Perjanjian Kinerja Ditjen PDN 2016
KATA PENGANTAR
Perjanjian Kinerja adalah bagian bagian dari Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang harus dibuat oleh Kementerian dan seluruh Unit Eselon I dan II di lingkungannya yang merupakan perwujudan kesepakatan antara atasan dan bawahan dalam menetapkan kinerja dengan mengacu pada tujuan dan sasaran Rencana Strategis atasannya. Kontrak Kinerja merupakan gambaran capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh unit kerja dalam jangka tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang ada.
Kontrak Kinerja Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri difokuskan untuk sasaran strategis yang harus dicapai, yaitu (1) Meningkatnya pengembangan Kapasitas Logistik dan Sarana Perdagangan; (2) Terjaganya stabilitas harga barang kebutuhan pokok; (3) Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional; (4) Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN; (5) Meningkatnya persentase barang produksi dalam negeri yang diperdagangkan di toko swalayan. Sasaran strategis memiliki indikator yang disebut Key
Performance Indikator (KPI) atau lazim disebut Indikator Kinerja Utama (IKU).
Penyusunan dan penetapan IKU harus memenuhi Kriteria SMART (specific,
measureable, achievable, realistic, time framed). IKU ini yang kemudian
diperjanjikan dan merupakan kontrak kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan dalam Negeri .
Dalam rangka mencapai sasaran strategis perdagangan dalam negeri tersebut, Direktorat jenderal Perdagangan Dalam Negeri terus berupaya untuk mengimplementasikanya melalui program dan kegiatan yang sejalan dengan prioritas pembangunan nasional. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa target sasaran pembangunan perdagangan dalam negeri, tidak mungkin dapat tercapai tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan dan instansi terkait. Oleh karena itu, harus terus dilakukan koordinasi yang baik dan konstruktif agar tujuan, sasaran dan target pembangunan perdagangan dalam negeri tahun 2016 dapat tercapai dengan baik.
Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri ini merupakan acuan dalam pencapaian sasaran strategis Kementerian Perdagangan dan sasaran strategis pembangunan perdagangan dalam negeri tahun 2016, semoga upaya yang dilakukan dalam mewujudkan kontrak kinerja ini memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Jakarta, April 2016 Plt. Direktur Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina
DAFTAR ISI Kata Pengantar
1 Daftar Isi
2 BAB I KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI TAHUN 2016
3 A.
3 Pendahuluan B.
3 Tujuan C.
3 Sasaran D.
3 Program, Kegiatan dan Indikator Kegiatan
BAB II METODE PERHITUNGAN INDIKATOR KINERJA
6 BAB III PENUTUP
12 BAB IV LAMPIRAN
13 Lampiran 1 Dokumen Kontrak Kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri Tahun 2016
13
A. PENDAHULUAN
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah menetapkan misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan antara lain, perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya saing ekonomi untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan.
B. TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri adalah : 1.
Peningkatan efesiensi dan efektifitas distribusi; 2. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha; 3. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri; dan 4. Peningkatan akses pasar bagi produk dalam negeri.
C. SASARAN
Berdasarkan tujuan yang hendak akan dicapai tersebut maka Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri menetapkan beberapa sasaran strategis yang akan dilakukan pada tahun 2016, yaitu :
1. Meningkatnya pengembangan Kapasitas Logistik dan Sarana Perdagangan; 2.
Terjaganya stabilitas harga barang kebutuhan pokok; 3. Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi Rumah
Tangga Nasional; 4. Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN; 5.
Meningkatnya persentase barang produksi dalam negeri yang diperdagangkan di toko swalayan.
D. PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KEGIATAN
Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, mengemban tugas untuk melaksanakan “Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri”. Program ini menjadi tugas Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dalam membantu Kementerian Perdagangan mewujudkan Sasaran Strategis 2015-2019.
Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran program ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, melalui penajaman penyusunan program dan kegiatan yang lebih fokus; peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan unit-unit teknis dalam lingkup Direktorat Jenderal dan pemangku kepentingan lainnya; penyusunan program dan anggaran, peningkatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan; penyusunan dan harmonisasi peraturan/kebijakan perdagangan dalam negeri; dan pembinaan/ pengembangan SDM dan organisasi; serta peningkatan pelayanan operasional perkantoran dan pimpinan.
2. Peningkatan Kelancaran Distribusi Barang Kebutuhan Pokok dan
Barang Penting, melalui penyempurnaan berbagai rancangan kebijakan
terkait distribusi barang kebutuhan pokok dan barang penting di dalam negeri; peningkatan efektivitas pasokan dan kebutuhan bahan kebutuhan pokok masyarakat; peningkatan efektivitas monitoring stok dan harga bahan kebutuhan pokok melalui pengembangan Sistem Informasi Pemantauan Pasar Bahan Pokok.
3. Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan dan Kapasitas Logistik
Perdagangan melalui pengembangan kapasitas pelaku logistik;
pengembangan konektivitas sektor perdagangan; pengembangan pasar rakyat; pemberdayaan manejemen pasar peningkatan keterhubungan (connectivity) sarana distribusi dalam negeri; revitalisasi pasar tradisional dalam rangka meningkatkan daya saing pasar tradisional; pembangunan pusat distribusi serta fasilitasi pembangunan sarana distribusi di daerah- daerah perbatasan dan daerah tertinggal/terpencil dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan.
4. Peningkatan Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri, dilakukan dengan Promosi Produk UMKM Dalam Negeri melalui Pameran Produk Dalam Negeri Regional dan Nasional; Forum Dagang Produk Dalam Negeri; Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri melalui sektor pendidikan, lembaga keagamaan dan media elecktronik/cetak; serta melalui Kampanye Perubahan Pola Konsumsi; Pemberian Bantuan Sarana Usaha Perdagangan.
5. Pembinaan Usaha dan Pelaku Distribusi Perdagangan melalui penyusunan dan penyempurnaan kebijakan untuk mendorong peningkatan iklim usaha yang lebih kondusif; pengembangan dan peningkatan data dan informasi perusahaan; serta peningkatan kapasitas UMKM melalui pengembangan usaha waralaba.
6. Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Daerah, dengan fokus kegiatan pada stabilisasi harga berupa penyelenggaraan pasar murah, harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan iklim, usaha dan pengembangan pasar domestik daerah melalui kegiatan monitoring harga barang kebutuhan pokok, forum dan pengawasan perpupukan, sosialisasi dan harmonisasi kebijakan pembinaan usaha, pembinaan usaha kecil dan menengah melalui penyelenggaraan pameran produk dalam negeri dan pangan nusa serta forum dagang.
Outcome yang diharapkan dari pelaksanaan Program Pengembangan
Perdagangan Dalam Negeri adalah meningkatnya efektivitas kebijakan yang menunjang pengembangan perdagangan dalam negeri. Sementara itu, Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur kinerja yang dicapai dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi sebesar 20%
2. Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah <14.2% 3.
Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu <9% 4. Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional 92.5%
5. Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag 80 Kab/Kota
6. Persentase barang produksi dalam negeri yang diperdagangkan di toko swalayan 65%
A.
PERTUMBUHAN OMZET PEDAGANG PASAR RAKYAT TIPE A YANG TELAH
DIREVITALISASISasaran strategis yang hendak dicapai dalam Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi antara lain adalah Meningkatnya omzet pedagang pasar rakyat Tipe A.
Perhitungan dalam menentukan persentase kenaikan omzet Pedagang yaitu dengan rumus sebagai berikut : −
−1
= 100
−1
Keterangan : = Omzet Tahun Berjalan = Omzet Tahun Sebelumnya
−1
Omzet yang digunakan adalah omzet tahunan dengan menjumlahkan omzet seluruh pedagang dalam satu tahun berjalan dan membandingkan dengan omzet tahun sebelumnya. Dari rumus tersebut kita dapatkan persentase kenaikan atau penurunan omzet pedagang dalam satu tahun.
B.
KOEFISIEN VARIASI HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK ANTAR
WILAYAH DAN ANTAR WAKTU Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayahAngka koefisien variasi ini merupakan indikator yang menggambarkan tingkat disparitas harga barang kebutuhan pokok antar wilayah. Jumlah barang kebutuhan pokok yang dipakai dalam menghitung kaefisien variasi ini berjumlah 10 macam, yaitu: beras, gula pasir, jagung, kedelai, tepung terigu, minyak goreng, susu kental manis, daging ayam, daging sapi, dan telur. Secara definisi, koefisien variasi dihitung sebagai berikut: 1.
Data yang digunakan adalah harga bulanan masing-masing komoditas untuk 34 ibu kota provinsi.
2. Berdasarkan data tersebut, dihitung rata-rata dan standard deviasi harga bulanan nasional untuk masing-masing komoditi.
3. Nilai koefisien variasi diperoleh dengan membandingkan standard deviasi harga bulanan nasional dengan rata-rata harga bulanan nasional untuk masing-masing komoditas. Angka tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase (dikalikan 100%).
4. Setelah diperoleh nilai koefisien variasi per bulan untuk masing-masing komoditas, selanjutnya dihitung rata-rata koefisien variasi bulanan seluruh komoditas.
5. Berdasarkan nilai tersebut, dihitung rata-rata koefisien variasi tahunan. Nilai terakhir inilah yang dijadikan nilai capaian IKU 3 ini. Sebagai catatan, perhitungan IKU ini dilakukan oleh BP2KP Kemendag dengan menggunakan data harga dari Dinas Perdagangan Provinsi. (contoh perhitungan koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah dapat dilihat pada lampiran)
Semakin kecil capaian yang diperoleh berarti mengindikasikan variasi harga kebutuhan pokok antar wilayah/provinsi makin rendah. Dengan kata lain, disparitas harganya makin kecil. Ini adalah hal yang diharapkan.
Koefisien variasi harga barang strategis antar wilayah
Angka koefisien variasi ini merupakan indikator yang menggambarkan tingkat disparitas harga barang strategis antar wilayah. Jumlah barang strategis yang dipakai dalam menghitung koefisien variasi ini hanya 1 macam, yaitu: Semen Tiga Roda 50 kg.
Secara definisi, koefisien variasi dihitung sebagaimana pada perhitungan koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah (IKU 3).
1. Data yang digunakan adalah data harga bulanan komoditas semen tiga roda 50 kg dari 34 ibu kota provinsi.
2. Berdasarkan data tersebut, dihitung rata-rata dan standard deviasi harga bulanan nasional untuk semen tiga roda 50 kg.
3. Koefisien variasi diperoleh dengan membagi standard deviasi harga bulanan nasional dengan rata-rata harga bulanan nasional, angka tersebut kemudian dinyatakan dalam persentase (dikalikan 100%).
4. Setelah diperoleh nilai koefisien variasi untuk masing-masing bulan selanjutnya dihitung rata-rata koefisien variasi tahunan. Nilai terakhir inilah yang dijadikan nilai capaian IKU 4. Sebagai catatan, perhitungan IKU ini dilakukan oleh Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dengan menggunakan data harga dari Dinas Perdagangan Provinsi (Perhitungan koefisien variasi harga barang strategis antar wilayah dapat dilihat pada lampiran).
Semakin kecil capaian yang diperoleh berarti mengindikasikan variasi harga barang strategis antar wilayah/provinsi makin rendah. Dengan kata lain, disparitas harganya makin kecil. Ini adalah hal yang diharapkan.
Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu
Angka koefisien variasi ini merupakan indikator yang menggambarkan tingkat stabilisasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu (antar bulan dalam periode 1 tahun). Jumlah barang kebutuhan pokok yang dipakai dalam menghitung kaefisien variasi ini berjumlah 10 macam, yaitu: beras, gula pasir, jagung, kedelai, tepung terigu, minyak goreng, susu kental manis, daging ayam, daging sapi, dan telur.
Secara definisi, koefisien variasi dihitung dengan cara sebagai berikut: 1.
Data yang digunakan adalah data harga bulanan nasional untuk masing- masing komoditas, contoh: harga rata-rata nasional cabe pada bulan Januari s/d Desember.
2. Selanjutnya dihitung nilai standard deviasi dan harga rata-rata untuk periode 12 bulan tersebut. Contoh: dari jumlah harga rata-rata nasional cabe selama 12 bulan pada butir 1 dibagi 12 akan diperoleh harga rata-rata nasional per bulan per tahun. Untuk menghitung standar deviasi, diperoleh dengan menghitung jumlah selisih harga bulanan dengan harga rata-rata bulanan per tahun dibagi periode data (12) dikurangi 1.
3. Koefisien variasi antar waktu diperoleh dengan cara standard deviasi dibandingkan dengan harga rata-rata per bulan per tahun.
4. Terakhir dihitung rata-rata koefisien variasi antar waktu untuk ke-10 macam komoditi yang ditentukan. Angka terakhir inilah yang dijadikan IKU 7. Sebagai catatan, perhitungan IKU ini dilakukan oleh BP2KP Kemendag dengan menggunakan data harga dari BPS. (Perhitungan koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu dapat dilihat pada lampiran). Semakin kecil capaian yang diperoleh berarti mengindikasikan variasis harga kebutuhan pokok antar waktu makin rendah. Dengan kata lain, stabilitas harganya sepanjang waktu semakin baik. Ini adalah hal yang diharapkan.
Koefisien variasi harga barang strategis antar waktu
Angka koefisien variasi ini merupakan indikator yang menggambarkan tingkat stabilisasi harga barang strategis antar waktu (antar bulan dalam periode 1 tahun). Jumlah barang strategis yang dipakai dalam menghitung koefisien variasi ini berjumlah 1 macam, yaitu: Semen Tiga Roda.
Secara definisi, koefisien variasi harga barang strategis antar waktu dihitung dengan cara sebagaimana perhitungan koefisien variasi harga bahan pokok antar waktu Semakin kecil capaian yang diperoleh berarti mengindikasikan variasis harga barang strategis antar waktu makin rendah. Dengan kata lain, stabilitas harganya sepanjang waktu semakin baik. Ini adalah hal yang diharapkan.
C.
PENINGKATAN KONTRIBUSI PRODUK DALAM NEGERI DALAM KONSUMSI
RUMAH TANGGA NASIONAL DAN PERSENTASE BARANG PRODUKSI DALAM
NEGERI YANG DIPERDAGANGKAN DI TOKO SWALAYANPertumbuhan tingkat konsumsi barang dalam negeri terhadap PDB secara tahunan digunakan sebagai basis perhitungan peningkatan kontribusi konsumsi barang dalam negeri karena pertumbuhan merupakan indikator dasar untuk menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap produk dalam negeri. Apabila pertumbuhan positif dan semakin tinggi menunjukkan adanya perbaikan kinerja yang baik, dan sebaliknya jika pertumbuhan negatif menunjukkan kinerja yang kurang baik. Perhitungan indikator ini menggunakan pendekatan Rasio penggunaan barang produksi dalam negeri terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Cara perhitungannya adalah dengan menggunakan rumus:
= 1 − 100 dimana :
g adalah Rasio penggunaan barang produksi dalam negeri terhadap
pengeluaran konsumsi rumah tangga, adalah nilai Impor Barang Konsumsi,
Ibk
adalah nilai Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga,
Krt 100 sebagai faktor pengali persen.
Data Konsumsi Rumah Tangga, Belanja Barang Pemerintah, Nilai Impor Barang yang dibutuhkan untuk perhitungan indikator Pengeluaran Konsumsi Barang Dalam Negeri diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik yang diterbitkan setiap tahun.
D. TERINTEGRASINYA LAYANAN PERIJINAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI DI DAERAH DENGAN SISTEM INFORMASI KEMENDAG
Peraturan terkait perijinan perdagangan di masing-masing daerah sering tidak sinkron dengan peraturan yang ada di Pusat sehingga kadang masih dianggap menghambat dalam penanaman modal dan investasi di daerah. Oleh karena itu Kementerian Perdagangan meluncurkan Aplikasi Sistem Informasi Perijinan Online (SIPO) yang merupakan aplikasi berbasis web yang dibangun Direktorat Bina Usaha Perdagangan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri pada tahun 2013 untuk menghimpun dan memberikan kemudahan bagi daerah (instansi penerbit) dalam menyampaikan data tentang usaha dan perusahaan yang bersumber dari penerbitan SIUP, IUTM, TDP dan STPW.
Pada tahun 2013, aplikasi SIPO baru diterapkan di 5 daerah di wilayah Jabodetabek, pada tahun 2014 di 10 (sepuluh) kota yaitu Kota Medan, Kota Padang, Kota Palembang, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Denpasar, Kota Pontianak, Kota Makassar dan Kota Ambon, dan pada tahun 2015 diterapkan di 45 (empat puluh lima) di wilayah Jawa dan sebagian Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan pengembangan dan perluasan SIPO tahun 2016 dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi daerah (instansi penerbit) SIUP, TDP, STPW dan
IUTM dalam menyampaikan laporan data SIUP, TDP, STPW dan IUTM melalui integrasi aplikasi SIPO dan melalui pengembangan fitur-fitur yang diperlukan. Secara garis besar kegiatan ini berupa Pengembangan dan Perluasan SIPO; a.
Pengembangan Aplikasi SIPO
- Menambahkan modul Penerbitan Tanda Daftar Gudang (TDG) di aplikasi SIPO. Modul ini dibuat berdasarkan Permendag Nomor:90/M- DAG/PER/12/2014 tentang Penataan dan Pembinaan Gudang .
- Menambahkan hak akses petugas loket untuk aplikasi SIPO. Petugas loket dapat mengentri data-data permohonan yang bersifat umum serta dapat mencetak tanda terima permohonan .
- Menambahkan modul Penerbitan SIUP dan TDP secara simultan sesuai dengan ketentuan dalam Permendag Nomor 14/M-DAG/PER/3/2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 77/M- DAG/PER/12/2013 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan Secara Simultan Bagi Perusahaan Perdagangan.
- Menambahkan fitur untuk melihat cetakan dan hasil upload scan sertifikat perijinan pada fitur Tracking di login administrator .
- Menambahkan laporan Rekapitulasi penerbitan, pembaharuan dan penghapusan SIUP dan TDP berdasarkan bentuk perusahaan pada login user administrator, operator, supervisor dan login view kab/kota/provinsi. Laporan bisa dieksport dalam format excel dan PDF .
Menambahkan data master KBLI di SIPO dengan data KBLI 2015. Data
- master KBLI yang lama tetap dipertahankan sebagai acuan data-data permohonan lama .
b. Perluasan Integrasi Aplikasi SIPO Migrasi data lama dari database milik daerah ke database aplikasi SIPO.
- Data lama yang bisa dilakukan migrasi adalah data yang tersimpan dalam bentuk database komputer atau format Microsoft Excel yang memungkinkan untuk dilakukan migrasi data .
Melakukan integrasi data penerbitan SIUP, TDP, STPW dan IUTM antara
- database aplikasi milik daerah dengan database SIPO .
Melakukan migrasi data TDP dari aplikasi WDP 2010 versi Microsoft
- Access dan Aplikasi LKTP ke database SIPO untuk data TDP yang diterbitkan mulai tahun 2012. Data-data TDP yang dimigrasi adalah data- data yang belum ada di database SIPO.
E. PERSENTASE BARANG PRODUKSI DALAM NEGERI YANG DIPERDAGANGKAN DI TOKO SWALAYAN a. Pengawasan Barang Produksi Dalam Negeri di Toko Swalayan
Dalam Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019 menjelaskan bahwa target toko swalayan harus memenuhi produk dalam negeri adalah sebesar 65%. Perhitungan dilakukan dengan cara pengawasan ke toko swalayan dengan membuat rata-rata produk dalam negeri yang telah dilakukan pengawasan. Selain itu dilakukan juga temu usaha dengan toko swalayan dengan harapan dapat tercipta harmonisasi tentang bagaimana pelaku usaha dalam negeri dapat berkontribusi terhadap toko swalayan.
b. Temu Usaha UKM dengan Ritel/Toko Modern
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah mitra binaan Kementerian Perdagangan dan Dinas Perdagangan Propinsi/Kabupaten/Kota yang ingin memperluas pasar, khususnya pasar nasional dengan tujuan meningkatkan akses pemasaran bagi pelaku usaha melalui kemitraan usaha dengan memanfaatkan jaringan distribusi ritel/toko modern.
Keluaran kegiatan yang terdiri dari 600 Pelaku Usaha mitra binaan yang diberikan bimbingan pemasaran dan kemitraan usaha, serta dipertemukan dengan pelaku usaha pusat oleh-oleh/ritel modern dengan harapan dapat membuka akses pasar bagi pelaku UMKM dan pada akhirnya meningkatkan omset usaha. Kontrak Kinerja Kegiatan berisi keseluruhan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik. Kontrak Kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Tahun 2016 disusun berdasarkan DIPA yang diterbitkan pada tanggal 7 Desember Tahun 2015.
Pembiayaan untuk pelaksanaan program pengembangan perdagangan dalam negeri beserta kegiatan di dalamnya diuraikan dalam Rencana Kerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tahun 2016 bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN). Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2016 yang telah disetujui oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp.2.064.410.000.000 (Dua Triliun Enam Puluh Empat Miliar Empat Ratus Sepuluh Juta Rupiah)
Anggaran tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seluruh kegiatan di Pusat dan mengakomodasi sebagian kegiatan Daerah dengan harapan dapat mencapai realisasi kinerja memuaskan serta output yang maksimal memenuhi kriteria yang telah ditentukan untuk tercapainya sasaran dan target masing-masing kegiatan