POLA PERTUMBUHAN FAKTOR KONDISI DAN NISB
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
PRESENTASI POSTER
POLA PERTUMBUHAN, FAKTOR KONDISI, DAN NISBAH KELAMIN IKAN KEPERAS
(Cyclocheilichthys apogon) DI SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN1
Dimas Angga Hedianto2 dan Siti Nurul Aida3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan keperas melalui
pengamatan hubungan panjang beratnya, nilai faktor kondisi, dan nisbah kelamin ikan keperas di
Sungai Musi. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006, dan Januari 2007 di
sepanjang Sungai Musi mulai dari hulu hingga hilir secara purposive menggunakan jala dan
eksperimental gillnet. Ikan keperas yang dianalisis selama penelitian berjumlah 246 ekor terdiri
atas 124 ekor (50,41%) ikan jantan dan 122 ekor (49,59%) ikan betina dengan kisaran panjang
tubuh total berkisar antara 54-195 mm (rerata 90,75 ± 27,94 mm) dan bobot tubuh 1,62-87,68
gram (rerata 12,09 ± 13,43 gram). Hubungan panjang berat ikan keperas di Sungai Musi
-6 3,2268
2
mengikuti persamaan W=4x10 L
(R = 0,9681; r = 0,9839) dengan pola pertumbuhan bersifat
allometrik positif (α=0,05) atau pertumbuhan berat lebih cepat daripada pertumbuhan panjangnya.
Persamaan hubungan panjang berat untuk ikan keperas jantan dan betina masing-masing adalah
-6 3,2306
-6 3,2185
W=4x10 L
dan W=4x10 L
dengan pola pertumbuhan yang sama, yaitu allometrik positif.
Analisis kovarians menunjukkan bahwa garis regresi persamaan hubungan panjang berat ikan
keperas jantan dan betina tidak berbeda nyata (α=0,05). Oleh karena itu ikan jantan dan betina
memiliki persamaan dalam pertambahan berat (yang cenderung dominan) dan pertambahan
panjangnya. Faktor kondisi berkisar antara 0,64-2,21 dengan rerata 1,08 ± 0,21 yang
menunjukkan tubuh ikan kurang pipih. Nisbah kelamin ikan keperas jantan dan betina adalah
1,02:1. Berdasarkan uji Chi-Square pada selang kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh bahwa
jumlah ikan keperas jantan dan betina di Daerah Aliran Sungai Musi masih berada dalam kondisi
seimbang (p>0,05).
Kata kunci: Pola pertumbuhan, faktor kondisi, nisbah kelamin, Cyclocheilichthys apogon,
Sungai Musi
PENDAHULUAN
Sungai Musi merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Sumatera yang
melintasi kota Palembang, Sumatera Selatan. Sungai Musi membelah Kota Palembang
menjadi dua bagian kawasan, Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian
selatan. Daerah aliran Sungai (DAS) Musi terletak diantara 1°40’-5° Lintang Selata n (LS)
dan 102°7’-108° Bujur Timur (BT). Sungai ini memiliki panjang se kitar 750 km dengan
fluktuasi air mencapai 6-7 meter setiap tahunnya (Febriani, 2004). Ikan keperas
(Cyclocheilichthys apogon) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memperkaya
bagian dari keanekaragaman hayati di Sungai Musi yang memiliki nilai ekonomis sebagai
ikan konsumsi alternatif dan rucah (pakan ikan) oleh masyarakat sekitar. Ikan ini dapat
dijadikan pula sebagai ikan hias karena memiliki warna tubuh yang cukup menarik
(Gambar 1).
1
Dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia di STP Jakarta, 24-25 Nopember 2011
Peneliti Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta. Jl. Cilalawi No. 1 Jatiluhur,
Purwakarta, Jawa Barat 41152. e-mail: [email protected]
3
Peneliti Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang
2
447
SEMI NAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
Gambar 1. Ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon)
sumber: Anonimous (2005)
Ikan keperas tergolong ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae, Genus
Cyclocheilichthys, dan spesies Cyclocheilichthys apogon. Ikan keperas memiliki tubuh
simetri, dan bentuk tubuh pipih. Posisi mulut terminal, dapat disembulkan dan tidak
memiliki sungut. Kelengkapan sirip terdiri atas sirip dorsal, ventral, pectoral, anal, dan
caudal. Sirip caudal bertipe cagak. Posisi sirip ventral terhadap sirip pectoral adalah
abdominal. Pangkal sirip ekor biasanya berbintik hitam (Saanin, 1984). Pada tubuh ikan
keperas terdapat barisan titik-titik hitam di sepanjang barisan sisik. Lineal lateralis
sempurna tidak terputus, terdapat 31-37 sisik sepanjang gurat sisi. Sirip punggung
(dorsal) memiliki 7-9 jari-jari lemah bercabang dan memiliki satu jari-jari keras. Batang
ekornya dikelilingi oleh 16 sisik dan terdapat 5-8½ jari-jari bercabang pada sirip dubur.
Tidak terdapat tonjolan di ujung rahang bawah (Kottelat et al., 1993). Faring ikan keperas
memiliki 1-2 baris gigi dengan setiap barisnya terdapat maksimum 8 gigi (Chheng et al.,
2004) (Gambar 1).
Ikan keperas biasa hidup di sungai sedang hingga besar, danau, reservoir, parit
dengan pola arus relatif lemah hingga tergenang. Secara khusus, ikan keperas menyukai
daerah permukaan air (surface water) dimana terdapat banyak tumbuhan-tumbuhan air,
dedaunan, ranting-ranting dan akar pohon yang memungkinkan banyak terdapat
plankton dan Crustacea. Ikan keperas menyukai perairan dengan suhu 24-26 °C. Di
Indonesia, ikan keperas ditemukan di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Di Asia
Tenggara, ikan keperas menyebar dari Indonesia hingga Myanmar. Di dunia, ikan
keperas terdapat di Amerika Utara (Kanada bagian utara hingga Meksiko), Afrika, dan
Eurasia (Chheng et al., 2004). Penyebaran ikan keperas meliputi Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Malaysia, Laos, Kamboja, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Indocina (Kottelat et
al., 1993).
Informasi mengenai aspek biologi ikan keperas di Sungai Musi perlu diketahui
sebagai dasar dalam pengelolaan, pelestarian, dan pemanfaatan terhadap sumberdaya
ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan, faktor
kondisi, dan nisbah kelamin ikan keperas di alam. Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui
melalui analisis hubungan panjang berat. Hubungan ini dapat menerangkan
pertumbuhan ikan, kemontokan dan perubahan lingkungan (Bagenal & Braum, 1978;
Effendie, 1979; Effendie, 1997). Faktor kondisi atau indeks ponderal menyatakan
448
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
kemontokan ikan dalam angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Oleh karena
itu, apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan mendadak dari nilai faktor kondisi
suatu jenis ikan, maka hal tersebut perlu diselidiki karena telah terjadi perubahan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut (Effendie, 1979). Analisis nisbah kelamin
dapat menunjukkan proporsi seimbang atau tidaknya jumlah ikan jantan dan betina di
alam.
BAHAN DAN METODE
Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006, dan Januari 2007 di
sepanjang DAS Musi mulai dari hulu hingga hilir (Gambar 2; Tabel 1). Alat yang
digunakan dalam penangkapan ikan contoh adalah jala dan experimental gillnet dengan
4 ukuran mata jaring yaitu 0,5; 1, 1,5 dan 2 inchi. Penangkapan dilakukan pada siang
hingga sore hari dimana jala dan experimental gillnet dipasang selama 4-6 jam,
kemudian diangkat. Sebagian ikan contoh didapat dari enumerator (pengumpul ikan) dan
nelayan.
Gambar 2. Peta stasiun pengambilan contoh di DAS Musi
449
SEMI NAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
Tabel 1. Keterangan titik stasiun penelitian pengambilan sampel di DAS Musi
Titik
Stasiun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Lokasi
Zona
Lintang
Selatan
Lemurus
Empalau
Muara Rawas
Muara
Rawas TRS
Semangus
Bungamas
Desa
Lingkungan I
Desa Teluk
Muara Lawai
Desa Gunung
Megang
Hulu
Hulu
Hulu
2037'19"
2042'13,6"
2042'41,8"
10306'1,6"
103024'46,6"
103024'57,7"
Aktivitas
Sekitar
Sungai
Hutan
Hutan
Pemukiman
Hulu
2043'1,5"
103025'0,6"
Pemukiman
Hulu
Hulu
2057'57,1"
3042'10"
103019'12,1"
103022'33,3"
Pemukiman
Pemukiman
Tengah
2052'39,4"
103049'54,8"
Pemukiman
Perjaya
0
Bujur Timur
0
Tengah
Tengah
2 53'17,5"
3039'2,7"
104 2'13,3"
103044'35,4"
Pemukiman
Pemukiman
Tengah
3027'14,4"
103051'49"
Pemukiman
Hulu
4018'21,1"
104022'47,7"
Di bawah
Bendungan
Pemukiman
104050'25"
Pedamaran
Tengah
3028'57,6"
Pasar Kayu
13
Tengah
3023'1,5"
104050'14"
Pemukiman
Agung
Pasar
14
Tengah
3015'9,6"
104040'39,3"
Pemukiman
Indralaya
104045'29,2"
Pemukiman
15
Pemulutan
Tengah
3010'39,3"
0
0
104 51'44,6"
Pemukiman
16
Sungai Dua
Tengah
3 3'12,9"
Ikan contoh yang telah diawetkan dalam larutan formalin 10% kemudian
diidentifikasi menggunakan buku identifikasi (Kottelat et al., 1993). Ikan contoh lalu diukur
panjang total dan ditimbang beratnya. Panjang total ikan contoh diukur menggunakan
penggaris dengan ketelitian 0,1 cm. Sebelum ditimbang, ikan contoh terlebih dahulu
dikeringkan menggunakan tissue agar formalin yang ada pada tubuh ikan tidak
menambah berat ikan. Ikan contoh ditimbang menggunakan timbangan digital dengan
ketelitian 0,01 gram.
12
Analisis Data
Hubungan panjang dan berat dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut
(Bagenal & Braum, 1978; Nielsen & Johnson, 1985; Hile, 1963 dalam Effendie, 1997):
W aLb
Ket:
W
: Berat tubuh ikan (gram)
L
: Panjang tubuh ikan (mm)
a dan b
: Konstanta
Kesimpulan dari nilai b yang diperoleh ditentukan dengan melakukan uji t pada
selang kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk menduga pola pertumbuhan panjang dan
berat ikan (Steel & Torrie, 1989). Jika nilai b=3, maka pola pertumbuhan ikan bersifat
isometrik atau pertumbuhan ikan seimbang antara pertumbuhan panjang dan
450
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
pertumbuhan beratnya. Jika nilai b≠3 maka pola pertumbuhan ikan bersifat allometrik
atau pertumbuhan panjang dan beratnya tidak seimbang. Apabila nilai b>3 artinya pola
pertumbuhan bersifat allometrik positif atau pertumbuhan berat lebih cepat daripada
pertumbuhan panjangnya, sedangkan apabila nilai b
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
PRESENTASI POSTER
POLA PERTUMBUHAN, FAKTOR KONDISI, DAN NISBAH KELAMIN IKAN KEPERAS
(Cyclocheilichthys apogon) DI SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN1
Dimas Angga Hedianto2 dan Siti Nurul Aida3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan keperas melalui
pengamatan hubungan panjang beratnya, nilai faktor kondisi, dan nisbah kelamin ikan keperas di
Sungai Musi. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006, dan Januari 2007 di
sepanjang Sungai Musi mulai dari hulu hingga hilir secara purposive menggunakan jala dan
eksperimental gillnet. Ikan keperas yang dianalisis selama penelitian berjumlah 246 ekor terdiri
atas 124 ekor (50,41%) ikan jantan dan 122 ekor (49,59%) ikan betina dengan kisaran panjang
tubuh total berkisar antara 54-195 mm (rerata 90,75 ± 27,94 mm) dan bobot tubuh 1,62-87,68
gram (rerata 12,09 ± 13,43 gram). Hubungan panjang berat ikan keperas di Sungai Musi
-6 3,2268
2
mengikuti persamaan W=4x10 L
(R = 0,9681; r = 0,9839) dengan pola pertumbuhan bersifat
allometrik positif (α=0,05) atau pertumbuhan berat lebih cepat daripada pertumbuhan panjangnya.
Persamaan hubungan panjang berat untuk ikan keperas jantan dan betina masing-masing adalah
-6 3,2306
-6 3,2185
W=4x10 L
dan W=4x10 L
dengan pola pertumbuhan yang sama, yaitu allometrik positif.
Analisis kovarians menunjukkan bahwa garis regresi persamaan hubungan panjang berat ikan
keperas jantan dan betina tidak berbeda nyata (α=0,05). Oleh karena itu ikan jantan dan betina
memiliki persamaan dalam pertambahan berat (yang cenderung dominan) dan pertambahan
panjangnya. Faktor kondisi berkisar antara 0,64-2,21 dengan rerata 1,08 ± 0,21 yang
menunjukkan tubuh ikan kurang pipih. Nisbah kelamin ikan keperas jantan dan betina adalah
1,02:1. Berdasarkan uji Chi-Square pada selang kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh bahwa
jumlah ikan keperas jantan dan betina di Daerah Aliran Sungai Musi masih berada dalam kondisi
seimbang (p>0,05).
Kata kunci: Pola pertumbuhan, faktor kondisi, nisbah kelamin, Cyclocheilichthys apogon,
Sungai Musi
PENDAHULUAN
Sungai Musi merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Sumatera yang
melintasi kota Palembang, Sumatera Selatan. Sungai Musi membelah Kota Palembang
menjadi dua bagian kawasan, Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian
selatan. Daerah aliran Sungai (DAS) Musi terletak diantara 1°40’-5° Lintang Selata n (LS)
dan 102°7’-108° Bujur Timur (BT). Sungai ini memiliki panjang se kitar 750 km dengan
fluktuasi air mencapai 6-7 meter setiap tahunnya (Febriani, 2004). Ikan keperas
(Cyclocheilichthys apogon) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memperkaya
bagian dari keanekaragaman hayati di Sungai Musi yang memiliki nilai ekonomis sebagai
ikan konsumsi alternatif dan rucah (pakan ikan) oleh masyarakat sekitar. Ikan ini dapat
dijadikan pula sebagai ikan hias karena memiliki warna tubuh yang cukup menarik
(Gambar 1).
1
Dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia di STP Jakarta, 24-25 Nopember 2011
Peneliti Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta. Jl. Cilalawi No. 1 Jatiluhur,
Purwakarta, Jawa Barat 41152. e-mail: [email protected]
3
Peneliti Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang
2
447
SEMI NAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
Gambar 1. Ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon)
sumber: Anonimous (2005)
Ikan keperas tergolong ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae, Genus
Cyclocheilichthys, dan spesies Cyclocheilichthys apogon. Ikan keperas memiliki tubuh
simetri, dan bentuk tubuh pipih. Posisi mulut terminal, dapat disembulkan dan tidak
memiliki sungut. Kelengkapan sirip terdiri atas sirip dorsal, ventral, pectoral, anal, dan
caudal. Sirip caudal bertipe cagak. Posisi sirip ventral terhadap sirip pectoral adalah
abdominal. Pangkal sirip ekor biasanya berbintik hitam (Saanin, 1984). Pada tubuh ikan
keperas terdapat barisan titik-titik hitam di sepanjang barisan sisik. Lineal lateralis
sempurna tidak terputus, terdapat 31-37 sisik sepanjang gurat sisi. Sirip punggung
(dorsal) memiliki 7-9 jari-jari lemah bercabang dan memiliki satu jari-jari keras. Batang
ekornya dikelilingi oleh 16 sisik dan terdapat 5-8½ jari-jari bercabang pada sirip dubur.
Tidak terdapat tonjolan di ujung rahang bawah (Kottelat et al., 1993). Faring ikan keperas
memiliki 1-2 baris gigi dengan setiap barisnya terdapat maksimum 8 gigi (Chheng et al.,
2004) (Gambar 1).
Ikan keperas biasa hidup di sungai sedang hingga besar, danau, reservoir, parit
dengan pola arus relatif lemah hingga tergenang. Secara khusus, ikan keperas menyukai
daerah permukaan air (surface water) dimana terdapat banyak tumbuhan-tumbuhan air,
dedaunan, ranting-ranting dan akar pohon yang memungkinkan banyak terdapat
plankton dan Crustacea. Ikan keperas menyukai perairan dengan suhu 24-26 °C. Di
Indonesia, ikan keperas ditemukan di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Di Asia
Tenggara, ikan keperas menyebar dari Indonesia hingga Myanmar. Di dunia, ikan
keperas terdapat di Amerika Utara (Kanada bagian utara hingga Meksiko), Afrika, dan
Eurasia (Chheng et al., 2004). Penyebaran ikan keperas meliputi Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Malaysia, Laos, Kamboja, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Indocina (Kottelat et
al., 1993).
Informasi mengenai aspek biologi ikan keperas di Sungai Musi perlu diketahui
sebagai dasar dalam pengelolaan, pelestarian, dan pemanfaatan terhadap sumberdaya
ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan, faktor
kondisi, dan nisbah kelamin ikan keperas di alam. Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui
melalui analisis hubungan panjang berat. Hubungan ini dapat menerangkan
pertumbuhan ikan, kemontokan dan perubahan lingkungan (Bagenal & Braum, 1978;
Effendie, 1979; Effendie, 1997). Faktor kondisi atau indeks ponderal menyatakan
448
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
kemontokan ikan dalam angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Oleh karena
itu, apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan mendadak dari nilai faktor kondisi
suatu jenis ikan, maka hal tersebut perlu diselidiki karena telah terjadi perubahan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut (Effendie, 1979). Analisis nisbah kelamin
dapat menunjukkan proporsi seimbang atau tidaknya jumlah ikan jantan dan betina di
alam.
BAHAN DAN METODE
Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006, dan Januari 2007 di
sepanjang DAS Musi mulai dari hulu hingga hilir (Gambar 2; Tabel 1). Alat yang
digunakan dalam penangkapan ikan contoh adalah jala dan experimental gillnet dengan
4 ukuran mata jaring yaitu 0,5; 1, 1,5 dan 2 inchi. Penangkapan dilakukan pada siang
hingga sore hari dimana jala dan experimental gillnet dipasang selama 4-6 jam,
kemudian diangkat. Sebagian ikan contoh didapat dari enumerator (pengumpul ikan) dan
nelayan.
Gambar 2. Peta stasiun pengambilan contoh di DAS Musi
449
SEMI NAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
Tabel 1. Keterangan titik stasiun penelitian pengambilan sampel di DAS Musi
Titik
Stasiun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Lokasi
Zona
Lintang
Selatan
Lemurus
Empalau
Muara Rawas
Muara
Rawas TRS
Semangus
Bungamas
Desa
Lingkungan I
Desa Teluk
Muara Lawai
Desa Gunung
Megang
Hulu
Hulu
Hulu
2037'19"
2042'13,6"
2042'41,8"
10306'1,6"
103024'46,6"
103024'57,7"
Aktivitas
Sekitar
Sungai
Hutan
Hutan
Pemukiman
Hulu
2043'1,5"
103025'0,6"
Pemukiman
Hulu
Hulu
2057'57,1"
3042'10"
103019'12,1"
103022'33,3"
Pemukiman
Pemukiman
Tengah
2052'39,4"
103049'54,8"
Pemukiman
Perjaya
0
Bujur Timur
0
Tengah
Tengah
2 53'17,5"
3039'2,7"
104 2'13,3"
103044'35,4"
Pemukiman
Pemukiman
Tengah
3027'14,4"
103051'49"
Pemukiman
Hulu
4018'21,1"
104022'47,7"
Di bawah
Bendungan
Pemukiman
104050'25"
Pedamaran
Tengah
3028'57,6"
Pasar Kayu
13
Tengah
3023'1,5"
104050'14"
Pemukiman
Agung
Pasar
14
Tengah
3015'9,6"
104040'39,3"
Pemukiman
Indralaya
104045'29,2"
Pemukiman
15
Pemulutan
Tengah
3010'39,3"
0
0
104 51'44,6"
Pemukiman
16
Sungai Dua
Tengah
3 3'12,9"
Ikan contoh yang telah diawetkan dalam larutan formalin 10% kemudian
diidentifikasi menggunakan buku identifikasi (Kottelat et al., 1993). Ikan contoh lalu diukur
panjang total dan ditimbang beratnya. Panjang total ikan contoh diukur menggunakan
penggaris dengan ketelitian 0,1 cm. Sebelum ditimbang, ikan contoh terlebih dahulu
dikeringkan menggunakan tissue agar formalin yang ada pada tubuh ikan tidak
menambah berat ikan. Ikan contoh ditimbang menggunakan timbangan digital dengan
ketelitian 0,01 gram.
12
Analisis Data
Hubungan panjang dan berat dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut
(Bagenal & Braum, 1978; Nielsen & Johnson, 1985; Hile, 1963 dalam Effendie, 1997):
W aLb
Ket:
W
: Berat tubuh ikan (gram)
L
: Panjang tubuh ikan (mm)
a dan b
: Konstanta
Kesimpulan dari nilai b yang diperoleh ditentukan dengan melakukan uji t pada
selang kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk menduga pola pertumbuhan panjang dan
berat ikan (Steel & Torrie, 1989). Jika nilai b=3, maka pola pertumbuhan ikan bersifat
isometrik atau pertumbuhan ikan seimbang antara pertumbuhan panjang dan
450
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN INDONESIA 2011
24-25 No v emb er 2011, Sek o l ah Ti ng g i Per i k anan
pertumbuhan beratnya. Jika nilai b≠3 maka pola pertumbuhan ikan bersifat allometrik
atau pertumbuhan panjang dan beratnya tidak seimbang. Apabila nilai b>3 artinya pola
pertumbuhan bersifat allometrik positif atau pertumbuhan berat lebih cepat daripada
pertumbuhan panjangnya, sedangkan apabila nilai b