LAPORAN TEKNOLOGI DAN PRODUKSI TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN (PNA 3519)

ACARA I PROFIL PTPN IX KRUMPUT

Kelas / Kelompok

:B/1

Nama Anggota (NIM) : 1. Sri Rahayu Ningsih (A1L014017)

2. Bagas Reganata (A1L014027)

3. Wahid Arifudin (A1L014028)

4. Atika Nur Solikhah (A1L014029)

5. Laily Tazkiyah Hidayati (A1L014031) PJ Kelompok

: Pardiyanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditas yang saat ini berkembang pesat di Indonesia. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Tanaman karet yang saat ini lebih banyak digunakan adalah adalah karet sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Beberapa bagian tanaman karet yang dapat dimanatkan yaitu bagian biji, kayu dan lateks. Bagian- bagian tersebut dapat dimanfaatkan sebgai minyak cat, mebel, banbusa, benang dan lain sebagainya.

Mengingat banyaknya kebutuhan manusia yang digunakan dari bahan karet maka muncul berbagai perusahaan perkebunan baik tu milik swasta maupun milik Negara. Perusahaan ini kebnayakan merupakan perusahaan agrobisnis. Dengan adanya perusaan agrobisnis ini harapannya produk pertanian baik itu hortikultura maupun perkebunan memiliki nilai dan mutu yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan Negara-negara lainnya.

Terlebih lagi Negara Indonesia merupakan Negara Agraris yang sector terbesar kita yaitu pertanian. oleh karena itu pengenalan profile PTPN IX ini harus kita ketahui terlebih dahulu untuk memudahkan kita mendapatkan informasi mengenai hal-hal apa saja tentang PTPN IX. Praktikum kali ini dilakukan di kebun karet Krumput Banyumas dengan metode observasi.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui bagaimana profil lengkap PTPN IX Krumput.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) bukan merupakan tanaman asli Indonesia melainkan berasal dari hutan lembah sungai Amazon, Brazil. Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Pada bagian ini banyak mengandung getah yang dinamakan lateks.

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang dapat tumbuh optimal pada daerah atau dataran rendah dengan ketinggian ± 0 – 200 meter diatas permukaan laut (mdpl). Makin tinggi tempat letak tempat, pertumbuhan karet makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman adalah kurang dari 2000mm/th dan optimalnya antara 2.500 – 4.000 mm/th (Setyamidjaja, 1993).

Menurut (Tirtoboma, 1981) taksonomi karet, yaitu: Divisi

: Spermatophyta Sub divisi

: Angiospermae Class

: Dicotyledoneae Sub class

: Tricoccae Familli

: Euphorbiaceae Genus

: Hevea Spesies

: Hevea brasilliensis Muell Arg.

Tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya supaya pertumbuhan karet optimal. Menurut Damanik et al. (2010), syarat tumbuh tanaman karet sebagai berikut, diantaranya:

A. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 o LS dan 15 o LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

a. Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 s/d 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 – 7 jam/hari.

b. Tinggi Tempat Tanaman karet pada dasarnya tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 mdpl. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet karena akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25 o C sampai 35 o C.

c. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.

B. Tanah Lahan kering (tanah) untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah daripada sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena perbaikan sifat kimia untuk syarat tumbuh tanaman karet perlakuan tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.

Jenis tanah yang dapat digunakan untuk budidaya karet diantaranya adalah tanah podsolik merah kuning, latosol serta aluvial. Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5-6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4-8. Tanah yang agak asam masih lebih baik dibandingkan dengan tanah yang basa. Topografi tanah untuk perkebunan karet sebaiknya menpunyai kontur yang datar dan tidak berbukit-bukit. Kemiringan tanah sebaiknya berkisar 0-15 o , tetapi kemiringan antara 15-30 o masih dapat digunakan dengan tindakan konservasi tanah yang lebih baik (Triwijoso, 1995).

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik (Anwar, 2006).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lahan alat penyadapan, pemeliharaan, okulasi dan alat tulis. Bahan yang digunaan dalam praktikum yaitu perkebunan Krumput, bangunan PTPN IX Krumput dan pertanaman karet.

B. Prosedur Kerja

Prosedur yang dilakukan pada acara ini adalah:

1. Praktikan berangkat menuju PT. Perkebunan Nusantara IX dengan didampingi asisten dan dosen pengampu mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan.

2. Praktikan mendengarkan penjelasan dari Petugas perkebunan tentang pengolahan lahan.

3. Mencatat penjelasan yang diberikan oleh petugas lapang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

1. Sejarah Berdirinya PTPN IX Krumput

PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, merupakan peleburan dari PT Perkebunan XV-XVI dan PT Perkebunan XVIII. Pendirian PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) tersebut tertuang pada Akta Notaris Harun Kamil, S.H. nomor 42 tanggal 11 Maret 1996, yang disahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-8337.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996, diubah dengan Akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. No.1 tanggal 9 Agustus 2002 dan disyahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor: C-19302 HT.01.04.TH.2002 tanggal 7 Oktober 2002.

Pada tanggal 2 Oktober 2014, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan Holding BUMN Perkebunan yang beranggotakan PTPN I, II, IV, V, VI, VII, VIII,

IX, X, XI, XII, XIII, XIV dengan PTPN III sebagai induk Holding BUMN Perkebunan. Dengan resmi terbentuknya Holding Perkebunan, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) berubah nama menjadi PT Perkebunan Nusantara IX.

PT Perkebunan Nusantara IX memiliki dua Divisi. Pertama, Divisi Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan menghasilkan produk- produk dari tanaman PT Perkebunan Nusantara IX memiliki dua Divisi. Pertama, Divisi Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan menghasilkan produk- produk dari tanaman

Selain usaha pokok tersebut di atas, PT Perkebunan Nusantara IX juga mengelola komoditi sampingan seperti Pala, Kelapa dan Horticultura dalam luasan areal yang terbatas serta agrowisata di Kebun Banaran, Kebun Semugih, Kebun Balong dan Kebun Kaligua. Agrowisata Kebun Banaran di lengkapi dengan Coffee Shop ”Kampoeng Kopi Banaran”. Coffee Shop dengan bahan baku berasal dari kopi Banaran juga didirikan di Cikukun, di PG Gondang Baru, Kebun Krumput dan diperluas di tempat-tempat lain yang potensial; Wisata Loco Antik di PG Pangka serta wisata sejarah dan Museum Gula di PG Gondang Baru dan PG Tasikmadu.

Berdasar asal usulnya kebun-kebun yang saat ini milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan adalah Perkebunan yang dulu dibangun oleh Pemerintah Belanda dan Pengusaha Swasta, yaitu :

1. Mangkunegaran (1 Kebun)

2. Gouvernemen Landbouw Bedrijfen (GLB) (1 Kebun)

3. Kultuur Maatschappij (5 Kebun)

4. Th. Crone (4 Kebun)

5. Semarangsche Administratie Kantoormij (2 Kebun)

6. Factory NHM (1 Kebun)

7. John Piet & Co (1 Kebun)

8. Internatio (1 Kebun)

9. Mirandolle & Voute (1 Kebun)

10. Tieeman Bank (1 Kebun)

11. Kooy & Koster (1 Kebun) Pada masa pendudukan Belanda ke dua tahun 1947 semua perkebunan

dikuasai Pemiliknya kembali, tetapi sejak bulan September 1950 perkebunan milik Pemerintah Hindia Belanda pengelolaannya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara (PPN) sedang milik Swasta Asing tetap dikuasai pemiliknya. Bentuk organisasi perkebunan pada tahun 1950-1960 berubah menjadi PPN Lama/Baru yang dibagi menjadi Rayon/ Unit, tanggal 10 Desember 1957 seluruh perkebunan Belanda diambil alih penguasaannya oleh Pemerintah (Nasionalisasi). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Tahun 1961 bentuk PPN Lama/Baru dirubah menjadi PPN Jawa Tengah dan sejak Tahun 1963 dirubah lagi serta dipisahkan menjadi PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Karet XIII serta PPN Karet XIV. Bentuk perusahaan dirubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) sesuai dengan Peratran Pemerintah Tahun 1968 tanggal 13 April 1968, yang merupkan gabungan dari : PPN Aneka Tanaman XI, PPN Karet XIII, PPN Karet XIV, BPU-PPN Aneka Tanaman Perakilan Jawa Tengah dan BUP-PPN Karet Jawa Tengah.

2. Visi dan Misi

Visi perusahaan yaitu menjadi Perusahaan Agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra. Misi perusahaan diantaranya adalah: Visi perusahaan yaitu menjadi Perusahaan Agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra. Misi perusahaan diantaranya adalah:

b. Mengembangkan cakupan bisnis melalui difersifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata agro dan usaha lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan.

c. Mengembankan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

3. Sarana dan prasarana

A. Pabrik Krumput

1. Rumah Asap : 8 buah Kapasitas 4,5 ton/hari

2. Mesin Giling : 2 set kapasitas 360 kg/jam

3. Bak Pembeku : 46 unit

4. Balking Tank : 3 buah kapasitas 2,030 ltr

B. Kubak

1. Rumah Asap : 5 buah Kapasitas 3 ton/hari

2. Mesin Giling : 1 set kapasitas 360 kg/jam

3. Bak Pembeku : 34 unit

4. Balking Tank : 2 buah kapasitas 2,030 ltr

C. Sortasi

1. Mesin prsbal planters : 3 buah

D. Tanki Lateks

1. Dari Besi

: 7 buah

2. Dari Alumunium

: 5 buah

Menurut saya, sarana dan prasarana di PTPN IX krumput dapat menunjang tercapainya visi misi perushaan tersebut karena kapasitas untuk produksi sangat besar sehingga dapat menghasilkan karet olahan yang banyak juga yang akan menambah pemasukan keuangan dalam perusahaan tersebut untuk kesejahteraan bersama.

4. Struktur organisasi

PT.Perkebunan Nusantara IX (Persero) terdiri dari 2 Divisi yaitu Divisi Tanaman Tahunan dan Divisi Tanaman Semusim. Divisi Tanaman Tahunan terdiridari 15 kebun dan Divisi Tanaman Semusim terdiri dari 8 PG. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut :

1. Administrator : Agung Prasetyo, SP M.M

2. Sinder Kepala : M. Ibrohim Fajri, SP

3. Sinder Teknik Kubak

: Soenarto. B

4. Sinder Teknik Krumput

: Wagiman

5. Sinder Kebun AFD Krumput

: Triwidodo

6. Sinder Kebun AFD Tumiyang

: Saridin

7. Sinder Kebun AFD Kubangkangkung : Aswin Asmawi, SP.

8. Sinder Kantor

: Musriyanto

Susunan Komisaris PTPN IX (PERSERO) Sesuai Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: KEP-189/MBU/2008 tanggal 24 September 2008, Susunan Komisaris PTPN IX (Persero) adalah:

Am. Hasan Sayuti mp (komisaris utama)

A. Z. Siregar (komisaris)

Zaenal Bachrudin (komisaris)

Irvan Eddyson, t (komisaris)

Soebagdja (komisaris)

Dwi Ary Purnomo (komisaris)

SUSUNAN DIREKSI PTPN IX (PERSERO) Berdasarkan SK Menteri Negara BUMN RI Nomor : SK -94/ MBU/ 2012 tanggal

1 Maret 2012 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara IX Adi Prasongko (Direktur Utama) Natsir Tarigan (Direktur Keuangan) Slamet Poerwadi (Direktur Produksi) Hanung Trihutomo (Direktur Renbang) Ishak Z. Soediredja (Direktur Sdm & Umum).

5. Kondisi Umum

PT. Perkebunan Nusantara IX (persero) divisi taaman tahunan kebun Krumput Banyumas merupakan suatu perkebunan yang berbadan hukum BUMN

(Badan Usaha Milik Negara) yang sudah ada sejak tahun 1916, namun baru mendapat akta pendirian pada tahun 1996.

Krumput adalah salah satu daerah yang berada di wilayah kecamatan Banyumas. Krumput termasuk dalam satu wilayah PT Perkebunan Nusantara IX (persero) Provinsi Jawa Tengah. Lahan perkebunan karet di Krumput memiliki bentuk toprogafi yang bergelombang (rolling) dengan kelerengan 8 sampai 15 %. Daerah ini terletak pada ketinggian 175 – 250 mdpl dengan perbedaan ketinggian

15 – 50 meter. Kondisi lahan di kebun Krumput merupakan jenis tanah Latosol. Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu 1 – 5 meter. Warnanya merah, coklat sampai kekuning-kuningan dan mengandung bahan organik antara 3 % sampai 9 %. Reaksi tanah berkisar antara pH 4,5 – 6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tanah ini umumnya bertekstur liat sedangkan strukturnya remah dan memiliki konsistensi gembur. Infiltrasi dan perkolasi pada lahan latosol dari agak cepat sampai agak lambat, dahan menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi.

Kondisi iklim didaerah Krumput menurut Schamidt dan Ferguson (1951) berdasarkan tabel pemantauan curah hujan rata-rata selama 5 tahun (2001 sampai 2005) wilayah kebun Krumput Banyumas memiliki tipe iklim B, artinya bulan basah dengan nilai rata-rata Q sebesar 38,23 dan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2002. Iklim yang ada secara umum tidak menentu dan dapat berubah-ubah setiap waktunya, kemungkinan kondisi iklim saat ini sudah berbeda.

PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Krumput Banyumas melakukan usaha-usaha pengolahan lahan yang meliputi pengelolaan tanah untuk tanaman karet melakukan beberapa pekerjaan sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan

1) Penebangan Pohon Penebangan pohon dilakukan terhadap tanaman yang sudah tidak menghasilkan, yaitu dengan cara pohon ditebang, tunggul dibersihkan (didongkel) beserta akar-akarnya. Tujuan dari pembersihan tersebut adalah untuk mencegah berkembangnya jamur akar putih.

2) Pemberantasan Gulma Pemberantasan gulma secara dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Secara mekanik pembersihan gulma biasanya dilakukan menggunakan alat-alat seperti: sabit, cangkul, mesin pemotong rumput dan lainnya. Sedangkan secara kimiawi pemberantasan gulma di kebun karet krumput menggunakan herbisida sistemik seperti: round up dan lainnya.

3) Pembuatan atau Pemiliharaan Jalan Pembuatan jalan bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pengawasan kebun dan transportasi produksi.

4) Pembuatan Saluran Air Pembuatan saluran air pada tanaman baru ataupun tanaman ulangan, dimaksudkan untuk mengendalikan air pada waktu musim hujan, agar tidak terjadi erosi sebagai akibat terbukanya lahan. Di kebun Krumput 4) Pembuatan Saluran Air Pembuatan saluran air pada tanaman baru ataupun tanaman ulangan, dimaksudkan untuk mengendalikan air pada waktu musim hujan, agar tidak terjadi erosi sebagai akibat terbukanya lahan. Di kebun Krumput

2. Pencegahan Erosi Sebagian besar areal perkebunan di krumput memiliki topografi yang bergelombang atau berbukit. Pencegahan erosi yang dilakukan di kebun krumput, adalah dengan cara mekanik dan pengaturan pola tanam (Garis kontur).

1) Cara Mekanik Pencegahan erosi yang diterapkan diperkebunan Karet Krumput secara mekanik yaitu pembuatan teras, pembuatan rorak dan pembuatan gondang-gandung (lubang). Selain mencegah erosi pembuatan teras, rorak dan gondang-gandung (lubang) ditujukan sebagai kegiatan konservasi tanah dan air pada perkebunan tersebut. Pembuatan Rorak pada perkebunan karet Krumput memiliki ukuran lebar

40 cm, panjang 3 – 6 meter dengan kedalaman 60 cm, rorak tersebut dibuat pada semua lahan perkebunan karet di Krumput yang meliputi kebun Entres, kebun TBM dan kebun TM. Untuk gondang-gandung (lubang) dibuat dengan lebar 40 cm, panjang 1 meter dengan kedalaman 60 cm, gundang-gandung biasanya dibuat diantara tanaman-tanaman karet. Rorak merupakan tempat/lubang penampungan atau peresapan air, dibuat dibidang olah atau saluran peresapan. Pembuatan rorak ditunjukan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, seperti yang disarankan oleh arsyad (2000) adalah dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar 400-500 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng, 40 cm, panjang 3 – 6 meter dengan kedalaman 60 cm, rorak tersebut dibuat pada semua lahan perkebunan karet di Krumput yang meliputi kebun Entres, kebun TBM dan kebun TM. Untuk gondang-gandung (lubang) dibuat dengan lebar 40 cm, panjang 1 meter dengan kedalaman 60 cm, gundang-gandung biasanya dibuat diantara tanaman-tanaman karet. Rorak merupakan tempat/lubang penampungan atau peresapan air, dibuat dibidang olah atau saluran peresapan. Pembuatan rorak ditunjukan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, seperti yang disarankan oleh arsyad (2000) adalah dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar 400-500 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng,

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15°LS dan 15°LU. Tanaman ini tumbuh optimal di dataran rendah antara 0-200 meter diatas permukaan laut. Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000-4000 mm/tahun, yakni pada ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 250-35°C, dengan suhu optimal rata-rata 280°C. Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75-90%. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15°LS dan 15°LU. Tanaman ini tumbuh optimal di dataran rendah antara 0-200 meter diatas permukaan laut. Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000-4000 mm/tahun, yakni pada ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 250-35°C, dengan suhu optimal rata-rata 280°C. Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75-90%. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan perkebunan Karet PTPN IX Krumput merupakan perusahaan perkebunan yang telah dikelola dengan baik dengan ciri memiliki standar dan keamanan yang telah diterapkan dengan baik.

B. Saran

Asisten diharapkan untuk lebih tegas. Tidak hanya bertanggung jawab untuk mengkoordinir dan hadir pada saat praktikum akan tetapi ikut memberi arahan dan berbaur dengan praktikan agar pelaksanaan praktikum lebih kondusif dan terarah.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.

Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Setyamidjaja, M. Ed. 1993. Budidaya dan Pengolahan Karet. Lembar Info

Pertanian (LIPTAN) Balai Pusat Penelitian (BIP). Sumatera Selatan.

Tirtoboma, 1981. Teknik Bercocok Tanam Karet. Balai Penelitian Pertanian. Bogor.

Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor.

LAMPIRAN 1

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN (PNA 3519)

ACARA II PENGOLAHAN LAHAN DI PTPN IX KRUMPUT

Kelas / Kelompok

:B/1

Nama Anggota (NIM) : 1. Sri Rahayu Ningsih (A1L014017)

2. Bagas Reganata (A1L014027)

3. Wahid Arifudin (A1L014028)

4. Atika Nur Solikhah (A1L014029)

5. Laily Tazkiyah Hidayati (A1L014031) PJ Kelompok

: Pardiyanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, dan sering disebut dengan nama lain, seperti rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Supaya tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan lateks yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman ini. Produksi tanaman karet yang ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuhnya maka akan terhambat dan tidak maksimal. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan produksi lateks menjadi rendah. Indonesia memiliki lahan terluas untuk dijadikan sebagai kawasan perkebunan untuk tanaman karet. Walaupun demikian produksi karet masih rendah yaitu sekitar 2,4 juta ton atau dibawah produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton.

Tanaman karet yang saat ini lebih banyak digunakan adalah adalah karet sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Beberapa bagian tanaman karet yang dapat dimanatkan yaitu bagian biji, kayu dan lateks. Bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan sebgai minyak cat, mebel, banbusa, benang dan lain sebagainya. Potensi dari tanaman karet dan luas area yang cukup tinggi maka harus diikuti oleh teknik budidaya ataupun pengolahan hasil karet yang harus dilakukan dengan baik.

Pengolahan lahan merupakan suatu upaya untuk menata tanah agar dapat menjadi media tanam yang optimum dan cocok untuk suatu tanaman yang dibudidayakan sehingga tanaman dapat memberikan hasil yang maksimal pula. Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Pengolahan tanah atau soil management merupakan pembinaan dalam hal pengolahan tanah. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi mahasiswa ataupun seseorang yang akan mendalami tentang perkebunan karet untuk mempelajari pengolahan tanah yang tepat untuk pertumbuhan karet sehingga produktifitas tinggi dan kontuinitas juga tinggi.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum teknologi produksi tanaman tahunan pada perkebunan karet adalah mengetahui pengolahan tanah yang tepat untuk tanaman karet.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Tirtoboma, 1981) taksonomi karet, yaitu: Divisi

: Spermatophyta Sub divisi

: Angiospermae Class

: Dicotyledoneae Sub class

: Tricoccae Familli

: Euphorbiaceae Genus

: Hevea Spesies

: Hevea brasilliensis Muell Arg. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang berperan sangat penting dalam perekonomian nasional, antara lain sebagai sumber pendapatan bagi lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja lainnya. Saat ini karet banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari kebutuhan rumah tangga hingga industri. Pemanfaatan lainnya dapat digunakan sebagai kayu api dan bahan untuk membuat patung dan furnitu (Nusyirwan, 2014).

Pengembangan perkebunan karet di Indonesia dipengaruhi oleh faktor strategis yang saling berkaitan dan sangat menentukan keberlanjutan perkebunan karet, salah satunya adalah produktivitas. Upaya untuk meningkatkan produktivitas karet pada perkebunan rakyat dibutuhkan tujuh hal yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam budidaya karet. Hal tersebut antara lain pembuatan bahan tanam, persiapan lahan dan penanaman, penanaman sela, pemeliharaan tanaman, penyadapan, pengolahan hasil (Nusyirwan, 2014).

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman, daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma . pengolahan tanah dengan tepat mampu menjadi pendukung atau langkah utama dalam upaya budidaya suatu tanaman agar mampu berproduksi dengan tinggi (Damanik, 2010).

Pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebangan, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan new planting meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan (Damanik, 2010).

Menurut Siagian (2001), kegiatan pengolahan lahan, baik untuk new planting maupun replanting sebenarnya sama saja. Langkah pertama pengolahan lahan adalah membabat pepohonan yang tumbuh. Tentunya, pada new planting jenis pohon yang tumbuh di areal relatif banyak dengan ketinggian dan diameter batang beragam. Sementara itu, pada replanting pohon yang tumbuh hanya karet dengan ketinggian dan diameter yang sama.

Penyiapan lahan secara khemis dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut: Penumbangan dan Pengumpulan pohon. Penumbangan pohon dilakukan dengan arah teratur menggunakan kapak atau chain saw pada ketinggian 50 cm. Peracunan tanggul. Peracunan dilakukan dengan menggunakan 2,4,5 T yang dilarutkan dalam minyak solar dengan dosis 5 % dengan atau garlon.Larutan 2,4,5 T dalam minyak solar dioleskan pada pangkal tunggul dengan ketinggian 20 cm dengan lebar 20 cm. Bila menggunakan garlon, terlebih dahulu kulit dikupas pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah lalu diracuni dengan garlon yang telah dilarutkan dalam solar dngan dosis 10 % (Sunarwidi, 1987).

Saat persiapan penanaman tanaman karet, kecuali penyediaan bibit perlu juga melaksanakan berbagai pekerjaan lainnya, yaitu pembukaan hutan atau pembongkaran tanaman tua, pembersihan sisa – sisa tanaman, pembersihan gulma, pengolahan tanah, pembuatan teras, pembuatan jalan dan sebagainya (Soetedjo, 1979). Tahapan pengolahan tanah diantaranya yaitu :

1) Ripper dimaksudkan untuk mengangkat tunggul dan sisa-sisa tanaman yang tetinggal menggunakan traktor rantai dengan kedalaman garpu sekitar 45 cm.

2) Meluku dilakukan dua kali dengan arah menyilang saling tegak lurus sedalam 40 cm menggunakan taktor luku. Interval waktu luku I dan luku II adalah 21 hari.

3) Ayap Akar. Semua sisa akar dan potongan karet yang masih tertinggal diayap secara manual dan dikumpulkan ditempat tertentu untuk memudahkan pemusnahannya.

4) Rajang dilakukan untuk meratakan bongkahan – bongkahan tanah sebagai akibat luku (Tirtoboma, 1981).

Langkah awal yang dilakukan pada newplanting adalah memastikan lahan cukup sesuai untuk budidaya karet. Memastikan lahan tersebut sesuai atau tidak merupakan hal penting karena setiap tanaman memerlukan syarat-syarat untuk pertumbuhannya. Kegiatan pengoalahan lahan baik untuk newplanting ataupn replanting sebenarnya sama saja. Langkah awalnya adalah dengan membabat pepohonan yang tumbuh. Pada newplanting jenis pohon yang tumbuh diareal relatif banyakdengan ketinggian dan diameter batang beragam. Sementara itu, pada repalanting pohon yang tumbuh hanya karet dengan ketinggian dan diameter yang sama. Pada areal yang tidak terlalu luas, pemangkasan bisa dilakukan dengan menggunakankapak dan gergajiyang memadai. Dengan pembabatan tanaman lain, akan memudahkan untuk melakukan tahap selanjutnya dalam pengolahan lahan untuk budidaya tanaman karet (Setiawan, 2005).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi perkebunan karet PTPN IX Krumput Banyumas. Alat yang digunakan yaitu papan tulis, kertas folio, kamera dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum Acara I sebagai berikut:

1. Kunjungan lapang atau observasi dilakukan di kebun karet Krumput

2. Semua arahan atau panduan yang diberikan pemandu dicatat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada kebun Krumput dilakukan pengolahan tanah sebelum dilakukan penanaman langkah yang pertama yaitu pembuatan teras terlebih dahulu. Teras yang dibuat berukuran lebar 1,5meter. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60cm. jarak tanam yang umumnya digunakan untuk tanaman karet yaitu 3x6m atau 3x7m. Namun pada kebun krumput ini jarak tanam yag digunakan yaitu 3x7meter. Terasering berfungsi untuk mengurangi erosi dan memudahkan pemanenan. Jika sudah dilakukan pembuatan terasering hal berikutnya yang dilakukan yaitu pembuatan rorak dan gondang-gandung ukuran 40x50cm.

B. Pembahasan

Menurut kelompok kami, pengolahan lahan yaitu usaha yang dilakukan terlebih dahulu untuk melakukan manipulasi kondisi tanah yang ada supaya tanah yang ada dapat digunakan untuk budidaya tanaman karet dan yang paling utama tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Menurut Setiawan (2005), Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Tujuan dilakukannya pengolahan lahan yaitu supaya tanah yang akan digunakan kandungan unsur hara yang berada didalam tanah sesuai atau mencukupi kebutuhan hara tanaman karet. Hal ini diperkuat oleh pendapat Setiawan (2005), tujuan pokok adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman, daerah Tujuan dilakukannya pengolahan lahan yaitu supaya tanah yang akan digunakan kandungan unsur hara yang berada didalam tanah sesuai atau mencukupi kebutuhan hara tanaman karet. Hal ini diperkuat oleh pendapat Setiawan (2005), tujuan pokok adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman, daerah

Lahan perkebunan karet di Krumput memiliki bentuk toprogafi yang bergelombang (rolling) dengan kelerengan 8 sampai 15 %. Daerah ini terletak pada ketinggian 175 – 250 mdpl. Kondisi lahan di kebun Krumput merupakan jenis tanah Latosol. Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu 1 – 5 meter. Warnanya merah, coklat sampai kekuning-kuningan dan mengandung bahan organik antara 3 % sampai 9 %. Reaksi tanah berkisar antara pH 6 atau bersifat agak netral. Tanah ini umumnya bertekstur liat sedangkan strukturnya remah dan memiliki konsistensi gembur. Infiltrasi dan perkolasi pada lahan latosol dari agak cepat sampai agak lambat, dahan menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Menurut penggolongan iklim Schamidt dan Ferguson, kondisi iklim di daerah Krumput berdasarkan tabel pemantauan curah hujan rata-rata selama 5 tahun (2001 sampai 2005) wilayah kebun Krumput Banyumas memiliki tipe iklim B, artinya bulan basah dengan nilai rata-rata Q sebesar 38,23 dan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2002. Iklim yang ada secara umum tidak menentu dan dapat berubah-ubah setiap waktunya, kemungkinan kondisi iklim saat ini sudah berbeda.

Menurut Anwar (2001), tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya agar tanaman karet yang dibudidayakan tersebut dapat tumbuh dan Menurut Anwar (2001), tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya agar tanaman karet yang dibudidayakan tersebut dapat tumbuh dan

1. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

a. Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 s/d 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5 – 7 jam/hari.

b. Tinggi Tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 mdpl. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet karena akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25 ⁰C sampai

35 ⁰C.

c. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan c. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan

2. Tanah Lahan kering (tanah) untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah daripada sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena perbaikan sifat kimia untuk syarat tumbuh tanaman karet perlakuan tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.

Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah aluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :

a. Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas

b. Aerase dan drainase cukup

c. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air

d. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

e. Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm

f. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro.

g. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5

h. Kemiringan tanah < 16% dan

i. Permukaan air tanah < 100 cm. Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. Bentuk tanah atau lahan yang miring akan memudahkan dalam membuat konsep penataan, karena tinggal menyusaikan derajat kemiringan tersebut, namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering. Ada banyak keutungan jika menggunakan konsep seperti ini, serta fungsi dari teras ini adalah untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian laju erosi akan berkurang (Yuliarta et al, 2002).

Menurut Dariah (2004), tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan pertanian di Indonesia adalah teras bangku atau teras tangga (bench terrace) dan teras gulud (ridge terrace). Teras kredit dapat dikembangkan untuk menanggulangi tingginya biaya pembangunan teras bangku. Bentuk teras lainnya, seperti teras kebun dan teras individu diterapkan pada tanah dengan jenis tanaman tahunan, khususnya tanama perkebunan dan tanaman buah-buahan. Pada kebun

karet Krumput pembuatan teras dibuat dengan tingkat kemiringan 10 0.

1. Teras kredit

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang ditanam searah kontur. Teras kredit berfungsi untuk menangkap air aliran permukaan dari areal bidang olah serta mengurangi erosi.

2. Teras Bangku atau Teras Tangga Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi suatu deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Pada usaha tani lahan kering, fungsi utama dari teras bangku adalah memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, meningkatkan laju infiltrasi, mempermudah pengolahan tanah.

3. Teras kebun (Orchad hillside ditches) Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk tanaman khusus buah. teras ini dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Fungsi dari teras ini yaitu suatu upaya untuk mengefesienkan penerapan teknik konservasi tanah, memfasilitasi, mengefisienkan penerapan teknik.

4. Teras individu Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman terutama tanaman tahunan. Jenis teras ini biasa diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan. Selain untuk mengurangi eroi, pembuatan teras indiiduditujukan untuk meningkatkan ketersediaan ai bagi tanaman tahunan. Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi pemeliharaan seperti pemupukan.

5. Teras gulud (Contour ridges/ ridges terrace) Teras gulud adalah barisn guludan yang dilengkapi dengan saluran air dibagian belakang guludan. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah. Fungsi dari teras gulud hampr sama dengan teras bangku yaitu menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air e dalam tanah.

Berrdasarkan jenis-jenis teras tersebut pada perkebunan krumput teras yang digunakan yaitu termasuk pada teras kebun. Walaupun pada bahasan diatas dijelaskan teras kebun hanya diperuntukan untuk tanaman buah tetapi berdasarkan praktikum yang kami laksanakan teras tersebut berbentuk teras kebun. Kondisi tanah yang tidak sama rata serta kerapatan antar tanaman dan jenis tanaman yang Berrdasarkan jenis-jenis teras tersebut pada perkebunan krumput teras yang digunakan yaitu termasuk pada teras kebun. Walaupun pada bahasan diatas dijelaskan teras kebun hanya diperuntukan untuk tanaman buah tetapi berdasarkan praktikum yang kami laksanakan teras tersebut berbentuk teras kebun. Kondisi tanah yang tidak sama rata serta kerapatan antar tanaman dan jenis tanaman yang

Berdasarkan kunjungan atau observasi yang sudah kami lakukan, Kebun Karet Krumput sudah menerapkan pola tanam yang tepat. Pengolahan dimulai dengan pembukaan hutan tanpa menimbulkan damak negatif bagi lingkungan. Penanaman karet dilakukan pada dataran yang cukup terjal pada lerengnya sehinga dibuat sistem teras untuk mencegah terjadinya erosi. Kemudia di Krumput juga menerapkan pola tanam sesuai kontur yang mengikuti arah lereng. Selain itu, di kebun Krumput juga menggunakan tanaman penutup dari legume guna mengurangi erosi dan menambah hara bagi karet. Oleh karena itu, kami rasa kebun karet Krumput tidak membutuhkan konservasi baik itu secara mekanis, kimiawi ataupun konservasi lanjutan karena sudah memenuhi syarat budidaya.

Sebagian besar areal perkebunan di krumput memiliki topografi yang bergelombang atau berbukit. Pencegahan erosi yang dilakukan di kebun krumput, adalah dengan cara mekanik dan pengaturan pola tanam (Garis kontur).

Pencegahan erosi dilakukan dengan cara mekanik. Cara mekanik yang diterapkan diperkebunan Karet Krumput secara mekanik yaitu pembuatan teras, pembuatan rorak dan pembuatan gondang-gandung (lubang). Selain mencegah erosi pembuatan teras, rorak dan gondang-gandung (lubang) ditujukan sebagai kegiatan konservasi tanah dan air pada perkebunan tersebut. Pembuatan Rorak pada perkebunan karet Krumput memiliki ukuran lebar 40 cm, panjang 3 – 6 meter dengan kedalaman 60 cm, rorak tersebut dibuat pada semua lahan perkebunan karet Pencegahan erosi dilakukan dengan cara mekanik. Cara mekanik yang diterapkan diperkebunan Karet Krumput secara mekanik yaitu pembuatan teras, pembuatan rorak dan pembuatan gondang-gandung (lubang). Selain mencegah erosi pembuatan teras, rorak dan gondang-gandung (lubang) ditujukan sebagai kegiatan konservasi tanah dan air pada perkebunan tersebut. Pembuatan Rorak pada perkebunan karet Krumput memiliki ukuran lebar 40 cm, panjang 3 – 6 meter dengan kedalaman 60 cm, rorak tersebut dibuat pada semua lahan perkebunan karet

Teras dibuat dengan kemiringan 10 0 . Selain itu, Di kebun Krumput mereka

juga menerapkan penanaman tanaman penutup tanah dengan tanaman jenis leguminose (legume cover crops) pada pertanaman karetnya yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi erosi dan sebagai kegiatan konservasi. Tanaman yang digunakan yaitu tanaman jenis Mucona. Pola tanam yang digunakan juga sudah tepat yaitu dengan mengikuti kontur. Cara penanaman tanaman yang searah garis kontur yaitu garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama pada tanah-tanah yang berlereng atau mempunyai kemiringan.

Penutup tanah yang digunakan di perkebunan kerumput ini yaitu dengan tanaman jenis leguminose (legume cover crops) pada pertanaman karetnya yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi erosi dan sebagai kegiatan konservasi. Jenis LCC yang dipakai yaitu tanaman mukonah yang berasal dari australia, serta digunakan juga rerumputan alami yang berfungsi menyebabkan cepatnya penguapan yang terjadi sehingga menyebabkan tanah kering. Pengolahan lahan di perkebunan krumput tidak perlu lagi dilakukan konservasi karena di perkebunan sudah menerapkan pengolahan tanah sesuai dengan aturan-aturan yang ada yaitu pembuatan teras bangku dan penanaman LCC yaitu berupa mukonah dan rerumputan alami, sehingga tidak perlu lagi adanya usaha konservasi lain.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pengolahan lahan di perkebunan krumput tidak perlu lagi dilakukan konservasi karena di perkebunan sudah menerapkan pengolahan tanah sesuai dengan aturan- aturan yang ada. 2. Kondisi lahan pada perkebunan karet krumput sangat baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan tanaman perkebunan.

B. Saran

Praktikum ini semoga lebih baik lagi dari praaktikum sekarang dan jumlah rombongan yang praktikum satu harinya jangan terlalu banyak supaya materi dapat tersampaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. Chairil, 2001. Pusat Penelitian Karet. MiG Corp. Medan.

Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen

Karet . Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. 86 hlm.

Dariah, A., A. Rachman, dan U. Kurnia. 2004. Erosi dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia . Dalam Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor: 11-34.

Nusyirwan, 2014, Optimalisasi Lahan Suboptimal Melalui Penanaman Mucuna braceata, Prosiding dalam Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2013 Palembang 26 - 27 September.

Setiawan, D. H. dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet, Agromedia Pustaka, Jakarta

Siagian, N.,M.Supriadi, dan C. Anwar, 2001. Potensi Produksi Kayu Karet Tua di Tingkat petani dan Perkebuan serta Kendala dalam Pemanfaatanya. Warta Perkaretan . Vol 20 (1-3) : 27-44.

Sunarwidi. 1987. Penyiapan/Pembukaan Lahan dan Penanaman. Warta Perkaretan . Vol 6(1) : 2-7.

Tirtoboma, 1981. Teknik Bercocok Tanam Karet. Balai Penelitian Pertanian. Bogor.

Yuliarta et al, 2002. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadja Mada Press. Yogyakarta.

LAMPIRAN 2

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN (PNA 3519)

ACARA III PEMBIBITAN TANAMAN KARET DI PTPN IX KRUMPUT

Kelas / Kelompok

:B/1

Nama Anggota (NIM) : 1. Sri Rahayu Ningsih (A1L014017)

2. Bagas Reganata (A1L014027)

3. Wahid Arifudin (A1L014028)

4. Atika Nur Solikhah (A1L014029)

5. Laily Tazkiyah Hidayati (A1L014031) PJ Kelompok

: Pardiyanto

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet merupakan komoditas yang sangat strategis bagi perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari total areal, sumber devisa, jumlah penduduk yang mata pencahariannya bergantung pada perkebunan karet dan peranannya sebagai pelestari lingkungan. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menyumbang devisa besar bagi perekonomian Indonesia.

Usaha perkebunan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dimulai dari daerah- daerah jajahan negara-negara eropa, terutama Inggris dan Belanda. Mula-mula tanaman karet berkembang pesat di negara Malaysia dan Celylon (Setyamidjaja, 1993). Tanaman karet yang tumbuh di Indonesia merupakan tanaman yang berasal dari Brasil. Karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Awalnya tanaman karet ditanam di kebun raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya dikembangkan sebagai tanaman perkebunan.

Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam kontribusinya bagi perekonomian negara Indonesia. Hasil devisa yang diperoleh dari perkebunan karet cukup besar. Perkebunan karet di Indonesia terbagi atas perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat. Luas areal perkebunan karet di Indonesia mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal perkebunan karet tersebut 84,5% diantaranya merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% milik negara.

Luas areal pertanaman karet di Indonesia sampai tahun 2000 seluas 3.601.036