KONSTITUSIONALITAS FUNGSI DAN WEWENANG WAKIL PRESIDEN RI SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

JATISWARA ]

KONSTITUSIONALITAS FUNGSI DAN WEWENANG WAKIL PRESIDEN RI SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

Johannes Johny Koynja 1

Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK

Artikel ini merupakan usaha untuk merefleksikan kembali sejauhmana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandement mampu menjamin konstitutionalitas fungsi dan wewenang Wakil Presiden Republik Indonesia sebagai "pembantu" Presiden yang menurut Penulis masih mengandung kekaburan atau ketidakjelasan norma (vague van normen) sehingga selalu menjadi polemik. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandement tidak memberi pengaturan yang jelas dan tegas terkait bagaimana sesungguhnya bentuk mekanisme kerja dan pembagian kewenangan antara Presiden dengan Wakil Presiden yang telah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Mengingat bahwa Wakil Presiden adalah “mitra yang secitra” dengan Presiden karena dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Termasuk di dalamnya, Pasal 4 Ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandement tidak memberikan interpretasi outentik terkait rumusan bahwa "Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden".

Kata Kunci: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Wakil Presiden Republik Indonesia, fungsi dan wewenang.

ABSTRACT

This article represent effort to reflect again how far the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia have guaranteed constitutionality function and authority of Vice President of Republic of Indonesia as "assistant" President which still there are dimness or ill defined norm (vague van normen) and also continuous to become polemic. The 1945 Constitution of the Republic of Indonesia do not give clear arrangement, adequate and coherent about how in fact form relation mechanism work and division of authority between Presidents with Vice President which have been elected as a single ticket directly by the people, considering that Vice President is "partner which is image" with President because both have been elected as a single ticket directly by the people. Including the Article 4 Paragraph 2 the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia does not give interpretation of authentic concerning term "The President shall be assisted by a Vice President".

Keywords: The 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, Vice President of Republic of Indonesia, function and authority.

Pokok Muatan

KONSTITUSIONALITAS FUNGSI DAN WEWENANG WAKIL PRESIDEN RI SETELAH AMANDEMENT UUD 1945 .............................................................................. 337

1 Dosen tetap Fakultas Hukum dan Program D-III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Mataram [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

A. PENDAHULUAN........................................................................................................... 338

B. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 339

1. Fungsi dan Wewenang Wakil Presiden RI .............................................................. 339

2. Kedudukan Wakil Presiden Sebagai Mitra Yang Secitra Dengan Presiden Menurut UUD 1945 ................................................................................................. 345

C. SIMPULAN .................................................................................................................... 350 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 351

A. PENDAHULUAN

harusan (imperatif atau prinsipil) atau hanya sekadar jika diperlukan atau

dianggap perlu (fakultatif atau insidental) Republik Indonesia Tahun 1945 pasca

oleh Presiden atau dengan meminjam amandement tidak memberikan pengaturan

istilah dari peneliti politik CSIS Sunny yang jelas, tegas dan memadai tentang

Tanuwidjaja, bahwa peran Wakil Presiden bagaimana sebenarnya bentuk mekanisme

mestinya merupakan “pelengkap peran” hubungan kerja dan pembagian wewenang

Presiden 1 . Sedangkan disatu sisi, Wakil antara Presiden dengan Wakil Presiden

Presiden dan Menteri-menteri Negara yang telah dipilih secara langsung oleh

sangat berbeda wewenang dan kedudukan- rakyat.

nya sebagai pembantu Presiden. Mengenai konsep bahwa Presiden

Kondisi yang terjadi beberapa waktu “dibantu” oleh satu orang Wakil Presiden

lalu, saat Presiden Susilo Bambang (Pasal 4 Ayat (2) UUD 1945), menurut

Yudhoyono akhirnya membahas kasus Penulis sesungguhnya merupakan istilah

mafia pajak Gayus Halomoan Partahanan yang

Tambunan 2 ketika menutup Rapat Kabinet menimbulkan kekaburan dan ketidak-

terlalu dipaksakan

sehingga

Terbatas Bidang Politik, Hukum dan jelasan norma (vague van normen) bila

Keamanan di Kantor Presiden pada tanggal dihadapkan dengan rumusan yang me-

17 Januari 2011 3 . Dalam kesempatan negaskan bahwa “Presiden (juga) dibantu

tersebut, Presiden Yudhoyono menge- oleh Menteri- menteri Negara” (Pasal 17

luarkan instruksi yang dituangkan dalam Ayat (1) UUD 1945). Kedua rumusan

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2011 tersebut dikhawatirkan akan membuka

tentang Percepatan Penyelesaian Kasus- peluang

Kasus Hukum dan Penyimpangan Pajak bertentangan dengan prinsip negara ber-

menugaskan Wakil Presiden dasarkan atas konstitusi, yang pada

yang

Boediono untuk melakukan pengawasan, akhirnya akan menimbulkan ketidakpastian

pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan dalam penerapan peraturan perundang-

Instruksi Presiden tersebut dengan dibantu undangan. Terlebih lagi bahwa Presiden

Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan dan Wakil Presiden dipilih dalam satu

Mafia Hukum.

pasangan secara langsung oleh rakyat (Pasal 6A Ayat (1) UUD 1945).

1 “Mencari Peran Ideal Wakil Presiden”, http://www.

Republik Indonesia Tahun 1945 pasca

bbc.co.uk / Indonesian / news / story / 2009 / 10 /

amandemen tidak memberikan interpretasi

091020_vicepresident.shtml, diakses tanggal 20 Oktober 2009 2

outentik mengenai istilah Pada tanggal 19 Janurari 2011 Gayus Tambunan telah “Presiden

dinyatakan bersalah atas kasus korupsi dan suap mafia pajak

dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”

oleh Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Selatan dengan

(Pasal 4 Ayat (2) UUD 1945). Apakah hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan denda Rp. 300 juta 3

Liputan 6 SCTV, “Inilah Instruksi Presiden Terkait

istilah “dibantu” merupakan suatu ke-

Kasus Gayus”, http://id.news.yahoo.com, diakses Selasa 18 Januari 2011.

338 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

JATISWARA ]

"mitra yang secitra" dengan Presiden memperoleh kekuasaan secara atributif

Meski Wakil

Presiden

telah

karena sama-sama memiliki kekuatan dari UUD 1945, namun fungsi dan

legitimasi dari rakyat, dan sama-sama wewenangnya itu justru ada di tangan

memiliki kekuasaan yang sifatnya atributif Presiden yang biasa diberikan dalam

yang diberikan oleh UUD 1945. Untuk itu, bentuk pelimpahan tugas yang harus

seharusnya Undang-Undang Dasar Negara dipertanggungjawabkan kepada Presiden.

Republik Indonesia Tahun 1945 pasca Sehingga Wakil Presiden dalam men-

amandement memberikan interpretasi jalankan fungsinya sebagai “pembantu”

outentik mengenai konsep "Presiden Presiden, melakukan tugas-tugas ber-

dibantu oleh satu orang Wakil Presiden" dasarkan wewenang yang diberikan dan

(Pasal 4 Ayat (2) UUD 1945) dengan bertindak serta bertanggungjawab kepada

menjelaskan secara spesifik kedudukan, Presiden. Padahal Wakil Presiden adalah

fungsi dan wewenangnya. “mitra yang secitra” dengan Presiden

B. PEMBAHASAN

karena sama-sama dipilih secara langsung oleh rakyat.

1. Fungsi dan Wewenang Wakil Presiden RI

Berangkat dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, terdapat dua

Sjachran Basah mengemukakan bahwa pertanyaan urgensi terkait konstitusio-

fungsi menurut natuurwissenchaft mem- nalitas fungsi dan wewenang Wakil

punyai empat arti, sedangkan dalam Presiden RI setelah amandement UUD

geisteswissenchaft , pengertian fungsi 1945 4 yaitu Pertama , bagaimanakah mempunyai tiga arti, yaitu:

seharusnya eksistensi Wakil Presiden

a. Fungsi berarti tergantung pada sebagai “mitra yang secitra” dengan

(pengertian pertama dari natuur- Presiden setelah amandement UUD 1945?

wissenchaft );

Kedua , dimanakah letak konstitusionalitas fungsi dan wewenang Wakil Presiden RI

berarti tugas atau setelah amandement UUD 1945 sehingga

b. Fungsi

ambtwerkkring in het verband met het tidak melahirkan rumusan yang para-

geheel (arti kedua dari natuur- doksal?

wissenchaft

dan arti pertama geisteswissenchaft ); 5

Tulisan ini merupakan upaya untuk merefleksikan kembali sejauh mana

c. Fungsi berarti hubungan timbal balik Undang-Undang Dasar Negara Republik

antara bagian dan keseluruhan (arti Indonesia Tahun 1945 pasca amandement

ketiga dari natuurwissenchaft dan arti telah menjamin konstitusionalitas fungsi

kedua dari geisteswissenchaft); dan wewenang Wakil Presiden RI sebagai

d. Fungsi berarti werkkring 6 (arti ke- “pembantu” Presiden yang masih terdapat

empat dari natuurwissenchaft dan arti kekaburan dan ketidakjelasan norma

ketiga dari geisteswissenchaft). (vague van normen) serta terus-menerus

menjadi polemik di kalangan ahli Hukum

4 Sjachran Basah, Tiga Tulisan Tentang Hukum,

Tata Negara dan pengamat politik.

(Bandung : Armico, 1986), hlm.18-19 5 A.L.N. Kramer Sr, Kamus Belanda (Belanda-

Mengenai kedudukan Wakil Presiden

Indonesia dan Indonesia-Belanda), Jilid I, is Gravenhage,

yang juga telah dipilih secara langsung Jakarta, G.B. van Goor Zonen, Nijenhuis, 1953, hlm.586 dan

hlm.61 dalam Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara.

oleh rakyat (dalam satu paket bersama

Rajawali Pers, Jakarta. 2006. hal. 73. Lihat juga M.Solly Lubis,

Hukum Tata Negara Presiden), justru sesungguhnya telah , Cet.VI, (Bandung: Mandar Maju, 2002),

hlm,.55 yang 6 menerjemahkan kata “tugas” menjadi functie.

menempatkan Wakil Presiden sebagai

“Werkkring” mengandung pengertian pekerjaan, dari asal kata “werk” yang berarti bekerja.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

Pengertian fungsi yang dikemukakan bahwa pembagian tugas (functie) adalah Sjachran Basah, jika dipilah antara

pembagian kekuasaan (functie verdeling, pengertian yang dirumuskan dalam

machtenverdeling ). Dalam tulisannya, Naturwissenschaft dan Geisteswissenchaft

Utrecht juga menyinggung tugas legislatif, maka dapat dikelompokkan sebagai

tugas eksekutif dan tugas yudikatif 11 . berikut: 7

Bila pengertian “fungsi” (yang juga

a. Dalam Natuurwissenscaft , pengertian mengandung pengertian “tugas” dan fungsi dibagi berdasarkan : “jabatan”), dikaitkan dengan kata “Wakil

ergantung pada pengertian natuur- 1) t Presiden RI menurut Undang-Undang wissenschaft ; Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

2) tugas, ambtworking in het verband met 1945”, maka dapat diasumsikan bahwa het geheel ; istilah “Wakil Presiden” dalam tulisan ini

3) hubungan timbal balik antara bagian dan keseluruhan. sesungguhnya juga mengandung penger- b. Dalam Geisteswissenschaft , pengertian

tian mengenai “kekuasaan” dalam rangka fungsi dibagi berdasarkan: membantu pelaksanaan fungsi memimpin

1) fungsi berarti tugas, ambtwerking in penyelenggaraan pemerintahan negara

het verband met het geheel ; sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah 2) fungsi berarti hubungan timbal balik

ditetapkan dalam konstitusi sebagai

antara bagian dan keseluruhan; konsekuensi dari konsep “jabatan” (ambt) dan pejabat (ambtsdrager).

3) fungsi berarti pekerjaan (working)

Lebih lanjut, pemahaman mengenai konsep “wewenang” yang melekat pada

jabatan Wakil Presiden, Penulis ingin dikemukakan di atas, terlihat bahwa

Dari definisi

fungsi

yang

menegaskan kembali bahwa salah satu ciri pengertian da ri kata “fungsi” masih belum

khas negara adalah kekuasaan yang mengandung makna apabila belum diikuti

dijalankannya memiliki wewenang atau oleh konsep yang lain. Artinya, kata

otoritas . Robert Bierstedt dalam tulisannya “fungsi” baru menunjukkan arti yang benar

yang berjudul “An Analysis of Social jika dihubungkan dengan sesuatu masalah.

Power” menegaskan bahwa wewenang Kata

(authority) adalah institutionalized power, pengertian yang benar bila dihubungkan 12 yaitu kekuasaan yang dilembagakan .

dengan kata “Wakil Presiden RI Menurut Sehingga berdasarkan pendapat Robert Undang- Undang Dasar 1945”.

Bierstedt tersebut, maka pengertian kekuasaan yang dipersoalkan dalam tulisan

8 9 ini adalah mengenai konsep kekuasaan Belanda-Indonesia , istilah “functie”

10 yang dijalankan oleh Wakil Presiden dalam dipersamakan dengan istilah officie dan rangka “membantu” pelaksanaan fungsi ambt yang sama-sama mengandung arti “jabatan”. Utrecht mengartikan tugas memimpin penyelenggaraan pemerintahan

sebagai “functie” atau kekuasaan dan negara yang dijalankan oleh Presiden sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah

Sajiono, 2008, Memahami Beberapa Bab Pokok 11 E.Utrecht, Pengaturan Dalam Hukum Indonesia, Hukum

Cet.VI, (Jakarta : PT.Penerbitan dan Balai Buku Ikhtiar, 1961), Pressindo, hlm. 129

hlm.75 dalam M.Solly Lubis, Hukum Tata Negara, Cet.VI, 8 R.Soebekti dan R.Tjitrosudibio, Kamus Hukum

(Bandung : Mandar Maju, 2002), hlm.55. Belanda - Indonesia , (Jakarta : Pradnja Paramita, 1983)

Robert Bierstedt, An Analysis of Social Power, Istilah functie (Belanda) juga mengandung arti yang

American Sociological Review, Volume 15, December, 1950, sama dengan istilah function 10 (Inggris) yang berarti “jabatan”.

P.732 dalam Miriam Budiarjo, Konsep Kekuasaan : Tinjuan Istilah officie (Belanda) mengandung arti yang sama

Kepustakaan, Cet.I, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1984), dengan istilah office (Inggris) yang berarti “jabatan”.

hlm.15

340 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

JATISWARA ]

ditetapkan dalam konstitusi sebagai mal. Di Amerika Serikat, fungsi informal konsekuensi dari konsep “jabatan” (ambt).

biasanya berkaitan dengan relasi dengan Parlemen, dimana Wakil Presiden ber-

Franz Magnis Suseno dalam bukunya “Etika Politik”, mengatakan fungsi sebagai liaison officer (peng-

Pemerintah dan bahwa terdapat beberapa pengertian yang

hubung)

antara

Presiden juga erat kaitannya dengan istilah kekuasaan,

Parlemen 15 .

Wakil

memimpin Senat. Akan tetapi Wakil yaitu wewenang (otoritas / authority) dan Presiden tidak mempunyai hak untuk

legitimasi (legitimacy / keabsahan) 13 .

memberikan suara atau hak memilih, Berangkat dari pemikiran Robert

kecuali bila terjadi hasil seri dalam Bierstedt tentang konsep kekuasaan,

pemungutan suara. Senat memilih seorang Miriam Budiarjo kemudian memberikan

Ketua Sementara untuk memimpin jika pemahaman

Wakil Presiden berhalangan (absen) 16 . wewenang sebagai “kekuasaan yang dilembagakan”, yaitu kekuasaan yang tidak Di Indonesia kondisi yang terjadi

tentang

otoritas atau

sekarang, meski Wakil Presiden telah hanya de facto menguasai, melainkan juga

memperoleh kekuasaan secara atributif berhak untuk menuntut ketaatan, sehingga

14 dari Undang-Undang Dasar Negara berhak pula untuk memberikan perintah . Republik Indonesia Tahun 1945 karena Wewenang semacam ini bersifat deontis

sama-sama dipilih dalam satu pasangan (dari kata Yunani “deon”, artinya “yang harus”); untuk membedakannya dari secara langsung oleh rakyat, namun fungsi

dan wewenangnya justru ada di tangan wewenang epistemis, yaitu wewenang

Presiden yang biasa diberikan dalam dalam bidang pengetahuan. bentuk pelimpahan tugas. Sehingga dapat

Secara umum ada dua model fungsi dikatakan bahwa hubungan dan tata kerja yang bisa diperankan oleh Wakil Presiden

antara Presiden dengan Wakil Presiden dalam sistem pemerintahan, yaitu :

cenderung lebih merupakan kompromi Pertama , fungsi administrasi, yaitu Wakil

horizontal antara keduanya dan memiliki Presiden berfungsi untuk membantu

sifat internal, yang mengandung arti bahwa Presiden dalam mengoordinasikan, men-

segala pelaksanaan atas kekuasaan yang jalankan, dan mengevaluasi program kerja

diperoleh Wakil Presiden karena pelim- kabinet. Dalam menjalankan fungsi ter-

pahan itu harus dipertanggung-jawabkan sebut, Wakil Presiden terkadang ditunjuk

kepada Presiden.

sebagai kepala suatu badan administrasi Calon Presiden Susilo Bambang pemerintahan atau suatu komisi negara. Yudhoyono sebelum maju pada ajang Dalam sistem pemerintahan Amerika Pemilihan Presiden (Pilres) 2004 pernah Serikat, meski Undang-Undang Dasar menulis surat tertanggal 16 April 2004 Amerika Serikat secara terperinci meng- kepada Jusuf Kalla untuk menjelaskan uraikan beberapa tugas dan kekuasaan paduan jabatan Presiden dan Wakil Presiden, namun Undang-Undang Dasar Presiden yang baik demi efektitivas lima Amerika Serikat tidak mendelegasikan tahun pemerintahan yang ingin dipimpin kekuasaan eksekutif yang spesifik untuk

keduanya. Surat itu antara lain menyatakan

Wakil Presiden.

Kedua

, fungsi infor-

bahwa keberhasilan kabinet merupakan

13 Franz Magnis Suseno, Etika Politik : Prinsip-prinsip 15 Lembaga Administrasi Negara, “Pembagian Moral Dasar Kenegaraan Modern , Cet.III, (Jakarta : Gramedia

Wewenang Presiden-Wapres Wajar ”,http://www.kapanlagi.com, Pustaka Utama, 1991), hlm. 53. 14 diakses Rabu 20 April 2005

Miriam Budiarjo (ed.), Konsep Kekuasaan : Tinjuan 16 Rosalie Targonski (ed), The White House, Office of Kepustakaan , Cet.I, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1984),

International Information Programs United States Department of hlm.14.

State, 2000, P.85

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

paduan wewenang dan tanggung jawab Bila konsep "Presiden dibantu oleh antara Presiden dan Wakil Presiden di

satu orang Wakil Presiden" merupakan samping merujuk pada kewenangan dan

suatu keharusan (imperatif atau prinsipil) tugas sesuai dengan UUD 1945. Disepakati

sehingga kedudukan Wakil Presiden bahwa Wakil Presiden Jusuf Kalla akan

sebagai "pembantu" Presiden merupakan diperankan secara signifikan dan tidak

kekuasaan yang sifatnya atributif, maka berfungsi sebagai “ban serep”, yaitu

UUD 1945 juga harus menjelaskan apakah menangani

fungsi dan wewenang Wakil Presiden penciptaan lapangan kerja, percepatan

pengentasan

kemiskinan,

diperoleh dalam bentuk pemberian pembangunan kawasan timur Indonesia,

kekuasaan yang sifatnya derivatif ? dan lain-lain yang ditentukan oleh Presiden

Pemberian kekuasaan yang sifatnya Susilo Bambang Yudhoyono 17 .

derivatif

dapat disebut sebagai

misalnya kekuasaan Lebih lanjut, Wakil Presiden Jusuf Presiden yang diperoleh secara atributif Kalla diberikan fungsi dan wewenang

“pelimpahan”,

kepada Wakil sebagai Kepala Staf Kabinet yang ber-

dilimpahkan/dialihkan

Presiden atau subyek hukum yang lain. tugas

sinkronisasi diantara menteri-menteri Pemberian kekuasaan yang sifatnya kabinet sesuai kebijakan dan arahan

derivatif dalam bentuk pelimpahan dapat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

dibagi lagi menjadi :

disamping berwenang untuk melakukan

a. Delegatie

koordinasi dibidang ekonomi. Hal itu dimungkinkan karena sudah menjadi

Delegasi kekuasaan (delegation of komitmen awal ketika masa kampanye

authority ) merupakan pelimpahan / per- pemilihan Presiden (Pilpres).

alihan wewenang dari yang mende- legasikan kepada penerima delegasi.

Konsekuensi dari kompromi hori- Dalam delegasi, terjadi pergeseran

zontal yang bersifat internal tersebut, maka wewenang dan tanggung jawab, dimana si

Wakil Presiden Jusuf Kalla kemudian penerima delegasi bertindak atas nama

mengangkat beberapa pejabat eselon I di tanggungjawabnya sendiri 18 . beberapa departemen berkaitan dengan fungsi dan wewenang Wakil Presiden

Ketentuan Pasal 6A Ayat 1 UUD untuk membantu Presiden Susilo Bambang

1945 Pasca Amandement, yang me- Yudhoyono dalam mengelola ekonomi

nyatakan bahwa "Presiden dan Wakil negara.

Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat", sehingga

Pertanggungjawaban internal ter- seharusnya telah menempatkan Wakil

sebut timbul karena keharusan adanya Presiden sebagai mitra yang secitra dengan

konsistensi dari cara perolehan kekuasaan Presiden karena sama-sama memiliki

melalui pemberian kuasa (machtiging) dari kekuatan legitimasi dari rakyat, dan sama-

Presiden kepada Wakil Presiden. Kondisi sama memiliki kekuasaan yang sifatnya ini menjadikan Wakil Presiden tidak dapat atributif yang diberikan oleh UUD 1945.

berperan secara optimal sebagai mitra Presiden dalam menjalankan fungsinya

Penulis menilai bahwa pelimpahan sebagai pembantu Presiden.

kekuasaan (delegatie) oleh Presiden kepada Wakil Presiden dapat men- jembatani

permasalahan kekaburan/

“Tak Ada Pembagian Tugas dengan Wakil 18 Rosjidi Ranggawidjaja, Hubungan Tata Kerja Antara Presid en”, http://www.antaranews.com, diakses Minggu, 19

MPR, DPR dan Presiden , Gaya Media Pratama, Jakarta, Cet.I, April 2009,

1991, hlm.90

342 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

JATISWARA ]

ketidakjelasan norma (vague van normen)

1. Pemilik kekuasaan; yang terkandung dalam Pasal 6A Ayat 1

2. Penerima wewenang yang berstatus Undang-Undang Dasar Negara Republik sebagai delegans; Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen,

karena dalam pelimpahan kekuasaan

3. Penerima pelimpahan wewenang. (delegatie), Wakil Presiden dianggap

Dalam hubungannya dengan proses merupakan unsur pemerintahan dan turut

pendelegasian, Presiden sebagai delegans serta sebagai penyelenggara pemerintahan

mempunyai kepentingan apakah pelim- negara. Sehingga dengan demikian,

pahan yang sudah dilakukan sudah pimpinan pemerintahan dijalankan ber-

dilaksanakan dengan memperhatikan segi sama (kolegial) oleh Presiden dan Wakil

kemanfaatan dan kepatutan hukum. Presiden. Dengan didelegasikannya suatu Dalam pelimpahan kekuasaan

wewenang, maka tanggung jawab sepe- (delegation of authority ), tindakan

nuhnya beralih pada subyek hukum yang Presiden dapat dinilai juga merupakan

lain. Kepentingan pengawasan dari tindakan Wakil Presiden dan sebaliknya,

Presiden (delegans) bukan merupakan tindakan Wakil Presiden adalah tindakan

kepentingan hukum, dalam arti untuk Presiden juga. Dengan demikian, tindakan

menghadapi kemungkinan gugatan dari Wakil

pihak ketiga, tetapi kepentingan peng- Pemerintah, oleh karena menurut sistem

awasan ini lebih ditujukan pada segi UUD 1945, Presiden merupakan Peme-

keberhasilan dan tata pelaksanaan suatu rintah (Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945)

organisasi.

Pada pendelegasian kekuasaan, Dalam praktek pendelegasian, Wakil Presiden sebagai delegatoris,

seorang Presiden (delegans) dapat saja melaksanakan kekuasaan atas nama sendiri

mendelegasikan sebagian atau keseluruhan dan dengan tanggungjawab sendiri.

wewenangannya kepada Wakil Presiden Sehingga bentuk pelimpahan ini disebut

namun dengan tetap sebagai “pelimpahan kekuasaan dan

(delegatoris)

memperhatikan aksioma/dalil dalam pen- tanggung jawab”.

delegasian wewenang, yaitu: 19 Pengertian tanggungjawab mengan-

yang didelegasikan dung 2 (dua) aspek, yaitu : Pertama, aspek

1. Wewenang

Presiden (delegans) kepada Wakil Internal. Dalam pertanggungjawaban yang

Presiden (delegatoris), tidak boleh beraspek internal hanya diwujudkan dalam

didelegasikan lagi kepada subyek bentuk laporan pelaksanaan kekuasaan;

hukum lainnya (delegata potestas non Kedua , aspek Eksternal. Pada pertang-

potes delepari );

gungjawaban dengan aspek eksternal adalah pertanggungjawaban terhadap Pihak

2. Wewenang yang didelegasikan kepada Ketiga apabila dalam melaksanakan

Wakil Presiden (delegatoris), tidak kekuasaan itu menimbulkan suatu derita

boleh melebihi wewenang yang atau kerugian. Delegatoris bertanggung

dimiliki Presiden (delegans/ si pemberi gugat atas segala akibat negatif yang

delegasi);

ditimbulkan dalam melaksanakan kekua- Dalam pendelegasian wewenang, saan.

hendaknya harus bersifat khusus (spesifik) Dalam proses pendelegasian, terlibat

3 (tiga) pihak, antara lain yaitu:

Rosjidi Ranggawidjaja, Hubungan Tata Kerja Antara MPR, DPR, dan Presiden, Gaya Media Pratama, Jakarta, Cet. I, 1991, hlm.102

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

dan tertentu mengenai wewenang yang

tidak perlu selalu didelegasikannya. Oleh karenanya, rumu-

ketatanegaraan

merupakan ketentuan yang tidak tertulis san bahwa "Presiden dibantu oleh satu

yang timbul dari persetujuan (agreement), orang Wakil Presiden”, dinilai masih

namun bisa saja berbentuk tertulis yang mengandung kekaburan / ketidakjelasan

diwujudkan dalam bentuk "Keputusan norma (vague van normen). Mengingat

Presiden (Keppres)".

bahwa UUD 1945 Pasca Amandement

b. Mandaat

tidak mengatur secara tegas mekanisme delegasi

Mandaatverlening merupakan bentuk authority ) dari Presiden kepada Wakil

kekuasaan (delegation

of

pelimpahan kuasa kekuasaan, namun Presiden yang juga dipilih secara langsung

berbeda dengan delegasi. Wakil Presiden oleh rakyat, maka mekanisme “konvensi"

sebagai mandataris (pemegang kuasa) dinilai mampu menjembatani

bekerja untuk kepentingan Presiden masalahan di atas.

per-

(pemberi kuasa) atau melaksanakan kekuasaan tidak bertindak atas nama

sendiri namun atas nama Pemberi Kuasa, sebelum dilakukan perubahan mengartikan

sehingga tidak mengakibatkan bergesernya "konvensi" (convention) sebagai hukum

tanggung jawab. Maka untuk itu, segala dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-

bentuk pelimpahan yang dilakukan Wakil aturan dasar yang timbul dan terpelihara Presiden (pemegang kuasa) kepada Pihak dalam praktek penyelenggaraan negara Ketiga harus memerlukan persetujuan meskipun tidak tertulis. Meski Undang- Presiden selaku pemilik wewenang yang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

asli.

Tahun 1945 setelah amandement, tidak secara tegas mengatur mengenai eksistensi

Hal ini merupakan konsekuensi "konvensi

dari penafsiran Pasal 4 ayat (2) UUD 1945 mekanisme delegasi kekuasaan dari

ketatanegaraan”,

namun

Setelah Dilakukan Perubahan dimana Presiden kepada Wakil Presiden yang juga

kedudukan Wakil Presiden berada di dipilih dalam satu pasangan secara

bawah Presiden (tidak sederajat). Rumusan langsung oleh rakyat, dapat dijadikan

Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Dasar pelengkap untuk mengisi kekosongan

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 norma (leemten van normen) yang timbul

setelah amandement yang menyatakan dalam praktek penyelenggaraan negara.

bahwa "Dalam melakukan kewajibannya Karena "konvensi ketatanegaraan” dinilai

Presiden dibantu oleh satu orang Wakil merupakan kebutuhan akan aturan-aturan

Presiden" (garis bawah oleh Penulis), dasar atau ketentuan-ketentuan yang

dapat dipahami bahwa UUD 1945 lebih timbul dan terpelihara dalam praktek

menempatkan Presiden sebagai satu- penyelenggaraan negara sebagai pelengkap

penyelenggara pemerintahan (supplement) rangka dasar UUD 1945.

satunya

negara yang tertinggi yang membawa segala konsekuensi bahwa tanggung jawab

Ketentuan Pasal 4 Ayat 1 jo Pasal mengenai penyelenggaraan pemerintahan

6A Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara negara yang tertinggi tetap berada di

Republik Indonesia Tahun 1945 setelah

tangan Presiden.

amandement dan "konvensi", diharapkan dapat melengkapi dan mengisi keko-

Harus diakui bahwa pengertian songan norma yang ada pada UUD 1945

"Presiden dibantu oleh satu orang Wakil sehingga menjadi living constitution,

Presiden" dapat dikatakan merupakan dalam arti suatu konstitusi yang benar-

pencerminan dari kedudukan Presiden benar hidup dalam masyarakat. Konvensi

yang berada "di atas" Wakil Presiden, 344 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

JATISWARA ]

artinya Wakil Presiden tidak dapat

2. Kedudukan Wakil Presiden Sebagai

bertindak sendiri karena semata-mata

Mitra Yang Secitra Dengan Presiden

merupakan pembantu Presiden yang tugas

Menurut UUD 1945

dan kewajibannya tergantung pada Ketentuan Pasal 6A Ayat (1)

Presiden, meskipun berbeda dengan

20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Menteri . Namun dalam konteks pem- Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen

bagian tugas dan kewenangan, rumusan yang menegaskan bahwa “Presiden dan kalimat “dibantu oleh satu orang Wakil Wakil Presiden dipilih dalam satu Presiden" menurut

pasangan secara langsung oleh rakyat”, menegaskan bahwa secara kontekstual diartikan sebagai “pembagian tugas seharusnya telah menempatkan posisi

Penulis

justru

pemerintahan”. Sehingga dalam hal ini, Presiden dan Wakil Presiden adalah sama- sama sebagai pemegang posisi kunci dalam

Wakil Presiden tidak lagi bisa diposisikan pemerintahan, karena sistem paket tersebut

secara subordinat, yaitu hanya sebagai “pelengkap peran” Presiden. sesungguhnya telah mendudukan Presiden

dan Wakil Presiden sebagai pasangan yang Pada pemberian kuasa tidak perlu

memiliki kekuatan legitimasi yang sama ada dasar hukum pemberian kuasa, karena

yang justru diharapkan juga memiliki pemberian kuasa tidak mengakibatkan

peran yang seimbang. Sehingga dalam hal bergesernya tanggung jawab yang

ini, Wakil Presiden secara jelas memiliki konsekuensinya juga tidak menyebabkan

kekuasaan riil dan prinsipiil sebagai “mitra terjadinya pergeseran badan hukum yang

yang secitra” dengan Presiden dalam seharusnya bertanggung jawab. Dari segi

menjalankan tugas pemerintahan negara sistem pemerintahan, menurut Undang-

sehari-hari.

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Dikatakan sebagai "mitra" karena

Tahun 1945 setelah amandement tetap proses pemilihan Presiden dan Wakil

mencantumkan Keputusan

Presiden

Presiden dalam satu pasangan secara (Keppres) dan tidak mencantumkan

langsung oleh rakyat, justru telah Peraturan atau Keputusan Wakil Presiden menempatkan Wakil Presiden sebagai atau bahkan Peraturan Menteri. Hal ini "mitra yang secitra" dengan Presiden dapat dipahami karena sistem pemerintah- karena sama-sama memiliki kekuatan an yang dianut adalah tanggung jawab legitimasi dari rakyat; dan sama-sama pemerintahan berada pada Presiden, bukan memiliki kekuasaan atributif yang pada Wakil Presiden atau Menteri-menteri diberikan oleh UUD 1945. Sehingga bila Negara. Hal ini sebagai konsekuensi fungsi dan wewenang Wakil Presiden dianutnya sistem pemerintahan Presiden- sebagai "mitra" yang membantu dan siil , yang intinya adalah tanggung jawab mewakili Presiden dapat dilaksanakan pemerintahan berada pada Presiden dan dengan konsekuen dan konsisten melalui tidak bertanggungjawab kepada lembaga mekanisme hubungan tata kerja dan lainnya. pembagian wewenang yang jelas dan

memadai, maka pada akhirnya diharapkan mampu turut serta membatasi dan mengurangi peluang bagi Presiden untuk menyalahgunakan kekuasaannya sebagai- mana yang dinyatakan oleh Harry Kantor

ketika menyimpulkan usaha-usaha yang

Zainal Muttakin, Tinjauan Normatif Tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Presiden Kepada Wakil

dilakukan oleh sejumlah negara Amerika

Presiden, Skripsi, Universitas Mataram, Mataram, 2001, hlm.36 [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

Latin, bahwa "...The experience of the last pada masa revolusi fisik, fungsi dan 150 years seem to demonstrate that power

wewenang Wakil Presiden dapat dikatakan just only be checked by power. The way to

sama dominannya dengan fungsi dan limit the power of the President, therefore,

wewenang Presiden dan merupakan is to create competing centres of power” 21 .

kemunduran besar dalam kekuasaan Presiden yang dapat dikatakan diktatorial,

Pada masa revolusi kemerdekaan karena Presiden harus membagi kekuasaan

(1945-1949), Drs.Mohammad Hatta dinilai yang dimilikinya berdasarkan Pasal IV

sangat berhasil menjalankan fungsi dan Aturan Peralihan UUD 1945 dengan KNIP wewenangnya sebagai Wakil Presiden. dan Badan Pekerjanya. Presiden Ir.Soekarno dan Wakil Presiden

Drs.Mohammad Hatta menurut Penulis,

Maklumat Wakil keduanya memiliki fungsi dan wewenang

Keluarnya

Presiden No.X tahun 1945 kemudian yang seimbang karena disertai oleh

berlanjut dengan ditentukannya haluan kemampuan masing-masing yang memang

politik Pemerintah Republik Indonesia saling mendukung, sehingga keduanya

pada tanggal 1 Nopember 1945 yang sering disebut sebagai “dwi tunggal” yang

ditandatangani oleh Wakil Presiden mengartikan kebersamaan yang seimbang

Drs.Mohammad Hatta yang kemudian dalam menjalankan fungsi dan wewenang-

terkenal dengan nama “Manifesto Politik nya dalam pemerintahan Negara RI.

Hatta” yang menyatakan bahwa “Indonesia Drs.Mohammad Hatta justru berani

sanggup bekerja sama dengan setiap menjalankan fungsi dan wewenangnya

bangsa asing di dunia yang menghargai sebagai Wakil Presiden yang berdampak 23 kemerdekaan Indonesia” .

luas dalam kehidupan politik dan Pada masa pembentukan Kabinat ketatanegaraan

Hatta I (29 Januari 1948 – 4 Agustus mengeluarkan dua maklumat, yaitu :

Indonesia,

yakni

1949), Presiden Soekarno sendirilah yang Pertama , Maklumat Wakil Presiden No.X “menunjuk” Wakil Presiden Mohammad (baca : eks) tertanggal 16 Oktober 1945;

Hatta sebagai formatir (pembentuk) Kedua, Maklumat Pemerintah tanggal 3 Kabinet. Dari aspek Hukum Tata Negara, November 1945 yang berisi anjuran pembentukan Kabinet Hatta I dinilai tidak Pemerintah tentang pembentukan partai-

22 lazim karena : Pertama, seorang Wakil partai politik . Presiden dapat ditunjuk untuk membentuk

Maklumat Wakil Presiden tersebut suatu Kabinet; Kedua, bila penunjukkan dikeluarkan atas usul beberapa anggota

Wakil Presiden untuk membentuk Kabinet Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

merupakan praktek Hukum Tata Negara dengan

yang dapat dibenarkan, maka hal ini juga kekuasaan Presiden yang sangat mutlak

menimbulkan kerancuan, karena tidak dan bersifat revolusioner (revolutionary

jelas, apakah Drs.Mohammad Hatta and absolutely centralized governmental

bertindak sebagai Perdana Menteri atau system ). Konsekuensi dari maklumat

merangkap juga sebagai Wakil Presiden. tersebut

Hal ini justru menimbulkan presedent yang ditingkatkan menjadi badan legislatif.

tidak baik dalam perkembangan konvensi Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa

ketatanegaraan Indonesia; Ketiga, sulit untuk mengatakan bahwa Kabinet Hatta I

21 Harry Kantor, Efforts Made by Various Latin American Countries to Limit The Power of The President, P.109,

dalam : Arend Lijphart, Parliamentary Versus Presidential

CST. Kansil dan Julianto, Sejarah Perjuangan Government

22 , Oxford University Press, New York, 1998.

Pergerakan Kebangsaan Indonesia (Pendidikan Sejarah Oce Modril, “Perihal Wakil Presiden”, Harian Suara

Perjuangan Bangsa), Penerbit Erlangga, Jakarta, Cet.VII, 1985, Pembaruan, Kamis 21 Mei 2009

hlm. 44

346 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

JATISWARA ]

merupakan Kabinet Presidensil, karena dan Wakil Presiden Mohammad Hatta menteri-menteri yang duduk di kabinet

tetap dinilai sebagai pasangan Presiden dan bertanggung jawab kepada Badan Pekerja

Wakil Presiden yang mampu menjalankan Komite Nasional Indonesia Pusat (BP

dua peran dalam satu nafas sehingga KNIP) sedangkan Drs.Mohammad Hatta

dianggap ideal karena keduanya dianggap berkedudukan sebagai Perdana Menteri,

memiliki ciri kepribadian yang dapat bukan sebagai Wakil Presiden.

memberikan kesan “pemersatu bangsa” sehingga memberikan rasa aman kepada

Ketika Kabinet Ali Arifin (30 Juli rakyat. Disamping keduanya memiliki

1953 – 12 Agustus 1955) jatuh dan peran yang seimbang dengan disertai oleh

kemudian menyerahkan

mandatnya

kemampuan masing-masing yang saling kembali kepada Presiden pada tanggal 24

mendukung, sehingga keduanya sering Juli 1955, sehingga sebagai gantinya Wakil

Presiden Drs.Mohammad Hatta kemudian disebut sebagai “dwi tunggal” yang

mengartikan kebersamaan yang seimbang menunjuk

Mr.Burhanuddin

Harahap

dalam menjalankan fungsi dan wewenang- sebagai formatir kabinet. Kejadian ini juga

nya dalam pemerintahan Negara RI. baru pertama kali terjadi di Indonesia,

dimana formatir kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta Wakil Presiden sebagai akibat dari

dikenal sangat berani mengkritik Presiden kepergian Presiden Soekarno yang naik

Soekarno. Termasuk mampu menutupi haji ke Mekkah 24 . Meski Presiden

kekurangan yang ada pada pribadi Presiden Soekarno kurang merestui kabinet tersebut

Soekarno. Wakil Presiden Mohammad karena yang menunjuk Mr.Burhanuddin

Hatta juga mampu “menggantikan” peran Harahap sebagai formatir kabinet adalah

Ir.Soekarno sebagai Presiden disaat Wakil Presiden Mohammad Hatta.

presiden tidak ada ditempat dengan tanpa meninggalkan mandat, namun tetap dalam

Selanjutnya pada masa Kabinet

25 koordinasi yang sudah ditentukan oleh Ali-Rum-Idham , Drs.Mohammad Hatta

“mengundurkan diri” dari jabatannya Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Wakil sebagai Wakil Presiden pada tanggal 1

Presiden adalah sebagai “pembantu” Presiden.

Desember 1956 26 karena perbedaan

pendapat, prinsip, dan pandangan terutama Pada masa pemerintahan Orde dalam bidang politik dan ekonomi antara

Baru, fungsi dan wewenang Wakil Presiden Soekarno dengan Wakil Presiden

Presiden dapat dikatakan hanya sebagai Mohammad Hatta, namun peran yang

“ban serep” dan jabatan formalitas dalam dijalankan Drs.Mohammad Hatta me-

pengisian kekuasaan Eksekutif yang rupakan sebuah refleksi ideal bagai-mana

dijalankan oleh Presiden Soeharto. Namun seharusnya seorang Wakil Presiden

setelah kurang lebih dua dekade menjalankan fungsi dan wewenangnya

pemerintahan Orde Baru, fungsi dan dalam Kabinet Presidensil.

wewenang

Presiden sedikit mengalami perubahan setelah Sudharmono

Wakil

Terlepas dari perbedaan pandangan yang sebelumnya menjabat sebagai

keduanya, pasangan Presiden Soekarno Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg)

mengisi jabatan Wakil Presiden. Ketika

Ismail Suny, Pergeseran Kabinet Eksekutif, Penerbit

Aksara Baru, Jakarta, 1981, hlm. 164

menjabat sebagai Wakil Presiden (1988 -

Kabinet Ali-Rum-Idham disebut Kabinet Ali II yang dilantik dengan Keputusan Presiden RI No.85 tahun 1956

1993), Sudharmono kemudian merintis

tertanggal 24 Maret 1956 dengan Mr.Ali Sastroamijoyo sebagai

dibukanya “Program Kotak Pos 5000”

Perdana Menteri. 26 Departemen Penerangan, Tigapuluh Tahun Indonesia

yang diprogramkan di bawah koordinasi

Merdeka , Jilid II, Jakarta, 1976, hlm.101 [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

Kantor Wakil Presiden RI. Sampai kepada Tuhan Yang Maha Esa. berakhirnya Pemerintahan Orde Baru pada

Dalam konteks tugas tahun 1998, “Program Kotak Pos 5000” Wakil Presiden B.J. Habibie yang telah diuraikan

telah berhasil menjadi salah satu bentuk di atas, ada 2 (dua) permasalahan yang

sarana penyaluran keluhan dan protes ingin diajukan, yaitu: Pertama, tugas

rakyat kepada Pemerintah. Fungsi dan pokok yang diberikan oleh Presiden

wewenang yang dijalankan Wakil Presiden Soeharto kepada Wakil Presiden B.J.

Sudharmono pada masa itu telah Habibie dapat dibaca sebagai 'pembagian memungkinkan terjadinya hubungan beban tanggung jawab" atau lebih

langsung antara rakyat dengan birokrasi konkretnya merupakan "pemberian kuasa"

pemerintah melalui fungsi dan wewenang

Presiden yang yang berhasil dijalankan oleh Wakil

(machtiging)

dari

memperoleh kekuasaannya secara atribusi Presiden. Sehingga dapat dikatakan bahwa

“Program Kotak Pos 5000” di bawah (geattribueerde) dari MPR kepada Wakil Presiden; Kedua, bila Wakil Presiden B.J.

koordinasi Wakil

Presiden,

pada

penerima kuasa hakekatnya merupakan sarana untuk

Habibie

sebagai

(gemandaatteerde), maka secara logika melindungi individu warga negara dari

konstitusional Wakil Presiden tidak perbuatan

bertanggungjawab kepada MPR maupun Pemerintah. kepada Presiden, mengingat UUD 1945

Pada masa Kabinet Pembangunan sebelum amandement tidak memuat dasar

pertanggungjawaban Wakil sempat membuat langkah penting dalam

VII (1998 – 2003), Presiden Soeharto

hukum

Presiden kepada Presiden, disamping MPR penyusunan Kerangka Kerja Kabinet

juga tidak memberikan pelimpahan tugas Pembangunan VII, khususnya untuk tugas

dan wewenang kepada Wakil Presiden. Wakil Presiden Prof. B.J. Habibie. Ada 3

Dalam konteks ini, yang ada hanya (tiga) tugas pokok yang harus dijalankan

intern , yaitu oleh Wakil Presiden Prof. B.J. Habibie,

pertanggungjawaban

kewajiban memberikan Laporan atas antara lain yaitu : 27 pelaksanaan kekuasaan yang telah

dijalankan oleh Wakil Presiden kepada

1. Membantu Presiden dalam tugas Presiden (selaku Pemberi Kuasa); Ketiga,

percaturan global, melalui berbagai konsekuensi teknis administratifnya adalah

organisasi dunia, seperti PBB, GNB, bahwa Wakil Presiden (selaku penerima /

APEC, AKI, G-15 (Kelompok pemegang kuasa) bertindak atas nama

Kerjasama 15 Negara Berkembang), G- Presiden selaku pemberi kuasa (mandant).

8 (Kelompok Kerjasama 8 Negara Islam), ASEM (Pertemuan ASEAN -

Pola pembagian wewenang antara Eropa) dan ASEAN;

Presiden dan Wakil Presiden dipandang perlu untuk dilakukan dengan dasar hukum

2. Menyerasikan pembangunan industri lebih jelas. Sebagai contoh pada masa

yang meliputi industri hulu dan hilir, pemerintahan Presiden KH.Abdurrahman industri berat, menengah dan kecil, Wahid (Gusdur) yaitu saat dikeluarkannya agro industri dan industri rumah Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2000 tangga; yang kemudian disusul dengan Keppres

3. Turut membina persatuan dan kesatuan Nomor 121 Tahun 2000 yang berisi bangsa berdasarkan iman dan taqwa

penugasan Presiden kepada Wakil Presiden untuk

melaksanakan tugas teknis

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara : Kajian Teoritis pemerintahan sehari-hari, karena Presiden

dan Yuridis Terhadap Konstitusi Indonesia , Gama Media, Yogyakarta, 1999

KH.Abdurrahman Wahid dipandang oleh 348 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ] [ Jurnal Hukum

JATISWARA ]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

MPR memiliki banyak keterbatasan fisik sehingga MPR mempertimbangkan perlu adanya “pemberian tugas” Presiden kepada Wakil Presiden 'secara jelas dan terinci. Meski kemudian kedua peraturan tersebut dicabut setelah Megawati Soekarnoputri menggantikan KH.Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai Presiden.

Ditinjau dari aspek

politik,

signifikansi fungsi dan wewenang Wakil Presiden saat ini hanya dimungkinkan oleh adan ya “keharusan koalisi”. Dalam hal ini, meski secara struktural kenegaraan, posisi Wakil Presiden memang berada satu tingkat di bawah Presiden, namun Wakil Presiden justru merepresentasi suatu kelompok kepentingan dalam konteks “berbagi kekuasaan” dalam koalisi. Sehingga saat ini “sangat sulit” untuk menentukan fungsi dan wewenang yang ideal pada jabatan Wakil Presiden (tanda petik oleh Penulis ) yang telah dipilih secara langsung oleh rakyat karena pasangan Presiden dan Wakil Presiden dibentuk berdasarkan kesepakatan politik, bukan pilihan sejak awal.

Era reformasi saat ini, pola hubungan yang mendasari pembagian fungsi dan wewenang antara Presiden dan Wakil Presiden lebih banyak bernuansa “konfik politik”, hal tersebut dikarenakan Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat juga didukung oleh Partai politik besar yang berbeda. Sedangkan pola pembagian fungsi dan wewenang dari Presiden kepada Wakil Presiden lebih cenderung didasarkan pada kompromi horisontal antara keduanya dan memiliki sifat internal yang kemudian berkembang menjadi opini yang di- kembangkan oleh media massa bahwa Wakil Presiden mendapatkan tugas dan wewenang di bidang ekonomi, sementara Presiden menangani bidang politik, hukum, dan keamanan.

Kondisi tersebut di atas sangat dimungkinkan di Indonesia yang menganut sistem multi partai karena dalam hal mekanisme pemilihan Presiden (Pilpres), Calon Wakil Presiden (Cawapres) mem- punyai peran penting sebagai penopang suara (vote getter) dari kemenangan calon Presiden (Capres). Sehingga untuk itu, Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden kini tidak dapat dilihat secara parsial, melainkan diposisikan sebagai pasangan yang masing-masing mempunyai eks- pektasi politik, peran dan fungsi yang saling mendukung. Hal tersebut memun- culkan konsekuensi yang melahirkan “Kabinet Koalisi” dengan nama kabinet yang disesuaikan dengan kepentingan partai koalisi.

Namun menurut Penulis, upaya yang paling konkret agar terdapat kejelasan mengenai fungsi dan wewenang Wakil Presiden yang juga telah dipilih secara langsung oleh rakyat adalah dengan dibuatnya

Undang-undang

tentang Kepresidenan yang sangat diharapkan dapat menjadi dasar hukum bagi Presiden untuk membagi fungsi dan wewenangnya kepada Wakil Presiden. Adanya kejelasan fungsi dan wewenang yang dijalankan oleh Wakil Presiden sangat membantu DPR untuk mengawasi apakah fungsi dan wewenang yang dijalankan tersebut melampui

atau menyimpang dari wewenang yang diberikan oleh Undang- undang Kepresidenan.

Diharapkan Undang - undang Kepresidenan dapat menjadi dasar hukum bagi Presiden untuk membagi fungsi dan wewenangnya kepada Wakil Presiden, sehingga penanganan masalah dalam negeri yang bersifat situasional dan urgent dapat diselesaikan secara lebih terarah dan efisien, sebagai contoh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono cukup kesulitan dan sangat dilematis ketika harus menghadapi musibah bencana alam di Nias, sedangkan

[F AKULTAS H UKUM ]

JATISWARA ]

di daerah lain dalam waktu yang sangat dalam kapasitasnya sebagai kepala negara berdekatan juga dilanda bencana alam

dan kepala pemerintahan, karena seluruh gempa bumi, letusan Gunung Merapi, dan

tanggung jawab penyelenggaraan kekuasa- banjir bandang di Wasior, Papua. Tidak

an eksekutif sebagai kepala negara dan jelasnya fungsi dan wewenang Wakil

kepala pemerintahan tetap berada di tangan Presiden, menuntut Presiden Susilo

Presiden (concentration of power and Bambang Yudhoyono untuk melakukan

responsibility upon the Presiden ). penunjukan Wakil Khusus Presiden untuk

C. SIMPULAN

penanganan bencana alam di Nias. Pelimpahan kekuasaan (delegation

Demikian halnya pada pemerintah- of authority ) dari Presiden kepada Wakil an Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden melalui mekanisme konvensi Presiden Jusuf Kalla yang pernah beberapa ketatanegaraan, dinilai dapat menjawab kali berselisih sikap dan pendapat terkait permasalahan kekaburan atau ketidak- pencalonan Komisaris Jenderal (Komjen) jelasan norma (vague van normen) Budi Gunawan menjadi Kepala Kepolisian mengenai kedudukan, hubungan tata kerja Republik Indonesia, isu kriminalisasi dan pembagian wewenang antara Presiden pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi,