PENGARUH VARIASI WATERGLASS TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR LEMPUNG PADA PASIR CETAK

PENGARUH VARIASI WATERGLASS TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR LEMPUNG PADA PASIR CETAK SKRIPSI

Oleh: SERA DESIANA K2508076 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Juni 2012

PADA PASIR CETAK

Oleh: SERA DESIANA K2508076

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin

Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012

Sahabatmu adalah kebutuhan jiwamu yang terpenuhi. Dialah ladang hatimu, yang dengan kasih kau taburi dan kau pungut buahnya penuh rasa terima kasih. Kau menghampirinya di kala hati gersang kelaparan, dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian. Janganlah

ada tujuan lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya jiwa (Kahlil Gibran)

Pandanglah hari ini, kemarin sudah jadi mimpi. Dan esok hanyalah sebuah visi. Tetapi, hari ini yang sungguh nyata, menjadikan kemarin sebagai mimpi kebahagiaan, dan setiap hari esok

adalah visi harapan (Alexander Pope)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan

yang hakiki (Mahatma Ghandi)

Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras

dan mau belajar dari kegagalan

(Gen Collin Powel)

Urusan kita dalam kehidupan bukanlah untuk melampaui orang lain, tetapi untuk melampaui diri sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan

hari ini

(Stuart B. Johnson) (Stuart B. Johnson)

(Imam Ali RA)

Kebanggan kita yang terbesar bukan karena tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap

kita jatuh (Confusius)

Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan

(Robert F. Kennedy)

Kedua orang tuaku,

Ibu dan bapakku, engkau bagai malaikat yang dikirim Allah kepadaku,,, engkau yang menunjukkan aku jalan Tuhanku,, Cinta dan kasih sayangmu selalu menyejukkan hatiku,, Doa dan ridhomu memudahkan setiap langkah-langkah perjuanganku,, Terima kasih telah membesarkan aku dengan penuh cinta dan kasih sayang dan terima kasih juga atas segala pengorbanannu,, Semoga Allah senantiasa bersamamu ibu dan bapakku,, Amien

Adik-adikku

Dinar, Danu, dan Ratna terima kasih atas doa dan semangatnya,, Keceriaan kalian yang bisa menghiburku,, dan untuk adik-adikku semoga kalian menjadi seseorang yang lebih baik lagi, menjadi anak yang sholeh dan sholehah, serta bisa dibanggakan.

Sahabat-sahabatku

Agung Alfarizi, Tri Ujan, Ninik, Wiwit, Diah, Nurul, Novi, Arie dan Heru, mz faiz,, Terima kasih kalian telah mewarnai hari-hariku,, Memberikan keceriaan, semangat, yang selalu memberi dukungan, pengalaman baru, dan nasehat yang tak mungkin terlupakan,,dan juga terimakasih dengan kesabaran kalian yang telah mau direpotkan

dengan tingkahku...

Teman-temanku

Teman-temanku PTM 2008, terima kasih selama ini kalian mengajariku banyak hal, tentang kebersamaan, persahabatan, kekompakan dan materi-materi kuliah yang sulit

aku pahami,,dengan penuh kesabaran kalian mengajariku hingga mengerti,,sekali lagi terima kasih,, Semoga persahabatan dan pertemanan kita bisa terjaga selamanya,,Amien

Sera Desiana. PENGARUH VARIASI WATERGLASS TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR LEMPUNG PADA PASIR CETAK. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Pengaruh variasi waterglass terhadap kadar air pada pasir cetak. (2) Pengaruh variasi waterglass terhadap kadar lempung pada pasir cetak.

Penelitian dilaksanakan di Politeknik Manufaktur, Ceper, Klaten. Pengujian kadar air dan kadar lempung dilakukan di Laboratorium Politeknik Manufaktur, Ceper, Klaten. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi waterglass dengan kadar 0%, 15%, 25%, dan 40% dan variabel terikatnya adalah kadar air dan kadar lempung.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Semakin tinggi penambahan waterglass pada pasir cetak semakin meningkat kadar airnya. (2) Semakin tinggi penambahan waterglass semakin meningkat kadar lempungnya. (3) Variasi waterglass dengan kadar 0%, 15%, 25%, dan 40% menghasilkan kadar air berturut-turut 1,50%, 5,18%, 6,48%, 7, 14% sedangkan untuk kadar lempung berturut-turut 5,44%, 12,80%, 17,68%, 26,64%. Kadar air terkecil terjadi pada kadar waterglass 0% yaitu 1,50% dan kadar lempung pada kadar variasi 0% yaitu 5,44%, sedangkan kadar air paling besar terjadi pada kadar waterglass 40% yaitu 7,14% dan kadar lempung pada kadar waterglass 40% yaitu 26,64%.

Kata kunci: waterglass, kadar air, kadar lempung, pasir cetak

Sera Desiana. EFFECT OF VARIATION WATERGLASS ON MOISTURE DEGREE AND CLAY DEGREE IN SAND CASTING. Skripsi. Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University. June:2012

The purpose of this study was to determine: (1) Effect of variation of water degree in the waterglass sand casting. (2) Effect of variations in clay degree in the waterglass of sand casting.

Research was done in Manufactur Polyteknik, Ceper, Klaten. Testing the moisture degree and clay degree performed in the Laboratory of the Manufactur Polyteknik, Ceper, Klaten. The research method used in this research is experimen method. The independent variable in this study is the variation of waterglass with levels of 0%, 15%, 25%, and 40% and the dependent variable is the moisture degree and clay degree.

The results of this study were: (1) The higher levels of variation waterglass increasing moisture degree. (2) The higher levels of variation waterglass increasing clay degree. (3) Variations waterglass with levels of 0%, 15%, 25%, and 40% for successive moisture degree 1.50%, 5.18%, 6.48%, 7, 14%, while for the clay degree of successive contributed 5.44%, 12.80%, 17.68%, 26.64%. The smallest moisture degree occurs at levels of 0% waterglass is 1.50% and clay degree variations in the levels of 0% is 5.44%, while most of the moisture degree occurred at 40% waterglass levels are 7.14% and clay degree in the waterglass levels 40% ie 26.64%.

Key words: waterglass, moisture degree, clay degree, sand casting

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

PENGARUH VARIASI WATERGLASS TERHADAP KADAR AIR DAN KADAR LEMPUNG PADA PASIR CETAK .

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS.

4. Danar Susilo Wijayanto., S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran memberikan pengarahan dan bimbingan.

5. Budi Harjanto., S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing II, dengan penuh semangat memberikan pengarahan dan bimbingan.

6. Teman-teman PTM JPTK FKIP UNS Angkatan Tahun 2008.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................

24

B. Rancangan Penelitian ..............................................................

25

C. Pengumpulan Data....................................................................

25

D. Analisis Data ...........................................................................

33

E. Prosedur Penelitian ...................................................................

34 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data .........................................................................

38

B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................

40 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ...................................................................................

42

B. Implikasi ...................................................................................

42

C. Saran .........................................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

44

LAMPIRAN .....................................................................................................

45

Tabel 1. Komposisi Kimia Tanah Liat .....................................................

19 Tabel 2.

Campuran Pasir Cetak .................................................................

27 Tabel 3.

Hasil Pengukuran Kadar Air dan Kadar Lempung .....................

38

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian Lampiran 2. Presensi Seminar Proposal Lampiran 3. Surat-surat Perijinan Lampiran 4. Surat Keterangan Lampiran 5. Petunjuk Melakukan Pengujian

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan bidang industri di Indonesia pada hakekatnya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada bangsa lain, sehingga mampu memproduksi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dan dengan sendirinya terjadi peningkatan perkembangan ekonomi dan peningkatan lapangan kerja. Sampai saat ini telah banyak riset yang terus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan logam yang pada akhirnya memunculkan berbagai macam teknologi pengolahan logam, diantaranya teknik pengecoran logam. Teknik pengecoran logam adalah pembentukan benda kerja dengan cara mencairkan logam dalam dapur pelebur, kemudian dituangkan dalam suatu cetakan dan dibiarkan sampai membeku, selanjutnya dikeluarkan dari cetakan.

Salah satu teknologi pengecoran logam yang dikenal adalah teknologi pengecoran logam dengan metode pasir cetak (sand casting). Pengecoran dengan pasir cetak (sand casting) merupakan suatu metode pengecoran logam yang paling sering dan umum digunakan pada industri kecil hingga industri besar. Salah satu faktor yang menentukan kualitas produk hasil pengecoran pasir cetak adalah bahan dan komposisi pasir cetak. Kualitas pengecoran cetakan pasir dipengaruhi antara lain dari kualitas cetakan dan campuran peleburan logam.

Pada proses pembuatan coran dengan menggunakan pasir cetak masih sering terjadi cacat-cacat yang tidak diinginkan pada hasil coran, seperti kekasaran permukaan coran, penetrasi logam cair kedalam cetakan, gelembung gas, rongga penyusutan, rontokan cetakan dan inklusi terak.

Timbulnya cacat-cacat tersebut disebabkan karena campuran bahan pengikat pada pasir cetak yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan. Apabila pasir cetak kekurangan air, maka daya ikat lempung terhadap pasir akan berkurang, sehingga Timbulnya cacat-cacat tersebut disebabkan karena campuran bahan pengikat pada pasir cetak yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan. Apabila pasir cetak kekurangan air, maka daya ikat lempung terhadap pasir akan berkurang, sehingga

Pasir cetak masih banyak digunakan karena biaya produksinya rendah, dapat digunakan kembali, ketahanan terhadap panas yang tinggi, pengoperasiannya yang

mudah serta kualitas pasir cetak yang tinggi. Kualitas pasir cetak sangat dipengaruhi antara lain oleh jenis dan sifat-sifat pasir, serta jenis dan kadar bahan pengikat yang digunakan. Sifat-sifat pasir antara lain tahan panas, kadar tanah liat, kadar air atau kelembaban, bentuk dan besar ukuran pasir, serta sifat-sifat yang lain.

Cetakan dapat diperkuat atau dipermudah operasi pembuatannya dengan menambahkan bahan pengikat khusus. Bahan pengikat biasa misalnya lempung (bentonit), harganya murah tetapi kekuatan dan permeabilitasnya rendah, sehingga cacat akibat udara atau gas sering muncul. Dalam penelitian ini akan digunakan bahan pengikat waterglass, yaitu berupa cairan kental dengan berat jenis yang tinggi (1100-

waterglass dalam penelitian ini karena memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bentonit.

Dari latar belakang permasalahan di atas peneliti melakukan penelitian, dengan mengambil judul

WATERGLASS TERHADAP

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, di antaranya:

1. Timbulnya cacat-cacat pada hasil coran disebabkan campuran bahan pengikat pada pasir cetak yang kurang ataupun kadarnya yang berlebihan.

2. Cacat-cacat pada hasil coran biasanya kekasaran permukaan coran, penetrasi logam cair kedalam cetakan, gelembung gas, rongga penyusutan, rontokan cetakan, dan inklusi terak.

3. Penggunaan bahan pengikat bentonit yang menimbulkan cacat akibat udara atau gas sering muncul karena memiliki permeabilitas yang rendah.

4. Penggunaan waterglass sebagai bahan pengikat.

5. Penentuan kadar air yang sesuai pada pasir cetak.

6. Penentuan kadar lempung yang sesuai pada pasir cetak.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasannya tidak terlalu luas dan menyimpang dari permasalahan, maka lingkup ini dibatasi pada pengaruh variasi waterglass terhadap kadar air dan kadar lempung pada pasir cetak.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh penambahan waterglass terhadap kadar air pada pasir cetak?

2. Adakah pengaruh penambahan waterglass terhadap kadar lempung pada pasir cetak?

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh penambahan waterglass terhadap kadar air pada pasir cetak.

2. Mengetahui pengaruh penambahan waterglass terhadap kadar lempung pada pasir cetak.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat dalam kontribusi terhadap pembangunan nasional serta ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan baru atau masukan terhadap Proram Studi Pendidikan Teknik Mesin Jurusan PTK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya di bidang pengecoran logam.

b. Mengembangkan ilmu dalam dunia industri khususnya pengecoran logam.

2. Manfaat Praktis

a. Mengetahui campuran pasir yang baik dalam pembuatan cetakan dalam proses pengecoran logam.

b. Dapat menjadi masukan bagi komunitas industri dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produk hasil pengecoran.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan

1. Kajian Teori

a. Proses Pengecoran

Proses pengecoran merupakan proses tertua yang dikenal manusia dalam pembuatan benda logam, bahkan telah ditemukan benda cor yang diduga berasal dari

tahun 2000 SM. Pada awalnya pengecoran digunakan untuk membuat perhiasan atau perak tempaan. Dewasa ini pengecoran digunakan sebagai cara pembuataan suatu benda kerja karena pada proses pengecoran dapat menghasilkan bermacam-macam model benda kerja baik yang mudah maupun yang rumit, dan dalam ukuran benda kerja yang kecil maupun berukuran besar yang tidak dapat dibuat dengan metode yang lain.

Pada proses pengecoran (pembuatan coran) meliputi beberapa tahap yaitu :

1) Pembuatan Cetakan

Pembuatan cetakan terbagi menjadi beberapa cara yaitu

a) Pasir cetak basah (green sand molds), cetakan dibuat dari pasir cetak basah. Proses pembuatannya sebagai berikut :

(1) belahan pola diletakkan di atas papan cetakan dan drag siap

untuk diisi pasir. (2) Drag dibalik, kemudian memasang belahan pola yang diletakkan diatasnya dan kup siap diisi dengan pasir. (3) Cetakan telah siap pakai lengkap dengan inti di tempatnya.

b) Cetakan kulit kering (skin dried mold), ada dua cara yang dapat dilakukan:

(1) Pasir sekitar pola setebal ± 10 mm dicampur dengan pengikat (1) Pasir sekitar pola setebal ± 10 mm dicampur dengan pengikat

c) Pasir cetak kering (dry sand mold), cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat. Karena harus dipanaskan dalam dapur sebelum digunakan, tempat cetakan terbuat dari logam. Cetakan pasir kering tidak menyusut sewaktu kena panas dan bebas dari gelembung udara. Baik cetakan permukaan kering maupun cetakan pasir kering banyak digunakan di pengecoran baja.

d) Cetakan lempung (loam mold), cetakan lempung digunakan untuk benda cor yang besar. Kerangka cetakan terdiri dari batu bata atau besi yang dilapisi dengan lempung kemudian diperhalus permukaannya. Cetakan kemudian dikeringkan agar kuat menahan beban logam cair. Pembuatan cetakan lempung memakan waktu yang lama sehingga jarang digunakan.

e) Cetakan furan (furan mold), pasir yang kering dicampur dengan asam fosfor yang dalam hal ini sebagai reagens pemercepat. Resin furan ditambahkan secukupnya dan campuran diaduk hingga resin merata. Pasir dibentuk dan dibiarkan mengeras, biasany setelah 1 atau 2 jam bahan cukup keras. Pasir resin furan dapat digunakan sebagai dinding atau permukaan pada pola sekali pakai.

f) Cetakan CO 2 , pasir yang bersih dicampur dengan natrium silikat dan campuran dipadatkan di sekitar pola. Kemudian dialirkan gas CO 2 dan campuran tanah akan mengeras. Cetakan CO 2 diterapkan untuk bentuk yang rumit dan dapat menghasilkan permukaan yang licin.

pekerjaan pemesinan berkurang.

h) Cetakan khusus, cetakan khusus dapat dibuat dari plastik, kertas, kayu, semen, plaster, atau karet.

2) Persiapan Pengecoran

Persiapan pengecoran meliputi beberapa tahap di antaranya :

a) Pembuatan Pola

Pola dapat digolongkan menjadi dua yaitu logam dan pola kayu, pola logam digunakan untuk menjaga ketelitian ukuran benda cor, terutama

pada masa produksi, sehingga umur pola bisa lebih lama dan produktifitasnya tinggi. Pola dari kayu digunakan untuk pasir cetak. Faktor terpenting untuk menetapkan macam pola adalah proses pembuatan cetakan dimana pola tersebut dipakai dan pertimbangan ekonomi yang sesuai dengan jumlah dari pembuatan cetakan dan pembuatan pola.

b) Pembuatan Inti

Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran (Surdia, T., dan Chijiwa, K. 2000). Inti ini biasanya dibuat dari pasir silika yang bersih yang dicampur dengan bahan pengikat dan dipanaskan, sehingga memperoleh kekuatan tertentu.

Pembuatan nakago/inti: (1) Menyiapkan pola nakago/inti. (2) Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan (kawat, klem,

penumbuk, dan lain-lain). (3) Klem pola nakago/inti yang kuat.

(7) Mengeraskan pasir cetakan sesuai dengan jenis pasir dengan

menggunakan gas CO 2 .

(8) Setelah mengeras, kemudian melepaskan klem dan pola. (9) Memeriksa visual permukaan pada hasil cetakan. (10) Membersihkan pola dan melakukan pekerjaan pertama secara

berulang.

Gambar 1. Nakago/inti

c) Pembuatan Sistem Saluran

Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke dalam rongga cetakan sistem saluran terbagi menjadi beberapa bagian antara lain:

(1) Cawan tuang merupakan penerima yang menerima cairan logam langsung dari ladel. Biasanya berbentuk corong atau cawan dengan saluran turun di bawahnya.

(2) Saluran turun yaitu saluran pertama yang membawa cairan logam dari cawang tuang ke dalam pengalir dan saluran masuk, (2) Saluran turun yaitu saluran pertama yang membawa cairan logam dari cawang tuang ke dalam pengalir dan saluran masuk,

(4) Saluran masuk yaitu saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir ke dalam rongga cetakan. Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil dari pengalir supaya mencegah kotoran masuk ke dalam rongga cetakan. (Surdia, T., dan Chijiwa, K. 2000).

d) Peleburan (pencairan logam)

Peleburan merupakan suatu proses mencairkan beberapa bahan baku logam untuk menghasilkan logam baru yang memiliki komposisi unsur-unsur tertentu. Untuk mencairkan logam dipakai bermacam- macam tanur, tetapi yang sering dipakai dalam industri pengecoran logam adalah jenis tanur listrik dan kupola. Pada tanur listrik panas yang dihasilkan untuk melelehkan logam dihasilkan dari busur listrik yang terjadi antara elektroda-elektroda, tanur listrik dulu digunakan khusus untuk membuat baja-baja campuran dan baja-baja karbon yang berkualitas tinggi tetapi sekarang digunakan untuk membuat baja-baja karbon biasa. Panas yang dihasikan pada tanur listrik dihasilkan dari busur listrik yang terjadi antara elektroda yang dialiri arus listrik, bila arus listrik dijalankan busur api akan terjadi pada elektroda dan memanaskan ruang lebur, sehingga mampu untuk meleburkan logam cor. Biasanya dapur kupola dipergunakan secara luas untuk peleburan logam cor karena mempunyai keuntungan seperti konstruksinya yang sederhana, mengoperasikannya mudah, memberikan peleburan secara terus menerus, serta biaya operasionalnya yang relatif murah. Dapur Peleburan merupakan suatu proses mencairkan beberapa bahan baku logam untuk menghasilkan logam baru yang memiliki komposisi unsur-unsur tertentu. Untuk mencairkan logam dipakai bermacam- macam tanur, tetapi yang sering dipakai dalam industri pengecoran logam adalah jenis tanur listrik dan kupola. Pada tanur listrik panas yang dihasilkan untuk melelehkan logam dihasilkan dari busur listrik yang terjadi antara elektroda-elektroda, tanur listrik dulu digunakan khusus untuk membuat baja-baja campuran dan baja-baja karbon yang berkualitas tinggi tetapi sekarang digunakan untuk membuat baja-baja karbon biasa. Panas yang dihasikan pada tanur listrik dihasilkan dari busur listrik yang terjadi antara elektroda yang dialiri arus listrik, bila arus listrik dijalankan busur api akan terjadi pada elektroda dan memanaskan ruang lebur, sehingga mampu untuk meleburkan logam cor. Biasanya dapur kupola dipergunakan secara luas untuk peleburan logam cor karena mempunyai keuntungan seperti konstruksinya yang sederhana, mengoperasikannya mudah, memberikan peleburan secara terus menerus, serta biaya operasionalnya yang relatif murah. Dapur

Gambar 2. Konstruksi Dapur Kupola (Surdia, T., dan Chijiwa, K. 2000)

Pada saat pencairan logam, bahan baku seperti logam dan kokas diisikan dari mulut pintu pengisi, kemudian udara ditiupkan ke dalam melalui tuyer, kemudian dibakar, sehingga bahan kokas terbakar dan mencairkan logam hingga mencair, setelah logam cair dan terak dikeluarkan melalui lubang-lubang keluar pada dasar kupola. Jadi dalam kupola logam dipanaskan langsung oleh panas pembakaran dari kokas dan mencair.

Penuangan adalah proses memasukkan cairan logam kedalam rongga cetak yang terdapat pada cetakan. Proses ini merupakan puncak pembuatan tuangan walaupun berlangsung dalam waktu yang sangat pendek. Dalam proses ini logam cair yang dikeluarkan dari tanur akan diterima oleh ladel pembawa kemudian dituangkan ke dalam cetakan dengan menggunakan kowi (gayung) penuang. Kowi (gayung) penuang biasanya berbentuk kerucut atau silinder. Ladel pembawa dan kowi (gayung) penuang terbuat dari plat baja dan bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api.

f) Pembongkaran dan Pembersihan Coran

Setelah proses penuangan selesai dan logam mengalami pembekuan dalam waktu yang cukup di dalam cetakan selanjutnya kotak-kotak cetakan dikosongkan atau dibongkar dan benda-benda coran dibersihkan dari pasir, serta tukang cetak menyingkirkan saluran tuang dan penambah dengan martil atau untuk benda coran yang besar digunakan alat potong mesin. Setelah itu benda-benda tuang dibawa ke tempat-tempat pembersihan untuk menyingkirkan bram-bram yang melekat pada benda hasil coran.

g) Pemeriksaan Hasil Coran

Pemeriksaan hasil coran dilakukan untuk memelihara kualitas dari coran, untuk menekan biaya dengan mengetahui terlebih dahulu produk yang cacat. (Surdia, T., dan Chijiwa, K. 2000). Pemeriksaan coran yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan rupa yang bertujuan untuk meneliti: ketidakteraturan, inklusi retak, retakan, dan sebagainya yang terdapat pada permukaan. Pemeriksaan cacat dalam yang bertujuan untuk meneliti adanya cacat seperti rongga udara, rongga Pemeriksaan hasil coran dilakukan untuk memelihara kualitas dari coran, untuk menekan biaya dengan mengetahui terlebih dahulu produk yang cacat. (Surdia, T., dan Chijiwa, K. 2000). Pemeriksaan coran yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan rupa yang bertujuan untuk meneliti: ketidakteraturan, inklusi retak, retakan, dan sebagainya yang terdapat pada permukaan. Pemeriksaan cacat dalam yang bertujuan untuk meneliti adanya cacat seperti rongga udara, rongga

b. Pasir Cetak

Peleburan logam pada umumnya mempunyai titik lebur di atas 1200 0

C, sehingga tidak mudah untuk mendapatkan cetakan yang sanggup menekan panas di atas temperatur tersebut. Untuk itu pasir cetak yang baik harus

memenuhi persyaratan cetakan.

1) Syarat-Syarat Pasir Cetak

Pasir cetak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Surdia, T., dan Chijiwa, K. 2000):

a) Mempunyai sifat mampu bentuk, sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok. Cetakan yang dihasilkan harus kuat sehingga tidak rusak karena dipindah-pindah dan dapat menahan logam cair waktu dituang kedalam cetakan.

b) Permeabilitas yang cocok. Permeabilitas yang kurang baik akan menyebabkan cacat coran seperti rongga penyusutan, gelembung gas, atau kekasaran permukaan.

c) Distribusi besar butir yang cocok. Permukaan coran menjadi halus kalau coran dibuat dalam cetakan yang butir pasir halus, tetapi kalau halus gas sulit untuk keluar, sehingga dapat mengakibatkan cacat coran seperti gelembung gas.

d) Tahan panas terhadap temperatur logam pada waktu penuangan.

e) Komposisi yang cocok.

f) Mampu dipakai lagi. Pasir harus dapat dipakai berulang-ulang supaya

Pasir cetak yang lazim digunakan ada beberapa macam antara lain pasir gunung, pasir pantai, pasir kali, dan pasir silika yang disediakan oleh alam. Beberapa dari pasir cetak dapat dipakai begitu saja dan yang lain dapat dipakai setelah dipecah-pecah atau diolah menjadi butir-butir yang cocok digunakan sebagai pasir cetak. Pasir pantai, pasir gunung, pasir kali dan pasir silika tidak melekat dengan sendirinya, oleh karena itu dibutuhkan pengikat untuk mengikat butir-butirnya satu sama lain dan baru dipakai setelah pencampuran.

3) Susunan Pasir Cetak

Pasir cetak biasanya terdiri dari butir pasir yang berukuran bermacam- macam, tetapi kadang-kadang terdiri dari butir-butir yang tersaring yang mempunyai ukuran yang seragam. Bentuk dan butir pasir cetak dapat digolongkan beberapa jenis yakni:

a) Memudar atau membulat (Round), merupakan jenis pasir yang paling banyak bahan-bahan pengikat yang memberikan kekuatan dan kemampuan alir gas (permeabilitas) yang baik.

b) Menyudut (Sub-Anguler), merupakan jenis pasir yang banyak digunakan pengecoran besi cor dan baja cor dan non-ferro.

c) Menyudut tanggung (Anguler), merupakan jenis pasir yang banyak dipakai dalam pemakaian besi coran cor-ferro. Pemakaian bahan untuk

pasir seperti lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk membundar atau menyudut tanggung.

d) Bentuk gabungan (Compound), merupakan pasir cetak biasanya kumpulan dari pasir yang bermacam-macam, untuk pasir yang digunakan sebagai cetakan lebih baik tidan mempunyai butir pasir yang seragam.

Gambar 3. Bentuk-bentuk Butir Pasir (Surdia, T., dan Chijiwa, K. 2000)

4) Pengujian Pasir Cetak

Pasir cetak perlu diuji secara berkala untuk mengetahui sifat-sifatnya. Sifat pasir cetak berubah akibat dari tercampurnya kotoran-kotoran dan pengaruh suhu yang tinggi. Pengujian yang lazim dilakukan pada pasir cetak adalah pengujian permeabilitas (kemampuan alir gas), pengujian kekuatan yaitu (kekuatan tekan, kekuatan tarik, kekuatan geser), pengujian terhadap kadar air, kadar lempung dan ukuran bentuk atau besar butiran pasir. Penelitian yang akan dilakukan adalah melakukan pengujian kadar air dan kadar lempung pada pasir cetak.

c. Waterglass

Sodium silikat ditemukan pertama kali oleh Jahamn Nepomuk Von Funch pada tahun 1825 di Munich, Jerman. Secara umum sodium silikat yang digunakan industri dapat dispesifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Larutan air silikat yang mengandung 1,5 s/d 4 mol SiO 2 , 1 mol Na 2 CO 3 , sering disebut sodium tetra silikat (waterglass). Spesifikasi ini diproduksi dengan cara melarutkan sodium silikat dalam air.

2) Solid, kristal sodium silikat Sodium tetra silikat (waterglass) diproduksi dengan mencampurkan sodium silikat solid dengan air.

Na 2 Si 4 O 9 (s) +5H 2 O (l)

Na 2 Si 4 O 9 .5H 2 O (l)

Sodium silikat Air Sodium tetra silikat

Gambar 4. Waterglass solid

Gambar 5. Waterglass liquid

1) Kegunaan waterglass sebagai berikut:

a) Sebagai bahan baku dalam pembuatan silika gel yang digunakan sebagai pengering makanan a) Sebagai bahan baku dalam pembuatan silika gel yang digunakan sebagai pengering makanan

f) Digunakan pada produksi detergen

g) Digunakan pada water treatment yaitu sebagai flocculating agent

h) Digunakan sebagai bahan baku pabrik asam silika

2) Sifat fisis dan kimia waterglass

a) Sifat fisis Rumus molekul

: Na 2 Si 4 O 9 .5H 2 O

Berat molekul

: 392,416 gram/mol

Titik lebur

: 1018 0 C

Titik beku

: 423,04 K

Hr

: -1520 KJ/mol

b) Sifat kimia (1) Berbentuk cairan bening (2) Sangat larut dalam air panas dan dingin (3) Tidak larut dalam alkohol

3) Spesifikasi waterglass

: tidak berwarna

: Al 2 O 3 maksimal 0,23 % Fe 2 O 3 maksimal 0,13 % SiO 2 maksimal 2,5 % Na 2 CO 3 maksimal 1,08 %

Na 2 Si 4 O 9 maksimal 1,83 %

Air murni adalah air yang tidak mempunyai warna, rasa, dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H 2 O. Karena air yang bersifat universal, maka yang paling alamiah atau buatan manusia hingga tingkat tertentu ada zat yang terlarut di dalamnya.

Kadar air adalah presentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis) . Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 %, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 %. Pemeriksaan kadar air dilakukan dengan menggunakan rumus di bawah ini:

%Kadar air = Berat awal Berat akhir Berat awal x 100%

Berat bahan kering adalah berat bahan setelah setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan.

1) Pengaruh kadar air

Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembapan udara di sekitarnya. Bila kadar air dalam bahan rendah sedangkan kelembapan disekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi basah atau kadar airnya menjadi lebih tinggi.

2) Perubahan kadar air

Perubahan kadar air terjadi karena adanya kesetimbangan kelembaban relatif bahan dengan kelembaban relatif udara dimana bahan yang disimpan pada kondisi kelembaban udara lebih tinggi daripada Perubahan kadar air terjadi karena adanya kesetimbangan kelembaban relatif bahan dengan kelembaban relatif udara dimana bahan yang disimpan pada kondisi kelembaban udara lebih tinggi daripada

3) Penentuan kadar air

Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 s/d 110 0 C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.

e. Kadar Lempung

Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut lempung. Lempung merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian besar terdiri dari batuan granit dan batuan beku.

Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah liat dapat membentuk kerutan-kerutan atau pecah-pecah bila kering.

Tanah liat (lempung) memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Tanah liat memiliki komposisi kimia sebagai berikut:

No Unsur Kimia

Jumlah (%)

1 SiO 2 59,14

2 Al 2 O 3 15,34

Kadar lempung adalah presentase kadar pengikat yang digunakan untuk mengikat butir-butir pada pasir cetak. Lempung atau pengikat adalah bahan yang digunakan untuk mengikat butir-butir pada pasir cetak yang biasanya berukuran kurang dari 20 µ atau 0,0008 in. Pengujian kadar lempung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%Kadar Lempung = Berat awal Berat akhir Berat awal x 100% %Kadar Lempung = Berat awal Berat akhir Berat awal x 100%

Selain itu, pengikat juga berfungsi sebagai penahan panas pada saat penuangan, hal ini terjadi karena pasir cetak dengan butiran yang tidak

seragam dapat dipadatkan dengan lempung, sehingga mempunyai berat jenis yang tinggi, mempunyai permukaan sentuh yang luas sehingga kekuatan untuk menahan panas lebih tinggi.

b) Standart Pengikat Menurut standar AFS clay atau lempung yang terkandung dalam pasir cetak:

(1) Clay atau lempung mineral (2) Lempung silika atau lempung yang mengendap (3) Kandungan lempung yang umum digunakan pada pasir cetak

adalah 2% s/d 50%

2) Macam-macam Pengikat (lempung)

a) Berdasarkan kadarnya dalam pasir cetak, lempung dibagi menjadi: (1) Lempung jenuh

Pada penambahan kadar lempung tidak akan mampu untuk meningkatkan atau tidak berpengaruh terhadap kekuatan pasir cetak sehingga kekuatan pasir cetak setelah ditambah lempung dalam kondisi jenuh akan konstan.

(2) Lempung tidak jenuh (2) Lempung tidak jenuh

2. Penelitian Relevan

Dari penelitian sebelumnya banyaknya parameter dan hubungan antar parameter terkait tentang pasir cetak pada proses pengecoran yang diteliti. Azam (2003) meneliti tentang variasi campuran pasir cetak yang berpengaruh terhadap sifat mekanik pada pengecoran logam. Penelitian ini menyelidiki tentang pengaruh penambahan waterglass terhadap kekuatan tarik dan kekerasannya. hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan waterglass mempengaruhi kekuatan tarik dan kekerasannya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan variabel bebas yaitu variasi kadar waterglass dan variabel terikat yaitu sifat mekanik coran besi cor kelabu. Hasilnya, kekuatan tariknya pun meningkat.

Nurhadi (2004) melakukan penelitian tentang kadar waterglass dalam cetakan pasir silika terhadap sifat mekanik pada proses pengecoran besi cor kelabu. Penelitian ini menyelidiki tentang pengaruh penambahan waterglass terhadap sifat mekanik pada proses pengecoran besi cor kelabu yaitu permeabilitas dan kekuatan tekannya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan variabel bebas yaitu variasi kadar waterglass ( 15%, 25%, 40%) dan variabel terikatnya yaitu sifat mekanik besi coran kelabu. Penambahan waterglass mempengaruhi sifat mekanik besi cor kelabu. Hasilnya, cenderung menurun.

Peter et al (2007) melakukan penelitian tentang pengecoran logam yang menggunakan pasir cetak yang hasilnya dapat mempengaruhi ukuran dan bentuk hasil coran. Penelitian ini menyelidiki tentang efek dari jenis pasir dan pengikat terhadap ukuran coran. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis pasir yang digunakan memiliki efek signifikan pada pengecoran dan efek dari Peter et al (2007) melakukan penelitian tentang pengecoran logam yang menggunakan pasir cetak yang hasilnya dapat mempengaruhi ukuran dan bentuk hasil coran. Penelitian ini menyelidiki tentang efek dari jenis pasir dan pengikat terhadap ukuran coran. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis pasir yang digunakan memiliki efek signifikan pada pengecoran dan efek dari

B. Kerangka Pemikiran

Proses pembuatan cetakan ditentukan oleh campuran pasir dan pengikatnya. Salah satu sifat bahan yang penting adalah kadar air dan kadar lempung yang dimiliki oleh pasir. Sifat ini sangat diperlukan bagi pasir karena apabila pasir kekurangan air, maka daya ikat lempung terhadap pasir cetak akan berkurang sehingga akan mengurangi kekuatan pasir cetak. Sebaliknya apabila pasir cetak kelebihan air, lempung akan menjadi pasta sehingga daya ikatnya terhadap pasir menurun dan kekuatannya pun juga menurun.

Pada penelitian ini digunakan molding (cetakan) dibuat dari pasir kali dicampur dengan waterglass sebagai pengikatnya. Campuran pasir ini diaduk di dalam mixer hingga kedua komponen bercampur. Campuran pasir ini lalu dituang ke dalam kotak besi yang di dalamnya sudah ditaruh pattern kayu. Sesudah ditaruh hingga penuh, pasir lalu ditumbuk hingga padat. Setelah itu pasir cetak ditusuk-tusuk

dengan besi panjang sebagai jalan masuknya gas CO 2 yang akan dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah selesai ditusuk, gas CO 2 dimasukkan dengan menggunakan selang dari tabung gas. Variasi pada penelitian ini dengan mengubah kandungan waterglass (bahan pengikat) dengan variasi 0%, 15%, 25% dan 40% dari berat campuran.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian

Keterangan:

X : Variasi waterglass Y 1 : Sifat kadar air Y 2 : Sifat kadar lempung

C. Hipotesis

Berdasarkan atas uraian dari kerangka berpikir, maka dirumuskan hipotesis oleh peneliti sebagai berikut:

1. Semakin besar penambahan waterglass, maka semakin meningkat kadar air pada pasir cetak.

2. Semakin besar penambagan SiO 2 , maka semakin meningkat kadar lempung pada pasir cetak.

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Pengujian Logam Politeknik Manufaktur Ceper yang beralamat di Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai Juni 2012, pelaksanaannya sebagai berikut:

Pengajuan Judul

: 28 Februari 2012

Penyusunan Proposal

: 29 Februari s/d 23 Maret 2012

Seminar Proposal

: 26 Maret 2012

Revisi Proposal

: 27 Maret s/d 4 April 2012

Perijinan Penelitian

: 5 April s/d 18 April 2012

Penelitian

: 19 April s/d 3 Mei 2012

Analisis Data

: 4 Mei s/d 18 Mei 2012

Penulisan Laporan

: 19 Mei s./d 19 Juni 2012

Ujian Laporan

: 29 Juni 2012

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium dengan kondisi dan perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk memperoleh data tentang pengaruh penambahan waterglass terhadap kadar air dan kadar lempung pada pasir cetak.

Adapun yang dimaksud dengan desain eksperimen adalah eksperimen yang merupakan dengan sengaja dan secara sistematis mengadakan perlakuan atau tindakan pengamatan yang dilakukan peneliti untuk melihat efek yang terjadi pada tindakan tersebut (Suharsimi Arikunto, 2002).

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan merupakan penelitian deskriptif yaitu memaparkan secara jelas hasil eksperimen di

laboratorium terhadap sejumlah benda uji, kemudian dianalisis datanya. Objek dalam penelitian ini adalah benda uji pasir cetak yang diberi perlakuan.

Pasir cetak dengan pembentuknya adalah pasir kali dan waterglass, variasi campuran waterglass yaitu 0%, 15%, 25%, dan 40%.

C. Pengumpulan Data

1. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan instrumen penelitian. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sugiyono (2007 :

diamati, variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi kadar berat waterglass 0%, 15%, 25% dan 40%.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula sejumlah aspek di dalamnya, yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri

dengan kondisi lain, yang disebut variabel bebas. Kata lain ada atau tidaknya variabel terikat tergantung ada atau tidaknya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kadar air dan kadar lempung.

c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol merupakan himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi untuk mengendalikan variabel terikat yang akan muncul bukan dikarenakan variabel lain, tetapi benar- benar karena variabel bebas.

Pengendalian variabel ini dimaksudkan agar tidak merubah variabel yang akan diungkap pengaruhnya, sehingga kontrol yang akan dilakukan terhadap variabel ini akan menghasilkan variabel terikat yang murni. Dalam penelitian ini variabel kontrolnya adalah:

Jenis pasir yang digunakan adalah pasir kali yang baru

2) Berat spesimen yang diuji adalah 50 gram 3)

Spesimen dibuat dari 500 gram pasir yang di dalamnya terdapat 10 ml air

Kadar waterglass (%)

Berat pasir (gram)

Berat waterglass

(gram)

Volume air (ml)

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari peralatan dan bahan yang digunakan dalam proses penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian tersebut sebagai berikut:

a. Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Timbangan yang digunakan untuk menimbang campuran pasir kali dan waterglass .

Gambar 8. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

2) Moisture Tester yang digunakan untuk memanaskan pasir

Gambar 10 Mixer

4) Gelas ukur digunakan untuk mengetahui takaran air.

Gambar 11. Gelas Ukur Gambar 11. Gelas Ukur

Gambar 12. Mesin Asifator

6) Kompor listrik dan panci digunakan untuk memasak pasir, air, tetrasodium pyroposfat

Gambar 14. Gelas beker

8) Syfon digunakan untuk mengeluarkan air dari gelas beker

Gambar 15. Syfon

1) Pasir kali Penelitian ini menggunakan pasir kali yang baru.

Gambar 16. Pasir kali

2) Waterglass 2) Waterglass

Gambar 18. Spesimen uji

D. Analisis data

Salah satu bagian terpenting dalam proses kegiatan penelitian adalah melakukan kegiatan analisis terhadap data-data yang telah terkumpul. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan data deskriptif yang dilakukan dengan cara melukiskan dan merangkum pengamatan dari penelitian yang dilakukan. Data yang dihasilkan digambarkan secara grafis dalam bentuk grafik sehingga lebih mudah dibaca. Analisis data hasil pengujian variasi campuran pasir dengan kadar berat waterglass 0%, 15%, 25%, dan 40% dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Analisis Hasil Pengujian Kadar Air 1. Analisis Hasil Pengujian Kadar Air

2. Analisis Hasil Pengujian Kadar Lempung

Pada hasil pasir cetak dilakukan pengujian kadar lempung dengan menambahkan air dan larutan Tetrasodium Pyroposfat ke dalam panci masakan hingga mendidih, setelah dingin diaduk dengan mesin asifator dan memasukkan hasilnya ke dalam gelas beker yang diberi air kemudian air yang ada di gelas beker tersebut dikeluarkan dengan syfon. Dari hasil yang didapatkan dapat diketahui presentase kadar lempung dengan memasukkan ke dalam rumus yang sudah ada. Daya rekat antar butir pasir sangat bergantung pada kadar lempung dalam pasir. Untuk suatu presentase kadar lempung tertentu, diperlukan sejumlah kadar air tertentu pula, sehingga akan didapatkan kekuatan pasir yang maksimum. Biasanya kadar lempung yang terdapat dalam industri pengecoran logam berkisar antara 10- 20% (SNI 15-0312-1989). Kekuatannya juga dipengaruhi oleh bentuk dan besarnya butiran pasir.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Eksperimen

Tahap eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan aliran proses eksperimen sebagai berikut:

Percampuran Bahan Pembuat Pasir Cetak

Pasir Kali Waterglass

Pencampuran pasir kali dengan variasi kadar waterglass

0%

Pembuatan Pasir Cetak

Uji Kadar Lempung Uji Kadar Air

Analisis Data

Kesimpulan

15%

25%

40%

Mulai

a. Pengolahan pasir, pencampuran pasir kali dan waterglass dengan variasi kadar waterglass 0%, kemudian diaduk hingga rata dalam mixer hingga kedua komponen bercampur.

b. Melakukan pengujian kadar air

1) Menimbang pasir 50 gram

2) Menimbang kertas saring dan mencatat beratnya

3) Meletakkan pasir diatas kertas saring dan memasukkan ke dalam pan

tempat sampel

4) Memasukkan pan ke dalam moisture tester, dan memutar time swith

selama 15 menit

5) Mengeluarkan sampel, mengangkat dan mendiamkan terlebih dahulu,

kemudian menimbang sampel dan mencatat beratnya

6) Melakukan proses pengeringan tersebut sampai didapat berat konstan

7) Mencatat hasil akhir pada saat konstan dan memasukkan ke dalam rumus

c. Mengamati pengujian tersebut dan mengambil data hasil pengujian kadar air.

d. Melakukan pengujian kadar lempung.

1) Menimbang pasir seberat 50 gram

2) Memasukkan pasir, air ± 475 ml, 25 ml Tetrasodium Pyroposfat ke dalam

panci masakan

3) Memanaskan sampai mendidih di atas pemanas/kompor

4) Didiamkan hingga dingin, kemudian diaduk dengan mesin asifator 5 s/d

10 menit

5) Hasil adukan dituang ke dalam gelas beker dan menambahkan air sampai batas gelas beker, selanjutnya didiamkam sekitar 15 s/d 20 menit

6) Mengeluarkan air dari gelas beker dengan alat syfon

7) Mengisi lagi gelas beker dengan air sampai batas gelas, didiamkan 15 s/d 7) Mengisi lagi gelas beker dengan air sampai batas gelas, didiamkan 15 s/d

9) Menyaring pasir tersebut, kemudian dikeringkan hingga berat konstan,

kemudian memasukkan hasil dalam rumus.

e. Mengamati pengujian tersebut dan mengambil data hasil pengujian kadar lempung.

f. Mengulangi proses a sampai dengan e untuk kadar berat waterglass 15%, 25%, dan 40%.

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Dalam hasil penelitian ini, materi yang disajikan berupa angka angka (nilai) kadar air dan kadar lempung dengan variasi kadar waterglass. Penelitian dan pembahasan utamanya diarahkan terutama untuk mengetahui pengaruh variasi waterglass terhadap kadar air dan kadar lempung pada pasir cetak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan satu faktor bebas. Faktor tersebut adalah perlakuan variasi waterglass (0%, 15%, 25%,40%). Variabel terikatnya dalam penelitian ini adalah kadar air dan kadar lempung pada pasir cetak. Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian sebanyak 4 buah.

Data penelitian yang berjumlah 4 data yakni variasi waterglass dengan kadar 0%, variasi kadar waterglass dengan kadar 15%, variasi kadar waterglass dengan kadar 25%, dan variasi waterglass dengan kadar 40%. Hasil pengujian kadar air dan kadar lempung pada pasir cetak dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Hasil Pengukuran Kadar Air dan Kadar Lempung dengan Variasi Waterglass

Jenis Pengujian

Variasi Waterglass (%)

0 15 25 40 Kadar Air

7,14 Kadar Lempung (Clay)

Gambar 20. Grafik Pengaruh Variasi Waterglass terhadap Kadar Air dan Kadar Lempung pada Pasir Cetak

Berdasarkan data di atas menunjukkan kadar air spesimen I (waterglass 0%) yaitu 1,5%, spesimen II (waterglass 15%) yaitu 5,18%, spesimen III (waterglass 25%) yaitu 6,48%, spesimen IV (waterglass 40%) yaitu 7,14% sedangkan kadar lempung spesimen I (waterglass 0%) yaitu 5,44%, spesimen II (waterglass 15%) yaitu 12,80%, spesimen III (waterglass 25%) yaitu 17,68% dan spesimen IV (waterglass 40%) yaitu 26,64%.