman ini telah menjadi barang dagangan yang menarik. Barulah pada awal tahun 1920 penyulingan minyak nilam dapat dilakukan sendiri (Santoso, 1990).

Penyulingan minyak nilam merupakan salah satu usaha potensial untuk dikembangkan sebab Indonesia memiliki iklim tropis yang cocok untuk ditanami tanaman nilam. Penyulingan minyak nilam merupakan usaha yang mampu memanfaatkan sumber daya lokal dan berorientasi pada pasar ekspor.

ekonomis, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja, sekaligus menunjang produktivitas sektor perkebunan. Meskipun demikian belum banyak ditemui pengusaha penyulingan minyak nilam di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90 %. Negara tujuan ekspor minyak nilam adalah Jepang, Singapura, Ameraika dan Perancis (Manurung, 2010). Sebagai komoditas ekspor, harga nilam di dalam negeri tergantung dari harga internasional. Perkembangan pasar internasional pada hakekatnya menurut Budiarto dan Widodo (2005) merupakan interaksi antara penawaran berlebih (excces supply) dan permintaan berlebih (excces demand). Apabila penawaran berlebih dan permintaan tetap, maka akan terjadi penurunan harga (Kindleberger dan Lindert, 1991). Begitu sebaliknya apabila penawaran tetap dan permintaan bertambah, maka harga akan meningkat kembali. Hukum tersebut berlaku pula pada komoditas nilam.

Walaupun demikian keberadaan nilam di Indonesia mengalami banyak kendala. Beberapa kendala umum yang ditemui adalah a) rendahnya rendemen minyak nilam yang diperoleh, b) mutu minyak rendah dan beragam, c) penyediaan produk tidak kontinyu dan d) harga yang terjadi berfluktuasi (Yuhono dan Suhirman, 2006). Permasalahan-permasalahan di atas erat kaitannya satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan inovasi baru yang saling dapat menghilangkan permasalahan tersebut. Inovasi seperti perbaikan dalam teknologi budidaya, penanganan pasca panen yang lebih baik, penggunaan alat dan metode penyulingan yang lebih modern serta kebijakan pemerintah di bidang sosial ekonomi .

Akan tetapi, mengusahakan nilam juga mampu memberikan keuntungan. Menurut Santoso (1991), dua keuntungan yang dapat dipetik dari mengusahakan nilam, yaitu: a) bagi pemerintah, mampu menunjang program peningkatan ekspor non migas, sehingga menambah devisa negara, dan b) bagi petani nilam maupun pengusaha penyulingan minyak nilam, mampu meningkatkan pendapatannya, karena harga minyak nilam yang relative lebih

Kabupaten Brebes merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai potensi besar untuk usaha nilam karena keadaan alamnya sangat mendukung terhadap keberhasilan budidaya tanaman nilam. Berikut ini data luas dan produksi nilam di Kabupaten Brebes tahun 2010 : Tabel 1. Data Luas dan Produksi Nilam di Kabupaten Brebes Tahun 2010

Kecamatan

Luas Areal (Ha)

Produksi (kg)

Rata-rata (kg/Ha)

01. Salem 02. Bantarkawung 03. Bumiayu 04. Paguyangan 05. Sirampog 06. Tonjong 07. Larangan 08. Ketanggungan 09. Banjarharjo 10. Losari 11. Tanjung 12. Kersana 13. Bulakamba 14. Wanasari 15. Songgom 16. Jatibarang 17. Brebes

9.040 - - - - - - - - - - - - -

Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Brebes

Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Brebes tahun 2010, rata-rata produksi nilam sempat mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga tahun 2009. Akan tetapi, mengalami peningkatan kembali dari 1.434 kg/Ha pada tahun 2009 menjadi 9.802 kg/ha pada tahun 2010. Peningkatan rata-rata produksi nilam dapat disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri-industri parfum, kosmetika, dan farmasi, peningkatan tren mode, serta belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetik. Seiring dengan peningkatan tersebut, maka prospek agribisnis dan

Selama ini pengusahaan nilam di Kabupaten Brebes masih dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas areal tanam yang relatif kecil. Selain itu, penyulingan nilam yang dilakukan juga masih tradisional yaitu dengan menggunakan mesin yang sederhana. Salah satu daerah yang banyak ditanami tanaman nilam dan mengusahakan pengolahan minyak nilam di Kabupaten Brebes adalah Kecamatan Bantarkawung. Meskipun luas areal dan jumlah produksi tanaman nilam Kecamatan Bantarkawung menempati posisi kedua setelah Kecamatan Salem namun di Kecamatan Salem belum terdapat usaha penyulingan minyak nilam.

Melihat prospek minyak nilam yang cerah dan potensi yang ada di Kecamatan Bantarkawung, penyulingan minyak nilam merupakan salah satu usaha yang patut untuk terus dikembangkan. Salah satu usaha yang bergerak dalam pengolahan nilam adalah usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya yang berada di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Kenyataan inilah yang mendorong peneliti mengadakan suatu penelitian mengenai analisis usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes.

B. Perumusan Masalah

Setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya dengan jalan memaksimumkan pendapatan, meminimumkan biaya dan memaksimumkan penjualan (Soeparmoko, 2001). Hal ini berlaku juga untuk CV. Nilam Kencana Jaya. CV. Nilam Kencana Jaya merupakan salah satu usaha penyulingan minyak nilam yang ada di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Usaha penyulingan minyak nilam ini sangat cocok berada di Kecamatan Bantarkawung karena di daerah tersebut banyak terdapat tanaman nilam sehingga bahan baku mudah diperoleh. CV. Nilam Kencana Jaya tergolong usaha yang berskala menengah. Sistem produksi yang dilakukan menggunakan sistem kukus, dengan menggunakan alat Setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya dengan jalan memaksimumkan pendapatan, meminimumkan biaya dan memaksimumkan penjualan (Soeparmoko, 2001). Hal ini berlaku juga untuk CV. Nilam Kencana Jaya. CV. Nilam Kencana Jaya merupakan salah satu usaha penyulingan minyak nilam yang ada di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Usaha penyulingan minyak nilam ini sangat cocok berada di Kecamatan Bantarkawung karena di daerah tersebut banyak terdapat tanaman nilam sehingga bahan baku mudah diperoleh. CV. Nilam Kencana Jaya tergolong usaha yang berskala menengah. Sistem produksi yang dilakukan menggunakan sistem kukus, dengan menggunakan alat

Kegiatan pokok usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya adalah mengolah tanaman nilam menjadi minyak nilam. Minyak nilam yang dihasilkan tersebut masih memerlukan proses yang lebih lanjut sebagai bahan pembuatan parfum, kosmetik, obat-obatan, sabun dan lain-lain. Jadi, usaha minyak nilam ini hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Bahan baku yang digunakan adalah nilam kering, sedangkan bahan bakarnya barupa ban bekas dan kayu bakar.

Saat ini permintaan minyak nilam yang dihasilkan CV. Nilam Kencana Jaya berasal dari Garut dan Purwokerto. Daerah tersebut bersedia menampung semua minyak nilam yang dihasilkan, berapapun jumlahnya, sehingga ada jaminan pemasaran. Berdasarkan hal tersebut di atas maka usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes perlu terus mendapat perhatian untuk dikembangkan.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan sebelum mengembangkan usaha adalah melakukan analisis usaha. Berdasarkan hasil analisis ini akan diketahui kondisi usaha penyulingan minyak nilam yang sebenarnya, apakah menguntungkan. Meskipun usaha tersebut menghasilkan keuntungan akan tetapi usaha tersebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian dan juga untuk mengetahui beberapa aspek sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes pada masa selanjutnya.

Berkaitan dengan uraian diatas untuk itu permasalahan yang akan diteliti dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan tingkat efisiensi usaha dari usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes ?

2. Berapa tingkat risiko usaha dari penyulingan minyak nilam CV. Nilam

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, dan tingkat efisiensi usaha dari usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes.

2. Mengetahui tingkat risiko usaha dari penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kabupaten Brebes.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan pengembangan di bidang usaha penyulingan minyak nilam.

3. Bagi pengusaha penyulingan minyak nilam, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan usaha pengembangan dan peningkatan usaha.

4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Yuhono dan Suhirman (2006) yang berjudul Strategi Peningkatan Rendemen dan Mutu Minyak Nilam dalam Agribisnis Nilam menunjukkan bahwa beberapa upaya untuk meningkatkan rendemen dan mutu minyak nilam telah diperoleh antara lain melalui perbaikan teknologi budidaya, penanganan pasca panen, penggunaan alat dan metode penyulingan serta kebijakan di bidang sosial ekonomi.

Hasil penelitian Haryanto (2008) yang berjudul Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Tahun 2008 menunjukkan bahwa usaha kecil penyulingan minyak nilam di Kecamatan Bantarkawung merupakan usaha kecil pedesaan yang masih bersifat tradisional dan mempunyai peluang besar untuk menjadi usaha yang lebih besar. Sistem produksi yang dilakukan yaitu menggunakan sistem kukus, dengan menggunakan alat produksi yang sederhana dan dikerjakan oleh tenaga manusia. Pemasaran hasil produksi dilakukan melalui pedagang perantara/agen. Usaha kecil penyulingan minyak nilam di Kecamatan Bantarkawung memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan memiliki keterampilan terbatas. Hal ini dapat diketahui dari tingkat pendidikan para pekerja yang sebagian besar adalah tamatan sekolah dasar (SD). Dari keseluruhan jumlah tersebut menyerap tenaga kerja sebanyak 500 orang atau sebesar 0,86 % dari seluruh angkatan kerja yang ada di Kecamatan Bantarkawung.

Hasil penelitian Siregar (2009) yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara menunjukkan bahwa bedasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial

PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 33,3 persen, yang diambil berdasarkan tingkat dividen yang diterima oleh masing-masing investor dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV sebesar Rp 563.632.417 menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan selama umur proyek adalah sebesar Rp 563.632.417. Net B/C sebesar 2,93 menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp

1 akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,93 dan IRR sebesar 119,64 persen menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan akan bernilai nol pada tingkat suku bunga atau diskonto 119,64 persen. Periode pengembalian investasi akan diperoleh setelah 1 tahun 11 bulan 26 hari. Karena periode pengembalian investasi yang diperoleh kurang dari umur proyek yang ditentukan yaitu 10 tahun, maka investasi pada usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan.

Tabel 2. Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan yang Diadakan Peneliti

Judul

Tahun

Hasil Akhir

J.T. Yuhono dan Sintha Suhirman

Strategi Peningkatan Rendemen Dan Mutu Minyak Dalam Agribisnis Nilam

Diketahui bahwa beberapa upaya untuk meningkatkan rendemen dan mutu minyak nilam antara lain melalui perbaikan teknologi budidaya, penanganan pasca panen, penggunaan alat dan metode penyulingan serta kebijakan di bidang sosial ekonomi.

Dodi Haryanto

Peranan Usaha Kecil Penyulingan Minyak Nilam Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Tahun 2008

Diketahui bahwa usaha kecil penyulingan minyak nilamdi Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja dan memilki peluang besar untuk menjadi usaha yang lebih besar.

Lysti Fatimah Siregar

Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil ) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

Diketahui bahwa Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara secara financial maupun non finansial layak untuk dijalankan.

Berdasarkan hasil penelitan tersebut dapat diketahui bahwa penyulingan minyak nilam merupakan usaha yang memiliki potensi yang besar dan layak untuk diusahakan. Disamping itu, usaha penyulingan minyak nilam tersebut menunjukkan pengelolaan usaha yang memilki keuntungan dalam segi finansialnya. Berpedoman dari ketiga hasil penelitian tersebut, peneliti mencoba untuk menerapkan pada usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes, guna menganalisis biaya, penerimaaan, keuntungan, profitabilitas, dan risiko usahanya.

B. Landasan Teori

1. Budidaya tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan tumbuhan daerah tropik. Tanaman ini termasuk family Labiatae dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0,3-1,3 meter. Di alam bebas tumbuhan menggeliat- geliat tidak teratur dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun di kebun pertanaman nilam tumbuhnya dapat tegak ke atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (Santoso, 1990)

Nilam (Pogostemon cablin Benth) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sama yaitu minyak nilam. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak nilam dikenal “berat” dan “kuat” dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian (parfum). Harga jual minyak nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya. Klasifikasi ilmiah penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan tanaman nilam :

: Pogostemon cablin

Nama binomial : Pogostemon cablin Benth (Anonim a , 2009) Syarat tumbuh nilam secara agroklimat antara lain yaitu tanaman nilam tumbuh baik di pada daerah dengan ketinggian 100 – 400 m dpl. Menghendaki tanah yang subur, cukup humus, tidak tergenag air, dan pH 6-7, tanah yang mengandung bahan organis memberikan hasil yang paling Nama binomial : Pogostemon cablin Benth (Anonim a , 2009) Syarat tumbuh nilam secara agroklimat antara lain yaitu tanaman nilam tumbuh baik di pada daerah dengan ketinggian 100 – 400 m dpl. Menghendaki tanah yang subur, cukup humus, tidak tergenag air, dan pH 6-7, tanah yang mengandung bahan organis memberikan hasil yang paling

Cara bercocok tanam tanaman nilam pada umumya dikembangkan secara vegetatif. Tanaman nilam hampir tidak pernah berbunga sehingga kemungkinan perbanyakan secara generatif sangat kecil. Berikut ini adalah teknis budidaya tanaman nilam.

a. Pembibitan

1. Stek cabang, pada stek ini harus ada 3 mata tunas atau 3 helai daun dan stek batang, harus ada 3-5 mata tunas.

2. Bahan stek terpilh terlebih dahulu disemai dalam bedengan dengan jarak 10 X 10 cm atau 5 X 5 cm dan ditanam miring 45º kedalam tanah yang telah disiapkan dengan perbandingan 1 : 2. Setelah 3-4 minggu stek mulai tumbuh, kemudian dipindahkan ke kebun yang telah disiapkan.

3. Bahan stek terpilih dapat juga langsung disemaikan di dalam Polybag yang telah diisi campuran tanah dan pupuk kandang.

b. Persiapan lahan

1. Persiapan lahan dilakukan dalam bentuk pengolahan tanah. Tanah harus bersih dari rumput, kemudian dicangkul/ dibajak dan dibuat parit-parit pembuangan dengan lebar 30 – 40 cm dan kedalaman 50 cm.

2. Pada areal dengan kemiringan 20º-30º dilakukan menurut arah melintang lereng (countour), dibuat teras tangga.

3. Pada areal bergelombang dibuat teras berdasarkan lebarnya dan diberi pohon pelindung.

c. Jarak tanam Menurut Santoso (1993), jarak tanam tanaman nilam bervariasi yaitu jarak tanam antar lubang antara 40 x 40 cm, 40 x 50 cm, 50 x 50 cm.

d. Penanaman Dilakukan pada awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan tugal atau mencangkul lubang dengan kedalaman 10 cm dengan memperhatikan agar bibit berdiri dengan sempurna.

e. Pemeliharaan

1. Penyulaman

Dilakukan pada tanaman yang mati atau tertekan pertumbuhannya. Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam.

2. Penyiangan

Setelah tanaman berumur 2 bulan, tanaman akan mencapai

20 -30 cm dan telah bercabang. Pada saat ini perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara periodik yaitu setelah 3 bulan sekali.

3. Pemangkasan

Setelah tanaman berumur 3 bulan, tanaman nilam tumbuh dengan sempurna telah membentuk perdu yang rimbun dan cabang- cabang telah mencapai panjang 30 cm yang menyebabkan setiap cabang saling bertautan dan menutupi. Dalam keadaan demikian dilakukan pemangkasan dan penjarangan. Pemangkasan dilakukan pada cabang dari tingkat 3 keatas.

(Anonim b , 2012) Pada dasarnya seluruh bagian tanaman nilam seperti akar, batang, tangkai atau cabang maupun daunnya mengandung minyak atsiri, namun kandungan minyak terbesar terdapat pada daun nilam. Oleh karena itu berhasil tidaknya usahatani nilam tergantung dari mutu daunnya. Menurut Santoso (1990), waktu umur dan cara pemanenan daun nilam sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan.

a. Waktu Panen Umur nilam yang tepat untuk dipanen 6 – 9 bulan setelah tanam.

tanaman dan kesuburan tanah. Panen selanjutnya dapat dilakukan setelah 3 – 4 bulan setelah panen pertama.

Waktu pemanenan nilam harus dilakukan pagi atau sore hari, sebab pemanenan nilam pada siang hari akan menyebabkan (a) terjadinya proses transpirasi daun yang lebih cepat (b) kondisi daun tidak elastis sehingga midah robek. Kesemuanya itu akan membuat jumlah minyak yang dihasilkan akan berkurang.

b. Cara Panen Pada panen pertama bagian yang boleh dipangkas adalah cabang-cabang dari tingkat dua keatas, cabang tingkat pertama ditinggalkan. Cabang tingkat pertama (cabang yang dekat dengan tanah) dibumbun/ditimbun dengan tanah pada setiap tunasnya. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak anakan tanaman sehingga membentuk satu rumpun yang padat. Tiga bulan kemudian (umur tanaman sembilan bulan) akan didapat rumpun-rumpun baru dimana pada bekas pangkasan akan tumbuh cabang-cabang baru dan pada setiap pada mata tunas yang dibumbun akan tumbuh anakan. Pada keadaan demikian dapat dilakukan panen kedua dengan memangkas cabang dan ranting dari tngkat kedua keatas. 3 bulan kemudian dapat dilakukan panen selanjutnya.

2. Penyulingan Minyak Nilam Menurut Manoi (2007), pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses penyulingan. Proses penyulingan adalah suatu proses perubahan minyak yang terikat di dalam perenchym cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap kemudian didinginkan sehingga berubah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam.

Tanpa dijemur Dengan dijemur (4 jam)

Pengeringan di dalam ruangan (6 hari)

Penyulingan (8 jam)

Pemisahan minyak

Pengemasan

Minyak nilam siap dipasarkan

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam Menurut Santoso (1990), cara penyulingan terbagi menjadi tiga

macam, yakni :

a. Penyulingan Air Penyulingan dengan air termasuk cara yang paling sederhana dibandingkan dengan cara penyulingan lain. Bahkan, bahan ketel yang digunakan oleh penyuling berasal dari bekas drum aspal atau oli. Pengolahan dilakukan dengan memasak daun kering dalam air hingga mendidih dalam satu tangki atau ketel penyuling. Komposisi air dan daun nilam dibuat hampir berimbang, tergantung kapasitas muat ketel tersebut. Uap perebusan mengalami proses kondensasi hingga menjadi air dan minyak. Air dan minyak kemudian ditampung pada bak pemisah melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan tabung pendingin untuk memilah antara minyak dan air. Proses penyulingan dengan cara ini sangat membutuhkan waktu lama karena bahan yang disuling tercampur menjadi satu dengan air sehingga proses pergerakan bahan menjadi uap air juga bergerak lambat. Cara ini kurang disukai karena minyak yang dihasilkan kurang banyak dan mutunya kurang baik.

b. Penyulingan Uap Langsung (Uap dan Air) Penyulingan dengan uap langsung banyak digunakan oleh para b. Penyulingan Uap Langsung (Uap dan Air) Penyulingan dengan uap langsung banyak digunakan oleh para

Penggunaan cara penyulingan dengan sistem ini mempunyai kelebihan tersendiri yaitu uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi jernih. Selain itu, suhu yang dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkat kegosongan minyak lebih terkendali. Tingkat kegosongan rendah karena bahan baku diletakkan di atas saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kelemahan, yaitu tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah sehingga belum bisa menghasilkan minyak dengan waktu yang cepat. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang banyak serta tingkat persentase patchouli alkohol tinggi diperlukan waktu cukup panjang, yaitu lebih dari 8 jam dalam setiap sekali suling.

c. Penyulingan Uap Tidak Langsung Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari ketel/tabung air dengan kapasitas ketel tempat bahan atau daun kering. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat. Untuk menghasilkan jumlah minyak lebih banyak, pembuatan mesin suling c. Penyulingan Uap Tidak Langsung Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari ketel/tabung air dengan kapasitas ketel tempat bahan atau daun kering. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat. Untuk menghasilkan jumlah minyak lebih banyak, pembuatan mesin suling

3. Analisis Usaha Menurut Hernanto (1993), secara menyeluruh tiga unsur utama yang berkaitan dengan analisis usaha secara keseluruhan merupakan pertelaan keuangan (financial statement) adalah arus biaya dan penerimaan (cash flow), neraca (balance sheet), dan pertelaan pendapatan (income statement ).

Menurut Suratiyah (2008), untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam usahatani dapat digunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan nominal (nominal approach), pendekatan nilai yang akan datang (future value approach), dan pendekatan nilai sekarang (present value approach ).

a. Biaya Menurut Gasperz (1999), biaya terbagi menjadi dua macam, yakni:

1) Biaya tetap (fixed cost), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input-input tetap (fixed inputs) dalam proses produksi jangka pendek. Perlu dicatat bahwa penggunaan input tetap tidak tergantung pada kuantitas output yang diproduksi. Dalam jangka pendek, yang termasuk dalam biaya tetap adalah : biaya untuk mesin dan peralatan, upah dan gaji tetap untuk karyawan, dan lain-lain.

2) Biaya variabel (variabel cost), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input-input variabel (variabel inputs) dalam proses produksi jangka pendek. Perlu dicatat bahwa penggunaan input variabel tergantung pada kuantitas output yang diproduksi, dimana semakin besar kuantitas output yang diproduksi, pada umumnya semakin besar pula input variabel yang digunakan. Dalam jangka pendek, yang termasuk biaya variabel adalah : biaya atau upah tenaga kerja langsung, biaya material, dan lain-lain.

Biaya total (TC) adalah penjumlahan dari biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TFC TC TFC + =

Keterangan

: TC = Total biaya TFC = Total biaya tetap TVC = Total biayavariabel

b. Penerimaan Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = P Q xQ Keterangan :

TR

= Penarimaan Total (Rupiah)

= Kuantitas (Unit)

= Harga (Rupiah)

c. Keuntungan Lipsey, et. al. (1990) mendefinisikan laba sebagai kelebihan penerimaan (revenue) atas biaya-biaya yang dikeluarkan. Definisi lain masih menurut Lipsey et. al. laba adalah selisih antara pendapatan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesempatan dari sumber daya yang digunakan.

Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha, sesudahnya dikurangi dengan biaya- biaya produksi (Tohir, 1983). Menurut Gasperz (1999) keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

π = Keuntungan usaha TR = Total penerimaan TC = Total biaya

d. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba/profit. Oleh karena itu istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan (Downey dan Steven, 1992).

Menurut Riyanto (1994), profitabilitas dimaksud untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengankata lain, profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dengan prosentase. Adapun profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan: p = Keuntungan usaha

TC

= Biaya total

e. Efisiensi Usaha Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi persatuan produk yang bermaksud untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai atau memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan (Rahardi, 1999).

Efisiensi usaha adalah perbandingan besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan dalam berproduksi yaitu dengan menggunakan Efisiensi usaha adalah perbandingan besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan dalam berproduksi yaitu dengan menggunakan

R/C ratio =

Biaya

Penerimaan

Keterangan : R = Penerimaan usaha

C = Biaya total usaha

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah : R/C ratio < 1 : Usaha yang dijalankan tidak efisien (merugi) R/C ratio = 1 : Usaha yang dijalankan baru mencapai kondisi impas

(belum efisien) R/C ratio > 1 : Usaha yang dijalankan sudah efisien (Soekartawi, 1995)

f. Risiko Usaha

harus selalu mempertimbangkan risiko yang ditanggungnya dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh. Salah satu risiko yang sering dihadapi produsen adalah adanya ketidakpastian harga jual, yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar (Hernanto, 1993).

Secara umum, arti risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Bila investor menanamkan modal untuk mendirikan usaha, tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan di masa depan, tetapi pada waktu yang sama juga memahami risiko kurang dari yang diharapkan, makin besar kemungkinan rendahnya keuntungan atau bahkan rugi, dikatakan makin besar risiko usaha tersebut (Soeharto, 1997).

Ukuran dispersi, range atau variance, deviasi standard dan sebagainya, dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya risiko. Semakin tinggi nilai statistik dispersinya, semakin tinggi risiko yang terkandung di dalamnya (Suparmoko, 1992).

C. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah

Setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya tentu saja mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya dengan jalan memaksimumkan pendapatan, meminimumkan biaya dan memaksimumkan penjualan (Soeparmoko, 2001). Begitu pula dengan usaha penyulingan minyak nilam CV. Nilam Kencana Jaya mempunyai tujuan memperoleh kuntungan yang sebesar-besarnya dengan proses produksi yang efisien. Oleh karenanya, analisis biaya sangat penting dilakukan oleh seorang dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan.

Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk membiayai kegiatan produksi (Supardi, 2000). Biaya pengeluaran dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan variabel (Sarwono dan Saragih, 2001). Biaya tetap adalah biaya yang secara tetap dibayar atau dikeluarkan oleh produsen atau pengusaha dan besarnya tidak dipengaruhi oleh tingat output (Supardi, 2000). Adapun biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha penyulingan minyak nilam terdiri dari biaya penyusutan alat, biaya bunga modal investasi. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kuantitas produksi, sehingga biaya ini besarnya berubah-ubah dengan berubahnya jumlah barang yang dihasilkan (Gasprz, 1999). Usaha penyulingan minyak nilam yang termasuk dalam biaya variabel yaitu bahan baku, bahan bakar, perawatan, transportasi, tenaga kerja, listrik dan lain-lain. Menurut Gasperz (1999) biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan, yaitu penjumlahan dari total biaya tetap dan total biaya variabel.

Proses produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang atau jasa yang disebut input diubah menjadi barang lain atau output. Proses produksi yang dimaksud yaitu sebuah proses mengolah nilam kering menjadi minyak nilam. Kegiatan produksi ini akan menghasilkan penerimaan. Menurut Soekartawi (1995) penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yaitu dengan mengalikan total produksi (Q)