TUGAS FILSAFAT DAN SEJARAH SAINS

TUGAS FILSAFAT DAN SEJARAH SAINS

Sarana Berpikir Ilmiah
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd.

DI SUSUN OLEH :
NAMA

: Farizal Arbi Fauzan

NIM

: K2315028

MATA KULIAH

: Filsafat dan Sejarah Sains

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2016

A. Pendahuluan
Manusia mempunyai akal yang membedakannya dengan makhluk lainnya, seperti hewan
dan tumbuhan. Akal yang dimilikinya membuat manusia mempunyai kemampuan untuk
mencapai tujuan hidup dalam kehidupannya. Manusia juga mampu membuat peralatan- peralatan
yang dapat meringankan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia
membuat peralatan bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan begitu saja, tetapi telah melalui
proses pengalaman. Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui menjadi dasar bagi pembentukan
pengetahuan, dengan pengetahuan yang telah dimiliki inilah manusia dapat membuat peralatanperalatan tersebut.
Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman menyebabkan manusia terus
mengembangkan pengetahuannya. Untuk mengembangkan pengetahuannya tersebut dibutuhkan
juga sarana. Sarana yang baik memungkinkan manusia akan memperoleh pengetahuan baru
melalui aktivitas berpikir yang benar.
Kegiatan-kegiatan ilmiah, bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau
pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia jelas memerlukan sarana atau alat
berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat pasti, sehingga aktivitas atau kegiatan ilmiah tidak akan
maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.
Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu keharusan,
karena tanpa penguasaan sarana ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah yang

baik (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:97). Penguasaan sarana ilmiah sangat penting bagi
ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana berpikir ilmiah
membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan menemukan ilmu
yang benar.
Suriasumantri (2009:167), “Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan
baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika”.

B. Pembahasan

Pengertian Berpikir Ilmiah
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang
menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain.
Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut
kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang
didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan
untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.
Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan
masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan
hasil dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari
pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya

dengan pekerjaan kita. Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu,
baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan
mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil
dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa
emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu
menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional
orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.
Adapun ciri-ciri berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:
a. Harus obyektif: Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Seorang
yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang benar. Disebut sebagai data yang benar,
manakala data itu diperoleh dari sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak
benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat, misalnya;
data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang
dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah
mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data yang benar
itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu
sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada
data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang
berpikir ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.
b. Rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk akal: Seorang berpikir ilmiah harus

mampu menggunakan logika yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai
mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala sesuatu selalu mengikuti

hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu
menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi
marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak
ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk
akal. Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk
akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak
segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang
membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya. Begitu pula tatkala
menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan berusaha
mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga muncul pandangan atau
pendapat itu. Atas sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
c. Terbuka: Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan masih bisa diisi
kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa pikiran,
pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau
sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja yang benar
dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak
akan tertutup dan apalagi menutup diri.

d. Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan menang: Seorang yang berpikir
ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak
dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya merasa rendah.
Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan.
Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam
suasana apapun harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif,
dan tertutup. Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya: a. pendapat atau tindakannya
melalui penelitian; b. pendapatnya sesuai kebenaran; c. terdapat data-data atau bukti dalam
menunjukkan hasilnya; d. tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat

Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya (Salam: 2000). Selain itu, Salam (2000:24)
menambahkan bahwa sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu
tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi – fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan
ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah diperlukan untuk membantu kegiatan berpikir ilmiah. Tanpa
sarana berpikir ilmiah maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan dengan baik. Dan pada
hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa, matematika, statistik
dan logika.


 Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Sebagai
sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa,
seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kemampuan
kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya.
Kemudian Bloch and Trager mengatakan bahwa “a language is a system of arbitrary vocal
symbols by means of which a social group cooperates” (bahasa adalah suatu sistem simbolsimbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi). Joseph Broam mengatakan bahwa “a language is a structured system of
arbitrary vocal symbols by means of which members of social group interact” (bahasa adalah
suatu sistem yang berstrukturdari sibol-simbol bunyi arbiter yang dipergunakan oleh para
anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain).
Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena
itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya:
 Simbol-simbol
Simbol-simbol berarti things that stand for other things atau sesuatu yang menyatakan
sesuatau yang lain. Sebagai contoh adalah awan hitam dan turunnya hujan, di amana awan hitam
adalah awal turunnya hujan. Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol, hal
tersebut mengandung makna bahwa uacapan si pembicara dihubungkan secara simbolis dengan
objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis.

 Simbol-simbol vokal
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyibunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh
dengan sistem pernapasan. Tapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal
manusia merupakan simbol-simbol bahasa ataupun lambang-lambang kebahasaan. Bersin,
dengkur, batuk dan lain sebagainya, biasanya tidak mengandung niai simbolis. Hanya apabila
bunyi tersebut mempunyai makna tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu.
 Simbol-simbol vokal arbitrer
Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara
filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Misalnya, untuk menyatakan jenis
binatang yang disebut Equus Caballus, orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis
menyebutnya cheval, orang Indonesia kuda dan orang Arab hison. Semua ini sama tepatnya,
sama arbitrernya. Semuanya adalah konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak
diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi
setiap kata makna tertentu.
 Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer

Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciriciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan inotasi). Gabungan bunyi dan urutan bunyi
membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan permulaan yang teratur rapi.
 Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama
lain.

Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Fungsi bahasa memang
sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat
mengadakan interaksi sosial. Telaah mengenai pola-pola interaksi ini merupakan bagian dari
ilmu sosiologi.
 Fungsi Bahasa
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa
fungsi bahasa adalah untuk perubahan masyarakat (Bakhtiar: 2004). Menurut Haliday
sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut:
1) Fungsi instrumental: peggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti
makan, minum dan sebagainya.
2) Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3) Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran
antara seseorang dan oraang lain.
4) Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
5) Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan
keinginan untuk mempelajarinya.
6) Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan
gambaran-gambaran tentang penemuan seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia
nyata).

7) Fungsi representasional: penggunaan bahasa unuk menggambarkan pemikiran dan wawasan
serta menyampaikannya pada orang lain.

 Logika
Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
Aturan cara berpikir yang benar, antara lain:
1. Mencintai kebenaran.
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senatiasa
menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu berpikir dan
penalarannya. Menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh-ruh yang akan
menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya menyederhanakan kenyataan, menyempitkan

cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak, memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan
sebagainya.
2. Ketahuilah dengan sadar apa yang anda sedang lakukan/kerjakan.
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intlek kita
adalah suatu usaha terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya
pengetahuan tentang kebenaran tetapi bersifat parsial.
3. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan.

Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap kedalam
kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu
yang tidak boleh ditawar lagi.
4. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya.
Jika ada dua hal yang tidak memiliki bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda, tetapi
banyak kejadian di mana dua hal atau lebih menpunyai bentuk sama, namun tidak identik.
Disinilah perlunya membuat distingsi, suatu berbedaan.
5. Cintailah definisi yang tepat.
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana
yang di ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi
harus diburu hingga tertangkap. Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas batas-batas
sesuatu.
6. Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan sesuatu
Ketahuilah mengapa anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat
asumsi-asumsi, imflikasi-imflikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan.
Pernyatan atau kesimpulan yang dibuat.

 Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang
ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai

arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred North Whitehead mengatakan bahwa “x itu sama
sekali tidak berarti”.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang
terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini, kita katakan
bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan
emosional dari bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat
kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari matematika merupakan daya prediktif dan control dari

ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan
masalah secara tepat dan cermat.
Contohnya, menghitung kecepatan jalan kaki seseorang anak. Maka objek “kecepatan
jalan kaki seorang anak” kita lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita lambangkan Y,
“waktu berjalan kaki seorang anak” kita lambangkan Z, maka kita dapat melambangkan
hubungan tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y kiranya jelas tidak mempunyai konotasi
emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X, Y dan Z. Dalam
hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak
menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional.
Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis
tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi dari
pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya. Meskipun “tak pernah ada
kejutan dalam logika” (Ludwig Wittgenstein), namun pengetahuan yang didapatkan secara
deduktif sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa
premis yang kita telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan
lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.

 Statistika
Statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna
bagi negara.
Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata “status” (latin) yang punya persamaan arti
dengan “state” (bahasa inggris) dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Negara. Pada
mulanya statistic diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud
angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud (data kualitatif), yang mempunyai arti
penting dan kegunaan yang besar bagi suatu Negara. Perkembangannya, arti kata statistic
hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
Secara terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian :
1.

Statistik kadang diberi pengertian sebagai data tatistik yaitu kumpulan bahan keterangan

berupa angka atau bilangan.
2. Kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan.

3. Metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan,
menyusun atau mengatur, menyajikan menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap
sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan
pengertian makna tertentu.
4.

Ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara

ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. Adapun metode dan prodesur yang perlu
ditempuh atau dipergunakan dalam rangka:
a. Pengumpulan data angka
b. Penyusunan atau pengaturan data angka
c. Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
d. Penganalisaan terhadap data angka
e. Penarikan kesimpulan (conclusion)
f. Pembuatan perkiraan (estimation)
g. Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah
Dalam kamus ilmiah popular, kata statistik berarti table, grafik, data informasi, angka-angka,
informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klarifikasi data,
angka sebagai dasar untuk induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk
membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
Peranan Statistika
Statiska bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan
merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa
yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam
mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya.
Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara kita maka penguasaan
berpikir induktif dengan statistika sebagai alat berpikirnya harus mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh. Dalam perjalanan sejarah, statistika memang sering mendapat tempat yang
kurang layak. Statistika sebagai disiplin keilmuwan sering dikacaukan dengan statistika yang
berupa data yang dikumpulkan.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperluaskan untuk memproses pengetahuan
secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, maka statistika membantu kita

untuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan
bukan terjadi secara kebetulan.

C. Daftar Pustaka


http://eghaalifaputra.blogspot.co.id/2015/12/sarana-berpikir-ilmiah.html



https://www.academia.edu/9523443/MAKALAH_SARANA_BERPIKIR_ILMIAH_t
ampil



https://www.academia.edu/8487861/Filsafat_SARANA_BERPIKIR_ILMIAH